Anda di halaman 1dari 23

Lampiran B

PENGERTIAN-PENGERTIAN

1. Ajaran, segala sesuatu yang diajarkan, nasehat, petuah,


petunjuk dan segala sesuatu yang dinasehatkan.

2. Agresi, penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara


lain terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dalam bentuk atau cara-cara antara lain invasi,
bombardemen, blokade sebagian atau seluruh wilayah suatu negara,
serangan bersenjata terhadap unsur satuan darat, laut dan udara,
serta keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata asing
dalam wilayah suatu negara, yang bertentangan dengan ketentuan
atau perjanjian yang disepakati.

3. Aktor Negara, suatu negara atau perwakilan resmi suatu


negara yang paling dominan memainkan perannya dalam sistem
internasional.

4. Aktor non-negara, orang atau kelompok yang setiap


tindakannya tidak mewakili atau tidak atas nama suatu negara.

5. Aktual, betul-betul ada (terjadi), sesungguhnya, sedang


menjadi pembicaraan orang banyak, baru saja terjadi, masih baru
(tentang peristiwa).

6. Amendemen, usul perubahan undang-undang yang


dibicarakan dalam Dewan Perwakilan Rakyat dan sebagainya,
penambahan pada bagian yang sudah ada.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-1


7. Ancaman, segala usaha yang dilaksanakan secara
konsepsional melalui tindakan politik dan/atau kejahatan yang
diperkirakan dapat membahayakan tatanan serta kepentingan negara
dan bangsa.

8. Ancaman Bersenjata, ancaman yang datangnya dari


gerakan kekuatan bersenjata.

9. Ancaman Militer, ancaman yang menggunakan kekuatan


bersenjata suatu negara dan terorganisir, yang dinilai mempunyai
kemampuan membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu
negara, serta membahayakan keselamatan segenap bangsa.

10. Ancaman Militer Tradisional, ancaman yang sumbernya


berasal dari kekuatan militer negara lain, yaitu berupa pengerahan
kekuatan militer secara konvensional oleh satu atau beberapa negara
yang ditujukan untuk menyerang NKRI. Ancaman ini, antara lain
dapat berupa tindakan-tindakan seperti agresi, invasi, bombardemen,
blokade, pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase,
penggunaan tentara bayaran dan aksi-aksi provokasi yang dilakukan
oleh militer negara lain.

11. Ancaman Militer Non-Tradisional, ancaman yang


sumbernya tidak hanya berasal dari kekuatan militer negara lain,
dapat pula berupa kejahatan terorganisir lintas negara yang dilakukan
oleh aktor-aktor non-negara dengan memanfaatkan kondisi dalam
negeri yang tidak kondusif. Berdasarkan analisa kecenderungan
lingkungan strategis yang terjadi, ancaman militer non-tradisional
kedepan dapat berupa aksi separatisme, pemberontakan, aksi
radikalisme, aksi terorisme, sabotase, spionase, pembajakan,

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-2


perompakan, penyelundupan dan perdagangan senjata, amunisi dan
bahan peledak yang pada umumnya menggunakan senjata sebagai
sarana.

12. Ancaman Non-Militer, pada hakikatnya ancaman yang


menggunakan faktor-faktor non-militer yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan atau berimplikasi mengancam
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman non-militer dapat berdimensi ideologi,
politik, ekonomi, sosial, informasi dan teknologi serta ancaman yang
diakibatkan oleh bencana baik yang alamiah (geologi, meteorologi,
hidrologi dan biologi), maupun buatan manusia (teknologi) yang
berdimensi mengancam keselamatan bangsa. Ancaman non-militer
memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, namun
dapat berkembang atau berakumulasi menjadi ancaman terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa.

13. Ancaman Faktual, berkaitan dengan ancaman yang akan


terjadi berdasarkan fakta.

14. Analisa Tugas Pokok, suatu proses/mekanisme langkah


tindakan dalam menganalisa tugas pokok yang dilimpahkan/diberikan
untuk menemukan tugas khusus dan tugas terkandung serta
menganalisa tugas-tugas yang tidak ditentukan dalam rumusan tugas
pokok dalam rangka merumuskan tugas pokok yang dinyatakan
kembali (restate mission).

15. Asas, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau


berpendapat.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-3


16. Asimetris, merupakan kata sifat yang berarti tidak
setangkup atau tidak sama. Dalam konteks pengertian militer
asimetris diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak seimbang.
Misalnya ancamanasimetris adalah suatu ancaman yang dilakukan
oleh lawan yang memiliki imbangan daya tempur yang tidak sama,
contoh kelompok (kecil) teroris atau pemberontak bersenjata
melakukan berbagai tindakan yang mengancam keselamatan jiwa
warga negara atau kepentingan suatu negara.

17. Aturan Pelibatan/ Rule of Engagement (RoE), petunjuk/


arahan/ ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas militer yang
kompeten, yang menggambarkan keadaan dan keterbatasan dimana
militer akan berinisiatif dan/ atau melanjutkan keterlibatannya dalam
suatu kesempatan pertempuran dengan pasukan lain yang mungkin
dihadapi.

18. Bantuan, barang/ jasa/ pikiran/ tenaga yang dipakai untuk


meringankan/ menolong.

19. Bebas dan Aktif, sikap politik luar negeri Indonesia yang tidak
terikat oleh suatu ideologi, tidak masuk blok negara asing tertentu,
aktif ikut mengambil prakarsa dalam mengembangkan persahabatan
dan kerja sama internasional.

20. Blokade, pengepungan atau penutupan suatu daerah atau


negara sehingga orang, barang, kapal, dsb. tidak dapat keluar masuk
dengan bebas.

21. Capstone, Penjuru, tonggak, yang menjadi acuan.

22. Cyber Crime, atau Kejahatan Cyber, setiap kejahatan


yang dilakukan dengan menggunakan sarana komputer dan
jaring komputer.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-4


23. Cyber Terrorism, kegiatan/ aktifitas serangan teroris
berbasis internet, termasuk gangguan yang disengaja, gangguan
skala besar terhadap jaring komputer, terutama komputer (PC/
Personel Computer) yang terkoneksi/ terkait dengan jaring internet
dengan menggunakan virus komputer.

24. Cyber Warfare, perang dengan menggunakan jaringan


komputer dan internet di dunia maya (cyber space) dalam bentuk
pertahanan dan penyerangan informasi.

25. Defensif, bersikap bertahan, dipakai atau dimaksudkan


untuk bertahan.

26. Dharma, jalan kehidupan yang berlandaskan kebenaran dan


filsafat agama-agama.

27. Diplomasi Angkatan Laut, merupakan tindakan atau


kegiatan diplomasi yang dilakukan oleh Angkatan Laut, untuk
mendukung kebijakan politik luar negeri suatu negara yang dirancang
untuk mempengaruhi kepemimpinan negara lain, baik dalam keadaan
damai maupun pada situasi bermusuhan.

28. Doktrin, sesuatu yang diajarkan/ pengajaran atau bahkan


diperjelas secara khusus sebagai sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan dianggap sebagai suatu pegangan/ pedoman
dalam rangka pelaksanaan tugas/pencapaian tujuan. Perlu diingat
bahwa doktrin militer bukan falsafah, dogma ataupun ajaran-ajaran
yang sifatnya abadi. Doktrin militer bersifat dinamis, karena doktrin
tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan politik,
perkembangan teknologi, perkembangan kemajuan militer, dan

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-5


perkembangan ekonomi. Dengan demikian doktrin militer memang
harus dikembangkan dan dikaji ulang sesuai dengan tuntutan yang
harus dihadapi.

29. Doktrin Angkatan, merupakan doktrin pelaksanaan


pada lingkup pertahanan militer. Bagi TNI, Doktrin Angkatan meliputi
Doktrin Angkatan Darat, yakni Doktrin Kartika Eka Paksi, Doktrin
Angkatan Laut, yakni Doktrin Eka Sasana Jaya dan Doktrin Angkatan
Udara, yakni Doktrin Swa Buana Paksa.

30. Doktrin Pertahanan Negara, (Menurut buku Doktrin


Pertahanan Negara – Departemen Pertahanan Negara, 2007)
merupakan doktrin yang berada pada tingkatan strategis berskala
nasional dalam mengelola sistem pertahanan negara.

31. Doktrin TNI, merupakan pedoman TNI dalam


melaksanakan tugas pokok dan perannya sebagai alat pertahanan
negara, bersumber dari pengalaman sejarah, nilai-nilai intrinsik
perjuangan bangsa dan teori mulai dari yang bersifat konsepsional
sampai dengan yang bersifat operasional implementatif melandasi
pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam pembinaan kekuatan dan
penggunaan kekuatan TNI.

32. Dukungan, sesuatu yang didukung, sokongan, sebagai


contoh: tanpa dukungan rakyat, pembangunan tidak akan lancar.
(Dalam hal ini dukungan lebih bersifat melekat dan terus menerus)
33. Faktual, berdasarkan kenyataan, mengandung kebenaran.
34. Falsafah, anggapan, gagasan dan sikap batin yang paling
dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat, pandangan hidup.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-6


35. Filosofis, berdasarkan filsafat (pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, akal dan hukumnya, teori yang mendasari alam pikiran atau
suatu kegiatan, ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika dan
epistemology).

36. Fleksibilitas, penyesuaian diri secara mudah dan cepat,


keluwesan, ketidak canggungan.

37. Forces, gabungan kekuatan dan kemampuan dari sistem


senjata, peralatan, personel dan dukungan yang dimiliki oleh militer.

38. Fundamental, bersifat dasar (pokok), mendasar. Contoh :


iman merupakan suatu hal yang sangat fundamental didalam
kehidupan manusia.

39. Gelar Kekuatan, sejumlah kekuatan yang terdiri atas


kekuatan tempur, kekuatan bantuan/ dukungan tempur, kekuatan
bantuan administrasi, kekuatan intelijen, kekuatan teritorial dan
kekuatan cadangan yang digelar pada daerah operasi tertentu dalam
rangka menghadapi kemungkinan ancaman nyata lawan.

40. Geopolitik, ilmu tentang pengaruh faktor geografi terhadap


ketatanegaraan; kebijaksanaan negara atau bangsa sesuai dengan
posisi geografisnya.

41. Gerakan Bersenjata, gerakan sekelompok warga negara


suatu negara yang bertindak melawan pemerintahan yang sah
dengan melakukan perlawanan bersenjata.

42. Grand Strategi, strategi yang berlaku pada tingkat nasional


atau sering juga disebut dengan Strategi Raya.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-7


43. Hak Asasi Manusia (HAM), hak yang dilindungi secara
internasional sesuai dengan deklarasi PBB (Declaration of Human
Rights), seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk
memiliki dan hak untuk mengeluarkan pendapat.

44. Hakikat, intisari atau dasar, kenyataan yang sebenarnya.

45. Ilegal Fishing, tindakan kapal berbendera nasional atau


kapal asing di wilayah perairan yurisdiksi suatu negara untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa ijin suatu negara
tersebut atau melanggar hukum dan regulasi.
46. Ilegal Mining, pertambangan gelap adalah kegiatan
pertambangan yang tidak pada tempatnya, tidak memiliki hak lisensi
eksplorasi pertambangan atau ijin pertambangan, eksplorasi atau ijin
transportasi pertambangan atau tanpa dilengkapi dokumen perijinan
yang mensahkan kegiatan pertambangan.

47. Induk, Ibu (terutama untuk binatang), yang terutama, yang


menjadi pokok atau pangkal yang menjadi asal, inti, pati, bibit dan
biang.

48. Invasi, hal atau perbuatan memasuki wilayah negara lain


dengan mengerahkan angkatan bersenjata dengan maksud
menyerang atau menguasai negara tersebut, penyerbuan ke dalam
wilayah negara lain.

49. Jati Diri, ciri-ciri, gambaran atau keadaan khusus


seseorang atau suatu benda identitas, inti, jiwa, semangat dan daya
gerak dari dalam, spiritualitas, identitas Iahiriah yang tampil dan
dalam hati nurani yang memancar dalam wujud perilaku sehari-hari
berdasarkan tata nilai.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-8


50. Jati Diri TNI, identitas TNI secara lahiriah yang
ditunjukkan melalui proses perjuangan bangsa dimana TNI
merupakan bagian dan rakyat, lahir dan berjuang bersama rakyat
demi membela kepentingan negara.

51. Jejaring, jejaring/ jaringan adalah suatu struktur yang


dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau
organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik
seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

52. Jus ad Bellum, hukum tentang perang yang mengatur


dalam hal bagaimana negara dibenarkan untuk menggunakan
kekerasan bersenjata. Penerapan dari Jus ad Bellum ini dinyatakan
pada Bab I Ketentuan Umum Konvensi Jenewa, pasal 2 tentang
konflik bersenjata internasional.

53. Jus in Bello, hukum yang mengatur tentang tata cara


dilakukannya Perang (conduct of war) atau lazim disebut Hukum Den
Haag dan Hukum yang mengatur perlindungan terhadap orang-orang
yang menjadi korban perang atau disebut Hukum Jenewa.

54. Kebijakan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis


besar dan dasar perencanaan, dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan dan cara bertindak (pemerintahan organisasi, dsb.),
pernyataaan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sehingga garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran, garis,
haluan.

55. Kebijaksanaan, kepandaian menggunakan akal budinya


(pengalaman dan pengetahuannya), Kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan, dsb.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-9


56. Kedaulatan :

a. Suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah


pemerintahan, masyarakat, atau atas diri sendiri. Pemerintahan
yang memiliki kendali penuh urusan dalam negerinya sendiri
dalam suatu wilayah atau batas teritorial atau geografisnya dan
berbagai organisasi atau lembaga yang berada di wilayahnya.
(Wikipedia)

b. Kekuasaan atas pemerintahan negara, daerah dan


sebagainya yang telah diakui oleh dunia internasional. (kamus
besar bahasa Indonesia, Depdikbud 1988)

c. Kedaulatan Negara Republik Indonesia di perairan


Indonesia meliputi laut teritorial, perairan kepulauan dan
perairan pedalaman serta ruang udara di atas laut teritorial,
perairan kepulauan, dan perairan pedalaman serta dasar laut
dan tanah di bawahnya termasuk sumber kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 1996 tentang perairan Indonesia)

57. Kejahatan Transnasional, atau Kejahatan Lintas


Negara adalah kejahatan yang terjadi dilebih dari satu wilayah
yurisdiksi suatu negara, tetapi konsekuensinya secara signifikan akan
mempengaruhi negara-negara lain. Kejahatan lintas negara meliputi
perdagangan gelap narkoba, perdagangan manusia, sea-piracy,
penyelundupan senjata, pencucian uang, terorisme, international
economic crime dan cyber crime.

58. Ketahanan Nasional, kondisi dinamis suatu bangsa yang


terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala
macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-10


baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun
yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

59. Kepentingan Nasional, kepentingan yang utama dari suatu


negara untuk dapat mempertahankan eksistensi bangsanya.

60. Kepentingan Nasional Bersifat Vital, kepentingan survival,


ketika bangsa berjuang untuk merdeka dan bernegara. Kemudian
melindungi dan menjaga eksistensi atau kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
61. Kepentingan Nasional Bersifat Marginal, kepentingan yang
belum menjadi prioritas baik karena terhambat oleh dukungan
kemampuan yang dimiliki, maupun karena tuntutan situasi yang tidak
mendesak. Namun kepentingan marjinal tetap perlu diperhatikan jika
sewaktu-waktu pemerintah memiliki dukungan kemampuan yang
memadai atau terjadi desakan dari perubahan situasi lingkungan
strategik, prediksi ancaman dan tekanan-tekanan.

62. Kepentingan Peripheral, kepentingan status dan peranan


dalam hubungan antar bangsa dan negara di dunia, yang merupakan
tampilan dari cara hidup bangsa yang dilandasi budaya, moral dan
etika.
63. Kepentingan Mayor, kepentingan untuk promotion of
values, perkembangan kehidupan, merupakan tampilan dari
kesejahteraan nasional.
64. Komponen Cadangan, warga negara yang telah dilatih,
sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana serta
wilayah negara yang telah dipersiapkan untuk menjadi pengganda
komponen utama melalui mobilisasi.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-11


65. Komponen Pendukung, warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, sarana dan prasarana serta wilayah negara
yang telah dipersiapkan untuk didayagunakan menjadi pendukung
komponen utama dan komponen cadangan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

66. Komponen Utama, Tentara Nasional Indonesia yang terdiri


atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk
digunakan dalam melaksanakan tugas-tugas pertahanan.

67. Konflik, percekcokan, perselisihan dan pertentangan.


Pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan antara dua tokoh.

68. Konflik Komunal, konflik yang dipicu oleh ekslusivisme


suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) serta kesenjangan
sosial ekonomi. Kerugian yang diakibatkan oleh konflik komunal
berupa timbulnya gelombang pengungsian, penderitaan luar biasa
bagi masyarakat, korban jiwa, kerusakan berbagai infrastruktur,
fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam skala besar menyebabkan
dan mengakibatkan terganggunya kegiatan pemerintahan dan
pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan pendidikan. Resiko
terbesar yang ditimbulkan oleh konflik komunal adalah rusaknya
ikatan persatuan dan kesatuan bangsa.

69. Kerawanan sosial, suatu keresahan sosial yang


berkepanjangan, yang diakibatkan oleh proses konflik yang
ditimbulkan dari perbedaan pendapat suatu masyarakat/ kelompok
golongan tertentu, dengan pemecahan dan penyelesaian masalah
yang tidak memuaskan masyarakat/ kelompok golongan tersebut.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-12


Ketidakpuasan ini masih dalam eskalasi aman sehingga hanya
diperlukan tindakan pencegahan. Ketidakpuasan pemecahan
masalah dari yang tidak tepat dicegah akan memicu keresahan,
demonstrasi/anarkis ataupun separatisme.

70. Kontinjensi :

a. Suatu peristiwa yang mungkin/ tidak mungkin terjadi


atau suatu kondisi yang bersifat tidak pasti.

b. Suatu keadaan dalam tata kehidupan masyarakat yang


oleh sebab tertentu sangat mungkin menjadi penyebab
kerawanan, krisis dan perlu senantiasa diwaspadai.

c. Suatu perubahan/ peristiwa yang tidak disukai/


diinginkan, tergantung pada ketidakpastian, bersifat darurat
dan dikendalikan oleh perubahan.

71. Konvensi, permufakatan atau kesepakatan (terutama


mengenai adat, tradisi, dsb), perjanjian antarnegara, para penguasa
pemerintahan, dsb.

72. Legitimasi, keterangan yang mengesahkan atau


membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang
yang dimaksud, kesalahan, pernyataan yang sah (menurut undang-
undang atau sesuai dengan undang-undang), pengesahan.

73. Mandala Operasi, sebagian dari mandala perang yang


perlu bagi operasi militer yang bersifat ofensif, sesuai dengan
kebutuhan administrasi yang berhubungan dengan operasi. Batas-
batasnya ditentukan oleh seorang Panglima.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-13


74. Manuver, gerakan yang tangkas dan cepat dari pasukan
(kapal, dsb.) dalam perang, latihan perang-perangan oleh militer.

75. Matra, “Dimensi” yang menggambarkan lingkungan atau


ruang sebagai tempat melakukan kegiatan atau operasi, aspek
penugasan, elemen (unsur) dan rentang koordinasi dan ukuran
kekuatan dan kemampuan (Forces). Sebagai contoh istilah operasi
matra darat dapat berarti Operasi dilaksanakan dilingkungan daratan
dan ruang diatasnya sebagai tempat melaksanakan kegiatan yang
dilakukan oleh satuan-satuan tempur darat yang memiliki kekuatan
dan kemampuan. Demikian juga operasi matra laut dan operasi
matra udara.

76. Minimum Essential Forces, satuan inti militer minimum.

77. Misi, tugas yang dirasakan orang sebagai suatu kewajiban


untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dsb.

78. Non-linier, dalam pengertian militer, kata non-linier diartikan


sebagai suatu rencana, aksi, operasi atau tindakan yang tidak
memiliki tahapan yang jelas. Rencana, aksi, operasi atau tindakan
tersebut dilakukan secara simultan dan ditujukan pada banyak
sasaran ditempat dan waktu yang tak terduga.

79. Operasi militer :

a. Suatu tindakan militer atau pelaksanaan suatu strategi,


operasional dan taktik.

b. Proses pelaksanaan pertempuran, termasuk


pergerakan, pasokan (suplai), serangan, pertahanan dan
manuver yang diperlukan dalam rangka melaksanakan
pertempuran atau kampanye.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-14


80. Operasi Militer Perang (OMP), segala bentuk pengerahan
dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan kekuatan militer
negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia dan atau
dalam konflik bersenjata dengan satu negara lain atau Iebih, yang
didahului dengan adanya pernyataan perang dan tunduk pada hukum
perang internasional.

81. Operasi Militer Selain Perang (OMSP), pengerahan


kekuatan TNI untuk melaksanakan operasi militer yang bukan dalam
rangka perang dengan negara lain, tetapi untuk melaksanakan tugas-
tugas non tempur, seperti tugas-tugas kemanusiaan, menanggulangi
akibat bencana dan untuk kepentingan nasional lainnya, mengatasi
pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, tugas mengatasi
kejahatan lintas negara dan tugas perdamaian.

82. Paradigma :

a. Seperangkat peraturan dan ketentuan baik tertulis


maupun tidak tertulis yang mengatur dua hal, yaitu
menciptakan/ menentukan batas-batas dan menjelaskan cara
untuk berperilaku (bermasyarakat, berbangsa dan bernegara)
dalam rangka memecahkan suatu masalah.
b. Kerangka berpikir atau model dalam teori ilmu
pengetahuan.

83. Pelajaran, yang dipelajari atau diajarkan, latihan. (Contoh:


pelajaran bahasa Indonesia, daftar pelajaran).
84. Pelanggaran Wilayah, merupakan suatu tindakan memasuki
wilayah negara lain tanpa izin (diplomatic clearence dan security
clearence), baik oleh kendaraan, pesawat terbang tempur maupun
kapal-kapal perang.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-15


85. Pembajakan, segala tindakan menaiki kapal apapun
dengan tujuan mencuri ataupun bentuk kejahatan lain dengan
kekerasan.

86. Pemberontakan Bersenjata, perlawanan bersenjata yang


dilakukan oleh separatis bersenjata maupun kelompok bersenjata
yang tidak sepaham dengan ideologi dan kebijakan negara dengan
melakukan sabotase, spionase, aksi-aksi provokasi maupun
penggunaan tentara bayaran yang dilakukan oleh kelompok
bersenjata secara berdiri sendiri atau ada bantuan militer negara lain.

87. Pembinaan kemampuan, upaya mengubah atau membangun


kecakapan dan atau kesanggupan melaksanakan kegiatan secara
bertahap dan berlanjut sehingga menjadi Iebih baik.
88. Pembinaan kekuatan, upaya mengubah dan membangun
ketangguhan dan kemampuan operasional secara bertahap dan
berlanjut sehingga menjadi Iebih baik.

89. Peperangan, hal berperang, merupakan bagian dari perang,


pertempuran, sebagai contoh: medan peperangan.

90. Perang, permusuhan antara dua negara (bangsa, agama,


suku, dsb), pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau
lebih (tentara, laskar, pemberontak, dsb), perkelahian, cara
mengungkapkan permusuhan.

91. Pertahanan Negara, segala usaha untuk mempertahankan


kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-16


92. Postur TNI, wujud penampilan TNI yang tercermin pada
keterpaduan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan TNI sesuai
dengan kondisi geografis dan strategi pertahanan.

93. Power, perihal kekuatan tentang tenaga, daya, keteguhan


dan kekukuhan, kekuatan, kekuasaan.

94. Praktik, cara melaksanakan secara nyata apa yang disebut


dalam teori, menjalankan pekerjaan, pelaksanaan; perbuatan
melakukan teori (keyakinan dsb) : aturan itu menemui kesukaran
dalam praktiknya; menerangkan cara pelaksanaan di dalam praktik.

95. Preemptif, penangkalan atau menangani masalah pada


hulu permasalahannya.

96. Profesional, bersangkutan dengan profesi, memerlukan


kepandaian khusus untuk menjalankannya.

97. Proxy war, perang dihasut oleh kekuatan besar yang sendiri
tidak berpartisipasi, perang yang dilakukan antara negara-negara
dengan memanfaatkan aktor non negara untuk melawan atas nama
mereka, setidaknya menggunakan pihak ketiga untuk melawan atas
namanya.

98. Radikalisme, paham atau aliran yang radikal dalam politik,


paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, sikap ekstrim
dalam aliran politik.

99. Rencana Operasi, konsep operasi yang berisi perencanaan


yang detail dan lengkap, dituangkan dalam konsep yang masih
memerlukan pengembangan dan perubahan untuk diimplementasikan
sesuai dengan perkembangan situasi. Rencana ini mempunyai
lampiran rencana evakuasi, logistik dan komunikasi.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-17


100. Rencana Kampanye :

a. Serangkaian rencana operasi-operasi yang bertujuan


untuk mencapai sasaran strategi dan operasional dalam suatu
ruang dan waktu yang ditentukan.

b. Rangkaian rencana operasi militer yang bertujuan untuk


menanggulangi setiap ancaman nyata baik yang didasarkan
kepada rencana kontinjensi yang dirumuskan melalui
perencanaan strategi maupun untuk menghadapi ancaman
yang bersifat mendadak yang tidak direncanakan sebelumnya.

101. Rencana Kontinjensi :

a. Proses perencanaan di awal, dalam keadaan yang tidak


pasti, dimana skenario dan tujuannya disetujui bersama,
tindakan manajerial dan teknikal didefenisikan secara jelas,
sistem respon potensial dibuat untuk hindarkan atau merespon
dengan baik, keadaan yang emergensi dan kritis (menurut
UNHCR handbook).

b. Suatu rencana untuk menggerakkan tindakan-tindakan


dan sumberdaya-sumberdaya secara efektif untuk emergensi
respon, menyatukan komitmen diantara pihak yang terlibat
untuk bertindak dengan cara yang terkoordinasi sebelum
keadaan emergensi terjadi, menciptakan rencana yang kongkrit
dan berlanjut sampai emergensi terjadi dan dapat berlanjut
walaupun bahaya dianggap tidak lagi mengancam.

102. RMA, kombinasi mesin perang dan kekuatan mesin;


mesin-mesin perang dari kekuatan darat ke kekuatan laut dan
kekuatan udara. RMA berpengaruh pada doktrin mencakup

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-18


perubahan seperti rapidly deployable, expeditionary, forces, mobilitas
dalam pertempuran, konsep precision force dan standoff force
projection dalam doktrin angkatan udara, dan peningkatan jointness
dalam aspek paling mutakhir, konsep “platform centric” mulai tergeser
oleh konsep peperangan “network centric” yang menekankan
kemampuan untuk kerjasama dan berkomunikasi secara lebih efektif
dalam pertempuran.
103. Sabotase, perusakan milik pemerintah dsb. (oleh
pemberontak), penghalangan produksi perusahaan atau tindakan
merusak dan menentang kelancaran kerja (oleh kaum buruh yang
tidak puas); pemusnahan fasilitas militer, perhubungan atau
pengangkutan wilayah musuh oleh agen rahasia lawan atau oleh
kelompok gerakan perlawanan bawah tanah.
104. Separatisme, paham atau gerakan untuk memisahkan
diri (mendirikan negara sendiri).

105. Senjata, suatu alat yang digunakan untuk melukai,


membunuh, atau menghancurkan suatu benda. Senjata dapat
digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri,
dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat
digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia)
dapat dikatakan senjata. Senjata bisa sederhana seperti pentungan
atau kompleks seperti peluru kendali balistik. (wikipedia)

106. Sensor Virtual :

a. Memiliki kekuatan tampilan atau efikasi terlihat tanpa


badan, merupakan bagian materi yang masuk akal berpotensi
dan berenergi.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-19


b. Menjadi benar-benar seperti ada dan hampir seperti
kenyataan.

c. Yang ada pada dasarnya merupakan efek meskipun


tidak dalam kenyataannya.

107. Sesanti, wejangan, nasihat : sebelum berangkat, ia saya


beri bekal kata sesanti.

108. Siaga Operasional, kondisi kemampuan satuan yang


telah siap siaga setiap saat untuk dilibatkan dalam operasi gabungan
(antar Angkatan) dan telah dipersiapkan dengan dukungan pelayanan
logistik dan unsur angkutan dari basis ke daerah operasi secara
terpadu antar Angkatan.

109. Siap Operasional, kondisi kemampuan satuan yang


sudah siap dioperasikan dengan menggunakan daya tempur secara
terpadu dan efektif (terpadu antar cabang) dan telah dilengkapi
dengan bekal satuan secara terbatas untuk penugasan dalam
Iingkungan yang terbatas.

110. Sistem Pertahanan Negara, sistem Pertahanan yang


bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumber daya nasional lainnya, yang dipersiapkan pemerintah secara
dini dan diselengggarakan secara total, terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.

111. Standard Operating Procedure, suatu standar/pedoman


tertulis/prosedur yang dipergunakan/berlaku untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-20


112. Standard Operation Procedure, suatu standar/pedoman
yang tertulis/prosedur berisi instruksi yang baku/standar yang
dipergunakan/berlaku secara tetap.

113. Standing Operating Procedure, sebuah instruksi yang


mencakup fitur-fitur operasi yang meminjamkan diri untuk suatu
prosedur tertentu atau standar tanpa kehilangan efektivitas. Prosedur
ini berlaku kecuali diperintahkan untuk tidak melakukannya.

Catatan :

a. Pada umumnya SOP ada yang bersifat mengikat


(binding document) artinya ditanda tangani oleh yang
berwenang dan dikenakan sanksi jika melanggarnya. Bila
memerlukan perubahan di dalam pelaksanaannya harus ada
perintah dari komando atas yang memiliki kewenangan
komando dan kendali.

b. Ada SOP yang bersifat tidak mengikat (non binding


document) tidak ditanda tangani oleh yang berwenang tetapi
hanya atas kesepakatan bersama.

c. Perbedaan standing dengan standard. Standing masih


dalam proses sedangkan standard sudah baku.

114. Spionase, penyelidikan secara rahasia terhadap data


kemiliteran dan data ekonomi negara lain; segala sesuatu yang
berhubungan dengan seluk-beluk dalam kegiatan pencarian data
secara rahasia.

115. Sporadis, sekali-kali, jarang. Contoh: kejahatan ini di negara


kita masih bersifat sporadis.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-21


116. Stratifikasi Doktrin TNI, susunan hierarkis peranti lunak TNI
yang berfungsi sebagai pedoman maupun ketentuan-ketentuan yang
mengatur segenap pola tindak TNI, baik secara insan perorangan
maupun secara struktural atau organisasi.

117. Strategi :

a. Ilmu dan seni menentukan tujuan, cara-cara dan


penggunaan sarana prasarana/sumber daya (nasional) yang
tersedia.

b. Proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang


berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai.

118. Strategik, merupakan kata sifat yang berhubungan,


berkaitan atau berdasarkan strategi, bersifat sangat menentukan.

119. Teori, pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan


mengenai suatu peristiwa (kejadian dan sebagainya).

120. Terorisme, penggunaan kekerasan untuk menimbulkan


ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik),
praktik tindakan terror.

121. Kejahatan Transnasional, kejahatan transnasional adalah


kejahatan yang memiliki efek aktual atau potensial lintas batas
nasional dan kejahatan yang intra-negara tetapi menyinggung nilai-
nilai fundamental dari masyarakat internasional.

122. Visi, kemampuan untuk melihat pada inti persoalan,


pandangan atau wawasan ke depan (seluruh rakyat mempunyai

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-22


pandangan/wawasan yang sama mengenai perjuangan bangsa),
kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui
kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan, apa yang tampak dalam
khayalan, penglihatan dan pengamatan.

DOKTRIN TENTARA NASIONAL INDONESIA LB-23

Anda mungkin juga menyukai