Anda di halaman 1dari 49

RAHASIA

KODIKLAT ANGKATAN DARAT Lamp III Kep Danpusenif Kodiklatad


PUSATKESENJATAN INFANTERI Nomor Kep/56/XII/2018
Tanggal 6 Desember 2018

DINAS STAF-2/OPERASI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Dalam suatu organisasi militer terdapat unsur-unsur pokok yaitu unsur


pimpinan, unsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksana. Unsur pembantu
pimpinan lebih kita kenal dengan sebutan Staf. Staf Operasi adalah staf yang
membantu Komandan dengan kewajiban dalam bidang organisasi, latihan dan
operasi.

b. Tugas dan tanggung jawah Staf-2/Operasi dalam mengorganisir,


mengoperasionalkan satuan saat ini makin sulit dan kompleks dengan adanya
perkembangan situasi serta adanya perkembangan alutsista yang menuntut
kemampuan yang handal dalam mengatur dan meorganisir stuan sehingga dapat
menjawab tuntutan Tugas di masa yang akan datang.

c. Guna memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada para perwira


siswa tentang Dinas Staf-2/Operasi, maka perlu disusun Naskah Sekolah tentang
Dinas Staf-2/Operasi yang dapat dipedomani oleh perwira siswa dan Tenaga
Pendidik dalam Pendidikan Perwira TNI AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan


salah satu bahan ajaran bagi Pendidikan Perwira TNI AD.

b. Tujuan. Agar Perwira Siswa memahami dan mampu menerapkan dinas


staf-2/ops dalam pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Sekolah ini dibatasi dengan pokok
bahasan sesuai dengan kurikulum meliputi tugas dan fungsi staf-2/Ops, Analisa Tugas,
Perintah Operasi, oleat operasi dan peta induk, oleat bantem dan pendel yang disusun
dengan tata urut sebagai berikut:

a. Pendahuluan.
b. Tugas dan Fungsi Staf-2/Operasi.
c. Analisa Tugas Staf Operasi.
d. Perintah Operasi.
e. Susunan Tugas
f. Oleat Operasi
g. Pendel.
h. Peta Induk.

RAHASIA
2

i. Penutup.
4. Pengertian.

a. Operasi Militer. Adalah pelaksanaan tugas militer sesuai dengan


rencana dalam ruang dan waktu tertentu.

b. Operasional. Adalah penggunaan secara terencana, terarah, terpimpin


dan terkoordinasi dengan baik untuk mencapai suatu tujuan.

c. Pembinaan. Adalah segala upaya pekerjaan dan kegiatan yang


berhubungan dengan perencanaan, penyusunan pembangunan, pengerahan,
penggunaan serta pengendalian sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna.

d. Pemberontakan. Penentangan terhadap kekuasaan/pemerintah yang


sah.

e. Perang. Permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku dan


sebagainya).

BAB II
TUGAS DAN FUNGSI STAF-2/OPERASI

5. Umum. Secara keseluruhan tugas dan fungsi Staf-2/Operasi adalah


melaksanakan fungsi umum, fungsi organik dan fungsi lain.

6. Fungsi Umum Staf-2/Ops. Fungsi umum Staf-2/Operasi meliputi :

a. Mengumpulkan dan menyediakan keterangan tentang keadaan taktis.


b. Mengadakan perkiraan taktis secara terus menerus.
c. Membuat saran baik diminta maupun tidak diminta.
d. Menempa Rencana/Perintah sesuai dengan konsep umum operasi yang
digariskan oleh Komandan.
e. Mengeluarkan dan menyebarkan rencana/perintah yang telah disetujui oleh
Komandan
f. Mengawasi pelaksanaan perintah tersebut.

7. Fungsi Organik Staf-2/Ops. Fungsi Organik staf-2/ Operasi meliputi :

a. Bidang Organisasi meliputi :

1) Susunan Tugas. Menyerahkan susunan tugas untuk


pelaksanaan operasi serta mengadakan perubahan perubahan sesuai
dengan keperluan/perubahan situasi selama pelaksanaan operasi.

2) Permintaan dan alokasi Satuan.

(a) Meminta Satuan dan Tim untuk penugasan dan pem-BP-an.


3

(b) Mengalokasikan Satuan sesuai dengan instruksi dan prioritas


yang ditentukan oleh Komandan.
3) TOP dan DSPP. Bertanggung jawab atas saran perubahan atau
modifikasi TOP dan DSPP Satuan didasarkan pada pengaruh terhadap
operasi secara keseluruhan.

b. Bidang Latihan, meliputi :

1) Melaksanakan Proglat Satuan dengan menyiapkan dan


mengeluarkan perintah latihan serta membuat perencanaan sesuai tingkat
latihan yang akan diselenggarakan.

2) Menentukan keperluan pengadaan dan distribusi alat penolong dan


fasilitas latihan meliputi memilih dan membagi lapangan latihan, lapangan
penembakan dan menyiapkan alat yang berhubungan dengan itu, dalam hal
ini berkoordinasi dengan Staf logistik.

3) Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan dan penyajian Staf


latihan.

4) Mengorganisasikan penataran, pendidikan non formal serta


pendidikan dalam satuan sesuai program satuan.

5) Menyusun catatan dan laporan latihan disertai hasil pembahasan dan


evaluasinya.

c. Bidang Operasi meliputi :

1) Membuat perkiraan operasi.

2) Menyiapkan dan menyebarkan rencana/perintah operasi serta


mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaannya.

3) Mengintegrasikan manuver dan tembakan.

4) Menyerahkan prioritas alokasi personil, perbedaan dan perlengkapan


untuk satuan taktis.

5) Menyarankan bekal pokok untuk satuan-satuan dalam pelaksanaan


operasi.

6) Meninjau kembali Ranbantem, Renhanud, rintangan, kimia,


perhubungan, perang urat syaraf, penggunaan ruang udara serta
mengintegrasikan rencana-rencana tersebut ke dalam Prinops.

7) Menentukan daerah perkembangan, penempatan dan daerah


singgah Satuan.
4

8) Mempersiapkan tindakan keamanan pada waktu pemindahan dan


istirahat dalam daerah perkemahan atau tempat-tempat berkumpul serta
selama pertempuran.
9) Mengkoordinasikan operasi zeni, perhubungan, kimia penerbad dan
kegiatan bantuan taktis lainnya dengan operasi taktis.

10) Menyiapkan dan merencanakan serta mengatur pemindahan taktis


Pasukan.

11) Mengintegrasikan bantuan taktis yang diberikan oleh unsur Angkatan


lain dengan operasi taktis.

12) Menentukan letak umum Posko dan mengawasi agar semua fasilitas
siap digunakan dalam setiap saat.

13) Merencanakan dan mengatur pelaksanaan patroli tempur dan


pengintaian paksa.

14) Dalam rangka perang wilayah, Staf Operasi berkewajiban pula


memperhitungkan satuan-satuan yang diterima/di Bp-kan atas petunjuk
Satuan atasan dalam wilayah mana Satuan kita ditugaskan untuk
dimasukkan sebagai unsur kekuatan dalam rangka perlawanan seperti
halnya dengan Satuan-Satuan reguler.

15) Penilaian kerusakan termasuk penyusunan dan penggunaan Tim


Penilai dan Pengendali.

8. Fungsi Lain. Fungsi lainnya meliputi :

a. Mengawasi perlengkapan dan perbekalan apabila hal tersebut


mempengaruhi tindakan taktis.

b. Menyusun catatan-catatan, kejadian dan laporan-laporan, misalnya : sejarah


Satuan/peristiwa pertempuran dan lain-lain.

c. Dalam rangka Binter dan operasi bhakti sesuai dengan perintah penugasan
operasi bhakti dan pokok-pokok kebijaksanaan Komandan, mengadakan
koordinasi dengan unsur-unsur Kowil serta instansi setempat maupun pemuka
masyarakat melalui saluran Teritorial.

9. Perwira Staf Operasi. Perwira staf operasi tidak punya hak untuk memerintah,
tetapi perintah-perintah yang dikeluarkannya harus atas nama Komandan. Hubungan
staf-staf dengan Staf Satuan atasan, tetangga dan bawahan adalah sebagai berikut :

a. Adakan kunjungan yang sering untuk mempererat kerja sama.

b. Memberikan atau menerima keterangan-keterangan yang diperlukan.


5

BAB Ill
ANALISA TUGAS STAF OPERASI

10. Umum. Analisa tugas staf operas adalah kegiatan


yang dilaksanakan oleh perwira staf Operasi dalam menganalisa tugas/petunjuk
perencanaan dari Komandan.
Analisa Tugas merupakan langkah perencanaan dalam rangka menemukan dan
memahami tugas yang akan dilaksanakan. Analisa tugas dilakukan terhadap tugas yang
diterima dari Komandan atasan (tugas limpahan) atau tugas pokok yang ditemukan
sendiri oleh Panglima/Komandan lewat suatu deduksi (tugas simpulan).

11. Bentuk dan urutan. Bentuk Analisa Tugas berisikan urutan tindakan yang
memungkinkan untuk mengadakan pertimbangan secara logis dari semua faktor yang
terdapat dalam suatu situasi. Susunan dan Perkiraan Operasi merupakan suatu produk
Staf operasi yang telah dibentukkan sesuai tata tulis yang telah ditentukan dengan urut-
urutan sebagai berikut :

RAHASIA

Satuan.
Tempat.
Tanggal, Jam, Bulan, Tahun.
ANALISA TUGAS OPERASI NO…

Penunjukkan : Peta :
Kedar :
Tahun :
Lembaran :

Daerah waktu :

1. TUGAS.

a. Tugas komando atas dua tingkat.

b. Tugas komando atas satu tingkat.

c. Tugas satuan sendiri.

2. PRAANGGAPAN.

3. KEADAAN ASPEK OPERASI.

a. Batas sektor operasi.

b. Fakta.
6

c. Keterbatasan.

d. Waktu operasi.

e. Saran susunan tugas.


f. Tema dan Propaganda/Pesan Pelaksanaan Operasi.

g. Rencana pengintaian.

4. KENDALA DAN HAMBATAN.

a. Kendala.

b. Hambatan.

c. Upaya Mengatasi.

5. ANALISA TUGAS TERHADAP KEMUNGKINAN CB.

a. Tugas khusus, tugas terkandung dan tugas dinyatakan kembali.

b. Pokok-pokok keinginan komandan.

c. Saran kemungkinan CB.

KASI-2/OPS

NAMA
PANGKAT/KORPS/NRP
RAHASIA
- Penjelasan :

a. Bagian Kepala.

1) Klasifikasi, Klasifikasi ditulis sesuai dengan ketentuan perlakuan


dokumen seperti yang telah ditentukan dalam Minu TNI. Pernyataan
Klasifikasi RAHASIA ditulis di tengah-tengah atas dan bawah di setiap
halaman, dengan huruf besar dan ditebalkan (digaris bawah jika tulis
tangan).

Contoh :

Untuk keperluan Lat/Dik ditulis : RAHASIA

(LAT)
Untuk keperluan operasi ditulis : RAHASIA

2) STAF SATUAN. Diisi seksi satuan yang membuat.


7

Contoh : STAF 2/OPS SATGASRAT 18/TRS

3) TEMPAT, Diisi tempat/daerah posko berada dilengkapi dengan


koordinat/karvak.

Contoh : MALANG (273463).

4) TANGGAL, JAM, BULAN, DAN TAHUN. Diisi waktu penyerahan


analisa staf operasi kepada komandan, dengan format: tanggal, jam, bulan,
dan tahun. Penulisan nama bulan hanya dengan tiga huruf pertama bulan
Ybs dan ditulis dengan huruf besar.

Contoh : 271500 DES 201C.

5) ANALISA TUGAS OPERASI NO... Judul analisa ditulis merapat ke kiri


dengan huruf besar dan diberi nomor analisa staf yang keberapa, yang
sudah dibuat oleh staf bersangkutan selama operasi dalam kurun waktu
satu tahun/sepanjang operasi berlangsung (jika operasi tidak lebih dari satu
tahun).

Contoh: ANALISA TUGAS OPERASI NO 01

6) Penunjukan. Berisikan daftar peta, bagan atau dokumen lain yang


diperlukan untuk dapat mengerti isi perkiraan tersebut. Penunjukan peta
memuat nama peta, kedar tahun pengeluaran peta tersebut dan nomor
lembaran peta yang dipergunakan dengan mencantumkan nama daerah
dari lembaran peta tersebut.

Contoh : Penunjukan : Peta : JAWA & MADURA


Kedar : 1 : 50.000
Tahun : 1944
Lembar : No. 39/XXVII-B
(SOEBANG)

b. Bagian Inti.

1) Pasal 1 TUGAS
2) Pasal 2 PRAANGGAPAN
3) Pasal 3 KEADAAN ASPEK OPERASI
4) Pasal 4 KENDALA DAN HAMBATAN
5) Pasal 5 ANALISA TUGAS TERHADAP KEMUNGKINAN CB

c. Bagian Penutup
- Nama, Pangkat, Jabatan dan Tanda Tangan Kasiops.
Bagian ini ditempatkan dibagian kanan bawah dari Lembaran ANALISA
TUGAS

12. Isi Bagian Inti.


8

Pasal 1. TUGAS. Berisi tugas komando atas dua tingkat,satu tingkat dan tugas
satuan sendiri (SIABIDIME).

a. Tugas komando atas dua tingkat. Menjelaskan tugas satuan 2 (dua) tingkat
diatas (SIABIDIME).

1) Menjelaskan tugas (SIABIDIME).

2) Menjelaskan pokok keinginan komandan (jabaran tujuan operasi


secara utuh dan tugas-tugas penting dari satuan yang ada dibawahnya)

3) Kondisi akhir yang ingin dicapai terkait musuh, medan, dan kondisi
masyarakat.

b. Tugas komando atas satu tingkat. Menjelaskan tugas satuan 1 (satu)


tingkat diatas (SIABIDIME).

1) Menjelaskan tugas (SIABIDIME).

2) Menjelaskan pokok keinginan komandan (jabaran tujuan operasi


secara utuh dan tugas-tugas penting dari satuan yang ada dibawahnya).

3) Kondisi akhir yang ingin dicapai terkait musuh, medan, dan kondisi.

c. Tugas satuan sendiri. Berisi tugas limpahan yang diambil dari RO/PO
komando atas pada pasal 2 tugas pokok dan pasal 3 pelaksanaan sub pasal tugas-
tugas satuan.

Contoh:

1. TUGAS.

a. Tugas komando atas dua tingkat. Kogab TNI melaksanakan operasi


gabungan.........

b. Satu tingkat. Kogasratgab melaksanakan operasi matra darat...................

c. Tugas satuan sendiri. Satgasrat 18/TRS menyerang pada 140700


OKT 201C di Kalitengah 1 kompleks GT. 74-76 GD. 90-93, menghancurkan
musuh dalam sektor, merebut dan menduduki Kalitengah Kompleks,
melanjutkan operasi selanjutnya atas perintah dalam rangka operasi
penindakan Kogasratgab Jateng.

2. PRAANGGAPAN. Diisi perkiraan atau pandangan (pendapat, keyakinan)


akan sesuatu yang dapat mempengaruhi jalannya operasi ditinjau dari bidang
operasi (asumsi tentang penambahan/pengurangan bantuan pasukan dan alusista
dari komando atas).

Contoh:
9

2. PRAANGGAPAN. Bahwa dalam pelaksanaan operasi dihadapkan kepada


strategi musuh maka pasukan sendiri melaksanakan operasi ofensif (operasi yang
bersifat menyerang) dengan kondisi kekuatan pasukan dan alusista yang dimiliki
saat ini.

3. KEADAAN ASPEK OPERASI. Berisi kondisi daerah operasi dan pasukan


sendiri, meliputi batas sector operasi, fakta, keterbatasan, waktu operasi, susunan
tugas, tema dan propaganda/pesan pelaksanaan operasi, dan rencana
pengintaian.

a. Batas sektor operasi. Menjelaskan tentang batas Sektor Operasi


sampai dengan 2 tingkat diatas.

b. Fakta. Menjelaskan tentang kekuatan pasukan sendiri dan


pasukan yang akan menjadi bawah komando/kendali operasi serta
kemampuan pasukan yang dimiliki.

c. Keterbatasan. Menjelaskan tentang batas kemampuan yang


dimiliki pasukan sendiri.

d. Waktu operasi. Menjelaskan tentang rencana waktu pelaksanaan


operasi.

e. Saran susunan tugas. Menjelaskan tentang susunan tugas


satuan yang tergabung dalam operasi.

f. Tema dan Propaganda/Pesan Pelaksanaan Operasi. Menjelaskan


tentang tema dan pesan terkait pelaksanaan operasi kepada masyarakat
dan media.

g. Rencana pengintaian. Menjelaskan tentang rencana pengintaian


yang akan dilaksanakan.

Contoh:

3. KEADAAN ASPEK OPERASI.

a. Batas sektor operasi.

1) Batas sektor operasi satuan dua tingkat diatas. Kogab TNI


melaksanakan operasi diwilayah profinsi.......
2) Batas sektor operasi satuan satu tingkat diatas. Kogasratgab
melaksanakan operasi matra darat diwilayah administrasi.....
3) Batas sektor operasi satuan sendiri.stgasrat ... melaksanakan
serangan diwilayah .......komplek.

b. Fakta.

1) Kekuatan sendiri.
a) Disposisi. SATGASRAT-9 berada di DP di BINJAI (9922).
10

b) Komposisi. SATGASRAT-9 terdiri dari 3 YONIF yaitu YONIF


509, YONIF 514 dan YONIF 515 diperkuat oleh KIKAV-81 YONKAV-
8/NWS, YON ARMED-12/105, RAI A YON ARHANUDRI-2/AA, KI
ZIPUR A YONZIPUR-10/JP, SATUAN BANMIN yang terdiri dari KI
HUBLAP, KI BEKANG, KI KES, KI POM dan KI BENGHARLAP.
c) Kekuatan.
(1) Kondisi nyata personel SATGASRAT-9 adalah ± 88 %
TOP sebanyak 2.336 orang, terdiri dari :

(a) MA & DENMA SATGAS-RAT : 298 org.


(b) YONIF 509/BY : 569 org.
(c) YONIF 514/SY : 722 org.
(d) YONIF 515/R : 747 org.

(2) Kekuatan Siap Ops SATGASRAT-9 adalah 95 % TOP


yaitu sebanyak 2.497 orang, terdiri dari :

(a) MA & DENMA : 367 org.


(b) YONIF 509/BY : 710 org.
(c) YONIF 514/SY : 710 org.
(d) YONIF 515/R : 710 org.

(3) Masih terdapat kekurangan 161 personel atau ± 7 %


dari kekuatan siap Ops.

2) Kekuatan Sat BP/BKO yang diterima dari Komando Atas dalam


pelaksanaan operasi SATGASRAT-9 yaitu 1.268 orang, terdiri dari:
a) BP mulai 201200 MEI 201B

(1) KIKAV-81 YONKAV-8 : 81 org.


(2) YON ARMED-10/105 : 545 org.
(3) RAI A YON ARHRI-2 : 120 org.
(4) KI ZIPUR A YONZI-10 : 122 org.
(5) KI BEKANG : 98 org.
(6) KI HUBLAP : 68 org.
(7) KI KES : 98 org.
(8) KI BENGHARLAP : 68 org.
(9) KI POM : 68 org.

b) BKO mulai 020800 JUL 201B.

(1) DEN PENERBAD 2 Hely serang dan 2 Hely serbu.


(2) UNSUR KODIM 0318/NTN.
(3) POLRES NATUNA.

3) Kemampuan pasukan sendiri.

a) Moril. Moril pasukan jajaran Satgasrat 9 dalam kondisi baik.


b) Latihan. SATGASRAT-9 sudah melak-sanakan latihan tingkat
BRIGADE.
11

c) Daya guna tempur. Daya guna tempur pasukan cukup tinggi,


hal ini diperoleh dari kekuatan pasukan yang maksimal, moril
pasukan dan tingkat latihan yang baik.

c. Keterbatasan.

1) Satgasrat -9/PJ memiliki ruang lingkup operasi terbatas pada


pelaksanaan serangan dan pertahanan.
2) Satgasrat -9/PJ mampu melaksanakan operasi selain serangan dan
pertahanan bilamana dilengkapi dengan peralatan dan kemampuan serta
perkuatan sesuai jenis operasi yang diberikan.

d. Waktu operasi

1) Perencanaan operasi.Selama 9 hari.


2) Persiapan operasi.Selam 5 hari
3) Pelaksanaan oprasi.Selam 3 hari
4) Penghentikan operasi.Sesuai kebijakan komando atas.

e. Saran Susunan Tugas.

YONIF 509/BY YONIF 514/SY


- TON 2 KI A YONZIPUR-10/JP - TON 1 KI A
- TON 2 KIHUBLAP - YONZIPUR -10/JP
- TON 1 KIHUBLAP
KI KAV-81 (-) YONKAV 8/NWS
CADANGAN
- YONIF 515/R
- TON KAV
- KI A YONZIPUR -10 (-)
- KI HUBLAP (-)
YON ARMED-12/105/AC
RAI -B/YON ARHANUDRI -2
TON TAI KAM SATGASRAT-9/DY
PASUKAN SATGASRAT-9/DY
- MA DENMA
SATBANMIN
- KI BEKANG/YONBEKANG-2/K
- KI KES/YONKES-2/K
- KI BENGHARLAP/DENPAL-2/K
- KI POM/DENPOM-2/K
KODIM 0318/NATUNA
- POLRES NATUNA

f. Tema dan Propaganda/Pesan Pelaksanaan Operasi. BERSAMA RAKYAT


KITA KUAT.

g. Rencana pengintaian. Pelaksanaan pengintaiaan dilaksanakan sebelum


pelaksanaan pembentukan cara bertindak.
12

4. KENDALA DAN HAMBATAN. Berisi penjelasan tentang resiko dan kerawanan


terhadap pasukan sendiri terkait batas kemampuan sendiri dan kemampuan pasukan
lawan.

Contoh:

4. KENDALA DAN HAMBATAN.

a. Kendala. Nihil

b. Hambatan.

1) Medan yang terjal dapat menghambat kemampuan manuver prajurit


Infanteri dan kendaraan tempur.
2) Adanya rakyat yang direkrut dan diorganisir sebagai satuan milisi
berkekuatan satu peleton yang digunakan membantu musuh.

c. Upaya Mengatasi.

1) Membuat sketsa manuver pasukan yang mempermudah gerakan


selama operasi.
2) Dibatasi kekuatannya dan dihancurkan sebelum pelaksanaan operasi
melalui operasi intelijen.

5. ANALISA TUGAS TERHADAP KEMUNGKINAN CB. Berisi tentang tugas yang


dinyatakan kembali setelah dianalisa dan pokok-pokok keinginan komandan serta saran
beberapa kemungkinan cara bertindak (CB).

a. Tugas khusus, tugas terkandung dan tugas dinyatakan kembali.

1) Tugas khusus (tusus). Diuraikan tugas (unsur apa) yang dilaksanakan


oleh satuan yang melaksanakan operasi, sesuai formulasi tugas: siapa, apa,
bilamana, dimana, dan mengapa (Si-A-Bi-Di-Me).

a) Apa, bilamana, dan dimana.


b) Apa dan dimana.
c) Apa.

2) Tugas terkandung (tudung).

a) Dominan.
b) Berpengaruh langsung.
c) Tidak variable.
d) Tidak doktriner.

3) Tugas dinyatakan kembali. Tugas nyatakan kembali dengan


memasukkan tudung ke dalam tugas satuan tugas operasi dengan formulasi
Si-A-Bi-Di-Me.
13

b. Pokok-pokok keinginan komandan. Menjelaskan pokok-pokok keinginan


Komandan yang meliputi:

1) Jabaran tujuan operasi secara utuh.


2) Kondisi akhir yang ingin dicapai terkait musuh, medan, dan kondisi
masyarakat di sektor sendiri.

c. Saran kemungkinan CB. Menjelaskan secara garis besar tentang kemungkinan


CB yang akan digunakan.

Contoh:

5. ANALISA TUGAS TERHADAP KEMUNGKINAN CB.


a. Tusus, Tudung dan Tunyali

1). Tugas Khusus.

a) Menyerang pada 220800 JUL 201B di rangkaian


KTG.BATUSISIR KOMPLEK (GT. 99-02 GD. 34-37).
b) Merebut dan menduduki KTG. BATUSISIR KOMPLEKS.
c) Menghancurkan musuh dalam sektor.
d) Melanjutkan operasi selanjutnya atas perintah.

2) Tugas Terkandung. Tugas lain dari aspek operasi: melintasi


SATGASRAT-6/TSB dengan alasan:

a) Dominan.

(1) Operasi. Melintasi SATGASRAT-6/TSB merupakan saat


kritis yang perlu disiapkan secara cermat dan baik yang
menyangkut aspek kodal, waktu maupun tempat pelintasan,
oleh karena itu tugas tersebut dominan bagi SATGASRAT-
9/DY.
(2) Personel tidak memenuhi.
(3) Logistik tidak memenuhi.
(4) Teritorial tidak memenuhi.

b) Berpengaruh Langsung.

(1) Operasi. Keberhasilan melintasi SATGASRAT-6/TSB


sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tupok, apabila
operasi pelintasan gagal, maka tupok tidak dapat tercapai.
(2) Personel tidak memenuhi.
(3) Logistik tidak memenuhi.
(4) Teritorial tidak memenuhi.

c) Tidak Variabel.
14

(1) Operasi. Tidak ada alternatif lain yang dapat dilakukan


oleh unsur-unsur SATGASRAT-9/DY untuk melaksanakan
serangan kecuali harus melintasi posisi SATGASRAT-6/TSB.
(2) Personel tidak memenuhi.
(3) Logistik tidak memenuhi.
(4) Teritorial tidak memenuhi.
d) Tidak Doktriner.

(1) Operasi. Melintasi SATGASRAT-6/ TSB tidak selalu ada


dalam setiap operasi serangan.
(2) Personel tidak memenuhi.
(3) Logistik tidak memenuhi.
(4) Teritorial tidak memenuhi.

3) Tugas nyatakan kembali. Satgasrat 18/TRS melintasi SATGASRAT-6


menyerang pada 140700 OKT 201C di Kalitengah 1 kompleks GT. 74-76
GD. 90-93, menghancurkan musuh dalam sektor, merebut dan menduduki
Kalitengah Kompleks, melanjutkan operasi selanjutnya atas perintah dalam
rangka operasi penindakan Kogasratgab Jateng.

b. Pokok-pokok keinginan komandan.

1) tujuan operasi

a) menghancurkan musuh, merebut dan menguasai KALI


TENGAH 1 KOMPLEKS
b) memulihkan stabilitas keamanan wilayah

2) kondisi akhir yang ingin dicapai terkait musuh, medan, dan kondisi
masyarakat di sektor sendiri

a) musuh dapat dihancurkan.


b) medan dapat kuasai dan diduduki.
c) tercipta keamanan masyarakat.

c. Saran kemungkinan cara bertindak. Melintasi SATGASRAT-6 menyerang


pada 140700 OKT 201C di KALITENGAH 1 kompleks GT. 74-76 GD. 90-93
dengan menggunakan 2 Yonif Diperkuat Kikav tank (-) didepan dan 1 Yonif serta 1
Tonkav tank dibelakang sebagai cadangan.

KASI-2/OPS

NAMA
PANGKAT/KORPS/NRP

13. Pembentukan Cara Bertindak. Pembentukan cara bertindak akan menentukan


pola operasi yang akan dilaksanakan. Langkah pembentukan CB dijabarkan ke dalam 4
kegiatan yaitu pengembangan CB, analisa CB, perbandingan CB, dan CB yang
diputuskan dengan penjabaran sebagai berikut:
15

a. Kegiatan pengembangan CB. Pengembangan CB merupakan langkah yang


dilakukan untuk mendapatkan alternatif CB.

b. Kegiatan analisa CB. Proses analisa CB dilaksanakan oleh seluruh staf


dengan menggunakan output dari skenario atau formula CB dari langkah
pengembangan CB. Analisa CB merupakan olah yudha yang memuat aktivitas
yang dimainkan secara rasional dan sistematis.
c. Kegiatan perbandingan CB. Setelah CB dianalisa maka akan didapat
penilaian dari aspek-aspek yang menjadi dasar dalam perbandingan CB

d. CB yang diputuskan. CB yang diputuskan merupakan CB terpilih yang


terbaik berdasarkan hasil perbandingan CB, yang selanjutnya dijadikan sebagai
keputusan oleh Panglima/Komandan. CB yang diputuskan yang diambil
Panglima/Komandan tidak selalu memberikan nilai positif pada seluruh staf.
Apabila ada kelemahan pada staf tertentu, maka staf segera mencari solusi
permasalahan dengan melaksanakan koordinasi dan penekanan-penekanan khusu
s kepada satuan bawah.

Matriks perbandingan CB

Contoh matriks perbandingan CB pada operasi gabungan (OMP/OMSP)


NO ASPEK/KRITERIA BOBOT CB 1 CB 2 CB 3 KET
1 MANUVER 1 1(1) 1(1) 3(3)
2 TEMBAKAN 1 2(2) 1(1) 2(2)
3 DUKUNGAN 3 2(6) 3(9) 1(3)
4 PERLINDUNGAN 1 3(3) 1(1) 1(1)
5 TERITORIAL 3 1(3) 3(9) 3(9)
6 INTELIJEN 1 1(1) 1(1) 1(1)
7 KODAL 1 1(1) 1(1) 3(3)
8 INFORMASI 3 1(3) 1(3) 2(6)
9 RESIKO 2 1(2) 3(6) 3(6)
JUMLAH (22) (32) (34)

Contoh matriks perbandingan CB pada operasi Matra Darat(OMP/OMSP bersifat tempur)


NO ASPEK/KRITERIA BOBOT CB 1 CB 2 CB 3 KET
1 MEDAN 2 1(2) 2(4) 2(4)
2 MUSUH 3 2(6) 1(3) 2(6)
3 PASUKAN SENDIRI
A. MANUVER 1 1(1) 2(2) 3(3)
B. BANPUR 2 2(4) 3(6) 2(4)
C. PASUKAN 1 1(1) 2(2) 2(2)
D. KODAL 2 2(4) 2(4) 3(6)
16
4 BANTEM 1(2) 2(4) 2(4)
2
5 BANMIN 1 2(2) 1(1) 2(2)
6 TUGAS POKOK 1 1(1) 2(2) 2(2)
JUMLAH (23) (28) (33)

Contoh matriks perbandingan CB pada operasi Matra Darat(OMP/OMSP bersifat non


tempur)
NO ASPEK/KRITERIA BOBOT CB 1 CB 2 CB 3 KET
1 TUGAS POKOK 1 1(1) 2(2) 3(3)
2 MEDAN 2 1(2) 2(4) 2(4)
3 ANCAMAN/KERAWANAN 3 1(3) 2(6) 2(6)
4 PASUKAN SENDIRI 2 2(4) 1(2) 3(6)
5 WAKTU YG TERSEDIA 2 1(2) 2(4) 2(4)
JUMLAH (12) (18) (23)
Keterangan:
1. Kriteria yang dicantumkan yang telah dirumuskan pada kegiatan analisa CB.
2. Wapang/Wadan menentukan/menetapkan bobot pada kriteria mana yang lebih penting.
a. Nilai numerikal tidak mengikat, dapat berupa :
1) angka 1 bernilai baik/menentukan
2) angka 2 bernilai cukup/cukup menentukan
3) angka 3 bernilai kurang memuaskan/kurang menentukan
b. Bila nilai numerikal ini yg digunakan maka nilai terkecil adalah CB terbaik
3. Pemilihan CB terbaik.
a. Prosedur : Staf memberikan nilai berupa angka pada setiap kriteria setelah mensimulasikan
CB. Nilai yang diberikan berhubungan dengan keuntungan dan kerugian pada setiap kriteria
masing-masing CB. Nilai yang terendah adalah yang terbaik. Penilaian yang diberikan pada
setiap kolom dikalikan dengan bobot dan hasilnya diletakkan disamping dari nilai tersebut.
Ketika menggunakan pembobotan, nilai yang rendah menunjukkan pilihan yang terbaik.
b. Sebagai contoh : CB 1 adalah CB yang terbaik berdasarkan nilai-nilai yang diberikan sesuai
dengan pembobotan pada masing-masing kriteria.

14. Perkiraan Cepat. Mengingat keadaan waktu yang tersedia akan dapat terjadi
siruasi seorang Kirops harus membuat Kiropsnya dalam waktu yang singkat. Dengan
demikian jelas bahwa metoda penyusun Kirops yang lengkap tidak dapat dipergunakan.
Untuk kepentingan ini digunakan suatu perkiraan yang disebut Perkiraan Operasi Cepat.
Tetapi kendatipun disebut Kirpat, ia tetap suatu proses pemecahan masalah, dengan
demikian proses seperti pada Kirops tetap tidak boleh diabaikan yaitu adanya proses
pengolahan semua factor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas, secara logis dan
teratur. Hal tersebut dapat dipengaruhi dengan teknik penelaahan sebagai berikut :
a. Teknik Pertama :
1) Rumusan beberapa cara bertindak.
2) Pilih salah satu CB yang dirasakan terbaik.
3) Ukur CB pilih tersebut dengan factor TUMMPAS.
4) Pilih satu CB yang lain.
5) Bandingkan kedua CB tersebut.
6) Pilih salah satu yang terbaik.
17

7) Bila masih tersedia waktu, bandingkan pula dengan CB yang lain.

b. Teknik kedua :

1) Buatlah kesimpulan dari situasi yang dihadapi dari segi TUMMPAS.


2) Kembangkan kesimpulan tersebut menjadi minimal 2 CB.
3) Bandingkan untung rugi kedua CB tersebut.
4) Pilih salah satu yang terbaik.
Dari kedua cara tersebut di atas, dapat dirasakan bahwa intuisi pembuat Kirpat
tersebut mempunyai peranan peranan yang benar, akan tetapi perkiraan tidak boleh
didasarkan atas situasi belaka, karena walaupun diawali dengan intuisi belaka, karena itu
walaupun diawali dengan intuisi tetapi intuisi itu masih harus dikaji melalui proses ratio
yang dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun ada dua cara yang dikemukakan tentang
cara melakukan suatu Kirpat, tetapi ini tidak berarti bahwa tidak ada cara lain. Setiap
Kasiops berdasarkan kegiatan rutin masing-masing akan dapat mengembangkan
metodenya masing-masing. Hanya harus selalu diingat bahwa bagaimanapun metoda
yang dikembangkan itu haruslah tetap memenuhi proses Kirops yaitu : Penelaahan dari
semua factor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas secara logis dan teratur.

BAB IV
PERINTAH OPERASI

15. Umum. Perintah adalah suatu Komando, pernyataan kehendak Komandan


secara tegas dan ringkas, dalam bentuk tertentu baik tertulis maupun lisan berdasarkan
suatu keputusan, istilah perintah, petunjuk dan Komando mempunyai arti yang sama,
kesemuanya adalah sarana komunikasi secara tertulis atau yang mengemukakan
keterangan mengenal kegiatan perintah dapat dikelompokan dalam tiga penggolongan.

a. Perintah Tempur.
b. Perintah Rutin.

16. Perintah Tempur.

a. Perintah tempur dikeluarkan dalam hubunbgan operasi strategis atau taktis


dan bantuan administrasi di lapangan. Dapat dikeluarkan sebagai rencana dan
akan menjadi perintah dalam waktu yang telah ditentukan baik secara tegas
dinyatakan kapan atau apabila suatu keadaan tertentu yang telah diperkirakan
benar-benar terjadi.

b. Ciri Perintah Tempur.

1) Jelas.

a) Harus dapat dimengerti oleh para Komandan bawahan


yang menerimanya.

b) Hindari penggunaan kata-kata yang tidak lazim untuk


mencegah salah tafsir.
18

c) Penggunaan istilah militer dan bahasa militer akan


mempermudah sipenerima perintah.

2) Lengkap. Suatu perintah harus memuat keterangan dan intruksi


yang diperlukan untuk menjadi pelaksanaan yang seksama oleh para
Komandan.
3) Singkat. Perintah harus singkat, akan tetapi tidak mengorbankan
kejelasan dan kelengkapannya. Penggunaan kata dan kalimat yang tidak
perlu harus dihindari.

4) Menjamin Kebebasan Komandan Bawahan. Perintah tidak boleh


kaku, sehingga membatasi inisiatif para Komandan Bawahan. Perintah
harus memberi kebebasan para Komandan Satuan Pelaksanaan untuk
melakukan koordinasi, persiapan dan pengintaian. Kecuali dalam situasi
dimana operasi mengharuskan koordinasi dan pengendalian yang ketat
maka para Komandan Bawahan diberi perintah secara terperinci bagaimana
ia harus melaksanakan tugasnya.

5) Pergunakan kalimat meng-ia-kan. Untuk keperluan kejela-san dan


kesederhanaan gunakan bentuk kalimat meng-iakan. Kalimat ingkar dapat
menimbulkan keraguan bagi si penerima perintah seperti kalimat : “Kafilah
tidak mengikuti Brigade” Kalimat ini tidak seharusnya dikatakan : “Kafilah
tetap tinggal di daerah berkumpul”.

6) Hindari kualifikasi pada Petunjuk. Kata seperti : “serangan dengan


semangat tinggi” tidak mempunyai arti apa-apa hanya merupakan kata
sugestif, tidak menambah lebih jelas dan tegas.
Kata seperti : “Usahakan pertahanan sejauh mungkin” dapat menimbulkan
keraguan dan dapat memberi bermacam pengertian. Istilah serangan pokok
dan serangan bantuan cukup jelas dan dapat dimengerti oleh semua
Komandan Bawahan tanpa memerlukan penjelasan tambahan.

7) Tepat waktu. Pengeluaran perintah harus tepat pada waktunya dan


memungkinkan tersedianya waktu yang cukup baik para Komandan Satuan
Bawahan untuk mempersiapkan rencananya meliputi waktu persiapan,
pengintaian, pemindahan pasukan dan sebagainya. Waktu yang tidak
memadai akan mengakibatkan suatu persiapan dan perencanaan operasi
tidak sempurna. Perencanaan berikutnya juga memerlukan waktu yang
cukup. Dengan demikian pengeluaran suatu perintah, tergantung pada
panjang dan rumitnya serta waktu yang tersedia.

c. Jenis Perintah Tempur :

1) Perintah Operasi.
2) Petunjuk.
3) Instruksi.
4) Perintah Administrasi.
5) Prosedur Tetap.

17. Perintah Operasi.


19

a.Pengertian. Perintah operasi adalah pernyataan kemauan Komandan yang


ditujukan kepada para Komandan Satuan Bawahannya untuk melaksanakan suatru
tindakan taktis di medan secara dikoordinasikan.

b. Ciri. Perintah operasi adalah hasil dari suatu rencana operasi yang
digunakan oleh seorang Komandan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan
kegiatan pasukan dalam suatu operasi. Jika suatu operasi secepatnya akan
dilaksanakan, maka dikeluarkan perintah operasi lengkap atau suatu seri perintah
dikit demi dikit atau “fragmentary order”. Apabila operasi itu akan dilaksanakan
pada waktu yang belum ditentukan, maka dipersiapkan suatu Rencana Operasi
(Renops) yang secara efektif berlaku setelah dinyatakan bahwa Renops tersebut
berlaku sebagai Renops. Contoh : Renops 17 berlaku sebagai Prinops, hari H jam
J adalah 120500 DES 198 x.

c. Isi Perintah operasi menyatakan secara terperinci seluruh keinginan


Komandan dan metoda pelaksanaan yang diperlukan untuk menjamin bahwa tiap
Komandan Bawahan dapat melaksanakan rencana operasi yang telah ditentukan
sebagai keseluruhan. Pelaksanaan secara terperinci meliputi aspek pasukan
tempur. Bantuan tempur dan bantuan administrasi.

d. Jenis.

1) Dilihat dari cara penyampaiannya :

a) Perintah lisan.
b) Perintah tertulis.

2) Dilihat dari bentuk :

a) Perintah lengkap.
b) Perintah parsial (dikit demi dikit).

3) Dilihat dari tujuan :

a) Perintah persiapan/peringatan.
b) Perintah pelaksanaan.

e. Penyiapan.

1) Kegiatan Staf :

a)Prinops (persiapan dan pengeluarannya) merupakan tanggung


jawab Kasiops.

b)Kasi lainnya (termasuk didalamnya Pa Staf Khusus membantu


menurut bidang tanggung jawab masing-masing dan menyiapkan
lampiran maupun sub-sub lampirannya.
20

2) Bentuk. Bentuk Prinops merupakan suatu bentuk yang sudah baku


sesuai dengan ketentuan tata tulis khusus yang telah diberlakukan, yang
memuat 5 pasal yaitu :

a) Pasal 1. KEADAAN.
b) Pasal 2. TUGAS POKOK.
c) Pasal 3. PELAKSANAAN.
d) Pasal 4. ADMINISTRASI.
e) Pasal 5. KOMANDO DAN PERHUBUNGAN.
Format Prinops/Renops lihat Lampiran III (Format Prinops).

f. Proses pembuatan.

1) Langkah pertama. Renungkan dengan seksama rencana tindakan


serta pengertian yang jelas mengenai apa yang ingin dikerjakan oleh para
Dansatwah dan bagaimana hubungannya dengan penyelesaian tugas
pokok.

2) Selanjutnya siapkan bagian grafis dari Prinops yaitu merupakan oleat


operasi.

3) Langkah selanjutnya. Menganaliasa perintah yang dicerminkan oleat


operasi tadi. Berdasarkan Tupok yang harus dilaksanakan, tentukan
perintah tertulis mana yang harus diperlukan bagi setiap Satuan. Perintah
tersebut selanjutnya dimasukan dalam pasal 3 Prinops.

g. Cara mengeluarkan. Perintah operasi dapat dikeluarkan, baik secara


lisan maupun tertulis. Apabila Komandan yang mengeluarkan perintah
memerlukan adanya kontak pribadi dengan para Dansatwahnya, maka perintah
lisan mempunyai pengaruh langsung terhadap jiwa korsa Satuan. Akan tetapi
apabila tidak tersedia waktu dan keadaan tidak tersedia waktu dan keadaan tidak
mengizinkan maka perintah tertulis segera disampaikan.

h. Perintah secara lisan.


1) Oleh Danbrig/Danrem/Danmen pribadi.
a) Komandan dapat menetapkan keinginannya serta
menanamkan kepercayaan kepada Dansatwahnya secara lebih
mudah dengan memberikan perintahnya secara tertulis yang telah
disiapkan oleh Stafnya. Suatu perintah yang diberikan secara lisan
yang lancar dan meyakinkan mempunyai pengaruh moril yang besar
sekali terhadap Dansatwahnya. Biasanya perintah dikeluarkan di
Mako/Posko Brig/Men/Rem. Akan tetapi dalam beberapa
operasitertentu yang sedang berlangsung, sesuai situasi yang
dihadapi lebih bijaksana apabila perintah tersebut diberikan di medan
berlangsungnya operasi tersebut (Misalnya di titik tinjau).
Dansatwah yang pasukannya sedang terlibat dalam Pur tidak perlu
dipanggil kebelakang hanya untuk menerima perintah, terkecuali
apabila hal tersebut terpaksa harus dilakukan karena sesuatu hal.
21

b) Meskipun pengaruh yang terbaik dapat diperoleh apabila


Dan Brig/Men/Rem memberikan perintahnya secara terpusat,
namun kekurangan waktu yang tersedia sering memaksa
Komandan untuk memberikan perintahnya melalui radio/telepon.
Meskipun dengan cara pribadi oleh Komandan masih akan lebih
besar dibandingakan apabila perintah tersebut disampaikan Staf
atau penghubung.

c) Penyampaian perintah secara lisan oleh Komandan


menghendaki persiapan tempat serta segala sesuatu yang diperlukan
untuk membantu kelancaran pemberian perintah tersebut.
Prosedur sedemikian itu disarankan untuk dicantumkan dalam protap
Satuan. Biasanya suatu perintah lisan dilengkapi dengan beberapa
hal penting yang perlu ditegaskan dengan catatan itu disebut Nota
Perintah.

2) Oleh salah seorang Perwira Staf. Dikarenakan kekurangan waktu


atau sebab lain, Komandan berhalangan untuk dapat secara pribadi
memberikan perintah, maka ia dapat memerintahkan salah seorang Perwira
Staf untuk menyampaikannya.

3) Oleh Perwira Penghubung Para Perwira Penghubung dapat pula


diutus untuk bertindak atas nama Komandan. Menyampaikan perintah
kepada Dansatwah.

j. Perintah secara tertulis.

1) Bentuk Tilgram. Bentuk Tilgram merupakan cara yang tepat untuk


membuat perubahan terhadap perintah yang telah dikeluarkan tetapi sering
sulit untuk segera dapat menuangkan atau menangkap pokok persoalan
yang penting.

2) Bentuk tertulis biasa. Cara menyampaikan perintah tertulis dapat


melalui para Pa staf Koordinasi dan dapat pula melalui Pa Penghubung.
Keuntungan apabila Prinops ini disampaikan oleh Pa staf Koordinasi, ia
dapat menjelaskan maksud dan tujuan perintah tersebut secara terperinci.

3) Bentuk Perintah Operasi jenis Oleat.


Prinops jenis Oleat adalah suatu perintah yang tertulis di atas kertas bening
bersama gambar grafis suatu operasi. Cara penyampaian sama dengan
Prinops tertulis biasa.

k. Faktor yang harus diperhitungkan. Faktor yang harus


diperhitungkan/dipertimbangkan sering menggunakan pemilihan apakah suatu
perintah operasi akan dikeluarkan secara lisan atau tertulis adalah :

1) Waktu. Dalam operasi yang dipersiapakan lama sebelumnya waktu


mengijinkan untuk mempersiapkan perintah secara tertulis. Di dalam
operasi yang berubah secara cepat. Perintah hanya mungkin dapat
diberikan secara lisan.
22

2) Medan Operasi. Bila persoalan yang harus dikemukakan semakin


rumit, maka kebutuhan untuk menuliskan sebagian atau seluruh isi perintah
tersebut menjadi lebih mutlak.
Rencana secara terperinci jarang dapat dipertahankan setelah kontak
pertama dengan musuh, tetapi meskipun demikian pengeluaran akan jauh
lebih susah daripada mempersiapkan secara tergesa-gesa table mars yang
baru.

3) Sistem Komunkasi. Sistem komunikasi yang tersedia serta


keamanan sistem tersebut mempengaruhi pula cara pengeluaran perintah.
Namun cara apapun yang diambil, kesemuanya harus mengikuti urutan
umum untuk perintah lisan.

l. Mempersiapkan pengeluaran Perintah Operasi secara lisan.

1) Sebelum Dansatwah tiba.

a)Persiapan pendahuluan sama dengan persiapan yang harus


dilakukan sebelum diselenggarakan suatu rapat atau briefing militer.
Protap harus mengatur apakah waktu yang ditentukan untuk
mengeluarkan perintah adalah kepada Dansatwah akan masih lagi
diberikan waktu untuk persiapan, seperti menyiapkan peta,
mencocokan catatan dan sebagainya. Sebelum perintah
disampaikan, sebaiknya yang terakhir inilah yang digunakan.

b) Persiapan Staf membuat catatan perintah tertulis dalam


bentuk Nota Perintah.

2) Setelah para Dansatwah tiba.

a)Tugas beberapa Perwira Staf atau Bintara untuk membantu para


Dan Satwah yang hadir mempersiapakan diri guna menerima
perintah, seperti mencocokan situasi, menandai peta dan
sebagainya, serta memberikan briefing tentang perkembangan yang
terakhir.

b) Apabila perintah tersebut diberikan di dalam ruangan,


tempatkan para Dansatwah berhadapan dengan Komandan yang
mengeluarkan perintah, serta Pa Staf yang menyertai Komandan
disamping kiri, kanan atau dibelakangnya.

c) Apabila Perintah tersebut diberikan di lapangan,


tempatkan pada Dansatwah menurut posisi Relatifnya yang
harus ditempatinya dalam operasi sesungguhnya.

d) Komandan memulai mengeluarkan perintah dengan


menyatakan :

(1) Peta mana yang akan digunakan.


23

(2) Apakah suatu perintah tertulis lengkap akan


keluarkan atau tidak dalam waktu yang singkat.
(3) Tindakan setelah perintah dikeluarkan.

e) Lazimnya Komandan akan memberikan waktu untuk para


Dansatwah sejenak untuk mempelajari perintah yang telah
dikeluarkan, selanjutnya menerima peryataan dan saran atau
usul yang akan diajukan.

f) Semua pertanyaan dan saran atau usul dari Dansatwah


apabila ada. Hendaknya ditampung serta mendapatkan
keputusan pada saat itu juga.

g) Selama waktu yang diberikan oleh Komandan kepada para


Dansatwah untuk mempelajari perintah yang telah diberikan
serta untuk mengadakan koordinasi satu sama lain, hendaknya
tersedia fasilitas bagi para peserta untuk mengadakan hubungan
dengan Posko masing-masing, baik dengan radio ataupun
telepon.

h) Segera disampaikan catatan tentang perintah tertulis


dalam bentuk Nota Perintah kepada para Dansatwah.

18. Pembuatan Perintah Operasi Tertulis.

a. Umum. Dalam perintah operasi dapat digunakan singkatan resmi untuk


menghemat ruang dan waktu. Singkatan dapat juga digunakan bila perintah
operasi digunakan dalam rangka kerjasama militer antar negara kecuali singkatan
yang tidak lazim digunakan dalam kalangan internasional.
b. Klasifikasi. Sama seperti pada Kirops tertulis.
c. Susunan Prinops. Susunan Prinops terdiri dari :

1) Kepala.
2) Inti.
3) Penutup.

d. Bagian Kepala.

1) Tulisan “Perubahan dari Perintah Lisan” Ditulis sesuai dengan


kebutuhan, diuliskan di bawah pernyataan klasifikasi pada halaman
pertama, ditulis selalu dalam kurung. Setiap Pa staf yang bertanggung
jawab menyiapkan Prinops, akan memberikan keterangan tentang
perubahan lisan. Bila sebelimnya tidak diberikan perintah lisan, maka
catatan ini ditiadakan, bila sebelumnya tidak perintah lisan dan pada waktu
pengeluaran ada perubahan, maka perlu dituliskan pernyataan misalnya
“Tidak ada perubahan dari perintah lisan, kecuali pasal 4“ Apabila tidak ada
perubahan, perlu dicantumkan tulisan “Tidak ada perubahan dari Perintah
Lisan”.
24

2) Nomor lembaran. Dituliskan sesuai dengan daftar distribusi dan


jumlah lembaran yang ada.
Contoh : Lembar No. 2 dari 12 lembaran.
3) Markas yang mengeluarkan. Nama tempat dari Posko dengan
koordinat dan dapat juga dituliskan dengan nama samaran apabila
diperlukan.

4) Tempat pengeluaran Prinops. Nma tempat dari Posko dengan


koordinat, atau koordinat saja apabila tempatnya tidak jelas atau dapat juga
dengan nama samaran.

5) Tanggal waktu. Saat Prinops ditanda-tangani dan berlaku efektif,


kecuali bila berlaku efektifnya ditentukan lain dalam sub pasal instruksi
koordinasi. Penulisan nama bulan hanya dengan tiga huruf pertama dan
berikutnya seluruhnya ditulis dengan huruf besar.

6) Nomor petunjuk berita. Kasiops menerimanya dari Pa Hub Satuan.


Dipergunakan untuk keperluan penyamaran penerimaan perintah.

7) Nomor Perintah Operasi. Ditentukan oleh Kasiops berdasarkan


nomor urut pengeluaran Prinops selama tahun kalender.

8) Petunjuk. Seperti pada Kirops tertulis.

9) Daerah waktu. Bila daerah waktu tempat pelaksanaan operasi


berada dengan daerah waktu dimana Prinops itu dikeluaerkan maka di
belakang judul daerah waktu harus dicantumkan Daerah Waktu
pelaksanaan Operasi. Sedangkan dalam pasal berikutnya tidak perlu lagi
ditulis daerah waktu pelaksanaan operasi dan daerah waktu pengeluaran
Prinops sama, di belakang daerah waktu tidak perlu diisi (kosong).

e. Bagian Inti.

1) Pasal 1. KEADAAN (selalu terdiri dari 3 sub pasal)

a) Sub pasal 1 a. Pasukan Musuh. Keterangan tentang Pasukan


Musuh diterima dari Kasi-1/Intel. Sub pasal ini tidak memuat
instruksi. Dapat menunjuk suatu lampiran Intelijen laporan Intelijen
berkala (Lapinka) atau ringkasan Intelijen (Kastel). Yang dimuat
hanyalah keterangan mengenai musuh yang penting bagi seluruhnya
Komando.

b)Sub lampiran 1 b. Pasukan Kawan. Disiapkan oleh Kasiops


bersumber kepada Prinops Satuan atasan. Sub pasal ini memuat
keterangan tentang Satuan atasan langsung, Satuan-satuan
tetangga, bantuan dan yang memperkuat sesuai kebutuhan (BU/PT,
BU, PT dan BL), keterangan yang dimuat hanya hal perlu saja, sesuai
kebutuhan para Komandan Satuan Bawahan untuk keperluan
pelaksanaan tugas mereka. Sub pasal ini harus ditulis lengkap
sesuai dengan data yang ada
25

c)Sub pasal 1 c. Penerimaan dan Pemberian Bawah Komando. Sub


pasal ini memuat Satuan lain yang di bawah Komando Komandokan
kepada Satuan pemuat Prinops atau pembawah Komandokan
Satuan Bawahan kita kepada Satuan lain berdasarkan Prinops
Satuan Atasan. Adapun penulisannya adalah sebagai berikut :

Penerimaan dan Pemberian Bawah Komando.

(1) Penerimaan. (Cantumkan secara berurutan mulai


bawah perintah (BP), Bawah Komando Operasi (Bakoops),
Bawah Kendali Operasi (BKO), Bantuan langsung (BL) dan
seterusnya.

(2) Pemberian (Cantumkan dengan cara yang sama seperti


pada penulisan untuk penerimaan). Pencantumannya
dituliskan lengkap dengan tanggal waktu mulainya Bawah
Komando.

2)Pasal 2. TUGAS POKOK (tugas Satuan setelah dianalisa).

3) Pasal 3. PELAKSANAAN
a) Sub pasal 3 a Konsep Operasi. Konsep operasi disusun oleh
Kasiops berdasarkan konsep umum operasi Komandan. Konsep
operasi menerangkan rencana manuver dan rencana bantuan
tambahan, penentuan proritas tembakan artileri dan apakah
tembakan, pendahuluan diberikan serta untuk berapa lama.
Bagian ini memuat juga visualisasi pelaksanaan operasi secara
menyeluruh, menjelaskan tujuan operasi, agar dimuat pula secara
jelas. Sub pasal ini terdiri dari sub-sub pasal manuver tembakan dan
batuan-bantuan lain (Intelijen, territorial bila dilengkapi).

b) Dari keputusan Komandan, Kasiops menetapkan setiap


keterangan dan pengembangan yang diperlukan. Pada sub pasal ini
secara tersendiri menunjukkan tugas taktis tertentu yang harus
dilaksanakan oleh setiap unsur komando yang disusun dengan
urutan sebagai berikut :

(1) Komando antar Kesenjataan menurut urutan nomor


atau alfabetis.
(2) Unsur Infanteri.
(3) Unsur Berba.
(4) Koter.
(5) Altileri.
(6) Unsur Banpur.
(7) Satuan Inte (jika ada, misal di-BP-kan dari Balak Intel
Kodam).
(8) Pasukan Markas Komando.
(9) Unsur Banmin.
26

(10) Kafilah Brigade.


(11) Cadangan.
(12) Instruksi dan Koordinasi.

c) Artileri.

(1) Armed. Disarankan oleh Dan Sat Armed yang


membantu, kecuali penentuan prioritas tembakan ditentukan
oleh Dan Brig.

(2) Arhanud. Disarankan oleh Pastasus Hanud (Dan Sat


Arhanud yang membantu atau dansat Banpur yang ditunjuk
sebagai Pasta sus Hanud), prioritas obyek pertahanan udara
ditentukan oleh Dan Brig.

d) Zipur, Disarankan oleh Kasiops, dikoordinasikan oleh Dan Sat


Zeni yang di-BP-kan.

e) Unsur Bnamin, disiapkan oleh Kasilog dengan Koordinasi Kasi


yang lain serta unsur Banmin yang membantu.

f) Cadangan. Kasiops menentukan dan mengembangkannya


atas dasar keputusan dan konsep umum operasi Komandan selalu
ditulis sebagai sub pasal sebelum sub pasal terakhir dari pasal 2 ini.

g) Instruksi Koordinasi. Merupakan sub pasal terakhir dalam


pasal 3. Memuat instruksi yang berlaku bagi dua atau lebih unsur
Komando. Instruksi tentang perhubungan tidak termasuk sub pasal
ini. Dapat memuat pernyataan tentang unsur utama keterangan
(UUK) yang diperlukan (dari Kasi Intel).

5) Pasal 4 ADMINISTRASI. Disiapkan oleh Kasilog dan Kasipers serta


Kasiter, ditambah para Pa staf Sus bidang administrasi yang bersangkutan.
Seandainya terlalu panjang dan rumit dapat berupa lampiran tersendiri
(lampiran Banmin).

6) Pasal 5. KOMANDO DAN PERHUBUNGAN. Pasal ini memuat


petunjuk tentang Komando dan Perhubungan. Dapat menunjuk pada
lampiran perhubungan dan atau Insopshub serta Instaphub yang berlaku.
Sub pasal Komando menjelaskan tentang lokasi Posko termasuk lokasi
yang akan dating bila sudah ditentukan.

f. Bagian Penutup.

1) Laporan Penerimaan. Memberikan petunjuk untuk melaporkan bila


Prinops sudah diterima dan dimengerti dengan jelas. Laporan dapat
disampaikan tanpa disandi, cukup dengan menyebut nomor petunjuk berita.
Petunjuk ini dituliskan dengan kata-kata “NYATAKAN MENGERTI “.
27

2) Tanda Tangan. Lembar nomor satu dari Prinops dan lampi-rannya


ditanda tangani oleh Komandan atau yang diberi kuasa untuk itu.
Lembar nomor satu ini selalu menjadi arsip Satuan. Lembar selanjutnya
disyahkan menggunakan cara lain selain pengetikan misalnya dengan
stensil dan cara lain, hanya dibenarkan untuk lembar kedua dan seterusnya.
Sedangkan lembar nomor satu tetap ditik atau ditulis, sesuai dengan
aslinya.

3) Lampiran. Lampiran disiapkan oleh para Pa staf yang mempunyai


tanggung jawab dalam bidangnya masing-masing.

4) Nama dan pangkat Komandan atau yang diberi kuasa, dicantumkan


pada semua bidangnya masing-masing.

5) Distribusi. Susunan dan daftar diatur dalam protap Satuan yang


bersangkutan, Kasiops menentukan distribusi Prinops yang dikeluarkan,
dikoordinasikan dengan Pa staf yang lain.

g. Tata tulis. Lihat format pada lampiran III serta berpedoman pada Naskah
tentang Staf Renik.

h. Jumlah distribusi. Jumlah distribusi Prinops Brigade sebagai berikut :

1) Satuan yang tertulis dalam sub pasal 3 b dan seterusnya.

2) Detasemen jajaran Brigade, (kalau tidak termasuk dalam sub pasal 3


b dan seterusnya.

3) Tambahan yang tidak tercantum dalam distribus titik 1) dan 2) diatas


(biasanya berhubungan dengan sub pasal 1 b).

4) Arsip. Untuk arsip ini diperlukan 3 rangkap meliputi :

a) Lembar nomor 1 sebagai arsip


b) Dua rangkap sebagai cadangan

Catatan : Distribusi ini harus memperhatikan :

a) Petunjuk perencanaan dan konsep umum operasi


Komandan terutama yang menyangkut Satuan mana yang akan
melaksanakan tugas taktis tertentu dan Satuan mana yang perlu
pengamanan dan pengendalian terus menerus dari Danbrig.

b) Satuan-satuan yang tercantum dalam sub pasal 3 b


seterusnya :

(1) Perincian dalam sub pasal 3 b seterusnya, terutama


yang menyangkut Satuan jajaran Denma, apakah perintahnya
cukup diberikan langsung kepada Dandenma saja atau
28

langsung kepada Satuan-satuan yang bersangkutan, supaya


memperhatikan isi Jukcan Dan.
Di sini akan dijumpai ketentuan, apakah sebagian atau seluruh
atau tidak sama sekali Satuan/unsur dari Denma yang akan
dikendalikan langsung oleh Dan Brig.

(2) Jika dalam Jukcan Dan tidak disinggung sama sekali


yang disebutkan di atas, maka Komandonya dilakukan
Danden.

19. Perintah Operasi Jenis Oleat.

a.Ciri. Merupakan suatu oleat dimana tertera semua pokok penting yang terdapat
dalam perintah operasi tertulis, dengan maksud untuk mengurangi waktu yang
diperlukan bagi si penerima perintah. Perintah jenis ini tersendiri dari 2 (dua)
bagian :
1) Bagian tertulis.
2) Bagian grafis.

b. Bagian tertulis.

1) Penulisan pada bagian ini sesuai dengan tata tulis yang berlaku (lihat
Naskah tentang Staf Renik).

2) Pasal Prinops ditulis secara lengkap dan berurutan.

3) Isi pasal dan sub pasal ditulis setingkat mungkin, di mana hal yang
sudah digambarkan pada bagian grafis tidak perlu diulangi kembali.

4) Tugas pokok harus ditulis dan dinyatakan secara jelas lengkap.


a) Pasal 4. ADMINISTRASI. Termasuk semua pengaturan
administrasi sebelum, selama dan sesudah perjalanan.

b) Pasal 5. KOMANDO DAN PERHUBUNGAN. Meliputi segala


sesuatu yang mengatur komunikasi khusus dan kedudukan kelompok
Komando sebelum, selama dan sesudah perjalanan serta sejumlah
nama samaran.

5) Lampiran (bila ada).

a) Susunan tugas, alokasi perjalanan.


b) Tabel perjalan.
c) Pengendalian lalu lintas.

6) Distribusi. Badan pengendali lalu lintas sampai dengan ke tingkat


polisi lalu lintas (terutama Tabel perjalanannya).

20. Perintah Administrasi. Perintah Adaministrasi (Prinmin) adalah suatu


pernyataan formil yang memberikan Satuan unsur Komando tentang rencana
29

bantuan administrasi yang tersedia bagi operasi. Penjelasan lengkap mengenai


Prinmin, lihat Naskah tentang Dinas Staf-4/Log dan Dinas Staf-3/Pers.
BAB V
SUSUNAN TUGAS

21. Umum. Susunan Tugas dikembangkan oleh perwira staf operasi dasar
keputusan Komandan serta konsep umum operasinya, dan di kordinasikan dengan para
perwira staf yang bertanggung jawab terhadap operasi tempur dan bantuan tempur.
Pemilihan satuan tertentu, kecuali Batalyon manuver, merupakan wewenang Komandan
satuan yang menyediakannya.

22. Bentuk Susunan Tugas. Susunan Tugas memperlihatkan bagaimana Komandan


merencanakan alokasi satuan tempur dan bantuan tempurnya serta satuan lainnya agar
dapat menyeleseikan tugas pokoknya. Susunan Tugas dapat dikemukakan dengan
menggunakan salah satu dari tiga kemungkinan, antara lain :

a. Sebelum Pasal 1. Taktik ini biasanya di gunakan pada tingkat Brigade.

b. Dalam satu lampiran. Taktik ini digunakan , bila ada sejumlah besar satuan
yang dikerahkan, biasanya pada tingkat Divisi keatas .

c. Dalam Pasal 3 Prinops. Taktik ini lazimnya digunakan pada tingkat Batalyon.

d Bila tidak ada keterangan lain (BL/BKO), maka Satuan yang ditulis adalah
dibawah pengendalian suatu Komando berarti status BP. Apabila dikehendaki atau
dimaksudkan berlakunya pada suatu saat tertentu, maka waktunya dicantumkan,
misalnya :
YONIF 812
TONKAVTANK 1/B/28 (BP mulai 17800 JUN 19.F)
TON SLT 2/81
RUHBLAP 3/1/81
e Tugas Satuan tidak dicantumkan dalam susunan tugas.

f Satuan yang perlu pengawasan dan pengendalian secara terus dari


Komandan Satuan yang bersangkutan dimaksudkan Markas Komando,
misalnya Pasukan Brigade, pasukan Divisi dan sebagainya.

g. Status dalam penyusunan susunan tugas dari Satuan-satuan


hendaknya memperlihatkan bentuk tentang dukungan administrasinya.
Misalnya : Jangan mem-BP-kan satu Satuan kalau Satuan tersebut masih
mengurus bantuan administrasinya sendiri (sesuai ketentuan Banmin yang
ada) tapi berikanlah status Bawah Komando Operasi (Bakoops).

BAB VI
OLEAT OPERASI DAN PETA INDUK

23. Umum. Pemeliharaan dan pembinaan peta baik peta tempur, peta bagan maupun
yang berupa oleat merupakan perhitungan khusus para Perwira Staf para Perwira Staf
30

terdiri dari Markas Komando Brigade bertanggung jawab memelihara kegunaan dari
masing-masing peta yang dipeliharanya.
Oleh karena itu seorang Perwira Staf harus terampil membina dan memelihara peta yang
dibinanya, baik peta tempur bagan dan pembuatan peta operasi.

24. Peta. Yang dimaksud dengan peta adalah suatu gambaran tentang bumi di
atas bidang datar, bersifat selektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
baik secara visual maupun secara matematis. Selanjutnya dalam Bab ini kita hanya
akan membicarakan jenis peta dan penggunaannya di Satuan setingkat Brigade, di
luar pengertian jenis peta sesuai disiplin ilmu topografi.

25. Peta Tempur.

a. Peta tempur adalah peta situasi yang mencatat keterangan-keterangan


militer dengan menggunakan tanda-tanda militer yang sudah distandarisasikan.
Dalam pembuatannya, di atas peta topografi yang digunakan, kemudian
ditempatkan diatasnya suatu lembaran kertas kaca/transparan/kertas oleat.
Selanjutnya pada kertas kaca/transparan/oleat tersebut digambarkan data-data
situasi yang sedang berlaku dengan menggunakan pensil berwarna (baik tanda
yang digambarkan, maupun warna pensil yang digunakan, semuanya telah
distandarisasikan).

b. Macam-macam peta tempur.

1) Peta (situasi) operasi induk. Peta ini dipelihara oleh Kasiops dan
Perwira Tugas, di mana peta-peta lain harus disesuaikan dengan peta induk
ini secara periodik. Sebaiknya peta periodik ini dibuat pada suatu peta
topografi yang berkedar besar, sedangkan bila diperlukan diadakan peta
induk lain dengan menggunakan peta topografi berkedar kecil agar
mendapatkan gambaran peta yang lebih luas, peta induk berisikan :

a)Kedudukan pasukan sendiri lengkap dengan kedudukan Poskonya.

b) Kedudukan musuh dan pertanyaan tentang mereka,


secara dengan laporan.

c) Rintangan, pertahanan yang telah diketahui pasti dan


kedudukan senjata berat kedua belah pihak.

d) Instalasi seperti : Daerah pendaratan Heli, tempat tawanan


dan lain-lain.

e) Garis batas.

f) Garis bom, sasaran, titik kendali garis berita garis taraf


dan poros gerakan.

g) Keterangan topografi yang diperlukan yang belum tergambar


di peta.
31

h) Rute, jembatan dan tempat penyebrangan beserta kelas


jalan.
j) Waktu pada saat tanda tersebut diperbaharui atau dbetulkan
dan waktu pada saat situasi itu berlangsung. Pada umumnya di
ruang operasi Satuan tingkat Batalyon yang ada hanya peta situasi
operasi induk saja.

2) Peta Intelijen. Peta ini dipelihara oleh Kasi-1/Intel yang dibuat di atas
peta topografi baik berkedar besar maupun berkedar kecil. Peta ini
memperlihatkan semua perincian keterangan yang terdapat pada peta
tempur yang bersangkut paut dengan kepentingan Intelijen. Khususnya
keterangan mengenai musuh yang diperkirakan indentifikasinya dan lain
sebagainya.

3) Peta Operasi Komando. Peta ini biasanya mirip dengan peta situasi
operasi induk, hanya saja dapat dibawa kemana-mana. Keterangan yang
diperlukan dicantumkan sangat tergantung pada pribadi Komandan yang
bersangkutan, tetapi lazimnya memuat data baik operasi maupun intelijen.

4)Peta administrasi. Peta ini dipelihara oleh Kasi-3/Pers dan Kasi-4/Log, di


mana didalamnya menunjukan keterangan yang bersangkutan dengan
kepentingan personil dan logistik saja.

5) Peta Rencana Tembakan Arteleri. Peta ini tersedia baik di Pa Staf


Koordinasi (dalam hal ini Kasiops) maupun pada Pa Staf Khusus Artileri,
sehingga rencana tembakan artileri dapat diminta pada berbagai titik yang
membutuhkan, dengan mempergunakan nomor atau nama sasaran RTA
dapat juga digambarkan pada kertas oleat yang terpisah pada peta situasi
operasi induk yang ada.

6) Peta Patroli. Peta ini dipelihara dalam situasi operasi taktis.

7) Peta tugas khusus. Peta ini diadakan bilamana dianggap perlu


misalnya tugas pembersihan ranjau darat.

8) Peta Perwira Tugas. Peta Perwira Tugas. Peta ini dipasang pada
papan yang berukuran kecil dan harus ditempatkan dekat dengan radio atau
tilpun. Peta ini penting untuk segera dapat mencatat keterangan yang
masuk selama pembicaraan radio/tilpun atau laporan lisan. Yang menerima
harus memperhatikan bahwa keterangan yang masuk itu segera dicatat dan
disesuaikan dengan peta (situasi) operasi induk dan memberikan pihak lain
yang berkepentingan.

9) Peta Teritorial. Peta ini menggunakan peta topografi biasa, hanya


oleatnya digambarkan komposisi politik, atau ekonomi maupun demografi
suatu wilayah.

c. Pemeliharaan peta tempur


32

1) Pemeliharaan peta tempur merupakan salah satu fungsi dari para


perwira Staf, baik Staf koordinasi maupun staf khusus, Perwira yang
bersangkutan harus memelihara peta tempurnya masing-masing, sehingga
peta tersebut dapat selalu dipakai dan dipercaya.

2) Cara memelihara peta tempur

a) Peta dan papan dasarnya harus cukup membuat seluruh


daerah operasi yang akan diawasi.

b) Kertas kaca harus terpasang erat di atas peta dan papan


dasarnya jangan sampai tergelincir atau tergeser, sedangkan pada
kertas kaca itu sendiri perlu diberi minimal dua tanda silang koordinat,
di samping luar tanda silangnya untuk mengetahui bila kertas kaca
tergeser dari kedudukan semua.

c) Nomor garis lintang dan garis bujur koordinat perlu


dicantumkan di atas kertas kaca untuk memudahkan mencari
letak koordinat.

d) Keterangan yang diperkirakan tidak akan berubah untuk


suatu jangka waktu tertentu, misalnya : Kedudukan instansi,
garis batas, nomor garis batas, nomor garis koordinat dan titik
terkenal, sebaiknya dituliskan dari balik kertas kaca sehingga
tidak mudah terhapus. Hal ini dapat dikerjakan dengan cara
mengambarkan tanda itu di atas kertas kaca, kemudian gambar
tersebut diikuti dari balik kertas kaca tersebut, dan
menempatkan kertas kaca itu kembali di atas peta.

e) Gunakan tanda militer, warna dan singkatan resmi yang


berlaku. Arah tulisan sejajar dengan garis lintang peta bila tulisan
terlalu penuh di suatu tempat, dapat dipergunakan tanda panah untuk
menunjukan secara tepat titik atau tempat yang dimaksud itu.

f) Untuk menonjolkan tulisan yang mempergunakan pensil


berwarna hitam diatas kertas kaca, dilakukan dengan terlebih dahulu
memberi dasar kuning di atas kertas kaca yang akan ditanda-tangani.

26. Peta Bagan.

a. Pengertian. Peta bagan adalah suatu gambar yang menjelaskan suatu


situasi tertentu untuk memberikan kejelasan dan kesingkatan suatu perintah atau
laporan. Peta bagan digunakan apabila tidak terdapat peta yang diperlukan
menurut jenis, ukuran dan bentuknya.

b. Kegunaan Peta Bagan. Untuk memperjelas suatu laporan atau perintah.


33

c. Cara membuat. Peta bagan harus dibuat sesederhana mungkin mudah


dibawa dan dimengerti dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Kepala. Cantumkan penjelasan apakah peta bagan tersebut sebagai


suatu lampiran perintah atau laporan tertentu.

2) Kedar. Tidak berkedar tatapi suatu taksiran jarak harus diadakan


mengigat bagan tersebut kurang memperhatikan ketelitian.

3) Arah utara peta. Tunjukan arah utara peta.

4) Tanda militer resmi. Gunakan tanda militer resmi yang telah


distandarisasikan.

27. Oleat Operasi.

a. Umum. Oleat adalah tindasan/jiplakan dari sebagian peta sheet topografi,


peta bagan atau peta lichdruk ke kertas bening (misal kertas kaca, kertas roti,
kertas kalkir dan lain-lain).

b. Isi. Sedapat mungkin digambarkan tanda-tanda militer dan tanda-tanda


taktis seperti : Garis batas kedudukan Satuan manuver, kedudukan Satuan
cadangan, kedudukan Posko, titik kendali kedudukan yang dipersiapkan dan
sebagainya.

c. Untuk mencegah kesalahan dan memelihara ketelitian terhadap peta yang


digunakan sesuai penunjukan. Supaya digambarkan/digunakan minimal 2 (dua)
buah garis silang Koordinat, yang dingunakan.

d. Pemakaian :

1) Oleat operasi sebagai lampiran Prinops.


2) Perintah operasi jenis oleat.

e. Manfaat pemakaian oleat operasi :

1) Memberikan gambaran yang jelas tentang isi perintah.


2) Dengan sekejap dapat dilihat maksud/keinginan Komandan.
3) Penghematan waktu bagi Dansatwah.

f. Pembuatan :

1) Susuanan/bentuk. (lihat naskah tentang Staf Renik).


2) Unsur utama/umum.

a) Tanda silang koordinat (minimal dua).


b) Batas daerah tanggung jawab.
c) Kedudukan pasukan sendiri.

3) Oleat untuk serangan unsur-unsurnya :


34

a) Garis batas (di depan GA/GK harus digambarkan secara jelas


dibelakang GA/GK boleh digambar, boleh tidak disesuaikan dengan
kebutuhan.
b) Garis awal (GA, GA=GK, GA=PDK).
c) Sasaran.
d) Kedudukan Posko dan Satuan cadangan.

4) Oleat operasi untuk pertahanan. Unsur-unsurnya :

a) Garis batas.
b) Titik Koordinasi
c) Kedudukan Satuan (dua tingkat ke bawah) pada inti
pertahanan (BDDT).
d) Kedudukan Posko
e) Kedudukan Satuan cadangan (baik dalam daerah kumpul
ataupun dalam kedudukan pertahanan).

5) Oleat operasi untuk Serbal. Unsur-unsurnya :

a) Sasaran
b) Arah serangan
c) Garis awal
d) Rute gerakan
e) Pasukan pembendung.
f) Garis batas.
Contoh-contoh oleat lampiran V, VI dan VII

BAB VII
PENDEL

28. Umum.

a. Pemindahan pasukan adalah gerakan pasukan dari suatu tempat ke tempat


lain yang dilakukan, baik dengan berjalan kaki meupun berkendaraan,
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

b. Untuk memindahkan pasukan dari satu tempat ke tempat lain (yang baru)
pada waktu yang tepat sehingga dapat melaksanakan tugas selanjutnya.

29. Macam Pemindahan Pasukan.

a. Pemindahan strategis :

1) Pemindahan antar mandala


2) Kemungkinan kontak dengan musuh kecil.
3) Biasanya menggunakan pesawat atau kapal laut.
4) Mengutamakan factor keamanan dan kerahasiaan pasukan.
35

b. Pemindahan taktis :
1) Pemindahan dari suatu daerah pertempuran ke daerah
pertempuran yang lain, dalam suatu mandala operasi.
2) Kemungkinan kontak dengan musuh besar.
3) Mengutamakan factor keamanan dan kerahasiaan pasukan.

c. Pemindahan administrasi

1) Pemindahan pasukan di suatu daerah belakang wilayah


perang/daerah pertempuran.
2) Kemungkinan kontak dengan musuh besar.
3) Mengutamakan keleluasaan bergerak.
Selanjutnya dalam Bab ini hanya akan dibicarakan tentang pemindahan taktis saja,
dilaksanakan dengan berjalan kaki atau berkendaraan darat.

30. Langkah-langkah dalam Pemindahan Pasukan.

a. Tahap persiapan :

1) Mengeluarkan perintah persiapan.


2) Mengirim kelompok pengintai, yang terdiri dari :
a) Unsur pengintai
b) Unsur Pionir
c) Mengutamakan keleluasaan bergerak.

3) Membuat perkiraan keadaan.


4) Membuat rencana terperinci, meliputi :
a) Menyusun kolone.
b) Mencocokan keterangandari hasil pengintaian
c) Perhitungan pemindahan
d) Menyocokan rencana terperinci dengan intruksi
Komandan
e) Melengkapi rencana tersebut pada perintah oleat dan tabel
perjalanan

5) Mengeluarkan Prinmars.
6) Menyusun dan mengirim kelompok pengatur tempat.

b. Tahap pelaksanaan. Dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dengan cara


:
1) Berkendaraan.
2) Berjalan kaki.
3) Kombinasi.

31. Pemindahan Pasukan Berkendaraan.

a. Umum. Dalam pelaksanaan pemindahan pasukan dengan menggunakan


kendaraan bermotor, untuk memperbesar mobilitas serta efektifitas penggunaan
36

jarring-jaring jalan, diperlukan pengendalian dan pengawasan yang cukup.


Pengendalian dan pengawasan ini diperlukan terutama bagi organisasi perjalanan.
b. Organisasi perjalanan. Suatu kolone mars (perjalanan) termasuk unsur-
unsur yang menggunakan rute yang sma dalam suatu perjalanan tunggal berada
dalam suatu pengawasan dan pengendalian tunggal yang terpusat oleh seorang
Komandan. Suatu Kolone yang besar biasanya terdiri dari bagian-bagian yang
terorganisasi dan berada di bawah pengawasan dan pengendalian Komandan
bagian tersebut.

1) Seri. Seri adalah bagian terbesar dari suatu kolone mars. Seri
diorganisasikan ke dalam suatu Satuan yang utuh dibawah pengawasan
dan pengendalian seorang Komandan.

2) Kesatuan Mars. Kesatuan Mars adalah bagian terkecil suatu kolone


mars, biasanya Satuan-satuan setingkat Regu, Ton, Kompi atau Rai yang
bergerak dalam Kesatuan mars. Kesatuan mars bergerak dan berhenti
atas perintah langsung Komandan Mars.

c. Pengawasan.

1) Komandan Kolone. Perwira atau Bintara yang menjabat sebagai Dan


Kolone yang bertanggung-jawab atas segala tindakan selama diperjalanan.

2) Perwira atau Bintara Pengawas. Dijabat oleh seorang Pa/Ba


Pengawas yang melaksanakan dan mengatur kendaraan atau pasukan
pada rute tertentu.

3)
Pengawas yang lain :

a) Petunjuk jalan. Petunjuk jalan dapat berupa orang atau tanda


yang mengarahkan dan mengatur kendaraan atau pasukan pada rute
tertentu.

b) Pengawal. Dilakukan oleh POM atau Satuan lain yang


ditunjuk untuk mengawasi kolone melalui daerah-daerah berbahaya.
Sifat pengawalan bersenjata baik oleh Satuan Tempur maupun
Satuan Arhanud (terhadap ancaman bahaya serangan udara).

d. Tanda pengenal kendaraan.

1) Tujuan. Untuk memudahkan pengawasan.

2) Penggunaan warna bendera :

a) Pengamanan.

b) Warna yang digunakan.

(1) Warna biru untuk kendaraan terdepan.


37

(2) Warna hijau untuk kendaraan terakhir


(3) Warna putih untuk kendaraan Komandan Kolone.
(4) Warna khusus untuk kendaraan mesiu dan kendaraan
sensitive terhadap bahaya.

e. Perhubungan. Sistem Satuan.

f. Pengendalian.

1) Macam Pengendalian :

a) Pengendalian satuan. Pengendalian yang dilaksanakan


oleh/dan menjadi tanggung-jawab Dansat. Pengendalian ini
menjamin :

(1) Ditaatinya peraturan lalu lintas.


(2) Pemeliharaan kecepatan.
(3) Faktor keamanan.
(4) Rute yang telah ditentukan.
(5) Skema waktu.
(6) Disiplin selama perjalanan dan selama istirahat.
(7) Pengamanan setempat.

b) Pengendalian Daerah. Tanggung jawab Dansat atasan


dilakukan apabila menggunakan jalan raya utama.

2) Metoda pemindahan

a) Kolone tertutup :

(1) Kendaraan bergerak dengan antara yang se-kecil


mungkin dengan jarak yang berubah-rubah sesuai dengan
kecepatannya. Dalam kolone ini, antara dinyatakan dalam
meter. Dalam hal ini antara harus dipelihara dengan
kecepatan tertentu, dilihat dari ukuran kecepatan dan faktor
APK (Angka Perkalian kecepatan).
APK = Jarak yang dikehendaki.
Kecepatan menurut ukuran kecepatan.

(2) Keuntungan. Memudahkan pengawasan dan


komunikasi.

(3) Kerugian. Rawan terhadap serangan udara musuh


serta gangguan penglihatan (debu).
38

b) Kolone terbuka :

(1) Dalam kolone terbuka dipelihara suatu jarak/antara


yang agak jauh dengan dinyatakan dalam meter yang tidak
berganti-ganti.

(2) Keuntungan :

(a) Menjamin keuntungan pasif terhadap peninjauan


dan serangan.

(b) Memungkinkan kecepatan lebih tinggi, aman dan


kenyal.

(3) Kerugian. Pengawasan dan pengendalian sulit.

c) Infiltrasi/selundupan :

(1) Kendaraan bergerak sendiri-sendiri dalam kelompok


kecil atau dengan selang waktu yang tidak tentu
diselundupkan dalam kesibukan lalu lintas.

(2) Keuntungan. Kerahasiaan terjamin, aman terhadap


serangan musuh serta tidak mempengaruhi kegiatan lalu lintas
umum.

(3) Kerugian Pengawasan sangat sulit.

g. Rencana pemindahan bermotor.

1) Data-data dasar tentang rencana pemindahan :

a)Jumlah kendaraan yang dimiliki Satuan

b)Tempat asal dan tujuan yang dimiliki

c) Jarak dan waktu tempuh

d) Dengan memperhitungkan jarak dan waktu yang tersedia


akan diketahui kecepatan rata-rata yang harus dipelihara.

e) Dengan berdasarkan pengetahuan tentang kondisi jalan


kecakapan pengemudi dapat ditentukan jarak keamanan, kedudukan
kendaraan dalam kolone dan formasi dari Satuan Mars.
39

f) Untuk rencana pemindahan Satuan kecil yang harus diketahui


terutama hanya tugas, tempat tujuan, waktu untuk menyelesaikan
pemindahan dan sarana yang digunakan.

Di samping data-data dasar tersebut di atas, yang ditentukan untuk


perencanaan pemindahan ialah saat pemberangkatan, jarak tempuh,
jarak waktu dan kecepatan rata-rata mars, di samping itu juga perlu
ditentukan titik permulaan (TP), titik-titik kritik sepanjang rute, rencana
istirahat atau berhenti atau titik serak (TS). Untuk perencanaan yang
cepat dan penghematan waktu perencanaan biasanya menggunakan
rumus-rumus pemindahan bermotor, grafik perjalanan dan table
pemindahan sebagai alat penolong.

2)Faktor Waktu, jarak dan kecepatan. Hubungan antara ketiga faktor ini
mendasar keseluruh rencana pemindahan.

Faktor jarak dan waktu umumnya berhubungan erat dalam kolone atau
unsur-unsur dalam kolone sebagai berikut :

FAKTOR JARAK FAKTOR WAKTU

- Panjang Kolone - Waktu lintas


- Jarak antara - Selang waktu
- Anatara - Waktu antara
- Pendudukan jalan - Ruang waktu
- Jarak tempuh - Jarak waktu

a) Faktor jarak. (Dengan menggunakan satuan


meter/kilometer).

(1) Panjang. Panjang dari suatu kolone atau bagainnya


adalah panjang jalan yang didudukinya, diukur dari kepala
sampai ekor.

(2) Jarak antara. Jarak antara kendaraan dengan


kendaraan berikutnya atau bagian dalam kolone atau
antara kolone atau bagian dalam kolone atau antara
kolone berikutnya, diukur dari ekor kolone depan sampai
kepala kolone berikutnya.

(3) Antara. Antara adalah jarak kepala bagian dari kolone


atau kepala kendaraan (seri, satuan mars atau kolone) dengan
kepala berikutnya.

(4) Pendudukan jalan. Pendudukan jalan adalah panjang


jalan yang diduduki oleh suatu kolone atau bagaiannya,
termasuk ruang tambahan yang diperlukan sebagai tambahan
yang diperlukan sebagai faktor keamanan dan felksibilitas.
40

Bila tidak ada factor keamanan tersebut diatas maka


pendudukan jalan sama dengan panjang kolone.

(5) Jarak tempuh. Jarak tempuh adalah jarak antara satu


titik ke titik lain yang telah ditentukan.

b) Faktor waktu.

(1) Waktu lintas. Adalah waktu yang diperlukan oleh


suatu kolone atau bagiannya untuk melintasi titik tertentu.

(2) Selang waktu. Selang waktu adalah waktu antara


ekor suatu kolone (kendaraan) dan kepala dari unsur
berikutnya yang bergerak melalui titik tertentu.

(3) Waktu antara. Waktu antara adalah waktu antara


kepala dari suatu unsur kolone (kendaraan) dan kepala dari
unsur berikutnya yang bergerak melalui titik tertentu.

(4) Ruang waktu. Ruang waktu adalah waktu yang


dibutuhkan sewaktu kolone atau bagiannya melalui titik
tertentu.
Ini termasuk selang waktu antara bagian-bagiannya dan
kemungkinan waktu tambahan untuk keamanan dan faktor
fleksibelitas.

(5) Jarak waktu. Jarak waktu adalah waktu yang


diperlukan untuk bergerak dari suatu titik lainnya dengan
kecepatan yang telah ditetapkan.

c) Kecepatan pemindahan. Kecepatan gerak disesuaikan de-


ngan jarak yang harus ditempuh. Meskipun tidak ada perbedaan
yang jelas, namun hal sebagai berikut dapat dipakai sebagai
pedoman untuk perencanaan :

(1) Kecepatan adalah seperti apa yang terlihat dalam


speedometer pada tiap-tiap kendaraan dinyatakan dalam
kilometer perjam.

(2) Kecepatan mars adalah kecepatan rata-rata


termasuk untuk berhenti (istirahat) dan kelambatan-
kelambatan pendek, dinyatakan dalam kilometer di dalam
waktu satu jam.
41

d) Visualisasi faktor jarak dan waktu.

PANJANG ANTARA JARAK

PANJANG WAKTU ANTAR SELANG


WAKTU

JARAK KOLONE

PANJANG ANTARA JARAK


ANTARA

PANJANG WAKTU ANTARA SELANG


WAKTU

WAKTU LINTAS

PENDUDUK JALAN JARAK TEMPUH

T.P
T.S

RUANG WAKTU JARAK WAKTU

h. Rumus-rumus pemindahan pasukan berkendaraan.

1) Jarak waktu. Waktu yang diperlukan untuk pemindahan pasukan dari


TP ke TS dengan kecepatan tertentu.

JW (dalam) = Jarak (dalam Km)


42

Kecepatan (dalam Km/jam)

2) Kolone terutup.

APK = Jarak yang dikehendaki


Kecepatan

WL (dalam menit) = Jml Ran x 60 x APK ( dalam menit )


Kecepatan + WS

3) Kolone terbuka.

WL (dalam menit) = Jml Ran x Panjang Ran x 60


1.000 x Kecepatan

WL (dalam menit) = Jml kendaraan


Kecepatan + SW

WL (dalam menit) = Jml kendaraan


Kecepatan + SA total

PJ (dalam km) = Jml kendaraan


Kecepatan (Ran/km) + SA total

PJ (dalam km) = WL (dalam menit)


60 x kecepatan (Km/jam).

32. Pemindahan Pasukan Berjalan Kaki.

a. Umum. Pada umumnya peristilahan umum serta perencanaan pemindahan


pasukan antara pemindahan pasukan berkendaraan dengan pemindahan berjalan
kaki adalah sama, perbedaanya adalah pada pemindahan pasukan berjalan kaki
tidak memakai sarana angkutan.

b. Rumus-rumus pemindahan :

JW (dalam jam) = Jarak (Km)


Kecepatan (Km/jam)

JW (dalam jam) = Jarak (meter) x 60


1.000 x Kecepatan (Km/jam)

LW (dalam jam) = Pendudukan jalan x 60


1.000 x Kecepatan (Km/jam)

Kecepatan bergerak pasukan berjalan kaki :

Siang hari Malam hari

Melalui jalan 4 Km/jam 3 Km/jam


43

Lintas medan 3 1/2 Km/jam 1 1/4 Km/jam

Pendudukan jalan oleh pasukan berjalan kaki terdiri dari 2 (dua) bagian

1)Pendudukan jalan oleh orang-orang (termasuk jarak antara orang-orang).

2) Penduduk jalan antara bagian-bagian.

a) Penduduk jalan dari orang-orang :


PJ (dalam Km) = Jml orang x jarak tiap orang
Jumlah orang tiap syaf

b) Penduduk jalan dari jarak antara bagian-bagian. PJ ini


didapat dengan menentukan jumlah selingan (jumlah bagian
dikurangi satu) dan sesuadahnya. Selanjutnya kalikan tiap-tiap
macam selingan itu dengan jarak yang telah ditentukan antara
bagian-bagian ini dan akhirnya dijumlahkan semuanya.

Contohnya :

(1) Satu kolone terdiri dari 59 Ton. 15 Kompi dan 3


Batalyon.

(2) Jumlah selingan adalah


59 – 1 = 58 diantaranya :
3–1 = 2 antara Batalyon
15 – 1 – 2 = 12 antara Kompi-kompi
59 - - - 14 = 44 antara Peleton-Peleton

(3) Jarak yang ditentukan ialah :


(a) Antara Batalyon = 100 meter.
(b) Antara Kompi = 50 meter.
(c) Antara Peleton = 20 meter.

(4) Jumlah selingan antara total adalah :


(20 x 100) + (12 x50) + (44 x 20) =
200 meter + 600 meter + 880 meter = 1.680 M.

Rumus akhir penduduk jalan untuk pemindahan pasukan berjalan


kaki adalah

PJ (Dlm M) = Jml orang x jarak tiap orang Selingan


Jumlah orang dlm syaf + total

33. Perjalanan Pendel.

a. Perjalanan pendel dilakukan jika Satuan tidak mempunyai cukup kendaraan


untuk mengangkut seluruh pasukan.
44

b. Pasukan diangkut sepanjang jalan. Menghemat tenaga.

c. Jika waktu yang dibutuhkan dalam pemindahan dengan Pendel untuk


mengangkut seluruh pasukan dengan kendaraan lebih cepat dari yang diijinkan,
maka pasukan yang diangkut dengan pendel kedua harus menempuh sebagian
dari perjalanan itu dengan berjalan kaki.
d. Jarak minimal yang harus ditempuh pasukan berjalan kaki. Untuk
menghitung jarak ini, maka waktu yang tersedia dikurangi dengan waktu yang
diperlukan untuk melakukan pemindahan seluruhnya (berkendaraan), dilakukan
dengan kecepatan kendaraan (Km/jam), kemudian “ dibagi dua” atau dalam bentuk
rumus :

Jarak minimal = (Hasil Pengurangan waktu) x kecepatan Ran.

e. Titik muat :

1) Dipilih sesuai hasil pengintaian.


2) Dipilih antara TS dan titik yang menunjukan jarak minimal.
3) Untuk menghindari kelelahan pasukan pilih yang sedekat
Mungkin dengan titik yang menujukan jarak minimal.

34. Grafik Perjalanan.

a. Tujuan. Untuk memudahkan pembuatan table perjalanan (sebagai lampiran


Prinmars).

b. Mengambarkan Satuan-satuan seri, titik-titik kritik dan lain-lain.

c. Pembuatan :

1) Buat sumbu tegak dan sumbu mendatar pada kertas grafik.

2) Tentukan kedar yang sederhana :

a) Menunjukan waktu (dari kiri ke kanan).

b) Menunjukan jarak tempuh (dari bawah ke atas).

3) Tentukan/gambarkan titik-titik kritik pos pengaman dan lain-lain.

4) Tarik garis melintang melalui TS.

5) Tarik garis tegak melalui batas waktu minimal.

6) Beri tanda/garis pembatas pada jarak dan waktu yang ditentukan.

7) Tentukan WL dan JW untuk setiap satuan perjalanan.

8) Tarik garis TP ke TS garis ini menunjukan jalannya kendaraan


pertama (kepala kolone). Makin tegak garis ini berarti kecepatan semakin
45

tinggi. Tentukan letak ekor kolone sesuai dengan besarnya WL dari TP


pada sumbu mendatar. Kemudian tarik garis sejajar dengan garis pertama.

9) Tentukan SW antara seri-seri perjalanan yang ada pada sumbu


mendatar dan selanjutnya gambarkan seri-seri berikutnya.

10) Buat legenda sesuai kebutuhan.


d. Contoh grafik perjalanan
GRAFIK PERJALANAN BRIGIF 82
07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00

Km 100 + °
+ °
+ °
Km 80
+
+ °
Km 70 +
+ °
Km 55 + °
+ °
Km 43
+ °
+ °
Km 55
+ °
°
°
°
°
°
°

07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00

= Pasukan jalan kaki

+ + + = Kendaraan roda biasa

ooo o = Kendaraan roda rantai.

= Rintangan

35. Peraturan dalam Membuat Perhitungan (Pedoman persoalan di sekolah).


46

a. Bagian-bagian dari menit dibulatkan ke atas (missal : 6,2 menit menjadi 7


menit).
b. Meter dibulatkan menjadi bilangan sepuluhan berikutnya (missal 142 meter
menjadi 150 meter).
c. Bagian-bagian Km dibulatkan menjadi Km penuh.
d. Jarak diukur dari TP ke TS.
e. Ketentuan istirahat.
1) Kendaraan bermotor.

a) Titik istirahat selama pemindahan yang lamanya kurang


dari 3 jam (terkecuali malam hari).
b) Sesudah jam pertama = 15 menit
c) Sesudah tiap-tiap 2 jam = 10 menit
d) Untuk makan dan mengisi bensin = 15 menit
e) Untuk perjalanan lebih dari 6 jam = 10 menit

2) Kendaraan bermotor.

a) Sesudah jam pertama = 15 menit


b) Sesudah itu tiap-tiap 40 menit = 10 menit
c) Dalam perjalanan lebih dari 4 jam = 60 menit

f.Kekuatan waktu dalam satu hari perjalanan. Untuk pemindahan berkendaraan


dalam keadaan damai atau dalam keadaan perang diluar tembakan senjata darat
musuh.

1) Persiapan antara lain makan pagi, inspeksi kendaraan dan


membongkar perkemahan……………………1 jam
2) Waktu perjalanan termasuk waktu pendek Beristirahat…..7 – 8 jam
3) Istirahat panjang, menambah bahan bakar dan Pelumas (dalam
keadaan perang lebih pendek)…………………1 jam
4) Persiapan antara lain makan pagi, inspeksi kendaraan dan
membongkar perkemahan……………………1 jam
Jumlah………………10 – 11 jam

g. Kesanggupan mengangkut dari kendaraan bermotor :

1) Truk 2 ½ ton (diluar supir) : 3 orang.


Truk 3/ 4 ton (diluar supir) : 8 orang.
Truk 2 ½ ton (diluar supir) : 25 orang + Perlengkapan
Truk 3/ 4 ton (diluar supir) : 30 orang + Perlengkapan

2) Waktu yang diperlukan untuk bongkar/muat :

SIANG MALAM
KESATUAN
MUAT BONGKAR MUAT BONGKAR
1. Pasukan
dengan 10’ 5’ 20’ 10’
perlengkapan
perorangan.
47
2. Pasukan
dengan 30’ 60’ 30’
perlengkapan
15’
perorangan dan
oraganik

3) Waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan kendaraan kendaraan


Yon atau Brigade (setelah menerima perintah peringatan).
4) Para pengemudi harus memeriksa kendaraan pada tiap-tiap berhenti
(selama 15 menit).

h. Angka untuk menentukan penduduk jalan pasukan berjalan kaki :

1) Kolone berbanjar = 4,1 M.


Kolone berjalan (dalam keadaan taktis) = 4.1 M.
Kolone tiap-tiap banjar = 1,9 M.
Kolone tiap-tiap banjar = 1,2 M.
Kolone tiap-tiap banjar berempat = 1,1 M.

Contohnya : Panjangnya Yon berkekuatan 800 orang berjalan dalam


kolone bertiga, adalah :

2) Jarak antara Kesatuan-kesatuan dalam daerah pertempuran :


a) Siang hari

(1) Anatara Peleton = 20 meter


(2) Antara Kompi = 30 meter
(3) Anatara Batalyon = 100 meter

b) Malam hari

(1) Anatara Peleton = 20 meter


(2) Antara Kompi = 30 meter
(3) Anatara Batalyon = 100 meter

j. Kecepatan

KECEPATAN RATA-RATA KM/JAM JARAK RATA-RATA


YANG DI –
DIATAS JALAN LINTAS TEMPUH DIAN-
SATUAN YANG MEDAN TARA JALAN DL
AKAN KM (DL 1 HR)
DIPINDAHKAN
SIAN MALA SIANG MALA
G M M

1. Pasukan Divisi 20 s/d 25 km.


berjalan kaki 4 3 2,5 1.5 Sat kecil 25 s/d 35
2. Pasukan ber km.
kendaraan. 40 40-15 15 8
48
3. Art ringan dan
sedang. 40 12-13 8
4. Arhanud
40-15
bermotor 30 12-13 8
5. Tank ringan 30 20 8
30-15
6. Tank sedang 25 8 5
30-15
25-15
RAHASIA
36. Tabel Perjalanan. 48
Tabel perjalanan merupakan rincian suatu perintah
perjalanan yang diatur dan disusun secara skematis dalam suatu table (merupakan
lampiran suatu Prinmars). Tabel ini dibuat dengan cara yang semudah-mudahnya,
yaitu dengan membacakan saat Pemberangkatan Kepala (SPK), saat dari setiap
seri/satuan perjalanan yang didapat dati grafik perjalanan sebelumnya.
Contoh :

SATUAN P E N G A W A S A N
NOMO WL
DAN KECE-
R MENI TITIK KET
KOMANDA PATAN
SERI T KRITI SPK SPE STK STE
N
K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-
07.0
YONIF 821 TP 06.30 06.40 -
1. 0
LETKOL Km 15 _ _ 07.10
30 10 08.0
INF Km 30 _ _ 08.10
0
WIDARBA TS _ _ 08.40
08.3
0

Tabel perjalanan sebagai produk Staf-2/Ops lampiran Prinmars bentuknya dibuat


sesuai aturan yang tercantum dalam Naskah Staf Renik.

BAB VIII
PENUTUP

37. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Tenaga Pendidik dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar dinas
staf-2/ops pada Pendidikan Perwira TNI AD.

Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri,

Tri Soewandono
Mayor Jenderal TNI
49

RAHASIA

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai