Anda di halaman 1dari 10

1

OPTIMALISASI MANAJEMEN TERITORIAL MASYARAKAT DESA J


MEWUJUDKAN JEMBATAN PERMANEN DAN PEMBANGUNAN JALAN
PERTANIAN DI DESA K YANG DIPERKERAS SEBAGAI PERWUJUDAN
PEMBINAAN TERITORIAL

Pendahuluan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sebagai salah satu alat pertahanan
bangsa, mengemban tugas untuk menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta keutuhan wilayah Indonesia khususnya di wilayah daratan. Guna
mewujudkan hal tersebut TNI-AD melalui fungsi pembinaan teritorialnya membina potensi
geografi, demografi dan kondisi sosial menjadi suatu kekuatan yang siap untuk
melaksanakan operasi perlawanan wilayah. Pembinaan teritorial yang dilaksanakan
sebagai upaya dalam mewujudkan daya tangkal dapat memberikan kontribusi penting
guna terwujudnya ketahanan wilayah. Diharapkan kondisi ketahanan wilayah yang
tangguh sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kondisi ini
dapat terwujud apabila seluruh aspek yang meliputi bidang geografi, demografi, idiologi,
politik, ekonomi ekonomi, sosial budaya, agama dan hankam dapat berperan sebagai
pendukung. Salah satu cara untuk mewujudkan ketahanan wilayah yang tangguh adalah
dengan mengoptimalkan pembinaan teritorial oleh Satuan Komando Kewilayahan yang
mana pada selanjutnya dengan dilaksanakannya pembinaan teritorial secara optimal
dapat berpengaruh positif terhadap ketahanan wilayah. Namun kenyataannya pada saat
ini peran Satuan Komando Kewilayahan dalam melaksanakan pembinaan teritorial
terutama dalam manajemen territorial belum dapat terselenggara secara optimal, kondisi
ini berdampak pada tingkat ketangguhan wilayah juga menjadi belum optimal. Belum
optimalnya pembinaan teritorial dalam manajemen territorial dapat diketahui dari adanya
indikasi pemberdayaan potensi geografi, demografi dan kondisi sosial yang belum
optimal.
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas mengenai belum optimalnya
manajemen territorial dalam rangka mendukung tugas pokok, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut: pertama, bagaimana mengimplementasikan
manajamen teritorial agar dapat membantu masyarakat desa J mewujudkan jembatan
yang permanen; kedua, Dari beberapa pokok permasalahan tersebut maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan yaitu “Bagaimana mengoptimalkan manajemen
territorial dalam masyarakat Desa J mewujudkan jembatan permanen dan pembangunan
jalan pertanian di Desa K yang diperkeras sebagai perwujudan pembinaan teritorial ?”
2

Untuk menjawab hal tersebut maka penulis mencoba untuk menganalisa permasalahan
tersebut dari beberapa sudut pandang yang ada.
Dari penjelasan tersebut, maka pentingnya penyusunan tulisan ini adalah sebagai
bahan pembanding, tambahan pemikiran, pengetahuan dan wawasan bagi para perwira
TNI khususnya yang menjabat sebagai Dandim untuk mengoptimalkan perannya dalam
dalam melihat potensi masyarakat desa di wilayah masing-masing dan bertindak cepat
untuk membantu kesulitan rakyat dalam rangka mendukung tugas pokok. Sedangkan
penulisan essai ini menggunakan metode studi kepustakaan dan pengamatan empiris
selama penulis berdinas di TNI AD.
Adapun nilai guna dari tulisan ini adalah sebagai bahan tambahan referensi agar
dalam pembuatan protap maupun aturan sebagai pedoman prajurit dalam melaksanakan
tugas perbantuan kepada Pemda dalam mengatasi kesulitan rakyat di desa, sehingga
tugas pokok dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Sedangkan
maksud dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pentingnya
Manajemen Teritorial dalam membantu kesulitan rakyat. Tujuan dari tulisan ini yaitu
sebagai bahan saran dan masukan bagi Pimpinan TNI AD dalam menyusun kebijakan
kedepan. Adapun ruang lingkup penulisan ini disusun dengan sitematika Pendahuluan,
Pembahasan, dan Penutup, dengan pembatasan hanya pada satuan setingkat Kodim.

Pembahasan
Berdasarkan data sejarah mencatat bahwa TNI dilahirkan dari “rahim” rakyat.
Panglima Besar Jenderal Soedirman menyatakan bahwa hubungan TNI dan rakyat
adalah ibarat ikan dan air. Ikan tidak akan hidup tanpa air. Rakyatlah yang mengandung,
merawat, dan membesarkan TNI. Selain itu, dalam darah TNI juga mengalir jati diri
sebagi tentara pejuang. Sebagai tentara pejuang, agar TNI harus selalu memiliki daya
juang dan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat,
mandiri dan berkepribadian. “TNI harus menegaskan jati diri sebagai tentara rakyat.
Sebagai tentara rakyat, TNI tidak boleh melupakan rakyat. TNI tidak boleh menyakiti hati
rakyat. TNI tidak boleh berjarak dengan rakyat serta harus selalu bersama-sama rakyat”.
Hanya dengan bersama-sama rakyat, TNI akan kuat dalam menjalankan tugas
pengabdian pada bangsa dan negara. Hanya bersama-sama rakyat, TNI menjadi
kekuatan militer yang hebat, kekuatan militer yang disegani serta kekuatan diperhitungkan
oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Faktanya kondisi ideal yang harus dilakukan oleh
setiap prajurit atau anggota TNI sebagaimana yang dikemukakan di atas, tentunya
3

merupakan suatu harapan yang diletakan pada pundak mereka, sebagai konsekuensi
logis dari penjabaran tugas dan fungsi yang dimilikinya.

Implementasi Manajamen Teritorial agar dapat membantu masyarakat Desa J


mewujudkan jembatan yang permanen
Berdasarkan data khusus laporan Babinsa yang membina Desa J, bahwa warga
binaanya mengalami mengalami kesulitan untuk membawa hasil pertaniannya karena
tidak ada jembatan. Ketika mereka akan ke sawah atau ke ladang harus menyeberangi
sungai yang lebarnya kurang lebih 15 meter. Meskipun tidak terlalu lebar, namun ketika
musim penghujan arus airnya cukup deras sehingga sulit untuk menyeberang.
Masyarakat terhambat untuk membawa hasil pertanian dari sawah atau ladang untuk
dibawa ke rumah. Selain itu, pada musim penghujan anak-anak juga terhambat untuk
pergi sekolah. Jalan terdekat untuk ke sekolah adalah dengan menyeberangi sungai
tersebut. Masyarakat telah membangun jembatan dari bambu, tetapi tidak bertahan lama.
Pada saat musim penghujan sering rusak karena diterjang arus sungai yang cukup deras.
Lebih lanjut hal tersebut diperkuat dengan adanya fakta bahwa pernah terjadi peristiwa
yang menggelitik atau memilukan. Pada saat musim penghujan terdapat warga yang
meninggal dunia. Warga tersebut tidak bisa langsung dimakamkan, karena tanah makam
berada diberang sungai. Untuk memakamkan warga tersebut menunggu air sungai surut.
Masyarakat mempunyai keinginan dan kemauan yang kuat untuk membangun jembatan
yang permanen dan kokoh. Mereka mau diajak untuk bergotong royong guna
mewujudkan jembatan yang diimpikan, namun terkendala dengan biaya yang cukup
besar. Sehingga sampai saat ini belum mampu untuk mewujudkan jembatan yang diidam-
idamkam.
Dari uraian data dan fakta untuk mewujudkan jembatan yang permanen dalam
manajemen teritorial tersebut diatas, diharapkan, TNI (baik individu maupun lembaga)
pro aktif dan mampu melihat fenomena dan gejala munculnya berbagai potensi
masyarakat Desa J, dan turut berperan aktif dalam berbagai struktur organisasi yang ada
di masyarakat, sehingga mampu mencegah, mengatasi dan mengelola hasil pertanian
dengan adanya jembatan yang permanen dalam masyarakat tersebut untuk maju dan
berkembang, sehingga kerawanan yang ada dapat dieliminir sedini mungkin untuk tetap
terjaganya kelancaran masyarakat Desa J, dimana yang menjadi salah satu tugas pokok
TNI yang tertuang dalam undang-undang.
Menurut Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 pasal 7 menyatakan bahwa tugas
pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah
negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta
4

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut dilakukan
dengan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang. Adapun salah satu
tugas operasi militer selain perang dilakukan oleh TNI Angkatan Darat yakni
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Untuk mendukung tugas
tersebut, TNI Angkatan Darat melakukan segala upaya, pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan dengan wujud pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan hasil
dari pengembangan masyarakat Pemberdayaan didefinisikan dalam dua cara yaitu
pemberdayaan individu dan pemberdayaan masyarakat (Sitorus, 2018: 7). Pemberdayaan
masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development yang
membutuhkan pra-syarat keberlanjutan kemandirian masyarakat secara ekologi, sosial,
dan ekonomi yang selalu dinamis. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya berorientasi
pada kebutuhan dasar (basic need) masyarakat tetapi lebih sebagai upaya mencari
alternative pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, pemberdayaan masyarakat
(empowerment) memiliki keterkaitan dengan kemajuan dan perubahan bangsa kedepan
terlebih bila dikaitkan dengan kemampuan masyarakat yang masih kurang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri (Noor, 2011: 88). Oleh karena itu,
diperlukan peranan dari stake holder terkait yang dapat mencapai hingga unit terkecil
dalam suatu wilayah. Koramil sebagai basis TNI Angkatan Darat dalam suatu wilayah
merupakan satuan terdepan dalam pelaksanaan sistem pertahanan negara yang secara
langsung dapat berhubungan dengan pejabat dan masyarakat sipil. Desa merupakan unit
terkecil dalam wilayah yang menjadi tanggung jawab Koramil. Dalam melaksanakan
pembinaan di Desa, Koramil menugaskan Bintara Pembina Desa atau Babinsa (Nugroho,
2017: 7). Dari landasan teori tersebut diatas maka dapat dianalisa bahwa
ketatalaksanaan binter dalam manajemen territorial kepada para anggota, agar lebih
memahami tugas dan fungsinya dengan memperbaharui dan melengkapi semua data
“Seorang Babinsa harus memiliki kemampuan dalam mendeteksi, mengenali,
menganalisa serta mengambil tindakan terhadap perubahan dan perkembangan dinamika
di wilayah guna mewujudkan kekuatan wilayah pertahanan aspek darat yang tangguh.
Kegiatan ini bertujuan membentuk sikap Insan Teritorial dengan cara memahami dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam sikap teritorial yang benar dalam
pelaksanaan tugas selaku Aparat Komando Kewilayahan serta memberikan pemahaman
tentang Pengumpulan Data Teritorial, Analisa Kejadian, Penyusunan Rencana Kegiatan
Binter, Laporan Kegiatan Binter, sehingga dapat diimplementasikan di lapangan. Melalui
Ketatalaksanaan Binter dapat tingkatkan kegiatan Manajemen teritorial di tingkat Kodim
guna mendukung pencapaian pengumpulan Data teritorial yg akurat dan
5

mutakhir,.Kegiatan ketatalaksanaan Binter diantaranya, mulai dari pengumpulan Data


teritorial, analisa kejadian, penyusunan rencana Kegiatan Binter sampai dengan
pembuatan laporan kegiatan dimulai dari tingkat Koramil.
Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala dan kelemahan
yang terjadi sehingga menghambat manajemen territorial dalam membantu kesulitan
rakyat yang diakibatkan oleh struktur organisasi masyarakat Indonesia yang majemuk.
Kendala yang dihadapi adalah tingkat keamanan lingkungan yang belum sepenuhnya
kondusif, kurang maksimalnya kapasitas kelembagaan pada aspek tertentu seperti
pencegahan aksi terorisme dan masih terasa belum adanya kerjasama yang baik antar
pihak terkait. Selain itu, belum optimalnya peran aktif masyarakat serta masalah
keterpaduan yang belum terjalin menjadi kendala yang dialami Babinsa sebagai aparat
territorial Kodim.. Sedangkan kelemahan yang dihadapi adalah Babinsa (Apter) sebagai
utusan satuan Koramil berperan dalam mendukung proses pembangunan di desa yang
berhubungan dengan pemenuhan kepentingan masyarakat. Selain itu, keberadaan
Babinsa dapat berkontribusi dalam menjaga perdamaian antar kelompok masyarakat
yang masing-masing memiliki kepentingan tertentu yang seringkali sulit disatukan dan
menimbulkan gejolak sosial. Peran Babinsa tersebut diwujudkan dengan menjadi pihak
penengah diantara kelompok yang memiliki perbedaan kepentingan..
Dalam mengatasi kendala dan kelemahan yang telah diuraikan diatas, maka
beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: pertama, Metode
pembinaan komunikasi sosial bertujuan untuk menciptakan kebersamaan dan keterkaitan
TNI AD dengan segenap komponen masyarakat serta menyampaikan kebijakan
pemerintah khususnya yang berkenaan dengan TNI AD dalam membantu pemerintah.
Hubungan yang harmonis antara TNI dan masyarakat dapat menumbuhkan kepedulian
dan kepekaan terhadap aspek geografi, demografi dan kondisi sosial dalam hal ini
membantu masyarakat membangun jembatan yang permanen sehingga hasil
pertaniannya tidak terkendala dalam hal transfortasi sehingga hubungan tersebut harus
terus terjalin, terjaga dan ditingkatkan Kedua, wujud Dharma Bhakti TNI sebagai
komponen utama dalam pertahanan Negara dilakukan dengan kegiatan Bhakti TNI.
Pemberdayaan kemampuan TNI yang dipadukan bersama-sama dengan berbagai
instansi pemerintah serta seluruh masyarakat dilakukan untuk melaksanan tugas Operasi
Militer Selain Perang (OMSP). Bakti sosial yang berupa pembangunan jembatan yang
permanen dimaksudkan untuk membantu masyarakat umum dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara membangun fasilitas umum, membantu
percepatan pembangunan daerah dan mencapai sasaran dalam Pembinaan Teritorial.
Ketiga, Upaya pembantuan Babinsa juga dilakukan dengan tujuan mencapai
6

kesejahteraan masyarakat. Berbagai penelitian telah menjelaskan peran Babinsa dalam


meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
dilakukan melalui pembangunan fasilitas umum (Infrastruktur) seperti di Desa J dengan
membangun jembatan yang permanen sehingga warga desa lebih aman dalam
membawa hasil pertaniannya, anak-anak pergi sekolah juga aman sehingga membantu
percepatan pembangunan desa. Tugas Babinsa sebagai Pembina Teritorial memiliki
kewajiban dalam membantu pemerintah daerah untuk mencapai ketahanan wilayah dan
kesejahteraan masyarkat. Hal tersebut merupakan amanat yang diserahkan kepada TNI
sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

Optimalisasi masyarakat desa K mempunyai jalan pertanian yang diperkeras


sebagai perwujudan pembinaan teritorial
Berdasarkan data masyarakat desa K sebagian besar bekerja sebagai petani.
Mereka menanam sayur-sayuran seperti kubis, kentang, daun bawang dan lain-lain. Hal
ini sesuai dengan karakteristik daerahnya yang berada di dataran tinggi. Babinsa yang
membina desa tersebut aktif ke wilayah. Masyarakat mengharapkan Babinsa bisa
membantu permasalahan yang dihadapi warga masyarakat. Mereka menceritakan bahwa
terdapat kesulitan untuk membawa pupuk ke ladang dan menjual hasil pertaniannya. Hal
ini disebabkan jalan menuju ke lahan pertaniannya belum diperkeras. Pada saat musim
penghujan, jalan yang berupa tanah sangat becek dan lengket sehingga warga kesulitan
membawa pupuk dengan menggunakan kendaraan bermotor baik sepeda motor atau
mobil. Berdasarkan fakta kondisi jalan yang becek dan lengket ketika hujan, membuat
tengkulak enggan membeli satur ke lahan pertaniannya. Masyarakat harus memikul
terlebih dahulu ke rumah atau dengan menyewa tenaga orang sehingga mengeluarkan
biaya tambahan. Panjang jalan pertanian tersebut kurang lebih 2 kilometer. Warga
masyarakat hanya mampu merawat jalan guna mencegah agar tidak longsor, namun tidak
mampu untuk memperkeras jalan tersebut. Semangat gotong royong masyarakat di desa
K masih tinggi. Mereka berkeinginan agar jalan pertanian tersebut dapat diperbaiki atau
diperkeras sehingga kendaraan bermotor dapat mendekat ke lahan pertaniannya.
Harapannya dapat membawa pupuk ke ladang dengan mudah dan membawa hasil
pertanian dengan lebih cepat.
Dalam membantu kesulitan rakyat di Desa K, harapan dan keinginan yang ingin
penulis sampaikan yaitu terwujudnya penggunaan dan pengerahan TNI yang optimal
khususnya bagi para Babinsa (Apter) di desa, sehingga kesulitan rakyat terutama
didaerah dapat dilaksanakan dengan optimal sehingga dapat terwujudnya suasana yang
kondusif, meminimalisir terjadinya jalan yang rusak di desa K.
7

Konsep kesejahteraan (welfare) dikembangkan menjadi lebih luas dibandingan


sekedar mengukur aspek pendapatan nominal. Kesejahteraan adalah standard living,
wellbeing, welfare, dan quality of life. Brudeseth (2015) menyatakan kesejahteraan
sebagai kualitas kepuasan hidup yang bertujuan untuk mengukur posisi anggota
masyarakat dalam membangun keseimbangan hidup mencakup antara lain, (a)
kesejahteraan materi, (b) kesejahteraan bermasyarakat, (c) kesejahteraan emosi, (d)
keamanan. Pengertian kesejahteraan sosial merupakan sistem suatu bangsa tentang
manfaat dan jasa untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial,
ekonomi, pendidikan, kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut.
Seseorang yang mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan
yang rendah, kurangnya kemampuan dapat berarti kurang mampu untuk mencapai fungsi
tertentu sehingga kurang sejahtera. Terdapat beragam pengertian mengenai
kesejahteraan, karena lebih bersifat subjektif dimana setiap orang dengan pedoman,
tujuan dan cara hidupnya yang berbeda-beda akan memberikan nilai-nilai yang berbeda
pula tentang kesejahteraan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan.
Untuk mengoptimalkan penggunaan dan pengerahan TNI dalam membantu
kesulitan rakyat di Desa K tentulah mempunyai kendala dan kelemahan, adapun kendala
yang ditemukan antara lain pertama, minimnya alokasi anggaran kepada pemerintah
daerah untuk penggunaan dan pengerahan TNI dalam membantu kesulitan rakyat
terutama pembangunan jalan yang mengalami kerusakan sementara untuk tim terpadu
pembangunan jalan di desa K berada dibawah koordinasi kepala daerah, kedua, belum
terwujudnya sinergi dalam penanganan kesulitan rakyat dalam usaha merehabilitasi jalan
di Desa K, permasalahan tersebut didorong dengan beberapa kelemahan yaitu pertama
jumlah personil TNI (khususnya Babinsa/Apter) yang masih terbatas, kedua, lemahnya
intelijen, dalam membaca situasi kerawanan wilayah yang dapat terjadi sewaktu-waktu
seperti adanya jalan yang rusak di Desa K.
Dari uraian tentang kendala dan kelemahan diatas maka upaya-upaya yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut: Pertama, berkoordinasi dengan aparatur lainnya
dalam pembangunan infrastruktur (jaring jalan), sehingga personel TNI yang bertugas di
satuan teritorial mampu menyiapkan wilayah; kedua, menjalin kerja sama antar lembaga
sehingga terbentuk suatu badan yang sinergi dalam pembangunan infrastruktur (dalam
halan ini Dinas PU di daerah); ketiga, saling membantu dalam melaksanakan tugas
dalam pembangunan infarstruktur (jaring jalan) dengan gotong royong, dengan
memanfaatkan kegiatan teritorial aparat kewilayahan sehingga dapat mendeteksi sedini
mungkin akan jaring jalan yang rusak; keempat, melakukan sinergi pemahaman tentang
upaya pembangunan infra struktur (jaring jalan).
8

Penutup.
Dari uraian tulisan yang telah dibahas diatas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut, dari permasalahan Pertama, Upaya perbantuan TNI AD di
khususnya Kodim bidang infrastruktur sudah menjadi program rutin. Namun melakukan
optimalisasi setelah berlaku arahan kebijakan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) terkait
peningkatan peran Kodim (Babinsa/Apter) kepada Pemerintah di Desa J dalam
membangun dan memperbaiki infrastruktur melalui program Bhakti TNI dan kegiatan
sosial kemasyarakatan guna mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat. Peran Kodim
sangat membantu pemerintah dalam menginventarisasi infrastruktur yang rusak di
wilayah binaannya seperti dalam hal ini pembangunan jembatan yang permanen, baik
karena akibat bencana alam, maupun karena usia sarana infrastruktur. Tingkat koordinasi
berupa kerja sama dengan Dinas Bina Marga membahas tentang pemilihan lokasi TNI
Manunggal Membangun Desa (TMMD). Dengan usulan program tersebut Pemda
menyiapkan anggaran sesuai kemampuan dengan menambahkan kegiatan berupa
pembangunan jembatan yang permanen. Kedua, pemberdayaan Babinsa (Apter) Kodim
memberikan kontribusi besar karena mereka berada di garda depan yang bersentuhan
langsung dengan wilayah dan masyarakat. Pemerintah daerah merasa terbantu
mengingat keterbatasan infrastruktur di Desa K. Babinsa selain menginventarisir
kerusakan infrastruktur (jalan) juga mampu memberikan motivasi serta jalan keluar bagi
keluhan masyarakat, kerusakan jarring jalan yang besar telah memberikan dampak yang
besar bagi masyarakat. Kemampuan pemerintah daerah sangat terbatas dimana dengan
jumlah kerusakan yang begitu banyak pemda hanya mampu menganggarkan perbaikan
jalan yang rusak di Desa K. Butuh waktu lama untuk benar-benar dapat mengatasi
masalah putus/rusaknya jarring jalan di desa K tersebut. Dampak lainnya bagi masyarakat
berupa lambatnya pertumbuhan ekonomi karena terganggunya arus transportasi,
sehingga barang-barang kebutuhan pokok naik karena ongkos yang tinggi. Dalam bidang
pendidikan, anak-anak akan mengalami hambatan untuk pergi ke sekolah dan mengikuti
pelajaran terlebih pada musim penghujan. Bidang sosial budaya, perkembangan
masyarakat pedesaan juga mengalami kemandekan karena desa terisolir sehingga akses
keluar masuk sangat minim.
Sebelum mengakhiri tulisan essai ini, untuk mengoptimalkan peran TNI dalam
penanganan konflik sosial guna menjaga keutuhan NKRI, maka saran yang dapat
disampaikan kepada Komando atas adalah: implementasi peran Babinsa (Atter) di Kodim
dalam pemberdayaan masyarakat yang memiliki peranan penting dalam menjaga
kesejahteraan masyarakat dipandang cukup penting, karena Babinsa (Apter) merupakan
pelaksana pembinaan yang berhadapan langsung dengan masyarakat desa serta dengan
9

segala permasalahan yang penuh dengan kemajemukan seperti pembangunan jembatan


permanen dan jarring jalan yang rusak. Babinsa (Apert) dalam menjalani tugasnya
seringkali bersinggungan dengan berbagai kendala. Namun dalam pelaksanaannya,
Babinsa memiliki kendala seperti tingkat keamanan lingkungan yang belum sepenuhnya
kondusif, kurang maksimalnya kapasitas kelembagaan dan masih terasa belum adanya
kerjasama yang baik antar pihak terkait. Selain itu, belum optimalnya peran aktif
masyarakat serta masalah keterpaduan yang belum terjalin menjadi kendala yang dialami
Babinsa dalam pembangunan infra struktur di daerah.
Maka dari itu, Babinsa (Apter) dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki
kapabilitas teritorial dalam memperoleh informasi serta melaporkan dengan cepat,
berkomunikasi dengan masyarakat, mendata geografi, demografi serta kondisi sosial
yang berhubungan dengan pertahanan Negara.
Demikian tulisan ini kami susun sebagai upaya untuk memberikan solusi dan
kontribusi kami sebagai prajurit dalam menghadapi permasalahan yang timbul terkait
dengan optimalisasi manajemen teritorial dalam masyarakat Desa J mewujudkan
jembatan permanen dan pembangunan jalan pertanian di Desa K yang diperkeras
sebagai perwujudan pembinaan teritorial. Kami sadar tentunya banyak sekali kekurangan
dalam penulisan essai ini, selanjutnya arahan dan masukan dari atasan akan sangat
berguna untuk menyempurnakan tulisan ini.

Penulis

Ir. Asrul
12

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI


2. Undang – Undang nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
3. Ari Ganjar Herdiansah, Jurnal tentang Peran dan Fungsi Pembinaan Teritorial TNI
AD dalam Perbantuan Pemerintah Daerah (Studi Di Kabupaten Lebak), Jurnal Ilmu
Pemerintahan ISSN 2442-5958, E-ISSN 2540-8674.
4. Hayatul Khairul Rahmat1), Joshua Banjarnahor2), Nurbaiti Ma’rufah3), I Dewa
Ketut Kerta Widana4), Jurnal tentang Pemberdayaan Masyarakat Oleh Bintara Pembina
Desa (Babinsa) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, ISSN Online : 2550-0813
ISSN Cetak : 2541-657X Vol 7 No 1 Tahun 2020 Hal. : 91-107, NUSANTARA: Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial. Available online http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index
5. https://kodam4.mil.id/babinsa-harus-memahami-manajemen-teritorial/
6. https://suarabaru.id/2020/09/07/ketatalaksanaan-binter-merupakan-proses-
manajemen-teritorial
7. https://jurnalmetropol.com/2021/06/02/satkowil-tni-perlu-miliki-kemampuan-
manajemen-teritorial-hadapi-covid-19/

Anda mungkin juga menyukai