Anda di halaman 1dari 12

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Peraturan Panglima TNI

MARKAS BESAR Nomor Perpang / 74 / XI / 2009


Tanggal 13 November 2009

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN TNI TENTANG


SIAGA OPERASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan


keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara dilakukan dengan Operasi Militer
untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Ancaman dan gangguan yang dihadapi oleh Bangsa dan Negara Indonesia,
baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri pada dasarnya bersifat laten dan
berubah-ubah, yang hakikatnya memiliki tujuan sama yaitu untuk melemahkan dan
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai tugas pokok TNI
yang telah diuraikan di atas, untuk menghadapi ancaman dan gangguan tersebut
maka diperlukan kekuatan dan kemampuan serta kesiagaan operasional yang tinggi.

c. Dalam rangka mewujudkan dan memelihara kesiagaan operasional TNI yang


tinggi agar siap setiap saat dapat digerakkan untuk melaksanakan tugas operasi
militer, baik di seluruh wilayah NKRI maupun dalam tugas pemeliharaan perdamaian
dunia, perlu dilakukan pembinaan secara terarah dan berkelanjutan. Maka
diperlukan suatu pedoman berupa Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI tentang Siaga
Operasional guna menjamin kesamaan pandang dan tindakan dalam
penyelenggaraan kesiagaan operasional di setiap Kotamaops TNI.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan siaga operasional satuan


TNI dalam rangka melaksanakan tugas operasi militer baik di seluruh wilayah NKRI
maupun tugas operasi pemeliharaan perdamaian dunia.

b. Tujuan. Agar dalam penyelenggaraan siaga operasional dapat berjalan


lancar, terarah sehingga Satuan TNI yang disiagakan setiap saat siap untuk
melaksanakan tugas.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Buku petunjuk pelaksanaan ini membahas hal-hal
yang berhubungan dengan penyelenggaraan siaga operasional dan disusun dengan tata
urut sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.

b. Bab II Ketentuan Umum.


2

c. Bab III Penyelenggaraan Siaga Operasional.

d. Bab IV Administrasi dan Logistik.

e. Bab V Komando, Kendali dan Komunikasi.

f. Bab VI Penutup.

4. Kedudukan. Buku petunjuk pelaksanaan ini berada di bawah Buku Petunjuk Induk
Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

5. Dasar.

a. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 Tanggal 8 Januari 2002 tentang


Pertahanan Negara.

b. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 Tanggal 16 Oktober 2004 Tentang


Tentara Nasional Indonesia.

c. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007 tentang


Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma (Tridek).

d. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/36/XI/2007 tanggal 21 November


2007 tentang Buku Petunjuk Induk Latihan TNI.

e. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/31/V/2008 tanggal 22 Mei 2008


tentang Buku Petunjuk Induk tentang Operasi TNI.

6. Pengertian-Pengertian.

a. Siaga adalah suatu tingkat kesiapan satuan dalam rangka menghadapi suatu
situasi atau keadaan tertentu yang ditetapkan oleh Panglima TNI.

b. Siap Operasional adalah kondisi satuan yang telah melalui proses pembinaan,
yang kekuatan personel dan materiilnya telah mencapai 100 % sesuai TOP/DSPP
dan telah memiliki kemampuan sesuai dengan siklus latihan standarisasi di
Angkatan.

c. Siaga Operasional adalah kondisi akhir satuan TNI yang sudah melalui tahap
siap operasional dan telah melaksanakan latihan pratugas serta secara administrasi
telah dilengkapi dukungan logistik, pelayanan dan unsur angkutan dari basis ke
daerah operasi secara terpadu sehingga siap sewaktu-waktu melaksanakan tugas
operasi militer.

BAB II
KETENTUAN UMUM

7. Umum. Kesiagaan operasional pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap satuan
yang disiapkan untuk melaksanakan tugas operasi militer. Untuk menuju kesiagaan
operasional, setiap satuan perlu memahami tahapan pembinaan dan hal-hal yang
ditentukan.
3

8. Tujuan. Agar setiap satuan yang telah memiliki kesiagaan operasional tetap dapat
memelihara kemampuan, kekuatan personel dan materiil sehingga setiap saat siap untuk
melaksanakan tugas operasi militer.

9. Sasaran.

a. Terjaganya kemampuan satuan pada tahap siaga operasional.

b. Terjaganya kekuatan personel sesuai TOP/DSPP atau organisasi tugas.

c. Terjaganya materiil sesuai TOP/DSPP atau organisasi tugas.

10. Asas-Asas.

a. Asas Tujuan. Satuan siaga operasional disiapkan sesuai tugas yang akan
dilaksanakan.

b. Asas Pemusatan. Satuan siaga operasional dipusatkan di markas atau


daerah persiapan yang diajukan untuk siap digerakkan.

c. Asas Penghematan. Penggunaan satuan siaga operasional dan dukungannya


disesuaikan dengan kebutuhan tugas, efisien namun tidak mengabaikan efektifitas
pencapaian tugas.

d. Asas Mobilitas. Kemampuan mobilitas diperlukan untuk melaksanakan


tugas secara responsif, menjamin kebebasan bertindak, mengembangkan hasil yang
dicapai dan mencegah kehancuran pasukan sendiri.

e. Asas Kesatuan Komando. Satuan-satuan siaga operasional diorganisasi


dalam susunan tugas operasi yang berada di bawah satu komando/penanggung
jawab.

f. Asas Keamanan. Satuan siaga operasional beserta seluruh


perlengkapannya dipelihara dan diamankan, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai pemberangkatan operasi dengan tujuan untuk menghindari kegagalan.

g. Asas Proporsional. Satuan siaga operasional disiapkan secara sepadan,


tidak berlebihan, memiliki prosedur standar operasi yang jelas, terhindar dari
tindakan di luar batas kewajaran.

11. Prinsip-Prinsip.

a. Aman. Dalam penyelenggaraan siaga operasional wajib menjaga keamanan


personel, materiil dan berita.

b. Rahasia. Dalam menyelenggarakan siaga operasional harus dapat menjamin


kerahasiaan kekuatan, kegiatan dan tujuan operasi.

c. Cepat. Dalam penyelenggaraan siaga operasional harus dapat menjamin


kecepatan bergerak apabila sewaktu-waktu pasukan digerakkan.
4

d. Terkoordinasi. Dalam penyelenggaraan siaga operasional koordinasi mutlak


dilaksanakan sehingga efektivitas dan efisiensi kegiatan dapat diperoleh, di samping
itu untuk menghindari tumpang tindih kegiatan.

e. Legitimasi. Dalam penyelenggaraan siaga operasi harus berdasarkan


perintah/keputusan komando atas yang berwenang.

12. Organisasi.

a. Struktur Organisasi.

MABES TNI

MABES ANGKATAN

KOTAMAOPS TNI

UNSUR-UNSUR SATUAN

Keterangan:

Garis komando dan kendali


Garis koordinasi

b. Tugas.

1) Panglima TNI.

a) Menentukan kebijaksanaan umum siaga operasional TNI.

b) Menentukan tingkat siaga sesuai dengan kemungkinan kontinjensi.

c) Menentukan disposisi satuan siaga operasional di satuan atau di


daerah persiapan yang diajukan.

d) Mengendalikan Satuan TNI yang telah mencapai kesiagaan


operasional.

2) Kepala Staf Angkatan.

a) Menentukan kebijaksanaan siklus pembinaan kesiapan operasional


di Angkatan masing-masing untuk menuju kesiagaan operasional yang
akan digunakan oleh Mabes TNI.

b) Melengkapi dan memelihara kondisi baik kekuatan maupun


kelengkapan satuan siaga operasional di Angkatan masing-masing.

c) Melaporkan Kotamaops yang telah mencapai kesiapan operasional


kepada Panglima TNI.
5

d) Memonitor Satuan TNI yang melaksanakan kesiagaan operasional.

3) Pangkotamaops TNI.

a) Menjabarkan perintah pelaksanaan siaga operasional sesuai dengan


tingkat siaga yang ditentukan oleh Mabes TNI kepada satuan jajarannya.

b) Mengkoordinasi penyelenggaraan siaga operasional yang


dilaksanakan oleh satuan-satuan jajarannya.

c) Mengajukan dukungan logistik kepada Mabes TNI untuk mendukung


pelaksanaan siaga operasional satuan-satuan jajarannya.

d) Mengendalikan dan mengawasi serta melakukan evaluasi terhadap


satuan jajarannya.

e) Melaporkan pelaksanaan kesiagaan operasional satuan jajarannya


kepada Panglima TNI.

4) Komandan unsur-unsur satuan.

a) Melaksanakan siaga operasional sesuai dengan tingkat siaga yang


diperintahkan oleh Pangkotamaops.

b) Melaksanakan koordinasi internal guna melaksanakan


kesiapsiagaan operasional.

c) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap satuannya.

d) Melaporkan pelaksanaan kesiagaan operasional satuannya kepada


Pangkotamaops.

13. Tingkat dan Ketentuan Siaga.

a. Tingkat Siaga.
1) Tingkat Siaga III.

2) Tingkat Siaga II.

3) Tingkat Siaga I.

b. Ketentuan Siaga.

1) Tingkat Siaga III.

a) Dalam tingkat siaga III berlaku siaga ringan.

b) Setiap saat tingkat siaga dapat diubah sesuai dengan tingkat


eskalasi kontinjensi.
6

c) Prajurit yang siaga harus tinggal dalam kesatrian, atau di sekitar luar
kesatrian, tetapi dilarang meninggalkan kota.

d) Kegiatan harian tetap berjalan seperti biasa.

e) Kekuatan siaga yaitu 1/3 kekuatan satuan dan dikumpulkan di suatu


tempat yang ditentukan oleh Dansat.

f) Pimpinan pasukan siaga ditunjuk oleh Dansat menurut pertimbangan


tertentu.

g) Bila diperlukan, dapat memperkuat penjagaan kesatrian.

h) Pejabat-pejabat yang berkaitan dengan tugas pelayanan


menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melengkapi satuan yang
disiagakan, antara lain bagian persenjataan, amunisi, kesehatan,
angkutan, pemeliharaan dan logistik pendukung lainnya.

i) Komandan pasukan berkewajiban memeriksa personel,


perlengkapan, kesiapan dan lain-lain serta memerintahkan kepada
Perwira Jaga Kesatrian untuk memperlancar jalannya siaga.

j) Senjata dan perlengkapan tugas ditempatkan di gudang atau di


tempat yang telah ditentukan.

k) Setiap saat, Komandan pasukan dapat mengumpulkan anggotanya.

2) Tingkat Siaga II.

a) Dalam tingkat siaga II berlaku siaga sedang.

b) Setiap saat tingkat siaga dapat diubah sesuai dengan tingkat


eskalasi kontinjensi.

c) Prajurit yang siaga harus tinggal dalam kesatrian atau sekitar di luar
kesatrian dan dilarang meninggalkan kota.

d) Izin ditiadakan.

e) Cuti dicabut.

f) Kegiatan sehari-hari tetap berjalan seperti biasa.

g) Kekuatan pasukan siaga 2/3 kekuatan satuan.

h) Senjata dan perlengkapan tugas ditempatkan di gudang atau di


tempat yang telah ditentukan.

i) Pejabat-pejabat yang berkaitan dengan tugas pelayanan


menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melengkapi satuan yang
disiagakan, antara lain bagian persenjataan, amunisi, kesehatan,
angkutan, pemeliharaan dan logistik pendukung lainnya.
7

j) Komandan pasukan berkewajiban memeriksa personel,


perlengkapan, kesiapan dan lain-lain serta memerintahkan kepada
Perwira Jaga Kesatrian untuk memperlancar jalannya siaga.

k) Setiap saat, Komandan pasukan dapat mengumpulkan anggotanya.

3) Tingkat Siaga I.

a) Dalam tingkat siaga I berlaku siaga berat.

b) Setiap saat siap untuk digerakan.

c) Keadaan siap tugas, semua prajurit berada di kesatrian atau di


lingkungan tugas masing-masing.

d) Semua bentuk perizinan/cuti dicabut.

e) Pimpinan pasukan berada di tangan Dansat.

f) Kekuatan siaga 100 % kekuatan satuan.

g) Senjata dan perlengkapan tugas telah siap di lingkungan tugas


masing-masing.
h) Kegiatan satuan yang dilaksanakan hanya terkait dengan siaga.

i) Seluruh prajurit mengenakan perlengkapan siap tugas.

j) Komandan pasukan berkewajiban memeriksa personel,


perlengkapan, kesiapan dan lain-lain serta memerintahkan kepada
Perwira Jaga Kesatrian untuk memperlancar jalannya siaga.

k) Setiap saat, Komandan pasukan dapat menggerakkan anggotanya.

l) Setiap saat tingkat siaga dapat diubah sesuai dengan tingkat


eskalasi kontinjensi.

BAB III
PENYELENGGARAAN SIAGA OPERASIONAL

14. Umum. Mabes TNI merupakan Markas Komando TNI yang memiliki kewenangan
untuk menentukan kebijakan kesiagaan operasional dengan tujuan agar setiap tingkatan
satuan yang dilibatkan dalam penyelenggaraan siaga operasional memahami tahapannya
mulai dari perencanaan sampai dengan pengakhiran.

15. Tahap-Tahap Penyelenggaraan.

a. Perencanaan.

1) Mabes TNI.

a) Mengeluarkan direktif kepada :


8
(1) Mabes Angkatan. Untuk mengetahui unsur-unsur satuan
Kotamabin yang melaksanakan siaga operasional.

(2) Kotamaops TNI. Memerintahkan kepada unsur-unsur


satuannya yang telah selesai melaksanakan latihan pra tugas untuk
melaksanakan siaga operasional sesuai dengan tingkat eskalasi
kontinjensi.

b) Merencanakan dukungan administrasi dan logistik.

2) Mabes Angkatan. Mengeluarkan direktif kepada Kotamabin untuk


menindaklanjuti Direktif Panglima TNI tentang penyelenggaraan siaga
operasional unsur-unsur satuannya.

3) Kotamaops TNI.

a) Menjabarkan Direktif Mabes TNI ke dalam perencanaan


penyelenggaraan siaga operasional.

b) Menyusun dan menyiapkan perintah siaga operasional kepada


unsur-unsur satuannya sesuai dengan tingkat eskalasi kontinjensi.

c) Menyusun perencanaan kebutuhan administrasi dan logistik yang


diperlukan.

4) Unsur-unsur satuan.

a) Merencanakan penyusunan personel dan materiil sesuai dengan


organisasi tugas.

b) Membuat rencana kegiatan/latihan untuk memelihara kesiagaan


operasional.

b. Persiapan.

1) Mabes TNI.

a) Memberikan dukungan logistik.

b) Melaksanakan pemeriksaan kesiapan satuan.

2) Mabes Angkatan.

a) Melaksanakan pemeriksaan kesiapan satuan bersama Mabes TNI.

b) Monitor kesiapan satuan.

3) Kotamaops TNI.

a) Menyiapkan satuan yang akan melaksanakan tugas operasi.

b) Mengeluarkan perintah persiapan kepada satuan tugas.


9

c) Melaksanakan pemeriksaan akhir satuannya.

d) Melaporkan kesiapan satuannya ke Mabes TNI.

4) Unsur-unsur satuan.

a) Memelihara kekuatan personel dan materiil sesuai dengan


organisasi tugas.

b) Melaksanakan kegiatan/latihan untuk memelihara kesiagaan.

c) Melaksanakan pengecekan kesiapan akhir.

c. Pelaksanaan.

1) Mabes TNI.

a) Menentukan tingkat siaga sesuai dengan tingkat eskalasi


kontinjensi.

b) Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan siaga operasional


satuan tugas TNI.

c) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan siaga operasional.

2) Mabes Angkatan. Memonitor pelaksanaan siaga operasional satuan


tugas di jajarannya.

3) Kotamaops TNI.

a) Menyelenggarakan siaga operasional sesuai dengan tingkat eskalasi


kontinjensi.

b) Melaporkan perkembangan situasi setiap saat.

c) Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan siaga operasional


satuan tugas jajarannya.

d) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan siaga operasional.

4) Unsur-unsur satuan.

a) Melaksanakan siaga operasional sesuai dengan tingkat eskalasi


kontinjensi yang diperintahkan Pangkotamaops TNI.

b) Melaporkan perkembangan situasi kepada Pangkotamaops TNI.

c) Mengawasi dan mengendalikan satuan tugasnya.

d. Pengakhiran.

1) Mabes TNI.
10

a) Mengeluarkan keputusan tentang berakhirnya siaga operasional


dikarenakan:

(1) Satuan siaga operasional berangkat melaksanakan perintah


operasi.

(2) Situasi aman.

b) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian.


2) Mabes Angkatan. Memonitor pelaksanaan pengakhiran siaga
operasional.

3) Kotamaops TNI.

a) Melaksanakan perintah operasi. Berangkat melaksanakan tugas


operasi.

b) Situasi aman.

(1) Melaksanakan perintah pengakhiran siaga operasional.

(2) Melaporkan pelaksanaan siaga operasional kepada Mabes


TNI.

(3) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan siaga operasional.

4) Unsur-unsur satuan.

a) Melaksanakan tugas operasi.

b) Melaksanakan perintah pengakhiran siaga operasional.

BAB IV
ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

16. Umum. Keberhasilan pelaksanaan siaga operasional tidak terlepas dari kesiapan
personel, alat peralatan dan perlengkapan serta dukungan logistik yang diperlukan. Guna
mencapai keberhasilan tersebut, mekanisme didukung administrasi dan logistik perlu
diatur secara sistematis.

17. Administrasi.

a. Ketentuan Umum.

1) Kekuatan satuan tugas yang digelar dalam siaga operasional harus


disesuaikan dengan skala ancaman/kontinjensi, waktu dan luasnya daerah
operasi.

2) Personel yang dilibatkan dalam siaga operasional harus memahami


tentang ketentuan dan tujuan siaga operasional.
11

b. Pemeliharaan Kekuatan.

1) Penggantian personel selama penyelenggaraan siaga operasional harus


direncanakan dan dilaksanakan secara tepat untuk menjaga kesiapan operasi.

2) Personel pengganti yang disiapkan harus mempunyai kualifikasi yang


sama dengan personel yang diganti.
c. Perawatan Personel.

1) Personel yang sakit selama penyelenggaraan siaga operasional untuk


tingkat awal ditangani oleh Satkeslap satuan, selanjutnya dirujuk ke rumah sakit
TNI terdekat sesuai tingkatannya.

2) Penegakan hukum, disiplin dan tata tertib. Penegakan hukum, disiplin


dan tata tertib bagi prajurit TNI selama penyelenggaraan siaga operasional
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI.

18. Logistik.

a. Ketentuan Umum.

1) Dukungan logistik diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku


di lingkungan TNI.

2) Penyediaan bekal cadangan siaga operasional dilaksanakan sesuai


dengan lamanya siaga.

b. Penyelenggaraan Dukungan Logistik untuk Penggunaan Kekuatan.

1) Pembekalan.

a) Selama melaksanakan siaga operasional, dukungan logistik menjadi


tanggung jawab Mabes TNI.

b) Satuan yang melaksanakan tugas operasi, mendapatkan dukungan


bekal awal dari Mabes TNI.

2) Kesehatan.

a) Dukungan kesehatan diselenggarakan oleh Satkes organik dan


Kotamaops serta unsur-unsur kesehatan daerah dan pusat sesuai dengan
tingkat kemampuan.

b) Satuan yang disiapkan untuk melaksanakan tugas operasi pada saat


siaga operasional diberikan bekal kesehatan berupa perangkat kesehatan
perorangan maupun satuan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan satuan
yang melaksanakan siaga operasional karena perkembangan situasi
menggunakan bekal kesehatan rutin satuan.

c) Rumah sakit rujukan ditentukan oleh Mabes TNI dan disiapkan oleh
unsur kesehatan daerah/pusat.
12
3) Angkutan.

a) Dukungan angkutan darat diatur dan dikendalikan oleh Kotamaops


TNI.

b) Dukungan angkutan laut dan udara diatur oleh Mabes TNI.

BAB V
KOMANDO, KENDALI, DAN KOMUNIKASI

19. Umum. Untuk keberhasilan pelaksanaan siaga operasional, diperlukan kesatuan


komando, pengendalian dan komunikasi oleh setiap unsur satuan pelaksana siaga
operasional. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut mekanisme komando, kendali dan
komunikasi perlu diatur secara baik.

20. Komando.

a. Komando utama berada pada Panglima TNI.

b. Komando operasional berada pada Pangkotamaops TNI.

c. Komando taktis berada pada Komandan unsur-unsur satuan.

21. Kendali.

a. Kendali operasional berada pada Pangkotamaops TNI.

b. Kendali taktis berada pada Komandan unsur-unsur satuan.

22. Komunikasi. Penyelenggaraan sistem komunikasi bersifat fleksibel dan


menyesuaikan dengan sistem komunikasi yang digelar oleh Kotamaops TNI yang
melaksanakan siaga operasional dengan berpedoman pada Protap, Instap, dan Insops
Komlek TNI.

BAB VI
PENUTUP

23. Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI tentang Siaga Operasional ini perlu dijabarkan
dalam Buku Petunjuk Teknis dan Protap satuan, sehingga mudah dalam pelaksanaan
untuk kepentingan operasional taktis dan teknis di lapangan. Buku Petunjuk
Pelaksanaan TNI tentang Siaga Operasional ini sebagai pedoman dalam pelaksanaan
siaga operasional.

24. Apabila ada hal-hal yang perlu disarankan demi kepentingan dan kebutuhan
organisasi serta operasi, maka dapat disampaikan kepada Asops Panglima TNI.

A.n. Panglima TNI


Asops

Supiadin A.S.
Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai