Pendahuluan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sebagai salah satu alat pertahanan
bangsa, mengemban tugas untuk menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia serta keutuhan wilayah Indonesia khususnya di wilayah daratan. Guna
mewujudkan hal tersebut TNI-AD melalui fungsi pembinaan teritorialnya membina potensi
geografi, demografi dan kondisi sosial menjadi suatu kekuatan yang siap untuk
melaksanakan operasi perlawanan wilayah. Pembinaan teritorial yang dilaksanakan
sebagai upaya dalam mewujudkan daya tangkal dapat memberikan kontribusi penting
guna terwujudnya ketahanan wilayah. Diharapkan kondisi ketahanan wilayah yang
tangguh sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kondisi ini
dapat terwujud apabila seluruh aspek yang meliputi bidang geografi, demografi, idiologi,
politik, ekonomi ekonomi, sosial budaya, agama dan hankam dapat berperan sebagai
pendukung. Salah satu cara untuk mewujudkan ketahanan wilayah yang tangguh adalah
dengan mengoptimalkan pembinaan teritorial oleh Satuan Komando Kewilayahan yang
mana pada selanjutnya dengan dilaksanakannya pembinaan teritorial secara optimal
dapat berpengaruh positif terhadap ketahanan wilayah. Namun kenyataannya pada saat
ini peran Satuan Komando Kewilayahan dalam melaksanakan pembinaan teritorial
terutama dalam manajemen territorial belum dapat terselenggara secara optimal, kondisi
ini berdampak pada tingkat ketangguhan wilayah juga menjadi belum optimal. Belum
optimalnya pembinaan teritorial dalam manajemen territorial dapat diketahui dari adanya
indikasi pemberdayaan potensi geografi, demografi dan kondisi sosial yang belum
optimal.
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas mengenai belum optimalnya
manajemen territorial dalam rangka mendukung tugas pokok, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut: pertama, bagaimana mengimplementasikan
manajamen teritorial agar dapat membantu masyarakat desa J mewujudkan jembatan
yang permanen; kedua, Dari beberapa pokok permasalahan tersebut maka dapat
dirumuskan pokok permasalahan yaitu “Bagaimana mengoptimalkan manajemen
territorial dalam masyarakat Desa J mewujudkan jembatan permanen dan pembangunan
jalan pertanian di Desa K yang diperkeras sebagai perwujudan pembinaan teritorial ?”
2
Untuk menjawab hal tersebut maka penulis mencoba untuk menganalisa permasalahan
tersebut dari beberapa sudut pandang yang ada.
Dari penjelasan tersebut, maka pentingnya penyusunan tulisan ini adalah sebagai
bahan pembanding, tambahan pemikiran, pengetahuan dan wawasan bagi para perwira
TNI khususnya yang menjabat sebagai Dandim untuk mengoptimalkan perannya dalam
dalam melihat potensi masyarakat desa di wilayah masing-masing dan bertindak cepat
untuk membantu kesulitan rakyat dalam rangka mendukung tugas pokok. Sedangkan
penulisan essai ini menggunakan metode studi kepustakaan dan pengamatan empiris
selama penulis berdinas di TNI AD.
Adapun nilai guna dari tulisan ini adalah sebagai bahan tambahan referensi agar
dalam pembuatan protap maupun aturan sebagai pedoman prajurit dalam melaksanakan
tugas perbantuan kepada Pemda dalam mengatasi kesulitan rakyat di desa, sehingga
tugas pokok dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Sedangkan
maksud dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pentingnya
Manajemen Teritorial dalam membantu kesulitan rakyat. Tujuan dari tulisan ini yaitu
sebagai bahan saran dan masukan bagi Pimpinan TNI AD dalam menyusun kebijakan
kedepan. Adapun ruang lingkup penulisan ini disusun dengan sitematika Pendahuluan,
Pembahasan, dan Penutup, dengan pembatasan hanya pada satuan setingkat Kodim.
Pembahasan
Berdasarkan data sejarah mencatat bahwa TNI dilahirkan dari “rahim” rakyat.
Panglima Besar Jenderal Soedirman menyatakan bahwa hubungan TNI dan rakyat
adalah ibarat ikan dan air. Ikan tidak akan hidup tanpa air. Rakyatlah yang mengandung,
merawat, dan membesarkan TNI. Selain itu, dalam darah TNI juga mengalir jati diri
sebagi tentara pejuang. Sebagai tentara pejuang, agar TNI harus selalu memiliki daya
juang dan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat,
mandiri dan berkepribadian. “TNI harus menegaskan jati diri sebagai tentara rakyat.
Sebagai tentara rakyat, TNI tidak boleh melupakan rakyat. TNI tidak boleh menyakiti hati
rakyat. TNI tidak boleh berjarak dengan rakyat serta harus selalu bersama-sama rakyat”.
Hanya dengan bersama-sama rakyat, TNI akan kuat dalam menjalankan tugas
pengabdian pada bangsa dan negara. Hanya bersama-sama rakyat, TNI menjadi
kekuatan militer yang hebat, kekuatan militer yang disegani serta kekuatan diperhitungkan
oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Faktanya kondisi ideal yang harus dilakukan oleh
setiap prajurit atau anggota TNI sebagaimana yang dikemukakan di atas, tentunya
3
merupakan suatu harapan yang diletakan pada pundak mereka, sebagai konsekuensi
logis dari penjabaran tugas dan fungsi yang dimilikinya.
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut dilakukan
dengan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang. Adapun salah satu
tugas operasi militer selain perang dilakukan oleh TNI Angkatan Darat yakni
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Untuk mendukung tugas
tersebut, TNI Angkatan Darat melakukan segala upaya, pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan dengan wujud pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan hasil
dari pengembangan masyarakat Pemberdayaan didefinisikan dalam dua cara yaitu
pemberdayaan individu dan pemberdayaan masyarakat (Sitorus, 2018: 7). Pemberdayaan
masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development yang
membutuhkan pra-syarat keberlanjutan kemandirian masyarakat secara ekologi, sosial,
dan ekonomi yang selalu dinamis. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya berorientasi
pada kebutuhan dasar (basic need) masyarakat tetapi lebih sebagai upaya mencari
alternative pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, pemberdayaan masyarakat
(empowerment) memiliki keterkaitan dengan kemajuan dan perubahan bangsa kedepan
terlebih bila dikaitkan dengan kemampuan masyarakat yang masih kurang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri (Noor, 2011: 88). Oleh karena itu,
diperlukan peranan dari stake holder terkait yang dapat mencapai hingga unit terkecil
dalam suatu wilayah. Koramil sebagai basis TNI Angkatan Darat dalam suatu wilayah
merupakan satuan terdepan dalam pelaksanaan sistem pertahanan negara yang secara
langsung dapat berhubungan dengan pejabat dan masyarakat sipil. Desa merupakan unit
terkecil dalam wilayah yang menjadi tanggung jawab Koramil. Dalam melaksanakan
pembinaan di Desa, Koramil menugaskan Bintara Pembina Desa atau Babinsa (Nugroho,
2017: 7). Dari landasan teori tersebut diatas maka dapat dianalisa bahwa
ketatalaksanaan binter dalam manajemen territorial kepada para anggota, agar lebih
memahami tugas dan fungsinya dengan memperbaharui dan melengkapi semua data
“Seorang Babinsa harus memiliki kemampuan dalam mendeteksi, mengenali,
menganalisa serta mengambil tindakan terhadap perubahan dan perkembangan dinamika
di wilayah guna mewujudkan kekuatan wilayah pertahanan aspek darat yang tangguh.
Kegiatan ini bertujuan membentuk sikap Insan Teritorial dengan cara memahami dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam sikap teritorial yang benar dalam
pelaksanaan tugas selaku Aparat Komando Kewilayahan serta memberikan pemahaman
tentang Pengumpulan Data Teritorial, Analisa Kejadian, Penyusunan Rencana Kegiatan
Binter, Laporan Kegiatan Binter, sehingga dapat diimplementasikan di lapangan. Melalui
Ketatalaksanaan Binter dapat tingkatkan kegiatan Manajemen teritorial di tingkat Kodim
guna mendukung pencapaian pengumpulan Data teritorial yg akurat dan
5
Penutup.
Dari uraian tulisan yang telah dibahas diatas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut, dari permasalahan Pertama, Upaya perbantuan TNI AD di
khususnya Kodim bidang infrastruktur sudah menjadi program rutin. Namun melakukan
optimalisasi setelah berlaku arahan kebijakan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) terkait
peningkatan peran Kodim (Babinsa/Apter) kepada Pemerintah di Desa J dalam
membangun dan memperbaiki infrastruktur melalui program Bhakti TNI dan kegiatan
sosial kemasyarakatan guna mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat. Peran Kodim
sangat membantu pemerintah dalam menginventarisasi infrastruktur yang rusak di
wilayah binaannya seperti dalam hal ini pembangunan jembatan yang permanen, baik
karena akibat bencana alam, maupun karena usia sarana infrastruktur. Tingkat koordinasi
berupa kerja sama dengan Dinas Bina Marga membahas tentang pemilihan lokasi TNI
Manunggal Membangun Desa (TMMD). Dengan usulan program tersebut Pemda
menyiapkan anggaran sesuai kemampuan dengan menambahkan kegiatan berupa
pembangunan jembatan yang permanen. Kedua, pemberdayaan Babinsa (Apter) Kodim
memberikan kontribusi besar karena mereka berada di garda depan yang bersentuhan
langsung dengan wilayah dan masyarakat. Pemerintah daerah merasa terbantu
mengingat keterbatasan infrastruktur di Desa K. Babinsa selain menginventarisir
kerusakan infrastruktur (jalan) juga mampu memberikan motivasi serta jalan keluar bagi
keluhan masyarakat, kerusakan jarring jalan yang besar telah memberikan dampak yang
besar bagi masyarakat. Kemampuan pemerintah daerah sangat terbatas dimana dengan
jumlah kerusakan yang begitu banyak pemda hanya mampu menganggarkan perbaikan
jalan yang rusak di Desa K. Butuh waktu lama untuk benar-benar dapat mengatasi
masalah putus/rusaknya jarring jalan di desa K tersebut. Dampak lainnya bagi masyarakat
berupa lambatnya pertumbuhan ekonomi karena terganggunya arus transportasi,
sehingga barang-barang kebutuhan pokok naik karena ongkos yang tinggi. Dalam bidang
pendidikan, anak-anak akan mengalami hambatan untuk pergi ke sekolah dan mengikuti
pelajaran terlebih pada musim penghujan. Bidang sosial budaya, perkembangan
masyarakat pedesaan juga mengalami kemandekan karena desa terisolir sehingga akses
keluar masuk sangat minim.
Sebelum mengakhiri tulisan essai ini, untuk mengoptimalkan peran TNI dalam
penanganan konflik sosial guna menjaga keutuhan NKRI, maka saran yang dapat
disampaikan kepada Komando atas adalah: implementasi peran Babinsa (Atter) di Kodim
dalam pemberdayaan masyarakat yang memiliki peranan penting dalam menjaga
kesejahteraan masyarakat dipandang cukup penting, karena Babinsa (Apter) merupakan
pelaksana pembinaan yang berhadapan langsung dengan masyarakat desa serta dengan
9
Penulis
Ir. Asrul
12
DAFTAR PUSTAKA