Anda di halaman 1dari 85

1

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Dirpalad


DIREKTORAT PERALATAN Nomor Kep / 109 / II / 2019
Tanggal 27 Februari 2019

PENGETAHUAN KECABANGAN PERALATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Tugas Angkatan Darat adalah menegakan kedaulatan negara dan keutuhan


wilayah darat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Didalam melaksanakan tugas pokok tersebut, maka TNI AD
menyelenggarakan beberapa fungsi, antara lain : fungsi utama, fungsi organik
militer, fungsi organik pembinaan, fungsi teknis militer umum, fungsi teknis militer
khusus serta fungsi khusus. Salah satu fungsi teknis militer umum adalah
Peralatan Angkatan Darat.

b. Korps Peralatan Angkatan Darat merupakan salah satu kecabangan yang


menyelenggarakan fungsi pembekalan dan pemeliharaan materiil peralatan
Angkatan Darat. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara tepat dan terintegrasi
dengan penyelenggaraan fungsi Angkatan Darat lainnya agar dapat berdaya guna
dan berhasil guna dalam mendukung tugas-tugas Angkatan Darat.

c. Guna mendukung proses belajar mengajar Serdik, maka perlu disusun


bahan ajaran tentang materi Pengetahuan Kecabangan Peralatan sehingga dapat
tercapai sasaran pendidikan secara optimal.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun sebagai pedoman Gadik/Instruktur


dan Serdik dalam proses belajar mengajar.

b. Tujuan. Agar Serdik memahami tentang Pengetahuan Kecabangan


Peralatan, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar.

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.


a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Peralatan.
c. Dasar Penyelenggaraan Peralatan.
d. Pembinaan Peralatan.
e. Penggunaan Peralatan.
f. Tataran Kewenangan.
g. Evaluasi Akhir Pelajaran.
h. Penutup.

4. Dasar.
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia.
b. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/1/VII/2007 tanggal 5 Juli 2007 tentang
Buku Petunjuk Administrasi tentang Tulisan Dinas di Lingkungan Angkatan Darat.
c. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/24-02/IX/2011 tanggal 1 September 2011
tentang Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyusunan, Penerbitan Doktrin dan
Buku Petunjuk Angkatan Darat.
d. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/118/XII/2011 tanggal 8 Desember 2011
tentang Organisasi dan Tugas Direktorat Peralatan Angkatan Darat. (Uji Coba)
e. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/56-02/XII/2012 tanggal 28 Desember
2012 tentang Buku Petunjuk Teknis tentang Tata Cara Penyusunan Buku Petunjuk
Angkatan Darat.
f. Keputusan Kasad Nomor Kep/480/XII/2013 tanggal 4 Desember 2013
tentang Pengesahan Berlakunya Naskah Sementara Doktrin TNI AD Kartika Eka
Paksi.
g. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/24/II/2006 tanggal 3 Februari 2006
tentang Buku Petunjuk Pembinaan tentang Doktrin TNI AD.
h. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/492/XII/2004 tanggal 24 Desember
2004 tentang Istilah-istilah Militer.
i. Surat Keputusan Dirpalad Nomor Skep/205/XII/2003 tanggal 30 Desember
2003 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Induk tentang Peralatan.

5. Pengertian. (Sublampiran A).


3

BAB II
KETENTUAN POKOK PENYELENGGARAAN PERALATAN

6. Umum. Peralatan merupakan salah satu fungsi teknis militer umum TNI AD
dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD, agar penyelenggaraan pembinaan
fungsi peralatan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang optimal, perlu diatur
ketentuan-ketentuan pokok yang meliputi peran, tugas, fungsi dan asas sehingga mampu
memberikan pembekalan dan pemeliharaan (Bekhar) materiil peralatansecara berhasil
guna dan berdaya guna dalam rangka pembinaan maupun penggunaan kekuatan TNI
AD.

7. Peran. Peralatan merupakan bagian integral dari TNI AD yang berperan


menyelenggarakan fungsi pembekalan dan pemeliharaan materiil peralatan guna
mendukung tugas pokok TNI AD.

8. Tugas.

a. Tugas Pokok. Peralatan bertugas pokok membina dan


menyelenggarakan pembekalan dan pemeliharaan materiil peralatan dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

b. Tugas-Tugas.
1) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
senjata dan optik serta elektronik sistem senjata dalam rangka kesiapan
operasional satuan jajaran TNI AD.
2) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan munisi
dan bahan peledak dalam rangka mendukung kesiapan operasional satuan
jajaran TNI AD.
3) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan bermotor dalam rangka kesiapan operasional satuan jajaran
TNI AD.
4) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
teknologi mekanik dalam rangka kesiapan operasional satuan jajaran TNI
AD.
4

9. Fungsi.
a. Pembekalan. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan pembekalan untuk memberikan dukungan materiil peralatan yang
dibutuhkan oleh komando/kesatuan dalam rangka melaksanakan tugas sesuai
kebutuhan organisasi guna kesiapan penggunaan kekuatan.
b. Pemeliharaan. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan guna menjamin materiil peralatan selalu
dalam kondisi siap pakai atau kegiatan untuk memulihkan kembali kondisi siap
pakai sehingga materiil peralatan tersebut selalu dalam keadaan siap untuk
digunakan.

10. Asas.
a. Akuntabel. Segala kegiatan dukungan fungsi peralatan dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku melalui perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pencatatan/pelaporan secara cepat, tepat dan akurat serta dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Prioritas. Pemberian dukungan dan pelayanan fungsi peralatan
dilaksanakan dengan pertimbangan skala prioritas.
c. Kenyal. Penyelenggaraan fungsi peralatan harus mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan keadaan yang terjadi.
d. Sederhana. Penyelenggaraan fungsi peralatan harus sederhana dalam
tata cara, prosedur dan mekanisme penyelenggaraannya, dengan mengutamakan
hasil guna dan daya guna yang maksimal.
e. Terintegrasi. Penyelenggaraan fungsi peralatan dilaksanakan secara
terpadu yang meliputi antar aspek dalam fungsi peralatan dan aspek logistik
lainnya.
f. Sesuai Tuntutan Perkembangan. Penyelenggaraan fungsi peralatan
dilaksanakan sesuai dengan tuntunan perkembangan organisasi dan sistem dari ke
satuan yang dilayani, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Pelayanan Aktif. Penyelenggaraan fungsi peralatan dilaksanakan
dengan cara pelayanan aktif untuk menjamin kesiapan materiil peralatan pada
kesatuan-kesatuan yang dilayani.
h. Memanfaatkan Potensi Yang Ada. Semua potensi yang ada
dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan personel dalam rangka mendukung
fungsi peralatan.
5

i. Berhasil Guna dan Berdaya Guna. Pembinaan dan pengunaan materiil


peralatan harus di arahkan pada pencapaian tugas pokok TNI AD secara berhasil
guna dan berdaya guna.

BAB III
DASAR PENYELENGGARAAN PERALATAN

11. Umum. Dasar penyelenggaraan peralatan sebagai bagian dari fungsi teknis
militer umum TNI AD dilaksanakan dengan tetap berpedoman pada tujuan dan sasaran,
subjek, objek, metode dan sarana prasarana serta pedoman dalam penyelenggaraannya
agar mampu secara optimal mendukung tugas pokok TNI AD.

12. Tujuan dan Sasaran.


a. Tujuan. Menjamin peran, tugas dan fungsi peralatan secara berhasil
guna dan berdaya guna yang meliputi kesiapan peralatan dalam memberikan
dukungan bekal dan pelayanan pemeliharaan materiil peralatan sehingga materiil
peralatan tersebut siap dioperasionalkan guna meningkatkan daya gerak dan daya
tembak satuan dalam rangka pencapaian tugas pokok TNI AD.
b. Sasaran.
1) Pembekalan. Terselenggaranya bekal materiil peralatan kepada
satuan-satuan TNI AD, dengan jumlah, jenis, waktu dan tempat yang tepat
untuk meningkatkan daya gerak dan daya tembak satuan seoptimal
mungkin.
2) Pemeliharaan. Terselenggaranya pemeliharaan materiil peralatan
agar selalu dalam keadaan siap operasional yang berdaya guna dan
berhasil guna sehingga dapat mendukung daya gerak dan daya tembak
satuan-satuan TNI AD.

13. Subjek, Objek, Metode, Sarana dan Prasarana.


a. Subjek.
1) Panglima TNI.
2) Kasad.
3) Pangkostrad.
4) Dankodiklat TNI AD.
5) Pangdam/Pangdivif.
6

6) Dirpalad.
7) Dan/Ka peralatan.
b. Objek.
1) Personel peralatan.
2) Satuan peralatan.
3) Materiil peralatan.
c. Metode. Metode yang digunakan adalah pengamatan, pengujian,
pengkajian, penelitian, pengembangan, pengawasan, pemeliharaan, observasi,
studi banding, latihan, pendidikan dan penugasan.
d. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan
dalam pembinaan dan penggunaan fungsi peralatan sebagai berikut :
1) Sarana.
a) Peranti lunak (doktrin, Bujuk dan Protap peralatan).
0 b) Fasilitas pendidikan dan latihan.
1 c) Fasilitas perkantoran dan perumahan.
1 d) Materiil peralatan.
2 2) Prasarana.
a) Instalasi peralatan.
b) Lembaga pendidikan dan latihan.
c) Markas/fasilitas.
d) Gudang peralatan pusat/daerah.
e) Instalasi milik negara dan bukan milik negara (di luar
lingkungan TNI) yang diizinkan untuk digunakan.

14. Pedoman Penyelenggaraan Peralatan. Guna mewujudkan satuan peralatan


yang solid, tangguh, modern dan profesional dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas pokok TNI AD, penyelenggaraan peralatan diatur melalui pembinaan peralatan dan
penggunaan peralatan.
a. Pembinaan Peralatan.
1) Pembinaan kekuatan. Mewujudkan satuan peralatan yang efektif,
berdaya dan berhasil guna bagi pelaksanaan tugas TNI AD melalui
pembinaan organisasi, personel, materiil, fasilitas dan peranti lunak pada
setiap tingkatan satuan:
a) Tingkat pusat (Ditpalad).
b) Tingkat Kotama pusat ( Pal Kostrad dan Pal Kopassus ).
c) Tingkat Kotama kewilayahan ( Paldam ).
7

d) Tingkat Kodiklat TNI AD, Lembaga pendidikan, Puscabfung


dan Denma Mabesad.
2) Pembinaan kemampuan. Mewujudkan bantuan satuan peralatan
pada tingkat teknis dan taktis melalui pembinaan kemampuan intelijen,
tempur, Binter, dukungan dan kemampuan dibidang fungsi peralatan guna
mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
3) Pembinaan gelar peralatan. Mewujudkan gelar satuan peralatan
baik gelar satuan kekuatan terpusat maupun gelar kewilayahan yang efektif
guna mendukung keberhasilan tugas pokok TNI AD.

b. Penggunaan Peralatan. Penggunaan kekuatan peralatan disiapkan dalam


rangka mendukung keberhasilan tugas pokok TNI AD meliputi :
1) Pola operasi militer untuk perang (OMP).
a) Pada operasi gabungan.
(1) Operasi lintas udara.
(2) Operasi pertahanan udara.
(3) Operasi pertahanan pantai.
(4) Operasi darat gabungan. Terdiri dari operasi
serangan, operasi pertahanan, operasi pemindahan ke
belakang, operasi penggabungan dan operasi pergantian.
(5) Operasi pendaratan administrasi.
b) Pada operasi darat.
(1) Operasi tempur. Meliputi operasi serangan, operasi
pertahanan, operasi pergantian, operasi dalam kondisi khusus,
operasi dengan pengaruh Nubika, operasi Pernika, operasi
mobil udara, operasi gerilya, operasi lawan insurjensi dan
operasi khusus.
(2) Operasi intelijen. Meliputi operasi penyelidikan,
operasi pengamanan dan operasi penggalangan.
(3) Operasi teritorial.
c) Pada operasi bantuan. Meliputi operasi bantuan intelijen,
operasi bantuan perlindungan, operasi bantuan raid, operasi bantuan
tembakan, operasi bantuan SAR tempur, operasi bantuan Binter,
operasi bantuan pernika, operasi bantuan angkutan dan operasi
bantuan keamanan.
8

2) Pola operasi militer selain perang (OMSP).


a) Pada operasi militer selain perang yang bersifat tempur.
(1) Operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata.
(2) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.
(3) Operasi mengatasi aksi terorisme.
(4) Operasi mengamankan wilayah perbatasan.
(5) Operasi mengamankan obyek vital nasional yang
bersifat strategis.
(6) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai
dengan kebijaksanaan politik luar negeri.
(7) Operasi mengamankan Presiden dan Wakil Presiden RI
beserta keluarganya.
(8) Operasi mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.
b) Pada operasi militer selain perang yang bersifat non tempur.
(1) Operasi membantu pemerintah di daerah.
(2) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam
undang-undang.
(3) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan.
(4) Operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (SAR).
(5) Operasi membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.

BAB IV
PEMBINAAN PERALATAN

15. Umum. Pembinaan peralatan diarahkan untuk mewujudkan postur satuan


peralatan yang profesional, efektif, efisien dan modern dengan berpedoman kepada
kebijakan pimpinan TNI AD yang diarahkan kepada tercapainya standar kekuatan pokok
minimum (Minimum Essential Force/MEF). Peralatan sebagai bagian dari komponen
Logistik TNI AD pembinaannya dilakukan secara terintegrasi, terpadu, berlanjut dan
dikoordinasikan dengan staf unsur terkait serta diselaraskan dengan kebutuhan satuan di
9

lingkungan TNI AD, sehingga penyelenggaraannya akan berhasil dan berdaya guna
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. Objek pembinaannya diarahkan kepada
pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar satuan peralatan dengan tetap
memperhatikan skala prioritas.

16. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan diarahkan untuk mewujudkan


sumber daya yang tersedia menjadi kekuatan peralatan yang profesional melalui
pembinaan organisasi, personel, materiil, peranti lunak dan fasilitas sehingga mampu
mendukung tugas pokok TNI AD.
a. Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi peralatan bertujuan untuk
menyusun, memelihara dan meningkatkan validitas serta kesiapan operasional
organisasi sehingga dapat mewujudkan organisasi peralatan yang mampu dan siap
mendukung tugas-tugas operasional TNI AD.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap organisasi peralatan dihadapkan
kepada penyelenggaraan fungsi peralatan dan alat pendukung
lainnya yang dilaksanakan oleh pembina fungsi.
(2) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan organisasi
sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi dan penelitian
secara terus menerus terhadap organisasi peralatan, serta
pengkajian terhadap perlunya pembentukan/perubahan
organisasi peralatan.
b) Pengorganisasian.
(1) Mengorganisir personel dalam organisasi kelompok
kerja (Pokja) yang akan melaksanakan pembinaan organisasi
serta menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
kemampuan dan latar belakang pengalaman.
(2) Menyelenggarakan rapat pendahuluan Pokja untuk
membahas hal-hal tentang pelaksanaan tugas pembinaan
organisasi peralatan.
c) Pelaksanaan.
(1) Melaksanakan penyusunan naskah akademik untuk
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang latar
10

belakang pemikiran perlunya dilaksanakan


pembentukan/perubahan Orgas peralatan.
(2) Melaksanakan penyusunan naskah organisasi dan
tugas (Orgas) serta naskah mekanisme hubungan kerja
(Mekhubja).
(a) Pada pembentukan organisasi baru perlu
ditentukan tujuan, tugas pokok organisasi dan kegiatan
yang perlu dilaksanakan, mengelompokkan kegiatan
dalam fungsi, menentukan unit-unit kerja, menyusun
personel dalam bentuk DSPP/TOP, materiil dan peranti
lunak (Penak), menetapkan prosedur kerja dan metode
kerja serta menentukan tugas, tanggung jawab dan
wewenang yang jelas dan mudah dipahami oleh seluruh
unsur organisasi yang disusun/dibentuk, sehingga dapat
mendukung tugas pokok organisasi.
(b) Perubahan organisasi dilaksanakan terhadap
organisasi peralatan yang telah terbentuk, yang
meliputi :
i) Reorganisasi. Reorganisasi digunakan
untuk menyusun kembali organisasi setelah
terjadi perubahan, dapat bersifat menyeluruh dan
mendasar yang meliputi kedudukan, tugas dan
fungsi-fungsi organisasi atau beberapa bagian
yang berupa penambahan/pengurangan tugas
yang harus dilaksanakan, dengan menggunakan
pendekatan struktural dan pendekatan teknologi.
ii) Validasi organisasi. Validasi digunakan
untuk lebih memaksimalkan keberhasilan
pencapaian tujuan terhadap organisasi yang
sudah operasional dan dipandang kurang efektif.
Validasi dilakukan bersifat tidak menyeluruh,
namun hanya beberapa bagian tertentu melalui
kegiatan revitalisasi, refungsionalisasi dan
restrukturisasi.
iii) Pembekuan organisasi. Pembekuan
organisasi dilaksanakan terhadap organisasi
11

yang telah selesai melaksanakan tugasnya serta


dianggap tidak efisien lagi tetapi dapat
difungsikan kembali bila diperlukan sesuai
prosedur kerja yang telah disempurnakan
kembali.
iv) Likuidasi organisasi. Likuidasi
organisasi merupakan pembubaran organisasi
peralatan karena sudah tidak diperlukan lagi,
akan tetapi dapat dikembangkan atau
digabungkan untuk dibentuk organisasi baru
berdasarkan kondisi tugas satuan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebijakan
komando atas.
(3) Melaksanakan kegiatan pengujian dengan mekanisme :
UT I di tingkat Ditpalad, UT II di tingkat Kodiklat TNI AD dan
UT III di tingkat Mabesad.
(4) Melaksanakan kegiatan penerbitan naskah yang
meliputi pencetakan, pengambilan dan pengarsipan serta
pendistribusian naskah ke seluruh satuan jajaran TNI AD.
Naskah Orgas yang telah disahkan selanjutnya diuji coba
selama 1 (satu) tahun di satuan peralatan yang telah ditunjuk.
(5) Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan Orgas
satuan setelah diuji coba selama 1 (satu) tahun, untuk
disempurnakan dan selanjutnya disyahkan serta berlaku
selama lima tahun dan/atau adanya perubahan kebijakan
pimpinan TNI AD.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara
langsung terhadap efektivitas organisasi satuan peralatan melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui
kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
organisasi peralatan.
2) Prosedur. Dilaksanakan melalui kegiatan pengorganisasian,
validasi organisasi, reorganisasi, pembekuan organisasi dan likuidasi
organisasi.
12

a) Pengorganisasian.
(1) Organisasi peralatan dibentuk berdasarkan kebutuhan
organisasi yang mampu memberikan dukungan peralatan
kepada seluruh kekuatan TNI AD baik meliputi kekuatan
terpusat, kekuatan kewilayahan maupun kekuatan pendukung.
(2) Organisasi disusun dalam bentuk tabel organisasi dan
perlengkapan (TOP) dan daftar susunan personel dan
perlengkapan (DSPP) sesuai dengan tingkat dan jenisnya
(pusat, daerah dan satuan).
(3) Penyusunan organisasi peralatan disesuaikan dengan
dasar-dasar organisasi dan persyaratan umum organisasi TNI
AD.
(a) Tingkat pusat.
i) Organisasi disusun atas dasar kebutuhan
organisasi yang mampu menyelenggarakan
sistem dukungan pembekalan dan pemeliharaan
materiil peralatan, baik ditingkat pusat, tingkat
daerah maupun tingkat satuan.
ii) Organisasi yang mampu memberikan
dukungan pembekalan dan pemeliharaan materiil
peralatan di daerah pada saat damai, situasi krisis
darurat maupun perang.
iii) Organisasi yang mempunyai kemampuan
dapat menjamin terpeliharanya bekal dan
pemeliharaan peralatan dalam penyelenggaraan
sistem organik wilayah.
iv) Organisasi yang mampu menyelenggara-
kan serta mengembangkan fungsi peralatan
secara berhasil dan berdaya guna.
(b) Tingkat Kotama.
i) Organisasi disusun atas dasar kebutuhan
organisasi yang mampu menyelenggarakan
sistem pembekalan dan pemeliharaan materiil
peralatan di tingkat daerah dan tingkat satuan.
ii) Organisasi yang mampu memberikan
penyaluran dukungan pembekalan dan
13

pemeliharaan materiil Peralatan di daerah pada


saat damai, situasi krisis, darurat dan perang.
iii) Organisasi yang mempunyai kemampuan
dapat menjamin terpeliharanya bekal dan
pemeliharaan materiil peralatan dalam sistem
organik wilayah.
iv) Organisasi yang mampu menyelenggara-
kan serta mengembangkan fungsi peralatan
secara berhasil dan berdaya guna.
(c) Tingkat satuan.
i) Organisasi disusun atas dasar kebutuhan
organisasi yang mampu menyelenggarakan
sistem dukungan peralatan secara teknis maupun
taktis operasional baik tingkat peleton dan kompi
peralatan.
ii) Organisasi yang mampu melaksanakan
fungsi peralatan dalam kesatuan TNI AD.
iii) Mampu secara teknis operasional
menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan bekal
materiil peralatan.
iv) Menjadi bagian dari organisasi satuan
induk.
(4) Pertimbangan dalam penyusunan organisasi sebagai
berikut :
(a) Tugas-tugas dari satuan-satuan yang didukung.
(b) Tingkat, jenis dari satuan yang didukung.
(c) Tingkat, jenis kemampuan bekal taktis, teknis
operasional peralatan yang dibutuhkan oleh satuan yang
didukung dan berdasarkan atas pertimbangan-
pertimbangan :
i) Kemampuan penyiapan sumber daya dan
potensi peralatan yang tersedia.
ii) Perkiraan kemampuan dukungan peralatan
yang dapat diselenggarakan.
iii) Kemungkinan resiko yang dihadapi baik
secara taktis maupun teknis peralatan.
14

iv) Organisasi peralatan yang telah ada


dikembangkan dan didayagunakan agar mampu
menyelenggarakan fungsi peralatan secara
optimal.
b) Validasi organisasi.
(1) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian terhadap
organisasi peralatan yang berlaku apakah masih efektif atau
tidak.
(2) Penyusunan rencana validasi organisasi peralatan
sesuai yang diharapkan, profesional, efektif, efisien dan
modern dihadapkan kepada perkembangan situasi yang
berlaku dan organisasi TNI AD.
(3) Mengajukan saran kepada pimpinan TNI AD (Kasad)
tentang rencana validasi organisasi dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan dukungan peralatan bagi tugas pokok TNI AD.
c) Reorganisasi.
(1) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian terhadap
organisasi peralatan yang berlaku, apakah perlu penataan
ulang.
(2) Penyusunan rencana reorganisasi peralatan sesuai
perkembangan situasi yang berkembang sampai saat ini.
(3) Mengajukan saran kepada pimpinan TNI AD (Kasad)
tentang rencana reorganisasi satuan peralatan.
d) Pembekuan organisasi.
(1) Melaksanakan penyusunan organisasi dan
membekukan yang sudah berlaku dalam tugas satuan
peralatan.
(2) Melaksanakan penyusunan rincian tugas organisasi
peralatan.
(3) Melengkapi kebutuhan organisasi peralatan yang
meliputi personel materiil dan peranti lunak.
(4) Memberlakukan organisasi satuan peralatan yang telah
disahkan oleh pimpinan TNI AD (Kasad).
15

e) Likuidasi organisasi.
(1) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian organisasi
peralatan TNI AD dihadapkan kepada perkembangan
organisasi TNI AD.
(2) Melaksanakan perubahan organisasi peralatan sesuai
dengan keputusan pimpinan TNI AD (Kasad).
(3)Memberlakukan organisasi satuan peralatan sesuai hasil
likuidasi organisasi.

b. Pembinaan SDM. Pembinaan SDM peralatan mengacu pada Jukinpers


TNI AD bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kekuatan personel peralatan secara
kualitatif dan kuantitatif sesuai TOP/DSPP organisasi secara bertahap sesuai skala
prioritas serta memelihara dan meningkatkan profesionalisme personel peralatan
yang memiliki kesehatan dan fisik yang prima, disiplin tinggi, taat dan menjunjung
tinggi hukum, paham akan jati dirinya sebagai tentara pejuang, tentara rakyat,
tentara nasional dan tentara profesional, serta memiliki wawasan kebangsaan
sehingga selalu dicintai rakyat.
1) Proses.
a) Perencanaan. Merencanakan kegiatan pembinaan SDM
peralatan khususnya penempatan jabatan golongan VI sd IV oleh
pembina fungsi, sedangkan golongan VII kebawah s.d. bintara,
tamtama dan PNS oleh Kotama dan satuan masing-masing.
(1) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan terus
menerus terhadap personel peralatan guna mendapatkan data
objektif dan akurat untuk keperluan pembinaan SDM.
(2) Menyusun konsep penempatan jabatan bagi personel
peralatan yang baru selesai melaksanakan pendidikan
pengembangan umum, kecabangan disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi, klasifikasi, kualifikasi psikologi serta
TOA/TOD.
b) Pengorganisasian.
(1) Mengorganisir personel dalam organisasi kelompok
kerja (Pokja) yang akan melaksanakan pembinaan SDM serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
kemampuan dan latar belakang pengalaman.
16

(2) Menentukan dan memilih pejabat personalia sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga upaya pembinaan
SDM dapat dilaksanakan secara baik oleh pejabat yang
bersangkutan.
c) Pelaksanaan.
(1) Melaksanakan pembinaan tenaga manusia melalui
pengisian dan pengajuan kebutuhan prajurit agar tercapainya
Right Seizing dan Zero Growth Personnel (ZGP).
(2) Melaksanakan pembinaan penyediaan tenaga (Diaga)
melalui kampanye tentang kecabangan peralatan di lembaga
pendidikan pusat dan lembaga pendidikan daerah TNI AD,
penentuan minat, bakat dan kompetensi prajurit peralatan
sebagai kriteria penentuan kecabangan, serta mengikuti sidang
penentuan kecabangan yang dikoordinir oleh staf personel
Angkatan Darat.
(3) Melaksanakan pembinaan pendidikan melalui
pengusulan personel, seleksi dan sidang penentuan kelulusan
seleksi pendidikan serta menyiapkan persyaratan administrasi
bagi personel yang akan mengikuti pendidikan.
(4) Melaksanakan pembinaan penggunaan personel
melalui pengajuan usulan dan pelaksanaan sidang usulan
kenaikan pangkat (UKP) di satuan serta inventarisasi data,
perencanaan pengisian dan mutasi jabatan sesuai mekanisme
TOA/TOD yang berlaku di lingkungan TNI AD.
(5) Melaksanakan pembinaan perawatan personel dalam
rangka mewujudkan kondisi kesiapan personel untuk
mengemban tugas melalui pembinaan hukum, disiplin dan tata
tertib, pembinaan moril, pembinaan kesejahteraan, pembinaan
mental, serta pembinaan jasmani.
(6) Melaksanakan pembinaan pemisahan personel yang
dilakukan secara tepat waktu melalui kegiatan penyaluran
personel dan pemberhentian dengan hormat yang diberikan
masa persiapan pensiun (MPP) bagi prajurit, bebas tugas bagi
PNS dan pengurusan administrasi pensiun serta penyelesaian
administrasi yang berkaitan dengan pemberhentian dengan
tidak hormat.
17

d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan SDM peralatan melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui
kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
SDM/SDM di satuan.
2) Prosedur. Pembinaan SDM peralatan dilaksanakan sesuai dengan
sistem pembinaan SDM TNI AD yaitu :
a) Penyediaan personel peralatan. Dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kemampuan penyediaan personel TNI AD,
kebutuhan yang disebabkan tuntutan tugas maupun karena
pemisahan :
(1) Perwira
(a) Perwira peralatan bersumber dari pendidikan
Secapa reguler kecabangan peralatan, Akmil
kecabangan peralatan dan Sepa PK kecabangan
peralatan.
(b) Untuk memenuhi kebutuhan personel ahli dalam
pengadaan perwira PK dipilih dari keahlian sebagai
berikut :
i) Sarjana teknologi mesin/Metalurgi.
ii) Sarjana teknologi industri/kimia.
iii) Sarjana teknologi elektronika/komputer.
(2) Bintara. Pemenuhan kebutuhan bintara bersumber
dari pendidikan Secaba reguler dan Secaba PK yang telah
dibekali pendidikan kejuruan kendaraan, senjata, munisi,
teknologi mekanik dan administrasi peralatan.
(3) Tamtama. Pemenuhan kebutuhan tamtama bersumber
dari pendidikan Secata yang telah dibekali pendidikan kejuruan
peralatan TNI AD yang meliputi kendaraan, senjata, munisi,
teknologi mekanik.
(4) Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pemenuhan kebutuhan
pegawai negeri sipil bersumber dari pegawai negeri sipil
organisasi satuan yang dibekali pendidikan kejuruan peralatan
TNI AD.
18

b) Penempatan dan penugasan personel peralatan.


(1) Penugasan lapangan bagi prajurit yang baru diangkat
dalam rangka memantapkan periode pengembangan dasar.
(2) Semua personel peralatan mempunyai kesempatan
yang sama dalam seleksi kenaikan pangkat, mengikuti
berbagai pendidikan, dan menerima penugasan pada berbagai
jabatan di lingkungan peralatan.
(3) Prioritas penugasan untuk percepatan bagi personel
peralatan yang potensial dengan memberikan penugasan lain
sebagai tambahan penugasan disesuaikan profesionalisme
keprajuritan peralatan.
(4) Penugasan pada jabatan teras (Perwira) yaitu
pemberian prioritas pada perwira yang berprestasi untuk
diberikan jabatan strategis dengan tanggung jawab yang besar.
c) Perawatan personel peralatan. Rawatan prajurit dan rawatan
keluarga prajurit, Pegawai Negeri Sipil (PNS) peralatan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan perawatan TNI AD.
d) Pemisahan personel peralatan.
(1) Pemisahan personel peralatan sebagai akhir kegiatan
pembinaan prajurit peralatan dalam memelihara keseimbangan
komposisi prajurit secara kualitas dan kuantitas agar mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai kekuatan Hanneg
dilaksanakan secara konsepsional sesuai kebutuhan organisasi
peralatan, dengan memperhatikan ketentuan pemisahan
personel TNI AD.
(a) Personel peralatan dapat dipertahankan dalam
dinas aktif sampai mencapai usia pensiun maksimum
secara selektif sesuai kebutuhan.
(b) Pemisahan pada umumnya didasarkan pada faktor usia,
kualitas personel dan kebutuhan organisasi.
(2) Dalam menghadapi pemisahan secara alamiah yang
cukup besar diperlukan kebijaksanaan agar komposisi personel
yang ada semaksimal mungkin dapat dipertahankan dan
dipelihara, pada pelaksanaannya kebijaksanaan ini mengikuti
ketentuan pemisahan personel TNI AD yaitu :
19

(a) Ketentuan Ikatan Dinas Lanjutan (IDL) dan


Perpanjangan Dinas keprajuritan (PDK) yang
berpedoman kepada :
i) Kebutuhan organisasi.
ii) Kebutuhan pengembangan Kader
pimpinan.
(b) Prajurit berpangkat kopral sampai dengan
pembantu Letnan yang menduduki jabatan tertentu yang
merupakan tenaga mahir dalam dinas aktif setinggi-
tinginya 55 tahun.
(c) Ketentuan Dalam Dinas Aktif (DDA) bagi PK yang
sedang menjalani Penahanan Dalam Dinas Aktif (PDA)
setelah usia pensiun minimum sampai usia pensiun
maksimum diperlakukan sama dengan yang sedang
menjalani Ikatan Dinas Lanjutan (IDL) III dan tidak perlu
penyelesaian administrasi.
(d) Koptu yang telah mendapat PDK sesuai Surat
Telegram Pangab Nomor STR/856/1990 tanggal 26
September 1990, dapat diteruskan sampai dengan PDK
pertama berakhir.

c. Pembinaan Materiil dan Alutsista. Pembinaan materiil dan Alutsista


peralatan mengacu kepada Sisbinmat TNI AD bertujuan untuk menyiapkan materiil
dan Alutsista dalam rangka meningkatkan kesiapan operasional satuanTNI AD,
serta memberikan dukungan logistik secara optimal guna mendukung pelaksanaan
tugas satuan-satuan TNI AD.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan materiil
dan Alutsista peralatan sebagai kelanjutan hasil pengamatan/
observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap materiil dan Alutsista peralatan sesuai
sisbinmat TNI AD.
(2) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan serta
perbaikan materiil dan Alutsista peralatan yang menjadi
tanggung jawabnya, serta menyarankan ke komando atas
20

tentang penghapusan karena materiil tersebut sudah tidak


efisien lagi.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel logistik dalam
organisasi Kelompok Kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
kegiatan pembinaan materiil dan Alutsista peralatan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan
latar belakang pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Melaksanakan penentuan kebutuhan materiil dan
Alutsista peralatan satuan TNI AD melalui penelitian dan
pengembangan dalam bentuk pengkajian terhadap seluruh
materiil dan Alutsista peralatan, saran kebutuhan materiil dan
Alutsista peralatan sesuai TOP/DSPP satuan TNI AD serta
koordinasi dan memonitor pelaksanaannya.
(2) Menyarankan spesifikasi teknis materiil dan Alutsista
peralatan serta melaksanakan proses pengadaan materiil dan
Alutsista peralatan satuan TNI AD dengan melibatkan
Puscabfung.
(3) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
materiil dan Alutsista peralatan di satuan-satuan TNI AD
sesuai program kerja dan rencana waktu yang telah dibuat.
(4) Melaksanakan kegiatan penghapusan materiil dan
Alutsista peralatan yang ada di satuan-satuan TNI AD karena
kondisi rusak berat (tidak dapat diperbaiki), rusak (bila
diperbaiki tidak ekonomis), habis masa pakai, hilang dan/atau
susut, terjadi keadaan paksa (Force Majeur), terkena
peraturan khusus dan hal-hal lain berdasarkan ketentuan yang
berlaku, serta hilang dan musnah.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara
langsung terhadap efektivitas pembinaan materiil dan Alutsista
peralatan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan-satuan TNI AD, serta
pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan,
pencocokan, penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif
terhadap data hasil kegiatan pembinaan materiil dan Alutsista
peralatan yang ada di satuan-satuan TNI AD.
21

2) Prosedur. Pembinaan materiil dan Alutsista peralatan dilaksanakan


sesuai daur pembinaan materiil dan Alutsista TNI AD dengan tetap
memperhatikan skala prioritas sesuai keputusan komando atas.
a) Penyelenggaraan fungsi pokok pembinaan materiil dan
Alutsista peralatan meliputi :
(1) Pengadaan.
(a) Disesuaikan dengan tanggung jawab dan
kewenangan pejabat yang berhubungan dengan
penggunaan dan pembinaannya.
(b) Berpedoman kepada persyaratan teknis, mutu,
jumlah, harga, waktu dan tempat yang ditentukan.
(2) Distribusi.
(a) Pengeluaran materiil dan Alutsista peralatan
dilaksanakan oleh bendaharawan materiil kepada
satuan-satuan TNI AD dan dilaksanakan melalui gudang
pusat maupun gudang daerah sesuai dengan aturan
yang berlaku.
(b) Pengeluaran materiil dan Alutsista peralatan dari
gudang pusat maupun gudang daerah dilaksanakan
atas perintah dari ordonatur materiil peralatan dengan
menggunakan perintah pengeluaran materiil.
(3) Pemeliharaan.
(a) Pemeliharaan dan perbaikan dilaksanakan
sebelum atau setelah terjadi kerusakan, guna
mempertahankan kondisi materiil dan Alutsista peralatan
agar selalu dalam keadaan siap dipergunakan.
(b) Pemeliharaan dan perbaikan yang dilaksanakan
sebelum terjadi kerusakan diprogramkan secara periodik
dan dijadwalkan berdasarkan waktu penggunaan atau
kalender.
(4) Penghapusan.
(a) Merupakan segala usaha dan kegiatan untuk
membebaskan materiil dan Alutsista peralatan yang
telah berubah keadaannya atau tidak memenuhi
persyaratan operasional lagi dari pertanggungjawaban
22

perbendaharaan negara menurut peraturan yang


berlaku.
(b) Tujuan penghapusan :
i) Membebaskan bendaharawan materiil
atau pemakai materiil Peralatan dari
pertanggungjawaban materiil dan Alutsista
peralatan yang bersangkutan.
ii) Memanfaatkan macam materiil dan
Alutsista peralatan dalam bentuk lain.
iii) Mencegah timbulnya pengaruh negatif,
bahaya, kerugian terhadap lingkungan.
iv) Memanfaatkan ruang penyimpanan lebih
efektif.
b) Penyelenggaraan fungsi pendukung pembinaan materiil dan
Alutsista meliputi :
(1) Inventori. Diselenggarakan dengan suatu siklus
yang terus menerus untuk selalu mendapatkan gambaran yang
menyeluruh dari keadaan persediaan materiil dan Alutsista
peralatan.
(2) Standarisasi. Diselenggarakan untuk menyederhanakan,
menyempurnakan dan menyeragamkan materiil dan Alutsista
peralatan yang memenuhi syarat tertentu agar dapat dicapai
penghematan dan penyederhanaan serta memudahkan
penyelenggaraan materiil dan Alutsista peralatan dalam setiap
kegiatan.
(3) Katalogisasi. Diselenggarakan untuk kemudahan
penggunaan maupun pembinaan materiil dan Alutsista
peralatan secara bertahap berpedoman kepada sistem yang
berlaku secara nasional maupun internasional berupa
pemasukan data dan spesifikasi teknik materiil dan Alutsista
peralatan.
(4) Sistem Informasi Pembinaan (SIP) materiil.
Dimaksudkan untuk memperoleh data materiil secara cepat
dan tepat sesuai kebutuhan dalam rangka pembinaan materiil
dan Alutsista.
23

(5) Administrasi perbendaharaan materiil dan Alutsista.


Diselenggarakan melalui pengurusan administrasi atau
pengurusan umum yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran materiil dan Alutsista. wewenang penerimaan dan
pengeluaran materiil dan Alutsista peralatan dipegang oleh
ordonatur materiil, sedangkan pengurusan kebendaharaan
atau pengurusan khusus diselenggarakan oleh bendaharawan
materiil.
(6) Mobilisasi dan Demobilisasi.
(a) Mobilisasi merupakan pengerahan atau
pengawasan sarana/prasarana peralatan yang tersedia
secara serentak, cepat, tepat, terpadu dan terarah guna
menghadapi keadaan darurat.
(b) Demobilisasi merupakan penghentian
pengerahan dan penggunaan potensi peralatan yang
ada, dilakukan secara serentak atau bertahap.

d. Pembinaan Fasilitas. Pembinaan fasilitas bertujuan untuk


menyediakan, memelihara dan merawat fasilitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang ada di satuan peralatan guna mewujudkan kesiapan operasional
satuan.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan fasilitas
sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi dan penelitian
secara terus menerus serta pengkajian terhadap fasilitas
satuan peralatan.
(2) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan dan
perawatan fasilitas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
program dari komando atas dan saran untuk diadakan
rehabilitasi dan pembangunan.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel dalam
organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
pembinaan fasilitas/kemarkasan serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar belakang
pengalaman.
24

c) Pelaksanaan.
(1) Menentukan kebutuhan fasilitas/bangunan dan
prasarana lainnya yang diperlukan untuk melengkapi dan
mendukung organisasi dalam rangka melaksanakan tugas
pokoknya.
(2) Mengusahakan ketersediaan fasilitas bangunan dan
prasarananya guna memenuhi kebutuhan organisasi melalui
kegiatan pengadaan jasa konstruksi militer atau swakelola
dengan cara paling ekonomis sesuai peraturan yang berlaku.
(3) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan terhadap
ketertiban, kerapihan, kebersihan dan keamanan fasilitas
bangunan dan prasarana lainnya yang dipertanggungjawabkan
kepada masing-masing satuan sesuai rencana yang telah
disusun.
(4) Melaksanakan perawatan dan perbaikan terhadap
fasilitas-fasilitas yang mengalami kerusakan sehingga dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sesuai kemampuan masing-
masing satuan dan/atau alokasi dari komando atas.
(5) Melaksanakan inventarisasi terhadap dokumen
penghapusan fasilitas bangunan dan prasarana yang sudah
tidak memenuhi persyaratan teknis berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
(6) Membuat saran kepada komando atas tentang perlunya
diadakan kegiatan rehabilitasi, renovasi dan pembangunan
terhadap fasilitas bagi satuan-satuan peralatan.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara
langsung terhadap efektivitas pembinaan fasilitas melalui kunjungan,
inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara langsung di
Satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan
pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang bersifat
administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan fasilitas di
satuan-satuan peralatan.
2) Prosedur.
a) Membuat rancangan tentang prototipe markas peralatan.
b) Membuat rencana akan kebutuhan prasarana peralatan di
satuan yang merupakan bagian integral dari prototipe fasilitas.
25

c) Koordinasi dengan penyelenggara fungsi konstruksi serta


logistik TNI AD baik pada tingkat pusat maupun daerah guna
pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi markas.

e. Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. Pembinaan pendidikan dan


pelatihan bertujuan untuk membekali prajurit peralatan dalam standar minimal
kompetensi yang berupa pengetahuan umum dan militer yang seimbang dengan
kemampuan, kecakapan dan karakter sesuai profesi serta mengembangkan
kompetensi sesuai pekerjaan dan tugas secara berkesinambungan, dengan
kegiatan yang meliputi :
1) Proses. Proses pembinaan pendidikan dan pelatihan
dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
a) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan
pembinaan pendidikan dan pelatihan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap personel peralatan.
b) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi yang
akan melaksanakan pembinaan pendidikan dan pelatihan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan
latar belakang pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Menyusun pola dan struktur pendidikan dan pelatihan
Peralatan sebagai kerangka dasar bagi penataan dan
penyelenggaraan pendidikan kecabangan peralatan yang
memperlihatkan gambaran jenjang pendidikan golongan
perwira, bintara dan tamtama kecabangan peralatan dengan
memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan serta
pengalaman yang telah dimiliki.
(2) Meningkatkan kualitas 10 komponen pendidikan dan
pelatihan, sehingga operasional pendidikan dapat berjalan
lancar dalam rangka membentuk dan mengembangkan
peserta didik agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pembinaan komponen pendidikan meliputi kurikulum, paket
instruksi, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, metode
26

pengajaran, Alins/Alongins, evaluasi pendidikan, fasilitas


pendidikan, peserta didik serta anggaran.
(3) Pembinaan penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
secara terpadu dan berlanjut, yang meliputi analisis kebutuhan
pendidikan, pelaksanaan pendidikan, pengendalian dan
pengawasan pendidikan, serta evaluasi pendidikan.
(4) Pembinaan kehidupan di pusat pendidikan peralatan
sebagai lingkungan pendidikan diarahkan pada upaya nyata
agar lingkungan dapat memberikan dampak positif terhadap
pencapaian tujuan pendidikan. Proses pembinaan
penyelenggaraan lingkungan pendidikan dilaksanakan dengan
menciptakan lingkungan belajar dan mengajar yang kondusif di
pusat pendidikan peralatan.
(5) Pembinaan validasi pendidikan dilaksanakan dengan
kegiatan pengendalian mutu hasil didik yang menggunakan
informasi umpan balik dari pemakai personel hasil didik.
(6) Pengembangan pendidikan dilakukan melalui
penelitian/pengkajian yang sistematik dan mendalam dengan
mempergunakan teknik dan metode keilmuan agar pendidikan
dapat terselenggara secara efektif dan efesien.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung
(operatif) terhadap efektivitas pembinaan pendidikan dan pelatihan
melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara
secara langsung di satuan/lembaga pendidikan peralatan, serta
pengawasan secara tidak langsung (administratif) melalui kegiatan
pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang bersifat
administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan pendidikan dan
pelatihan di satuan.

2) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan pendidikan dan


pelatihan dilaksanakan oleh setiap komandan dan pembina fungsi personel
secara berjenjang dan berlanjut sesuai tataran kewenangan dan tanggung
jawabnya dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku di lingkungan
TNI AD.
27

f. Pembinaan Latihan. Pembinaan latihan dilaksanakan dengan tujuan


untuk mewujudkan kesiapan operasional, kesiapsiagaan operasional dan gelar
kekuatan satuan peralatan. Sehingga pada saat digunakan mampu menjawab
kebutuhan tugas, dengan kegiatan yang meliputi :
1) Proses. Proses pembinaan latihan dilaksanakan melalui
pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.
a) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan
pembinaan latihan sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi
dan penelitian secara terus menerus serta pengkajian terhadap
latihan di satuan peralatan.
b) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam
organisasi yang akan melaksanakan pembinaan latihan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan
latar belakang pengalaman maupun penugasan.
c) Pelaksanaan.
(1) Menyelenggarakan dan melaksanakan latihan dalam
rangka pembinaan kekuatan (Binkuat) yang berorientasi pada
pencapain standar kemampuan program pembinaan kekuatan
sesuai dengan program pemantapan yang pelaksanaannya
didasarkan pada siklus latihan dan program latihan
standardisasi (Proglatsi) yang berlaku di lingkungan satuan
peralatan, dimulai dari latihan perorangan, sampai dengan
latihan satuan.
(2) Menyelenggarakan dan melaksanakan latihan dalam
rangka penggunaan kekuatan (Gunkuat) yang dltujukan
kepada satuan peralatan yang akan ditugaskan (latihan
pratugas) serta latihan bagi satuan yang disiapkan untuk
menghadapi kontinjensi dan tugas-tugas pengamanan obyek
vital nasional baik penugasan operasi militer untuk perang
maupun operasi militer selain perang.
(3) Melaksanakan latihan bersama (Latma) dengan satuan
Angkatan Darat negara sahabat dengan tujuan untuk
meningkatkan persahabatan antara TNI AD dengan Angkatan
Darat Negara sahabat serta berimplikasi pada peningkatan
profesionalisme prajurit dan satuan peralatan.
28

d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


(operatif) terhadap efektivitas pembinaan latihan melalui kunjungan,
inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara langsung di
satuan peralatan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan latihan di satuan.
2) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan latihan
dilaksanakan oleh setiap komandan dan pembina fungsi operasi secara
berjenjang dan berlanjut sesuai tataran kewenangan dan tanggung
jawabnya dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku di lingkungan
TNI AD.

g. Pembinaan Peranti Lunak. Pembinaan peranti lunak peralatan


bertujuan untuk mewujudkan kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas,
kualitas, kuantitas, standarisasi serta tersedianya semua kebutuhan peranti lunak
peralatan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam setiap kegiatan baik
pembinaan maupun penggunaan fungsi/satuan peralatan.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan peranti
lunak peralatan sebagai kelanjutan hasil pengamatan/
observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap peranti lunak peralatan dihadapkan
dengan perkembangan situasi dan kondisi serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(2) Membuat saran ke komando ata sagar diadakan
revisi/penyempurnaan terhadap buku-buku petunjuk tentang
peralatan yang sudah tidak valid.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel dalam
organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
pembinaan peranti lunak peralatan serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar belakang
pengalaman.
c) Pelaksanaan.
29

(1) Menginventarisasi peranti lunak yang berupa doktrin,


buku-buku petunjuk yang ada dan referensi yang diperlukan
serta hasil umpan balik dari satuan pengguna sebagai bahan
penyusunan doktrin, Bujuk baru dan revisi.
(2) Menghimpun pengajuan kebutuhan untuk
penyusunan/revisi peranti lunak yang berupa doktrin, buku-
buku petunjuk dan menerima umpan balik dalam rangka
penyempurnaan doktrin, buku-buku petunjuk termasuk usulan
perubahan doktrin, buku-buku petunjuk yang merupakan
naskah sementara menjadi naskah tetap.
(3) Menyusun rencana program dan anggaran kebutuhan
peranti lunak yang berupa doktrin, buku-buku petunjuk di
lingkungan peralatan untuk dijabarkan di dalam program dan
anggaran penyusunan dan penerbitan doktrin, buku-buku
petunjuk secara bertahap dan berkesinambungan sesuai skala
prioritas.
(4) Melaksanakan penyusunan/revisi peranti lunak yang
berupa Protap-Protap satuan yang terkait dengan
pengamanan, operasi, latihan, bencana maupun Protap-Protap
lainnya sesuai kebutuhan.
(5) Merumuskan konsep naskah peranti lunak yang akan
disusun serta melaksanakan pengujian terhadap naskah yang
disusun sesuai pentahapan yang berlaku.
(6) Melaksanakan penerbitan/penggandaan dan
pendistribusian terhadap peranti lunak baik yang berupa
doktrin, buku-buku petunjuk maupun Protap satuan dengan
ketentuan :
(a) Mabesad/Sopsad untuk Doktrin “KEP” dan
Bujukin.
(b) Kodiklat TNI AD untuk Bujukmin dan Bujuknik
yang merupakan naskah tetap.
(c) Ditpalad untuk buku-buku petunjuk teknik yang
merupakan naskah sementara.
(d) Satuan peralatan untuk protap-protap satuan
yang dibutuhkan.
30

d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan peranti lunak melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung ke satuan-satuan peralatan, serta pengawasan secara tidak
langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan
evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan peranti lunak di satuan.
2) Prosedur.
a) Persiapan dan Perencanaan.
(1) Merencanakan jumlah dan jenis doktrin, peraturan dan
buku-buku petunjuk tentang peralatan yang diperlukan untuk
mendukung tugas dengan cara :
(a) Menginventarisir dan pengelompokan validitas
terhadap doktrin, peraturan dan buku-buku petunjuk
tentang peralatan yang sudah ada.
(b) Merencanakan pembuatan doktrin, peraturan dan
buku-buku petunjuk tentang peralatan baru yang belum
ada.
(2) Persiapan penyusunan dan perumusan sesuai skala
prioritas dan dukungan yang tersedia.
b) Pembuatan dan Penerbitan.
(1) Pembuatan.
` (a) Pembuatan doktrin, peraturan dan buku-buku
petunjuk tentang peralatan pada dasarnya dilakukan
oleh satuan secara profesional sesuai dengan
kepentingan tugasnya masing-masing.
(b) Bila tidak memungkinkan dapat membentuk tim
atau kelompok yang terdiri dari beberapa unsur atau
bagian.
(c) Dilakukan uji teori terhadap doktrin, peraturan dan
buku-buku petunjuk tentang peralatan dengan
disesuaikan pada stratifikasi buku petunjuk sebelum
mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang.
(d) Pembuatan peranti lunak harus bersifat
sederhana, mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.
31

(2) Penerbitan.
(a) Penerbitan doktrin, peraturan dan buku-buku
petunjuk tentang peralatan dilaksanakan apabila telah
disetujui dan disahkan oleh pejabat yang ditunjuk sesuai
stratifikasinya.
(b) Doktrin, peraturan dan buku-buku petunjuk
tentang Peralatan yang telah mendapatkan pengesahan
selanjutnya didistribusikan ke satuan-satuan sesuai
dengan kepentingannya.
c) Penyempurnaan.
(1) Agar peranti lunak tetap terpelihara validitasnya, maka
dilakukan pengujian dan penelitian terhadap peranti lunak yang
sudah ada.
(2) Adanya masukan dan umpan balik dari satuan sebagai
saran penyempurnaan.
(3) Terhadap peranti lunak yang kurang valid diadakan
penyempurnaan seperlunya berdasarkan umpan balik yang
ada.
(4) Melaksanakan pengkajian dan penyempurnaan buku
petunjuk yang dipertanggungjawabkan oleh Ditpalad.

h. Pembinaan Kepemimpinan. Pembinaan kepemimpinan bertujuan


untuk mewujudkan personel peralatan yang memiliki pengetahuan, kecakapan,
kemampuan dan karakter yang dibangun melalui kapasitas intelektual, kehadiran
dan keberadaan, tingkah laku dan suri tauladan, pengakuan serta penerimaan
lingkungan.
1) Proses. Kegiatan pembinaan kepemimpinan peralatan dilaksanakan
melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
a) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan
pembinaan kepemimpinan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap kepemimpinan di satuan peralatan.
b) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam
organisasi yang akan melaksanakan pembinaan kepemimpinan serta
32

menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan


latar belakang pengalaman maupun penugasan.
c) Pelaksanaan.
(1) Meningkatkan pengetahuan para unsur pimpinan di
satuan tentang asas-asas kepemimpinan secara proporsional
serta kemampuan individu dalam menjalankan organisasi
sesuai tataran kewenangannya.
(2) Melaksanakan pembinaan melalui proses konseling,
mentoring dan bimbingan profesional sehingga memiliki
kesadaran 'self awarness' diri yang tinggi.
(3) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, kedekatan
dengan anak buah dan memiliki pengetahuan yang baik dalam
bidangnya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan anak
buah dan mengefektifkan roda organisasi.
(4) Menumbuhkembangkan kemampuan transformatif agar
pemimpin mampu mengenali dirinya sendiri, kelemahan dan
kelebihannya, harga diri yang tinggi, motivasi yang baik,
empati, komitmen, kepedulian yang dipadukan dengan
kemampuan untuk mengambil keputusan pada saat
dibutuhkan.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara
langsung (operatif) terhadap efektivitas pembinaan kepemimpinan
melalui inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan dan evaluasi
yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
kepemimpinan di satuan.
2) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan kepemimpinan
dilaksanakan oleh setiap komandan secara berjenjang dan berlanjut sesuai
tataran kewenangan dan tanggung jawabnya dengan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI AD.

17. Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan diarahkan untuk


mewujudkan sumber daya yang tersedia menjadi kemampuan peralatan yang profesional
melalui kemampuan intelijen, tempur, Binter, dukungan dan fungsi sehingga mampu
mendukung tugas pokok TNI AD.
33

a. Pembinaan Kemampuan Intelijen. Pembinaan kemampuan


intelijen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelijen personel peralatan
untuk melaksanakan penyelidikan secara terbatas, kemampuan melaksanakan
pengamanan secara terbatas khususnya terhadap materiil peralatan.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan
kemampuan intelijen personel peralatan sebagai kelanjutan
hasil pengamatan/observasi dan penelitian secara terus
menerus serta pengkajian terhadap kemampuan intelijen
personel peralatan.
(2) Menyusun rencana kegiatan pembinaan kemampuan
bidang intelijen khususnya penyidikan kegiatan intelijen
peralatan baik kepada perorangan maupun satuan peralatan.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel pejabat
intelijen dalam organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan
melaksanakan pembinaan kemampuan intelijen peralatan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan
latar belakang pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Meningkatkan kemampuan intelijen personel peralatan
secara terbatas untuk melaksanakan kegiatan pengamanan
personel, materiil dan berita/dokumen.
(2) Menyelenggarakan kegiatan penataran intelijen dan
latihan intelijen secara terbatas melalui kegiatan latihan yang
diselenggarakan di satuan.
(3) Mengoptimalkan peran personel di satuan sebagai
badan pengumpul keterangan untuk kepentingan pelaksanaan
tugas satuan maupun pembinaan satuan.
(4) Memberikan kesempatan kepada personel di satuan
untuk mengikuti pendidikan/kursus, latihan maupun penugasan
di bidang intelijen sesuai kemampuan dan bakat yang dimiliki
dalam rangka memelihara serta meningkatkan kemampuan
intelijen baik personel maupun satuan.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara
langsung terhadap efektivitas pembinaan kemampuan intelijen
34

melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara


secara langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi
yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
kemampuan intelijen di satuan peralatan.
2) Prosedur.
a) Mengikutsertakan personel peralatan dalam pendidikan
intelijen.
b) Menyelenggarakan latihan berupa pengetahuan dan
keterampilan intelijen taktis serta penyelidikan peralatan kepada
personel dan satuan.

b. Pembinaan Kemampuan Tempur. Pembinaan kemampuan tempur


satuan peralatan bertujuan untuk mewujudkan kemampuan tempur satuan
peralatan dalam rangka mendukung kesiapan operasional satuan tempur untuk
melaksanakan operasi tempur pada tingkat strategis maupun taktis sesuai jenis
dan bentuk operasi pada berbagai karakter wilayah tugas di seluruh Indonesia.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan
kemampuan tempur sebagai kelanjutan hasil pengamatan/
observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap kemampuan tempur satuan peralatan.
(2) Menyusun materi latihan tempur yang tepat dihadapkan
dengan pelaksanaan fungsi teknis peralatan dalam kegiatan
operasi tempur.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel staf operasi dalam
organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
pembinaan kemampuan tempur serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar belakang
pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Melaksanakan kegiatan latihan program dan non
program sesuai siklus latihan peralatan secara bertahap,
bertingkat dan berlanjut guna memelihara dan meningkatkan
kemampuan tempur satuan peralatan.
35

(2) Memberikan asistensi teknis dan pengawasan di bidang


latihan kepada satuan peralatan sebagai penjabaran
pelaksanaan fungsi pembina teknis kecabangan.
(3) Melaksanakan kegiatan lomba pembinaan satuan
peralatan tingkat Paldam sampai dengan tingkat gudang guna
mengetahui tingkat kesiapan satuan.
(4) Mengikutsertakan personel maupun satuan peralatan
dalam kegiatan latihan yang bersifat latihan gabungan baik di
dalam maupun luar negeri.
(5) Mengirimkan personel peralatan dalam kegiatan Milobs
maupun kegiatan perdamaian lainnya di luar negeri.
(6) Mengirimkan personel maupun satuan peralatan dalam
penugasan operasi di dalam dan di luar negeri.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara
langsung terhadap efektivitas pembinaan kemampuan tempur satuan
peralatan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kemampuan tempur di satuan peralatan.
2) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan tempur dilaksanakan
melalui pendidikan, latihan dan penugasan.
a) Pendidikan. Disesuaikan dengan stratifikasi pendidikan di
lingkungan TNI AD baik untuk perwira, bintara dan tamtama serta
PNS terdiri dari :
(1) Pendidikan pertama (Dikma).
(2) Pendidikan pembentukan (Diktuk).
(3) Pendidikan pengembangan spesialis (Dikbangspes).
(4) Pendidikan pengembangan umum (Dikbangum).
b) Latihan. Pembinaan latihan satuan peralatan dilaksanakan
melalui tahapan latihan sebagai berikut :
(1) Latihan perorangan.
(2) Uji terampil perorangan umum.
(3) Latihan perorangan jabatan tingkat regu.
(4) Latihan satuan tingkat regu.
(5) Uji siap tempur tingkat regu.
36

(6) Latihan perorangan jabatan tingkat peleton.


(7) Latihan satuan tingkat peleton.
(8) Uji siap tempur tingkat peleton.
(9) Latihan perorangan jabatan tingkat kompi.
(10) Latihan satuan tingkat kompi.
(11) Uji siap tempur tingkat kompi.

c. Pembinaan Kemampuan Binter. Pembinaan kemampuan Binter satuan


peralatan (sebagai satuan non Kowil) mengacu kepada buku-buku petunjuk yang
dikeluarkan oleh pusat teritorial Angkatan Darat dan Sterad Mabesad dalam
melaksanakan kegiatan pembinaan kemampuan Binter.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan
kemampuan Binter sebagai kelanjutan hasil pengamatan/
observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap kemampuan Binter terbatas satuan
peralatan.
(2) Mencatat dan menghimpun data potensi peralatan
wilayah yang dapat diberdayakan bagi penyelenggaraan fungsi
peralatan dalam rangka mendukung tugas pokok satuan.
b) Pengorganisasian. Mengoorganisir personel yang memiliki
kemampuan Binter dalam organisasi kelompok kerja (Pokja) yang
akan melaksanakan pembinaan kemampuan Binter serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan
latar belakang pengalaman dan sesuai ketentuan yang berlaku di
Kowil.
c) Pelaksanaan.
(1) Meningkatkan, memelihara dan memantapkan sikap
serta kepribadian sebagai prajurit TNI AD dengan
penghayatan dan pengamalan sapta marga, sumpah prajurit
dan 8 wajib TNI dalam rangka memantapkan kemanunggalan
TNI-Rakyat yang dilakukan melalui kegiatan olah raga
bersama, gotong royong/karya bakti, siskamling bersama,
anjangsana/ silaturahmi, menghadiri undangan masyarakat
37

dan melaksanakan kegiatan keagamaan bersama masyarakat


sekitar satuan peralatan.
(2) Melaksanakan pembinaan kesadaran bernegara dan
bela negara, pembinaan wawasan kebangsaan dan
pembinaan potensi pertahanan di bidang sumber daya alam
(SDA), sumber daya buatan (SDB) dan sumber daya manusia
(SDM) serta sarana dan prasarana di lingkungan satuan non
komando kewilayahan sesuai kemampuan, situasi dan kondisi
wilayah serta lingkungan masyarakat masing-masing yang
telah dikoordinasikan dengan Satkowil setempat.
(3) Melaksanakan kegiatan Binter satuan yang
diselenggarakan oleh satuan non kowil baik berupa kegiatan
program maupun non program serta melaksanakan koordinasi
secara terus menerus dengan Satkowil di wilayah dalam setiap
pelaksanaan Binter.
(4) Membekali personel peralatan tentang kemampuan
Binter melalui pendidikan/kursus, latihan maupun penugasan
di bidang Binter.
(5) Mengalokasikan mata pelajaran Binter satuan pada
pendidikan pengembangan umum (Dikbangum) yang
diselenggarakan di Pusdikpal.

d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektifitas pembinaan kemampuan Binter, potensi
peralatan wilayah melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik
dan wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kemampuan Binter di satuan.

2) Prosedur. Prosedur kegiatan pembinaan kemampuan Binter


khususnya satuan peralatan(sebagai satuan non Kowil) mengacu kepada
buku-buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pusat territorial Angkatan Darat,
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan satuan Kowil setempat.
38

d. Pembinaan Kemampuan Dukungan. Pembinaan kemampuan dukungan


bertujuan untuk menyiapkan prajurit dan satuan peralatan dalam rangka
mendukung kesiapan operasional satuan agar mampu melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan oleh komando atas.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan
kemampuan dukungan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus menerus
serta pengkajian terhadap kemampuan dukungan satuan
peralatan.
(2) Menyusun rencana kegiatan dalam rangka menunjang
upaya dukungan pembekalan dan pemeliharaan dan
meningkatkan kemampuan dukungan peralatan kepada
satuan-satuanTNI AD.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel peralatan
dalam organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
pembinaan kemampuan dukungan pembekalan dan pemeliharaan
serta menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan
dan latar belakang pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pendidikan
kecabangan peralatan dengan manambahkan materi diplomasi
militer, teknologi industri militer, manajemen, komando
kendali komunikasi komputerisasi intelijen pengamatan dan
pengintaian (K4IPP), operasi kemanusiaan dan
penanggulangan akibat bencana alam, prosedur bantuan TNI
kepada Pemda dan Polri, serta operasi perdamaian dunia.
(2) Melaksanakan kegiatan latihan program maupun non
program yang berhubungan dengan kemungkinan pelibatan
satuan peralatan dalam tugas-tugas dukungan TNI AD.
(3) Mengirimkan personel maupun satuan peralatan dalam
penugasan operasi perdamaian dunia di bawah PBB.
(4) Menyusun dan melatihkan protap-protap satuan
peralatan yang terkait dengan pelibatan satuan peralatan
39

dalam operasi kemanusiaan, penanggulangan akibat bencana


alam, prosedur bantuan TNI kepada Pemda dan Polri.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung
terhadap efektivitas pembinaan kemampuan dukungan satuan
peralatan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kemampuan dukungan satuan peralatan kepada satuan-
satuan TNI AD.
2) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan dukungan
dilaksanakan dengan cara pengujian prosedur-prosedur tetap yang telah
dibuat dalam suatu kegiatan latihan, sehingga kemampuan yang telah
dimiliki bisa dipelihara dan ditingkatkan.

e. Pembinaan Kemampuan Fungsi. Pembinaan kemampuan fungsi


bertujuan untuk menyiapkan prajurit dan satuan peralatan dalam rangka kesiapan
operasional satuan agar mampu melaksanakan tugas-tugas dukungan TNI AD,
dengan kegiatan meliputi :
1) Pembinaan kemampuan pembekalan.
a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan fungsi pembekalan dalam mendukung
kelancaran tugas satuan.
(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel satuan
peralatan yang mempunyai kemampuan/keahlian di
bidang pembekalan.
(c) Mencatat dan menghimpun data personel
tersebut untuk mendukung upaya pembinaan
kemampuan pembekalan.
(d) Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan pembekalan sebagai suatu program yang
berkelanjutan baik perorangan maupun satuan.
40

(2) Pengorganisasian.
(a) Memilih dan menentukan pejabat penyelenggara
fungsi pembekalan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, sehingga pelaksanaan penyelenggaraan
pembekalan dapat berjalan secara optimal.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
peralatan khususnya di bidang kemampuan
pembekalan.
(3) Pelaksanaan.
` (a) Melaksanakan kegiatan pemantauan bidang
pembekalan di satuan jajarannya.
(b) Memberikan kesempatan kepada personel yang
memiliki bakat kemampuan bidang pembekalan untuk
mengikuti pendidikan spesialisasi di bidang
penyelenggaraan pembekalan.
(c) Memberikan penugasan bidang fungsi
pembekalan kepada pejabat penyelenggara pembekalan
di satuan.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan pembekalan
secara perorangan maupun satuan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan di bidang pembekalan dalam rangka
peningkatan dan penyempurnaan kegiatan yang akan
datang.
(c) Melaporkan semua permasalahan pembinaan
pembekalan yang timbul sebagai bahan masukan bagi
komando atas.

b) Prosedur. Pembinaan kemampuan pembekalan


dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
(1) Mengikutsertakan personel peralatan dalam pendidikan
pengembangan spesialisasi pembekalan baik yang
diselenggarakan oleh TNI AD atau di luar TNI AD.
41

(2) Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa


penataran pembekalan kepada seluruh anggota dalam rangka
pelaksanaan tugas satuan.
2) Pembinaan kemampuan pemeliharaan.
a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan pemeliharaan sesuai dengan tantangan
tugas yang dihadapi.
(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel satuan
peralatan yang mempunyai kemampuan/keahlian di
bidang pemeliharaan.
(c) Mencatat dan menghimpun data personel
tersebut untuk mendukung upaya pembinaan
kemampuan pemeliharaan.
(d) Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan pemeliharaan sebagai suatu program yang
berkelanjutan baik perorangan maupun satuan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Memilih dan menentukan pejabat
penyelenggaraan fungsi pemeliharaan sesuai
kemampuan yang dimiliki, sehingga pelaksanaan
penyelenggaraan pemeliharaan dapat berjalan secara
optimal.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
peralatan khususnya di bidang kemampuan
pemeliharaan.
(3) Pelaksanaan.
(a) Melaksanakan kegiatan pemantauan bidang
pemeliharaan di satuan jajarannya.
(b) Memberikan kesempatan kepada personel yang
memiliki bakat kemampuan bidang pemeliharaan untuk
mengikuti pendidikan spesialisasi di bidang
penyelenggaraan pemeliharaan.
42

(c) Memberikan penugasan bidang fungsi


pemeliharaan kepada pejabat penyelenggaraan kegiatan
pemeliharaan.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan
pemeliharaan secara perorangan maupun satuan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan di bidang pemeliharaan dalam rangka
peningkatan dan penyempurnaan kegiatan yang akan
datang.
(c) Melaporkan semua permasalahan pembinaan
pemeliharaan yang timbul sebagai bahan masukan bagi
komando atas.
b) Prosedur. Pembinaan kemampuan pemeliharaan
dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
(1) Mengikutsertakan personel peralatan dalam pendidikan
pengembangan spesialisasi pemeliharaan baik yang
diselenggarakan oleh TNI AD atau di luar TNI AD.
(2) Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
penataran pemeliharaan kepada segenap anggota kepada
seluruh anggota satuan dalam rangka pelaksanaan tugas
satuan.

18. Pembinaan Gelar. Pembinaan gelar kekuatan satuan peralatan berpedoman


kepada pokok-pokok pembinaan gelar kekuatan TNI AD yang diarahkan pada tersedianya
unsur-unsur Satbanmin diantaranya peralatan dalam rangka mendukung tugas pokok
satuan, sehingga gelar satuan peralatan di kelompokkan menjadi gelar satuan peralatan
terpusat dan gelar satuan peralatan kewilayahan.

a. Pembinaan Gelar Terpusat. Pembinaan gelar terpusat satuan-satuan


peralatan disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan operasi taktis dan
strategis satuan tempur di seluruh wilayah Indonesia, maupun sebagai penangkal
awal terhadap ancaman di daerah yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan
kewilayahan.
43

1) Proses.

a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan gelar
terpusat satuan-satuan peralatan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus menerus
serta pengkajian terhadap gelar satuan-satuan peralatan
dalam mendukung pelaksanaan tugas.
(2) Mendata gelar satuan-satuan peralatan terpusat yang
dinilai perlu diadakan penataan atau pengembangan.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel peralatan dalam
organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
pembinaan gelar terpusat satuan peralatan serta menentukan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar belakang
pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Membuat kajian tentang perlunya penataan atau
pengembangan gelar satuan-satuan peralatan terpusat
sebagai saran masukan kepada staf operasi Angkatan Darat
sebagai staf pengelola kebijakan dalam penggelaran satuandi
jajaran TNI AD.
(2) Menyusun rencana pengembangan dan gelar satuan-
satuan peralatan setiap 5 tahun di dalam rencana strategis
Ditpalad dengan berpedoman pada Minimum Essential Force
(MEF) TNI AD dan rencana strategis TNI AD.
(3) Menentukan bentuk organisasi satuan peralatan yang
mobile dalam rangka mendukung fungsi pembekalan dan
pemeliharaan dengan mempertimbangkan faktor hakekat
ancaman, modernisasi dan kemampuan pendukung yang
tersedia guna mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
(4) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,
pengembangan dan redislokasi satuan peralatan khususnya
untuk mendukung kegiatan satuan peralatan di perbatasan
sesuai dengan tahapan yang telah disusun dengan mengacu
kepada kebijakan/program dari komando atas.
44

d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


terhadap efektivitas pembinaan gelar terpusat satuan-satuan
peralatan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan gelar terpusat satuan-satuan peralatan dalam
mendukung tugas pokok satuan.
2) Prosedur. Prosedur yang digunakan dalam rangka pembinaan
gelar satuan peralatan terpusat, melalui observasi dan pengkajian secara
terus menerus dihadapkan dengan tuntutan tugas dan perkembangan
situasi, dengan prosedur sebagai berikut :
a) Rencana penataan dan pengembangan gelar satuan peralatan
harus melalui proses pengkajian secara saksama.
b) Kegiatan pembinaan harus tetap mengacu kepada
terbentuknya satuan peralatan yang profesional, efektif, efisien dan
modern.
c) Penataan/pengembangan gelar satuan peralatan harus
dilengkapi naskah akademik tentang pentingnya penataan/
pengembangan gelar satuan dihadapkan dengan tuntutan tugas dan
perkembangan situasi.
c) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.

b. Pembinaan Gelar Kewilayahan. Pembinaan gelar kewilayahan diarahkan


pada satuan-satuan peralatan sebagai bagian dari kompartemen strategis
pertahanan matra darat (Kodam-Kodam) yang disiapkan untuk mendukung
kegiatan satuan tempur mampu beroperasi secara mandiri dan berkelanjutan untuk
mencegah, menangkal dan mengatasi setiap bentuk ancaman di dalam wilayahnya
sendiri, serta bila diperlukan mampu beroperasi di luar wilayah kompartemennya.
1) Proses.
a) Perencanaan.
(1) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan gelar
kewilayahan satuan-satuan peralatan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus
serta pengkajian terhadap gelar satuan-satuan peralatan
45

dihadapkan pada hakekat ancaman yang mungkin timbul


dalam pelaksanaan tugas.
(2) Mendata gelar satuan-satuan peralatan kewilayahan
yang dinilai perlu diadakan penataan dan pengembangan.
b) Pengorganisasian. Mengorganisir personel peralatan dalam
organisasi kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan
pembinaan gelar kewilayahan serta menentukan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai kemampuan dan latar belakang pengalaman.
c) Pelaksanaan.
(1) Membuat kajian tentang perlunya penataan atau
pengembangan gelar satuan-satuan peralatan kewilayahan
sebagai saran masukan kepada staf operasi Angkatan Darat
sebagai staf pengelola kebijakan dalam penggelaran satuan di
jajaran TNI AD.
(2) Menyusun rencana pengembangan dan gelar satuan-
satuan peralatan setiap 5 tahun di dalam rencana strategis
Ditpalad dengan berpedoman pada Minimum Essential Force
(MEF) TNI AD dan rencana strategis TNI AD.
(3) Menentukan bentuk organisasi satuan peralatan yang
mobile dalam rangka mendukung fungsi pembekalan dan
pemeliharaan dengan mempertimbangkan faktor hakekat
ancaman, modernisasi dan kemampuan pendukung yang
tersedia guna mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
(4) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,
pengembangan dan redislokasi satuan peralatan khususnya
untuk mendukung kegiatan peralatan di perbatasan sesuai
dengan tahapan yang telah disusun dengan mengacu kepada
kebijakan/program dari komando atas.
d) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung
terhadap efektivitas pembinaan gelar kewilayahan satuan-satuan
peralatan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan gelar kewilayahan satuan-satuan peralatan dalam
mendukung tugas pokok satuan.
46

2) Prosedur. Prosedur yang digunakan dalam rangka pembinaan


gelar satuan peralatan kewilayahan, melalui observasi dan pengkajian
secara terus menerus dihadapkan dengan tuntutan tugas dan
perkembangan situasi dengan prosedur sebagai berikut :
a) Rencana penataan dan pengembangan gelar satuan peralatan
harus melalui proses pengkajian secara saksama.
b) Kegiatan pembinaan harus tetap mengacu kepada
terbentuknya satuan peralatan yang profesional, efektif, efisien dan
modern.
c) Penataan/pengembangan gelar satuan peralatan harus
dilengkapi dengan naskah akademik tentang pentingnya penataan/
pengembangan gelar satuan dihadapkan dengan tuntutan tugas dan
perkembangan situasi.
d) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.

BAB V
PENGGUNAAN PERALATAN

19. Umum. Pelaksanaan penggunaan peralatan difokuskan pada


pencapaian keberhasilan tugas pokok TNI AD yang disesuaikan dengan bentuk dan
macam serta kondisi daerah operasi baik dalam rangka Operasi Militer untuk Perang
(OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

20. Penggunaan Pada Operasi Militer Untuk Perang (OMP). Penggunaan bantuan
peralatandalam pola Operasi Militer untuk Perang (OMP) adalah sebagai satuan bantuan
administrasi (Satbanmin) yang mengemban tugas melaksanakan dukungan fungsi
perbekalan dan pemeliharaan materiil peralatan kepada Satpur/Satbanpur dan satuan
lainnya baik dalam bentuk operasi gabungan, operasi darat maupun operasi bantuan.

a. Pada Operasi Gabungan.


1) Operasi lintas udara. Merupakan suatu operasi gabungan yang
dilancarkan oleh satuan pelaksana udara dan satuan tugas lintas udara
beserta bantuan logistik dan peralatannya ke daerah sasaran, dengan cara
diterjunkan dan atau didaratkan serta ekstraksi dalam rangka melaksanakan
tugas taktis dan atau strategis.
47

a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi lintas udara.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi lintas udara.
b) Penggunaan.
(1) Pelibatan satuan peralatan pada babak perencanaan
dan persiapan melaksanakan pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi yang akan digunakan oleh satuan
Angkatan Darat selama pelaksanaan operasi lintas udara.
(2) Pelibatan satuan peralatan pada babak pemindahan
udara, membantu kelancaran pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi satuan lintas udara Angkatan Darat.
(3) Pelibatan satuan peralatan pada babak serbuan untuk
menjamin pembekalan dan pemeliharan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi satuan lintas udara Angkatan Darat
selama pelaksanaan serbuan.
(4) Pelibatan satuan peralatan pada babak pertahanan
tumpuan udara untuk menjamin pembekalan dan pemeliharan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi satuan Angkatan
Darat yang terlibat pada operasi lintas udara.
(5) Pengerahan personel maupun materiil peralatan dibatasi
oleh kapasitas daya angkut yang digunakan pada operasi lintas
udara.
2) Operasi pertahanan udara. Operasi pertahanan udara adalah operasi
gabungan TNI yang bersifat khusus dalam rangka menggagalkan serangan
musuh dan mewujudkan keunggulan udara serta pencegahan dan
penanggulangan akibat serangan udara lawan. Opshanud diselenggarakan
oleh Kohanudnas dengan satuan udara TNI AU sebagai kekuatan inti dan
satuan darat serta satuan laut sebagai usur perkuatan dalam keadaan
tertentu operasi ini dapat/perlu melibatkan unsur Polri dan instansi sipil
yang memiliki kemampuan Hanud Pasif.
48

a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
udara.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
udara.
b) Penggunaan.
(1) Operasi pertahanan udara aktif.
(a) Pelibatan satuan peralatan pada tahap deteksi,
melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
pertahanan udara aktif.
(b) Pelibatan satuan peralatan pada tahap
identifikasi, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi pertahanan udara aktif.
(c) Pelibatan satuan peralatan pada tahap
penindakan, menjamin pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi satuan Angkatan Darat yang
terlibat pada operasi pertahanan udara aktif.
(2) Operasi pertahanan udara pasif.
(a) Pelibatan satuan peralatan pada tahap pemberian
bahaya udara, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi pertahanan udara pasif.
(b) Pelibatan satuan peralatan pada tahap
penanggulangan akibat serangan udara, menjamin
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan
49

optik serta munisi bagi satuan Angkatan Darat yang


terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan udara
pasif.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
pertahanan udara dibatasi pada dukungan asistensi
teknik dan pemeriksaan teknis serta dukungan
munisi/rudal Arhanud dan pemeliharaan rudal sampai
dengan tingkat III terbatas.
3) Operasi pertahanan pantai. Operasi pertahanan pantai adalah
operasi gabungan yang diselenggarakan oleh satuan laut, udara, dan darat
dalam rangka mempertahankan daerah pantai tertentu dari serangan
amphibi musuh.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
pantai.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
pantai.
b) Penggunaan.
(1) Pelibatan satuan peralatan pada tahap perencanaan dan
persiapan melalui perencanaan dan penyiapan pembekalan
dan pemeliharaan yang akan digunakan oleh satuan Angkatan
Darat selama pelaksanaan operasi pertahanan pantai.
(2) Pelibatan satuan peralatan pada tahap pelaksanaan
untuk menjamin pembekalan dan pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi satuan Angkatan Darat yang
terlibat operasi pertahanan pantai.
(3) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi
pertahanan pantai dibatasi pada pembekalan materiil
peralatan, asistensi teknik dan pemeriksaan teknis serta
pemeliharaan materiil sampai tingkat II.
50

4) Operasi darat gabungan. Operasi darat gabungan adalah operasi


gabungan yang dilaksanakan oleh satuan darat, satuan laut dan satuan
udara dalam rangka merebut dan menguasai kembali wilayah yang telah
dikuasai musuh atau pertahanan wilayah dari serangan musuh.
a) Serangan.
(1) Sasaran
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi serangan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang handal
untuk mendukung daya gerak dan daya tembak
khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi serangan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat pasukan
berada di daerah persiapan melaksanakan pembekalan
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi
serangan.
(b) Pengerahan satuan peralatan mulai pasukan
penyerang bergerak dari daerah persiapan sampai
dengan serbuan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan materiil peralatan sesuai dengan titik berat
dan dinamika operasi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi serangan.
b) Pertahanan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya
pasukan pengaman sebelum kontak dengan musuh
sampai dengan pelaksanaan serangan balas.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
51

mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya


pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur musuh
yang mendekat/menerobos daerah pertahanan.
(2) Penggunaan.
(a) Penggunaan satuan peralatan saat musuh berada
di depan dan daerah pengamanan, memberikan
pembekalan senjata dan optik serta munisi untuk satuan
pengaman dan bantem satuan Angkatan Darat dalam
menahan gerak maju musuh.
(b) Penggunaan satuan peralatan saat musuh
menerobos inti pertahanan dan serangan balas,
memberikan pembekalan dan pemeliharaan senjata dan
optik serta munisi untuk satuan Angkatan Darat dalam
menghentikan dan menghancurkan penerobosan musuh.
c) Pemindahan ke belakang.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi pemindahan ke belakang.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi pemindahan ke belakang.
(2) Penggunaan.
(a) Lepas libat.
i) Pelibatan satuan peralatan dalam lepas libat
tanpa tekanan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan senjata dan optik serta munisi untuk
satuan Angkatan Darat yang terlibat pelaksanaan
lepas libat.
ii) Pelibatan satuan peralatan dalam lepas libat
dengan tekanan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan senjata dan optik serta munisi untuk
52

satuan Angkatan Darat yang terlibat pemutusan


tempur selama pelaksanaan lepas libat.
(b) Aksi hambat.
i) Penggunaan satuan peralatan saat musuh
berada di depan dan daerah pengamanan,
melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
senjata dan optik serta munisi untuk satuan
pengaman dan Bantem Angkatan Darat dalam
menahan gerak maju musuh.
ii) Penggunaan satuan peralatan saat musuh
menembus garis hambat pertama sampai dengan
garis hambat akhir, melaksanakan pembekalan
dan pemeliharaan senjata dan optik serta munisi
satuan Angkatan Darat dalam menghentikan dan
menghancurkan gerak maju musuh.
(c) Meningkatkan musuh.
i) Pelibatan satuan peralatan saat pasukan
masih dekat dengan kedudukan musuh,
melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
senjata dan optik serta munisi untuk melemahkan
daya tempur musuh yang menghambat
pemunduran satuan Angkatan Darat.
ii) Pelibatan satuan peralatan saat pasukan
sudah menjauh dari kedudukan musuh,
melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
senjata dan optik serta munisi untuk kelancaran
pemunduran satuan Angkatan Darat.
d) Penggabungan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi selama penggabungan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
53

meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan


memperlemah daya tempur musuh khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi.
(2) Penggunaan.
(a) Penggunaan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk
kelancaran operasi penggabungan yang dilaksanakan.
(b) Pelibatan satuan peralatan dalam operasi
penggabungan, terbatas pada pembekalan kendaraan
senjata dan optik serta munisi, asistensi teknik dan
pemeriksaan teknis serta pemeliharaan materiil sampai
tingkat II.
e) Pergantian.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang handal
untuk mendukung daya gerak dan daya tembak
khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi selama pergantian.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
dalam meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk
kelancaran operasi selama proses pergantian.
(b) Pelibatan satuan peralatan selama proses
pergantian, melaksanakan dukungan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
54

sesuai dengan rencana pergantian dan kebutuhan taktik


di lapangan untuk keberhasilan pelaksanaan pergantian.

5) Operasi pendaratan administrasi. Operasi pendaratan administrasi


adalah merupakan operasi pemindahan kekuatan satuan darat beserta
peralatannya dari titik embargasi melalui laut didaratkan ditumpuan pantai
yang telah dikuasai.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
daya gerak dan daya tembak khususnya bagi satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi selama operasi
pendaratan administrasi.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
musuh khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi pendaratan administrasi.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap perencanaan
dan persiapan, melaksanakan pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi untuk kelancaran operasi pendaratan
administrasi.
(2) Pelibatan satuan peralatan selama proses pergantian,
melaksanakan dukungan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi sesuai dengan
rencana kebutuhan taktik di lapangan untuk keberhasilan
pelaksanaan operasi pendaratan administrasi.

b. Pada Operasi Darat.


1) Operasi tempur. Operasi tempur merupakan suatu kegiatan,
tindakan, dan usaha secara berencana dengan menitikberatkan
penggunaan sistem senjata teknologi untuk menghancurkan musuh.
a) Operasi serangan. Merupakan bagian dari operasi tempur
yang memadukan antara manuver dan tembakan dalam rangka
menyerang musuh guna memperoleh suatu keputusan.
55

(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya
bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi selama operasi serangan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi serangan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat pasukan
berada di daerah persiapan melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
satuan yang terlibat dalam operasi serangan, dengan
prioritas untuk pasukan penyerang.
(b) Pengerahan satuan peralatan mulai pasukan
penyerang bergerak dari daerah persiapan sampai
dengan serbuan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
sesuai dengan titik berat dan dinamika operasi dalam
rangka mendukung keberhasilan serangan.

b) Operasi pertahanan. Operasi pertahanan merupakan


bagian dari operasi tempur yang memadukan antara medan dan
tembakan untuk menghambat, menahan dan menghancurkan
gerakan dan serangan musuh.
(1) Operasi pertahanan daerah. Merupakan suatu
pertahanan yang menitikberatkan kepada usaha pertahanan
medan tertentu dengan menempatkan sebagian besar unsur-
unsur tempurnya secara melebar di daerah pertahanan depan
untuk menghentikan/menggagalkan, melumpuhkan serangan
musuh.
56

(a) Sasaran.
i) Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
pertahanan daerah mulai pasukan pengaman
belum kontak dengan musuh sampai dengan
pelaksanaan serangan balas.
ii) Terselenggaranya sistem pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi yang efektif dalam meningkatkan daya
tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya
tempur musuh yang mendekat/menerobos daerah
pertahanan.
(b) Penggunaan.
i) Pengerahan satuan peralatan pada saat
pasukan pengaman sebelum kontak dengan
musuh, melaksanakan pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
satuan yang terlibat dalam operasi pertahanan.
ii) Pengerahan satuan peralatan mulai
pasukan pengaman kontak dengan musuh
sampai dengan serangan balas, melaksanakan
dukungan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi dengan
prioritas dukungan bagi pasukan di inti
pertahanan dalam rangka menggagalkan
serangan musuh.
(2) Operasi pertahanan mobil. Merupakan suatu
pertahanan yang menitikberatkan kepada suatu pertahanan di
daerah dengan mengutamakan mobilitas dan menghancurkan
musuh di daerah yang telah disiapkan.
(a) Sasaran.
i) Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
57

handal untuk mendukung daya gerak dan daya


tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
pertahanan mobil mulai pasukan pengaman
belum kontak dengan musuh sampai dengan
pelaksanaan serangan balas.
ii) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
efektif dalam meningkatkan daya tempur pasukan
sendiri dan memperlemah daya tempur musuh
yang mendekat/menerobos daerah pertahanan.
(b) Penggunaan.
i) Pengerahan satuan peralatan pada saat
pasukan pengaman sebelum kontak dengan
musuh, melaksanakan pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
satuan yang terlibat dalam operasi pertahanan
mobil.
ii) Pengerahan satuan peralatan mulai
pasukan pengaman kontak dengan musuh
sampai dengan serangan balas, melaksanakan
dukungan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi,
dengan prioritas dukungan bagi pasukan
cadangan yang menuntut mobilitas dalam rangka
menggagalkan serangan musuh.
c) Operasi pergantian. Operasi pergantian merupakan bagian
dari operasi tempur yang dilaksanakan melalui suatu operasi
pergantian tugas dan tanggung jawab suatu pasukan di daerah
pertempuran.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi pergantian.
58

(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan


kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
dalam memelihara dan meningkatkan daya tempur
pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur musuh
selama operasi pergantian.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi
kelancaran operasi pergantian.
(b) Pelibatan satuan peralatan selama proses
pergantian, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
sesuai dengan rencana pergantian dan kebutuhan taktik
di lapangan bagi keberhasilan pelaksanaan pergantian.

d) Operasi dalam kondisi khusus. Operasi dalam kondisi


khusus merupakan bagian dari operasi tempur yang dihadapkan
pada kondisi yang memerlukan penggunaan satuan dan peralatan
secara khusus. kondisi khusus ini berupa keadaan medan yang
dihadapi karena alam, benda buatan manusia atau lingkungan
cuaca sehingga sifat daerah operasi mempunyai karakter tersendiri.
(Jenisnya operasi di daerah perkubuan, operasi di daerah bangunan,
operasi di daerah pegunungan, operasidi daerah hutan rimba, operasi
di daerah rawa dan operasi di daerah sungai).
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat pada
operasi dalam kondisi khusus sesuai tingkat kesulitan
medan dan manuver pasukan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
dalam meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
59

(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tingkat
menghancurkan pasukan keamanan dan pengawasan
musuh adalah menjamin pelaksanaan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi pasukan
penyerang dan unsur bantuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tingkat
Penerobosan sampai dengan bombardermen adalah
menjaga kelancaran pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
pasukan bagi keberhasilan operasi secara keseluruhan.
e) Operasi dengan pengaruh Nubika. Operasi dengan pengaruh
Nubika merupakan bagian dari operasi tempur yang dilaksanakan untuk
menghindari pengaruh akibat ledakan atau penyebaran senjata-senjata
nuklir, biologi dan kimia.

(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi dengan pengaruh Nubika.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam memelihara
dan meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh selama operasi dengan
pengaruh Nubika.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap perencanaan
dan persiapan, melaksanakan pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi untuk seluruh satuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pengakhiran,
melaksanakan pemeriksaan materiil kendaraan, senjata dan
optik serta munisi kepada satuan yang terlibat dalam operasi
pengaruh Nubika.
f) Operasi Pernika. Operasi Pernika merupakan bagian operasi
tempur untuk mengadu kekuatan dan keahlian dengan pancaran
60

gelombang elektromagnetik oleh pihak-pihak yang bermusuhan untuk


mencapai keunggulan di medan perang dengan cara elektronis dan atau
fisik secara aktif atau pasif guna mengurangi dan atau meniadakan
efektivitas serta kekuatan/kemampuan elektronika pihak lain.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi Pernika.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam memelihara
dan meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh selama operasi Pernika.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
satuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pengakhiran, melaksanakan pemeriksaan materiil
kendaraan, senjata dan optik serta munisi kepada
satuan yang terlibat dalam operasi Pernika.
g) Operasi mobil udara. Operasi mobil udara adalah merupakan
bagian dari operasi tempur yang dilaksanakan untuk
menghancurkan kekuatan musuh di darat dengan menggunakan
sarana pesawat helikopter.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi mobil udara mulai fase persiapan
(pengintaian udara) sampai dengan fase serbuan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
dalam meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
61

memperlemah daya tempur musuh sebagai sasaran


operasi Mobud.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat fase
persiapan, mendukung sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi untuk seluruh satuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada saat fase
pemuatan, pemindahan udara dan serbuan mendukung
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi kepada satuan yang terlibat dalam
operasi mobil udara.
h) Operasi gerilya. Operasi gerilya merupakan bagian dari
operasi tempur, dilaksanakan oleh satuan-satuan kecil dengan
peralatan yang terbatas untuk menghadapi kekuatan musuh yang
lebih kuat.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi gerilya.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik dan munisi yang efektif
dalam meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
serangan/penyergapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi gerilya.

(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap


penghadangan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
untuk mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi gerilya.
62

i) Operasi lawan insurjensi. Operasi lawan insurjensi adalah


operasi yang bertujuan untuk menumpas pemberontakan bersenjata
dan separatis bersenjata di dalam negeri dalam rangka
mengembalikan kewibawaan pemerintah di daerah.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi lawan insurjensi.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
dalam meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur lawan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat
membangun basis operasi, mendukung pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada saat
pemisahan sampai dengan penghancuran, menjamin
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi pasukan serta menghilangkan daya
tempur kelompok insurjen.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
lawan insurjen terbatas pada dukungan materiil
peralatan dan pemeliharaan materiil sampai tingkat II.
j) Operasi khusus. Operasi khusus adalah bagian dari operasi
tempur yang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas
khusus.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi khusus.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
63

dalam meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan


memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
serangan/penyergapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi khusus.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penghadangan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
untuk mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi khusus.
2) Operasi intelijen.
a) Penyelidikan. Penyelidikan adalah semua usaha , pekerjaan
dan kegiatan yang dilakukan secara terarah dan terencana yang
meliputi perencanaan, pengumpulan, pengolahan bahan-bahan
keterangan sebagai dasar pembuatan perencanaan, pengambilan
keputusan dan tindakan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
satuan yang bersangkutan.
b) Pengamanan. Pengamanan adalah semua usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang dilakukan secara terarah dan terencana untuk
mencegah dan menanggulangi kegiatan intelijen lawan serta
mencegah kerugian akibat bencana atau akibat kerawanan pihak
sendiri.
c) Penggalangan. Penggalangan adalah segala usaha
pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara terencana dan
terarah untuk suatu tujuan strategis, dengan cara yang tertutup guna
menciptakan atau merubah suatu kondisi yang dikehendaki.
Pada operasi penggalangan satuan topografi tidak terlibat karena
tidak memiliki kemampuan dalam penggalangan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi intelijen.
64

(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan


kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan operasi
intelijen.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dalam kegiatan
observasi/pengamatan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(b) Pengerahan satuan peralatan dalam kegiatan
penelitian dan penyelidikan melaksanakan pembekalan
dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi.
3) Operasi teritorial. Operasi teritorial merupakan operasi yang
dilaksanakan oleh satuan militer dengan sasaran, waktu, tempat, dan
dukungan logistik yang telah ditetapkan sebelumnya melalui perencanaan
terinci untuk mencapai suatu tugas secara khusus yang ditetapkan atas
dasar perintah dari komando atas yang berwenang dalam rangka
menegakkan dan memelihara kewibawaan pemerintahan.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi teritorial.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan operasi teritorial.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
teritorial.
(2) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
65

Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi


teritorial.

c. Pada Operasi Bantuan.


1) Operasi bantuan intelijen. Operasi bantuan intelijen merupakan
operasi yang dilaksanakan oleh satuan intelijen TNI AD dalam bentuk
pemberian intelijen strategis dan taktis kepada satuan lainnya yang
membutuhkan.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan intelijen.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
musuh.
b) Penggunaan.
(1) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi bantuan
intelijen strategis untuk mendapatkan informasi tentang
sembilan komponen strategis meliputi geografi, sejarah, politik,
ekonomi, sosial, Ilpengtek, transportasi dan telekomunikasi,
biografi serta militer.
(2) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi bantuan
intelijen taktis dilaksanakan untuk mendapatkan informasi
tentang cuaca, medan dan musuh guna memperoleh indikasi
mengenai kemampuan, kerawanan, kemungkinan cara
bertindak dan niat lawan yang bernilai taktis.
(3) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi bantuan
intelijen teknis untuk memperoleh informasi tentang
perkembangan teknologi yang dimiliki musuh serta melakukan
kontra intelijen teknis.
2) Operasi bantuan perlindungan. Operasi bantuan perlindungan
adalah operasi yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka
mengamankan tujuan dan sasaran operasi dan atau meningkatkan
keberhasilan tugas pokok.
66

a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan perlindungan.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
musuh.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap penyusupan
dan perembesan, melaksanakan pembekalan kendaraan,
senjata dan optik khusus bagi agen penggalangan dan
melaksanakan monitoring dan observasi terhadap obyek
penggalangan.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pencerai-
beraian melaksanakan pengelabuan terhadap obyek
penggalangan.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pengingkaran
sampai dengan penggabungan, melaksanakan propaganda
terhadap obyek penggalangan.
3) Operasi bantuan Raid. Operasi bantuan Raid adalah operasi yang
dilakukan oleh satuan TNI AD untuk melaksanakan penghancuran,
pembebasan tawanan, pelolosan (personel/materiil) dan penculikan
terhadap sasaran strategis terpilih diluar kemampuan satuan yang dibantu
sesuai dengan permintaan dari satuan yang melaksanakan operasi.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan Raid.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
musuh.
67

b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dalam operasi bantuan
raider bersifat kenyal sesuai kebutuhan di lapangan.
(2) Penggunaan satuan peralatan diarahkan untuk
mendukung pendadakan sebagai ciri dari operasi raider.
4) Operasi bantuan tembakan. Operasi bantuan tembakan adalah
operasi yang dilakukan oleh satuanTNI AD berupa bantuan tembakan
kepada satuan lain yang melakukan operasi sesuai dengan permintaan.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan tembakan.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
musuh.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap penyusupan
dan perembesan melaksanakan pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi bagi agen penggalangan dan
melaksanakan monitoring dan observasi terhadap obyek
penggalangan.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pencerai-
beraian melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pengingkaran
sampai dengan penggabungan melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
5) Operasi bantuan SAR tempur. Operasi bantuan SAR tempur
merupakan operasi bantuan yang dilakukan dalam rangka penyelamatan
dan evakuasi kepada satuan yang melaksanakan operasi.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
68

satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan


operasi bantuan SAR tempur.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
musuh.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap penyusupan
dan perembesan, melaksanakan pembekalan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi agen
penggalangan.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pencerai-
beraian, melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pengingkaran
sampai dengan penggabungan, melaksanakan pembekalan
dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
6) Operasi bantuan teritorial. Operasi bantuan teritorial
merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh Kowil dalam rangka
mendukung satuan yang beroperasi di satu wilayah berupa keterangan atau
data, tenaga/kegiatan, meteriil jasa guna memperkuat dan meningkatkan
kemampuan Komponen utama.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan teritorial.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan teritorial.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
69

Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi


teritorial.
(2) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
teritorial.
7) Operasi bantuan Pernika. Operasi bantuan Pernika adalah operasi
bantuan yang dilakukan dalam rangka melumpuhkan daya tempur lawan
dan memperbesar daya tempur sendiri dalam bidang elektronika.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan Pernika.

(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan Pernika.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan Pernika.
(2) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan Pernika.
8) Operasi bantuan angkutan. Operasi bantuan angkutan merupakan
operasi bantuan yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka
memberikan bantuan angkutan kepada satuan yang sedang melakukan
operasi untuk melaksanakan gerakan pemindahan personel, materiil/alat
peralatan, dan perbekalan militer, serta memberikan bantuan angkutan
70

kepada pemerintah maupun Polri atas permintaan sesuai dengan


perundang-undangan yang berlaku.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan Angkutan.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan angkutan.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap perencanaan
dan persiapan adalah melaksanakan pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang akan digunakan oleh unsur
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi bantuan angkutan.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pelaksanaan
adalah menjamin pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik
serta munisi satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi
Bantuan Angkutan, mulai dari tempat embarkasi sampai
dengan tempat debarkasi.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada operasi bantuan
angkutan terbatas pada dukungan materiil peralatan dan
pemeliharaan materiil sampai dengan tingkat II.
9) Operasi bantuan keamanan. Operasi bantuan keamanan merupakan
operasi bantuan yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD guna memberikan
bantuan keamanan kepada satuan/pemerintah maupun Polri atas
permintaan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi bantuan keamanan.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
71

daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur


musuh.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan keamanan.
(2) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan keamanan.

21. Penggunaan Pada Operasi Militer Selain Perang.

a. Operasi Militer Selain Perang yang Bersifat Tempur.


1) Operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata. Operasi mengatasi
gerakan separatis bersenjata adalah segala usaha kegiatan menghadapi
gerakan bersenjata melawan pemerintah, yang bertujuan memisahkan diri
dari kesatuan Republik Indonesia dan berakibat mengancam kedaulatan
negara, keutuhan wilayah serta keselamatan bangsa.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
separatis bersenjata.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
72

Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi


mengatasi gerakan separatis bersenjata.
(2) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi gerakan separatis bersenjata.
2) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata. Operasi mengatasi
pemberontakan bersenjata adalah segala usaha dan kegiatan untuk
menghadapi gerakan bersenjata melawan pemerintah yang sah, dan
berakibat mengancam kedaulatan negara atau keutuhan wilayah atau
keselamatan bangsa.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pemberontak bersenjata.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi pemberontakan bersenjata.
(2) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi pemberontakan bersenjata.
3) Operasi mengatasi aksi terorisme. Operasi mengatasi aksi terorisme
adalah segala usaha dan kegiatan untuk menghadapi semua tindakan
kejahatan dengan cara kekerasan secara sistematis, yang tidak
mengindahkan norma-norma kemanusiaan, bermotifkan kejahatan luar
73

biasa yang memiliki jaringan internasional, dan yang dapat mengancam


kedaulatan negara dan keselamatan bangsa.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk mendukung
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi mengatasi aksi terorisme.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
teroris.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap penangkalan,
mendukung pendataan aspek geografi, demografi dan kondisi
sosial yang terkait dengan aksi terorisme serta melaksanakan
pembinaan terhadap seluruh potensi disetiap lapisan
masyarakat yang dapat dimanfaatkan kelompok teroris.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada tahap penindakan,
mendukung pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi untuk Sat Gultor TNI dan pasukan dalam proses
evakuasi sandera.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada tahap rehabilitasi,
mendukung pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam proses
rehabilitasi.
4) Operasi mengamankan wilayah perbatasan. Operasi mengamankan
wilayah perbatasan adalah segala usaha dan kegiatan untuk menjamin
tegaknya kedaulatan wilayah negara diperbatasan darat, laut dan udara
dengan negara lain, dari segala bentuk ancaman dan pelanggaran,
termasuk kegiatan-kegiatan survei dan pemetaan.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
wilayah perbatasan darat.
74

(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang mengganggu stabilitas keamanan di daerah
wilayah perbatasan darat.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan pada tahap perencanaan
dan persiapan, mendukung pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi yang akan digunakan oleh satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
wilayah perbatasan darat.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pelaksanaan,
memberikan dukungan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna kelancaran dan
keberhasilan satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
operasi pengamanan wilayah perbatasan darat.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
pengamanan wilayah perbatasan darat terbatas pada
dukungan materiil peralatan dan pemeliharaan sampai dengan
tingkat II.
5) Operasi mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.
operasi mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis adalah
segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin keamanan objek vital
nasional yang bersifat strategis dari berbagai bentuk ancaman.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
objek vital nasional yang bersifat strategis.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang mengganggu objek vital nasional yang
bersifat strategis.
b) Penggunaan.
75

(1) Pengerahan satuan peralatan pada pengamanan


preventif, mendukung pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi yang akan digunakan oleh satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan objek vital
nasional yang bersifat strategis.
(2) Pengerahan satuan peralatan pada pengamanan
represif, mendukung pembekalan kendaraan, senjata dan optik
serta munisi guna kelancaran dan keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
objek vital nasional yang bersifat strategis.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategi
terbatas pada dukungan materiil peralatan dan pemeliharaan
sampai dengan tingkat II.
6) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri. Operasi melaksanakan tugas perdamaian
dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri adalah tugas-tugas yang
dilaksanakan TNI atas nama Indonesia untuk kepentingan perdamaian
regional atau internasional, di bawah bendera PBB atau organisasi
internasional lain.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi melaksanakan
tugas perdamaian dunia.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang mengganggu perdamaian dunia.
b) Penggunaan.
(1) Penggunaan satuan peralatan pada tahap perencanaan
dan persiapan adalah menyiapkan sarana peralatan dan
personel (operator, teknisi) baik pembekalan keterampilan
teknis peralatan maupun bahasa asing.
76

(2) Pengerahan satuan peralatan pada pelaksanaan


operasi perdamaian dunia, terbatas pada dukungan materiil
peralatan dan pemeliharaan materiil sampai dengan tingkat II.

7) Operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta


keluarganya. Operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta
keluarganya adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin
keselamatan very-very important person (VVIP) dari berbagai bentuk
ancaman.

a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
Presiden dan Wapres RI beserta keluarganya.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi
mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta keluarganya.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta
keluarganya.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI
beserta keluarganya.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta keluarganya
terbatas pada dukungan materiil peralatan dan pemeliharaan
sampai dengan tingkat II.
77

8) Operasi mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan


perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia. Operasi mengamankan
tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang sedang
berada di Indonesia adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka
menjamin keselamatan very-very important person (VVIP) asing dari
berbagai bentuk ancaman.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan asing
yang sedang berada di Indonesia.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi mengamankan tamu negara setingkat
kepala negara dan perwakilan asing yang sedang berada di
Indonesia.
(3) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia. terbatas
pada dukungan materiil peralatan dan pemeliharaan sampai
dengan tingkat II.
78

b. Operasi Militer Selain Perang Yang Bersifat Non Tempur.


1) Operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya. Operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya adalah segala usaha kegiatan pembinaan wilayah dan
potensi sumber daya pertahanan nasional sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi memberdayakan
wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi
memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukungnya.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi memberdayakan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya.
2) Operasi membantu pemerintah di daerah. operasi membantu
pemerintah di daerah adalah segala usaha kegiatan mendukung dan atau
memperlancar program yang dilaksanakan oleh pemerintah/otoritas sipil
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan rakyat.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
79

Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu


pemerintah di daerah.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi membantu
pemerintah di daerah.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi membantu pemerintah di daerah.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi operasi membantu pemerintah di daerah.
3) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang.
Adalah segala usaha dan kegiatan mendukung dan atau memperlancar
program yang dilaksanakan oleh Polri dalam rangka keamanan dan
ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
kepolisian negara RI dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi membantu
kepolisian negara RI dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
80

akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat


dalam operasi membantu kepolisian negara RI dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu kepolisian negara RI dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.
4) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian. Adalah segala usaha
dan kegiatan dalam rangka membantu menanggulangi bencana yang
diakibatkan oleh bencana alam dan bencana lainnya, seperti gunung
meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, luapan lumpur dan
sebagainya.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu menanggulangi akibat
81

bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan


kemanusiaan.
5) Operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaaan
(SAR). Adalah segala usaha dan kegiatan untuk membantu
menanggulangi bencana yang diakibatkan bencana alam atau bencana
lainnya, seperti kecelakaan transportasi dan sebagainya.
a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (SAR).
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (SAR).

6) Operasi membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan


penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
Adalah segala usaha dan kegiatan untuk menjamin terciptanya kondisi laut
dan udara yang aman serta bebas dari ancaman kekerasan, ancaman
navigasi, ancaman terhadap sumber daya alam, pencemaran dan
perusakan ekosistem serta pelanggaran terhadap hukum nasional maupun
internasional di wilayah laut dan udara yurisdiksi nasional.
82

a) Sasaran.
(1) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
(2) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam meningkatkan
daya tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya tempur
pihak-pihak yang menghambat pelaksanaan operasi membantu
pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
b) Penggunaan.
(1) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.
(2) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi guna
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu pemerintah dalam
pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

BAB VI
TATARAN KEWENANGAN

22. Umum. Guna menjamin kelancaran pelaksanaan tugas peralatan perlu diatur
tataran kewenangan dalam pelaksanaan pembinaan dan penggunaan peralatan AD diatur
sesuai dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI AD mulai dari tingkat pusat,
Kotama sampai dengan tingkat satuan.
83

23. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

a. Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Peralatan. Wewenang


dan tanggung jawab pembinaan peralatan di tingkat pusat berada pada Kepala
Staf TNI AD, meliputi :
1) Menentukan kebijakan dan strategi pembinaan peralatan AD sesuai
dengan peran, tugas dan fungsi peralatan.
2) Menentukan kebijakan umum penyelenggaraan peralatan yang
disesuaikan dengan sistem pembinaan materiil dan Alutsista (Sisbinmat)
TNI AD, kebutuhan organisasi, kesiapan anggaran negara serta kebijakan
pemerintah dan kebijakan komando lainnya.
3) Menentukan kebijakan tentang pembinaan fungsi perbekalan dan
pemeliharaan materiil peralatan.
4) Menentukan kebijakan tentang pembinaan kemampuan, kekuatan
dan gelar satuan peralatan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Peralatan. Wewenang


dan tanggung jawab penggunaan peralatan di tingkat pusat berada pada
Panglima TNI.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis dalam penyelenggaraan peralatan di tingkat pusat berada pada
Direktur Peralatan Angkatan Darat (Dirpalad), meliputi :
1) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis kesiapan
bagi satuan peralatan yang disesuaikan dengan peran, tugas dan fungsi
peralatan.
2) Menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan teknis peralatan.
3) Mengadakan koordinasi dengan institusi dari pihak terkait di luar TNI
AD dalam hal penelitian dan pengembangan materiil peralatan atas
persetujuan pimpinan TNI AD.
4) Menyelenggarakan pembinaan peralatan melalui pembinaan
perbekalan dan pemeliharaan materiil peralatan.
5) Menyelenggarakan pembinaan peralatan melalui pembinaan
kekuatan, kemampuan dan gelar satuan peralatan.
6) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan peralatan serta melaporkan
kepada Kasad.
84

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT).


LKT atas penyelenggaraan fungsi peralatan di jajaran TNI AD berada pada
Dirpalad dalam hal penentuan dan pemberian petunjuk asistensi teknis, intelijen
teknis dan pengawasan teknis peralatan.

24. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.

a. Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Peralatan. Wewenang


dan tanggung jawab pembinaan peralatan di tingkat Kotama berada pada
Panglima Kotama, meliputi :
1) Menyusun dan merumuskan program penyelenggaraan latihan
satuan peralatan.
2) Menentukan kebijaksanaan umum penyelenggaraan peralatan di
wilayah Kotama binaannya yang disesuaikan dengan sistem pembinaan
materiil dan Alutsista (Sisbinmat) TNI AD, kebutuhan organisasi, kesiapan
anggaran negara serta kebijakan pemerintah dan kebijakan komando
lainnya.
3) Membina dan memelihara kesiapsiagaan operasional materiil
peralatan.
4) Mengendalikan, mengevaluasi, mengawasi dan melaporkan kesiapan
materiil Peralatan kepada Kasad tembusan Dirpalad.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan. Wewenang dan


tanggung jawab penggunaan peralatan di tingkat Kotama menjadi tanggung jawab
Panglima Kotama sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Panglima TNI.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan peralatan di tingkat Kotama berada pada kepala
peralatan Kotama.
1) Menyusun rencana dan program penyelenggaan teknis kesiapan
materiil dan satuan peralatan yang disesuaikan dengan peran, tugas dan
fungsi peralatan.
2) Menyelenggarakan pembinaan peralatan melalui pembinaan latihan,
materiil peralatan dan pembinaan lainnya yang berkaitan dengan teknis
peralatan.
RAHASIA
85
85
3) Melaksanakan supervisi teknis bidang peralatan terhadap satuan di
jajaran/wilayahnya dan mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan pembinaan
dan penggunaan peralatan di wilayahnya.
4) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan peralatan serta melaporkan
kepada Panglima Kotama tembusan Dirpalad selaku pembina fungsi
peralatan.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT).


Secara hierarki Dirpalad mendelegasikan pelaksanaan LKT di daerah kepada
kepala peralatan Kotama.

25. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.


a. Sebagai pelaksana fungsi peralatan di tingkat satuan.
b. Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemeliharaan materiil di satuan
sesuai ketentuan yang berlaku khususnya di bidang prosedur dan administrasi.
c. Mengadakan koordinasi dengan pembina materiil setempat (area service)
dalam pelaksanaan pemeliharaan materiil peralatan di satuannya.
d. Melaporkan secara hierarki tentang kondisi materiil peralatan di satuannya
kepada kepala peralatan setempat.

BAB IV
PENUTUP

26. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran dan
dijadikan pedoman bagi Gadik dan Serdik dalam proses belajar mengajar tentang
Pengetahuan Kecabangan Peralatan.

Direktur Peralatan Angkatan Darat,

Subagyo, S.E., M.M.


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai