Anda di halaman 1dari 7

1

OPTIMALISASI PERAN TNI


DALAM MENCEGAH PAHAM RADIKALISME
MELALUI METODE BINTER

Indonesia yang merupakan Negara kepulauan mempunyai nilai strategis karena


berada pada posisi silang antara benua Asia dan Australia, sehingga akan sangat
menguntungkan terhadap potensi keberadaannya, namun akan menimbulkan suatu
kerawanan yang harus diwaspadai, terhadap pulau-pulau terluar yang dipakai sebagai titik-
titik penentuan dasar untuk penarikan batas laut (ZEE). Dengan garis pantai sekitar 31.900
KM, memiliki wilayah perbatasan dengan banyak Negara baik perbatasan darat (kontinen)
maupun laut (maritim).

Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan
perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Namun,
dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan.
Sementara itu Radikalisme Menurut Wikipedia adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh
sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik
secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan
sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam
merupakan agama kedamaian. Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan
kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.

Perbedaan radikalisme ekstrim dan terorisme. Radikalisme adalah kebijakan dan


terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut defenisi Dawinsha lebih nyata bahwa
radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan
melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru.
Radikalisme adalah memegang teguh suatu prinsip dan berusaha merubah sesuatu
berdasarkan prinsipnya tersebut (biarpun harus menggunakan kekerasan). dia tidak setuju
dengan sesuatu yang berbeda/bertentangan dengan prinsipnya tersebut,sedangkan
terosisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan
teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk
2

pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban
jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Gerakan radikal adalah gerakan perubahan yang mengakar atau mendasar,


contohnya adalah keinginan sekelompok orang yang ingin mengubah idiologi Negara.
perkembangannya pemikiran radikal sering dibarengi oleh oknum-oknum anarkis dan
Vandalisme (kegiatan kriminal yang menghancurkan, merusak). Faktanya Terorisme lebih
mendekati Vandalisme, daripada Radikalisme. Aksi para teroris bukan merupakan gerakan
radikal yang sesungguhnya. Karena terorisme hanya menyebar rasa takut, bukan merupakan
sebuah perubahan yang radikal.

Tentara Nasional Indonesia merupakan salah satu komponen bangsa Indonesia yang
masih utuh dengan tugas pokok menegakkan kedaulatan Negara dan mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Indonesia serta melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan, tentunya tidak akan terlepas dari permasalahan ini,
sehingga untuk mengatasi hal tersebut seluruh Apkowil berupaya untuk membina wilayah
secara intensif melalui Binter, agar dapat mewujudkan kondisi yang kondusif, sehingga sedini
mungkin dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi wilayahnya, agar tidak berkembang
kearah penurunan stabilitas keamanan yang pada akhirnya akan mengarah kepada
gangguan terhadap NKRI.

Binter TNI AD bertujuan mempertahankan keutuhan kedaulatan NKRI yang


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Binter memang secara organisasi dibebankan
kepada Satuan Komando Kewilayahan yang menyentuh langsung kepada masyarakat, oleh
karena itu tujuan Binter TNI AD yang akan dicapai adalah “ Segala usaha, pekerjaan dan
tindakan baik secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat terkait dan komponen
bangsa lainnya untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan aspek
darat yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya serta terwujudnya
kemanunggalan TNI-Rakyat yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan
perundang-undangan dalam rangka tercapainya tugas pokok TNI-AD“ untuk didayagunakan
bagi kepentingan pertahanan khususnya pada paham radikalisme dan terorisme di
Indonesia.

Penyelenggaraan Binter (Pembinaan potensi geografi, demografi dan kondisi sosial


menjadi kekuatan ruang, alat juang dan kondisi yang tangguh untuk pertahanan negara),
3

selama ini dilaksanakan oleh TNI secara langsung, sehingga dalam implementasinya masuk
ke lembaga fungsional. TNI menyadari akan kekeliruannya pada masa lalu dan harus
kembali ke jati dirinya sebagai tentara pejuang, tentara rakyat dan tentara nasional melaui
reformasi internal TNI dengan paradigma baru. Dalam rangka fungsi dan perannya
sebagai alat pertahanan, TNI bersama seluruh komponen bangsa lainnya, didukung oleh
kekuatan sumber daya nasional untuk mempertahankan Negara.

Seluruh jajaran Satkowil sebagai pioneer gelar kekuatan didalam pelaksanaan tugas
Binter yang berhubungan dengan potensi wilayah dan segenap aspek komponen bangsa
lainnya dalam rangka mewujudkan kekuatan wilayah sebagai ruang, alat dan kondisi juang
yang tangguh guna kepentingan pertahanan negara untuk menciptakan daya tangkal
kewilayahan. Oleh karenanya keberadaan Komando Kewilayahan merupakan gelar
kekuatan TNI AD yang disusun berdasarkan strategi pertahanan Negara, sedangkan
penyelenggaraan fungsi Binter merupakan bagian dari strategi pembinaan TNI AD, sehingga
Binter dinyatakan sudah final.

Penjabaran Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi secara jelas dinyatakan bahwa Binter
sebagai salah satu fungsi utama dalam rangka membangun kesadaran pertahanan aspek
darat melalui penyelenggaraan komunikasi dengan berbagai komponen masyarakat dan
aparat pemerintah terkait dalam rangka Binter, guna kepentingan pembinaan dan
penggunaan kekuaatan TNI AD. Sehingga sudah jelas dan tidak perlu lagi ada keraguan
dalam pelaksanaan tugas dilapangan bagi satuan-satuan TNI untuk melaksanakan Binter
baik sebagai satuan komando kewilayahan maupun satuan non komando kewilayahan di
wilayah masing-masing.

Penyelenggaraan binter dilaksanakan secara sektoral maupun lintas sektoral antara


TNI bersama-sama aparat pemerintah, instansi terkait dan masyarakat dalam rangka
mewujudkan kemampuan kewilayahan yang didayagunakan dan diarahkan sehingga
menciptakan ketahanan wilayah. Oleh karena itu komando kewilayahan dalam
melaksanakan binter, hendaknya dilaksanakan secara proporsional dan profesional tanpa
terlibat politik praktis dan tidak mencampuri urusan instansi lain. Adanya opini bahwa TNI AD
bertindak tanpa adanya landasan hukum, jelas ini tidak beralasan, karena payung hukum
penyelenggaraan binter berada dalam tugas pokok TNI AD dan perlu ditegaskan bahwa TNI
AD bukanlah alat kekuasaan, tetapi alat pertahanan Negara yang berlandaskan hukum
negara.
4

Penyelenggaraan Binter merupakan salah satu tugas pokok dari Satkowil banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan strategis maupun faktor internal dan faktor
eksternal yang berpengaruh.

Faktor eksternal yang paling berpengaruh antara lain 1). Faktor ekonomi. Kita dapat menarik
kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama bagi para terorisme dalam
menjalankan misi mereka. Keadaan yang semakin tidak menentu dan kehidupan sehari-hari
yang membikin resah orang untuk melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah harus
bekerja keras untuk merumuskan rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan membuat orang
gerah untuk berbuat yang tidak selayaknya diperbuat seperti; membunuh, mengancam
orang, bunuh diri, dan sebagainya. 2).Faktor sosial. Orang-orang yang mempunyai pikiran
keras di mana di situ terdapat suatu kelompok garis keras yang bersatu mendirikan Tanzim
al-Qaidah Aceh. Dalam keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata social yang
membentuk pribadi kita menjadi sama. Situasi ini sangat menentukan kepribadian seseorang
dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem social yang dibentuk oleh
kelompok radikal atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai tujuan sama
dengannya bisa mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis keras atau radikal.
3).Faktor Ideologi. Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang
diperbuatnya. Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah
disepakati dari awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok mempunyai misi dan visi
masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya. Dalam hal ini terorisme yang ada di
Indonesia dengan keyakinannya yang berdasarkan Jihad yang mereka miliki. 4).Nasional.
Dalam bidang pertahanan dan keamanan terdapat sejumlah isu yang menonjol antara lain
isu perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, Separatisme, Terorisme, Radikalisme yang
anarkis, konflik komunal, bencana alam dan kondisi politik pasca reformasi.

Pengaruh perkembangan politik dan ekonomi saat ini sangat berpengaruh terhadap
tatanan kehidupan masyarakat lapis bawah sehingga masyarakat mudah terhasut dan
terseret untuk melakukan destruktif, inkonstitusional, anarkhis yang dapat merugikan
persatuan dan kesatuan Bangsa. Hal ini merupakan tugas yang cukup berat bagi Kodam
beserta jajrannya sebagai penyelenggara binter dalam membina masyarakat untuk dapat
meredam setiap gejolak sosial agar tidak berlanjut menjadi kerusuhan sosial di masyarakat.

TNI AD dalam hal ini seluruh jajaran Satkowil yang notabene adalah penyelenggaraan
Binter di wilayah harus mampu mengajak dan membina masyarakat untuk tidak mudah
5

terprovokasi dan terhasut oleh setiap isu-isu yang timbul di masyarakat, selain itu juga
memberikan pengertian dan pemahaman tentang pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa, dengan tidak mempermasalahkan perbedaan latar belakang adat istiadat, budaya
dan agama sehingga akan lebih menjamin kelestarian dan kemurnian Pancasila serta UUD
1945.

Adapun langkah-langkah Satkowil dalam membangun potensi wilayah dalam rangka


Sishanneg adalah Kegiatan pembinaan satuan ditujukan kepada satuan yang ada
dibawahnya. Pembinaan satuan tersebut dilakukan kepada seluruh Prajurit sampai dengan
tingkat Babinsa yang berada di setiap Koramil disegala pelosok. Kegiatan yang dilakukan
adalah meningkatkan Lima Kemampuan Teritorial dari semua anggota dan kemampuan
tempur masing-masing perorangan untuk menghadapi situasi dan hal-hal yang bersifat
ancaman. Kegiatan yang dilakukan dimulai dengan perencanaan dan penyiapan program
latihan yang aplikatif, pengorganisasian serta membuat Rendalwas program serta
Rendalwaslat untuk dapat meningkatkan kemampuan Binter dalam rangka pencapaian tugas
pokok.

Membuat perencanaan Binter secara detail dengan melihat hasil evaluasi kegiatan
sebelumnya agar didapatkan perbaikan dan penyempurnaan konsep Binter secara
komprehensif sehingga dapat diterima oleh semua komponen masyarakat dan instansi yang
terkait. Pembinaan Geografi dilakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan
data akurat tentang wilayah binaan yang meliputi : Data wilayah tentang lima aspek medan
yang berkaitan dengan penyiapan pertahanan wilayah, RUTR wilayah Pemda agar dapat
dipadukan dengan tata ruang wilayah pertahanan yang direncanakan, data tentang kesiapan
komponen pendukung dan komponen cadangan, data daerah-daerah rawan bencana alam,
dan data tentang pembangunan sarana fisik berupa supra dan infra struktur untuk
kepentingan pertahanan dan kesejahteraan masyarakat.

Pembinaan Demografi. Melaksanakan pembinaan kesadaran bela Negara


dilingkungan masyarakat, sekolah dan kampus agar menumbuhkan rasa kebangsaan, cinta
tanah air serta menumbuhkan semangat juang yang militan untuk memajukan,
mencerdaskan bangsa melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan
untuk kesejahteraan rakyat dan kepentingan perlawanan rakyat. Kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut : Menumbuh kembangkan Kemanunggalan TNI-Rakyat melalui
kegiatan-kegiatan Bhakti TNI berupa kegiatan fisik dan non fisik seperti kegiatan seni
6

budaya, agama dan olah raga, pembinaan KBT dengan memberikan wawasan kebangsaan
agar tidak goyah dan terpengaruh oleh dinamika kehidupan semenjak adanya paradigma
baru dan reformasi, agar mereka mampu menjadi teladan masyarakat sekitarnya, dan
pembinaan terhadap komponen cadangan dan pendukung agar dapat digunakan untuk
kepentingan pertahanan dalam situasi darurat, melalui pendidikan bela Negara dan
penyelenggaraan wajib militer disesuaikan dengan UU dan peraturan yang berlaku.

Pembinaan Kondisi Sosial. Dilakukan dengan program terpadu dan dimanfaatkan


untuk kepentingan bersama dalam rangka mensejahterakan rakyat, upaya yang dilakukan
adalah sebagai berikut : Menyampaikan kepada masyarakat tentang bahaya laten komunis
yang dapat menghancurkan ideologi negara sehingga memecah belah kesatuan dan
persatuan bangsa yang pada akhirnya rakyat juga menjadi korban, membangkitkan
semangat ketahanan ekonomi dengan mengajak dan menghimbau masyarakat untuk tidak
melakukan perjudian, ikut undian, memasang togel dan usaha-usaha haram lainnya yang
dapat menghancurkan perekonomian masyarakat yang menyebabkan kemelaratan,
kemiskinan dan hutang. Membangkitkan kesadaran sosial masyarakat untuk membantu
orang-orang yang miskin dan menderita sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera,
mempererat kerukunan umat beragama agar tidak terprovokasi menjadi konflik horizontal
yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat, mengaktifkan kegiatan
kesenian dan budaya untuk membangkitkan gairah kehidupan masyarakat dan norma-norma
yang baik dalam masyarakat dan bernegara, mengaktifkan Siskamling dan pengamanan
swakarsa agar masyarakat tidak mudah diprovokasi dan diadu domba sehingga terbentuk
soliditas masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap hal-hal yang mengancam
keamanan di desa masing-masing dan setiap Apkowil dituntut mempertahankan kedekatan
hubungan antara Tentara dan Rakyat. Selam ini hal itu menjadi kekuatan TNI dalam
menangkis setiap ancaman regional.

Dengan terbinanya kondisi geografi, demografi dan kondisi sosial yang dilaksanakan
dengan Binter, maka akan terbentuk Ruang, Alat dan Kondisi (RAK) juang yang tangguh
yang dapat menjadi kekuatan wilayah dalam sistem pertahanan negara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paham radikalisme, ekstrim dan terorisme
sudah berkembang secara luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ketiga paham
tersebut muncul di karenakan ketidak percayaan dan kepuasan terhadap kebijakan-kebikan
yang di buat oleh pemerintah baik di dalam negeri maupun di luar negeri. paham ini
7

menganganggap bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar padahal
tindakan yang di lakukan oleh sekelompok yang menganut paham tersebut merupakan
tindakan kekerasan yang sangat merugikan bagi warga sipil dan Negara. Adapun usaha atau
upaya untuk mengatasi terjadinya paham radikalisme,ekstrim dan terorisme dengan
diadakan pembinaan pemberdayaan wilayah pertahanan mutlak dilaksanakan dengan
kegiatan Binter yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam
kerangka sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta, untuk memantapkan
Kemanunggalan TNI-Rakyat seiring dengan perkembangan jaman. Kemanunggalan TNI -
Rakyat harus tetap dipertahankan, reputasi itu tetap melekat pada jati diri setiap prajurit.

Cimahi, September 2018

Penulis

Gunawan Wibisono, S.T.


DLP. 1811

Anda mungkin juga menyukai