Anda di halaman 1dari 111

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT

PUSAT KESEHATAN
________________________________

PEDOMAN

tentang

PROGRAM LATIHAN STANDARDISASI BATALYON KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Yonkes sebagai bagian dari satuan tempur TNI AD merupakan satuan


Kesehatan yang memiliki tugas pokok memberikan dukungan kesehatan dan
pelayanan kesehatan bagi Divisi Infanteri dalam melaksanakan tugas pokoknya
baik OMP maupun OMSP. Untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan
Yonkes agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan perannya diperlukan suatu
latihan yang mampu mewujudkan kemampuan baik aspek pengetahuan maupun
keterampilan yang memenuhi standar berdasarkan tugas pokok Yonkes.

b. Guna mewadahi kemampuan standar yang harus dimiliki oleh Yonkes maka
diperlukan program latihan yang distandarkan sesuai sistem pembinaan latihan TNI
AD dalam bentuk program latihan standardisasi (proglatsi). Program latihan
tersebut memuat tentang teknis umum penyelenggaraan latihan yang meliputi
pedoman penyelenggaraan, waktu, rangka pokok latihan (RPL) dan acara latihan
(AL) bagi satuan Yonkes. Sampai dengan saat ini Yonkes tidak memiliki proglatsi
sehingga perlu disusun Pedoman Proglatsi Yonkes.

c. Mengingat pentingnya Pedoman tentang Proglatsi Yonkes sebagai pedoman


pokok maka Pedoman tersebut perlu disusun. Penyusunan diperlukan dalam
rangka memperoleh kesamaan dan pemahaman dalam persepsi terhadap pokok-
pokok pembinaan latihan di satuan Yonkes. Pedoman ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman bagi satuan-satuan pengguna serta digunakan
sebagai sumber bahan ajaran bagi lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan TNI
AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Pedoman ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran


dan penjelasan bagi para pembina latihan dalam menyelenggarakan program
latihan standardisasi di satuan Yonkes.

b. Tujuan. Pedoman ini bertujuan untuk dijadikan pedoman dalam rangka


mewujudkan standar kemampuan perorangan maupun satuan di Yonkes dan
standar penyelenggaraan program latihan standardisasi Yonkes bagi para pembina
latihan sesuai tugas, fungsi serta peranannya di bidang latihan.
4

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup pedoman ini mencakup tentang


pedoman, materi dan teknis penyelenggaraan latihan dasar perorangan sampai
latihan tingkat satuan dengan memperhatikan fungsi kecabangan kesehatan.

b. Tata Urut. Pedoman ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan.

2) Bab II Ketentuan Umum.

3) Bab III Kegiatan yang Dilaksanakan.

4) Bab IV Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan.

5) Bab V Pengawasan dan Pengendalian.

6) Bab VI Penutup.

4. Dasar. Dasar yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah:

a. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/35-02/XII/2012 tanggal 27 Desember


2012 tentang Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Latihan;

b. Peraturan Kasad Nomor Perkasadxxxx tanggal xxxx tentang Organisasi dan


Tugas Batalyon Kesehatan Divif (Orgas Yonkes);

c. Keputusan Kasad Nomor Kep/430/X/2013 tanggal 31 Oktober 2013 tentang


Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Administrasi Umum
Angkatan Darat;

d. Keputusan Kasad Nomor Kep/542/VIII/2015 tanggal 12 Agustus 2015


tentang Petunjuk Teknis tentang Stratifikasi Petunjuk TNI AD;

e. Keputusan Kasad Nomor Kep/548/VI/2016 tanggal 27 Juni 2016 tentang


Petunjuk Teknis tentang Tulisan Dinas;

f. Keputusan Kasad Nomor Kep/632/VIII/2017 tanggal 29 Agustus 2017


tentang Petunjuk Teknis tentang Tata Cara Penyusunan Doktrin dan Petunjuk TNI
AD;

g. Keputusan Kasad Nomor Kep/633/VIII/2017 tanggal 29 Agustus 2017


tentang Petunjuk Administrasi tentang Penyusunan, Penerbitan Doktrin dan
Petunjuk TNI AD;

h. Kep Kasad ttg Jukin Kesad;

i. Sprin Kapuskesad ttg perintah sun proglatsi Yonkes

5. Pengertian. (Lampiran A).


5

BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. Untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran latihan diperlukan


ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pembinaan
latihan di satuan Yonkes. Ketentuan-ketentuan tersebut selanjutnya dapat dijadikan
pegangan bagi satuan Yonkes dalam penyelenggaraan latihan yang meliputi tujuan dan
sasaran, sifat, peranan, organisasi, tugas dan tanggung jawab, syarat personel, teknis,
sarana, dan prasarana serta faktor-faktor yang memengaruhi.

7. Tujuan dan Sasaran.

a. Tujuan. Mewujudkan program latihan standardisasi Yonkes yang valid


dan operasional guna meningkatkan kemampuan tempur satuan Yonkes dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

b. Sasaran:

1) terwujudnya kemampuan perorangan untuk melaksanakan tugas


tempur dan administrasi dalam mendukung kelancaran tugas pokok Yonkes;

2) terwujudnya kemampuan satuan untuk melaksanakan tugas tempur


dan administrasi dalam mendukung kelancaran tugas pokok Yonkes; dan

8. Sifat. Pedoman ini bersifat teknis yang menguraikan secara detail tentang
pelaksanaan program latihan standardisasi di satuan Yonkes.

9. Peranan. Pedoman ini berperan sebagai pedoman bagi satuan Yonkes di


jajaran TNI AD dalam pelaksanaan pembinaan latihan, penyelenggaraan latihan dan
sebagai sumber bahan ajaran untuk lembaga pendidikan di lingkungan TNI AD.

10. Organisasi.

a. Struktur Organisasi.

DANYONKES DANSIMAYON/
BATISIOPS

DANKI BATIH

DANTON BATON

Keterangan :
DANSI/DANRU/DANPOK
Komando
Staf/Pembantu
6

b. Susunan Organisasi.

1) Tingkat Batalyon:

a) Komandan Batalyon Kesehatan, disingkat Danyonkes; dan

b) Komandan Seksi Markas Batalyon/Bintara Tinggi Seksi


Operasi, disingkat Dansimayon/Batisiops.

2) Tingkat Kompi:

a) Komandan Kompi, disingkat Danki; dan

b) Bintara Pelatih, disingkat Batih.

3) Tingkat Peleton:

a) Komandan Peleton, disingkat Danton; dan

b) Bintara Peleton, disingkat Baton.

4) Tingkat Seksi/Regu/Kelompok dilaksanakan oleh Komandan


Seksi/Regu/ Kelompok, disingkat Dansi/Danru/Danpok.

11. Tugas dan Tanggung Jawab.

a. Komandan Batalyon Kesehatan:

1) merencanakan penyelenggaraan proglatsi Yonkes selama satu tahun


anggaran;

2) membuat perangkat pengendalian latihan satuan;

3) menyiapkan sarana dan prasarana latihan di satuannya;

4) mengeluarkan direktif latihan kepada para Danki untuk latihan


perorangan dasar dan jabatan, latihan satuan tingkat Regu dan Peleton
serta pelaksanaan UTP umum, UTP jabatan, USJMP, USJM Regu, dan UST
Regu;

5) menyelenggarakan latihan taktis tingkat Kompi;

6) menyelenggarakan uji siap tempur (UST) tingkat Peleton dan uji siap
jasmani militer (USJM) tingkat Peleton;

7) memimpin pelaksanaan latihan taktis tingkat Yonkes;

8) mengawasi seluruh pelaksanaan latihan dalam rangka proglatsi yang


diselenggarakan Yonkes;

9) mengevaluasi hasil pelaksanaan latihan; dan

10) melaporkan hasil pelaksanaan latihan Yonkes.


7

b. Komandan Kompi (Rumah Sakit, Bantuan, Kesehatan Lapangan,


Evakuasi dan Markas):

1) bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan


semua unsur yang ada di bawah komandonya dengan cara selalu melatih
anggotanya agar dalam pertempuran dan penyelenggaraan administrasi
mempunyai keunggulan kemampuan;

2) di bidang administrasi pembinaan latihan:

a) mempersiapkan pelaksanaan latihan dan menyusun rencana


garis besar (RGB), renlat dan renlap;

b) membuat rencana latihan yang diselenggarakan Kompi;

c) membuat jadwal dan kalender latihan Kompi;

d) membuat rencana uji terampil perorangan umum/jabatan


(UTPU/UTPJ);

e) membuat rencana lapangan latihan tingkat Peleton;

f) membuat rencana uji siap tempur (UST) tingkat Regu; dan

g) membuat rencana USJM Peleton dan USJM Regu.

3) di bidang penyelenggaraan latihan di lapangan:

a) mengendalikan/mengawasi/melaksanakan latihan:

(1) Perorangan:

(a) seluruh anggota Kompi (taktik, teknik, fisik, dan


mental); dan

(b) Danton dan Batih.

(2) Satuan:

(a) dril Kompi; dan

(b) latihan taktis tingkat Regu s.d. tingkat Peleton.

(3) menyelenggarakan UST Regu;

(4) menyelenggarakan USJM Peleton dan USJM Regu; dan

(5) menyelenggarakan UTP umum dan jabatan.

b) melaksanakan evaluasi pelaksanaan latihan; dan

c) membuat laporan pelaksanaan latihan.


8

c. Komandan Peleton:

1) secara hierarki bertanggung jawab kepada Danki dalam memelihara


dan meningkatkan kemampuan peletonnya dengan cara selalu melatih
sesuai rencana yang dibuat oleh kompi;

2) membina administrasi latihan yaitu:

a) mempersiapkan dan menyusun RGB/renlat/renlap;

b) membuat renlap latihan tingkat perorangan dan Regu; dan

c) membuat catatan pada buku harian latihan perorangan.

3) mengendalikan/mengawasi/melaksanakan latihan:

a) perorangan:

(1) seluruh anggota Peleton (taktik, teknik, fisik, dan


mental); dan

(2) Baton dan Danru.

b) satuan:

(1) dril Peleton; dan

(2) latihan taktis tingkat Regu.

4) melaksanakan evaluasi pelaksanaan latihan; dan

5) membuat laporan pelaksanaan latihan.

d. Dansimayon/Batisiops:

1) membuat konsep kalender latihan Batalyon;

2) membuat jadwal mingguan latihan di mayon;

3) mencatat semua hasil latihan untuk bahan laporan;

4) membuat konsep laporan latihan;

5) membantu Pasiops dalam latihan yang diselenggarakan Batalyon;

6) menyiapkan sarana dan prasarana latihan;

7) membuat konsep RPL dan AL;

8) memelihara buku harian latihan organik; dan

9) mengoordinir kegiatan-kegiatan dalam fungsi operasi.


9

e. Bintara Pelatih:

1) membuat konsep kalender latihan Kompi;

2) membuat jadwal mingguan latihan di Kompi;

3) mencatat semua hasil latihan untuk bahan laporan;

4) membuat konsep laporan latihan;

5) membantu Danki dalam latihan yang diselenggarakan Kompi;

6) menyiapkan sarana dan prasarana latihan;

7) membuat konsep RPL dan AL; dan

8) memelihara buku harian latihan organik.

f. Bintara Peleton:

1) melaksanakan jadwal mingguan latihan Kompi;

2) membuat AL secara terurai untuk Regunya;

3) menyiapkan prasarana latihan yang digunakan;

4) mencatat hasil latihan yang dilaksanakan di Peletonnya;

5) menyiapkan bahan untuk konsep laporan latihan di Peletonnya; dan

6) membantu Danton dalam melatih anggotanya.

g. Komandan Seksi/Regu/Kelompok:

1) melatih anggota Regu/Seksi/Kelompoknya;

2) mengevaluasi/mengendalikan pelaksanaan latihan perorangan dan


kelompok; dan

3) mengisi buku latihan perorangan setelah latihan selesai kemudian


ditunjukkan kepada Danton, selanjutnya mengembalikan lagi buku tersebut
kepada Bintara pelatih Kompi.

12. Syarat Personel.

a. Penyelenggara Latihan:

1) berdedikasi tinggi dan memiliki sikap mental baik serta


berpengetahuan luas;

2) mempunyai surat perintah sebagai penyelenggara latihan guna


pertanggung jawaban latihan;
10

3) memiliki pengetahuan dan keterampilan bidang latihan khususnya


teknik penyelenggaran latihan (nikgarlat) serta materi taktik dan teknik
terhadap latihan yang akan diselenggarakan;

4) menguasai dan mahir dalam pengetahuan dan keterampilan yang


akan diberikan kepada pelaku latihan dalam penerapan sistem dan metode
serta teknik dan taktik latihan; dan

5) memiliki spesialisasi kemampuan baik aspek pengetahuan maupun


keterampilan penggunaan sarana prasarana bidang kesehatan sehingga
memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang latihan di Yonkes.

b. Pelaku Latihan.

1) organik satuan Batalyon Kesehatan;

2) telah memiliki kemampuan perorangan dasar yang ditetapkan pada


saat pendidikan pembentukan, maupun latihan perorangan lainnya sesuai
dengan tradisi satuan masing-masing;

3) memiliki kualifikasi sesuai materi latihan;

4) konduite dan prestasi kerja baik;

5) nilai kesegaran jasmani minimal nilai 70;

6) memiliki intelegensi yang baik, mental yang kuat dan motivasi tinggi
serta tidak mudah menyerah;

7) lulus pemeriksaan kesehatan Panitia Penguji Badan Angkatan Darat


(PPBAD) minimal stakes 2; dan

8) memiliki kemampuan hirbak minimal kelas pratama.

13. Teknis.

a. Pedoman Penyelenggaraan Latihan:

1) memedomani petunjuk dan referensi yang terkait dengan teknik


penyelenggaraan latihan yang berlaku di lingkungan TNI AD;

2) memedomani petunjuk dan referensi yang terkait dengan teknik


penyelenggaraan UTP umum dan jabatan yang berlaku di lingkungan TNI
AD;

3) memedomani petunjuk dan referensi yang terkait dengan teknik


penyelenggaraan latihan pembinaan jasmani militer dan USJM Perorangan
sampai dengan tingkat Peleton;

4) memedomani petunjuk dan referensi yang terkait dengan teknik


penyelenggaraan UST tingkat Regu sampai dengan tingkat Peleton yang
berlaku di lingkungan kecabangan Kesehatan TNI AD;
11

5) memedomani petunjuk dan referensi yang terkait dengan


penyelenggaraan latihan prajurit dalam penggunaan sarana prasarana
latihan di lingkungan TNI AD;

6) penyelenggaraan latihan di Yonkes pada dasarnya disusun untuk


mewadahi kepentingan pencapaian kemampuan personel dan materiil
Kesehatan;

7) memedomani latihan sesuai RPL/AL proglatsi Yonkes dalam rangka


penyelenggaraan latihan sebagai berikut:

a) Latihan perorangan dasar. Dilaksanakan oleh seluruh


Bintara dan Tamtama sesuai RPL/AL latihan perorangan dasar
Bintara dan Tamtama yang berpedoman pada BPUP.

b) Latihan Perorangan Jabatan. Dilaksanakan oleh Bintara


dan Tamtama sesuai jabatan yang tercantum dalam RPL/AL latihan
perorangan jabatan Bintara dan Tamtama yang berpedoman pada
BPKJ.
c) Latihan satuan. Dilaksanakan menurut pentahapan
tingkatan satuan mulai Pok/Regu/Seksi s.d Yon sesuai RPL/AL
latihan satuan masing-masing.

b. Jangka Waktu Latihan.

1) Pembagian waktu latihan dalam tahun anggaran. Dalam satu tahun


anggaran terdapat 52 minggu dengan pembagian waktu latihan sebagai
berikut:

a) latihan sesuai proglatsi Yonkes = 30 minggu.

b) latihan non-proglatsi dan kegiatan protokoler = 22 minggu.

2) Latihan sesuai proglatsi Yonkes. Dilaksanakan dalam waktu 30


minggu dengan perincian sebagai berikut: (siklus proglatsi lihat
Lampiran C).

a) tingkat Perorangan = 9 minggu.

b) tingkat Regu/Kelompok/Seksi = 7 minggu.

c) tingkat Peleton = 7 minggu.

d) tingkat Kompi = 4 minggu.

e) tingkat Batalyon = 3 minggu.

c. Teknik Penyelenggaraan Latihan. Nikgarlat adalah tata cara


penerapan metode secara praktis melalui perencanaan, persiapan, dan
pelaksanaan serta pengakhiran latihan dalam rangka pencapaian tujuan dan
sasaran latihan. Sesuai dengan ketentuan dalam metode pembinaan latihan, maka
bagaimanapun sederhananya suatu latihan harus tetap diselenggarakan dengan
urutan pentahapan meliputi:
12

1) Perencanaan dan persiapan latihan. Sesuai dengan lingkup


latihan yang ada di proglatsi Yonkes yang mencakup latihan perorangan dan
latihan satuan, maka naskah yang paling utama untuk disiapkan adalah
rencana lapangan. Renlap dibuat sesuai dengan ketentuan dan harus dapat
dilaksanakan secara konsekuen. Apabila materi latihan atau pelajaran
bersifat sederhana, misalnya pengetahuan senjata, maka dapat dibuat
persiapan mengajar secara praktis sebagai pengganti renlap dan sebagai
pedoman, pelatih hendaknya tidak dibebani dengan masalah administrasi
mengajar yang sederhana.

2) Pelaksanaan latihan. Pada latihan yang bersifat kompleks


(dalam memadukan pengetahuan dan keterampilan, memadukan
kemampuan perorangan dan satuan, memadukan kemampuan teknis dan
taktis), harus dapat diselenggarakan suatu urutan kegiatan latihan yang
benar-benar dapat menunjang prinsip latihan yang bertahap, bertingkat dan
berlanjut.

3) Pengakhiran latihan. Pada tahap pengakhiran latihan, kegiatan


yang dilaksanakan meliputi rapat pelatih yang dipimpin oleh koordinator
latihan untuk memperoleh keterangan hasil latihan dari masing-masing
pelatih sebagai bahan kaji ulang guna perbaikan latihan-latihan yang akan
datang. Kegiatan selanjutnya adalah pengecekan alkap yang digunakan
dalam latihan serta menginventarisir kemungkinan kerugian akibat latihan.
Akhir dari tahap ini adalah pembuatan laporan pelaksanaan latihan sebagai
pertanggungjawaban kepada komando atas.

4) Evaluasi dalam latihan.

a) Evaluasi latihan harus dilaksanakan secara intensif, baik pada


saat kaji ulang suatu geladi maupun penilaian atas pelaksanaan
latihan sehari-hari.

b) Evaluasi latihan harus mengarah kepada:

(1) identifikasi kelemahan dan kekurangan secara


perorangan dan satuan untuk diadakan perbaikan pada
latihan-latihan berikutnya;

(2) menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan semangat


bersaing yang sehat dengan menunjukkan penonjolan-
penonjolan/prestasi yang telah dicapai;

(3) dengan evaluasi yang baik akan terselenggara latihan-


latihan yang berorientasi kepada kemampuan yang benar-
benar dibutuhkan prajurit dan satuan kita harus dapat
merealisasikan prinsip latihan yang bertahap, bertingkat dan
berlanjut; dan

(4) pencatatan hasil latihan dari semua latihan yang telah


dilaksanakan dihimpun sebagai dasar untuk latihan yang akan
datang.
13

d. Langkah-Langkah dalam Menentukan Metode Latihan. Dalam rangka


pencapaian tujuan latihan, maka perlu ditentukan metode latihan yang tepat.
Adapun langkah-langkah dalam menentukan metode latihan adalah sebagai
berikut:

1) menentukan golongan materi yang diajarkan/dilatihkan, apakah


termasuk dalam golongan pengetahuan, keterampilan teknis atau
keterampilan taktis;

2) menentukan tingkat kecakapan/sasaran yang akan dicapai.

a) Untuk pengetahuan. Tingkat kecakapan sesuai dengan urutan


adalah: mengetahui, mengerti, memahami dan menguasai.

b) Untuk keterampilan. Tingkat kecakapan sesuai dengan urutan


adalah: dapat terbatas, dapat, mampu dan mahir.

3) setelah pelatih menentukan golongan materi pelajaran dan sasaran


yang akan dicapai, baru bisa menentukan metode yang paling tepat untuk
digunakan mencapai sasaran atau standar latihan. Metode ini hendaknya
dilaksanakan secara fleksibel sebab perbedaan kemampuan dari individu
atau satuan itu sendiri. Sebagai pertimbangan dalam menentukan metode
latihan dapat diuraikan sebagai berikut:

a) untuk prajurit Yonkes diharapkan memiliki tingkat memahami


dalam materi yang bersifat pengetahuan yang dapat dicapai dengan
menggunakan metode ceramah, audio visual, dan diskusi;

b) untuk prajurit Yonkes diharapkan memiliki tingkat mampu


dalam materi yang bersifat keterampilan teknis yang dapat dicapai
dengan menggunakan metode peragaan/demonstrasi, mencoba yang
diperagakan secara utuh dilanjutkan dengan menguji keterampilan
yang diperagakan; dan

c) untuk prajurit dan satuan Yonkes diharapkan memiliki tingkat


mahir dalam materi yang bersifat keterampilan taktis yang dapat
dicapai dengan menggunakan metode peragaan/demonstrasi,
mencoba yang diperagakan secara utuh, mempraktikkan materi yang
diperagakan secara dril teknis, dril taktis dilanjutkan dengan dril
tempur sampai dengan geladi lapangan.

4) kriteria standar kemampuan:

a) untuk prajurit Yonkes yang diharapkan memiliki tingkat


memahami dalam bidang pengetahuan dengan standar kemampuan
yang dicapai jika minimal dapat menjelaskan/menerangkan cukup
mendalam tentang apa, mengapa perlu, apa akibatnya jika dilakukan
atau tidak dilakukan dan tahu bagaimana mengerjakan/
melaksanakannya; dan

b) untuk prajurit Yonkes yang diharapkan memiliki tingkat mampu


dalam materi yang bersifat keterampilan dengan standar kemampuan
yang dicapai jika bisa melakukan/melaksanakan suatu
kegiatan/proses kegiatan, pekerjaan atau tindakan dengan cepat dan
14

tepat tanpa ada kesalahan yang berarti, dilakukan tanpa bantuan dan
dalam waktu standar yang ditentukan serta dilakukan sesuai dengan
kecepatan kerja normal. Mampu juga berarti bisa mengerjakan sendiri
tanpa bantuan serta mengetahui mana yang salah dan mana yang
benar.

e. Standar Latihan. Pengertian standardisasi dalam proglatsi ini disamping


bahwa Yonkes akan dapat dilatih dengan materi, metode, waktu, dan teknik
penyelenggaraan latihan yang sama, juga akan dapat dicapai tingkat kemampuan
yang sama pula. Pada proglatsi ini, telah dicantumkan standar yang harus dicapai
pada setiap materi latihan. Standar-standar tersebut ada yang secara jelas
disebutkan kriteria waktu dan urutan kegiatannya, namun juga ada yang
disampaikan secara umum sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan
yang harus dicapai. Kriteria yang tercantum dalam acara latihan ini adalah
merupakan kriteria standar yang harus dicapai untuk dapat menentukan lulus
tidaknya suatu satuan atau perorangan dalam pengujian latihan melalui uji terampil
perorangan, uji terampil perorangan jabatan dan uji siap tempur. Apabila standar ini
telah dicapai, kepada para pembina dan pelatih dianjurkan untuk meningkatkan
kemampuan perorangan dan satuannya hingga mencapai standar yang lebih tinggi
lagi. Standar latihan ini adalah standar yang diharapkan dapat dicapai pada
pelaksanaan proglatsi. Apabila standar ini atau sebagian standar latihan belum
dapat dicapai, maka menjadi kewajiban para komandan satuan untuk mencapainya
pada pelaksanaan proglatsi tahun-tahun berikutnya dengan cara menempatkannya
sebagai prioritas latihan. Bagi satuan yang telah mencapai standar maksimal, maka
komandan satuan berkewajiban untuk tetap memelihara kemampuan ini pada
pelaksanaan proglatsi tahun-tahun selanjutnya, kecuali apabila satuannya
mengalami regrouping yang cukup besar, maka standar pencapaian proglatsi
diturunkan kembali seperti pada tahun pertama.

f. Peran Pelatih. Ketentuan kepelatihan yang tercantum dalam CMI dan


binlat harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, agar latihan senantiasa
berjalan sesuai arah yang direncanakan. Dalam kaitan ini peranan pelatih sangat
menentukan di dalam pencapaian sasaran latihan. Sebagai contoh, pada latihan
penembakan, pelatih harus senantiasa berada di tengah-tengah tim yang akan
melaksanakan menembak tersebut, agar setiap saat dia dapat mengamati,
mengendalikan dan memulai pelaksanaan tugas satuan pelaksana. Dengan
demikian pelatih akan dapat mengoreksi segala kesalahan yang dibuat oleh pelaku
selama latihan berlangsung. Demikian juga pada latihan yang menggunakan
metode ketangkasan (misalnya bongkar pasang senjata), maka pelatih atau
pembantu pelatih harus menunjukan contoh peragaan yang benar sebelum pelaku
mulai menirukannya.

g. Teknik Koreksi dalam Latihan. Koreksi yang diberikan pada saat waktu
dan tempat, pada materi/persoalan yang tepat, serta dengan cara dan teknik yang
tepat, akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu latihan. Oleh karena
itu di bawah ini disampaikan beberapa ketentuan teknik dalam pemberian koreksi
sebagai berikut:

1) pada prinsipnya, setiap kesalahan yang timbul dalam latihan harus


dikoreksi, diberikan contoh yang benar, kemudian latihan tersebut harus
diulangi. Teknik pengoreksian dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a) untuk latihan militer teknik, seperti pengetahuan senjata, pionir,


pertolongan pertama di lapangan dan lain-lain yang sejenis, koreksi
15

dapat diberikan langsung dan segera setelah kesalahan timbul. Ini


adalah cara yang terbaik, sebab pelaku masih mempunyai ingatan
segar atas kesalahan yang diperbuatnya, kemudian dapat segera
melaksanakan cara-cara benar setelah koreksi diberikan. Berhubung
lazimnya dalam latihan-latihan teknik tidak terdapat skenario latihan,
maka teknik koreksi yang demikian tidak mengganggu realisme dan
kelancaran latihan;

b) untuk latihan taktik dengan metode dril, meskipun bisa


diciptakan suatu skenario latihan (misalnya dril tempur) namun
karena pelatih masih berperan secara aktif, maka teknik koreksi dapat
diberikan pada setiap babak tahap latihan, tanpa harus menunggu
selesainya keseluruhan latihan tersebut. Untuk tidak mengorbankan
realisme, maka pada saat pelatih memberikan koreksi, waktu yang
disita tersebut dinyatakan sebagai “Waktu administrasi” dan
dinyatakan “Jeda tempur”. Sebagai contoh : Dalam suatu dril tempur
patroli, pada saat dihadang oleh musuh CB dan teknik mengatasi
penghadangan tersebut keliru, sehingga pada latihan patroli tersebut
perlu diberikan koreksi. Caranya sebelum melanjutkan gerakan
selanjutnya, perlu dihentikan ditempat, kemudian setelah menyatakan
jedah tempur atau waktu administrasi, pelatih memberikan koreksi,
menunjukkan kesalahan-kesalahan pelaku dan ditunjukkan
bagaimana CB dan teknik yang seharusnya. Apa kesalahan yang
diperbuat oleh pelaku prinsip atau banyak, maka latihan/dril tersebut
harus diulangi; dan

c) untuk latihan dengan metode geladi lapangan, agar tidak


mengorbankan realisme latihan, koreksi wasit pengendali diberikan
diakhir latihan, sebagai contoh, dalam geladi lapangan Ton Evakuasi
dalam melaksanakan evakuasi ke Patobrig, karena kaji ulang
diberikan/setelah babak latihan evakuasi selesai, maka tanpa
menunda-nunda waktu lagi/langsung diberikan kaji ulang. Setelah kaji
ulang dilaksanakan, maka latihan segera diulangi pada kesempatan
pertama. Apabila dari pelaksanaan latihan tersebut masih
memungkinkan untuk suatu ulangan latihan, maka latihan diulangi
lagi apabila tidak mungkin dapat dilaksanakan pada hari berikutnya.
Pelaksanaan ulangan bertitik pola pada penekanan-penekanan yang
diberikan pada saat kaji ulang. Dengan demikian untuk mencapai
tingkat mahir, mungkin suatu satuan harus berlatih dua atau tiga kali
dalam materi latihan yang sama.

2) selanjutnya hal-hal khusus di dalam teknik pemberian koreksi yang


harus diperhatikan adalah:

a) hendaknya dihindari memberikan koreksi kepada


pejabat/komandan di depan anak buahnya. Apabila ada satu atau
dua Danru yang berbuat kesalahan, maka Danru keatas dapat
dikumpulkan untuk diberikan koreksi; dan

b) apabila kesalahan tidak diperbuat secara umum maka


ditunjukkan siapa yang berbuat kesalahan. Dengan demikian yang
lain tahu bahwa mereka sudah benar dan akan mempertahankan apa
yang telah dikerjakan itu sebaliknya yang salah akan berusaha untuk
memperbaiki kesalahan tersebut.
16

h. Sistem Pengujian. Pengujian kepada setiap pejabat dilaksanakan setelah


latihan perorangan jabatan selesai. Pengujian pada tiap tahap dilaksanakan
setelah selesainya suatu tahap latihan, sebelum dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Bagi materi ujian yang belum dinyatakan lulus (sesuai dengan standar yang telah
dirumuskan) diberikan bimbingan dan latihan khusus, kemudian diadakan ujian
ulang sampai mencapai kriteria standar lulus.

1) Pengujian meliputi aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.


Pengujian pengetahuan dititikberatkan pada pemahaman perorangan
terhadap bidang tugas, fungsi dan tanggung jawab secara perorangan dan
satuan di dalam mengerjakan tugas-tugas teknik dan taktik sesuai
bidangnya. Untuk pengujian keterampilan teknis dan taktis perorangan, cara
pengujian dilaksanakan dengan teknik pengujian dari beberapa keterampilan
taktis dan teknis yang saling berkaitan dalam satu kali pengujian.

2) Sistem pengujian ini terdiri dari uji terampil perorangan (UTP) umum
dan uji terampil perorangan jabatan (UTPJ) sampai dengan uji siap tempur
(UST) meliputi: uji terampil perorangan umum, uji terampil perorangan
jabatan Tamtama, uji terampil perorangan jabatan Bintara, uji siap jasmani
militer (USJM) tingkat perorangan sampai dengan tingkat Peleton, uji siap
tempur (UST) Regu, UST Peleton, dan UST Kompi.

i. Orientasi Latihan.

1) Kegiatan latihan satuan diarahkan agar mampu melaksanakan taktik


non konvensional namun tidak mengabaikan taktik konvensional. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka dalam proglatsi ini berisi materi latihan yang
disusun sebagai berikut:

a) materi latihan terdiri dari materi taktik dan teknik bertempur


dalam konteks non konvensional diprioritaskan untuk Kirumkitlap dan
KIkeslap sebagai satuan manuver utama, sedangkan untuk Kikesban
bertindak sebagai unsur bantuan;

b) waktu untuk latihan dalam rangka konvensional tetap diberikan


dengan alokasi kecil sedangkan sebagian besar waktu dialokasikan
kepada latihan taktik dan teknik dalam rangka mendukung operasi
lawan gerilya agar dapat dicapai kemampuan maksimal; dan

c) diberikan penjelasan tentang lingkungan operasi yang dihadapi


oleh pasukan kita, terutama yang berkenaan dengan cuaca, medan,
taktik dan teknik bertempur musuh, dalam lingkungan non
konvensional agar dapat dipedomani oleh penyelenggara latihan
sehingga medan latihan, skenario serta penimbulan situasi dapat
diciptakan secara lebih realistis dan mendekati keadaan yang
sebenarnya.

2) Sesuai dengan yang telah diuraikan di atas, maka setiap


penyelenggaraan latihan (terutama latihan taktis) harus diwarnai oleh
lingkungan non konvensional yang dapat diwujudkan, antara lain:

a) pemilihan tempat latihan yang selalu dalam konteks non


konvensional;
17

b) penyusunan skenario yang dapat memvisualisasikan


pertempuran lawan gerilya secara logis dan sistematis;

c) penimbulan situasi dan pelemparan persoalan harus


mencerminkan bagaimana dinamika suatu pertempuran lawan
gerilya;

d) pemeran musuh (penimbul situasi) harus memainkan peran


sebagai musuh yang melaksanakan invasi dari luar (untuk materi
konvensional) dan berperan sebagai gerilya (untuk materi non
konvensional) yang mampu memvisualisasikan karakteristik gerilya
seperti apa yang tercantum dalam lingkungan operasi;

e) pemilihan medan latihan harus realistis. Realisme yang


dimaksud adalah yang berhubungan dengan medan operasi baik
dalam konteks konvensional maupun opskamdagri. Khusus untuk
konteks opskamdagri hingga saat ini hutan, gunung desa dan kota
masih merupakan “Kawan karib” bagi gerilya, maka bentuk-bentuk
medan semacam itu harus dapat diwadahi dalam pemilihan daerah
latihan;

f) kondisi cuaca. Cuaca yang bervariasi harus dapat


diintegrasikan dengan penyusunan medan dan skenario latihan.
Senja malam hari dan fajar adalah merupakan waktu-waktu kritis
yang lazim digunakan gerilya untuk melaksanakan aksinya. Untuk itu
prajurit dan satuan harus dilatih dalam kondisi-kondisi cuaca seperti
itu, agar terbiasa dan selalu siap serta terampil beroperasi pada
kondisi cuaca yang gelap;

g) perlu diadakan improvisasi prasarana dan sarana latihan


sehingga dapat menggambarkan lingkungan operasi yang lebih
realistis. Sebagai contoh perlunya dibangun bivak/tempat
persembunyian gerombolan separatis bersenjata (GSB), seragam
dan persenjataan GSB, booby trap musuh dan sebagainya; dan

h) sesuai dengan tujuan proglatsi yang sekaligus mengarahkan


bagaimana latihan-latihan harus dilaksanakan, maka sebagai
konsekwensinya akan berpengaruh terhadap titik berat, sasaran
penekanan dan materi latihan. Taktik dan teknik bertempur yang
tertuang dalam materi latihan adalah untuk mendukung pelaksanaan
non konvensional. Meskipun demikian, terdapat materi-materi yang
berlaku baik dalam pola konvensional maupun non konvensional.
Untuk membedakan kedua pola tersebut perlu dipertajam dalam hal
tema, skenario, penimbulan situasi, pemeran musuh, medan latihan,
kondisi cuaca serta prasarana dan sarana latihan.

3) Peninjauan medan. Pemilihan medan dalam penyelenggaraan latihan


harus dilaksanakan dengan baik khususnya latihan-latihan yang
menggunakan ranpur dengan mempedomani hal-hal sebagai berikut:

a) membuat rencana peninjauan medan yang memuat: siapa,


apa, bilamana, dimana, bagaimana, dan alat perlengkapan yang
dibutuhkan;
18

b) tentukan medan sesuai materi dihadapkan kepada kegiatan


pelaku dan kegiatan bulsi; dan

c) medan diharapkan bervariasi sesuai tipologi dan jenis latihan


menggunakan ranpur yang memerlukan pertimbangan keharusan
adanya jaring jalan, jalan-jalan pendekat ranpur di medan dan
jembatan serta kondisi permukaan tanah dan sebagainya.

j. Sifat Latihan. Sifat latihan yang dilaksanakan pada proglatsi Yonkes


adalah sebagai berikut:

1) Satu pihak dikendalikan. Kegiatan musuh digambarkan melalui


rencana kegiatan latihan atau ramalan operasi yang disampaikan oleh
pelatih/pengendali melalui penimbul situasi, tindakan pelaku diarahkan
kepada rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2) Satu pihak tidak dikendalikan. Kegiatan musuh digambarkan


melalui rencana kegiatan latihan tau ramalan operasi yang disampaikan oleh
pelatih/pengendali melalui penimbul situasi sedangkan pelaku diberi
kebebasan bergerak dalam batas-batas yang ditentukan.

3) Dua pihak dikendalikan. Pelaku terdiri dari dua pihak, yaitu


pasukan biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan
sendiri dan pasukan musuh yang saling berhadapan, tindakan pelaku
diarahkan kepada rencana yang telah ditetapkan.

4) Dua pihak tidak dikendalikan. Pelaku terdiri dari dua pihak yaitu
pasukan biru dan pasukan merah, masing-masing memerankan pasukan
sendiri dan pasukan musuh yang saling berhadapan. Pelaku diberikan
kebebasan menentukan tindakan dalam batas-batas yang ditentukan.

k. Pentahapan Latihan. Dilaksanakan dengan pentahapan dan organisasi


penyelenggaraan latihan sebagai berikut:

1) Latihan Perorangan.

a) Latihan Tamtama:

(1) Penyelenggara : Kompi.

(2) Pelatih : Bintara.

(3) Penguji : Danton.

b) Latihan Bintara:

(1) Penyelenggara : Kompi.

(2) Pelatih : Perwira.

(3) Penguji : Danton.


19

2) Latihan Kelompok/Kelompok:

a) Penyelenggara : Kompi.

b) Pelatih : Danru/Baton.

c) Penguji : Danton.

3) Latihan satuan Regu:

a) Penyelenggara : Kompi.

b) Pelatih : Danton.

c) Penguji : Danki.

4) Latihan satuan Seksi:

a) Penyelenggara : Kompi.

b) Pelatih : Danki.

c) Penguji : Danyon.

5) Latihan satuan Peleton:

a) Penyelenggara : Kompi.

b) Pelatih : Danki.

c) Penguji : Danyon.

6) Latihan satuan Kompi:

a) Penyelenggara : Batalyon.

b) Pelatih : Danyon.

c) Penguji : Danbrigif.

7) Latihan satuan Yonkes:

a) Penyelenggara : Brigif.

b) Pelatih : Danbrigif.

c) Penguji : Pangdivif.
20

14. Sarana dan Prasarana.

a. Sarana:

1) sarana pokok berupa komputer, laptop, printer, kalkulator, kertas A4,


LCD proyector, layar/screen, meja dan kursi, referensi, alins/alongins, dan
lain-lain; dan

2) sarana pendukung berupa ambulance, matkes, senjata organik, alat


mountainering, peta, kompas, alkom, kendaraan, LCR, perahu motor tempel,
tenda, megaphone, bendera, peluit, bak pasir, dan lain-lain sesuai dengan
kebutuhan.

b. Prasarana:

1) prasarana pokok berupa ruang kerja, ruang rapat, ruang kelas, aula,
medan latihan yang menyerupai daerah penugasan, kelas model, menara
serba guna, lapangan HR, lapangan tembak, gudang munisi, gudang
senjata, gudang alat optik, lapangan olahraga, dan lain-lain sesuai
kebutuhan; dan

2) prasarana pendukung berupa boneka anne, alat simulasi luka dan


lain-lain sesuai kebutuhan.

15. Faktor-Faktor yang Memengaruhi.

a. Faktor Internal.

1) Mental. Titik perhatian dalam hal ini adalah kestabilan emosi.


Kondisi kestabilan emosi seorang prajurit dapat berbeda dalam situasi yang
berbeda pula. Kestabilan emosi dalam pertempuran sangat dipengaruhi
kepercayaan diri untuk mampu menyelesaikan tugas. Hal ini dipengaruhi
pula oleh tingkat kemampuannya dalam menyelenggarakan dan
melaksanakan latihan di samping faktor-faktor lain di luar persoalan teknik.
Oleh karenanya latihan yang intensif sangat membantu dalam hal
membentuk kepercayaan diri seorang prajurit.

2) Fisik. Menembak senapan runduk sangat memerlukan


dukungan fisik yang sangat memadai untuk mengatasi beban dan berat
senapan serta mengatasi rintangan yang dijumpai di sepanjang
perjalanannya menuju ke sasaran. Seorang penembak runduk profesional
memerlukan pembinaan fisik yang memadai untuk mendapatkan kondisi
yang prima untuk menopang berat senapan, membidik dan menekan picu
dengan benar saat diperlukan. Untuk mendapatkan kondisi, kekuatan dan
daya tahan yang baik, pembinaan yang berlanjut, terarah dan terawasi perlu
dilakukan. Kekuatan dan daya tahan yang dibutuhkan dapat dibina melalui
pembinaan jasmani militer.

3) Keterampilan. Keterampilan adalah perpaduan antara mental,


fisik dan pengetahuan untuk mengaplikasikan segala kegiatan di lapangan.
Keterampilan dibina melalui penyajian materi yang direncanakan.

4) Sarana dan prasarana latihan. Penyiapan kebutuhan dukungan


sarana dan prasarana latihan harus sesuai dengan kebutuhan latihan.
21

Ketersediaan sarana dan prasarana latihan di satuan sangat berpengaruh


terhadap keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran latihan.

5) Metode. Dalam penyelenggaraan program latihan, pemilihan


metode latihan yang tepat sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan dan
sasaran latihan.

6) Wasdallat. Dalam penyelenggaraan program latihan, kegiatan


pengawasan dan pengendalian latihan sangat diperlukan guna menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran latihan yang berkualitas.

b. Faktor Eksternal.

1) Iklim dan cuaca. Faktor ini yang meliputi suhu, angin, cahaya dan
endapan sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan program latihan guna
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran latihan.

2) Medan/tempat. Keberadaan medan/tempat latihan, seperti


kondisi medan latihan (medan terjal, medan curam, medan terbuka, medan
tertutup, dan medan berair) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
penyelenggaraan latihan, pencapaian tujuan dan sasaran latihan.

3) Waktu. Dalam penyelenggaraan program latihan, harus


memiliki ruang waktu yang cukup dihadapkan dengan waktu pelaksanaan
latihan yang akan dilaksanakan sehingga hasil yang dicapai dapat
maksimal.

4) Kegiatan protokoler. Banyaknya intensitas kegiatan protokoler


di wilayah dan pengamanan VVIP yang melibatkan personel satuan
khususnya yang terlibat dalam latihan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penyelenggaraan latihan, pencapaian tujuan dan sasaran
latihan.

5) Penugasan Operasi. Satuan yang terlibat dalam penugasan


operasi tidak dapat melaksanakan keseluruhan rangkaian latihan secara
keseluruhan maupun sebagian.

6) Bahan bakar dan pelumas. Penyelenggaraan latihan khususnya


latihan mekanis dipengaruhi oleh ketersediaan bahan bakar dan pelumas
untuk menjamin kelangsungan operasional Ranpur.

BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

1
16. Umum. Kemampuan perorangan dan satuan Yonkes akan dapat diwujudkan
melalui penyelenggaraan latihan yang dilaksanakan secara bertahap, bertingkat, dan
berlanjut. Proglatsi Yonkes dilaksanakan secara terencana, terarah, terkoordinasi serta
berkesinambungan agar tujuan dan sasaran latihan dapat tercapai secara optimal.
Proglatsi Yonkes tersebut meliputi latihan perorangan dan latihan satuan. Berlanjutnya
suatu tahap latihan ke tahap berikutnya hanya apabila satuan tersebut pada tahap yang
telah dilalui mencapai sasaran latihan sesuai standar yang ditentukan melalui suatu UTP
22

umum dan jabatan serta UST. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan melalui


tahapan kegiatan yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

17. Latihan Perorangan.

a. Kegiatan yang Dilaksanakan.

1) Mekanisme.

a) Tahap perencanaan.

(1) Komandan Batalyon Kesehatan:

(a) menyusun kalender latihan satuan selama satu


tahun anggaran dibantu oleh Staf Yonkes pada awal
tahun anggaran;

(b) bagi Yonkes yang berada di daerah penugasan,


menyusun kalender latihan satuan sebagai berikut:

i. latihan perorangan yang diselenggarakan


pada Triwulan I hanya diperuntukkan bagi
personel Yonkes yang tidak terlibat dalam
penugasan operasi; dan

ii. apabila Yonkes kembali dari daerah


penugasan pada tahun anggaran berjalan, maka
kegiatan latihan perorangan diselenggarakan
setelah rangkaian kegiatan administrasi selesai
penugasan telah dilakukan dan dilaksanakan
secara bertahap, bertingkat dan berlanjut sampai
dengan akhir dari tahun anggaran dimaksud
(bulan Desember) sesuai dengan jangka waktu
Proglatsi Yonkes.

(c) bagi Yonkes yang berada di pangkalan,


menyusun kegiatan latihan perorangan yang meliputi
latihan perorangan dasar dan latihan perorangan
jabatan sebelum kegiatan latihan satuan pada tiap
tingkatan satuan;

(d) mengeluarkan direktif latihan kepada para Danki


untuk melaksanakan latihan perorangan berdasarkan
RPL/AL terlampir (Lampiran F dan G); dan

(e) mengeluarkan direktif latihan kepada para Danki


untuk menyelenggarakan UTP umum/jabatan setelah
menerima surat telegram dari Pangdivif tentang materi
UTP umum/jabatan yang akan diujikan.

(2) Komandan Kompi:

(a) bertindak selaku Komandan Latihan tingkat


perorangan bagi Kompinya masing-masing;
23

(b) setelah menerima direktif latihan Danki


melaksanakan kegiatan:

i. mempelajari direktif latihan;

ii. tujuan dan sasaran latihan;

iii. materi latihan;

iv. macam dan metoda latihan;

v. waktu dan tempat latihan;

vi. peserta latihan; dan

vii. dukungan latihan.

(c) menyusun organisasi latihan yang meliputi:

i. unsur penyelenggara;

ii. unsur pelaksana; dan

iii. unsur pelayanan.

(d) memberikan petunjuk perencanaan kepada staf


latihan yang berisi:

i. dasar penyelenggaraan latihan;

ii. pokok-pokok penyelenggaraan latihan;

iii. kebutuhan administrasi dan logistik; dan

iv. hal-hal yang dianggap perlu.

(e) melaksanakan peninjauan medan latihan yang


akan digunakan;

(f) membuat rencana latihan sementara yang akan


dipaparkan kepada Danyonkes;

(g) melaksanakan paparan renlat sementara kepada


Danyonkes yang berisi:

i. pokok-pokok penyelenggaraan latihan;

ii. mekanisme latihan;

iii. kebutuhan administrasi dan logistik; dan

iv. hal lain yang perlu disampaikan kepada


Danyonkes.
24

(h) menyempurnakan renlat berdasarkan hasil


paparan dan penyiapan medan latihan;

(i) bila diperlukan memaparkan kembali renlat yang


telah disempurnakan kepada Danyonkes; dan

(j) distribusi renlat kepada para pelatih dan staf


Yonkes.

(3) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, Bintara Peleton,


dan Komandan Seksi/Regu/Kelompok.

(a) Bertindak selaku unsur penyelenggara dan


bertindak selaku koordinator materi maupun
pelatih/penguji bagi personel yang memiliki tingkat
kemampuan dibawahnya, sebagai berikut:

i. Komandan Regu sebagai Pelatih/Penguji


bagi personel dengan tingkat kemampuan 1 s.d.
4 di Regunya;

ii. Bintara Peleton sebagai Pelatih/Penguji


bagi personel dengan tingkat kemampuan 1 s.d.
4 di Pokko Ton dan tingkat kemampuan 5
(Baton);

iii. Bintara Pelatih sebagai Pelatih/Penguji


bagi personel dengan tingkat kemampuan 1 s.d.
5 di Pokko Ki dan tingkat kemampuan 6 (Baton);
dan

iv. Komandan Peleton sebagai


Pelatih/Penguji bagi personel dengan tingkat
kemampuan 6 dan 7 yang ada di Kompinya
dengan mempelajari tugas berdasarkan petunjuk
perencanaan Danki.

(b) menyiapkan referensi/petunjuk yang sesuai


dengan materi latihan/pengujian;

(c) membuat rencana lapangan sementara;

(d) melaksanakan koordinasi dengan para Pelatih


yang lain agar mendapatkan kesamaan persepsi dalam
melatih agar tidak terjadi kesalahan dalam
penyelenggaraan latihan/uji;

(e) mengatur kegiatan awal;

(f) melaksanakan peninjauan medan;

(g) paparan rencana lapangan kepada Danki sesuai


materinya;
25

(h) menyempurnakan rencana lapangan sesuai hasil


paparan; dan

(i) distribusi rencana lapangan kepada para


pelatih/bulsi.

(4) Anggota Yonkes.

(a) bertindak sebagai pelaku sesuai dengan


kelompok tingkatan kemampuan masing-masing (SJM 1
s.d. 7) dan sesuai dengan kelompok jabatan masing-
masing;

(b) mempelajari seluruh referensi yang sesuai


dengan materi yang akan dilatihkan untuk memudahkan
dalam pelaksanaan latihan;

(c) diorganisir sesuai dengan tingkat kemampuan


perorangan dan jabatan masing-masing; dan

(d) mempersiapkan alat perlengkapan yang akan


digunakan dalam pelaksanaan latihan.

b) Tahap persiapan.

(1) Komandan Batalyon Kesehatan:

(a) menerima laporan dari para Danki tentang


kesiapan penyelenggaraan latihan;

(b) memberikan petunjuk umum dan arahan kepada


para Danki untuk kelancaran jalannya latihan; dan

(c) mengecek kesiapan akhir terhadap


penyelenggara maupun pelaku tentang kesiapan
penyelenggaraan latihan.

(2) Komandan Kompi:

(a) menerima laporan dari para Koordinator


Materi/Pelatih tentang kesiapan penyelenggaraan
latihan;

(b) memberikan petunjuk secara umum dan arahan


kepada para koordinator materi, pelatih, pendukung dan
pelaku tentang organisasi latihan, mekanisme latihan,
petunjuk tata tertib, petunjuk keamanan, dan pembagian
alat peralatan yang diperlukan;

(c) latihan pendahuluan/penataran pelatih guna


menghindari adanya penyimpangan dari rencana
lapangan yang disusun;

(d) menyiapkan lapangan untuk penempatan


perangkat latihan untuk memudahkan pengawasan dan
26

pengendalian latihan serta perlengkapan lain yang


diperlukan; dan

(e) melaksanakan pemeriksaan akhir terhadap


personel, tempat latihan, alat peralatan pendukung dan
materi latihan sehingga siap digunakan saat latihan
dimulai.

(3) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, Bintara Peleton,


dan Komandan Seksi/Regu/Kelompok:

(a) melaporkan kesiapan penyelenggaraan latihan


kepada Danki;

(b) menyiapkan medan latihan dan perangkat latihan


yang akan digunakan bagi penyelenggaraan latihan;

(c) mengorganisir Pelatih/Bulsi/Pendukung dan


pembagian tugas-tugas di tiap-tiap pos;

(d) menerima penjelasan dari Danki dan menerima


alat peralatan yang dipakai dalam penyelenggaraan
latihan; dan
(e) mengikuti penataran pelatih/latihan pendahuluan
untuk menyamakan persepsi dan menghindari adanya
penyimpangan dari rencana lapangan yang telah
disusun.

(4) Anggota Yonkes:

(a) melaksanakan persiapan akhir terhadap alat


peralatan yang akan digunakan selama pelaksanaan
latihan;

(b) mengikuti briefing; dan

(c) melaksanakan perpindahan apabila medan


latihan berada jauh dari markas satuan.

c) Tahap pelaksanaan.

(1) Komandan Batalyon Kesehatan:

(a) memonitor dan mengawasi jalannya latihan;

(b) menyampaikan petunjuk kepada Danki apabila


latihan tidak berjalan sesuai rencana; dan

(c) menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dan kemudian segera ditangani, selanjutnya
dilaporkan kepada komando atas.
27

(2) Komandan Kompi:

(a) membuka latihan dan memberikan petunjuk serta


penekanan khusus yang diperlukan;

(b) memonitor, mengendalikan, dan mengawasi


jalannya latihan;

(c) menyampaikan petunjuk kepada Koordinator


Materi/Pelatih/Penguji/Pendukung apabila latihan tidak
berjalan sesuai rencana;

(d) mengawasi pekerjaan para Koordinator Materi/


Pelatih/Penguji dan mengumpulkan bahan-bahan yang
akan digunakan sebagai bahan laporan kepada
komando atasan; dan

(e) menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dan kemudian segera ditangani, selanjutnya
dilaporkan kepada komando atasan.

(3) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, Bintara Peleton,


dan Komandan Seksi/Regu/Kelompok:

(a) menerima pelaku di lapangan dan


menyampaikan penekanan kembali tentang tujuan,
sasaran, tata tertib, keamanan latihan dan mekanisme
latihan yang akan dilaksanakan;

(b) mengawasi mekanisme penyelenggaraan latihan


disesuaikan dengan materi latihan yang tercantum
dalam rencana lapangan;

(c) memberikan koreksi dan evaluasi apabila


kegiatan yang dilakukan bersifat latihan, bila dianggap
perlu dapat melaksanakan pengulangan;

(d) memberikan penilaian apabila kegiatan yang


dilakukan bersifat pengujian;

(e) memberikan kesempatan bertanya kepada


pelaku mengenai hal-hal yang dirasakan belum
dimengerti; dan

(f) membuat catatan tentang jalannya latihan


sebagai bahan evaluasi dan disampaikan kepada Danki.

(4) Anggota Yonkes:

(a) sudah berada di medan latihan dengan


perlengkapan yang telah ditentukan sesuai dengan
kelompoknya masing-masing;
28

(b) menerima penjelasan dari Koordinator Materi/


Pelatih/Penguji tentang mekanisme jalannya latihan dan
ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan selama
kegiatan latihan;

(c) melaksanakan kegiatan latihan sesuai


pentahapan dari awal sampai akhir sesuai pembagian
kelompok yang telah diatur oleh Koordinator
Materi/Pelatih/Penguji;

(d) menanyakan hal-hal yang dirasa kurang jelas


kepada Koordinator Materi sebelum pelaksanaan latihan
selesai; dan

(e) Menerima koreksi-koreksi latihan serta


rangkuman materi yang telah dilatihkan.

d) Tahap pengakhiran.

(1) Komandan Komandan Batalyon:

(a) menerima laporan dari para Danki sebagai bahan


laporan kepada komando atas; dan

(b) dengan dibantu para staf menghimpun seluruh


laporan latihan dan membuat laporan secara tertulis
kepada komando atas.

(2) Komandan Kompi:

(a) melaksanakan kaji ulang pelaksanaan latihan


kepada seluruh peserta latihan, berdasarkan hasil
evaluasi dari para Koordinator Materi/Pelatih/Penguji;

(b) menghimpun data/keterangan dari para


Koordinator Materi/Pelatih/Penguji sebagai bahan
penyusunan pembuatan laporan kepada Danyonkes;

(c) memeriksa alat peralatan yang telah digunakan


dan mengembalikan ke tempat penyimpanannya dalam
keadaan baik dan bersih;

(d) melaksanakan penyelesaian administrasi selama


latihan termasuk perhitungan ganti rugi; dan

(e) membuat laporan tertulis kepada Danyonkes.

(3) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, Bintara Peleton,


dan Komandan Seksi/Regu/Kelompok:

(a) mengumpulkan/menghimpun hasil evaluasi yang


telah dibuat oleh pelatih sebagai bahan rapat guna
pelaksanaan kaji ulang;
29

(b) melakukan pembahasan bersama tentang


kekurangan, kendala dan hasil yang dicapai serta
evaluasi latihan sebagai bahan laporan kepada Danki
guna perbaikan latihan yang akan datang;

(c) menyelesaikan alat peralatan dan kerusakan


daerah latihan, seluruh alat peralatan dan daerah
latihan yang digunakan selama latihan diperiksa
sebelum digunakan atau disimpan. Melakukan
pendataan agar dapat dipergunakan pada latihan
berikutnya, bila terjadi kerusakan atau hilang segera
dibuat risalah kejadiannya dan dilaporkan kepada
Danki, sedangkan untuk daerah latihan yang mengalami
kerusakan diselesaikan dengan ganti rugi; dan

(d) membantu Danki memberikan evaluasi tentang


materi latihan secara keseluruhan setelah pelaksanaan
latihan yang dilaksanakan oleh para pelaku.

(4) Anggota Yonkes:

(a) menginventarisir alat peralatan yang digunakan


selama pelaksanaan latihan, selanjutnya dikembalikan
ke penyelenggara latihan;

(b) menerima kaji ulang dan evaluasi yang


disampaikan oleh Danki dibantu oleh para Koordinator
Materi/Pelatih/Penguji; dan

(c) kembali ke pangkalan/satuan dengan tertib.

2) Pembagian waktu dan kegiatan.

a) Latihan perorangan dasar bagi Tamtama dan Bintara


diselenggarakan selama 9 minggu dengan pembagian waktu dan
kegiatan, sebagai berikut:

(1) latihan perorangan dasar bagi Tamtama dan Bintara


diselenggarakan selama 8 minggu sesuai jadwal mingguan
Kompi yang merupakan penjabaran dari RPL/AL Latihan
perorangan dasar bagi Tamtama dan Bintara; dan

(2) UTP Umum diselenggarakan selama 1 minggu dengan


ketentuan:

(a) latihan pra UTP umum selama 1 hari;

(b) UTP umum selama 2 hari;

(c) UTP umum ulang bagi personel yang belum lulus


selama 1 hari;

(d) sebelum penyelenggaraan UTP umum didahului


dengan penyelenggaraan USJM perorangan;
30

(e) penyelenggaraan UTP umum berpedoman


kepada BP3 UTP umum/jabatan dengan materi
pengujian berdasarkan BPUP; dan

(f) pelaku UTP umum adalah seluruh Bintara dan


Tamtama yang ditentukan berdasarkan direktif latihan.

b) Latihan perorangan jabatan bagi Tamtama dan Bintara


diselenggarakan selama 1 minggu pada masing-masing pentahapan
pada tingkatan latihan satuan mulai Regu s.d. Kompi dengan
pembagian waktu dan kegiatan, sebagai berikut:

(1) latihan perorangan jabatan tingkat Regu:

(a) latihan perorangan jabatan Regu


diselenggarakan selama 3 hari; dan

(b) UTP Jabatan Regu diselenggarakan dengan


ketentuan:

i. latihan pra UTPJ Regu selama 1 hari;

ii. UTPJ Regu selama 2 hari;

iii. UTPJ Regu ulang bagi personel yang


belum lulus selama 1 hari;

iv. UTPJ Regu diselenggarakan sebelum


LPMM Regu;

v. penyelenggaraan UTP jabatan regu


berpedoman kepada BP3 UTP umum/jabatan
dengan materi pengujian berdasarkan BPKJ; dan

vi pelaku UTP jabatan Regu adalah seluruh


anggota organik setingkat Seksi/Regu/Kelompok.

(2) latihan perorangan jabatan tingkat Peleton:

(a) latihan perorangan jabatan Peleton


diselenggarakan selama 3 hari; dan

(b) UTP jabatan Peleton diselenggarakan dengan


ketentuan:

i. latihan pra UTPJ Peleton selama 1 hari;

ii. UTPJ Peleton selama 2 hari;

iii. UTPJ Peleton ulang bagi personel yang


belum lulus selama 1 hari;
31

iv. UTPJ Peleton diselenggarakan sebelum


LPMM Peleton;

v. penyelenggaraan UTP jabatan Peleton


berpedoman kepada BP3 UTP Umum/Jabatan
dengan materi pengujian berdasarkan BPKJ; dan

vi. pelaku UTPJ Peleton adalah seluruh


anggota organik setingkat pokko Peleton kecuali
Danton.

(3) latihan perorangan jabatan tingkat Kompi:

(a) latihan perorangan jabatan Kompi


diselenggarakan selama 3 hari;

(b) UTP jabatan Kompi diselenggarakan dengan


ketentuan:

i. latihan pra UTPJ Kompi selama 1 hari;

ii. UTPJ Kompi selama 2 hari;

iii. UTPJ Kompi ulang bagi personel yang


belum lulus selama 1 hari;

iv. UTPJ Kompi diselenggarakan sebelum


LPMM Peleton;

v. penyelenggaraan UTP jabatan Kompi


berpedoman kepada BP3 UTP umum/jabatan
dengan materi pengujian berdasarkan BPKJ; dan

vi. pelaku UTPJ Kompi adalah seluruh


anggota organik setingkat Pokko Ki kecuali
Danki.

b. Materi Latihan.

1) Materi latihan perorangan dasar Tamtama. Sesuai tingkat kecakapan


dalam Buku Pedoman Umum Prajurit (BPUP) dan spesialisasi jabatan militer
(SJM) tingkat kecakapan 1 s.d. 4, maka materi latihan meliputi bidang-
bidang sebagai berikut:

a) pengetahuan senjata;

b) menembak;

c) ilmu medan;

d) pionir;

e) teknik bertempur;

f) komunikasi tempur;
32

i) pertolongan pertama di lapangan;

j) hukum humaniter dan HAM;

o) tali temali;

p) perkemahan; dan

r) UTP umum.

2) Materi latihan perorangan jabatan Tamtama. Sesuai tingkat


kecakapan dalam Buku Pedoman Keterampilan Jabatan (BPKJ) dan
spesialisasi jabatan militer (SJM) tingkat kecakapan 1 s.d. 4, maka materi
latihan meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
Materi uraian tugas sesuai penomoran kode yang ada dalam tiap – tiap
jabatan telah disusun sesuai kondisi, standar, petunjuk dan pelaksanaannya,
adapun jabatan – jabatan yang ada pada tingkat kecakapan-1 s.d 4 ini terdiri
dari satuan Pusdikkes Kodiklat TNI AD, Keskopassus, Denkeslap Kesdam
dan Yonkes Divif Kostrad.
a) Tatandu.
(1) Kode : 128 A1 - b07 – 01.
(a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh satu penolong
dengan teknik menjulang.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari.
ii. Tempat : Di Lapangan.
iii. Pakaian : PDL-II
iv Disediakan :
i) Kat Pembantu Perawat
ii) Bulsi.
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu yang dilkukan oleh satu penolong dengan
teknik menjulang.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan pengangkutan orang luka
tanpa tandu oleh satu penolong dengan teknik
menjulang.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
iii. Korban sadar yang masih kuat
berpegangan pada penolong.
iv. Jarak yang ditenpuh relatih jauh.
v. Tidak boleh digunakan untuk
memindahlan korban dengan cidera didaerah
dada dan perut.
vi. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
(e) Pelaksnaan.
i. Tahapan persiapan.
33

i) Menyiapkan perlengkapan yang


akan digunakan.
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan teknik menjulang.
ii. Tahap kegiatan.
i) Pengangkut jongkok menyisipkan
tangannya dibawak ketiak korban, yang
tidur terlentang.
ii) Pengangkut mengangkat korban lalu
didudukkan diatas paha penolong.
iii) sisipkan tangan kanan pengangkut
dibawah diantara kedua kaki korban, tangan
kiri menahan tangan korban kemudian tangan
kanan pengangkut memegang tangan korban.
iv) Tangan kiri pengangkut bertumpuh
ketanah dan mulai berdiri.
v) Betulakan letak korban dan usahakan
tulang kemaluan korban terletak dipundak
penolong.
v) Mulailah berjalan.
iii. Keuntungan.
i) Dapat digunakan untuk
mengangkut korban sadar maupun tidak
sadar.
ii) Proesdur pengangkutan sederhana
sehingga dpat digunakan secara cepat.
iv. Kerugian.
i) Jarak tempuh terbatas sampai
dengan 300 M.
ii) Rawan cidera bagi pengangkut
terutama pada medan yang tidak rata.
v. Larangan.
i) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan cidera tulang belakang,
cidera dada dengan gangguan pernafasan
dan cidera perut dengan pendarahan
hebat.
ii) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan patah tulang paha.
(2) Kode : 128 A1-b07-02.
(a) Tugas. Melaksanakan pengangkulan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh satu penolong
dengan teknik memapah.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang /malam hari
ii. Tempat : Di Lapangan.
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat Pembantu Perawat
ii) Bulsi.
34

(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka


tanpa tandu yang dilakukan oleh satu penolong dengan
teknik memapah.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh satu penolong dengan teknik
memapah.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
iii. Korban sadar dan masih kuat
berpegangan pada penolong.
iv. Jarak yang ditempuh relative jauh.
v. Waktu yang diberikan sesuaikan dengan
tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap Persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan.
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan teknik memapah.
ii. Tahap Kegiatan.
i) Pengangkut berdiri disamping
tungkai korban yang sakit, sedangkan
tungkai penolong disandarkan pada
belakang tungkai korban.
ii) Satu tangan penolong memegang
pergelangan tangan korban lalu
dirangkulkan melalui tengkuk dan
dipegang.
iii) Tangan pengangkut yang lain
merangkul pinggang korban dari belakang.
iv) Kemudian korban disuruh berjalan
dan penolong mengikuti (tidak boleh
mendahului).
iii. Keuntungan.
i) Prosedur pengangkutan sederhana,
sehingga dapat digunakan secara cepat.
ii) Jarak tempuh disesuaikan dengan
kemampuan korban.
iv. Kerugian. Tidak dapat digunakan untuk
pengangkutan korban yang tidak sadar atau
terlalu lemah sehingga tidak mampu berdiri.
v. Larangan.
i) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan cidera tulang belakang.
ii) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan patah tulang paha.
(3) Kode : 128 A1-b07-03.
35

(a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang


luka tanpa tandu yang dilakukan oleh satu penolong
dengan teknik membopong.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari.
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan : Kat pembantu perawat.
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu yang dilakukan oleh satu penolong dengan
teknik membopong.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh satu penolong dengan teknik
membopong.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
iii. Korban sadar dan masih kuat
berpegangan pada penolong.
iv. Jarak yang ditempuh relatif jauh.
v. Waktu yang diperlukan sesuaikan dengan
tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan.
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan teknik membopong.
ii. Tahap kegiatan.
i) Korban didudukkan diatas paha
penolong.
ii) Pengangkut memangkunya (tangan
penolong dibawah kedua paha korban
sedangkan tangan yang lain merangkul
punggung korban)
iii) Korban merangkul penolong,
penolong berdiri perlahan lahan.
iii. Keuntungan.
i) Dapat digunakan untuk
mengangkut korban sadar maupun tidak
sadar.
ii) Prosedur pengangkutan sederhana.
Sehingga dapat digunakan secara cepat
iv. Kerugian.
i) Jarak tempuh terbatas sampai
dengan 50 M.
ii) Rawan cidera bagi pengangkut
terutama pada medan yang tidak rata.
36

v. Larangan. Tidak boleh dilakukan pada


korban dengan dugaan cidera tulang belakang.
(4) Kode : 128 A1-b07-04.
(a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh satu orang
dengan teknik menggendong.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
(i) Kat pembantu perawat.
(ii) Bulsi
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh satu penolong dengan teknik
menggendong.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengngkut orang luka
tanpa tandu oleh satu penolong dengan teknik
menggendong.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
iii. Korban sadar dan masih kuat
berpegangan pada penolong.
iv. Jarak yang ditempuh relatif jauh.
v. Waktu yang diperlukandisesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan.
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan teknik menggendong.
ii. Tahap kegiatan.
i) Menggendong cara biasa.
Dilakukan terhadap korban yang sadar
dan kuat untuk memegang pengangkut,
todak ada luka dibagian depan dan tidak
ada patah tulang.
ii) Menggendong cara ransel.
(i) Gunakan dua buah
kopelriem yang diperpanjang dan
disambung.
(ii) Tempatkan sambungan
kopelriem dibawah paha dan
punggung korban pada posisi
terlentang.
(iii) Buka kedua kaki korban
secukupnya lalu penolong
37

terlentang diatas korban diantara


kedua kaki korban sambil
memasukkan kopel kekedua tangan
penolong seperti menggendong
ransel.
(iv) Pegang kedua tangan
korban dilanjutkan berguling
kesikap tiarap sehingga posisi
korban berada diatas tubuh
penolong.
(v) Penolong lalu berdiri
selanjutnya berjalan membawa
korban.
iii. Keuntungan.
i) Dapat digunakan untuk
mengangkut korban sadar maupun tidak
sadar.
ii) Jarak tempuh relatif jauh sampai
dengan 3000 Meter.
iv. Kerugian. Rawan cidera bagi
pengangkut terutama pada medan yang tidak
rata.
v. Larangan.
i) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan cidera tulang belakang,
sicera dada dengan gangguan pernafasan
dan cidera perut dengan pendarahan
hebat.
ii) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan patah tulang paha.
(5) Kode : 128 A1-b07-05.
a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh dua orang dengan
teknik memapah.
b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Bulsi
c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu yang dilajukan oleh dua penolong dengan
teknik memapah.
d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh dua penolong dengan teknik
memapah.
38

ii. POL diberikan setelah dilakukan


Longdarlap.
iii. Korban sadar dan masih kuat
berpegangan pada penolong.
iv. Jarak yang ditempuh relatif jauh.
v. Penolong 1 mengambil posisi disebelah
kanan korban
vi. Penolong 2 mengambil posisi disebelah
kiri korban.
vii. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan.
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan teknik memapah.
ii. Tahap kegiatan.
i) Pengangkut berdiri disamping
tungkai korban yang sakit, segangkan
tungkai penolong disandarkan pada
belakang tungkai korban.
ii) Satu tangan penolong memegang
pergelangan tangan korban lalu
dirangkulkan ketengkuk dan dipegang.
iii) Tangan pengangkut yang lain
merangkul pinggang korban dari belakang.
iv) Kemudian korban dusuruh berjalan
dan penolong mengikuti (tidak boleh
mendahului)
iii. Keuntungan.
i) Prosedur pengangkutan sederhana,
sehingga dapat digunakan secara cepat.
ii) Jarak tempuh relatif jauh sesuai
kemampuan korban.
iv. Kerugian. Tidak dapat digunakan untuk
mengangkut korban yang tidak sadar atau
yang sangan lemah sehingga tidak
mampu berdiri.
v. Larangan.
i) Tidak boleh dilakukan pada korba
dengan dugaan cidera tulang belakan.
ii) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan patah tulang paha.
(6) Kode : 128 A1-b07-06.
(a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh dua penolong
dengan teknik berbaring.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
39

ii. Tempat : Dilapangan


iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Bulsi
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu yang dilakukan oleh dua penolong dengan
teknik berbaring.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh satu penolong dengan teknik
berbaring.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
iii. Korban sadar dan tidak sadar.
iv. Jarak yang ditempuh relatif jauh
v. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu oleh satu penolong dengan teknik
berbaring.
ii. Tahap kegiatan.
i) Korban dalam keadaan sadar.
ii) Korban dibaringkan terlentang.
iii) Penolong berdiri bersisihan pada
bagian anggota tubuh dari korban.
iv) Aba - aba “jongkok” pengangkut
berjongkok dengan patokan lutut yang
diatas adalah searah kepala korban.
v) Aba - aba “pegang” pengankut
memasukkan kedua tangan kebawah
tubuh korban hingga batas siku.
vi) Pengangkut tertua bertanya
“siap……..?” bila tidak ada jawaban berarti
sudah siap.
vii) Aba - aba “angkat” korban diangkat
diletakkan diatas paha penolong, sambil
memperbaiki posisi tangan penolong.
viii) Aba - aba “berdiri” penplong
bersama sama berdiri, sambil merapatkan
tubuh korban kebadan penolong.
ix) Untuk pengangkutan korban tidak
sadar atau pingsan dengan dua orang,
cara berbaring sama dengan cara
pertaama, hanya untuk pengangkut saling
40

berhadapan sehingga posisi korban


berada diantara kedua pengangkut. Begitu
juga untuk aba-aba sama dengan
pengangkutan berbaring pada korban
masih sadar.
iii. Keuntungan.
i) Dapat digunakan untuk
mengangkut korban sadar mauoun tidak
sadar.
ii) Prosedur pengangkutan sederhana
sehingga dapat digunakan secara tepat.
iv. Kerugian.
i) Jarak tempuh terbatas samapi
dengan 400 meter.
ii) Rawan cidera bagi pengangkut
terutama pada medan yang tidak rata.
v. Larangan. Tidak boleh dilakukan pada
korban dengan dugaan cidera tulang belakang.
(7) Kode : 128 A1-b07-07.
(a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh dua orang dengan
teknik cara duduk.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan : Kat pembantu perawat
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh dua penolong dengan teknik cara
duduk.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh dua penolong dengan teknik
cara duduk.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
iii. Korban sadar dan masih kuat
berpegangan pada penolong.
iv. Jarak yang ditempuh relatif jauh.
v. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap pelaksanaan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan.
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan teknik cara duduk
ii. Tahap kegiatan.
41

i) Korban didudukkan, kedua


penolong berlutut dibelakang korban
sambil kedua lutut penolong saling
merapat.
ii) Kedua penolong mengangkat
korban dan mendudukkannya diatas paha
penolong.
iii) Tangan penolong yang satu saling
berpegangan dibawah ppaha korban
sedang satu tangan yang lain saling
berpegangan dipunggung korban.
iv) Mengangkat korban dan
mendudukkannya diatas paha penolong
selanjutnya penolong berdiri dan berjalan.
iii. Keuntungan.
i) Dapat digunakan untuk
mengangkut korban sadar maupun tidak
sadar.
ii) Prosedur pengangkutan sederhana,
sehingga dpat digunakan secara cepat.
iv. Kerugian.
i) Jarak tempuh terbatas sampai
dengan 1000 meter.
ii) Rawan cidera bagi pengangkut
terutama pada medan yang tidak rata.
v. Larangan.
i) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan cidera tulang belakang.
ii) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan patah tulang paha.
(8) Kode : 128 A1-b07-08.
(a) Tugas. Melaksanakan pengangkutan orang
luka tanpa tandu yang dilakukan oleh dua penolong
pada lorong sempit.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Bulsi
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh dua penolong pada lorong sempit.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
tanpa tandu oleh dua penolong padal orong
sempit.
ii. POL diberikan setelah dilakukan
Longdarlap.
42

iii. Korban sadar atau tidak sadar.


iv. Jarak yang ditempuh relatif jauh
v. Cara ini dapat pula digunakan
mengangkut korban pingsan dan korban luka
pada bagian dada.
vi. Waktu yang diperlukan sesuai dengan
tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan
ii) Mempelajari prosedur POL tanpa
tandu dengan dua penolong pada lorong
sempit.
ii. Tahap kegiatan.
i) Penolong menempatkan diri 1
didepan dan 1 dibelakang korban dengan
posisi awal korban dalam keadaan
terlentang.
ii) Aba-aba “jongkok” pengangkut
yang dibelakang jongkok sambil
mendudukkan korban, sedang penolong
yang didepan jongkok menempatkan diri
diantara kedua kaki korban.
iii) Aba-aba “pegang” pengangkut
memasukkan kedua tangan kebawah
ketiak dan saling berpegangan didada
korban, sedangkan pengangkut yang lain
memegang kedua lutut korban.
iv) Aba-aba “ angkat” pengangkut
bersama sama berdiri lalu berjalan.
iii. Keuntungan.
i) Dapat digunakna untuk
mengangkut korban sadar maupun tidak
sadar.
ii) Prosedur pengangkutan seerhana
sehingga dapt digunakan secara cepat.
iv. Kerugian. Jarak tempuh terbatas
sampai dengan 1000 meter.
v. Larangan.
i) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan cidera tulang belakang.
ii) Tidak boleh dilakukan pada korban
dengan dugaan patah tulang paha.\
(9) Kode : 128 A1-b07-09.
(a) Tugas. Pengangkutan orang luka (POL)
oleh tiga penolong dengan teknik membopong.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang hari atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
43

iii. Pakaian : PDL-II


iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Bulsi
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
oleh tiga penolong dengan teknik membopong.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan mengangkut orang luka
oleh tiga penolong dengan teknik membopong.
ii. Pengangkutan dengan car ini untuk
mengangkut korban dalam keadaan tidak sadar.
iii. POL dilaksanakan setelah dilakukan
Longdarlap.
iv. Waktu yang diperlukan sesuai dengan
tugas yang dibeirikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Korban diterlentangkan, kedua tangan
diletakkan diatas perut.
ii. Ketiga penolong berjongkok disalah satu
sisi korban, masing masing didaerah dada,
pinggang dan tungkai.
iii. Kedua tangan para penolong diselipkan
dibawah korban, masing masing memegang
punggung, panggul dan tungkai korban (paha
dan betis)
iv. Perlahan lahan tubuh korban diangkat dan
diletakkan diatas salah satu paha penolong (kiri
semua atau kanan semua)
v. Ketiga penolong berdiri bersama sama
sambil tubuh korban dirapatkan kedada ketiga
penolong.
vi. Kemudian berjalan bersama sama
dipimpin oleh yang tertua dengan langkah yang
sama menuju ketempat yang dituju.
(10) Kode : 128 A1-b07-10.
(a) Tugas. Pengangkutan orang luka (POL)
dengan tandu melewati berbagai rintangan.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang hari atau malam hari
ii. Tampat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Tandu
ii) Kat pembantu perawat.
iii) Bulsi
(c) Standar. Mampu mengangkut orang luka
dengan tandu melewati berbagai rintangan.
(d) Petunjuk.
44

i. Memahami berbagai ketentuan yang


berhubungan dengan mengangkut orang luka
oleh tiga penolong dengan teknik membopong.
ii) Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i) Korban diterlentangkan dan kedua tangan
diletakkan diatas perut.
ii) Ketiga penolong berjongkok disalah satu
sisi korban, penolong kesatu disamping daerah
dada, kedua daerah pinggang dan ketiga
didaerah tungkai.
iii) Kedua tangan para penolong diselipkan
dibawah tubuh korban, masing masing
memegang punggung, panggul dan tungkai
korban.
iv) Perlahan lahan tubuh korban diangkat dan
diletakkan diatas salah satu paha para penolong
(kiri semua atau kanan semua)
v) Ketiga penolong berdiri bersama sama
sambil tubuh korban dirapatkan didada ketiga
penolong.
vi) Posisi penolong nomor 1 (danpok) jongkok
menghadap ke anggotanya sambil mendekatkan
tandu agar korban dapat diletakkan diatas tandu.
vii) setelah korban diletakkan diatas tandu
maka dipiksasi pada bagian badan dan kaki agar
tidak terjatuh saat diangkat.
viii) untuk membawa korban yang telah
dibaringkan ditandu, keempat penolong berdiri
disamping kanan kiri pegangan tandu (depan dan
belakang). Penolong yang berdiri disamping
kanan memegang dengan tangan kiri, sedangkan
yang berdiri disamping kiri memegang dengan
tangan kanan.
ix) Keempat penolong jongkok dengan
masing masing memegang pegangan tandu.
x) Kemudian berdiri bersama sama dengan
posisi tandu dijinjing, selanjutnya berjalan
bersama sama, dengan langkah pertama untuk
pengangkut yang berkedudukan diseblah kanan
tandu dengan kaki kiri, sedang pengangkut yang
berkedudukan diseblah kiri tandu dengan kaki
kanan dan seterusnya dengan aba-aba luar,
dala, luar dalam dan seterusnya.
xi) Bila korban diangkut dipundak dari posisi
dijinjing, maka keempat menghadap ketandu
kemudian bersama sama mengangkat tandu dan
pegangan tandu diletakkan dipundak kiri atau
kanan pengangkut, baru berjalan bersama sama.
45

xii) Tugas pokok pengangkut adalah


memindahkan korban kefasilitas kesehatan yang
lebih aman dan bertanggung jawab terhadap
keamanan taktis maupun teknis selama proses
pemindahan.
xiii) Pada jalan menanjak.
(i) Posisi tandu dipertahankan rata-
rata air dengan kepala korban diletakkan
dedepan.
(ii) Pengangkut belakang bertugas
mengawasi kondisi korban.
xiv) Pada jalan menurun.
(i) Posisi tandu dipertahankan rata-
rata air dengan kepala korban diletakkan
dibelakang.
(ii) Pengangkut belakang mengawasi
kondisi korban.
xv) Pada jalan sempit/parit.
(i) Pengangkut depan bertindak
sebagai pengintai dan pembuka jalan
sedangkan pengangkut belakan bertugas
mengawasi kondisi medis korban.
(ii) Posisi tandu dipertahankan rata-
rata air
xvi) Pada rawa-rawa, sungai dan semak
belukar.
(i) Apabila semak belukar demikian
padat dan tidak memungkunkan secara
medik untuk mengangkut korban dengan
cara biasa, maka posisi korban diangkat
dengan cara dijunjung. Hal yang sama
juga dilakukan jika pengangkutan harus
melintasi rawa-rawa atau sungai yang
cukup dalam.
(ii) Posisi tandu dipertahankan rata-
rata air.
b) Takestimpur.
(1) Kode : 128 A1-b01-01.
(a) Tugas. Longdarlap korban luka tembak
pada dada kanan.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Alins simulasi luka
iii) Bulsi (Alins hidup)
46

(c) Standar. Mampu memberikan longdarlap


pada korban luka tembak dada kanan dengan cepat dan
tepat.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan menolong korban luka
tembak perut dengan usus terburai.
ii. Pengertian luka tembak dada kanan
adalah luka pada dada kanan yang disebabkan
oleh tembakan yang dapat mengankibatkan
pneumothorax terbuka, yaitu masuknya udara
dari luar kedalam ruangan pleura, sehingga
terjadi kesukaran bernafan, bila masuknya udara
kedalan ruangan pleura tadi cukup banyak, maka
paru-paru menjadi tertekan, sehingga korban
akan kekurangan oksigen.
iii. Tanda tandanya adalah.
i) Sakit pada tempat cidera.
ii) Kesulitan bernafas
iii) Sianosis
iv) Batuk-batuk dan mengeluarkan
darah.
v) Jelas/luka pada dinding rongga
dada.
vi) Gerakan dinding rongga dada
asimetris pada saat bernafas.
iv. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
v. Pelaksanaan.
i) Tahap persiapan.
(i) Menyiapkan perlengkapan
perorangan yang diperlukan
(ii) Mempelajari prosedur
longdarlap luka tembak pada dada
kanan
ii) Tahap kegiatan.
(i) Tindakan keamanan
(ii) Nilai kesadaran dan ABC
(iii) Korban ditidurkan dengan
posisi stengah duduk.
(iv) Cegah secepat mungkin
agar udara tidak masuk kedalam
rongga pleura dengan memasang
kontravetil mengginakan melolin
atau plastic dan plester.
(v) Isi kartu luka
(vi) Laksanakan evakuasi segera
(2) Kode : 128 A-b01-02.
(a) Tugas. Menolong korban luka tembak perut
dengan usus terburai.
47

(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tampat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Alins simulasi luka tembak usu
terburai
iii) Bulsi (Alins hidup)
(c) Standar. Mampu menolong korban luka
tembak perut dengan usus terburai.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan menolong korban luka
tembak perut dengan usus terburai.
ii. Pengertian. Luka tembak perut adalah
luka pada perut menembur peritoneum yang
disebabkan oleh tembakan sehingga
menyebabkan pendarahan intra abdomen yang
berasal dari organ dalam perut, seperti hati,
limpa, lambung, usus dan pembuluh darah besar.
iii. Gelaja luka tembak perut.
i) Sakit pada perut (keram), dinding
perut kaku.
ii) Tampak organ dalam perut
menonjol keluar.
iii) Mual dan muntah.
iv) Ditemukan darah dalam air kencing
atau feses.
v) Tampak gejala-gejala shock (muka
dan bibir pucat, nadi cepat dan melemah,
tangan dan kaki dingin, tekanan darah
menurun).
(e) Pelaksnaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan
perorangan yang diperlukan.
ii) Mempelajari prosedur longdarlap
luka tembak perut dengan usus terburai
ii. Tahap kegiatan.
i) Tindakan keamanan
ii) Nilai tingkat kesadaran dan ABC
iii) Bila terjadi henti nafas, segera beri
nafas buatan dari mulut kemulut
iv) Bila korban bisa bernafas spontan,
hentikan pendarahan dengan
menggunakan pembalut cepat
v) Tutup organ yang keluar/usus
denagn menggunakan kasa bersih yang
dilembabkan, jangan sekali kali
48

menyentuh dan memasukkan kembali


organ yang keluar/usus kedalam perut.
vi) Balut dengan dua kain segitiga
dengan sudut puncaknya berlawanan
vii) Posisikan korban tidur stengah
duduk bila lukanya melintang dan
miringkan bila lukanya membujur
viii) Korban tidak boleh diberikan makan
dan minum
ix) Evaluasi tindakan yang telah
diberikan
x) Isi kartu luka
xi) Laksanakan evakuasi
(3) Kode : 128 A1-b01-03.
(a) Tugas. Menolong korban luka tembak pada
paha disertai patah tulang terbuka.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tampat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Alins simulasi luka tembak paha
iii) Bulsi (Alins hidup)
(c) Standar. Mampu menolong korban luka
tembak paha disertai patah tulang terbuka
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan menolong korban luka
tembak pada paha disertai patah tulang terbuka
ii. Pengertian. Patah tulang (Fraktur) adalah
putusnya kesinambungan jaringan tulang oleh
sebab apapun (termasuk retak tulang maupun
patah tulang). Sedangkan patah tulang terbuka
adalah patah tulang disertai dengan kulit bagian
luar dari tulang yang patah mengalami
luka/robek. Kerusakan kulit tidak harus
disebabkan karna tertusuk patahan tulang, tetapi
bisa juga disebabkan karena benturan, gesekan,
tusukan dan irisan atau luka termbak.
iii. Tidak harus ditandai dengan terlihatnya
patahan tulang yang tersembunyi keluar. Patah
tulang terbuka merupakan indikasi perawatan
yang lebih serius, karena kemungkinan
pendarahan lebih banyak dan infeksi.
iv. Tanda-tanda.
i) Bengkak
ii) Deformitas (kelainan bentuk)
iii) Sakit dan nyeri tekan
49

iv) Hilang fungsi yaitu ketidak


mampuan menggunakan bagian yang
cidera
v) Prinsip dilaksanakan pembidaian
vi) Pastikan masalah ABC telah
teratasi
vii) Pada korban sadar katakana
terlebih dahulu apa yang akan dilakukan
viii) Buka dan bebaskan daerah cidera
yang akan diidai
ix) Periksa pulsasi, motorik dan
sensorik
x) Bidai dengan cara melewati sendi
proksimal dan distal tulang yang patah
xi) Gunakan bidai kaku minimal dua
sisi
xii) Pada bagian yang berlekuk
gunakan bantalan lunak
xiii) Periksa kembali pulsasi, motorik
dan sensorik setelah pembidaian
xiv) Ikatan tidak boleh terlalu kencang
atau kendor
v. Waktu yang diberikan sesuai dengan
tugas yang diberilkan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan
perorangan yang diperlukan
ii) Mempelajari prosedur longdarlap
luka tembak pada paha disertai patah
tulang terbuka
ii. Tahap kegiatan.
i) Tindakan keamanan
ii) Nilai kesadaran ABC
iii) Bila terjadi henti nafas segera beri
nafas buatan dari mulut kemulut
iv) Lepaskan/gunting pakaian pada
lokasi yang cidera
v) Hentikan pendarahan dengan
menggunakan pembalut cepat/tekan dan
jangan mendorong/mencoba memasukan
tulang yang terlipat
vi) Bidai dan ikat bagian yang patah
merapat dengan tubuh yang sehat
vii) Bila rasa sakit hebat berikan
analgetik
viii) Evaluasi tindakan yang diberikan
ix) Isi kartu luka
x) Laksanakan evakuasi
(4) Kode : 128 A-b01-04.
50

(a) Tugas. Menolong korban gigitan ular


(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tampat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Kat pembantu perawat
ii) Alins macam jenis ular
iii) Alins simulasi gigitan ular
iv) Bulsi (Alins hidup)
(c) Standar. Mampu menolong korban gigitan
ular
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan menolong korban gigitan
ular
ii. Gigitan ular adalah luka pada tubuh
korban yang disebabkan oleh gigitan ular baik
yang berbisa maupun yang tidak berbisa.
iii. Macam-macam ular berbisa
i) Colubridae (Ular welang, ular totong
dan ular cabe)
ii) Elapidae (King cobra, blue coral
snake, Sumatra spiting cobra)
iii) Piperidae (Ular puspa dan ular
tanah)
iv. Tanda-tandanya adalah.
i) Lokal.
(i) Adanya bekas gigitan, bila
gigitan terdiri dari dua lobang
layaknya gigitan vamvire
menandakan ular tersebut berbisa.
(ii) Sedang gigitan yang
membentuk stengah lingkaran
cenderung tidak berbisa, selain itu
dapat ditemui tanda-tanda bengkak,
melepuh, memar dan adanya
bercak darah.
ii) Umum. Nyeri kepala, nyeri
otot, nyeri perut, mual, muntah, lumpuh
dan shockm.
iii) Sistematik
iv) Neurotoksik berupa :
(i) Tempat gigitan tidak nyeri
(ii) Kelumpuhan syaraf cranial
(kelopak mata tertutup/ptosis,
juling/optalnoplegi)
(iii) Kelumpuhan otot pernafasan
(sesak nafas)
(iv) Hematotoksik
51

(v) Tempat gigitan terasa nyeri


dan bengkak
(vi) Bercak merah
(vii) Batuk darah dan kencing
darah
v) Waktu yang diperlukan sesuai
tugas yang diberikan
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan
perorangan yang diperlukan.
ii) Mempelajari prosedur longdarlap
terhadap gigitan ular.
ii. Tahap kegiatan.
i) Tindakan keamanan
ii) Nilai cepat kesadaran dan ABC
iii) Bila terjadi henti nafas
segera beri nafas buatan dari mulut
kemulut
iv) Bila korban bisa bernafas spontan
lakukan imobilisasi anggota tubuh yang
digigit dan letakkan lebih rendah dari
jantung
v) Anjurkan pasien untuk tenang
vi) Bersihkan luka dengan
menggunakan sabun
vii) Berikan penekanan pada pembuluh
limpe dengan membalut pada bagian atas
dan bawah luka untuk menghambat
mengalirnya bisa kedalam jantung dan
otak
viii) Monitor terhadap kemungkinan
gangguan nafas akibat paralysis
ix) Evaluasi tindakan yang diberikan
x) Isi kartu luka
xi) Evakuasi segera untuk
mendapatkan suntikan anti bisa ular
iii. Bila memungkinkan identifikasi jenis ular
yang menggigit.
(5) Kode : 128 A1-b01-05.
(a) Tugas. Menolong korban tenggelam
kategori A (awake) sadar.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang atau malam hari
ii. Tampat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan.
i) Tali
ii) Selimut/kain penghangat
iii) Kayu, bambu atau batang pisang
52

iv) Bulsi (Alins hidup)


(c) Standar. Mampu menolong korban kategori
A atau (awake) sadar.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan menolong korban
tenggelam kategori A (awake) sadar.
ii. Korban tenggelam secara spontan
berusaha menyelamatkan diri secara panic
disertai berhentinya pernafasan
iii. Korban tenggelam dapat langsung
meninggal dikenal sebagai tengglam kering (dry
drowning) karna tidak dijumpai aspirasi air
didalam paru.
iv. Korban meninggal disebabkan oleh
asphyxia karena terjadi spesmelaring yang diikuti
penurunan kesadaran dan henti jantung.
v. Pada korban tenggelam air laut akan
mengurangi perkembangan paru, karena air laut
bersifat hipertonis sehingga air bergeser dari
plasma ke alveoli.
vi. Sedang air tawar bersifat hopotonis
sehingga air yang masuk paru dengan cepat
diserap kedalam sirkulasi dan segera
didistribusikan.
vii. Namun demikian air laut dan air tawar
dapat menyebabkan ventilasi alveoli paru
menjadi buruk dan sembab paru (oedem paru).
Hal ini berpengaruh terhadap atelectasis,
bronchospasme dan infeksi paru. Hingga kini
belum ada pengobatan klinis yang unggul pada
keadaan hipoksia selain tindakan pencegahan
dan resusitasi segera. Oleh karena itu apabila
tidak memungkinkan mengangkat korban dari
dalam air, secepatnya ventilasi mulut kemulut
harus segera dilakukan setelah penolong
menarik korban.
viii. Resusitasi awal diluar rumah sakit
difokuskan kepada menjamin oksigenasi,
ventilasi, serta bebas dari bahan muntah dan
benda asing yang dapat mengakibatkan aspirasi
dan obtruksi.
ix. Penekanan perut tidak boleh dilakukan
secara rutin untuk mengeluarkan cairan diparu
apabila terbukti efektif, karena bisa meningkatkan
resiko regurgitasi dan aspirasi.
x. Gambaran klinik korban tenggelam dibagi
menjadi tiga yaitu.
i) Kategori A (awake) sadar. Korban
sadar tetapi tidak bernafas beberapa menit
53

setelah dilakukan pertolongan kembali


bernafas spontan, penurunan suhu badan
(hipotermi) ringan dan bibir biru (cyanosis)
ii) Kategori B (blunted) atau setengah
sadar. Kesadaran stupor, respon terhadap
rangsangan menurun, bibir biru (cyanosis)
gagal nafas dan nadi cepat (tachypnoe)
iii) Kategori C (comatese) Koma,
respon abnormal terhadap rasngsangan
nyeri, tidak bernafas dan hipotermi.
xi. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan
perorangan yang diperlukan.
ii) Mempelajari prosedur longdarlap
terhadap korban tenggelam kategori A
(awake) sadar.
ii. Tahap kegiatan.
i) Bila korban timbul tenggelam.
(i) Lempar tali atau bambu yang
panjang kearah korban
(ii) Setelah tali atau bambu
terpegang oleh korban, baru tarik
kepinggir
(iii) Periksa kesadaran dan ABC
(iv) Bila ada gangguan nafas
segera bebaskan jalan nafan dan
beri nafas buatan
(v) Bila penderita telah sadar
kembali, ganti pakaiannya, berikan
minum hangat dan selimut
(vi) Evaluasi tindakan yang
diberikan
(vii) Istirahatkan korban
ii) Bila korban tidak timbul
kepermukaan air.
(i) Penolong segera masuk
kedalam air untuk menolong
sikorban
(ii) Pegang leher baju atau
rambut korban dari arah belakang
(iii) Tarik penderita keluar dari
dalam air
(iv) Bila tidak mungkin
mengangkat korban dari air,
secepatnya beri nafas buatan dari
mulut kemulut
54

(v) Setelah sampai didarat


tindakan yang dilakukan adalah :
 Bersihkan hidung,
mulut dan kerongkongan dari
kotoran yang menghalangi
jalan pernafasan
 Keluarkan air dari
paru-paru korban dengan
cepat
 Telungkupkan
penderita diatas lutut hingga
kepala tergantung kebawah,
kemudian punggung dan
sisi-sisi dada ditekan hingga
air keluar dari hidung dan
mulut
(vi) Bisa juga dilakukan demikian
cara lain yaitu
 Telungkupkan korban.
 Penolong berdiri,
dengan penbderita berada
diantara kedua kakinya
 Kemudian angkat
pinggang penderita keatas
hingga air keluar dari paru
melalui mulut dang hidung.
 Lakukan selama 15
sampai 20 detik
 Tindakan ini tidak
perlu diulang ulang agar
tidak kehilangan waktu
dalam memberikan nafas
buatan. Air yang masuk
keparu paru akan diserap
tubuh dan didistribusikan
keseluruh tubuh
(vii) Apabila korban tidak
bernafas dan henti jantung
 Lakukan segera
pernafasan buatan dan KJL
(RJP)
 Bila korban telah
sadar kembali, ganti
pakaiannya, berukan minum
hangat dan selimuti.
iii) Evaluasi tindakan yang diberikan.
iv) Isi kartu luka
v) Evakuasi.
(6) Kode : 128 A1 – b01-06
(a) Tugas. Menolong korban sengatan Panas
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang hari
ii. Tempat : Dilapngan
55

iii. Pakaian : PDL-II


iv. Disediakan:
i) Bak air/dekat kolam.
ii) Es.
iii) Kat prapas.
iv) Selimut.
v) Bulsi (Alins hidup)
vi) Alins Boneka.
(c) Standar. Mampu menolong korban sengatan
panas.
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan menolong korban sengatan
panas.
ii., Sengatan panas adalah kegiatan system
pengaturan suhu tubuh akibat aktifitas di udara
panas yang ditandai dengan suhu tubuh yang
sangat tinggi serta gangguan kesadaran dan
kejang-kejang otot.
iii. Gejala sengatan panas.
i) Penurunan kesadaran didahului
perubahan kesadaran,disorientasi,gelisa,
ketakutan atau kesurupan.
ii) Lemah,mual dan muntah.
iii) Kulit kemerahan, panas, kering dan
Suhu >41°c.
iv) Nadi sangat cepat dan lemah
v) Shock
vi) Napas cepat dangkal hingga
Berhenti napas.
vii) Kejang-kejang otot.
viii) Mengigau.
ix) Berak-berak tanpa henti
x) Pendarahan di mata dan kulit
iv. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan
(e) Pelaksanaan.
i. Tahap persiapan.
i) Menyiapkan perlengkapan
perorangan yang diperlukan
ii) Mempelajari prosedur longdarlap
sengatan panas
ii. Tahap kegiatan.
i) Angkat penderita ketempat yang
teduh
ii) Nilai kesadaran dan ABC
(i) Bila terjadi henti nafas
segera beri nafas buatan dari mulut
kemulut
56

(ii) Bila telah bernafas secara


spontan, kendorkan pakaian yang
mengikat
iii) Masukkan kedalam air (Bak)
dengan kepala diatas permukaan air atau
kompres seluruh tubuh dengan air es
berulang kali
iv) Pijit dan gerakkan tangan dan kaki
korban
v) Setelah suhu badan turun,
keluarkan penderita dari dalam air (Bak),
tidurkan dan tutup dengan selimut basah,
bila seluruh badan panas kembali
masukkan kedalam air (Bak)
vi) Tempratur rectal tidak boleh lebih
rendah dari 38,5°
vii) Monitor tanda-tanda vital
viii) Lepaskan seluruh pakaian setelah
kesadaran penderita meningkat kemudian
ganti dengan pakaian kering
ix) Berikasn garam dapur/oralit/tablet
garam dalam air minum
x) Evaluasi tindakan yang diberikan
xi) Isi kartu luka
iii. Segera evakuasi korban ke rumah sakit
atau satuan kesehatan terdekat dan selama
perjalanan usaha untuk menurunkan suhu badan
harus terus dilakukan.
(7) Kode : 128 A1-b01-07.
(a) Tugas. Resusitasi Jantung Paru.
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang hari atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan :
i) Kat pembantu perawat
ii) Boneka Anne
iii) Bulsi
(c) Standar. Mampu melakukan resusitasi
jantung paru
(d) Petunjuk.
i. Pahami semua ketentuan yang
berhubungan dengan resusitasi jantung paru
ii. Henti jantung adalah berhentinya denyut
jantung
iii. Pada keadaan ini denyut nadi arteri karotis
tidak dapat dirasakan lagi
iv. Bila ditemukan korban dengan keadaan
henti jantung, maka harus dilakukan pijat jantung
57

luar yang merupakan bagian dari resusitasi


jantung paru atau RJP.
v. Waktu yang diperlukan sesuai dengan
tugas yang diberikan.
(e) Pelaksanaan.
i. Lakukan tindakan keamanan dengan
membawa korban ketempat yang aman, rata dan
keras
ii. Tentukan tingkat kesadaran korban
i) Sapa, tepuk bahu, beri rangsangan
nyeri pada bagian pinggang/pipi korban,
bila korban menjawab maka kesadaran
masih ada
ii) Bila tidak ada respon maka, segera
panggil bantuan
iii) Segera atur posisi korban secara
hati-hati dalam keadaan terlentang diatas
alas yang datar dan cukup keras
iii. Periksa jalan nafas korban dengan teknik
membuka jalan nafas, lihat ada tidaknya benda
asing dan dengarkan suara tambahan korban
iv. Periksa pernafasan, lakukan dengan cepat
sesuai urutan, lihat, dengar dan rasakan adanya
pernafasan dari korban
v. Bila korban bernafas spontan maka RJP
tidak diperlukan dan jaga agar korban tetap
bernafas
vi. Jika korban tidak bernafas segera berikan
nafas buatan dengan cara mulut kemulut
sebanyak 2-5 kali
vii. Evaluasi jalan nafas sesuai ketentuan
pemberian nafas buatan
viii. Jika ada hambatan segera bebaskan jalan
nafas dengan cara sapuan jari atau hentakan
perut (heimlic manuver) maupun tepukan
punggung atau bac trush
ix. Periksa denyut nadi karotis (5-10 detik)
x. Jika teraba denyut nadi karotis maka
korban hanya membutuhkan pernafasan buatan
xi. Jika tidak teraba denyut nadi karotis maka
korban memerlukan pemijatan jantung luar dan
nafas buatan (RJP)
xii. Lakukan pemijatan jantung dan
memberikan nafas buatan
i) Cara melakukan pemijatan jantung
luar (RJP)
(i) Posisi penolong berlutut
berada disamping bahu korban
(ii) Tentukan titik kompresi
sebagai berikut
58

 Ikuti lengkung tulang


iga dengan ujung jari telunjuk
kearah tengah, sampai
ditemukannya ujung tulang
dada (processus
ximpoideus) diulu hati korban
 Letakkan jari telunjuk
dan jari tengah dan rapat
dari ujung tulang dada
kearah leher korban
 Letakkan dasar
telapak tangan kiri rapat
dengan jari telunjuk tangan
kanan. Titik tersebut ini titik
pijat jantung
 Letakkan telapak
tangan kanan diatas
puinggung tangan kiri,
anyam kedua jari-jari tangan
dan lakukan penekanan
dengan kedalaman 3-5 cm
untuk orang dewasa secara
teratur dan berirama serta
tidak disentak
 Pemijatan dilakukan
dengan gerakan pinggang
bukan siku selama 15 kali
pemijatan dan 2 kali nafas
buatan
ii) Cara melakukan hitungan pijatan
dan pemberian nafas buatan oleh satu
penolong.
(i) Pijat jantung satu, dan dua,
dan tiga, dan empat dan………..
tiga belas dan, empat belas dan,
lima belas dan………..
(ii) NAFAS BUATAN. Nafas I,
nafas II kemudian ulangi kembali
kepijat jantung 15 kali, nafas buatan
2 kali dan seterusnya. Pemeriksaan
denyut nadi karotis dilakukan setiap
4 siklus pijat jantung dan nafas
buatan
(iii) Apabila korban mampu
bernafa dengan spontan dan
denyut nadi timbul kembali maka
sambil menunggu evakuasi, korban
diposisikan PSM (posisi sisi
mantap)
iii) Resusitasi jantung paru diakhiri bila.
59

(i) Korban mampu bernafas


dengan spontan dan denyut nadi
timbul kembali
(ii) Penolong telah digantikan
oleh petugas kesehatan
(iii) Penolong kelelahan
sehingga tidak mampu lagi
melakukan RJP
(iv) Ditemukan tanda-tanda
kematian pasti.
iv) Komplikasi resusitasi jantung paru
(i) Patah tulang dada atau
tulang rusuk akibat pijatan yang
terlalu dalam dan menyentak
(kasar)
(ii) Perut korban kembung
akibat nafas buatan tidak masuk
keparu-paru, tetapi masuk
kelambung korban
(iii) Pendarahan rongga perut
akibat titik pijatan terlalu rendah dan
menyebabkan robekan hati atau
limpa korban
(8) Kode : 128 A1-b01-08.
(a) Tugas. Membalut dengan mitela cara pos
paket dengan menggunakan kain segitiga untuk :
i. Luka dagu, luka pelipis (pos paket)
ii. Mengistirahatkan tulang selangka
iii. Membalut siku dengan kain segitiga kecil
atau sedang
iv. Membalut pengunci (szymanowsky)
v. Membalut kepala bagian atas dengan
funda (ferticis)
(b) Kondisi.
i. Waktu : Siang hari atau malam hari
ii. Tempat : Dilapangan
iii. Pakaian : PDL-II
iv. Disediakan :
i) Kat pembantu perawat
ii) Bulsi
(c) Standar. Mampu membalut dengan mitela
cara pos paket dengan menggunakan kain
segitiga untuk :
i. Luka dagu, luka pelipis (pos paket)
ii. Mengistirahatkan tulang selangka
iii. Membalut siku dengan kain segitiga kecil
atau sedang
iv. Membalut pengunci (szymanowsky)
v. Membalut kepala bagian atas dengan
(d) Petunjuk.
60

i. Pahami semua ketentuan yang


berhubungan dengan membalut dengan mitela
cara pos paket dengan menggunakan kain
segitiga
ii. Membalut kepala dengan cara pos paket
digunakan untuk :
i) Menutup luka dibagian pelipis
ii) Membalut tekan pada pendarahan
pelipis
iii) Fiksasi sendi rahang (menekan
atau merapatkan rahang, yamg terkilir dan
susah dibetulkan/direposisi)
iv) Membalut kuping
v) dll…
iii. Waktu yang diperlukan disesuaikan
dengan tugas yang diberikan
(e) Pelaksanaan.
i. Luka dagu dan luka pelipis (pos paket)
i) Kain mitela dibuat menyerupai dasi
kecil/sempit
ii) Rawat luka, bila pendarahan
hentikan dengan pembalut cepat/penekan
iii) Pasang dasi kecil denangan bagian
tengah pada dagu dan arah keatas melalui
depan telinga
iv) Ujung yang satu melalui pelipis
yang tidak sakit lalu putar disamping
kepala sampai pada pelipis yang sakit
v) Silangkan kedua ujung (diputar)
sehingga ujung dan arah atas kepala
menuju kebelakang kepala, sedangkan
ujung yang lain kekiri kearah dean kepala
sampai kertemu disamping
vi) Buat simpul dipelipis yang sehat
diatas kain pertama
ii. Mengistirahatkan tulang selangka
i) Buat dasi panjang
ii) Beri alas ditempat yang patah
iii) Letakkan petengahan dasi pada
leher belakang
iv) Balutkan kedua ujung dasi pada
bahu kanan/kiri, ketiak, terus kepunggung
dan buat simpul permulaan
v) Selipkan salah satu ujung dasi pada
pertengahan dasi kemudian ditarik
perlahan dan disimpulkan pada kedua
ujungnya (sampai merasa nyaman)
iii) Membalut siku dengan kain segitiga kecil
(dasi)
i) Buat dasi panjang
61

ii) Siku sedikit dilipat


iii) Letakkan pertengahan dasi pada
siku
iv) Balutkan kedua ujung dasi pada
lipatan siku (silang)
v) Ujung dasi dari arah bawah
menindih sisi atas dan ujung dasi yang
dari arah atas menindih sisi bawah
(berhimpitan)
iv. Membalut pengunci (szymanosky)
i) Sikapkan 4 buah kain segitiga
masing-masing dibuat dasi panjang
ii) Dasi panjang kesatu, dibuat
ring/cincin pada bahu yang tidak sakit
iii) Dasi panjang kedua dibalutkan
pada pergelangan tangan dari bahu yang
sakit kemudian dihubungkan pada
ring/cincin yang disimpulkan
iv) Dasi panjang ketiga dilingkarkan
diatas siku dari bahu yang sakit, bila perlu
dibuat simpul permulaan, kemudian
dihubungkan ke ring/cincin melalui
punggung
v) Dasi panjang keempat, dilingkarkan
dibawah siku dari bahu yang sakit, bila
perlu buat simpul permulaan, kemudian
dihubungkan ke ring/cincin melalui
punggung
vi) Pembalut pengunci ini digunakan
pada indikasi patah tulang selangka dan
pada sendi baru
62

3) Materi latihan perorangan dasar Bintara. Sesuai tingkat kecakapan


dalam BPUP dan SJM (tingkat kecakapan 5 s.d. 7), maka materi latihan
meliputi tingkat kecakapan 1 s.d. 4, dengan penambahan bidang-bidang
sebagai berikut:

a) navigasi darat;

b) pionir;

c) teknik bertempur;

d) komunikasi;

e) penyelidikan dan pengamanan;

f) Hukum Ham dan Hukum Humaniter;

g) latihan;

h) taktik dasar bertempur;

i) pengaturan penembakan;

j) prosedur peninjau depan; dan

k) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

4) Materi latihan perorangan jabatan Bintara. Sesuai tingkat kecakapan


dalam BPKJ dan SJM (tingkat kecakapan 5 s.d. 7), maka materi latihan
meliputi tingkat kecakapan 1 s.d. 4, dengan penambahan bidang-bidang
sebagai berikut:
63

a) Kompi Rumkitlap.

(1) Danru: (dijabarkan seluruh jabatan Bintara ditiap kompi


yonkes); contoh.....

(a) orientasi organisasi Peleton Kompi Yonkes;

(b) prosedur komunikasi;

(c) pelaksanaan cansiap/PPKT tingkat Regu;

(d) harcegah senjata;

(e) harcegah alat komunikasi;

(h) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(i) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(2) Bintara Peleton:

(a) orientasi organisasi Kompi Yonkes;

(b) Prosedur komunikasi;

(c) membuat renlap;

(d) pelaksanaan cansiap/PPKT tingkat Peleton;

(e) harcegah senjata;

(f) pengetahuan administrasi perawatan;

(i) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(j) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(3) Danru xxxxx:

(a) orientasi organisasi Peleton Kompi Yonkes;

(b) prosedur komunikasi;

(c) pelaksanaan cansiap/PPKT tingkat Regu;

(d) harcegah senjata;

(e) harcegah alat komunikasi;

(f) orientasi organisasi ranpur;

(g) tata tembak ranpur;


64

(h) pengetahuan otomotif ranpur;

(i) harcegah ranpur;

(j) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(k) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(5) Bintara Makanan:

(a) pengetahuan pengurusan manase;

(b) pengetahuan penyusunan menu;

(c) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(d) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(6) Bintara Fourir:

(a) pengetahuan administrasi perawatan;

(b) pengetahuan Minu TNI AD;

(c) pengetahuan perbekalan;

(d) harcegah;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(7) Bintara Administrasi:

(a) administrasi umum;

(b) pengetahuan Minu TNI AD;

(c) pengetahuan pembinaan personel;

(d) pengetahuan P5;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(8) Bintara Pelatih:

(a) teknik menyelenggarakan latihan untuk satuan


kecil (dril);
65

(b) rencana garis besar, rencana latihan dan


rencana lapangan;

(c) penyelenggaraan UTP Umum dan UTPJabatan


Bintara dan Tamtama;

(d) evaluasi, pencatatan dan laporan latihan;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(9) Bintara Kesehatan:

(a) longdarlap;

(b) evakuasi dan hospitalisasi;

(c) ilmu membalut dan membidai;

(d) improvisasi dan pionir kesehatan;

(e) pengetahuan menyuntik dan memasang infus;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

c) Kompi markas.

(1) Balidik:

(a) pengetahuan pengamanan;

(b) pengetahuan penyelidikan;

(c) administrasi intelijen;

(d) pengurusan tawanan perang dan tahanan


operasi;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(2) Basi Intel:

(a) pengetahuan pengamanan;

(b) pengetahuan penyidikan;

(c) administrasi intelijen;


66

(d) pengurusan tawanan perang dan tahanan


operasi;

(e) intelijen tempur;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; serta

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(3) Dansi Intel:

(a) pengamanan;

(b) hartib;

(c) penyidikan;

(d) pengurusan tawanan perang dan tahanan


operasi militer;

(e) intelijen tempur;

(f) administrasi intel;

(g) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(h) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(4) Danru Provoos:

(a) orientasi organisasi Regu Provoos;

(b) pengamanan;

(c) hartib;

(d) penyidikan;

(e) pengurusan tawanan dan tahanan Operasi


Militer;

(f) administrasi;

(g) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(h) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(6) Bintara Angkutan:

(a) harcegah;

(b) administrasi Pool;

(c) penyelenggaraan angkutan;


67

(d) undang-undang lalu lintas;

(e) perbengkelan dan pemeliharaan;

(f) kolone/konvoi;

(g) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(h) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(7) Danru Kom/Komtis:

(a) prosedur radio dan telepon;

(b) keamanan komunikasi;

(c) pengetahuan pesawat radio;

(d) harcegah;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(8) Bintara Montir Radio:

(a) harcegah;

(b) pengetahuan radio;

(c) teknik montir radio;

(d) pengamanan;

(e) administrasi umum;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(9) Danru Wat Kesum:

(a) longdarlap;

(b) evakuasi dan hospitalisasi;

(c) ilmu membalut dan membidai;

(d) improvisasi dan pionir kesehatan;

(e) pengetahuan menyuntik dan memasang infus;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan


68

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(10) Bintara Wat Kesum/Ba Ober:

(a) konvensi Jenewa;

(b) evakuasi dan hospitalisasi;

(c) ilmu membalut dan membidai;

(d) improvisasi dan pionir kesehatan;

(e) resusitasi jantung paru;

(f) perangkat perawat/Kat Bawat Keslap;

(g) penerimaan dan pemisahan penderita;

(h) pengetahuan menyuntik dan memasang infus;

(i) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(j) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(11) Bintara Bedah Lapangan:

(a) konvensi Jenewa;

(b) pertolongan darurat lapangan;

(c) ilmu membalut dan membidai;

(d) improvisasi dan pionir kesehatan;

(e) resusitasi jantung dan paru;

(f) perangkat perawat/perangkat Bawat keslap;

(g) pengetahuan menyuntik dan memasang infus;

(h) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(i) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(12) Bintara Jurkes/Ba Obring:

(a) longdarlap;

(b) evakuasi dan hospitalisasi;

(c) ilmu membalut dan membidai;

(d) pengetahuan menyuntik dan memasang infus;


69

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(13) Bamin Tonkes:

(a) organisasi Tonkes;

(b) konvesi Jenewa;

(c) longmalap;

(d) ilmu membalut;

(e) pionir dan kesehatan;

(f) Penerimaan penderita;

(g) pemisahan penderita;

(h) cara-cara infus;

(i) pengetahuan suntik/injeksi;

(j) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(k) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(15) Danru Munisi:

(a) orientasi organisasi Ton pimu Kima Yonkes;

(b) administrasi/pengurusan alpal Ton Pimu;

(c) harcegah alpal Ton Pimu;

(d) pengetahuan munisi;

(e) tata laksana perbekalan munisi;

(f) tata laksana pemeliharaan munisi;

(g) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(h) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(17) Bapal:

(a) harcegah material;


(b) penggunaan alat perkakas kerja;

(c) pemeliharaan TK I;
70

(d) perbaikan TK I;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(18) Bawat/Basi Log:

(a) organisasi tugas Siwat YonkesROI 95;

(b) CMI;

(c) senjata SMB;

(d) administrasi perawatan;

(e) harcegah;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(19) Dansiwat:

(a) organisasi tugas Siwat;

(b) CMI;

(c) pengetahuan perbekalan;

(d) harcegah;

(e) pengetahuan pembinaan manase;

(f) administrasi perawatan;

(g) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(h) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(20) Basi Ops:

(a) tehnik penyelenggaraan latihan;

(b) SJM;

(c) pengetahuan Minu TNI AD;

(d) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(e) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(21) Dansimayon.
71

(a) proglatsi;

(b) SJM;

(c) teknik penyelenggaraan latihan;

(d) administrasi umum TNI AD;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(22) Bajah:

(a) pengetahuan administrasi umum TNI AD;

(b) pengetahuan kesejahteraan moril;

(c) pengarsipan;

(d) pengorganisasian olah raga dan rekreasi satuan;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(23) Ba Juryar:

(a) pengetahuan Minu TNI AD;

(b) administrasi perawatan/keuangan personel;

(c) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(d) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(24) Basi Pers:

(a) pengetahuan administrasi umum TNI AD;

(b) pengetahuan administrasi personel;

(c) pengarsipan;

(d) pencatatan tata tertib dan disiplin;

(e) Hukum HAM dan hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(25) Dansimin:

(a) pencatatan penerimaan anggota baru;


72

(b) pencatatan data-data klasifikasi anggota;

(c) pencatatan penugasan penempatan dan jabatan


anggota;

(d) pencatatan dan penyelesaian kepangkatan;

(e) pengurusan administrasi tentang status dan


pendataan anggota;

(f) pencatatan tata tertib dan disiplin;

(g) pembuatan konduite dan prestasi kerja;

(h) pencatatan, penggantian dan pemisahan


personel;

(i) penyelesaian gati;

(j) pembuatan laporan kekuatan;

(k) tulisan dinas/surat menyurat;

(l) kearsipan;

(m) kesejahteraan;

(n) pengorganisasian olahraga dan rekreasi satuan;

(o) pelayanan personel;

(p) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(q) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(27) Bintara Fourir:

(a) pengetahuan administrasi perawatan;

(b) pengetahuan Minu TNI AD;

(c) pengetahuan perbekalan;

(d) harcegah;

(e) pengetahuan senjata bantuan;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(28) Bintara Administrasi/Juyar:

(a) administrasi Umum;


73

(b) pengetahuan Minu TNI AD;

(c) pengetahuan pembinaan personel;

(d) pengetahuan P5;

(e) pengetahuan senjata bantuan;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(29) Bintara Pelatih:

(a) teknik menyelenggarakan latihan untuk satuan


kecil (dril);

(b) rencana garis besar, rencana latihan dan


rencana lapangan;

(c) penyelenggaraan UTP umum dan UTP jabatan


Bintara dan Tamtama;

(d) evaluasi, pencatatan dan laporan latihan;

(e) pengetahuan senjata bantuan Kiban;

(f) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(g) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(32) Bajasmil:

(a) pengetahuan jasmani militer;

(b) teknik penyelenggaraan pembinaan jasmani


militer;

(c) penyelenggaraan USJM;

(d) evaluasi, pencatatan dan laporan pembinaan


jasmani militer;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(33) Batisiter:

(a) pengetahuan binter satnonkowil;


74

(b) administrasi binter satnonkowil;

(c) pengurusan dan pengendalian penduduk;

(d) intelijen teritorial;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

(36) Bintara Ahli Listrik:

(a) pengetahuan listrik;

(b) perbaikan listrik secara terbatas;

(c) pemasangan instalasi jaringan listrik;

(d) harcegah;

(e) Hukum HAM dan Hukum Humaniter; dan

(f) uji terampil perorangan jabatan (UTPJ).

18. Latihan Satuan.

a. Latihan Satuan Tingkat Regu.

1) Kegiatan yang dilaksanakan.

a) Mekanisme.

(1) Tahap perencanaan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. merencanakan kegiatan latihan satuan


tingkat Regu dijadwalkan untuk diselenggarakan
setelah latihan perorangan dari tiap tahun
anggaran; dan

ii. mengeluarkan direktif latihan kepada para


Danki untuk melaksanakan latihan taktis tingkat
Regu berdasarkan RPL/AL Kelompok, Regu, dan
Seksi terlampir (lampiran H, I, dan J ).

(b) Komandan Kompi:

i. bertindak selaku Komandan latihan tingkat


Regu bagi Kompinya masing-masing;
75

ii. setelah menerima direktif latihan Danki


melaksanakan kegiatan:

i) mempelajari direktif latihan;

ii) tujuan dan sasaran latihan;

iii) materi latihan;

iv) macam, metoda, dan sifat latihan;

v) waktu dan tempat latihan;

vi) peserta latihan; dan

vii) dukungan latihan.

iii. menyusun organisasi latihan yang


meliputi:

i) unsur penyelenggara;

ii) unsur pelaksana; dan

iii) unsur pelayanan.

iv. memberikan petunjuk perencanaan


kepada staf latihan yang berisi:

i) dasar penyelenggaraan latihan;

ii) pokok-pokok penyelenggaraan


latihan;

iii) kebutuhan administrasi dan logistik;

iv) hal-hal yang dianggap perlu; dan

v) melaksanakan peninjauan medan


latihan yang akan digunakan.

v. membuat rencana latihan sementara yang


akan dipaparkan kepada Danyonkes;

vi. melaksanakan paparan renlat sementara


kepada Danyonkes yang berisi:

i) pokok-pokok penyelenggaraan
latihan;

ii) mekanisme latihan;

iii) kebutuhan administrasi dan logistik;


76

iv) hal lain yang perlu disampaikan


kepada Danyonkes;

v) menyempurnakan renlat berdasar-


kan hasil paparan dan penyiapan medan
latihan;

vi) bila diperlukan memaparkan


kembali renlat yang telah disempurnakan
kepada Danyonkes; dan

vii) distribusi renlat kepada para pelatih


dan staf Yonkes.

(c) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, Bintara


Peleton:

i. bertindak selaku unsur penyelenggara dan


bertindak selaku Koordinator Materi maupun
Pelatih/Penguji bagi personel yang memiliki
tingkat kemampuan di bawahnya, sebagai
berikut:

i) Danton sebagai Koordinator Materi


bagi Regu-Regu yang ada di Peletonnya;

iii) Dansikes sebagai Pelatih/ Penguji


bagi Pok dan Regu Sikes di Kompi
markas;

iv) Bamonrad sebagai Pelatih/Penguji


bagi Regu Kom di Kompi markas;

v) Bahar sebagai Pelatih/Penguji bagi


Regu Har di Kompi markas;

vi) Baton sebagai Pelatih/ Penguji bagi


Regu di Kompi-Kompi;

vii) Ba Ang sebagai Pelatih/Penguji


bagi Sie Ang di Kompi markas;

viii) Dansi Intel sebagai Pelatih/ Penguji


bagi Siintel dan Regu Provoos di Kompi
markas;

ix) Baton Morse sebagai Pelatih/


Penguji bagi Regu Morse di Kompi
bantuan;

xii) Dansimin sebagai Pelatih/Penguji


dalam Seksi Administrasi di Kompi
markas;
77

xiii) Dansimayon sebagai Pelatih/


Penguji dalam Seksi Markas Batalyon;

xiv) Dansiwat sebagai Pelatih/Penguji


dalam Seksi Perawatan;

xv) mempelajari tugas berdasarkan


petunjuk perencanaan Danki;

xvi) menyiapkan referensi/petunjuk


yang sesuai dengan materi latihan/
pengujian; dan

xvii) membuat rencana lapangan


sementara.

ii. melaksanakan koordinasi dengan para


pelatih yang lain agar mendapatkan kesamaan
persepsi dalam melatih agar tidak terjadi
kesalahan dalam penyelenggaraan latihan/uji;

iii. mengatur kegiatan awal;

iv. melaksanakan peninjauan medan;

v. paparan rencana lapangan kepada Danki


sesuai materinya;

vi. menyempurnakan rencana lapangan


sesuai hasil paparan;

vii. distribusi rencana lapangan kepada para


Pelatih/Bulsi;

(d) Danru/Danpok dan Anggota Yonkes:

i. mempelajari seluruh referensi yang sesuai


dengan materi yang akan dilatihkan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan latihan
terutama bagi yang menjabat Danru/Danpok;

ii. diorganisir sesuai dengan spesialisasi di


Regu/Pok masing-masing; dan

iii. mempersiapkan alat perlengkapan yang


akan digunakan dalam pelaksanaan latihan.

(2) Tahap persiapan.

(a) Komandan Batalyon kesehatan:

i. menerima laporan dari para Danki tentang


kesiapan penyelenggaraan latihan;
78

ii. memberikan petunjuk umum dan arahan


kepada para Danki untuk kelancaran jalannya
latihan; dan

iii. mengecek kesiapan akhir terhadap


penyelenggara maupun pelaku tentang kesiapan
penyelenggaraan latihan.

(b) Komandan Kompi:

i. menerima laporan dari para Koordinator


Materi/Pelatih tentang kesiapan penyelenggaraan
latihan;

ii memberikan petunjuk secara umum dan


arahan kepada para Koordinator Materi, Pelatih,
pendukung, dan pelaku tentang organisasi
latihan, mekanisme latihan, petunjuk tata tertib,
petunjuk keamanan, dan pembagian alat
peralatan yang diperlukan;

iii. latihan pendahuluan/penataran pelatih


guna menghindari adanya penyimpangan dari
rencana lapangan yang disusun;

iv. menyiapkan lapangan untuk penempatan


perangkat latihan untuk memudahkan
pengawasan dan pengendalian latihan serta
perlengkapan lain yang diperlukan; dan

v. melaksanakan pemeriksaan akhir


terhadap personel, tempat latihan, alat peralatan
pendukung, dan materi latihan sehingga siap
digunakan saat latihan dimulai.

(c) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, dan Bintara


Peleton.

i. laporan kesiapan penyelenggaraan latihan


kepada Danki;

ii. menyiapkan medan latihan dan perangkat


latihan yang akan digunakan bagi
penyelenggaraan latihan;

iii. mengorganisir Pelatih/Bulsi/Pendukung


dan pembagian tugas-tugas di tiap-tiap pos;

iv. menerima penjelasan dari Danki dan


menerima alat peralatan yang dipakai dalam
penyelenggaraan latihan; dan

v. mengikuti penataran pelatih/latihan


pendahuluan untuk menyamakan persepsi dan
79

menghindari adanya penyimpangan dari rencana


lapangan yang telah disusun.

(d) Danru/Danpok dan Anggota Yonkes:

i. melaksanakan persiapan akhir terhadap


alat peralatan yang akan digunakan selama
pelaksanaan latihan;

ii. mengikuti briefing; dan

iii. melaksanakan perpindahan apabila


medan latihan berada jauh dari markas satuan.

(3) Tahap pelaksanaan.

(a) Komandan Yonkes:

i. memonitor dan mengawasi jalannya


latihan;

ii. menyampaikan petunjuk kepada Danki


apabila latihan tidak berjalan sesuai rencana; dan

iii. menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dan kemudian segera ditangani,
selanjutnya dilaporkan kepada komando atasan.

(b) Komandan Kompi:

i. membuka latihan perorangan jabatan dan


satuan tingkat regu dan memberikan petunjuk
serta penekanan khusus yang diperlukan;

ii. memonitor, mengendalikan, dan


mengawasi jalannya latihan;

iii. menyampaikan petunjuk kepada


Koordinator Materi/Pelatih/Penguji/Pendukung
apabila latihan tidak berjalan sesuai rencana;

iv. mengawasi pekerjaan para Koordinator


Materi/Pelatih/Penguji dan mengumpulkan
bahan-bahan yang akan digunakan sebagai
bahan laporan kepada komando atasan; dan

v. menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dan kemudian segera ditangani,
selanjutnya dilaporkan kepada komando atasan.
80

(c) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, dan Bintara


Peleton:

i. menerima pelaku di lapangan dan


menyampaikan penekanan kembali tentang
tujuan, sasaran, tata tertib, keamanan latihan,
dan mekanisme latihan yang akan dilaksanakan;

ii. mekanisme penyelenggaraan latihan


disesuaikan dengan materi latihan yang
tercantum dalam rencana lapangan;

iii. memberikan koreksi dan evaluasi apabila


kegiatan yang dilakukan bersifat latihan, bila
dianggap perlu dapat melaksanakan
pengulangan;

iv. memberikan penilaian apabila kegiatan


yang dilakukan bersifat pengujian;

v. memberikan kesempatan bertanya kepada


pelaku mengenai hal-hal yang dirasakan belum
dimengerti; dan

vi. membuat catatan tentang jalannya latihan


sebagai bahan evaluasi dan disampaikan kepada
Danki.

(d) Danru/Danpok dan Anggota Yonkes:

i. sudah berada di medan latihan dengan


perlengkapan yang telah ditentukan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing;

ii. menerima penjelasan dari Koordinator


Materi/Pelatih/Penguji tentang mekanisme
jalannya latihan dan ketentuan-ketentuan yang
harus dilakukan selama kegiatan latihan; dan

iii. melaksanakan kegiatan latihan sesuai


pentahapan dari awal sampai akhir sesuai
pembagian kelompok yang telah diatur oleh
Koordinator Materi/Pelatih/Penguji.

(4) Tahap pengakhiran.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. menerima laporan dari para Danki sebagai


bahan laporan kepada komando atasan; dan

ii. dengan dibantu para staf menghimpun


seluruh laporan latihan dan membuat laporan
secara tertulis kepada komando atas.
81

(b) Komandan Kompi:

i. melaksanakan kaji ulang pelaksana latihan


kepada seluruh peserta latihan, berdasarkan
hasil evaluasi dari para Koordinator
Materi/Pelatih/Penguji;

ii. menghimpun data/keterangan dari para


Koordinator Materi/Pelatih/Penguji sebagai bahan
penyusunan pembuatan laporan kepada
Danyonkes;

iii. memeriksa alat peralatan yang telah


digunakan dan mengembalikan ke tempat
penyimpanannya dalam keadaan baik dan
bersih;

iv. melaksanakan penyelesaian administrasi


selama latihan termasuk perhitungan ganti rugi;
dan

v. membuat laporan tertulis kepada


Danyonkes.

(c) Komandan Peleton, Bintara Pelatih, dan Bintara


Peleton:

i. mengumpulkan/menghimpun hasil eva-


luasi yang telah dibuat oleh Pelatih sebagai
bahan rapat guna pelaksanaan kaji ulang;

ii. melakukan pembahasan bersama tentang


kekurangan, kendala dan hasil yang dicapai serta
evaluasi latihan sebagai bahan laporan kepada
Danki guna perbaikan latihan yang akan datang;

iii. menyelesaikan alat peralatan dan


kerusakan daerah latihan, seluruh alat peralatan
dan daerah latihan yang digunakan selama
latihan diperiksa sebelum digunakan atau
disimpan. Melakukan pendataan agar dapat
dipergunakan pada latihan berikutnya, bila terjadi
kerusakan atau hilang segera dibuat risalah
kejadiannya dan dilaporkan kepada Danki,
sedangkan untuk daerah latihan yang mengalami
kerusakan diselesaikan dengan ganti rugi; dan

iv. membantu Danki memberikan evaluasi


tentang materi latihan secara keseluruhan
setelah pelaksanaan latihan yang dilaksanakan
oleh para pelaku.
82

(d) Danru/Danpok dan Anggota Yonkes:

i. menginventarisir alat peralatan yang


digunakan selama pelaksanaan latihan,
selanjutnya dikembalikan ke penyelenggara
latihan;

ii. menerima kaji ulang dan evaluasi yang


disampaikan oleh Danki dibantu oleh para
Koordinator Materi/Pelatih/Penguji; dan

iii. kembali ke pangkalan/satuan dengan


tertib.

b) Pembagian waktu dan kegiatan antara lain:

(1) latihan satuan tingkat Regu diselenggarakan 7 minggu;

(2) kegiatan penyelenggaraan latihan satuan tingkat Regu,


meliputi:

(a) latihan perorangan jabatan Regu dan UTPJ Regu


diselenggarakan selama 2 minggu;

(b) latihan Peta, Model dan Medan tingkat Regu


diselenggarakan selama 1 minggu;

(c) latnistis tingkat Regu diselenggarakan selama 3


minggu dengan pentahapan latihan:

i. dril teknis selama 1 minggu;

ii. dril taktis selama 1 minggu; dan

iii. drll tempur selama 1 minggu.

(d) uji siap tempur tingkat Regu diselenggarakan


selama 1 minggu; dan

(e) sebelum UST Regu didahului dengan


penyelenggaraan USJM Regu.

2) Materi latihan.

a) Materi latihan Kelompok.

(1) Kelompok Staf:

(a) aplikasi dinas staf pada Yonkes dalam serangan;

(b) aplikasi dinas staf pada Yonkes dalam


pertahanan;
83

(c) aplikasi dinas staf pada Yonkes dalam serangan


khusus;

(d) aplikasi dinas staf pada Yonkes dalam OLI; dan

(e) latihan posko I dan II.

(7) Kelompokxxxxxx:

(a) eksersisi bakduk; dan

(b) memilih kedudukan bakduk.

b) Materi latihan Regu. (jabarkan semua regu yg ada di yonkes)

(1) Regu Ambulance.

(2) Regu Tandu.

(3) Regu Prev.

(e) uji siap tempur.

(4) Regu Intel med:

(5) Regu xxxxx:

(6) Regu provoos:

(a) pengamanan;

(b) hartib;

(c) penyidikan;

(d) pengurusan tawanan perang dan tahanan


operasi militer; dan

(e) administrasi.

c) Materi latihan Seksi.

(1) Seksi Perawatan (Siwat):

(a) tugas dan tanggung jawab Pok Siwat;

(b) tugas dan tanggung jawab Tagudwat;

(c) tugas dan tanggung jawab Tagudpal;

(d) tugas dan tanggung jawab Bapal;

(e) tugas dan tanggung jawab Bawat; dan


84

(f) pemindahan pasukan.

(2) Seksi Markas Batalyon:

(a) tugas dan tanggung jawab Seksi Staf-1/Intel;

(b) tugas dan tanggung jawab Seksi Staf-2/Ops;

(c) tugas dan tanggung jawab Seksi Staf-3/Pers; dan

(d) tugas dan tanggung jawab Seksi Staf-4/Log.

(3) Seksi Administrasi (Simin):

(a) tugas dan tanggung jawab dalam


penyelenggaraan pengorganisasian Yonif;

(b) administrasi personel;

(c) tugas dan tanggung jawab Juyar;

(d) tugas dan tanggung jawab dalam peredaran


surat dinas; dan

(e) tugas dan tanggung jawab dalam pembuatan


laporan Batalyon.

(f) tugas dan tanggung jawab dalam pemberian


petunjuk/surat ijin.

(g) tugas dan tanggung jawab kesejahteraan prajurit


secara terbatas.

(4) Seksi Intel:

(a) orientasi organisasi Si Intelpur;

(b) pengamanan;

(c) penyelidikan aspek-aspek cumemu dan


ipoleksosbud terbatas;

(d) mengumpulkan keterangan melalui tawanan


perang/tahanan ops militer; dan

(f) administrasi.

b. Latihan Satuan Tingkat Peleton.

1) Kegiatan yang dilaksanakan.

a) Mekanisme.

(1) Tahap perencanaan.


85

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. merencanakan kegiatan latihan satuan


tingkat Peleton dijadwalkan untuk
diselenggarakan setelah latihan tingkat regu dari
tiap tahun anggaran;

ii. mengeluarkan rencana latihan kepada


para Danki untuk melaksanakan latihan taktis
tingkat Peleton berdasarkan RPL/AL tingkat
Peleton terlampir (lampiran K); dan

iii. bertindak sebagai Pimpinan Umum


menyelenggarakan kegiatan uji siap tempur
tingkat Peleton.

(b) Staf Batalyon:

i. bertindak sebagai pelatih/penguji dalam


latihan taktis tingkat Peleton;

ii. mempelajari tugas berdasarkan petunjuk


perencanaan Danyon;

iii. menyiapkan referensi/petunjuk yang


sesuai dengan materi latihan/pengujian; dan

iv. melaksanakan koordinasi dengan para


pelatih yang lain agar mendapatkan kesamaan
persepsi dalam melatih agar tidak terjadi
kesalahan dalam penyelenggaraan latihan/uji.

(c) Komandan Kompi:

i. bertindak selaku Komandan latihan tingkat


Peleton bagi Kompinya masing-masing;

ii. setelah menerima Petunjuk Perencanaan


dari Danyon, maka Danki melaksanakan
kegiatan:

i) mempelajari rencana latihan;

ii) tujuan dan sasaran latihan;

iii) materi latihan;

iv) macam, metoda dan sifat latihan;

v) waktu dan tempat latihan;

vi) peserta latihan; dan

vii) dukungan latihan.


86

iii. menyusun organisasi latihan yang


meliputi:

i) unsur pelaksana; dan

ii) unsur pelayanan.

iv. memberikan petunjuk perencananaan


kepada staf latihan yang berisi:

i) dasar penyelenggaran latihan;

ii) pokok-pokok penyelenggaraan


latihan;

iii) kebutuhan administrasi dan logistik;


dan

iv) hal-hal yang dianggap perlu.

v. melaksanakan peninjauan medan latihan


yang akan digunakan;

vi. melaksanakan paparan kepada


DanYonkes yang berisi:

i) pokok-pokok penyelenggaraan
latihan;

ii) mekanisme latihan;

iii) kebutuhan administrasi dan logistik;


dan

iv) hal lain yang perlu disampaikan


kepada Danyonkes.

vii. menyempurnakan paparan dan penyiapan


medan latihan.

(d) Danton, Bintara, dan anggota Yonkes:

i. mempelajari seluruh referensi yang sesuai


dengan materi yang akan dilatihkan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan latihan
terutama bagi yang menjabat Danton; dan

ii. diorganisir sesuai dengan spesialisasi di


Peletonnya masing-masing.

iii. Mempersiapkan alat perlengkapan yang


akan digunakan dalam pelaksanaan latihan.
87

(2) Tahap persiapan.

(a) Komandan Yonkes:

i. menerima laporan dari para Danki tentang


kesiapan penyelenggaraan latihan;

ii. memberikan petunjuk umum dan arahan


kepada para Danki untuk kelancaran jalannya
latihan; dan

iii. mengecek kesiapan akhir terhadap


penyelenggara maupun pelaku tentang kesiapan
penyelenggaraan latihan.

(b) Komandan Kompi:

i. menerima laporan dari para koordinator


materi/pelatih tentang kesiapan penyelenggaraan
latihan;

ii. memberikan petunjuk secara umum dan


arahan kepada para koordinator Materi, Pelatih,
Pendukung dan Pelaku tentang organisasi
latihan, mekanisme latihan, petunjuk tata tertib,
petunjuk keamanan dan pembagian alat
peralatan yang diperlukan;

iii. latihan pendahuluan/penataran pelatih


guna menghindari adanya penyimpangan dari
rencana lapangan yang disusun;

iv. menyiapkan lapangan untuk penempatan


perangkat latihan untuk memudahkan
pengawasan dan pengendalian latihan serta
perlengkapan lain yang diperlukan; dan

v. melaksanakan pemeriksaan akhir


terhadap personel, tempat latihan, alat peralatan
pendukung, dan materi latihan sehingga siap
digunakan saat latihan dimulai.

(c) Komandan Peleton, Bintara, dan Anggota


Yonkes:

i. melaksanakan persiapan akhir terhadap


alat peralatan yang akan digunakan selama
pelaksanaan latihan;

ii. mengikuti briefing; dan

iii. melaksanakan perpindahan apabila


medan latihan berada jauh dari markas satuan.
88

(3) Tahap pelaksanaan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan Mekanis:

i. memonitor dan mengawasi jalannya


latihan;

ii. menyampaikan petunjuk kepada Danki


apabila latihan tidak berjalan sesuai rencana; dan

iii. menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dan kemudian segera ditangani,
selanjutnya dilaporkan kepada komando atasan.

(b) Perwira Staf Batalyon:

i. membantu Danyonkes dalam


menilai/menguji pada latihan taktis tingkat
Peleton; dan

ii. memberikan koreksi apabila terjadi


kesalahan yang dilakukan oleh peserta latihan.

(c) Komandan Kompi:

i. membuka latihan dan memberikan


petunjuk serta penekanan khusus yang
diperlukan;

ii. memonitor, mengendalikan dan


mengawasi jalannya latihan;

iii. menyampaikan petunjuk kepada


Koordinator Materi/Pelatih/Penguji/Pendukung
apabila latihan tidak berjalan sesuai rencana;

iv. mengawasi pekerjaan para Koordinator


Materi/Pelatih/Penguji dan mengumpulkan
bahan-bahan yang akan digunakan sebagai
bahan laporan kepada komando atasan; dan

v. menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dan kemudian segera ditangani,
selanjutnya dilaporkan kepada komando atasan.

(d) Komandan Peleton, Bintara, dan Anggota


Batalyon Kesehatan:

i. sudah berada di medan latihan dengan


perlengkapan yang telah ditentukan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing;
89

ii. menerima penjelasan dari koordinator


materi/pelatih/penguji tentang mekanisme
jalannya latihan dan ketentuan-ketentuan yang
harus dilakukan selama kegiatan latihan; dan

iii. melaksanakan kegiatan latihan sesuai


pentahapan dari awal sampai akhir sesuai
pembagian kelompok yang telah diatur oleh
Koordinator Materi/Pelatih/Penguji.

(4) Tahap pengakhiran.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. menerima laporan dari para Danki sebagai


bahan laporan kepada komando atasan; dan

ii. memberikan jam Komandan setelah


pelaksanaan latihan taktis tingkat Peleton.

(b) Perwira Staf Batalyon:

i. membantu Danyonkes dalam pembuatan


hasil kegiatan latihan taktis tingkat Peleton; dan

ii memberikan masukan kepada Danyonkes


tentang hasil latihan taktis tingkat Peleton.

(c) Komandan Kompi:

i. melaksanakan kaji ulang pelaksanaan


latihan kepada seluruh peserta latihan,
berdasarkan hasil evaluasi dari para Koordinator
Materi/Pelatih/Penguji;

ii. menghimpun data/keterangan dari para


Koordinator Materi/Pelatih/Penguji sebagai bahan
penyusunan pembuatan laporan kepada
Danyonkes;

iii. memeriksa alat peralatan yang telah


digunakan dan mengembalikan ke tempat
penyimpanannya dalam keadaan baik dan
bersih;

iv. melaksanakan penyelesaian administrasi


selama latihan termasuk perhitungan ganti rugi;
dan

v. membuat laporan tertulis kepada


Danyonkes.

(d) Komandan Peleton, Bintara, dan Anggota


Yonkes:
90

i. menginventarisir alat peralatan yang


digunakan selama pelaksanaan latihan,
selanjutnya dikembalikan ke penyelenggara;

ii. menerima kaji ulang dan evaluasi yang


disampaikan oleh Danki dibantu oleh para
Koordinator Materi/Pelatih/Penguji; dan

iii. kembali ke pangkalan dengan tertib.

b) Pembagian waktu dan kegiatan:

(1) latihan satuan tingkat Peleton diselenggarakan selama


6 minggu;

(2) kegiatan penyelenggaraan latihan satuan tingkat


Peleton, meliputi:

(a) latihan perorangan jabatan Peleton dan UTPJ


Peleton diselenggarakan selama 1 minggu;

(b) latihan peta, model dan medan tingkat Peleton


diselenggarakan selama 1 minggu;

(c) latnistis tingkat Peleton diselenggarakan selama


3 minggu dengan pentahapan latihan:

i. dril teknis selama 1 minggu;

ii. dril taktis selama 1 minggu; dan

iii. dril tempur selama 1 minggu.

(d) uji siap tempur tingkat Peleton diselenggarakan


selama 1 minggu; dan

(e) sebelum UST Peleton didahului dengan


penyelenggaraan USJM Peleton.

2) Materi latihan.

a) Peleton (jabarkan peleton yang ada di yonkes)

c. Latihan Satuan Tingkat Kompi.

1) Kegiatan yang dilaksanakan.

a) Mekanisme.

(1) Tahap perencanaan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:


91

i. merencanakan kegiatan latihan satuan


tingkat Kompi yang diselenggarakan setelah
latihan tingkat peleton dari tiap tahun anggaran;

ii. memerintahkan Danki untuk mengikuti


kegiatan UST tingkat Kompi yang
diselenggarakan oleh Pangdif bagi Kompi di
satuan jajarannya;

iii. menyelenggarakan latihan teknis dan


taktis tingkat Kompi di satuan jajarannya
berdasarkan RPL/AL. Latihan satuan tingkat
Kompi terlampir (Lampiran L);

iv. mempelajari referensi sesuai dengan


materi yang akan dilatihkan;

v. memberikan perintah kepada para Perwira


Staf Yonkes dan Komandan Kompi untuk
mempelajari referensi dan memberikan pelajaran
teori sesuai dengan materi yang akan dilatihkan
untuk memudahkan dalam pelaksanaan latihan;

vi. mengorganisir personel satuannya yang


akan terlibat dalam latihan sesuai dengan materi
yang dilatihkan; dan

vii. merencanakan alutsista dan perlengkapan


yang akan digunakan dalam pelaksanaan latihan.

(b) Komandan Kompi:

i. membantu Danyon dalam memimpin


kegiatan latihan teknis dan taktis satuannya
berdasarkan rencana latihan satuan tingkat
Kompi yang disusun oleh Batalyon;

ii. mempelajari referensi dan memberikan


pelajaran teori kepada para anggota satuannya
sesuai dengan materi yang akan dilatihkan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan latihan;

iii. mengorganisir personel satuannya yang


akan terlibat dalam latihan sesuai dengan materi
yang dilatihkan; dan

iv. merencanakan alutsista dan perlengkapan


yang akan digunakan dalam pelaksanaan latihan.

(2) Tahap persiapan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:


92

i. menerima laporan dari para Danki tentang


kesiapan penyelenggaraan latihan;

ii. memberikan petunjuk umum dan arahan


kepada para Danki untuk kelancaran jalannya
latihan;

iii. menerima laporan dari para koordinator


materi/pelatih tentang kesiapan penyelenggaraan
latihan;

iv. memberikan petunjuk secara umum dan


arahan kepada para Koordinator Materi, Pelatih,
Pendukung dan Pelaku tentang organisasi
latihan, mekanisme latihan, petunjuk tata tertib,
petunjuk keamanan, dan pembagian alat
peralatan yang diperlukan;

v. latihan pendahuluan/penataran pelatih


guna menghindari adanya penyimpangan dari
rencana lapangan yang disusun;

vi. menyiapkan lapangan untuk penempatan


perangkat latihan untuk memudahkan
pengawasan dan pengendalian latihan serta
perlengkapan lain yang diperlukan;

vii. melaksanakan pemeriksaan akhir


terhadap personel, tempat latihan, alat peralatan
pendukung, dan materi latihan sehingga siap
digunakan saat latihan dimulai; dan

viii. mengecek kesiapan akhir terhadap


penyelenggara maupun pelaku tentang kesiapan
penyelenggaraan latihan.

(b) Komandan Kompi:

i. melaksanakan persiapan akhir terhadap


alat peralatan yang akan digunakan selama
pelaksanaan latihan;

ii. mengikuti briefing; dan

iii. melaksanakan perpindahan apabila


medan latihan berada jauh dari markas satuan.

(3) Tahap pelaksanaan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan

i. memberikan penekanan khusus yang


diperlukan kepada peserta latihan;
93

ii. memonitor dan mengawasi jalannya


latihan;

iii. menyampaikan petunjuk kepada Danki


apabila latihan tidak berjalan sesuai rencana;

iv. menerima laporan apabila dalam


penyelenggaraan latihan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dan kemudian segera ditangani,
selanjutnya dilaporkan kepada komando atasan;

v. mengevaluasi hasil pelaksanaan latihan;


dan

vi. melaporkan hasil pelaksanaan latihan


Kompi ke komando atas.

(b) Komandan Kompi:

i. sudah berada di medan latihan dengan


perlengkapan yang telah ditentukan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing;

ii. menerima penjelasan dari Koordinator


Materi/Pelatih/Penguji tentang mekanisme
jalannya latihan dan ketentuan-ketentuan yang
harus dilakukan selama kegiatan latihan;

iii. melaksanakan kegiatan latihan sesuai


pentahapan dari awal sampai akhir sesuai
pembagian kelompok yang telah diatur oleh
Koordinator Materi/Pelatih/Penguji;

iv. menanyakan hal-hal yang dirasa kurang


jelas kepada Koordinator Materi sebelum
pelaksanaan latihan selesai; dan

v. menerima koreksi-koreksi latihan serta


rangkuman materi yang telah dilatihkan.

(4) Tahap pengakhiran.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. menerima laporan dari para Danki sebagai


bahan laporan kepada komando atasan;

ii. mengevaluasi hasil pelaksanaan latihan;

iii. dengan dibantu para staf menghimpun


seluruh laporan latihan dan membuat laporan
secara tertulis kepada komando atas;
94

iv. melaksanakan kaji ulang pelaksanaan


latihan kepada seluruh peserta latihan,
berdasarkan hasil evaluasi dari para Koordinator
Materi/Pelatih/Penguji;

v. memeriksa alat peralatan yang telah


digunakan dan mengembalikan ke tempat
penyimpanannya dalam keadaan baik dan
bersih;

vi. melaksanakan penyelesaian administrasi


selama latihan termasuk perhitungan ganti rugi;
dan

vii. membuat laporan tertulis kepada Pangdif.

(b) Komandan Kompi:

i. menginventarisir alat peralatan yang


digunakan selama pelaksanaan latihan,
selanjutnya dikembalikan ke penyelenggara
latihan;

ii. menerima kaji ulang dan evaluasi yang


disampaikan oleh Danki dibantu oleh para
Koordinator Materi/Pelatih/Penguji; dan

iii. kembali ke pangkalan/satuan dengan


tertib.

b) Pembagian waktu dan kegiatan.

(1) Latihan satuan tingkat Kompi diselenggarakan selama 3


minggu.

(2) Kegiatan penyelenggaraan latihan satuan tingkat


Kompi, meliputi:

(a) latihan perorangan jabatan Kompi dan UTPJ


Kompi diselenggarakan selama 1 minggu;

(b) latihan peta, model, dan medan tingkat Kompi


diselenggarakan selama 3 hari;

(c) latnistis tingkat Kompi diselenggarakan selama 1


minggu; dan

(d) uji siap tempur tingkat Kompi diselenggarakan


selama 4 hari.

2) Materi latihan.

a) Kompi Rumkitlap (jabarkan tiap kompi yang ada di yonkes)


95

d. Latihan Satuan Tingkat Batalyon.

1) Kegiatan yang dilaksanakan.

a) Mekanisme.

(1) Tahap perencanaan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. merencanakan penyiapan satuan dalam


rangka mengikuti kegiatan latihan satuan tingkat
Yonkesyang diselenggarakan setelah latihan
tingkat Kompi dari tiap tahun anggaran;

ii. mempersiapkan satuannya untuk


melaksanakan kegiatan geladi lapangan tingkat
Yonkesyang diselenggarakan oleh Pangkotama
bagi satuan jajarannya;

iii. mengikuti kegiatan latihan teknis/taktis


Yonif, Latihan Posko I dan II Yonkes yang
diselenggarakan oleh Pangdivif berdasarkan
RPL/AL Latihan satuan tingkat Yonkes terlampir
(Lampiran M);

iv. memimpin kegiatan latihan teknis dan


taktis satuannya berdasarkan rencana latihan
satuan tingkat Yonkes yang disusun oleh
Pangdivif;

v. mempelajari referensi sesuai dengan


materi yang akan dilatihkan;

vi. memberikan perintah kepada para Perwira


Staf Yonkes dan Komandan Kompi untuk
mempelajari referensi dan memberikan pelajaran
teori sesuai dengan materi yang akan dilatihkan
untuk memudahkan dalam pelaksanaan latihan;

vii. mengorganisir personel satuannya yang


akan terlibat dalam latihan sesuai dengan materi
yang dilatihkan; dan

viii. merencanakan alutsista dan perlengkapan


yang akan digunakan dalam pelaksanaan latihan.

(b) Komandan Kompi:

i. membantu Danyon dalam memimpin


kegiatan latihan teknis dan taktis satuannya
berdasarkan rencana latihan satuan tingkat
Yonkes yang disusun oleh Pangdivif;
96

ii. mempelajari referensi dan memberikan


pelajaran teori kepada para anggota satuannya
sesuai dengan materi yang akan dilatihkan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan latihan;

iii. mengorganisir personel satuannya yang


akan terlibat dalam latihan sesuai dengan materi
yang dilatihkan; dan

iv. merencanakan alutsista dan perlengkapan


yang akan digunakan dalam pelaksanaan latihan.

(2) Tahap persiapan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. melaksanakan persiapan akhir terhadap


alat peralatan yang akan digunakan selama
pelaksanaan latihan;

ii. melaksanakan pemeriksaan akhir


terhadap alat peralatan yang akan digunakan
selama pelaksanaan latihan;

iii. mengikuti briefing yang disampaikan oleh


Divif; dan

iv. melaksanakan perpindahan pasukan ke


tempat yang telah ditentukan sesuai waktu
pelaksanaan.

(b) Komandan Kompi:

i. membantu Danyonkes dalam


melaksanakan persiapan akhir terhadap alat
peralatan yang akan digunakan selama
pelaksanaan latihan;

ii. membantu Danyonkes dalam


melaksanakan pemeriksaan akhir terhadap alat
peralatan yang akan digunakan selama
pelaksanaan latihan;

iii. mengikuti briefing yang disampaikan oleh


Divif; dan

iv. membantu Danyonkes dalam


melaksanakan perpindahan pasukan dengan
berjalan kaki maupun kendaraan ke tempat yang
telah ditentukan sesuai waktu pelaksanaan.

(3) Tahap pelaksanaan.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:


97

i. sudah berada di lapangan dengan


perlengkapannya yang telah ditentukan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing,
selanjutnya melaporkan kepada Pangdivif;

ii. menerima penjelasan dari penyelenggara


latihan tentang mekanisme jalannya latihan dan
ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan
selama kegiatan latihan;

iii. menerima keadaan awal dan situasi yang


akan dihadapi dari penyelenggara latihan;

iv. melaksanakan kegiatan latihan sesuai


pentahapan dari awal sampai akhir sesuai
pembagian kelompok yang telah diatur oleh
penyelenggara latihan dan berdasarakan RPL/AL
latihan satuan tingkat Batalyon;

v. apabila terjadi kesalahan dalam


melakukan tindakan, maka akan mengulangi dari
kesalahan tersebut selanjutnya kegiatan dapat
dilanjutkan;

vi. menanyakan hal-hal yang dirasa kurang


jelas kepada penyelenggara latihan sebelum
pelaksanaan latihan selesai; dan

vii. menerima koreksi-koreksi latihan serta


rangkuman materi yang telah dilaksanakan.

(2) Komandan Kompi:

i. membantu Danyonkes dalam pelaksanaan


latihan secara keseluruhan;

ii. membantu Danyonkes dalam


menyelenggarakan kegiatan komando dan
pengendalian selama pelaksanaan kegiatan
latihan; dan

iii. memimpin anggota satuannya dalam


melaksanakan kegiatan latihan.

(4) Tahap pengakhiran.

(a) Komandan Batalyon Kesehatan:

i. mengumpulkan/menghimpun bahan-
bahan yang dapat digunakan sebagai bagian dari
kegiatan evaluasi yang diselenggarakan oleh
penyelenggara latihan;
98

ii. mengikuti kegiatan evaluasi latihan yang


diselenggarakan oleh penyelenggara latihan;

iii. melakukan pembahasan bersama dengan


para staf dan Komandan Kompi tentang
kekurangan, kendala dan hasil yang dicapai
sebagai bahan kajian guna perbaikan latihan
yang akan datang;

iv. melakukan pendataan terhadap seluruh


alat peralatan yang digunakan selama latihan
sebelum dikembalikan kepada penyelenggara
latihan atau disimpan, agar dapat dipergunakan
pada latihan berikutnya, bila terjadi kerusakan
atau hilang segera dibuat risalah kejadiannya dan
dilaporkan kepada komando atas; dan

v. kembali ke pangkalan/satuan dengan


tertib.

(b) Komandan Kompi:

i. membantu Danyonkes dalam


mengumpulkan/menghimpun bahan-bahan yang
dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan
evaluasi yang diselenggarakan oleh
penyelenggara latihan;

ii. Mengikuti kegiatan evaluasi latihan yang


diselenggarakan oleh penyelenggara latihan.

iii. mengikuti pembahasan bersama dengan


Perwira Staf Yonkes tentang kekurangan,
kendala dan hasil yang dicapai sebagai bahan
kajian guna perbaikan latihan yang akan datang;

iv. membantu Danyonkes dalam melakukan


pendataan terhadap seluruh alat peralatan yang
digunakan selama latihan sebelum dikembalikan
kepada penyelenggara latihan atau disimpan.
Melakukan pendataan agar dapat dipergunakan
pada latihan berikutnya, bila terjadi kerusakan
atau hilang segera dibuat risalah kejadiannya dan
dilaporkan kepada komando atas; dan

v. memimpin satuannya pada saat kembali


ke pangkalan/satuan dengan tertib.

b) Pembagian waktu dan kegiatan.

(1) Latihan satuan tingkat Batalyon diselenggarakan


selama 3 minggu.
99

(2) Kegiatan penyelenggaraan latihan satuan tingkat


Batalyon, meliputi:

(a) latihan posko I dan II diselenggarakan selama 1


minggu;

(b) lattis tingkat Batalyon diselenggarakan selama 10


hari; dan

(c) uji siap tempur tingkat Batalyon diselenggarakan


selama 4 hari.

2) Materi latihan:

a) latihan posko I Yonkes;

b) latihan posko II Yonkes;

c) lattis Yonkes dalam serangan;

d) lattis Yonkes dalam pertahanan;

e) Yonkes dalam OLI.

BAB IV
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

2
20. Umum. Agar kegiatan latihan Yonkes dapat berjalan aman dan lancar harus
memperhatikan faktor keamanan dan administrasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang diharapkan dengan optimal. Kedua faktor tersebut harus senantiasa diperhatikan
oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan proglatsi Yonkes melalui penerapan
tindakan pengamanan dan tindakan administrasi. Tindakan pengamanan diutamakan
pada upaya preventif untuk mengamankan personel, materiil, berita dan kegiatan,
sedangkan tindakan administrasi diutamakan untuk mewujudkan ketertiban, keteraturan,
dan kelengkapan administrasi.

21. Tindakan Pengamanan. Kegiatan proglatsi Yonkes dalam


pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan yang berdampak
pada kerugian personel maupun materil. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
selama pelaksanaan kegiatan latihan perlu diambil langkah-langkah tindakan
pengamanan mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

a. Pengamanan Personel.

1) Perencanaan:

a) membuat rencana pengamanan personel;

b) mendata jumlah personel yang terlibat, baik langsung maupun


tidak langsung dalam kegiatan latihan;
100

c) mempelajari kemungkinan terjadinya ancaman terhadap


keselamatan personel; dan

d) memperkirakan titik rawan yang terdapat dalam kegiatan


latihan.

2) Persiapan:

a) pengecekan kesiapan personel pengamanan;

b) mengecek alat perlengkapan yang digunakan dalam


pengamanan;

c) mengecek kesiapan pengamanan dan memperbaiki


kekurangan yang ada; dan

d) mengoordinasikan dengan aparat terkait.

3) Pelaksanaan:

a) pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian


personel;

b) pembuat langkah antisipasi apabila terjadi gangguan terhadap


keselamatan personel;

c) pengadakan pengawasan terhadap seluruh personel terutama


untuk yang perlu mendapat perhatian; dan

d) pengawasi titik rawan sarana dan prasarana dalam kegiatan


latihan yang dapat menimbulkan kerugian personel.

4) Pengakhiran:

a) pengecekan terhadap kelengkapan personel yang terlibat;

b) mengadakan evaluasi terhadap personel yang terlibat latihan;

c) mengingatkan para penyelenggara dan pelaku tentang


tindakan pengamanan setelah selesai latihan; dan

d) membuat laporan pengamanan personel tentang personel


yang terlibat kegiatan latihan.

b. Pengamanan Materiil.

1) Perencanaan:

a) membuat rencana pengamanan materiil;

b) mendata jumlah dan jenis materiil yang diperlukan, baik


langsung ataupun tidak langsung;
101

c) mempelajari kemungkinan terjadinya ancaman yang akan


berakibat terjadinya kerugian materiil; dan

d) memperkirakan titik rawan yang terdapat pada sarana dan


prasarana yang digunakan.

2) Persiapan:

a) pengecekan kesiapan alat perlengkapan/materiil yang


digunakan dalam pelaksanaan latihan;

b) mengecek alat perlengkapan yang digunakan dalam


pengamanan;

c) mengecek kesiapan pengamanan dan memperbaiki


kekurangan yang ada; dan

d) melaksanakan koordinasi dengan aparat terkait.

3) Pelaksanaan:

a) mencegah kemungkinan terjadinya kerugian serta


penyalahgunaan materiil;

b) mengamankan alat peralatan yang digunakan dalam kegiatan


latihan untuk mencegah kehilangan, kerusakan, dan penyalahgunaan
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab;

c) mengamankan tempat/lokasi dilaksanakannya kegiatan


latihan; dan

d) mengadakan pengawasan secara terus-menerus terhadap


materiil yang digunakan selama kegiatan latihan berlangsung.

4) Pengakhiran:

a) mengadakan pengecekan akhir terhadap seluruh materiil;

b) mengamankan alat peralatan, sarana dan prasarana setelah


pelaksanaan latihan;

c) melaksanakan proses verbal terhadap kerusakan/kehilangan


materiil satuan yang digunakan selama latihan; dan

d) membuat laporan pengamanan materil tentang kondisi akhir


materiil setelah pelaksanaan kegiatan.

c. Pengamanan Kegiatan.

1) Perencanaan:

a) mempelajari rencana kegiatan yang telah dibuat dalam bentuk


dokumen sebagai bahan pertimbangan penyusunan rencana
pengamanan;
102

b) menyusun rencana pencegahan terhadap kemungkinan


terjadinya penyimpangan kegiatan; dan

c) membuat perkiraan rencana antisipasi terhadap kemungkinan


tindakan sabotase.

2) Persiapan:

a) pengecekan kesiapan masing-masing bagian agar tugas dapat


dilaksanakan secara optimal;

b) mengecek kesiapan pengamanan dan memperbaiki


kekurangan yang ada; dan

c) melaksanakan koordinasi dengan aparat terkait.

3) Pelaksanaan:

a) melaksanakan pengawasan secara terus menerus terhadap


seluruh kegiatan, untuk menjamin terlaksananya kegiatan dengan
aman dan tertib;

b) melaksanakan pengamanan personel, materil dan dokumen


dalam kegiatan latihan;

c) mengadakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka


menjamin keamanan dalam kegiatan latihan; dan

d) melakukan langkah antisipasi bila terjadi gangguan terhadap


rangkaian kegiatan latihan.

4) Pengakhiran:

a) pemeriksaan hasil pengamanan kegiatan;

b) mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan pengamanan


kegiatan; dan

c) pembuatan laporan hasil pelaksanaan pengamanan kegiatan.

d. Pengamanan Berita.

1) Perencanaan:

a) membuat rencana pengamanan berita;

b) mendata bentuk dan jenis alat komunikasi yang dipergunakan


baik langsung ataupun tidak langsung;

c) mempelajari kemungkinan terjadinya kebocoran berita yang


akan berakibat terjadinya kerugian; dan

d) membuat perkiraan rencana antisipasi terhadap kemungkinan


tindakan sabotase.
103

2) Persiapan:

a) menentukan klasifikasi berita yang dikirim melalui alkom,


caraka atau fasilitas lain;

b) menentukan klasifikasi berita yang harus disandi sesuai


prosedur perhubungan; dan

c) mencegah gangguan atau hambatan terhadap sarana


komunikasi.

3) Pelaksanaan:

a) pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran serta


penyalahgunaan alat komunikasi, surat-surat, dan dokumen;

b) pengamanan sistem komunikasi yang digunakan dari ancaman


dan kemungkinan terjadinya kerusakan, kehilangan serta
penyadapan berita serta dokumen yang akan digunakan;

c) mengadakan pengamanan tempat/lokasi data hasil


pelaksanaan kegiatan; dan

d) mengadakan pengawasan terhadap seluruh berita yang masuk


dan keluar.

4) Pengakhiran:

a) pemeriksaan, pengamanan dokumen, serta keutuhan data;

b) pengamanan hasil laporan evaluasi penyelenggaraan dan hasil


pelaksanaan kegiatan;

c) mengadakan evaluasi terhadap arus berita; dan

d) membuat laporan pengamanan berita tentang hal-hal menonjol


dan evaluasi pengamanan berita dan dokumentasi selama
pelaksanaan kegiatan.

22. Tindakan Administrasi. Tindakan administrasi dilaksanakan untuk mewujudkan


ketertiban, keteraturan, dan kelengkapan administrasi dalam kegiatan latihan Yonkes,
melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan:

1) merencanakan administrasi yang berhubungan dengan surat


menyurat berkaitan dengan kegiatan latihan, seperti: surat pengajuan
asistensi teknik dan surat peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana
yang digunakan kegiatan latihan;

2) merencanakan penyusunan produk latihan (direktif latihan, RGB,


renlat, renlap, dan laporan latihan) sesuai dengan materi latihan;

3) merencanakan kebutuhan personel yang akan melaksanakan latihan;


104

4) merencanakan kebutuhan logistik untuk kegiatan penyusunan produk


latihan dan penyelenggaraan latihan; dan

5) merencanakan pembuatan lembar kontrol produk latihan.

b. Tahap Persiapan:

1) menyiapkan administrasi yang berhubungan dengan surat menyurat


berkaitan dengan kegiatan latihan, seperti: surat pengajuan asistensi teknik
dan surat peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana yang digunakan
kegiatan latihan;

2) menyiapkan produk latihan (direktif latihan, RGB, renlat, renlap, dan


laporan latihan) sesuai dengan materi latihan;

3) menyiapkan personel yang akan melaksanakan latihan;

4) menyiapkan logistik untuk kegiatan penyusunan produk latihan dan


penyelenggaraan latihan; dan

5) menyiapkan lembar kontrol produk latihan yang telah dibuat.

c. Tahap Pelaksanaan:

1) perlakukan checklist sesuai dengan ketentuannya (boleh diketahui


atau tidak boleh diketahui oleh objek);

2) mengecek sarana dan prasarana pendukung latihan;

3) melaksanakan rapat penyusunan produk latihan (direktif latihan,


RGB, renlat, renlap, dan laporan latihan);

4) menyempurnakan konsep penyusunan produk latihan (direktif latihan,


RGB, renlat, renlap, dan laporan latihan); dan

5) menilai produk latihan dan sarana yang digunakan apakah sudah


sesuai standar.

d. Tahap Pengakhiran.

1) mengumpulkan dan mendata alat perlengkapan yang rusak selama


kegiatan latihan;

2) mengembalikan sarana dan prasarana pendukung yang telah


digunakan;

3) membuat laporan penggunaan administrasi dan logistik selama


latihan;

4) membuat laporan administrasi pengembalian peminjaman


perlengkapan dan sarana prasarana yang digunakan selama latihan; dan

5) mengarsipkan hasil penyusunan produk latihan (direktif latihan, RGB,


renlat, renlap, dan laporan latihan).
105

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

3
23. Umum. Pengawasan dan pengendalian proglatsi Yonkes mutlak diperlukan,
hal ini dilakukan untuk menjamin optimalisasi kegiatan yang dilaksanakan. Pengawasan
dan pengendalian dilaksanakan secara terus-menerus dan simultan pada setiap tahapan
kegiatan mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.
Kegiatan pengawasan dan pengendalian proglatsi Yonkes dilakukan oleh penyelenggara
kegiatan, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar serta
mencapai tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

24. Pengawasan.

a. Perencanaan.

1) Komandan Batalyon Kesehatan:

a) mengawasi keselarasan program, sistem, teknik, dan metode


latihan yang diselenggarakan oleh Yonkes;

b) mengawasi perencanaan kegiatan latihan tingkat perorangan,


latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan Peleton;

c) mengawasi perencanaan kegiatan pengujian pada tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi;

d) mengawasi perencanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Kompi;

e) mengawasi perencanaan kegiatan pengujian pada tingkat


Peleton;

f) mengawasi perencanaan penggunaan sarana/prasana latihan


yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Yonkes; dan

g) membentuk tim pengawas internal kegiatan latihan dan


pengujian yang dilaksanakan oleh Kompi.

2) Komandan Kompi:

a) mengawasi perencanaan kegiatan latihan tingkat perorangan


dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengawasi perencanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Peleton;

c) mengawasi perencanaan kegiatan pengujian pada tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi; dan
106

d) mengawasi perencanaan penggunaan sarana/prasana latihan


yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Kompi.

b. Persiapan.

1) Komandan Batalyon Kesehatan:

a) mengawasi persiapan kegiatan latihan tingkat perorangan,


latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan Peleton;

b) mengawasi persiapan kegiatan pengujian pada tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi;

c) menerima laporan kesiapan kegiatan latihan dan pengujian


yang diselenggarakan oleh Kompi;

d) mengawasi persiapan kegiatan latihan satuan tingkat Kompi;

e) mengawasi persiapan kegiatan pengujian pada tingkat


Peleton; dan

f) mengawasi kesiapan sarana/prasana latihan yang akan


digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Yonkes.

2) Komandan Kompi:

a) mengawasi persiapan kegiatan latihan tingkat perorangan dan


latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengawasi persiapan kegiatan latihan satuan tingkat Peleton;

c) mengawasi persiapan kegiatan pengujian pada tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi;

d) mengawasi persiapan penggunaan sarana/prasana latihan


yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Kompi; dan

e) menerima laporan kesiapan kegiatan latihan dan pengujian


dari Danton/Koordinator Materi.

c. Pelaksanaan.

1) Komandan Komandan Batalyon Kesehatan:

a) mengawasi pelaksanaan kegiatan latihan tingkat perorangan,


latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan Peleton;

b) mengawasi kegiatan persiapan pengujian pada tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi;
107

c) mengawasi pelaksanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Kompi;

d) mengawasi pelaksanaan kegiatan pengujian pada tingkat


Peleton; dan

e) mengawasi penggunaan sarpraslat yang digunakan selama


pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh Yonkes.

2) Komandan Kompi:

a) mengawasi pelaksanaan kegiatan latihan tingkat perorangan


dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengawasi pelaksanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Peleton;

c) mengawasi pelaksanaan kegiatan pengujian pada tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi; dan

d) mengawasi pelaksanaan penggunaan sarana/prasana latihan


yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Kompi.

b. Pengakhiran.

1) Komandan Batalyon Kesehatan:

a) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan tingkat


perorangan, latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan
Peleton;

b) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari pengujian


pada tingkat perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi
yang dilaksanakan oleh Kompi;

c) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan satuan


tingkat Kompi;

d) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari pengujian


pada tingkat Peleton;

e) mengawasi kelengkapan sarana/prasana latihan yang


digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Yonkes;

f) menerima laporan dari tim pengawas internal kegiatan latihan


dan pengujian yang dilaksanakan oleh Kompi; dan

g) melaporkan kegiatan pengawasan pada setiap kegiatan latihan


dan pengujian yang diselenggarakan oleh Yonkes kepada komando
atas.
108

2) Komandan Kompi:

a) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan tingkat


perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan satuan


tingkat Peleton;

c) mengawasi kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari pengujian


pada tingkat perorangan, satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi;

d) mengawasi kelengkapan sarana/prasana latihan yang


digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kompi; dan

e) melaporkan kegiatan pengawasan pada setiap kegiatan latihan


dan pengujian yang diselenggarakan oleh Kompi kepada DanYonkes.

25. Pengendalian.

a. Perencanaan.

1) Komandan batalyon Kesehatan:

a) mengendalikan keselarasan program latihan yang


diselenggarakan melalui kalender latihan Yonkes.

b) melaksanakan pengendalian administrasi dan operasional


seluruh rangkaian kegiatan latihan dan pengujian Yonkes, yang
meliputi:

(1) aspek sistem, metode dan sarana/prasarana latihan;

(2) aspek teknis dan taktis serta prosedur operasional; dan

(3) aspek teknis, taktis dan penyelenggaraan latihan.

c) mengendalikan seluruh rangkaian kegiatan latihan di Yonkes;

d) mengendalikan perencanaan kegiatan latihan tingkat


perorangan, latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan
latihan satuan tingkat Peleton yang dilaksanakan oleh Kompi dengan
mengeluarkan direktif latihan;

e) mengendalikan perencanaan kegiatan pengujian tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi dengan mengeluarkan direktif latihan;

f) mengendalikan perencanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Kompi; dan

g) mengendalikan perencanaan kegiatan pengujian pada tingkat


Peleton.
109

2) Komandan Kompi:

a) mengendalikan perencanaan kegiatan latihan tingkat


perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengendalikan perencanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Peleton;

c) mengendalikan perencanaan kegiatan pengujian tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi; dan

d) mengendalikan perencanaan penggunaan sarana/prasana


latihan yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kompi.

3) Komandan Peleton:

a) mengendalikan perencanaan kegiatan latihan tingkat


perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok; dan

b) mengendalikan perencanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Regu.

4) Bintara Pelatih:

a) mengendalikan keselarasan kegiatan latihan dan pengujian


yang diselenggarakan oleh Kompi dengan kalender latihan Yonkes
dalam bentuk pembuatan jadwal mingguan Kompi;

b) membantu Danki dalam pengendalian administrasi pada


perencanaan kegiatan latihan perorangan, latihan satuan tingkat
Kelompok, Regu, Seksi dan latihan satuan tingkat Peleton dalam hal
penyusunan organisasi, penerapan teknik, metode, tingkat dan sifat
latihan yang disesuaikan dengan teknik penyelenggaraan latihan; dan

c) membantu Danki dalam pengendalian administrasi pada


perencanaan kegiatan pengujian tingkat perorangan, Kelompok,
Regu, Seksi, dan pengujian tingkat Peleton dalam hal penyusunan
organisasi, penerapan teknik, metode, tingkat dan sifat pengujian
yang disesuaikan dengan referensi yang berlaku.

b. Persiapan.

1) Komandan Komandan Batalyon:

a) mengendalikan persiapan kegiatan latihan tingkat perorangan,


latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan latihan satuan
tingkat Peleton yang dilaksanakan oleh Kompi;

b) mengendalikan persiapan kegiatan pengujian tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi;
110

c) mengendalikan persiapan kegiatan latihan satuan tingkat


Kompi; dan

d) mengendalikan persiapan kegiatan pengujian tingkat Peleton.

2) Komandan Kompi:

a) mengendalikan persiapan kegiatan latihan tingkat perorangan


dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengendalikan persiapan kegiatan latihan satuan tingkat


Peleton;

c) mengendalikan persiapan kegiatan pengujian tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi; dan

d) mengendalikan persiapan penggunaan sarana/prasana latihan


yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Kompi.

3) Komandan Peleton:

a) mengendalikan persiapan kegiatan latihan tingkat perorangan


dan latihan satuan tingkat Kelompok; dan

b) mengendalikan persiapan kegiatan latihan satuan tingkat


Regu.

4) Bintara Pelatih:

a) mengendalikan persiapan kegiatan latihan dan pengujian yang


diselenggarakan oleh Kompi dengan jadwal mingguan Kompi;

b) membantu Danki dalam pengendalian administrasi pada


persiapan kegiatan latihan perorangan, latihan satuan tingkat
Kelompok, Regu, Seksi, dan latihan satuan tingkat Peleton; dan

c) membantu Danki dalam pengendalian administrasi pada


persiapan kegiatan pengujian tingkat perorangan, Kelompok, Regu,
Seksi, dan pengujian tingkat Peleton.

c. Pelaksanaan.

1) Komandan Batalyon Kesehatan:

a) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan tingkat


perorangan, latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi, dan
latihan satuan tingkat Peleton yang dilaksanakan oleh Kompi;

b) mengendalikan kegiatan persiapan pengujian tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi;
111

c) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Kompi; dan

d) mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengujian tingkat


Peleton.

2) Komandan Kompi:

a) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan tingkat


perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Peleton;

c) mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengujian tingkat


perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi; dan

d) mengendalikan pelaksanaan penggunaan sarana/prasana


latihan yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kompi.

3) Komandan Peleton:

a) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan tingkat


perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok; dan

b) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan satuan tingkat


Regu.

4) Bintara Pelatih:

a) mengendalikan pelaksanaan kegiatan latihan dan pengujian


yang diselenggarakan oleh Kompi dengan jadwal mingguan Kompi;

b) membantu Danki dalam pengendalian administrasi pada


pelaksanaan kegiatan latihan perorangan, latihan satuan tingkat
Kelompok, Regu, Seksi, dan latihan satuan tingkat Peleton; dan

c) membantu Danki dalam pengendalian administrasi pada


pelaksanaan kegiatan pengujian tingkat perorangan, Kelompok,
Regu, Seksi, dan pengujian tingkat Peleton.

d. Pengakhiran.

1) Komandan Batalyon Kesehatan:

a) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan


tingkat perorangan, latihan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi,
dan latihan satuan tingkat Peleton yang dilaksanakan oleh Kompi;

b) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari pengujian


tingkat perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, Seksi yang
dilaksanakan oleh Kompi;
112

c) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan


satuan tingkat Kompi;

d) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari pengujian


tingkat Peleton;

e) menerima laporan dari komandan Kompi tentang kegiatan


latihan dan pengujian yang dilaksanakan oleh Kompinya; dan

f) melaporkan kegiatan pengendalian pada setiap kegiatan


latihan dan pengujian yang diselenggarakan oleh Yonkes kepada
komando atas.

2) Komandan Kompi:

a) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan


tingkat perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok serta Regu;

b) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan


satuan tingkat Peleton;

c) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari pengujian


tingkat perorangan dan satuan tingkat Kelompok, Regu, dan Seksi;

d) mengendalikan kelengkapan sarana/prasana latihan yang


digunakan selama pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kompi; dan

e) melaporkan kegiatan pengendalian pada setiap kegiatan


latihan dan pengujian yang diselenggarakan oleh Kompi kepada
Danyonkes.

3) Komandan Peleton:

a) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan


tingkat perorangan dan latihan satuan tingkat Kelompok;

b) mengendalikan kegiatan evaluasi dan kaji ulang dari latihan


satuan tingkat Regu; dan

c) melaporkan kegiatan pengendalian pada setiap kegiatan


latihan yang diselenggarakan oleh Peleton kepada Danki.

4) Bintara Pelatih:

a) melaporkan pengendalian kegiatan latihan dan pengujian yang


diselenggarakan oleh Kompi disesuaikan dengan jadwal mingguan
Kompi kepada Danki; dan

b) membantu komandan Kompi dalam mengendalikan


pelaksanaan kegiatan evaluasi dan kaji ulang latihan dan pengujian
yang diselenggarakan oleh Kompi, disesuaikan dengan referensi
yang berlaku.
113

BAB VI
PENUTUP

4
26. Keberhasilan. Disiplin untuk menaati ketentuan yang ada dalam Pedoman
tentang Program Latihan Standarisasi Yonkes ini oleh para pembina dan pengguna akan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan latihan Yonkes di lingkungan TNI
AD.

27. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu dan berkaitan dengan adanya
tuntutan kebutuhan untuk penyempurnaan Pedoman tentang Program Latihan
Standarisasi Yonkes ini, agar disarankan kepada Kasad melalui Dankodiklatad sesuai
dengan mekanisme yang berlaku.

a.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Kapuskesad,

tertanda

dr.Bambang Dwi HS,Sp.B., FinaCS., M.Si.


Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai