Strategy
Oleh: Kapten Arm Oke Kistiyanto, S.AP, Danrai A Yonarmed-7 Kodam Jaya
Pendahuluan
Dalam konteks warfare strategy, untuk menumbuhkan kekuatan nasional (national power) dikenal
istilah DIME (Diplomacy, Information, Military and Economics).
Keempat unsur ini berkaitan satu sama lain dan saling membutuhkan, militer (military) yang kuat akan
menimbulkan efek getar strategis "deterrence effect" (informational) kepada negara-negara di
kawasan sehingga dapat menjadi daya tangkal terhadap ancaman dari luar. Selain itu
militer (military) yang kuat dapat mendukung upaya diplomasi (diplomatic-political) agar
memperoleh bargaining position yang memadai dalam setiap penyelesaian suatu konflik antarnegara.
Dengan bargaining yang kuat maka secara otomatis militer akan melindungi momentum kemajuan
ekonomi (economics) dari gangguan pihak luar maupun dalam negeri, terutama dengan cara
menciptakan stabilitas dalam negeri serta melindungi aset-aset ekonomi (economics).
Atas dasar teori diatas maka kekuatan nasional harus ditopang oleh militer yang kuat. Untuk
menciptakan militer yang kuat maka dibutuhkan peningkatan anggaran yang memadai agar dapat
berjalan sesuai rencana. Negara tentunya tidak mungkin dapat meningkatkan kekuatan
pertahanannya secara instant dan signifikan dalam waktu singkat karena upaya tersebut
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pengembangan kekuatan yang mungkin saat ini, dalam
jangka pendek lebih logis jika difokuskan pada peningkatan "deterrence effect" kepada negara-
negara tetangga melalui pengembangan kekuatan darat yang difokuskan pada pengembangan
kekuatan artileri. Sedangkan dalam jangka panjang lebih baik difokuskan menuju kemandirian industri
pertahanan dengan fokus pada perang generasi ketiga (3rd generation war).
Persiapan menghadapi perang generasi ketiga tentunya menelan biaya yang tidak sedikit, dibutuhkan
konsep strategis yang matang serta kemauan dari para petinggi kita dalam melaksanakan
transformasi, terutama didalam jajaran korps Armed sendiri. Maksudnya adalah agar korps Armed
bisa berubah (bertransformasi) menjadi modern karena fungsi outward-looking menuntut kapasitas
ini. Modern di sini bukan berarti memodernisasi teknologi alutsista Armed yang sudah tua, namun
lebih condong pada mengganti teknologi alutsista dengan generasi terbaru. Tidak ada yang dapat
dimodernisasi dari teknologi yang sudah kedaluwarsa.
Paradigma Permasalahan
Ada dua paradigma permasalahan yang diangkat mengapa peran Satuan Armed begitu penting
dalam menciptakan "deterrence effect" bagi kepentingan nasional sehingga Angkatan Darat perlu
mengadakan transformasi dan modernisasi kedalam. Pertama, bagaimana paradigma modernisasi
kekuatan artileri medan dilakukan sehingga bisa menjadi efek getar strategis TNI terhadap negara
tetangga. Hal ini didasari pemikiran apabila TNI memiliki Satuan artileri rudal jarak menengah di
sekitar perbatasan maka hal ini merupakan suatu konsep strategis yang mempunyai deterrence
effect bagi bangsa. Untuk merealisasikan konsep tersebut maka satuan Armed harus secara
bertahap berevolusi menuju modernisasi dan kemandirian. Kedua, bagaimana transformasi dapat
dilakukan sehingga Satuan Armed dapat melaksanakan berbagai macam bentuk dan metode
pertempuran. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa saat ini dunia sudah berubah, dunia sudah tidak
menganut pola bipolar, liberal atau komunis. Sehingga bentuk dan metode pertempuran sudah jauh
berubah, tidak hanya linear namun juga non linear selain itu nantinya tidak hanya negara (state) yang
nantinya menjadi aktor peperangan namun aktor juga non negara (non-state), seperti halnya
kelompok teroris internasional juga dapat mengambil peran penting dalam peperangan kedepan.
Selama ini jelas bahwa Indonesia memilih opsi hedging, tetapi hal pilihan ini ternyata tidak terlalu
banyak membantu pengembangan kekuatan pertahanan Indonesia. Indonesia memang menikmati
peningkatan alokasi anggaran IMET rata rata sebesar 23% sejak pembatalan embargo di tahun 2005
hingga proyeksi 2010, termasuk dengan pengurangan alokasi IMET sebesar 25% di tahun 2008
dibanding tahun sebelumnya. Namun jelas angka ini tidak signifikan dibandingkan alokasi untuk
Filipina. Belum lagi semenjak embargo dan syarat-syarat yang memberatkan, Indonesia mengalami
berbagai masalah dan kecelakaan alutsista yang mengambil korban jiwa anak bangsa.
Rusia
Rusia sebagai salah satu kekuatan besar di kawasan telah menunjukkan niatan mengembangkan
kerjasama militer dengan Indonesia. Secara historis, hubungan Indonesia dan Rusia memang cukup
dekat. Rusia bahkan pernah mendukung Indonesia sebagai salah satu kekuatan udara terkuat di Asia
pada tahun 1960-an. Di masa kini, Rusia menawarkan bantuan militer sebesar 1 Milliar USD kepada
Indonesia sejak kunjungan Putin ke Jakarta September 2007. Indonesia benar-benar ingin
memperbaharui persenjataan militer yang ada setelah melihat pengalaman-pengalaman di
lapangan.Pertama seringnya campur tangan negara Eropa dan Amerika Serikat dalam hal
persenjataan militer. Kedua kasus Ambalat merupakan cermin yang sangat transparan dimana
Angkatan Laut Malaysia sudah sangat berani, ini dikarenakan kapal-kapal perang Malaysia ternyata
lebih baru dan modern dari yang dimiliki TNI AL. Rusia dipilih Indonesia untuk memasok persenjataan
militer terbaru bagi TNI. Ini karena beberapa alasan, pertama sejarah hubungan militer Indonesia-
Rusia. Kedua, Rusia lebih longgar dalam memberikan syarat-syarat dibidang militer. Ketiga, Rusia
bisa lebih fleksibel dalam hal harga seperti bisa dibayar dengan komiditi yang dimiliki
Indonesia. Keempat, Rusia memiliki teknologi militer yang sepadan dengan Eropa dan AS.
China
China tidak kalah tertarik untuk mengembangkan kerjasama militer dengan Indonesia. Menteri
Pertahanan kedua negara menandatangani MOU di tahun 2007 untuk mengembangkan kerjasama
militer yang dapat diupayakan sampai kepada proses pengadaan dan alih teknologi militer. Bentuk
kerjasama militer ini diperlukan agar bisa menjadi penyeimbang kemajuan teknologi militer negara-
negara barat. Bentuk kerja sama ini juga merupakan upaya Indonesia untuk tidak terlalu bergantung
pada teknologi militer barat
Malaysia
Semenjak pulih dari krisis ekonomi di tahun 1997, Angkatan Darat Malaysia, Tentera Darat Malaysia
(TDM), mulai bangkit dan memulai proses modernisasi alutsista. Diawali dengan pembentukan
resimen Main Battle Tank melalui pembelian 48 unit PT-91M MBT buatan Polandia yang merupakan
varian terbaru dari modifikasi tank T-72 Rusia. Mereka juga membeli 28 unit South African G5 Mk III
155 mm howitzers ditambah 36 unit Astros II MLRSdari Brazil (baru 50% yang tiba) dalam rangka
modernisasi persenjataan resimen armed, Rejimen Artileri DiRaja. Dari data pembelian senjata, saat
ini resimen armed Malaysia tercatat mempunyai 4 macam jenis senjata armed, termasuk diantaranya
alutsista baru rudal Astros II dan Meriam 155 mm G5 Mk III. Selain itu persenjataan mereka
merupakan jenis meriam lama yakni 200 unit OTO-Melara 105 mm Mod 56 (jenis pack howitzer)
buatan Italia dan 75 unit VSEL FH-70 155 mm Howitzers buatan Inggris.
Singapura
Angkatan Darat Singapura yang lebih dikenal dengan nama Singapore Army saat ini sudah
mentransformasi diri menuju 3rd generation fighting force, berfokus pada peningkatan teknologi dan
sistem senjata sebagai kekuatan pengganda "force multiplier". Evolusi ini mengkombinasikan
kemajuan teknologi dan latihan yang menggunakan jaringan "networking" untuk mengintegrasikan
ketiga matra ke dalam suatu gugus komando gabungan yang terintegrasi.Singapura sendiri memiliki 6
Batalyon Armed yang tersebar di 3 Divisi aktif. Armed Singapura terdiri dari 2 jenis Multiple Rocket
Launcheryakni 18 unit High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) buatan Amerika Serikatdan 32
unit XM31 Unitary HE GMLRS Pod. Selain itu Armed Singapura memiliki 3 jenis radar lawan
baterai, AN/TPQ-36 Firefinder radar, AN/TPQ-37 Firefinder radar dan ARTHUR. Ini untuk
melengkapi kemampuan 8 jenis meriam Armed yang dimiliki (3 yang aktif digunakan) yang terdiri dari
54 unit SLWH Pegasus 155mm/L39 Heli-portable Lightweight Howitzer, 54 unit SSPH Primus
155mm/L39 Self-Propelled Howitzer (SSPH-1), 72 unit FH-2000 155mm/L52 Towed Howitzer, 54
unit FH-88 155mm/L39 Towed Howitzer (cadangan), 37 unit GIAT LG1 105 mm Towed Howitzer (di
gudangkan), 16 unit M-114A1 155 mm Towed Howitzer (digudangkan), 28 unit Soltam M-71S
155mm/L39 Towed Howitzer (digudangkan) dan38 unit Soltam M-68 155mm/L33 Towed Howitzer
(digudangkan).
Australia
Angkatan Darat Australia dikenal dengan nama Australia Army, terbagi menjadi 2 Divisi. Divisi I berisi
tentara aktif sedangkan Divisi II merupakan tentara cadangan. Divisi aktifnya sendiri mempunyai 3
Brigade yang mempunyai 1 resimen artileri di dalamnya. 1st Brigade Darwin memiliki 1 Resimen
Artileri Sedang dengan meriam 155 mm M198 Howitzer buatan Amerika. Brigade kedua yakni 3rd
Brigade Townsville memiliki 1 Resimen Artileri Ringan dengan meriam 105 mm L118 Howitzer buatan
Inggris dan Brigade terakhir adalah 7th Brigade Brisbane memiliki 1 Resimen Artileri Ringan dengan
meriam 105 mm L118 Howitzer buatan Inggris. Selain itu, meriam artileri mereka pergunakan
bagi Australian Army Reserve seperti 105 mm M2A2 Howitzer (Varian terbaru dari 105 mm
M101A2 buatan Amerika). Saat ini mereka melaksanakan transformasi diri dengan code name Land
17 Artillery Replacement.Dengan dana 1,5 Milyar Dollar Australia, program ini akan mengevaluasi
sistem baru dengan tujuan mengganti seluruh meriam sedang 155 mm M198 Howitzer maupun
meriam ringan 105 mm L118 Howitzer dan 105 mm M2A2 Howitzer dengan meriam jenis GS dan
meriam jenis tarik agar dapat mengadopsi sistem Integrated Digital Fire Control Network Structure.2)
Tender Meriam GS tersebut adalah PzH 2000 155 mm SP Gun buatan Jerman, K9 Thunder 155 mm
SP Gun Buatan Korea Selatan, G6 155 mm SP Gun Buatan Afrika Selatan (Tidak Memenuhi
Syarat), Bofors ARCHER 155 mm SP Gunbuatan Swedia (Tidak Memenuhi Syarat). Sedangkan
untuk jenis meriam tarik adalah M777 155 mm Lightweight Medium Howitzer buatan Amerika (telah
menang kontrak pada Oktober 2009)3) dan Pegasus 155 mm Lightweight Medium Howitzer buatan
Singapura.
Peningkatan rate of fire membutuhkan jenis meriam jenis baru yang kemampuannya diatas meriam
yang dimiliki saat ini yang rata-rata rate of fire-nya hanya 3 peluru per menit. Ini dilakukan agar
kedepan satuan Armed dapat menembak lebih banyak dan lebih cepat. Selain itu dalam rangka
peningkatanrate of fire,satuan Armed juga memerlukan teknologi autoloader and automatic
recoil system agar meriam mampu melaksanakan pengisian meriam secara otomatis, tidak hanya
mengandalkan sistem manual. Perlu diketahui teknologi ini sudah dimiliki oleh hampir semua meriam
kaliber sedang dan merat diantaranya meriam M109A2 155 mm Howitzer buatan Amerika.
Peningkatan hit agar dapat menembak lebih tepat diperlukan untuk mendukung Close Quarter Battle
(CQB) atau pertempuran jarak dekat seperti halnya Perang Kota atau Perang Lawan Insurjensi yang
dimana kawan akan berada dekat dengan lawan. Memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu dukungan
teknologi modern yang terintegrasi dalam suatu jaringan seperti halnya teknologi laser finder pada
peninjau dikombinasikan dengan pibak komputer pada pibak yang dihubungkan dengan komunikasi
digital antara kelompok depan dan belakang. Dengan penguasaan teknologi tersebut diharapkan
ketepatan serta kecepatan dalam pengolahan data dapat terwujud sehingga satuan Armed dapat
mendukung pertempuran Kota seperti yang sedang didengung dengungkan akhir akhir ini.
Peningkatan logistic efficiency dilakukan agar dapat melaksanakan pertempuran lawan artileri secara
maksimal. Ini memerlukan jenis munisi baru yang ringan, tidak berat serta tidak memakan banyak
tempat sehingga tidak membebani satuan Armed dari segi kebutuhan kendaraan angkut munisi
maupun pengadaan logistik munisi ketika perang berlangsung.
Perlu diketahui bahwa modernisasi kapabilitas militer tidak bisa terlepas dari transformasi doktrin
militer. Dengan penerapan teknologi modern, transformasi Taktik Armed bukan menjadi suatu hal
yang tidak mungkin dilakukan kedepan. Transformasi taktik dilakukan agar nantinya satuan Armed
dapat mendukung berbagai macam bentuk operasi baik itu bentuk perang linear maupun non linear.
Pertempuran jarak dekat yang rata-rata merupakan operasi non linear seperti pertempuran kota
misalnya, dapat didukung oleh satuan Armed dengan syarat dilengkapi teknologi modern, tanpa itu
semuanya mustahil.
Pertempuran kota memerlukan taktik Armed dengan perlengkapan khusus sehingga satuan Armed
yang terlibat didalamnya dapat melaksanakan tembakan setepat mungkin ke sasaran. Kesalahan
penghitungan sedikit saja dari satuan Armed yang terlibat akan berakibat fatal bagi pasukan kawan
maupun penduduk sipil maupun bangunanyang ada. Hal ini dapat dilakukan karena penggunaan
teknologi modern akan otomatis meningkatkan ketepatan atau hit precision meriam Armed. Selain itu
dengan peralatan peninjauan dan komunikasi yang modern, satuan Armed dapat lebih cepat
mengolah data dan memberikan bantuan ke satuan kawan yang membutuhkan tanpa harus khawatir
ada kesalahan penembakan (misfire).
Sedangkan dalam interdiction battle maupun deep battle yang kebanyakan menggunakan taktik
perang linier, membutuhkan 3rd Generation Integrated Artilery Sistem dalam rangka menghadapi
perang di era modern ini. Penggunaan korbantem armed yang sudah terintegrasi dalam gugus
komando gabungan "Kogasgab", akan dirasakan lebih maksimal dikarenakan taktik yang digunakan
dapat bervariatif. Ini disebabkan oleh kemampuan, jarak capai maupun mobilitas satuan armed
modern melebihi dari yang dimiliki saat ini sehingga Dankogasgab dapat memiliki inisiatif lebih dan
leluasa menggunakan sarana bantem Armed secara cepat dan tepat.
Perlu diketahui bahwa satuan Armed modern dapat melaksanakan pertempuran jarak jauh "deep
battle" yang biasanya didominasi oleh kekuatan udara. Dengan jarak capai yang jauh, satuan armed
dapat mengimbangi kemampuan pesawat udara taktis dalam melumpuhkan pertahanan maupun
menetralkan serangan musuh dengan biaya yang "lebih murah". Selain itu dalam perang non linier,
dengan ketepatan yang akurat (high precision), satuan armed akan mampu memberikan bantuan
tembakan kepada satuan kawan ketika pertempuran kota, melintasi bangunan-bangunan, tanpa
harus khawatir terjadi kesalahan tembak (missfire). Oleh karena itu alutsista Armed yang sudah out of
date haruslah segera dimodernisasi bukan hanya dengan memodernisasi alutsista yang sudah
ketinggalan jaman, namun harus menggantinya dengan alutsista baru, lebih modern, sesuai dengan
perkembangan zaman karena tidak ada lagi yang dapat diharapkan dari alutsista tua. Ibarat mobil
kuno, perbaikan dan perawatannya lebih mahal ketimbang pembelian mobil baru. Dikarenakan
anggaran yang terbatas dan harus berimbang dengan program modernisasi alutsista matra lainnya
maka untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan, pengoperasian, dan modernisasi alutsista Armed
serta sarana pendukung lainnya bagi perwujudan MEF, Pussenarmed dan Mabes TNI AD harus
merumuskan secara teknis dan memberikan masukan secara bottom up tentang proporsional
besaran anggaran pertahanan yang perlu dialokasikan kepada Kementerian Pertahanan melalui
Mabes TNI.
Setiap bagian dalam proses transformasi dan modernisasi kekuatan Armed haruslah bergerak paralel
secara bersama sama dalam setiap tahap evolusi regenerasi TNI.
Ada 5 pokok-pokok konsep transformasi dan modernisasi kekuatan Armed yang akan dibahas, yakni :
Penutup
Berdasarkan berbagai hal di atas, mau tidak mau pemerintah harus tetap konsekuen dalam
membangun profesionalisme yaitu dengan transformasi TNI. Kedaulatan suatu negara akan terancam
jika tidak memiliki militer yang kuat. Jika pemerintah Indonesia tidak segera melakukan transformasi
TNI menjadi TNI yang profesional dalam artian yang sebenarnya, maka taruhannya adalah
kedaulatan negara. Satu hal yang harus dipahami oleh elite politik dan pemimpin bangsa adalah
prinsip para Jenderal hebat di dunia, bahwa kita harus membiarkan para negara tetangga
membangun kekuatan pertahanannya, tetapi jangan sampai membiarkan mereka lebih kuat dari kita
sehingga mereka berpotensi menjadi our next enemy.
Dalam rangka membangun profesionalisme TNI, suka atau tidak suka transformasi dan modernisasi
kekuatan Armed merupakan bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dalam proses ini. Saat ini
transformasi dan modernisasi kekuatan Armed tampak masih jauh dari kata mulai. Faktor
penghambat hal itu merentang dari konteks lingkungan strategis dan kepentingan nasional Indonesia,
hingga perkembangan doktrin militer serta konsistensi antusiasme para petinggi negeri ini (political
will), termasuk didalamnya perhatian dari para petinggi TNI AD itu sendiri. Konsepsi transformasi dan
modernisasi kekuatan Armed ini tidak akan ada artinya apabila tidak dimulai dari sekarang.
Karena keberhasilan Armed dalam proses ini akan berdampak langsung pada transformasi yang
dilakukan oleh TNI.
Demikian tulisan ini disusun, penulis menyadari bahwa Konsep ini masih belum sempurna dan masih
banyak hal yang memerlukan perbaikan untuk penyempurnaannya, oleh karena itu koreksi dan
saran-saran dari pembaca dan semua pihak yang konstruktif akan selalu penulis terima dengan
senang hati. Menyadari kekurangan-kekurangan tersebut, penulis berharap Konsep ini dapat
digunakan sebagai bahan acuan tambahan dalam mengatasi berbagai permasalahan dan semoga
bermanfaat bagi pengembangan TNI terutama korps Armed kedepannya.