Anda di halaman 1dari 188

TENTARA NASIONAL INDONESIA No. 202.

02-010506
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PT : INF-58

PETUNJUK TEKNIS
TAKTIK DAN TEKNIK MEKANIS

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


NOMOR KEP/366/VI/2021 TANGGAL, 28 JUNI 2021
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. i
RINGKASAN EKSEKUTIF………………………………………………………... iii
Keputusan Kasad Nomor Kep/366/VI/2021 tanggal 28 Juni 2021
tentang Petunjuk Teknis Taktik dan Teknik Mekanis............................. 1

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.…………………………………………………………. 3
2. Maksud dan Tujuan…………………….………………….. 3
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut………………………..….. 4
4. Dasar…………………………………………………………... 4
5. Pengertian………………………………………………….…. 5

BAB II KETENTUAN UMUM

6. Umum………………………………………………………….. 5
7. Tujuan dan Sasaran………………………………………... 6
8. Sifat....................…….…….........………………………... 6
9. Organisasi...........……………………............................ 7
10. Syarat Personel...........................………..………......... 12
11. Teknis....................................................................... 13
12. Sarana dan Prasarana......................……..………....... 33
13. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi........……………….. 33

BAB III KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

14. Umum………………………………………………………….. 34
15. Teknik Mekanis...........…………...……………………….. 34
16. Taktik Mekanis......................................................... 59

BAB IV HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

17. Umum………………………………………………………….. 151


18. Tindakan Pengamanan...……………………..…………. 151
19. Tindakan Administrasi.……………………………………. 152

BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

20. Umum………………………………………………………….. 153


21. Pengawasan..................……..…………………………….. 153
22. Pengendalian...........……………………………………...... 154

BAB VI PENUTUP

23. Keberhasilan…....……………………………………………. 156


24. Penyempurnaan……………………………………………… 156

LAMPIRAN A PENGERTIAN ……………………………………...…......... 157

i
LAMPIRAN B SKEMA ALIRAN PENYUSUNAN PETUNJUK
TEKNIS TAKTIK DAN TEKIK MEKANIS.................. 162
LAMPIRAN C AKRONIM DAN SINGKATAN.................................... 163
LAMPIRAN D DAFTAR GAMBAR.................................................... 165
LAMPIRAN E ALAT DAN PERLENGKAPAN ......…………………………. 169

ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
PETUNJUK TEKNIS
TAKTIK DAN TEKNIK MEKANIS

Pendahuluan Yonif Mekanis sebagai bagian dari satuan


tempur TNI AD merupakan satuan Infanteri yang
memiliki tugas pokok mencari, mendekati,
menghancurkan, dan menawan musuh serta merebut,
menguasai, dan mempertahankan medan baik berdiri
sendiri maupun dalam hubungan yang lebih besar
dalam rangka mendukung tugas pokok Brigif
Mekanis. Untuk memelihara dan meningkatkan
kemampuan Yonif Mekanis agar dapat melaksanakan
tugas, fungsi, dan perannya diperlukan Petunjuk
Teknis (Juknis) Taktik dan Teknik Mekanis sebagai
penjabaran dari Petunjuk Penyelenggaraan
Pembinaan Fungsi Infanteri. Juknis ini menguraikan
tentang taktik dan teknik mekanis tingkat kompi
kebawah melalui tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan pengakhiran dihadapkan dengan
operasi tempur TNI AD.

Tujuan dan Sasaran Mewujudkan taktik dan teknik mekanis yang


adaptif dan berdaya guna optimal dalam rangka
mendukung tugas pokok Satuan Mekanis. Adapun
sasarannya yaitu terwujudnya teknik mekanis yang
valid dan operasional guna menunjang pelaksanaan
taktik mekanis serta terwujudnya taktik mekanis yang
adaptif dan berdaya guna optimal guna mendukung
tugas pokok Satuan Mekanis.

Sifat Sifat taktik dan teknik mekanis terdiri dari


adaptif, aman, kerja sama, ofensif, penghematan
tenaga, sistematis, terencana, dan terkoordinir.

Organisasi Secara umum organisasi taktik dan teknik


mekanis menyesuaikan dengan organisasi Yonif
Mekanis namun bersifat fleksibel menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi di lapangan dikaitkan
dengan faktor Tugas Medan Musuh Pasukan Kawan
(TUMMPAS). Pada buku ini organisasi yang akan
dibahas kompi dari Yonif Mekanis.

Teknis Hal-hal teknis yang dibahas meliputi


kemampuan dan batas kemampuan Ranpur Infanteri,
mekanisme masuk dan keluar Ranpur Infanteri dan
formasi.

Sarana dan Prasarana Taktik dan teknik mekanis menggunakan


sarana berupa Ranpur Infanteri, drone, senjata
Ranpur Infanteri, senjata organik perorangan, munisi,
optronik, alat komunikasi, peta, kompas, GPS, dan
Battle Management System (BMS). Prasarana yang
digunakan berupa medan operasi sesuai dengan tugas
yang diberikan oleh komando atas.

iii
Faktor-Faktor Yang Merupakan faktor-faktor yang dapat
Memengaruhi memengaruhi taktik dan teknik mekanis baik internal
yang meliputi personel dan materiil maupun eksternal
yang meliputi cuaca, medan, dan musuh.

Kegiatan yang Kegiatan yang dilaksanakan mulai dari


Dilaksanakan penjelasan teknik mekanis untuk menunjang
pelaksanan taktik mekanis dilanjutkan penjelasan
taktik mekanis dimulai dari tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, sampai dengan tahap
pengakhiran. Teknik terdiri dari pengintaian dan
peninjauan, penyamaran Ranpur Infanteri, gerak
Ranpur Infanteri, gerakan pengelabuan, pemeriksaan
lapangan ranjau, pemeriksaan medan kritik,
pemeriksaan sudut mati/tikungan tertutup,
pemeriksaan kampung atau daerah bangunan/kota,
melintasi jembatan, penyebrangan sungai, melintasi
persimpangan jalan, pembersihan sasaran, masuk
kedudukan pertahanan, pengamanan objek vital,
pengawalan, dan penyelamatan pada pengamanan
VVIP sedangkan untuk taktik mekanis terdiri dari
gerak maju, serangan, pertahanan, pertempuran
permukiman, gerilya, dan mengatasi separatis
bersenjata.

Pengawasan dan Pengawasan dan pengendalian taktik dan


Pengendalian teknik mekanis mutlak diperlukan, hal ini dilakukan
untuk menjamin optimalisasi tugas yang
dilaksanakan. Pengawasan dan pengendalian
dilaksanakan oleh Danki, Danton, dan Danran.

Keberhasilan dan Keberhasilan taktik dan teknik mekanis


Penyempurnaan tergantung dari disiplin untuk mentaati semua
ketentuan yang ada dalam Petunjuk Teknis Taktik
dan Teknik Mekanis ini oleh satuan mekanis.
Penyempurnaan Juknis Taktik dan Teknik Mekanis
ini disarankan kepada Kasad melalui Dankodiklatad.

iv
2

KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


Nomor Kep/366/VI/2021

tentang

PETUNJUK TEKNIS
TAKTIK DAN TEKNIK MEKANIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA STAF ANGKATAN DARAT,

Menimbang : a. bahwa dibutuhkan adanya peranti lunak berupa


petunjuk teknis untuk digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas bagi satuan dan sumber
bahan ajaran bagi lembaga pendidikan di lingkungan
Angkatan Darat;

b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu


ditetapkan Keputusan Kasad tentang Petunjuk Teknis
Taktik Dan Teknik Mekanis;

Mengingat : 1. Keputusan Kasad Nomor Kep/430/X/2013 tanggal 31


Oktober 2013 tentang Buku Petunjuk Administrasi
tentang Penyelenggaraan Administrasi Umum
Angkatan Darat;

2. Keputusan Kasad Nomor Kep/876/XI/2017 tanggal 20


November 2017 tentang Petunjuk Administrasi tentang
Pembinaan Fungsi Infanteri;

3. Keputusan Kasad Nomor Kep/973/XI/2019 tanggal 18


November 2019 tentang Petunjuk Referensi Stratifikasi
Doktrin TNI AD;

4. Keputusan Kasad Nomor Kep/182/III/2020 tanggal


3 Maret 2020 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Penyusunan Doktrin TNI AD;

5. Keputusan Kasad Nomor Kep/548a/VI/2016 tanggal


15 April 2020 tentang Perubahan I Petunjuk Teknis
tentang Tulisan Dinas;
2

Memperhatikan : 1. Surat Perintah Kasad Nomor Sprin/70/I/2021 tanggal


8 Januari 2021 tentang Perintah Melaksanakan
Penyusunan/Revisi Doktrin TNI AD TA 2021;

2. Surat Perintah Danpussenif Kodiklatad Nomor


Sprin/84/I/2021 tanggal 25 Januari 2021 tentang
Kelompok Kerja Penyusunan Petunjuk Teknis Taktik
Dan Teknik Mekanis;

3. Hasil perumusan kelompok kerja Penyusunan


Petunjuk Teknis Taktik Dan Teknik Mekanis;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : 1. Petunjuk Teknis Taktik Dan Teknik Mekanis


sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini
menggunakan kode PT : INF-58.

2. Petunjuk Teknis Taktik Dan Teknik Mekanis ini


berklasifikasi Rahasia.

3. Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri Kodiklatad


sebagai pembina materi petunjuk teknis ini.

4. Ketentuan lain yang bertentangan dengan materi


petunjuk teknis ini dinyatakan tidak berlaku.

5. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 28 Juni 2021

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANKODIKLAT,

tertanda

AM. PUTRANTO, S.Sos.


Distribusi: LETNAN JENDERAL TNI

A dan B Angkatan Darat

Tembusan:

1. Kasum TNI
2. Irjen TNI
3. Dirjen Renhan Kemhan RI
4. Asrenum Panglima TNI
5. Kapusjarah TNI
3

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Keputusan Kasad


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/366/VI/ 2021
Tanggal 28 Juni 2021

PETUNJUK TEKNIS
TAKTIK DAN TEKNIK MEKANIS

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Yonif Mekanis sebagai bagian dari satuan tempur TNI AD


merupakan Satuan Infanteri yang memiliki tugas pokok mencari,
mendekati, menghancurkan, dan menawan musuh serta merebut,
menguasai, dan mempertahankan medan baik berdiri sendiri maupun
dalam hubungan yang lebih besar dalam rangka mendukung tugas
pokok Brigif Mekanis. Guna memelihara dan meningkatkan
kemampuan Yonif Mekanis agar dapat melaksanakan tugas, fungsi,
dan perannya diperlukan Petunjuk Teknis (Juknis) Taktik dan Teknik
Mekanis sebagai penjabaran dari Petunjuk Penyelenggaraan
Pembinaan Fungsi Infanteri. Juknis ini menguraikan tentang taktik
dan teknik mekanis tingkat kompi ke bawah melalui tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran dihadapkan
dengan operasi tempur TNI AD.

b. Selama ini penyelenggaraan taktik dan teknik mekanis


berpedoman pada Perkasad/29-02/IX/2011 tanggal 30 September
2011 tentang Buku Petunjuk Lapangan tentang Yonif Mekanis. Isi
dari Juknis tersebut hanya membahas taktik mekanis tingkat
Batalyon saja dan belum menjabarkan bagaimana teknik Ranpur
Infanteri serta kerja sama antara Ranpur Infanteri dan Regu Senapan.
Juknis Taktik dan Teknik Mekanis ini untuk melengkapi pedoman
taktik dan teknik mekanis yang sudah ada agar tidak terjadi
perbedaan persepsi dan pemahaman bagi prajurit Infanteri di Satuan
Mekanis khususnya dalam menerapkan taktik dan teknik mekanis.

c. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka perlu disusun


Juknis taktik dan teknik mekanis guna memperoleh kesamaan
pemahaman dan tindakan bagi setiap individu prajurit infanteri di
Satuan Mekanis dalam melaksanakan taktik dan teknik mekanis.
Penyusunan diperlukan agar penyelenggaran taktik dan teknik
mekanis berjalan dengan lancar, terarah, dan terukur serta sesuai
sasaran yang ditetapkan. Selain itu, juknis ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi prajurit Infanteri di Satuan Mekanis
dan sumber bahan ajaran bagi lembaga pendidikan di lingkungan
Angkatan Darat.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Juknis ini dimaksudkan untuk memberikan


gambaran dan penjelasan tentang taktik dan teknik mekanis
dihadapkan dengan operasi tempur TNI AD.
4

b. Tujuan. Juknis ini bertujuan agar dapat dijadikan sebagai


pedoman dalam pelaksanaan taktik dan teknik mekanis dihadapkan
dengan operasi tempur TNI AD.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Lingkup pembahasan juknis ini dibatasi pada


taktik dan teknik mekanis tingkat kompi ke bawah melalui tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran dihadapkan
dengan operasi tempur TNI AD.

b. Tata Urut.

1) BAB I Pendahuluan.

2) BAB II Ketentuan Umum.

3) BAB III Kegiatan yang Dilaksanakan.

4) BAB IV Hal-hal yang Perlu Diperhatikan.

5) BAB V Pengawasan dan Pengendalian.

6) BAB VI Penutup.

4. Dasar. Penyusunan Juknis ini menggunakan dasar sebagai


berikut:

a. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang / 2 / IV / 2007, tanggal


3 April 2007 tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Pelaksanaan
TNI tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional.

b. Peraturan Kasad Nomor Skep/413/XI/2000 tanggal 22


November 2000 tentang Buku Petunjuk Lapangan tentang Batalyon
Infanteri Dalam Operasi;

c. Keputusan Kasad Nomor Skep/515/XII/2004 tanggal 31


Desember 2004 tentang Petunjuk Teknik tentang Pengamanan VVIP
dan VIP.

d. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/111-09/V/2011 tanggal 23


Mei 2011 tentang Buku Petunjuk Lapangan tentang Yonif Mekanis.

e. Keputusan Kasad Nomor Kep/430/X/2013 tanggal 31 Oktober


2013 tentang Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan
Administrasi Umum Angkatan Darat;

f. Keputusan Kasad Nomor Kep/891/XII/2015 tanggal 15


Desember 2015 tentang Petunjuk Induk tentang Infanteri;

g. Peraturan Kasad Nomor 52 Tahun 2016 tentang Organisasi dan


Tugas Batalyon Infanteri Mekanis (Orgas Yonif Mekanis) Uji Coba;

h. Keputusan Kasad Nomor Kep/706/IX/2017 tanggal 22


September 2017 tentang Doktrin Pelaksanaan Operasi Serangan.
5

i. Keputusan Kasad Nomor Kep/707/IX/2017 tanggal 22


September 2017 tentang Doktrin Pelaksanaan Operasi Pertahanan.

j. Keputusan Kasad Nomor Kep/876/XI/2017 tanggal 20


November 2017 tentang Petunjuk Administrasi tentang Pembinaan
Fungsi Infanteri;

k. Keputusan Kasad Nomor Kep/262/III/2018 tanggal 29 Maret


2018 tentang Petunjuk Teknis tentang Program Latihan Standardisasi
Batalyon Infanteri Mekanis.

l. Keputusan Kasad Nomor Kep/801/IX/2018 tanggal 10


September 2018 tentang Doktrin Lapangan Batalyon Tim
Pertempuran Dalam Operasi Serangan.

m. Keputusan Kasad Nomor Kep/1048/XI/2019 tanggal 18


November 2019 tentang Doktrin Lapangan Perang Gerilya
Kota/Pemukiman.

n. Keputusan Kasad Nomor Kep/182/III/2020 tanggal 13 Maret


2020 tentang Juknis Tata Cara Penyusunan Doktrin dan Petunjuk
TNI AD;

o. Keputusan Kasad Nomor Kep/548a/VI/2016 tanggal 15 April


2020 tentang Perubahan I Juknis tentang Tulisan Dinas.

p. Keputusan Kasad Nomor Kep/609/VII/2020 tanggal 24 Juli


2020 tentang Petunjuk Teknis Pertempuran Permukiman.

q. Keputusan Kasad Nomor Kep/800/X/2020 tanggal 20 Oktober


2020 tentang Jukgar Penyusunan dan Penerbitan Doktrin TNI AD.

r. Keputusan Kasad Nomor Kep/151/III/2021 tanggal 29 Maret


2021 tentang Petunjuk Teknis Taktik dan Teknik Operasi Lawan
Insurjensi.

5. Pengertian. (Lampiran A).

BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. Pelaksanaan taktik dan teknik mekanis harus berpedoman


pada pokok-pokok taktik dan teknik mekanis. Pokok-pokok taktik dan
teknik mekanis dipedomani agar dapat memberikan landasan atau dasar
dalam pelaksanaan taktik dan teknik mekanis. Pokok-pokok taktik dan
teknik mekanis terdiri dari tujuan dan sasaran, sifat, organisasi, syarat
personel, teknis, sarana dan prasarana, serta faktor-faktor yang
memengaruhi.
6

7. Tujuan dan Sasaran.

a. Tujuan. Mewujudkan taktik dan teknik mekanis yang


adaptif dan berdaya guna optimal dalam rangka mendukung tugas
pokok Satuan Mekanis.

b. Sasaran.

1) Terwujudnya teknik mekanis yang valid, andal, serta


terintegrasi antara Ranpur Infanteri dan Regu Senapan guna
menunjang pelaksanaan taktik mekanis; dan

2) Terwujudnya taktik mekanis yang operasional, aman, dan


sistematis guna mendukung tugas pokok Satuan Mekanis.

8. Sifat.

a. Adaptif. Taktik dan teknik mekanis harus dapat menyesuaikan


dengan perkembangan teknologi, modernisasi Alutsista, dan doktrin
yang sedang berkembang.

b. Aman. Taktik dan teknik mekanis harus mengutamakan faktor


keamanan, mulai dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
dan pengakhiran sehingga dapat meniadakan/meminimalisir kerugian
personel, materiel, serta melindungi daya tempur sendiri agar dapat
didayagunakan pada waktu dan tempat yang tepat.

c. Fleksibel. Situasi selalu berkembang sesuai dengan ruang dan


waktu, maka perlu daya dan kreasi untuk bertindak secara kenyal
agar mampu merespon setiap perubahan situasi yang terjadi dalam
dinamika operasi, sehingga pasukan akan mampu melaksanakan
tugas dengan berhasil.

d. Kerja Sama. Taktik dan teknik mekanis memerlukan


keterpaduan yang erat pada setiap tahapan kegiatan, mulai dari
tingkat satuan terbesar hingga tingkat satuan terkecil antara Ranpur
Infanteri dan Regu Senapan.

e. Ofensif. Tindakan ofensif dalam taktik dan teknik mekanis


merupakan sarana untuk merebut inisiatif dan mencegah atau
menggagalkan reaksi musuh. Komandan menggunakan inisiatif untuk
memaksakan kehendaknya terhadap musuh atau untuk
mengendalikan situasai taktis yang dihadapinya. Inisiatif yang
diperoleh dari tindakan ofensif harus dipelihara untuk memelihara
kebebasan bertindak sendiri dalam mengeksploitasi kelemahan
musuh.

f. Penghematan Tenaga. Taktik dan teknik mekanis harus


memperhatikan tenaga prajurit yang terserap akibat sangat luasnya
medan operasi yang diberikan kepada Satuan Mekanis sehingga
diperlukan penghematan tenaga secara efektif.

g. Sistematis. Taktik dan teknik mekanis harus dilaksanakan


sesuai tahapan yang teratur dan logis, sehingga memperoleh hasil
yang maksimal.
7

h. Terencana. Taktik dan teknik mekanis harus direncanakan


dengan cermat dan matang, sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

i. Terkoordinir. Taktik dan teknik mekanis harus memiliki


organisasi dan jalur komando yang jelas sehingga pelaksanaannya
dapat terkendali dengan baik dan lancar.

9. Organisasi. Secara umum organisasi taktik dan teknik mekanis


menyesuaikan dengan organisasi Yonif Mekanis namun bersifat fleksibel
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan dikaitkan dengan
faktor TUMMPAS. Pada juknis ini organisasi yang akan dibahas Kompi dari
Yonif Mekanis. Taktik dan teknik Batalyon ke atas pada dasarnya sama
dengan taktik kompi hanya menyesuaikan dengan jumlah personel,
tambahan perkuatan, dan luasnya daerah yang harus dikuasai.

a. Struktur Organisasi.

KOMPI MEKANIS

POK KOKI TON RANPUR TON SENAPAN

b. Susunan Organisasi.

1) Kelompok Komando Kompi (Pok Koki), terdiri dari:

a) Komandan Kompi Mekanis;

b) Bintara Pelatih;

c) Bintara Administrasi;

d) Bintara Manase;

e) Bintara Fourir;

f) Bintara Kesehatan (Bakes); dan

g) Operator Drone.

2) Peleton Ranpur, terdiri dari:

a) Pok Koton Ranpur;

b) Regu Ranpur 1;

c) Regu Ranpur 2; dan

d) Regu Ranpur 3.
8

3) Peleton Senapan, terdiri dari:

a) Pok Koton Senapan;

b) Regu Senapan 1;

c) Regu Senapan 2; dan

d) Regu Senapan 3.

c. Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Pokkoki.

a) Komandan Kompi (Danki):

(1) memelihara dan memimpin kompi dalam


melaksanakan tugas pertempuran permukiman di
wilayah tugasnya;

(2) memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan


dan moril anggota kompi;

(3) merencanakan dan menyelenggarakan


kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggota kompi;

(4) melaksanakan koordinasi dengan satuan


tetangga;

(5) melaksanakan koordinasi dengan aparat/


Satgas Intel dan teritorial;

(6) membagi sektor untuk masing-masing


peleton;

(7) menyelenggarakan fungsi administrasi secara


terbatas;

(8) menentukan bentuk formasi dan manuver


kompi sesuai PKT/PKM di lapangan; dan

(9) dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis.

b) Bintara Pelatih:

(1) membantu Danki dalam merencanakan


menyiapkan kegiatan kompi, sehingga selalu siap
dalam tugas;

(2) mengatur dan mengawasi kegiatan staf kompi


dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan tugas
kompi kemudian melaporkan kepada Danki;
9

(3) menyiapkan rencana-rencana kegiatan kompi


sesuai perintah dari Danki;

(4) mengoordinasikan semua kegiatan dengan


para Komandan Peleton;

(5) membuat laporan kegiatan kompi


berdasarkan laporan dari Komandan Peleton; dan

(6) dalam melaksanakan tugas bertanggung


jawab kepada Danki.

c) Bintara Administrasi:

(1) membantu Danki dalam pengurusan


administrasi;

(2) mengoordinasikan urusan administrasi kompi


dengan Pasilog;

(3) menyiapkan administrasi usul kenaikan


pangkat dan hak-hak anggota kompi;

(4) merawat dosir/daftar riwayat hidup anggota


kompi;

(5) membuat laporan harian personel kompi; dan

(6) dalam melaksanakan tugas bertanggung


jawab kepada Danki.

d) Bintara Fourir:

(1) membantu Danki dalam pengurusan alat


peralatan senjata dan munisi;

(2) mengoordinasikan kebutuhan senjata, munisi


dan Alkapsus dengan Pasilog;

(3) mendistribusikan senjata, munisi dan Alkap


yang dibutuhkan anggota dalam tugas;

(4) mencatat dan melaporkan kerusakan,


kehilangan Alkap senjata dan munisi selama dalam
tugas; dan

(5) dalam melaksanakan tugas bertanggung


jawab kepada Danki.

e) Bintara Makanan:

(1) membantu Danki dalam pengurusan


ransum/makan anggota kompi;
10

(2) mengoordinasikan kebutuhan ransum/


makan prajurit dengan Pasilog dan Bakes Kompi;

(3) mendistribusikan ransum dan bahan


makanan lainnya kepada anggota kompi;

(4) mencatat dan melaporkan kebutuhan bekal


makanan anggota kompi; dan

(5) dalam melaksanakan tugas bertanggung


jawab kepada Danki.

f) Bintara Kesehatan:

(1) memberikan dukungan pelayanan kesehatan


lapangan apabila ada anggota yang terluka selama
pelaksanaan tugas;

(2) memantau kesehatan dan kebersihan prajurit


dengan memeriksa kesehatan dan kondisi fisik
anggota;

(3) merencanakan lokasi evakuasi medis bila


terdapat korban sendiri;

(4) menyampaikan pertimbangan dan saran


kepada Danki sesuai dengan bidang nya; dan

(5) dalam melaksanakan tugas bertanggung


jawab kepada Danki.

g) Operator Drone:

(1) memelihara kesiapan drone untuk selalu siap


digunakan;

(2) mengoperasionalkan drone untuk mem-


berikan informasi kepada Danki; dan

(3) dalam melaksanakan tugas bertanggung


jawab kepada Danki.

2) Peleton Ranpur.

a) Pokkoton Ranpur.

(1) melaksanakan pengecekan kesiapan senjata,


munisi, dan mesin Ranpur Infanteri;

(2) melaksanakan pengecekan kesiapan radio,


yang meliputi penyiapan frekuensi yg telah
ditentukan;

(3) melaksanakan pengecekan kesiapan


samaran, optronik, peta, GPS, dan alkom lainnya;
11

(4) menentukan macam munisi, sesuai senjata


yang dibawa, mengarahkan tembakan senjata
Ranpur Infanteri dan memberi aba-aba tembakan;

(5) menyiapkan peta jarak/registrasi;

(6) mengadakan dril awak Ranpur Infanteri, dril


penembakan, nilai rute, dan medan;

(7) mengawasi pelaksaan penyamaran Ranpur


Infanteri dan perkuatan medan;

(8) mengawasi disiplin awak Ranpur Infanteri;

(9) memimpin dan mengendalikan Ranpur


Infanteri untuk mengimbangi gerakan pasukan
Peleton Senapan; dan

(10) memimpin serangan Ranpur Infanteri


dibawah kendali komando atas.

b) Regu Ranpur:

(1) mengikat tembakan sesuai perintah dari


Dantonpan;

(2) mengangkut Regu Senapan untuk


mendekatkan diri ke sasaran sesuai perintah dari
Dantonpan;

(3) mengangkut perbekalan munisi dan logistik


baik Peleton Ranpur maupun Peleton Senapan;

(4) melindungi Regu Senapan dari tembakan


senjata ringan musuh;

(5) melindungi Regu Senapan sebelum masuk


kedudukan pertahanan;

(6) melindungi Regu Senapan pada saat


melaksanakan tuspur dengan tekanan; dan

(7) sebagai pengaman pada saat melaksanakan


pengawalan.

3) Peleton Senapan.

a) Pokkoton Senapan:

(1) memimpin Peleton Senapan dan Ranpur


Infanteri dalam melaksanakan manuver;

(2) merencanakan dan menyelenggarakan


kegiatan pemeliharaan serta peningkatan
kemampuan tempur anggota peleton;
12

(3) mengadakan dril Regu Senapan sebelum


melaksanakan tugas;

(4) menentukan bentuk formasi dan manuver


peleton sesuai PKT/PKM Dantonpan di lapangan;

(5) mengawasi disiplin dan kegiatan Peleton


Senapan;

(6) melaksanakan pengecekan kesiapan anggota


peleton; dan

(7) memimpin serangan peleton dibawah kendali


komando atas.

b) Regu Senapan:

(1) melaksanakan pembersihan lapangan ranjau;

(2) melaksanakan pemeriksaan terhadap medan-


medan kritik;

(3) bertindak sebagai pengaman depan setelah


mendapatkan perintah dari Dantonpan;

(4) melaksanakan perkuatan medan;

(5) melaksanakan pembersihan sasaran;

(6) melindungi Ranpur Infanteri dari kerawanan


kelompok SLT musuh; dan

(7) membuka jalan pada saat pelolosan VVIP


menuju Ranpur Infanteri.

10. Syarat Personel.

a. Syarat Umum. Setiap prajurit Infanteri di Satuan Mekanis


harus memiliki:

1) dedikasi yang tinggi dan sikap serta mental yang baik;

2) kesehatan jiwa dan jasmani yang baik;

3) intelegensia yang baik, mental yang kuat, motivasi dan


daya juang yang tinggi;

4) lulus pendidikan dasar Infanteri;

5) memahami karakteristik Ranpur Infanteri; dan

6) mampu mengoperasionalkan/mengemudikan Ranpur


Infanteri baik secara teknis maupun taktis.
13

b. Syarat Khusus:

1) Danran harus menguasai tugas–tugas awak Ranpur


Infanteri;

2) Danran harus menguasai formasi gerak Ranpur Infanteri;

3) Danran harus mengetahui karakteristik Ranpur Infanteri;

4) Danran dan Tamudi Ranpur Infanteri harus memiliki SIM


II Khusus;

5) Danran dan tamudi memiliki kemampuan pemeliharaan


Ranpur Infanteri;

6) Danran dan tamudi mampu mengoperasionalkan Ranpur


Infanteri;

7) Danran dan Tabak Ranpur Infanteri mampu


mengoperasionalkan senjata ranpur baik manual ataupun
RCWS (Remote Control Weapon System);

8) Operator drone mampu mengoprasionalkan drone; dan

9) Lulus pendidikan spesialisasi sesuai dengan jabatan.

11. Teknis.

a. Kemampuan dan Batas Kemampuan Ranpur Infanteri.


Ranpur Infanteri merupakan kendaraan berlapis baja Satuan Infanteri
Mekanis yang digunakan dalam pertempuran untuk mengangkut
pasukan senapan sedekat mungkin ke sasaran menggunakan akses
jalan yang tersedia dengan jenisnya beroda rantai dan beroda ban.
Dansat Mekanis harus mengetahui kemampuan dan batas
kemampuan Ranpur Infanteri sebagai pertimbangan agar tidak salah
dalam mengambil sebuah keputusan.

1) Kemampuan.

a) Memiliki daya gerak yang relatif lebih cepat.

b) Memiliki lindung lapis baja untuk menangkis


senjata ringan dan pecahan geranat.

c) Memiliki daya tembak untuk menghancurkan


perkubuan, kelompok, dan senjata bantuan musuh.

d) Dapat merusak rintangan konvensional (contoh


kawat berduri) dan tradisional musuh yang tidak
berbahan peledak.

e) Dapat mengangkut personel dan mendekatkan


kepada sasaran.

f) Dapat mengangkut bekal pokok prajurit.


14

g) Dapat menghancurkan berba ringan musuh.

h) Dapat menempuh radius tempur yang luas.

2) Batas Kemampuan.

a) Rawan terhadap SLT musuh.

b) Rawan terhadap tembakan lintas datar musuh yang


berkaliber besar.

c) Rawan terhadap ranjau anti tank musuh.

d) Terbatas untuk melewati medan hutan rimba (tidak


bisa melewati hutan rimba yang tidak memiliki akses
jalan).

e) Terbatas untuk melewati medan tutunan yang terjal


(tidak bisa melewati jurang).

f) Rawan terhadap bahaya udara (helikopter serbu


dan pesawat musuh).

g) Rawan menyebrangi sungai yang besar.

b. Mekanisme masuk dan keluar Ranpur Infanteri.

1) Masuk Ranpur Infanteri. Mekanisme masuk Ranpur


Infanteri merupakan urutan kegiatan dalam rangka
mempercepat penempatan personel di dalam Ranpur Infanteri,
pasukan disusun berdasarkan tugas dan jabatannya di dalam
Ranpur. Teknis masuk Ranpur Infanteri sebagai berikut:

a) Komandan Ranpur Infanteri (Danran) memberikan


perintah kepada awak Ranpur Infanteri.

b) Sebelum naik Ranpur Infanteri, Danran


memerintahkan awak ranpur untuk memeriksa kesiapan
Ranpur Infanteri dan senjata.

(1) Danran memerintahkan Tamudi untuk


memeriksa semua kondisi Ranpur Infanteri,
meliputi:

(a) memeriksa BBM, air radiator, oli mesin,


dan oli diffential;

(b) memeriksa kemungkinan-kemungkinan


kebocoran, kabel, serta kondisi mesin dan
Ranpur;

(c) memeriksa lampu, sirine, Alkom, pedal


gas, rem, dan tuas kecepatan; dan
15

(d) memeriksa alat pemadam kebakaran


serta kondisi baterai/aki.

(2) Danran memerintahkan Tabak Ranpur


Infanteri untuk menyiapkan senjata Ranpur
Infanteri dan memeriksa kondisi senjata dan munisi
yang digunakan.

(3) Setelah semua awak Ranpur Infanteri


menyelesaikan pemeriksaan maka Danran
mengecek kembali kesiapan Ranpur Infanteri dan
alkap yang telah dilaporkan.

c) Jika Ranpur Infanteri dan senjata sudah siap,


Danran melaporkan kesiapan kepada Danton/Danki.

d) Setelah dilaksanakan pemeriksaan oleh Danran,


maka seluruh pasukan senapan masuk sesuai pembagian
tiap lambung (lambung kanan duduk di sebelah kanan,
lambung kiri duduk disebelah kiri) ke dalam Ranpur
Infanteri.

e) Posisi senjata perorangan laras menghadap ke


bawah.

g) Danran masuk Ranpur Infanteri setelah semua


personel masuk.

h) Selama pasukan senapan berada di dalam Ranpur


Infanteri (selama perjalanan) maka Dantonpan atau
Danrupan bertindak sebagai Danran.

2) Keluar Ranpur Infanteri. Mekanisme keluar Ranpur


Infanteri merupakan urutan kegiatan dalam rangka untuk
keluar dari Ranpur secara cepat dan tepat, sehingga pasukan
dapat menjalankan perannya dengan baik.

a) Dalam situasi non taktis. Mekanisme keluar


Ranpur pada saat situasi non taktis sebagai berikut:

(1) Ranpur Infanteri berhenti pada suatu tempat


yang aman sesuai tugas yang diberikan oleh
komando atas;

(2) Tamudi membuka ramp door;

(3) Danru/Danton/Danki turun terlebih dahulu


untuk menunjukan penempatan anggota;

(4) Pok SO turun setelah Danru/Danton/Danki


diikuti anggota yang lain;

(5) prajurit yang terakhir turun dari Ranpur


Infanteri yaitu Wadanru/Baton;
16

(6) seluruh prajurit turun dari Ranpur Infanteri


kecuali Tabak Ranpur dan Tamudi;

(7) pasukan turun dari Ranpur Infanteri menuju


tempat yang telah ditentukan dipimpin oleh
Danru/Danton/Danki; dan

(8) apalabila pasukan senapan sudah keluar dari


Ranpur Infanteri maka kendali Regu Ranpur
Infanteri diambil alih oleh Danran dan menunggu
perintah selanjutnya dari Dantonpan/Dankipan.

b) Dalam situasi taktis. Mekanisme keluar Ranpur


Infanteri pada saat situasi taktis sebagai berikut:

(1) Regu Senapan keluar dari Ranpur Infanteri


sesuai perintah Danru/Danton/Danki;

(2) seluruh Regu Senapan turun dari Ranpur


Infanteri menuju kedudukan masing-masing sesuai
formasi tempur yang diperintahkan oleh
Danru/Danton/Danki; dan

(3) kendali Ranpur Infanteri diserahkan ke


Danran, untuk mengarahkan manuver tempur
Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan manuver
Regu Senapan.

c. Formasi. Formasi merupakan kemampuan teknis yang harus


dikuasai oleh setiap personel di Satuan Mekanis untuk
mempermudah satuan dalam melaksanakan tugas tempur yang
diberikan. Masing-masing komandan satuan baik Danru, Danton,
maupun Danki harus mengetahui macam-macam formasi beserta
keuntungan dan kerugiannya agar tidak salah memberikan perintah
penyusunan formasi kepada anggota sesuai PKT/PKM di lapangan.
Secara umum formasi pada taktik dan teknik mekanis terdiri dari
formasi di daerah persiapan dan formasi tempur Satuan Mekanis.

1) Formasi di daerah persiapan Satuan Mekanis.


Pengaturan personel di daerah persiapan sangat mendukung
untuk melaksanakan kegiatan taktis dan administrasi.
Penyusunan dalam bentuk formasi akan mengefektifkan
manuver Ranpur selama di daerah persiapan dan juga apabila
dilihat dari aspek taktis, maka dapat melindungi pasukan dari
kemungkinan datangnya musuh.

a) Formasi melingkar. Penyusunan pasukan dan


Ranpur Infanteri yaitu tiap-tiap peleton menyusun
formasi tiga Ranpur Infanteri di depan dan Ranpur
Infanteri Koton di belakang, digabungkan membentuk
lingkaran atau menyesuaikan sehingga seluruh pasukan
menghadap keluar membentuk lingkaran. Personel
berada diantara Ranpur mengelilingi kedudukan daerah
persiapan.
17

Gambar 1: FormaG
si Melingkar di Daerah Persiapan

(1) Keuntungan:

(a) tidak memiliki celah untuk diserang


musuh dari arah manapun;

(b) keamanan Ranpur Infanteri terjamin;


dan

(c) mudah koordinasi antar peleton.

(2) Kerugian:

(a) membutuhkan waktu yang agak lama


untuk menyusun formasi sebelum
melanjutkan gerakan;

(b) sukar untuk mengendalikan Peleton


Senapan; dan

(c) sukar dalam melaksanakan koordinasi


antar Peleton Senapan.

b) Formasi bersyaf. Penyusunan pasukan dan Ranpur


Infanteri yaitu Ranpur Infanteri di parkir menghadap arah
gerakan dengan susunan Ranpur Infanteri Peleton 1 dan
2 bersyaf di depan dan Ranpur Infanteri Koki serta
Peleton 3 berbanjar dibelakangnya, awak Ranpur Infanteri
tinggal untuk menjaga Ranpur. Anggota kompi senapan
melaksanakan pertahanan keliling di belakang Ranpur
Infanteri yang di parkir. Formasi ini digunakan apabila
waktu yang tersedia di DP tidak terlalu lama.
18

Gambar 1: FormaG
si Bersyaf di Daerah Persiapan

(1) Keuntungan:

(a) cepat menyusun formasi untuk


melanjutkan gerakan;

(b) mudah dalam mengendalikan Peleton


Senapan; dan

(c) mudah koordinasi antar Peleton


Senapan.

(2) Kerugian:

(a) kemanan Ranpur Infanteri kurang; dan

(b) rawan terhadap tindakan sabotase


musuh.

2) Formasi tempur Satuan Mekanis. Formasi tempur Satuan


Mekanis merupakan sebuah bentuk formasi yang terdiri dari
tatanan formasi personel pasukan Regu Senapan Mekanis
beserta Ranpur Infanteri yang digunakan dalam rangka
melaksanakan suatu tugas taktis (melaksanakan manuver
dalam sebuah operasi, mengatasi sasaran, rintangan/
hambatan, dan lain-lain). Formasi tempur Satuan Mekanis
disusun berdasarkan susunan organisasi tempur mekanis yang
terdiri dari formasi tingkat regu, peleton, dan kompi mekanis.
19

a) Tingkat regu. Formasi tempur tingkat regu


digunakan pada saat Satuan Mekanis menemui medan
yang memiliki kemungkinan diduduki oleh kelompok
musuh. Setelah menerima perintah penyusunan formasi
dari Danru maka seluruh regu senapan yang berada di
dalam Ranpur Infanteri turun dari kendaraan dan
membentuk formasi sesuai perintah. Danru memimpin
Regu Senapan yang berada diluar Ranpur Infanteri
sedangkan pimpinan pada Ranpur Infanteri diambil alih
oleh Danran.

(1) Formasi berbanjar kanan Ranpur Infanteri.


Formasi ini digunakan untuk melindungi Regu
Senapan dari bahaya tembakan senjata ringan
musuh dari arah lambung kiri Ranpur Infanteri,
menghendaki pengawasan Ranpur Infanteri
maksimal ke arah lambung kiri, dan melalui medan
kritik di kiri jalan.

Gambar 3: Formasi Tingkat Regu Berbanjar


Kanan Ranpur Infanteri

(a) Keuntungan:

i. Regu Senapan terlindung dari


tembakan senjata ringan musuh dari
arah kiri Ranpur Infanteri; dan

ii. pengawasan Ranpur Infanteri


maksimal ke arah lambung kiri.

(b) Kerugiannya rawan terhadap tembakan


SLT dari arah kiri Ranpur Infanteri.

(2) Formasi berbanjar kiri Ranpur Infanteri.


Formasi ini digunakan untuk melindungi Regu
Senapan dari bahaya tembakan senjata ringan
musuh dari arah lambung kanan Ranpur Infanteri,
menghendaki pengawasan Ranpur Infanteri
maksimal ke arah lambung kanan, dan melalui
medan kritik di kanan jalan.
20

Gambar 4: Formasi Tingkat Regu Berbanjar Kiri


Ranpur Infanteri

(a) Keuntungan:

i. Regu Senapan terlindung dari


tembakan senjata ringan musuh dari
arah kanan Ranpur Infanteri; dan

ii. pengawasan Ranpur Infanteri


maksimal ke arah lambung kanan.

(b) Kerugiannya rawan terhadap tembakan


SLT dari arah kanan Ranpur Infanteri.

(3) Formasi berbanjar kanan kiri Ranpur


Infanteri. Formasi ini digunakan apabila Ranpur
Infanteri tidak dapat berjalan cepat sehingga
membutuhkan pengawalan dari Regu Senapan dan
melalui daerah bangunan atau medan kritik di
kanan kiri jalan.

Gambar 5: Formasi Tingkat Regu Berbanjar


Kanan Kiri Ranpur Infanteri
21

(a) Keuntungannya Ranpur Infanteri


terlindung dari kemungkinan ancaman
penembak SLT musuh yang muncul dari
samping kanan kiri Ranpur Infanteri.

(b) Kerugiannya pasukan senapan rawan


terhadap tembakan penembak runduk dari
arah samping kanan kiri Ranpur Infanteri.

(4) Formasi bersyaf kanan Ranpur Infanteri.


Formasi ini digunakan untuk menyerbu dan
membersihkan sasaran yang letaknya di sebelah
kanan manuver.

Gambar 6: Formasi Tingkat Regu Bersyaf Kanan


Depan Ranpur Infanteri

(a) Keuntungannya serbuan dan


pembersihan sasaran yang letaknya di
sebelah kanan Ranpur Infanteri dapat
dilaksanakan secara serentak.

(b) Kerugiannya lindung tembak Regu


Senapan terbatas.

(5) Formasi bersyaf kiri depan Ranpur Infanteri.


Formasi ini digunakan untuk menyerbu dan
membersihkan sasaran yang letaknya di sebelah
kiri manuver.

Gambar 7: Formasi Tingkat Regu Bersyaf Kiri


Depan Ranpur Infanteri
22

(a) Keuntungannya serbuan dan


pembersihan sasaran yang letaknya di
sebelah kiri Ranpur Infanteri dapat
dilaksanakan secara serentak.

(b) Kerugiannya lindung tembak Regu


Senapan terbatas.

(6) Formasi bersyaf kanan dan kiri Ranpur


Infanteri. Formasi ini digunakan untuk
menghendaki daya tembak ke sasaran depan
maksimal dan melaksanakan pembersihan sasaran
yang telah dihancurkan.

Gambar 8: Formasi Tingkat Regu Bersyaf Kanan


dan Kiri Ranpur Infanteri

(a) Keuntungannya yaitu:

i. daya tembak ke sasaran depan


maksimal; dan

ii. pembersihan sasaran yang telah


dihancurkan dapat dilaksanakan
secara serentak.

(b) Kerugiannya pengendalian anggota


Regu Senapan terbatas.

(7) Formasi paruh lembing/pasak. Formasi ini


digunakan untuk melaksanakan penerobosan dan
memecah kekuatan musuh.

Gambar 9: Formasi Tingkat Regu Paruh


Lembing/Pasak
23

(a) Keuntungan:

i. dapat mengembangkan formasi


Regu Senapan dengan cepat; dan

ii. melaksanakan pengawasan ke


depan dan lambung kanan kiri secara
maksimal.

(b) Kerugian:

i. pengendalian anggota Regu


Senapa terbatas; dan

ii. tidak dapat memanfaatkan


poerlindungan lapis baja Ranpur
Infanteri secara maksimal.

(8) Formasi belah ketupat. Formasi ini


digunakan untuk pengamanan keliling Ranpur
Infanteri dan melewati medan semi terbuka dengan
kedudukan lawan yang belum diketahui.

Gambar 10: Formasi Tingkat Regu Belah Ketupat

(a) Keuntungan:

i. memiliki daya gempur yang tinggi


dengan memanfaatkan senban Ranpur
Infanteri sebagai pangkal tembakan;
dan

ii. pasukan senapan mempunyai


pandangan yang luas dari kanan kiri
ranpur.

(b) Kerugiannya pengendalian anggota


Regu Senapan terbatas.
24

(9) Formasi berbanjar belakang Ranpur Infanteri.


Formasi ini digunakan untuk melalui medan
tertutup, sempit, atau daerah bangunan untuk
melindungi Regu Senapan dari ancaman musuh
yang berada di depan dengan syarat terdapat
informasi musuh tidak memiliki SLT.

Gambar 11: Formasi Tingkat Regu Berbanjar


Belakang Ranpur Infanteri

(a) Keuntungan:

i. Regu Senapan terlindung dari


tembakan senjata ringan dan
penembak runduk musuh dari arah
depan;

ii. memudahkan Pasukan senapan


dalam bermanuver serangan ke posisi
berikutnya; dan

iii. pengendalian anggota Regu


Senapan mudah.

(b) Kerugiannya rawan terhadap tembakan


SLT musuh dari arah depan.

b) Tingkat Peleton.

(1) Berbanjar. Posisi Ranpur Infanteri segaris


dengan arah gerakan, penempatan regu dan koton
fleksibel menyesuaikan dengan PKT/PKM Danton di
lapangan. Apabila akan melalui medan yang
kemungkinan diduduki oleh musuh maka atas
perintah Danton seluruh Anggota Peleton Senapan
keluar dari Ranpur Infanteri menempati posisi di
25

kanan, kiri, maupun kanan kiri Ranpur Infanteri


menyesuaikan dengan keadaan medan dan tingkat
ancaman.

Gambar 12: Formasi Tingkat Peleton Berbanjar

(a) Keuntungan:

i. memelihara kecepatan gerak,


kodal mudah dan mudah mengawasi
medan; dan

ii. menyediakan secara maksimal


daya tembak ke lambung pasukan.

(b) Kerugiannya memerlukan pasukan


pengaman lambung.

(2) Formasi Zig-zag. Posisi Ranpur Infanteri zig-


zag segaris dengan arah gerakan, penempatan regu
dan koton fleksibel menyesuaikan dengan PKT/PKM
Danton di lapangan. Apabila akan melalui medan
yang kemungkinan diduduki oleh musuh maka atas
perintah Danton seluruh Anggota Peleton Senapan
turun dari Ranpur Infanteri menempati posisi di
bagian sisi luar konvoi Ranpur Infanteri, bagian sisi
dalam konvoi Ranpur Infanteri, maupun di kanan
kiri Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan
keadaan medan dan tingkat ancaman.
26

Gambar 13: Formasi Tingkat Peleton Zig-Zag Sisi


Luar Konvoi Ranpur Infanteri

Gambar 14: Formasi Tingkat Peleton Zig-Zag Sisi


Dalam Konvoi Ranpur Infanteri

Gambar 15: Formasi Tingkat Peleton Zig-Zag


Kanan Kiri Ranpur Infanteri
27

(a) Keuntungan:

i. memelihara kecepatan gerak,


kodal mudah dan mudah mengawasi
medan; dan

ii. peninjauan kedepan lebih baik


dibandingkan formasi berbanjar.

(b) Kerugiannya memerlukan pasukan


pengaman lambung.

(3) Bersyaf. Posisi Ranpur Infanteri regu tegak


lurus dengan arah gerakan, penempatan koton
fleksibel di belakang salah satu regu menyesuaikan
dengan PKT/PKM Danton di lapangan. Apabila
akan melalui medan yang kemungkinan diduduki
oleh musuh maka atas perintah Danton seluruh
Anggota Peleton Senapan keluar dari Ranpur
Infanteri menempati posisi ber syaf di kanan, kiri,
maupun kiri Ranpur Infanteri menyesuaikan
dengan keadaan medan dan tingkat ancaman.

Gambar 16: Formasi Tingkat Peleton Bersyaf

(a) Keuntungan:

i. memiliki lapangan tinjau dan


lapangan tembak yang baik kearah
depan; dan

ii. gerakan saling melindungi antara


pasukan senapan dan Ranpur Infanteri
maksimal.

(b) Kerugian:

i. memerlukan tempat yang luas


untuk menyusun pasukan secara
mendalam; dan
28

ii. memerlukan lindung tembak


yang banyak.

(4) Paruh lembing/Pasak. Posisi Ranpur Infanteri


regu membentuk paruh lembing/pasak dan koton
berada di tengah. Apabila akan melalui medan yang
kemungkinan diduduki oleh musuh maka atas
perintah Danton seluruh Anggota Peleton Senapan
keluar dari Ranpur Infanteri menempati posisi
diagonal di kanan, kiri, maupun kiri Ranpur
Infanteri menyesuaikan dengan keadaan medan
dan tingkat ancaman.

Gambar 17: Formasi Tingkat Peleton


Paruh Lembing/Pasak

(a) Keuntungan:

i. komando dan pengendalian


mudah;

ii. mudah berubah ke formasi untuk


menyerang; dan

iii. menyediakan daya tembak ke


depan serta lambung secara maksimal.
(b) Kerugian formasi ini memerlukan
tempat yang luas untuk menyusun pasukan
secara mendalam.

(5) Serong kanan. Posisi Ranpur Infanteri regu


membentuk diagonal ke arah kanan dan koton
fleksibel berada dibelakang. Apabila akan melalui
medan yang kemungkinan diduduki oleh musuh
maka atas perintah Danton seluruh Anggota
Peleton Senapan keluar dari Ranpur Infanteri
menempati posisi diagonal di kanan, kiri, maupun
kiri Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan
keadaan medan dan tingkat ancaman.
29

Gambar 18: Formasi Tingkat Peleton Serong


Kanan

(a) Keuntungan formasi ini yaitu


pengawasan dan daya tembak ke lambung
kanan maksimal.

(b) Kerugian formasi ini yaitu komando


dan pengendalian sulit.

(6) Serong kiri. Posisi Ranpur Infanteri regu


membentuk diagonal ke arah kiri dan koton
fleksibel berada dibelakang. Apabila akan melalui
medan yang kemungkinan diduduki oleh musuh
maka atas perintah Danton seluruh Anggota
Peleton Senapan keluar dari Ranpur Infanteri
menempati posisi diagonal di kanan, kiri, maupun
kiri Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan
keadaan medan dan tingkat ancaman.

Gambar 19: Formasi Tingkat Peleton Serong


Kiri
30

(a) Keuntungan formasi ini yaitu


pengawasan dan daya tembak ke lambung
kiri maksimal.

(b) Kerugian formasi ini yaitu komando


dan pengendalian sulit.

b) Tingkat Kompi.

(1) Berbanjar. Posisi Ranpur Infanteri segaris


dengan arah gerakan. Pasukan senapan bisa
berada di dalam dan di luar Ranpur Infanteri
menyesuaikan dengan PKT/PKM Danki di
lapangan. Satuan Infanteri Mekanis bergerak
dengan menggunakan formasi berbanjar ketika
kemungkinan terjadinya kontak kecil dan sasaran
masih relatif jauh. Keamanan pasukan sangat
bergantung terhadap kompi yang berada di depan
yang mengawasi medan di sekeliling.

Gambar 20: Formasi Tingkat Kompi Berbanjar

(a) Keuntungannya yaitu tidak memer-


lukan medan yang luas dan beberapa akses
jalan untuk membentuk formasi.

(b) Kerugiannya yaitu komando dan


pengendalian sulit.

(2) Bersyaf. Formasi ini disusun dengan Kompi-


Kompi Mekanis saling berdampingan satu dengan
lainnya. Peleton 1 dan 2 menggunakan formasi
bersyaf sedangkan Peleton 3 menggunakan formasi
tempur/berbanjar. Pasukan senapan bisa berada di
dalam dan di luar Ranpur Infanteri menyesuaikan
31

dengan PKT/PKM Danki di lapangan. Kompi


Mekanis menggunakan formasi ini ketika
memerlukan gerakan yang terus menerus dengan
dukungan daya tembak yang terus menerus pula.
Keuntungan formasi ini sangat fleksibel untuk
berubah kepada formasi yang lain.

Gambar 21: Formasi Tingkat Kompi Bersyaf

(a) Keuntungannya yaitu susunan formasi


sangat mendalam dan memiliki pasukan
cadangan (peleton paling belakang untuk
lintas ganti peleton yang lain apabila
dibutuhkan).

(b) Kerugian:

i. memerlukan medan yang agak


luas dan beberapa akses jalan untuk
membentuk formasi; dan

ii. sangat tergantung alkom dalam


pengendaliannya.

(3) Paruh lembing/pasak. Susunan formasi yaitu


Peleton 1 membentuk formasi paruh lembing/
pasak, Peleton 2 membentuk formasi serong kanan,
dan Peleton 3 membentuk formasi serong kiri.
Pasukan senapan bisa berada di dalam dan di luar
Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan PKT/PKM
Danki di lapangan. Kompi Mekanis menggunakan
formasi ini untuk menghadapi kemungkinan kontak
musuh di depan dan di lambung. Kemungkinan
akan terjadi kontak dengan musuh, tetapi
kedudukan musuh belum jelas.
32

Gambar 22: Formasi Tingkat Kompi Paruh


Lembing/Pasak

(a) Keuntungan:

i. mudah mengembangkan fprmasi


tempur selanjutnya; dan

ii. lebih maksimal untuk menerobos


kedudukan pertahanan musuh.

(b) Kerugian:

i. memerlukan medan yang agak


luas dan beberapa akses jalan untuk
membentuk formasi; dan

ii. sangat tergantung Alkom dalam


pengendalian.

(4) Formasi V. Formasi ini disusun dengan dua


Peleton Mekanis di depan dan satu peleton sebagai
cadangan. Pasukan senapan bisa berada di dalam
dan di luar Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan
PKT/PKM Danki di lapangan. Formasi ini
digunakan untuk mengepung dan menghancurkan
kedudukan musuh yang sudah diketahui.

Gambar 23: Formasi Tingkat Kompi V


33

(a) Keuntungannya memberikan daya


tembak yang maksimal dari arah kanan dan
kiri musuh.

(b) Kerugian:

i. memerlukan medan yang agak


luas dan beberapa akses jalan untuk
membentuk formasi; dan

ii. sangat tergantung Alkom dalam


pengendalian.

12. Sarana dan Prasarana.

a. Sarana. Sarana yang digunakan meliputi:

1) Ranpur Infanteri;

2) drone;

3) senjata Ranpur Infanteri;

4) senjata organik perorangan;

5) munisi;

6) Optronik;

7) alat komunikasi;

8) peta;

9) kompas dan GPS; dan

10) BMS (Battle Management System).

b. Prasarana. Prasarana yang digunakan berupa medan operasi


sesuai dengan tugas yang diberikan oleh komando atas.

13. Faktor-Faktor yang Memengaruhi.

a. Faktor Internal.

1) Personel. Profesionalitas prajurit Masih adanya


personel yang belum memiliki kualifikasi sesuai dengan
jabatannya, sehingga memengaruhi kelancaran dalam
pelaksanaan kegiatan.

2) Materiel. Kemampuan serta batas kemampuan Ranpur


Infanteri, senjata, dan munisi dengan varian serta kondisi yang
berbeda-beda sesuai medan yang dihadapi memengaruhi
kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Faktor Eksternal.

1) Cuaca. Kondisi cuaca yang ekstrim memengaruhi


kesehatan personel dan Suhu, Angin, Cahaya, serta Endapan
34

(SACE) berpengaruh pada pelaksanaan taktik dan teknik


mekanis.

2) Medan. Medan terpotong-potong seperti jurang,


adanya akses jalan yang dapat dilalui oleh Ranpur Infanteri,
dan sungai yang lebar sangat memengaruhi pergerakan Ranpur
Infanteri dalam mendukung kegiatan taktik dan teknik
mekanis.

3) Musuh. Disposisi, komposisi, kekuatan, serta


kemampuan musuh memengaruhi cara bertindak dalam taktik
dan teknik mekanis.

BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

14. Umum. Untuk menjamin tercapainya keberhasilan taktik dan teknik


mekanis, diperlukan suatu penjelasan rangkaian kegiatan yang
berkesinambungan dari tiap-tiap taktik maupun teknik mekanis. Rangkaian
kegiatan tersebut terdiri dari teknik mekanis untuk menunjang pelaksanan
taktik mekanis dilanjutkan penjelasan masing-masing taktik mekanis
memiliki urut-urutan kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap pengakhiran. Dengan
demikian dalam setiap pentahapannya, taktik dan teknik mekanis dibuat
secara rinci, teliti, dan terkoordinasi sebagai pedoman bagi Satuan Infanteri
Mekanis dalam pelaksanaannya.

15. Teknik Mekanis.

a. Pengintaian dan Peninjauan. Pengelolaan medan pertempuran


dan kemampuan untuk mengendalikan situasi medan pertempuran
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan
operasi. Jika informasi tentang kondisi daerah pertempuran telah kita
dapat secara kompleks, maka sangat dimungkinkan perang dapat
dimenangkan. Kegiatan pengintaian dan peninjauan Satuan Mekanis
terhadap musuh dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam sistem
pertempuran modern Battlefield Management System (BMS) atau
dengan menggunakan pengintaian udara.

1) BMS. BMS merupakan sistem yang digunakan untuk


mengintegrasikan perolehan dan pemrosesan informasi untuk
meningkatkan komando dan kontrol unit militer. BMS dapat
memenuhi kebutuhan seorang komandan untuk mengambil
sebuah keputusan, analisis, prediksi, pemilihan taktik, maupun
strategi. Sistem BMS akan dapat memberikan informasi dan
komunikasi mengenai disposisi sesama ranpur infanteri dalam
rangka menyusun sebuah manuver dan strategi untuk
menghadapi musuh serta memberikan data dan informasi
sebuah medan pertempuran, data taktis musuh berupa
dislokasi, dan kekuatan musuh. BMS dapat dipasang pada
setiap Ranpur Infanteri lalu pusat BMS dapat ditempatkan pada
Ranpur Infanteri Danru/ Danton/Danki.
35

2) Pengintaian udara. Pengintaian udara dapat dilakukan


dengan menggunakan drone. Bila kelompok pengintai
mendapatkan medan kritik yang membahayakan untuk dilewati
sebelum mengetahui keadaan di depan seperti jembatan maka
kelompok pengintai melaporkan sampai dengan Danton untuk
dilaksanakan pengintaian terhadap medan kritik dengan
menggunakan drone. Untuk dapat mengintegrasikan drone yang
efektif dalam suatu tugas, yang perlu diperhatikan yaitu sistem
komunikasi dan kerja sama antara pasukan dan operator drone
telah terjalin sebelum pasukan bergerak dari basis.

3) Pengintai Depan Ranpur Infanteri. Dalam situasi taktis


dimana keadaaan medan memiliki kemungkinan kontak dengan
musuh maka satuan mekanis mengeluarkan pengintai depan.
Tujuannya untuk melaksanakan pengintaian dan peninjauan
rute yang akan dilalui oleh pasukan induk, memastikan rute
tersebut aman untuk dilalui. Pengintai depan yang dikeluarkan
bisa berupa Ranpur Infanteri atau penembak senapan (bila
terdapat informasi musuh diperkuat dengan senjata SLT) sesuai
PKT/PKM Danton di lapangan.

a) Teknik bergerak Ranpur Infanteri sebagai pengintai


depan ada tiga macam menyesuaikan dengan kondisi
medan dan tingkat ancaman yang akan dilalui yaitu
serentak (lihat gambar 33), ulat kilan (lihat gambar 34),
dan lompat katak (lihat gambar 35).

b) Teknik bergerak penembak senapan sebagai


pengintai depan ada tiga macam menyesuaikan dengan
kondisi medan dan tingkat ancaman yang akan dilalui.

(1) Ulat kilan. Gerakan seperti ini sangat baik


dilakukan dimedan tertutup dengan pandangan ke
depan sangat terbatas.

Gambar 24: Teknik Bergerak Ulat Kilan Pengintai Depan

(a) Pengintai satu yang berada di depan


bergerak maju ke depan, menuju tempat yang
terlindung dan aman, gerakannya diamankan
oleh pengintai dua. Setelah tiba ditempat
yang dituju pengintai satu bertugas untuk
mengamankan gerakan pengintai dua.
36

(b) Pengintai dua bergerak ke depan


menuju ke tempat yang terlindung dan aman,
di belakang kedudukan pengintai satu.
Pengintai satu kembali bergerak ke depan
seperti kegiatan sebelumnya demikian
seterusnya.

(c) Ranpur Infanteri bergerak dibelakang


pengintai depan menyesuaikan jarak sesuai
kondisi medan di lapangan.

(2) Lompat katak. Gerakan ini sangat baik


dilakukan dimedan yang semi tertutup, medan di
depan dapat terlihat.

Gambar 25: Teknik Bergerak Lompat Katak Pengintai Depan

(a) Pengintai satu bergerak kedepan


ketempat yang aman dan terlindung. Setelah
pengintai satu pada kedudukannya, pengin-
tai dua bergerak maju kedepan, menuju
tempat yang aman dan terlindung didepan
kedudukan pengintai satu.

(b) Pengintai dua telah siap


dikedudukannya segera pengintai satu
bergerak maju menuju kedudukan baru di
depan dari kedudukan pengintai dua,
demikian selanjutnya.

(c) Ranpur Infanteri bergerak dibelakang


pengintai depan menyesuaikan jarak sesuai
kondisi medan di lapangan.

(3) Bergerak tetap. Gerak ini dilakukan sebagai


variasi tambahan, bagi pengintai depan dalam
melaksanakan tugasnya. Keadaan medan dan
musuh dapat mempengaruhi dalam memilih cara
bergerak pengintai depan, sehingga diperlukan
inisiatif gerakan dengan cara mengkombinasikan
ketiga macam gerakan tersebut.
37

Gambar 26: Teknik Bergerak Tetap Pengintai Depan

(a) Pengintai satu berada di depan


pengintai dua berada di belakang.

(b) Kedua pengintai ini bergerak


bersamaan, disuatu tempat yang aman dan
terlindung.

(c) Kedua pengintai berhenti mengamati


keadaan medan disekelilingnya, kemudian
melanjutkan gerakan, demikian seterusnya.

b) Teknik Pengawasan Pengintai.

(1) Untuk medan tertutup.

(a) Pengintai yang berada di depan


bertugas mengamati dengan teliti keadaan
medan depan dan bawah dengan tujuan
mendeteksi ranjau dan penghadangan
musuh.

(b) Pengintai yang di belakang mengamati


medan depan bagian atas untuk mendeteksi
ranjau yang digantung dipohon atau personel
musuh yang menghadang di atas pohon dan
sebagai penghubung ke induk pasukan.

(2) Untuk medan terbuka. Kedua pengintai


mempunyai tugas yang sama untuk
mengamati/mengawasi medan di depan dengan
cara saling menutup. Pengamatan dilakukan
dengan dua cara yaitu pengamanan sebagian dan
pengamanan rangkap.

(a) Pengamatan sebagian. Medan depan


dibagi dua, pengintai depan mengawasi
sebagian dari sektor depan kekanan (jam 11
s.d. 3) atau sebelah kiri (jam 9 s.d. 1),
dikoordinasikan dengan pengintai belakang.
Pengintai belakang mengawasi sisa sektor
pengawasan dari pengintai depan secara
38

tertutup dan bertugas sebagai penghubung


ke pasukan belakang.

Gambar 27: Arah Sektor Pengamatan


Sebagian Pengintai Depan

(b) Pengamatan rangkap. Medan depan


diamati oleh kedua pengintai dengan
pengawasan terhadap sektor yang aman.
Dilakukan secara saling menutup.

Gambar 28: Arah Sektor Pengamatan


Rangkap Pengintai Depan

b. Penyamaran Ranpur Infanteri. Penyamaran Ranpur


merupakan suatu upaya untuk menyesuaikan bentuk dan warna
menyerupai lingkungan sekitar, sehingga sulit tertinjau baik dari
musuh yang berada di darat maupun musuh yang menggunakan
pesawat udara/helikopter. Keuntungan penyamaran yaitu dapat
memberikan pendadakan untuk mengejutkan secara tiba-tiba dari
tempat persembunyian serta memberikan perlindungan agar musuh
tidak dapat melakukan tembakan langsung secara akurat atau tepat
terhadap kita. Penyamaran dilaksanakan dengan menggunakan
peralatan samaran buatan manusia dan benda-benda yang ada di
alam sekitarnya.

1) Penyamaran Daerah Perkotaan. Pada daerah perkotaan,


penyamaran Ranpur Infanteri bertujuan untuk
menyembunyikan Ranpur Infanteri dengan menggunakan corak
39

permukiman perkotaan sehingga perpindahan Ranpur Infanteri


dari gedung ke gedung berikutnya tidak akan terlihat.

Gambar 29: Penyamaran di Daerah Perkotaan

2) Daerah hutan. Penyamaran di daerah hutan dapat


menggunakan bahan-bahan seperti daun dan ranting alam
yang akan digunakan pada Ranpur Infanteri untuk merubah,
menyamar, atau menghilangkan bentuk Ranpur Infanteri. Daun
dan ranting alam yang digunakan tidak boleh mempengaruhi
pengoperasian Ranpur Infanteri (menghalangi penglihatan/
membatasi pergerakan). Penggunaan samaran daun dan ranting
alam diganti secara berkala untuk menyesuaikan dengan
keadaan sekitarnya.

Gambar 30: Penyamaran di Daerah Hutan

3) Daerah semak belukar. Penyamaran di daerah semak


belukar dapat menggunakan vegetasi yang ada di sekitarnya.
Tanaman dan rumput yang ada digunakan untuk
menghilangkan bentuk dari Ranpur Infanteri, sehingga tidak
tertinjau oleh musuh.
40

Gambar 31: Penyamaran di Daerah Semak Belukar

4) Daerah padang rumput. Penyamaran di daerah padang


rumput dapat menggunakan samaran buatan yang mempunyai
warna menyerupai kondisi alam sekitar sehingga dapat
menghilangkan bentuk dari Ranpur.

Gambar 32: Penyamaran di Daerah Padang Rumput

c. Gerak Ranpur Infanteri. Teknik bergerak Ranpur Infanteri


merupakan teknik dasar penunjang taktik yang harus dikuasai oleh
setiap prajurit Infanteri di Satuan Mekanis. Pemilihan teknik bergerak
Ranpur Infanteri menyesuaikan dengan faktor TUMMPAS di daerah
operasi. Teknik bergerak Ranpur Infanteri terdiri dari gerak serentak,
ulat kilan dan lompat katak.

1) Gerak Serentak. Gerakan ini dilaksanakan secara


bersama-sama, digunakan sebagai formasi dasar sebelum
melaksanakan formasi berikutnya. Mengutamakan kecepatan
gerakan sebelum kontak dengan musuh untuk pemindahan
pasukan.
41

Gambar 33: Gerak Serentak

2) Gerak Ulat Kilan. Penggunaan gerak ulat kilan


menyesuaikan dengan faktor situasi dan kondisi di daerah
operasi, umumnya dilaksanakan pada saat hambatan musuh
ringan atau tingkat kewaspadaan serta ketelitian yang tinggi
akibat kedudukan musuh yang tidak jelas serta pandangan
kedepan sangat terbatas.

Gambar 34: Gerak Ulat Kilan

a) Ranpur Infanteri yang berada di belakang Ranpur


Infanteri depan bergerak maju kedepan menuju tempat
yang aman, gerakan diamankan oleh Ranpur Infanteri
yang posisinya ada di depan.

b) Ranpur Infanteri depan bergerak maju ke tempat


aman, Ranpur Infanteri belakang bertugas mengamankan
gerakan Ranpur Infanteri depan.

c) Setelah Ranpur Infanteri belakang merapat, Ranpur


Infanteri depan melanjutkan gerakan kedepan seperti
kegiatan sebelumnya. Kegiatan berlangsung sampai tiba
dikedudukan yang telah ditentukan atau kontak dengan
musuh.
42

3) Gerak Lompat Katak. Gerakan ini dilaksanakan pada


saat kontak tembak dengan musuh untuk menyusun formasi
serbuan dengan memanfaatkan lindung tinjau dan lindung
tembak yang tersedia. Ranpur Infanteri yang menduduki
kedudukan memberikan perlindungan terhadap Ranpur yang
sedang bergerak menuju tempat kedudukan yang baru.

Gambar 35: Gerak Lompat Katak

a) Ranpur Infanteri yang paling belakang bergerak


maju ketempat yang aman dan terlindung dari tembakan
SLT musuh melewati posisi Ranpur Infanteri yang berada
didepannya, selama bergerak diamankan Ranpur Infanteri
yang dilewati; dan

b) setelah Ranpur Infanteri belakang berhenti pada


kedudukannya, Ranpur Infanteri berikutnya segera
bergerak maju kedepan melewati Ranpur Infanteri yang
bergerak pertama, setelah melewati Ranpur Infanteri
segera berhenti di tempat aman dan terlindung. Kegiatan
berlangsung sampai tiba dikedudukan yang telah
ditentukan atau kontak dengan musuh.

d. Gerakan Pengelabuan. Teknik gerakan pengelabuan


merupakan teknik dasar Ranpur Infanteri yang harus dikuasai oleh
setiap awak Ranpur Infanteri. Pengelabuan dilaksanakan dengan cara
mengganti kedudukan Ranpur dari satu titik ke titik yang lain dengan
memindahkan Ranpur yang telah diketaui kedudukannya oleh musuh
ke belakang atau ke samping sampai tidak terlihat oleh musuh
setelah itu maju untuk menempati kedudukan baru yang memiliki
nilai aspek medan yang baik. Setelah tiba di kedudukan baru, Ranpur
Infanteri dapat melaksanakan pendadakan terhadap musuh dengan
tembakan atau serbuan. Pelaksanaan gerakan pengelabuan yaitu
Ranpur Infanteri dari kedudukan awal yang diketahui oleh musuh
lalu mundur sampai tidak terlihat oleh musuh untuk mengelabui
musuh seolah-oleh Ranpur Infanteri meninggalkan pertempuran
setelah itu Ranpur Infanteri maju di sisi kanan atau kiri dari posisi
awal untuk melaksanakan tembakan atau serbuan.
43

Gambar 36: Gerakan Pengelabuan

e. Pemeriksaan Lapangan Ranjau. Apabila didalam


melaksanakan gerakan menemukan lapangan ranjau, Danru sebagai
Danran menghentikan Ranpur pada posisi terlindung selanjutnya
melapor kepada Danton. Danton melaksanakan PKT/PKM dan
menentukan CB terbaik kemudian menunjuk salah satu regu untuk
memeriksa. Danru yang ditunjuk memerintahkan Regu Senapan
turun dari kendaraan dengan formasi menyesuaikan medan.
Gambar 37: Teknik Pemeriksaan Lapangan Ranjau

1) Ranpur Infanteri ditempatkan pada kedudukan lindung


tembak, Danran memerintahkan penembak senjata Ranpur
Infanteri mengarahkan senjatanya ke medan-medan kritik
terutama kemungkinan adanya Bakduk maupun SLT musuh.
Adakan pengintaian sejauh-jauhnya terhadap keadaan jalan,
lorong medan, dan situasi kanan kiri jalan serta menentukan
kedudukan Ranpur Infanteri berikutnya.
44

2) Danru mereorganisir regunya menjadi dua Tim yaitu Pok


1 dan Pok 2. Setelah itu membagi tugas, Pok 1 memeriksa
lapangan ranjau, lalu Pok 2 sebagai pelindung.

3) Anggota yang ditunjuk menanggalkan semua alat


perlengkapannya yang berlogam dan disimpan di dalam
Ranpur. Siapkan alat tusuk dari kayu, tali dan bendera serta
lengan baju digulung/dilipat, pemeriksa pertama segera
mengambil posisi tiarap dan pegang alat tusuk seperti
memegang pensil, tusuk tanah perlahan-lahan setiap 5 cm
dengan sudut 45o.

4) Jarak antara pemeriksa yang satu dan pemeriksa


lainnya + 10 m, hentikan tusukan bila terasa menyentuh benda
keras kemudian bersihkan dan gali tanah di sekitar benda
tersebut pelan-pelan, setelah benda tadi terlihat jelas jenis
ranjaunya, segera laporan, beri tanda ranjau yang ditemukan
dengan sebuah patok setelah selesai Pok 1 menduduki tepi jauh
diikuti Pok 2 mengamankan tepi jauh lapangan ranjau.

5) Ranpur maju melalui lorong yang telah diperiksa oleh


Kelompok Regu Senapan dengan dituntun oleh Danru, naik
ranpur atas perintah.

f. Pemeriksaan Medan Kritik. Apabila didalam melaksanakan


gerakan menemukan medan kritik yang mencurigakan di kanan dan
kiri arah gerakan, Danru sebagai Danran menghentikan Ranpur pada
posisi terlindung selanjutnya melapor kepada Danton. Danton
melaksanakan PKT/PKM dan menentukan CB terbaik kemudian
menunjuk salah satu regu untuk memeriksa. Danru yang ditunjuk
memerintahkan Regu Senapan turun dari kendaraan dengan formasi
menyesuaikan medan.

Gambar 38: Teknik Pemeriksaan Medan Kritik


45

Keterangan :

: Gerakan Regu Senapan.

: Tepi dekat dan tepi jauh.

: Gerakan Ranpur Infanteri.

: Kedudukan awal Ranpur Infanteri.

: Kedudukan Ranpur yang direncanakan.

: Kedudukan Regu Senapan setelah turun ranpur (di tepi


dekat).

: Kedudukan Regu Senapan setelah pemeriksaan medan


kritik (di tepi jauh).

1) Danru mengadakan pengintaian terhadap tepi dekat


untuk mendapatkan penilaian taktis, bergerak cepat duduki
tepi dekat medan kritik. Pelajari bentuk, tinggi, dan panjangnya
medan kritik serta meninjau kondisi medan berbelok-belok atau
tertutup, hal ini sangat berpengaruh terhadap gerakan Ranpur
Infanteri.

2) Ranpur Infanteri ditempatkan pada kedudukan lindung


tembak, Danran memerintahkan penembak senjata Ranpur
Infanteri mengarahkan senjatanya ke medan-medan kritik
terutama kemungkinan adanya Bakduk maupun SLT musuh.
Adakan pengintaian sejauh-jauhnya terhadap keadaan jalan,
lorong medan, dan situasi kanan kiri jalan serta menentukan
kedudukan Ranpur Infanteri berikutnya.

3) Danru mereorganisir regunya menjadi dua Tim yaitu Pok


1 dan Pok 2. Setelah itu membagi tugas, Pok 2 memeriksa
medan kritik sebelah kiri, Pok 1 memeriksa medan kritik
sebelah kanan.

4) Pok 1 dan Pok 2 segera menduduki tepi dekat secara


bergantian dan saling melindungi. Danru memerintahkan kedua
kelompok bergerak serentak melalui medan kritik, berturut-
turut secara taktis sampai dengan tepi jauh. Ranpur Infanteri
mengikuti gerakan dengan senjata ranpur siap melindungi Regu
Senapan.

5) Ranpur Infanteri segera bergerak cepat ke kedudukan


Ranpur Infanteri yang telah ditentukan. Pada saat mengintai di
tepi dekat dan seterusnya dilakukan gerakan dengan ulat kilan
atau lompat katak dilaksanakan sampai dengan tepi jauh
medan kritik. Regu Senapan naik Ranpur Infanteri di tepi jauh
dan melanjutkan gerakan atas perintah.

6) Apabila medan kritik yang dihadapi cukup luas maka


Danton dapat memerintahkan dua regu untuk melaksanakan
pemeriksaan medan kritik.
46

g. Pemeriksaan Sudut Mati/Tikungan Tertutup. Danru sebagai


Danran menghentikan Ranpur pada posisi terlindung selanjutnya
melapor kepada Danton. Danton melaksanakan PKT/PKM dan
menentukan CB terbaik kemudian menunjuk salah satu regu untuk
memeriksa. Danru yang ditunjuk memerintahkan anggota regunya
turun dari Ranpur Infanteri dengan membentuk formasi sesuai
keadaan medan.

Gambar 39: Teknik Pemeriksaan Sudut Mati/Tikungan Tertutup

1) Danran memerintahkan penembak senjata Ranpur


Infanteri mengarahkan senjatanya ke medan-medan kritik.

2) Danru mereorganisir regunya menjadi dua kelompok


yaitu Pok 1 dan Pok 2. Setelah itu membagi tugas, Pok 2
sebagai pemeriksa sudut sebelah kiri dan Pok 1 sebagai
pemeriksa sudut sebelah kanan.

3) Kedua kelompok segera menduduki tepi dekat secara


bergantian dan saling melindungi, atas perintah Danru salah
satu kelompok segera menduduki punggung jalan/sudut yang
lebih tinggi terlebih dahulu, kelompok berikutnya segera
merapat di tikungan bagian dalam/sudut yang lebih rendah.
Demikian seterusnya dilaksanakan dengan teknik berloncatan
dan saling melindungi sampai di tepi jauh.

4) Ranpur Infanteri mengikuti gerakan dari belakang,


penembak senjata ranpur melindungi dari atas Ranpur
Infanteri. Di tepi jauh Regu Senapan naik Ranpur Infanteri dan
melanjutkan gerakan.

h. Pemeriksaan Kampung atau Daerah Bangunan/Kota. Danru


sebagai Danran menghentikan Ranpur pada posisi terlindung
selanjutnya melapor kepada Danton. Danton melaksanakan PKT/PKM
dan menentukan CB terbaik kemudian memerintahkan Regu 1 dan 2
47

untuk memeriksa, Regu 1 memeriksa sisi kampung sebelah kiri jalan


dan Regu 2 memeriksa sisi kampung sebelah kanan jalan. Kedua
Danru yang ditunjuk memerintahkan regunya untuk turun dari
Ranpur Infanteri dengan formasi sesuai keadaan medan.

Gambar 40: Teknik Pemeriksaan Kampung Atau Daerah


Bangunan/Kota

1) Danran memerintahkan penembak senjata Ranpur


Infanteri mengarahkan senjatanya ke medan-medan kritik.
Danru melaksanakan PKT/PKM dan menentukan CB terbaik.

2) Kedua regu segera menduduki tepi dekat kampung secara


bergantian dan saling melindungi. Atas perintah Danton, secara
serentak kedua regu bergerak melintasi perkampungan dengan
teknik gerakan taktis dan saling melindungi sampai di tepi
jauh. Bila ada bangunan/rumah yang dicurigai sebagai tempat
musuh maka laksanakan pembersihan.

3) Ranpur Infanteri mengikuti gerakan Regu Senapan,


Penembak Senjata Ranpur Infanteri melindungi pergerakan
Regu Senapan dari atas Ranpur Infanteri terutama
kemungkinan arah tembakan Bakduk musuh. Sampai di tepi
jauh kedua Regu Senapan naik Ranpur Infanteri dan
melanjutkan gerakan.

i. Melintasi Jembatan. Danru sebagai Danran menghentikan


Ranpur sedekat mungkin dengan jembatan yang terlindung dari
tembakan selanjutnya melapor kepada Danton. Setelah melaksanakan
PKT/PKM, Danton memerintahkan operator drone untuk mengecek
tepi jauh menggunakan drone dan Regu 2 melaksanakan Pam tepi
dekat.
48

Gambar 41: Teknik Melintasi Jembatan

1) Danran memerintahkan penembak senjata Ranpur


Infanteri mengarahkan senjatanya ke medan-medan kritik.

2) Setelah mendapatkan perintah dari Danton, Danru 1


mengadakan peninjauan taktis terhadap medan-medan kritik
sekitar jembatan dan memerintahkan anggota regunya turun
dari Ranpur Infanteri dengan formasi sesuai medan.

3) Danru 1 mereorganisir regunya menjadi dua kelompok


yaitu Pok 1 dan Pok 2. Setelah itu membagi tugas, Pok 1
memeriksa bagian atas jembatan dan Pok 2 memeriksa bagian
bawah jembatan.

4) Kedua kelompok mendekati jembatan dan melaksanakan


pemeriksaan (periksa kondisi jembatan dan ada atau tidaknya
ranjau/bahan peledak pada kanan atas, kanan bawah, kiri
atas dan kiri bawah jembatan).

5) Sampai di tepi jauh jembatan, anggota yang


melaksanakan pemeriksaan melaporkan kepada Danru
tentang hasil pemeriksaannya, selanjutnya menduduki tepi
jauh untuk melaksanakan pengamanan tepi jauh.

6) Danton memerintahkan sisa pasukan beserta Ranpur


Infanteri melewati jembatan.

j. Penyeberangan Sungai. Apabila saat bermanuver tiba-tiba


Ranpur Infanteri mendapat rintangan berupa sungai yang dapat
dilalui oleh Ranpur Infanteri maka Danran menghentikan Ranpur
Infanteri pada posisi terlindung. Setelah mendapatkan laporan,
Danton memerintahkan Regu Senapan turun dari Ranpur Infanteri
dan membentuk formasi sesuai medan yang akan dilalui.
49

Gambar 42: Teknik Penyeberangan Sungai

1) Danran memerintahkan penembak senjata Ranpur


Infanteri mengarahkan senjatanya ke medan-medan kritik.
Danton melaksanakan PKT/PKM dan menentukan CB yang
terbaik.

2) Danton memanggil para Danru selanjutnya membagi


tugas, Regu 2 sebagai pengaman/pelindung dan Regu 1
memeriksa tempat penyeberangan dan kedalaman sungai
dihadapkan pada batas kemampuan spesifikasi ranpur melintas
sungai/air. Danru 2 segera membawa Regu 2 menuju
kedudukan yang telah ditentukan, bila sudah siap melaporkan
kesiapannya kepada Danton.

3) Atas perintah Danton Regu 1 segera menduduki tepi


dekat tempat penyeberangan dan memasang patok tanda
kelebaran ditepi dekat selanjutnya, Regu 1 melaksanakan
pemeriksaan sambil membawa dua buah patok untuk dipasang
di tepi jauh dengan turun ke air berpegangan tangan, senjata
disandang, patok dibawa orang paling kiri dan orang paling
kanan sampai dengan tepi jauh. Pasang patok-patok sebagai
tanda kelebaran ditepi jauh. Kelompok pemeriksa mengambil
kedudukan di tepi jauh tempat penyeberangan, Danton
memberi tanda visual kepada Danru 1 untuk menduduki tepi
jauh.

4) Ranpur melintasi tempat penyeberangan dituntun


Danton. Regu senapan naik Ranpur Infanteri atas perintah
Danton.

k. Melintasi Persimpangan Jalan. Hentikan Ranpur Infanteri


pada posisi terlindung turunkan Regu Senapan dengan formasi sesuai
medan, Danru memberikan aba-aba, Regu Senapan turun dari
Ranpur Infanteri.
50

Gambar 43: Teknik Melintasi Persimpangan Jalan

1) Danru melaksanakan PKT/PKM, mereorganisir regu


menjadi dua kelompok, Pok 1 memeriksa persimpangan dari
sebelah kanan dan Pok 2 memeriksa persimpangan dari sebelah
kiri. Kedua kelompok segera menduduki tepi dekat secara
bergantian dan saling melindungi, atas perintah Danru.

2) Pok 1 dan 2 bergerak mendekati persimpangan jalan


secara bergantian dan saling melindungi, laksanakan
pengintaian/pengamatan sebelum melintasi persimpangan jalan
dan medan-medan yang menguasai persimpangan jalan, Pok 1
dan Pok 2 segera menduduki tepi jauh. Selama gerakan Ranpur
Infanteri mengimbangi gerakan kedua kelompok, penembak
senjata Ranpur Infanteri mengamankan dari atas Ranpur.

l. Pembersihan Sasaran. Setelah melaksanakan serbuan ke


sasaran Regu Senapan yang diperkuat Ranpur Infanteri diperintah
untuk melaksanakan pembersihan sasaran. Teknik pembersihan
sasaran dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu Regu Senapan
diturunkan jauh dari sasaran dan Regu Senapan diturunkan dekat
sasaran.

1) Regu Senapan diturunkan jauh dari sasaran. Teknik


pembersihan dengan Regu Senapan diturunkan jauh dari
sasaran dilaksanakan apabila akses jalan untuk Ranpur
Infanteri mendekati sasaran tidak tersedia sehingga regu
senapan harus diturunkan jauh dari sasaran.
51

Gambar 44: Teknik Pembersihan Dengan Cara Regu senapan


diturunkan jauh dari sasaran

(a) Danru setelah menerima perintah pembersihan


melaksanakan PKT/PKM dari kedudukan terlindung,
setelah itu mereorganisir regunya menjadi kelompok 2-4
orang.
(b) Danru memerintahkan Danran untuk
menempatkan Ranpur di posisi yang dapat melindungi
anggota Regu Senapan pada saat melaksanakan
pembersihan (sesuai hasil PKT/PKM Danru).
(c) Ranpur Infanteri menempati kedudukan yang
direncanakan setelah itu Danran melaporkan
kesiapannya kepada Danru.
(d) Regu Senapan dipimpin Danru melaksanakan
pelambungan melalui jalan pendekat yang terlindung
sampai mendekati sasaran.
(e) Danru memberikan batas kiri dan kanan serta titik
temu pembersihan kepada kelompok regu.
(f) Masing-masing kelompok bergerak maju
melaksanakan pembersihan sesuai perintah dari Danru,
apabila menemukan mayat musuh laksanakan protap
pemeriksaan mayat sesuai dengan Juknis Niksarpur.
(g) Setelah seluruh anggota Regu Senapan lengkap di
titik temu pembersihan Danru memerintahkan Danran
untuk menjemput Regu Senapan.
(h) Ranpur Infanteri maju menuju kedudukan Regu
Senapan dan mengangkut Regu Senapan untuk kembali
ke induk pasukan.
52

2) Regu Senapan diturunkan dekat sasaran. Teknik


pembersihan dengan Regu Senapan diturunkan dekat dari
sasaran dilaksanakan apabila terdapat akses jalan untuk dilalui
oleh Ranpur Infanteri mendekati sasaran.

Gambar 45: Teknik Pembersihan dengan cara Regu Senapan


Diturunkan Dekat Sasaran

(a) Danru setelah menerima perintah pembersihan


melaksanakan PKT/PKM dari kedudukan terlindung,
setelah itu mereorganisir regunya menjadi kelompok 2-4
orang.

(b) Danru memberikan batas kiri dan kanan serta titik


temu pembersihan kepada kelompok regu.

(c) Masing-masing kelompok bergerak maju


melaksanakan pembersihan sesuai perintah dari Danru,
apabila menemukan mayat musuh laksanakan protap
pemeriksaan mayat sesuai dengan Juknis Niksarpur.

(d) Ranpur Infanteri dipimpin Danran bergerak


mengimbangi Regu Senapan dan siaga mengantisipasi
datangnya bantuan musuh.

(e) Setelah seluruh anggota Regu Senapan tiba di titik


temu pembersihan, seluruhnya masuk Ranpur Infanteri
lalu bergerak kembali ke induk pasukan.

m. Masuk kedudukan pertahanan. Sebelum masuk kedudukan


pertahanan pada saat pengintaian di tahap Cansiap Danton
membawa Danran untuk mengetahui kedudukan sementara dan
kedudukan sebenarnya Ranpur Infanteri. Pelaksaan masuk
kedudukan setelah pasukan siap di titik tinjau peleton apabila waktu
tidak memungkinkan seluruh pasukan termasuk Ranpur Infanteri
masuk kedudukan pertahanan secara serentak, namun apabila waktu
53

memungkinkan maka pasukan masuk kedudukan pertahanan satu


persatu.

Gambar 46: Teknik Masuk Kedudukan Pertahanan

1) Danton memerintahkan Danran untuk membawa Ranpur


Infanteri maju menempati kedudukan sementara Ranpur
Infanteri sebagai pengaman induk pasukan saat masuk
kedudukan pertahanan.

2) Ranpur Infanteri masuk kedudukan sementara, setelah


sampai di kedudukan Danran laporan situasi kepada Danton.

3) Danton memerintahkan masing-masing regu masuk


kedudukan pertahanan.

4) Danru membawa satu persatu anggotanya, dimulai dari


Penembak SO dilanjutkan Penembak Senapan. Sampai di
kedudukan Danru langsung memberikan batas sektor
tembakan.

5) Setelah seluruhnya masuk kedudukan pertahanan,


Danru langsung menempatkan Pos tinjau.

6) Danru melaksanakan pengecekan akhir kesiapan regunya


setelah itu melaporkan kesiapan regunya kepada Danton.

7) Danton memerintahkan Danran untuk menempatkan


Ranpur Infanteri di kedudukan sebenarnya.

8) Danran laporan kepada Danru bahwa Ranpur Infanteri


bergerak menuju kedudukan sebenarnya. Danru mengarahkan
Ranpur Infanteri di kedudukan sebenarnya.
54

9) Masing-masing Danru melaporkan bahwa Ranpur


Infanteri sudah bergabung di kedudukan regu kepada Danton.

10) Danton membawa Pokkoton masuk kedudukan


pertahanan dan mengecek gelar pasukan peletonnya setelah itu
laporan kepada Danki.

n. Pengamanan Objek Vital.

1) Gelar pasukan Satuan Mekanis.

a) Objek vital nasional yang besar. Pasukan digelar


menguasai kompleks objek vital dengan menempatkan
Regu Senapan beserta Ranpur Infantri pada lingkaran
luar objek vital nasional.
Gambar 47: Gelar Pasukan Pada Objek Vital Nasional
Yang Besar

(1) Masing-masing regu senapan diperkuat oleh


Ranpur Infanteri.

(2) Akses keluar masuk objek vital harus


diminimalisir untuk menghindari upaya sabotase
dari musuh untuk itu perlu dibuatkan pos
pengamanan. Pada pos pengaman berkekuatan
satu regu diperkuat dengan Ranpur Infanteri untuk
mengantisipasi ancaman musuh yang tidak bisa
diatasi oleh Regu Senapan.

(3) Pokkoki berada pada posisi yang baik untuk


melaksanakan fungsi kontrol komando dan
pengendalian.
55

b) Objek vital nasional yang kecil. Pasukan digelar


menguasai instalasi objek vital.

Gambar 48: Gelar Pasukan Pada Objek Vital Nasional


Yang Kecil

(1) Regu Senapan ditempatkan pada parimeter


luar untuk mengantisipasi penyusupan oleh
musuh.

(2) Ranpur Infanteri ditempatkan pada tempat


yang strategis yaitu memiliki akses jalan yang dapat
dengan mudah memberikan bantuan perkuatan
pada posisi pasukan kita yang lemah atau hampir
ditembus oleh musuh.

(3) Satu kelompok diperkuat Ranpur Infanteri


ditempatkan sebagai pos pengaman pada akses
jalan masuk objek vital.

(4) Pokkoton berada pada posisi yang baik untuk


melaksanakan fungsi kontrol komando dan
pengendalian.

2) Patroli keamanan wajib dilaksanakan setiap hari untuk


mencegah pengintaian atau kemungkinan acaman lain dari
musuh. Pelaksanaan patroli keamanan dalam rangka
pengamanan objek vital nasional yang bersifat strategis dapat
dilaksanakan dengan berjalan kaki atau dengan berkendaraan
menyesuaikan medan yang tersedia (akses jalan untuk Ranpur
Infanteri), jarak patroli, dan faktor keamanan. Dibuatkan lorong
atau jalan yang tersamar dan rahasia untuk keluar masuknya
patroli, sehingga mereka dapat leluasa keluar masuk daerah
pertahanan, tetapi dalam pengawasan dan kontrol yang teliti.

3) Apabila Objek mendapatkan kunjungan tamu dari orang


asing maka harus dilaksanakan pemeriksaan.
56

o. Pengawalan. Teknik pengawanan yang ideal menggunakan


jenis Ranpur Infanteri roda ban karena memiliki mobilitas dan
manuver yang lebih baik dari pada Ranpur Infanteri roda rantai.

1) Ranpur Infanteri ditempatkan pada posisi pengamanan


depan dan belakang, objek pengawalan berada di tengah.
Apabila objek pengawalan banyak (lebih dari lima kendaraan)
maka satu ranpur Infanteri dapat ditempatkan ditengah-tengah
objek pengawalan.

Gambar 49: Ranpur Infanteri Jika Objek Pengawalan Sedikit

Gambar 50: Ranpur Infanteri Jika Objek Pengawalan Banyak

2) Apabila mendapatkan gangguan musuh musuh dari


diperjalanan maka Ranpur Infanteri yang mendapat gangguan
segera mengatasi gangguan bersama dengan Regu Senapan
yang berada di dalam Ranpur Infanteri, sedangkan Ranpur
Infanteri yang lain segera memimpin rombongan yang dikawal
meningggalkan daerah gangguan.

Gambar 51: Tindakan Pengawalan Bila Mendapat Gangguan Musuh


57

p. Penyelamatan Pada Pengamanan VVIP. Pada pengamanan


perjalanan darat dengan menggunakan Ranpur Infanteri bermotor
yang ditetapkan sebagai Ring I yaitu rangkaian Ranpur Infanteri VVIP
mulai dari Kawal Depan sampai dengan Kawal Belakang dan
rangkaian Ranpur Infanteri berikutnya merupakan Ring II. Apabila
terjadi dinamika pada kegiatan Pam VVIP dan telah diputuskan untuk
melaksanakan penyelamatan maka kegiatan yang dilaksanakan yaitu:

1) Ranpur Infanteri yang berada di DP penyelamatan


bergerak menuju titik muat penyelamatan.

a) DP penyelamatan merupakan tempat yang tidak


jauh dari titik muat penyelamatan, tidak mencolok dan
sebisa mungkin tidak berada di jalan utama kegiatan
VVIP agar tidak mengganggu rangkain kegiatan VVIP.

Gambar 52: Penempatan Ranpur pada Pengamanan


VVIP

b) Jumlah ideal Ranpur Infanteri yang digunakan


minimal dua, Ranpur Infanteri pertama berada di depan
sebagai Ranpur Pengamanan selama perjalanan dan
Ranpur Infanteri kedua berada di belakang sebagai
Ranpur Peyelamatan.

c) Posisi depan Ranpur Infanteri mengarah pada arah


tujuan gerakan menuju titik muat penyelamatan.

d) Saat bergerak menuju titik muat penyelamatan


membunyikan klakson untuk memberi peringatan warga
sipil agar tidak berada di route gerakan. Pasukan pam
rute membantu menyediakan ruang agar Ranpur Infanteri
dapat bergerak secara leluasa.

e) Posisi pintu belakang sudah terbuka dan dijaga


oleh personel yang ditunjuk.

2) Ranpur tiba di titik muat penyelamatan dengan segera


personel yang berada di Ranpur Infanteri turun untuk
58

membantu mengamankan rute bergerak VVIP dari tempat acara


menuju Ranpur. Personel yang ditugaskan menjaga pintu tetap
berada di Ranpur. Awak Ranpur tetap berada di Ranpur.

Gambar 53: Ranpur Pam VVIP Tiba di Titik Muat


Penyelamatan

3) Setelah VVIP masuk Ranpur dengan segera Ranpur


bergerak menuju safe room/house. Prajurit yang ditugaskan
mengamankan rute bergerak VVIP dari tempat acara menuju
Ranpur tinggal di tempat acara (tidak ikut Ranpur). Rute yang
digunakan menuju safe room/house menyesuaikan perintah
dari Dansatgaspam VVIP yang telah dibriefingkan sebelumnya.

a) Diperjalanan menuju safe room/house Ranpur


Infanteri pengaman bergerak didepan sehingga Ranpur
Infanteri penyelamat yang membawa VVIP terlindung dari
kemungkinan ancaman dari depan.

b) Apabila Ranpur Infanteri depan sebagai ranpur


pengaman mengalami kerusakan akibat hambatan dan
gangguan maka Ranpur penyelamat di belakangnya tetap
melanjutkan perjalanan menuju safe room/house.

c) Apabila Ranpur Infanteri penyelamat mengalami


kerusakan di perjalanan maka VVIP dipindahkan ke
Ranpur pengamanan. Regu Senapan yang berada di
Ranpur penyelamatan tinggal.

4) Setelah Ranpur tiba di safe room/house dan VVIP telah


masuk safe room/house maka kegiatan selanjutnya
melaksanakan pengamanan di safe room/house kemudian
menunggu perintah lanjutan dari Dansatgaspam VVIP.
59

16. Taktik Mekanis.

a. Gerak Maju (Germa)/Pemindahan Pasukan.

1) Tahap Perencanaan.

a) Mengumpulkan keterangan tentang kondisi medan


dan kemungkinan situasi musuh di sepanjang rute
gerakan terutama rute/akses jalan yang dapat
dimanfaatkan oleh Ranpur Infanteri.

b) Merencanakan alat kendali Germa, disesuaikan


dengan kriteria yang diharapkan.

c) Menyusun pasukan yang akan terlibat dalam


Germa disesuaikan dengan faktor TUMMPAS.

d) Membuat rencana koordinasi apabila pasukan


bergerak memasuki daerah pasukan kawan.

e) Merencanakan tindakan yang harus dilakukan


apabila terjadi kontak dengan musuh disesuaikan dengan
faktor TUMMPAS.

f) Merencanakan pergerakan dari pasukan


pengintai/pengaman depan dan Ranpur Infanteri.

g) Merencanakan penggunaan pasukan cadangan


yang bergerak bersama induk pasukan, serta rencana
pergantian antar kelompok apabila diperlukan.

2) Tahap Persiapan.

a) Mempersiapkan personel, alutsista, perlengkapan,


dan peralatan yang akan digunakan selama Germa.

b) Melaksanakan latihan pendahuluan di titik


bongkar/DP Germa, terutama terkait dengan manuver
dalam menghadapi musuh dan menghindari kontak.

c) Mengatur penempatan pasukan dan formasi


Ranpur Infanteri disesuaikan dengan susunan organisasi
dalam rangka pelaksanaan Germa.

3) Tahap Pelaksanaan. Germa dilaksanakan oleh Satuan


Mekanis melalui jaring jalan yang tersedia dalam rangka
pemindahan pasukan sebelum melaksanakan sebuah operasi.
Germa berakhir bila telah terjadi kontak dengan musuh,
pasukan telah sampai di daerah persiapan, atau jika pasukan
tiba di daerah yang harus dipertahankan. Satuan Mekanis
dapat berperan sebagai bagian dari satuan yang lebih besar
atau berdiri sendiri, apabila secara berdiri sendiri maka Satuan
Mekanis mengeluarkan pelindung.
60

a) Tingkatan Germa. Germa dibagi menjadi tiga


tingkatan sesuai dengan tingkat kerawanan yang
dihadapi di medan operasi. Tingkatan Germa diberikan
oleh komando atas (Dansatgasrat) berdasarkan informasi
tentang daerah operasi dari satuan intelijen berupa
Intelijen Siap Operasi (ISO).

(1) Germa tingkat I. Pada Germa tingkat I


kemungkinan kontak dengan musuh tidak ada.
Pasukan infanteri seluruhnya naik Ranpur
Infanteri.

(2) Germa tingkat II. Pada Germa tingkat II


kemungkinan kontak dengan musuh sudah ada.
PKT/PKM Komandan Kawal Depan sangat
diperlukan pada tingkatan ini. Pasukan infanteri
bisa seluruhnya turun dari Ranpur Infanteri atau
setengah kekuatan tetap tinggal di Ranpur sesuai
perintah Komandan Kawal Depan.

(3) Germa tingkat III. Pada Germa tingkat III


kemungkinan kontak dengan musuh dapat terjadi
setiap saat. Pasukan infanteri seluruhnya turun
dari Ranpur Infanteri agar dapat dengan segera
membentuk formasi tempur apabila terjadi kontak
dengan musuh.

b) Alat kendali Germa. Untuk mengatur dan


mengendalikan pasukan selama pelaksanaan Germa
maka harus ditentukan alat kendali selama
pelaksanaannya. Alat kendali Germa terdiri dari tujuan
gerakan, garis taraf, dan garis berita.

(1) Tujuan gerakan. Tujuan gerakan merupakan


bagian medan yang harus dicapai oleh pasukan.
Setelah sampai di tujuan gerakan seluruh pasukan
turun dari Ranpur Infanteri dan menempati
kedudukan yang telah dibagi oleh komandan
bawah. Komandan Kawal Depan melaporkan situasi
kepada Dansatgasrat sesuai laporan dari para
komandan satuan bawah.

(2) Garis taraf. Garis taraf merupakan suatu


garis taktis yang tegak lurus dengan arah Germa
dan medan yang memberikan kemungkinan sebagai
tempat untuk mengorganisir perlawanan. Pada alat
kendali ini komandan satuan bawah harus melapor
pada komandan kawal depan dan laporan
dilanjutkan secara hierarki. Saat melaksanakan
laporan, pasukan boleh dihentikan atau tidak. Jika
pasukan berhenti dan sedang berada di dalam
Ranpur Infanteri maka seluruhnya harus turun dari
Ranpur Infanteri untuk melaksanakan
pengamanan.
61

(3) Garis berita. Garis berita merupakan suatu


garis yang tidak bernilai taktis, tetapi tegak lurus
pada arah Germa. Garis ini harus dapat dilihat
dengan nyata di medan (sungai, jalan kereta api,
dan sebagainya). Saat melintasi garis ini komandan
satuan bawah harus melapor namun pergerakan
pasukan tidak dihentikan.

c) Cara Bergerak. Satuan Mekanis bergerak


menggunakan formasi zig-zag, berbanjar, dan berbanjar
taktis menyesuaikan dengan kondisi medan serta
kemungkinan ancaman. Pasukan senapan berada di
dalam maupun di luar Ranpur Infanteri menyesuaikan
dengan tingkatan gerak maju dan situasi ancaman yang
akan dihadapi. Para unsur komandan menjaga agar
disiplin gerakan terpelihara, kompi terdepan bertugas
memelihara kecepatan perjalanan yang telah ditentukan
oleh Komandan Batalyon, sedangkan kompi yang lain
menjaga agar jarak yang telah ditentukan tetap
terpelihara.

d) Pengintai depan. Pada pelaksanaan Germa jika ada


kemungkinan kontak dengan musuh maka peleton depan
mengeluarkan pengintai depan. Pengintai depan
merupakan pasukan yang dikeluarkan dari Regu Mekanis
paling depan yang ditugaskan sebagai Patroli Pelopor.
Jarak pengintai depan dengan Ranpur paling depan
menyesuaikan dengan medan, jika medan datar dan
lapangan tinjau baik maka pengintai depan harus lebih
bergerak didepan sampai dengan jarak bantuan
tembakan maksimum senjata infanteri, namun bila
melintasi medan yang memiliki jarak pandang yang rapat
maka jarak pengintai depan dapat dikurangi.

(1) Pengintai depan diambil dari Regu Patroli


Pelopor, terdiri dari dua kelompok. Pada Germa
tingkat II pengintai depan bisa hanya satu
kelompok saja dipimpin Danru atau Wadanru, sisa
patroli pelopor berada di Ranpur Infanteri. Untuk
Germa tingkat III maka seluruh personel turun dari
Ranpur Infanteri.

(2) Apabila jalan yang akan dilalui oleh induk


pasukan diapit oleh dua medan kritik maka
masing-masing kelompok pengintai depan bergerak
mendahului melintasi medan kritik tersebut untuk
memeriksa dan memastikan medan tersebut
aman/tidak diduduki musuh.
62

Gambar 54: Pengintai Depan Dihadapkan Dua Medan


Kritik

(3) Apabila jalan yang akan dilalui oleh induk


pasukan terdapat medan kritik di kanan atau kiri
jalan maka satu kelompok bergerak mendahului
melintasi medan kritik tersebut untuk memastikan
medan tersebut aman/tidak diduduki musuh dan
kelompok lainnya berada di sisi kanan/kiri
lambung Ranpur Infanteri agar terlindung dari
kemungkinan tembakan senjata ringan musuh.

Gambar 55: Pengintai Depan Dihadapkan Satu Medan


Kritik

e) Pengaman lambung. Jika Satuan Mekanis bergerak


merupakan bagian dari pasukan induk yang lebih besar
maka pengaman lambung dapat ditunjuk dari satuan lain
dengan kekuatan satu kompi, namun jika Satuan
Mekanis bukan merupakan bagian dari induk pasukan
yang lebih besar maka Dansat Mekanis menunjuk satu
peleton dari kompi kawal depan sebagai pengaman
lambung.
63

Gambar 56: Skema Pengaman Lambung

(1) Tugas dari pasukan pengaman lambung yaitu


mencegah pengintaian musuh dan menghindarkan
serangan mendekat pada lambung induk pasukan.
Jika terjadi serangan pada lambung, pasukan
pengaman lambung harus dapat mengatasi agar
induk pasukan dapat segera bergerak menghindari
ancaman yang datang atau apabila tidak dapat
mengatasi, dapat memberikan waktu untuk induk
pasukan menyebar dan melaksanakan tindakan
keamanan.

(2) Bila tidak terdapat jaring jalan yang dapat


digunakan oleh Ranpur Infanteri pada pengaman
lambung maka pengaman lambung dilaksanakan
oleh Regu Senapan, Ranpur Infanteri pengaman
lambung bergerak bersama induk pasukan. Satuan
pengaman lambung sebaiknya diperkuat dengan
senjata bantuan yang dimiliki oleh Satuan Mekanis.

(3) Formasi pengaman lambung tergantung dari


medan, sebisa mungkin bergerak maju sejajar
dengan induk pasukan. Formasi pengaman
lambung dilaksanakan seperti pada patroli pelopor.

(4) Hubungan yang erat dengan induk pasukan


harus dilakukan menggunakan sarana komunikasi
yang ada.

f) Mengatasi penembak runduk musuh.

(1) Apabila penembak runduk musuh jauh dari


jangkauan.
64

(a) Regu/Patpor langsung melaksanakan


5M.

(b) Pok Pengintai melaporkan kepada Dan


Patpor dengan memanfaatkan lindung
tembak yang ada.

(c) Lapor ke Dan Pelopor apabila musuh


sudah tidak memberikan tembakan.

(2) Apabila penembak runduk musuh terlihat


dan terjangkau oleh Patroli Pelopor.

(a) Regu/Patpor langsung melaksanakan


5M.

(b) Ranpur Infanteri bergerak mendekati


Pengintai Depan, Pengintai depan masuk ke
Ranpur Infanteri. Ranpur Infanteri bergerak
sedekat mungkin kearah musuh melalui
akses jalan yang dapat dilalui untuk
menempatkan pengintai depan sambil
mengikat tembakan.

Gambar 57: Visualisasi Ranpur Mendekati Pengintai


Depan

(c) Setelah sampai dikedudukan, Pengintai


Depan turun dari Ranpur Infanteri
dilanjutkan mengikat tembakan. Ranpur
Infanteri berpindah tempat dengan
melaksanakan gerakan tipuan dan lanjut
mengikat tembakan.
65

Gambar 58: Visualisasi Mengatasi Penembak Runduk


Musuh

(d) Sisa regu dipimpin Danru


melaksanakan pelambungan.

(e) Setelah sisa regu yang dipimpin Danru


tiba di posisi pelambungan Danru
memerintahkan sisa pasukan untuk buka
tembakan.

(f) Danru memerintahkan Pok Pengintai


dan Ranpur hentikan tembakan lalu sisa regu
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(g) Sisa regu melaksanakan konsolidasi


sambil mengamankan arah depan
mengantisipasi bantuan perkuatan dari
pasukan kawan musuh.

(h) Danru memerintahkan Pok Pengintai


untuk melaksanakan pembersihan.

(i) Regu kembali ke arah gerak maju lalu


melapor ke Dan Pelopor tentang pelaksanaan
kegiatan.

Catatan: Syarat dari taktik ini terdapat informasi yang


pasti tentang kekuatan persenjataan musuh tidak
memiliki SLT.

g) Mengatasi kelompok satu regu musuh.

(1) Regu/Patpor langsung melaksanakan 5 M.

(2) Patpor dilindungi oleh Ranpur Infanteri


bergerak kedepan mencari perlindungan untuk
mengikat tembakan, setelah sampai dikedudukan
66

Ranpur Infanteri melaksanakan gerakan tipuan dan


membantu mengikat tembakan.

(3) Regu 2 dan 3 (sisa pelopor) dipimpin Danton


melaksanakan pelambungan.

Gambar 59: Visualisasi Mengatasi Satu Regu Musuh

(4) Setelah Regu 2 dan 3 yang dipimpin Danton


tiba di posisi pelambungan Danton memerintahkan
untuk buka tembakan. Ranpur Infanteri dapat ikut
melambung selagi ada akses jalan untuk digunakan
oleh Ranpur Infanteri, apabila tidak ada akses
untuk Ranpur Infanteri melaksanakan
pelambungan maka Ranpur Infanteri dapat
dilibatkan membantu Regu 1 melaksanakan
pengikatan.

(5) Danton memerintahkan Patpor dan Ranpur


hentikan tembakan lalu Regu 2 dan 3
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(6) Regu 2 dan 3 melaksanakan konsolidasi


sambil mengamankan arah depan mengantisipasi
bantuan perkuatan dari pasukan kawan musuh.

(7) Danton memerintahkan Patpor untuk


melaksanakan pembersihan.

(8) Peleton kembali ke arah gerak maju lalu


melapor ke Dan Pelopor tentang pelaksanaan
kegiatan.

Catatan: Syarat dari taktik ini terdapat informasi


yang pasti tentang kekuatan persenjataan musuh
tidak memiliki SLT.
67

4) Tahap pengakhiran.

a) Pasukan pelindung/pengaman melanjutkan


tugasnya untuk pengamanan keliling, Ranpur Infanteri
disusun dengan formasi taktis setelah tiba di daerah
tujuan.

b) Ranpur Infanteri ditempatkan di perimeter titik


berkumpul tujuan Germa dan disusun sedemikian rupa
seperti ketika menempati titik bongkar/DP Germa.

c) Melaksanakan kegiatan konsolidasi dan/atau


melanjutkan persiapan guna melaksanakan operasi
selanjutnya.

b. Serangan.

1) Tahap Perencanaan.

a) Melakukan perencanaan yang sama seperti pada


materi Germa.

b) Membuat rencana pembagian tugas dan manuver


tempur sesuai dengan tipe operasi serangan.

c) Merencanakan alat kendali serangan yang terdiri


dari Daerah Persiapan (DP), Pangkal Serangan (PS), Garis
Penyebaran (GP), Titik Awal (TA), Jam “J”, Garis Awal
(GA), poros gerakan, arah serangan, garis taraf, Jarak
Serbuan (JS), petak serangan, sasaran, dan Batas Gerak
Maju (BGM).

Gambar 60: Skema Alat Kendali Serangan

d) Membuat rencana formasi dan manuver.

2) Tahap Persiapan. Melakukan persiapan yang sama seperti


pada materi Germa.
68

3) Tahap Pelaksanaan.

a) Serangan siang. Pelaksanaan serangan siang dibagi


menjadi empat Fase yaitu Fase I gerakan dari DP ke GA
melalui PS, Fase II dari gerakan dari GA menuju JS, Fase
III gerakan dari JS menuju SAS, dan Fase IV gerakan dari
SAS ke Konsolidasi.

(1) Fase I gerakan dari DP ke GA melalui PS.

(a) Gerakan dari DP menuju PS


menggunakan formasi berbanjar taktis
dengan pasukan Infanteri masih berada di
dalam Ranpur Infanteri.

(b) Di PS formasi berubah menjadi formasi


tempur/paruh lembing (disesuaikan dengan
situasi keamanan dan medan yang ada).

(c) Pada saat tiba di GP seluruh pasukan


turun dari Ranpur Infanteri, Satuan Mekanis
bergerak menggunakan formasi-formasi
tempur menyesuaikan dengan situasi
keamanan dan medan yang ada.

(d) Pasukan melintasi GA tepat pada Jam


“J” sesuai perintah operasi.

i. Senjata bantuan lintas lengkung


yang dimiliki oleh Batalyon
(meriam/mortir) memberikan tembakan
pendahuluan untuk melindungi
pasukan yang melintasi GA.

ii. Ranpur Infanteri beserta pasukan


senapan melintasi GA dengan cepat.

iii. Setelah melintasi GA apabila


kemungkinan musuh belum ada maka
pasukan senapan dapat naik kembali
ke Ranpur Infanteri namun bila
kemungkinan kontak dengan musuh
ada maka pasukan senapan tetap
berada diluar Ranpur Infanteri dan
membentuk formasi-formasi tempur
mekanis menyesuaikan dengan situasi
keamanan dan medan yang ada serta
siaga mengantisipasi segala macam
kemungkinan.

(2) Fase II gerakan dari GA menuju JS. Jauhnya


medan operasi serangan dari GA menuju JS
sehingga dibutuhkan beberapa GT sebagai alat
kendali. Kegiatan pasukan di GT pada serangan
sama dengan kegiatan di GT pada gerak maju.
Apabila dalam gerakan dari GA menuju JS terjadi
69

kontak dengan musuh, segera atasi sasaran dengan


cara mengembangkan bentuk-bentuk formasi
tempur dan manuver menyesuaikan dengan tipe
serangan yang telah direncanakan.

(a) Gerak maju untuk kontak (GMUK).


GMUK dilakukan oleh Satuan Mekanis dalam
suatu operasi serangan untuk bergerak
mendekatkan diri ke sasaran dalam rangka
kontak dengan musuh pada saat kedudukan
utama musuh masih jauh. Pada GMUK
terdapat kemungkinan musuh menempatkan
pos-pos pengaman depan dan patroli
tempurnya. GMUK dilaksanakan sebagai
berikut:

i. selama pelaksanaan gerakan,


pasukan senapan dan Ranpur Infanteri
menyusun formasi manuver tempur
Ranpur Mekanis eselon per eselon.
setiap eselon pasukan harus
menyelaraskan gerakannya dengan
eselon pasukan lainnya, memelihara
kontak dan melakukan koordinasi.
Pasukan kawal depan melakukan
kontak dengan pasukan pelindung dan
pelindung lambung dan kawal belakang
harus memelihara kontak dengan
induk pasukan sebagai pusat komando
pengendalian manuver. Gerakan maju
dilakukan dengan tindakan yang cepat
dan agresif menggunakan formasi dan
manuver yang disesuaikan dengan
kondisi medan dan situasi keamanan
diperjalanan;

Gambar 61: Skema GMUK


70

ii. induk pasukan memelihara jarak


dengan pasukan kawal depan, agar
mendapatkan ruang dan waktu yang
fleksibel dalam melaksanakan
manuver. Jarak disesuaikan dengan
bentuk medan, Panjang rute yang
dilalui dan ketersediaan informasi
tentang dislokasi dan pergerakan
musuh;

iii. apabila kondisi medan


memungkinkan maka dapat
menggunakan beberapa rute yang
paralel yang dapat dilalui oleh Ranpur
Infanteri dengan melaksanakan
fleksibilitas manuver Ranpur Infanteri
untuk mempersulit musuh melakukan
deteksi terhadap gerak maju pasukan;

iv. dalam menghadapi rintangan


yang menghalangi, pasukan harus
dapat melintasi dan mengatasi
rintangan tersebut dengan tehnik
mengatasi rintangan Ranpur Infanteri
dengan tetap menjaga momentum
gerakan. Apabila pasukan depan
kesulitan melintasi rintangan, maka
induk pasukan mencari rute lain
menghindari rintangan yang dimaksud;

v. Dansat Mekanis hendaknya


selalu mengetahui tentang kemajuan
eselon depan dan mengantisipasi setiap
kemungkinan tindakan yang akan
diambil. Dansat Mekanis akan selalu
memelihara manuver tempur mekanis
pasukan guna memelihara momentum
gerakan;

vi. pengintaian medan depan dan


pengamatan udara sangat diperlukan
dan memegang peranan penting dalam
rangka mendukung keberhasilan
GMUK Mekanis. Seluruh peralatan dan
pasukan yang digunakan untuk
melakukan pengintaian (citra
satelit/drone/helikopter serang) selalu
memberikan informasi tentang
dislokasi, kekuatan musuh dan senjata
SLT musuh serta rute dan kondisi
akses jalan yang dapat dilalui Ranpur
Infanteri guna mencegah terjadinya
pendadakan. Pasukan pelindung dan
kawal depan berupaya mengembangkan
71

situasi guna mencegah serangan


musuh terhadap induk pasukan;

vii. apabila terjadi kontak dengan


musuh, harus segera diatasi secara
agresif dan cepat dengan
mengembangkan formasi manuver
tempur Ranpur Mekanis guna
membuat musuh tidak berdaya.
Pasukan pelindung dan kawal depan
hanya mengatasi musuh yang akan
membahayakan bagi gerakan induk
pasukan, sedangkan perlawanan
dengan kekuatan yang kecil cukup
dilintasi dan dilaporkan;

viii. induk pasukan mengerahkan


pasukan cadangan untuk
menghancurkan perlawanan musuh
yang dilampaui oleh pasukan
pelindung. Apabila musuh telah dapat
dihancurkan, maka GMUK melanjutkan
gerakan sampai dengan tujuan
gerakan;

ix. semua usaha ditujukan untuk


mengurangi keseimbangan musuh,
serta menghalangi musuh dalam
menyusun kekuatannnya kembali
secara efektif atau melakukan serangan
balas; dan

x. selama pelaksanaan gerakan,


ranpur maupun rantis yang terlibat
dalam GMUK setiap saat bergerak
dalam sebuah bentuk kolone taktis dan
mars mendekat menyesuaikan
ketersediaan rute/akses jalan yang
dapat dilalui Ranpur, medan kritik dan
situasi keamanan taktis. Pada saat
sasaran semakin dekat maka formasi–
formasi dan manuver Ranpur Mekanis
harus dapat dikembangkan secara
fleksibel dengan memaksimalkan daya
gerak, daya tembak, dan perlindungan
lapis baja dari kemampuan yang
dimiliki oleh Ranpur Infanteri.

(b) Pengintaian paksa. Pengintaian paksa


merupakan tipe serangan yang bertujuan
untuk mendapatkan keterangan tentang
kedudukan, susunan, kekuatan, jenis
senjata, dan kemampuan pertahanan musuh.
Kegiatan ini dilakukan dengan pertimbangan
luasnya keterangan tentang musuh,
pentingnya informasi tambahan yang harus
72

diperoleh, daya guna dan kecepatan badan


pengumpul lain, resiko kerahasiaan rencana
operasi dan resiko kehancuran pasukan
pengintai paksa. Pengintaian paksa
dilaksanakan sebagai berikut:

i. pasukan pengintaian paksa


bergerak untuk melakukan tugasnya
sama seperti kegiatan GMUK, mulai
dari titik pemberangkatan dan
selanjutnya serta dilengkapi dengan
peralatan pengintaian dan surveillance
udara;

ii. ketika telah terjadi kontak


dengan musuh, segera melakukan
tindakan yang cepat dan agresif guna
mengembangkan kondisi yang
menguntungkan, dengan terus
berupaya agar tugas yang diberikan
kepadanya dapat dipenuhi;

iii. pasukan pengintaian paksa


merupakan pasukan Infanteri yang
dilengkapi dengan Ranpur Infanteri dan
memiliki kekuatan minimal satu Regu
Mekanis. Pasukan pengintaian paksa
tetap memelihara kontak namun harus
sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Apabila memungkinkan
pasukan pengintaian paksa
menghancurkan musuh yang dihadapi;

iv. Dansat Mekanis selalu bersiap


untuk mengeksploitasi sukses yang
diperoleh pengintaian paksa tersebut.
Tindakan tersebut adalah meliputi
pelanjutan serangan atau mengambil
alih daerah yang direbut oleh pasukan
pengintaian paksa; dan

v. apabila pasukan pengintaian


paksa mendapatkan tekanan yang
hebat dari musuh, segera
meninggalkan daerah kontak dan
meminta bantuan kepada Dansat
Mekanis untuk membantu upaya
melepaskan diri dari pertempuran yang
dilakukan.

(c) Serangan yang dikoordinasikan.

i. Infiltrasi (perembesan). Dalam


suatu serangan Satuan Infanteri
Mekanis, pada pertahanan daerah
musuh yang sangat luas dapat
73

dilakukan dengan menggunakan teknik


perembesan/infiltrasi, melalui celah
atau bagian pertahanan yang lemah.
Satuan harus bergerak dengan diam-
diam/rahasia, menghindari kontak
dengan pos musuh. Apabila terdapat
banyak jaring jalan dapat dimanfaatkan
sebagai jalur perembesan dengan
menggunakan Ranpur Infanteri sampai
batas akses jalan dapat dilaui atau
ditembus, dilanjutkan dengan
perembesan tanpa Ranpur Infanteri
namun kekuatan pasukan disebar
dengan menggunakan rute masing-
masing melalui empat tahap kegiatan.

i) Tahap I. Gerakan menuju


daerah sasaran.

(i) Gerakan dilakukan


dengan tetap menjaga
kerahasiaan.

(ii) Hindari kontak


dengan musuh sebelum
waktunya.

(iii) Pedomani petunjuk


arah dan instruksi yang
telah ditentukan.

ii) Tahap II. Di titik temu (TT)


atau pemeriksaan.

(i) Sebelum masuk,


selidiki keadaan sekitar
titik temu.

(ii) Adakan reorganisasi


atau pengecekan personel
dan Ranpur Infanteri yang
dapat digunakan.

(iii) Gunakan sandi.

iii) Tahap III. Di pangkal


serangan.

(i) Adakan pemeriksaan


dan koordinasi.

(ii) Lapor kepada satuan


atasan.

(iii) Segera bergerak ke


sasaran masing-masing.
74

Gambar 62: Visualisasi Infiltrasi Satu Poros

Gambar 63: Visualisasi Infiltrasi Multi Poros

iv) Tahap IV. Di titik


berkumpul TB. Apabila telah
selesai kegiatan di sasaran segera
menuju ke TB akhir untuk
kegiatan selanjutnya.

ii. Penerobosan. Merupakan bagian


dalam pelaksanaan operasi serangan
yang dalam pelaksanaannya pasukan
menyerang dan menembus posisi
pertahanan pokok musuh, membelah
pertahanan tersebut menjadi dua dan
merebut atau menghancurkan sasaran
yang mengakibatkan rusaknya kelan-
jutan pertahanan dan memungkinkan
75

untuk mengadakan eksploitasi. Satuan


Infanteri Mekanis dapat menerobos
suatu posisi musuh selanjutnya
melaksanakan eksploitasi atau setelah
dapat menembus suatu posisi musuh,
eksploitasi dilakukan oleh pasukan
lain. Hal itu tidak dapat diserang dan
waktu terbatas untuk melaksanakan
pelambungan.

Gambar 64: Fase I Mebuat Lubang Penerobosan

Gambar 65: Fase II Memperbesar Lubang Penerobosan

i) pasukan penerobos dibagi


menjadi dua kelompok serangan
yang terdiri dari kelompok
serangan pokok dengan kekuatan
lebih besar dan kelompok
76

serangan bantuan dengan


kekuatan yang lebih kecil;
ii) pilih medan yang
memungkinkan pembentukan
formasi manuver tempur mekanis
yang cukup, manfaatkan jaring
jalan di sekitar daerah
penerobosan;

iii) terobos pertahanan musuh


yang lemah dan serang
kedudukan yang memungkinkan
pendadakan;

iv) serangan pokok dilakukan


pada front sempit, serangan
bantuan untuk memperbesar
celah penerobosan;

v) Siapkan cadangan di
belakang serangan pokok; dan

vi) Kompi Bantuan harus


memiliki koordinasi dan
komunikasi yang melekat dengan
Kompi Senapan Infanteri Mekanis
depan dalam memberikan
bantuan tembakan lintas
lengkung senjata infanteri dan
lintas datar. Bantuan tembakan
yang diberikan dalam rangka
mendukung akses manuver
Kompi Infanteri Mekanis.

iii. Frontal:

i) Satuan Mekanis bergerak


dalam front yang lebar dengan
formasi tempur menyesuaikan
dengan akses jalan yang tersedia
serta kemungkinan ancaman
(formasi bersyaf, paruh
lembing/pasak, atau V). Hal ini
dilaksanakan guna membersih-
kan pasukan pengaman depan
dan patroli musuh, sambil
bergerak menuju BDDT musuh;

ii) begitu pasukan penyerang


depan mengalami kontak dengan
musuh, pasukan penyerang
depan segera mengembangkan
formasi tempur dan melaporkan
kedudukan musuh ke komando
atas. Pasukan penyerang depan
segera mengikat musuh pada
77

kedudukan tembak dan


melaksanakan gerakan untuk
mendapatkan posisi yang
menguntungkan dalam rangka
menghancurkannya; dan

Gambar 66: Skema Frontal

iii) apabila titik lemah musuh


dapat terdeteksi, serta
diyakinkan bahwa hal tersebut
bukan merupakan jebakan, maka
pasukan penyerang harus segera
memanfaatkannya. Pasukan
cadangan dapat dimanfaatkan
untuk melindungi pasukan
penyerang depan dari upaya
serangan balas musuh ataupun
upaya musuh melaksanakan
pengepungan.

iv. Pelambungan. Satuan Mekanis


yang bermanuver dibagi menjadi dua
kelompok serangan yang terdiri dari
kelompok serangan pokok dengan
kekuatan lebih besar dan kelompok
serangan bantuan dengan kekuatan
yang lebih kecil. Serangan pokok
ditujukan terhadap lambung musuh
yang lemah sedangkan serangan
bantuan mengikat musuh pada
posisinya untuk memperdaya musuh
tentang letak serangan pokok dan
mengurangi reaksi musuh terhadap
serangan. Satuan Infanteri Mekanis
dapat melakukan pelambungan sendiri
bila mendapatkan perkuatan dari
78

komando atas, dan dapat dijadikan


pasukan pengikat atau pasukan
pelambung pada pelambungan
komando atas. Pelambungan dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu pelambungan
tunggal dan pelambungan rangkap.

i) Pelambungan tunggal.

(i) Serpok dari arah


yang tidak diduga oleh
musuh dan pada posisi
musuh yang lemah.

(ii) Cadangan bergerak


di belakang serpok.

(iii) Serban mengikat


musuh.

Gambar 67: Visualisasi Pelambungan Tunggal

(iv) Kompi Bantuan siap


membantu serpok dan
serban mulai buka
tembakan sampai sasaran
hancur dengan melaksa-
nakan koordinasi dan
komunikasi melekat
kepada Kompi Senapan
Infanteri depan. Bantuan
tembakan yang diberikan
berupa bantuan tembakan
lintas lengkung senjata
infanteri dan lintas datar
dalam rangka mendukung
manuver Kompi Senapan
Infanteri mekanis depan.
79

(v) Ranpur Infanteri siap


untuk eksploitasi
pengejaran.

ii) Pelambungan rangkap.

(i) Serpok dilakukan


dari 2 (dua) arah yang tidak
diduga oleh musuh dan
pada posisi musuh yang
lemah.

(ii) Cadangan bergerak


di belakang serpok.

(iii) Serban mengikat


musuh.

Gambar 68: Visualisasi Pelambungan Rangkap

(iv) Kompi Bantuan siap


membantu serpok dan
serban mulai buka
tembakan sampai sasaran
hancur dengan melaksa-
nakan koordinasi dan
komunikasi melekat
kepada Kompi Senapan
Infanteri depan. Bantuan
tembakan yang diberikan
berupa bantuan tembakan
lintas lengkung senjata
infanteri dan lintas datar
dalam rangka mendukung
manuver Kompi Senapan
Infanteri Mekanis depan.
80

(v) Ranpur Infanteri siap


untuk eksploitasi atau
pengejaran.

(vi) Selalu koordinasi dan


komunikasi antar pasukan,
terutama pasukan
pelambung.

v. Peningkaran. Peningkaran
merupakan variasi dari pelambungan.
Pasukan penyerang bergerak
meningkar atau didaratkan di belakang
pasukan musuh untuk merebut
sasaran jauh di belakang, memaksa
musuh meninggalkan posisinya atau
menarik pasukan besar musuh
dihancurkan di tempat yang dipilih
pasukan penyerang.

Gambar 69: Visualisasi Peningkaran

i) Gunakan jaring jalan dan


medan-medan yang memungkin-
kan yang berada di belakang
kedudukan musuh.

ii) Siapkan Kompi Bantuan


untuk membantu peningkaran.

iii) Selalu adakan komunikasi


dengan induk pasukan.

vi. Pelingkaran.

i) Babak I, mengisolasi
musuh.
81

(i) Sedapat mungkin


satuan pelingkar bergerak
dengan cepat dan lebih
dahulu menguasai medan
kritik (jembatan, lembah,
ngarai dll) yang dapat
membantu mengisolasi
musuh menggunakan
Ranpur Infanteri.

(ii) Gerakan untuk


mengisolasi musuh,
dilakukan minimal dari dua
arah yang berbeda.

(iii) Musuh senantiasa


berupaya untuk melepas-
kan diri dari upaya
pengepungan, termasuk
diantaranya melakukan
serangan terhadap salah
satu satuan pelingkar.
Satuan pelingkar yang
diserang segera melaksa-
nakan pertahanan, semen-
tara satuan pelingkar
lainnya melanjutkan
gerakan untuk mengepung
musuh.

(iv) Pada saat melaksa-


nakan pelingkaran, satuan
pelingkar harus menempat-
kan diri pada bagian
medan yang menguntung-
kan dalam melaksanakan
isolasi dan mencegah
musuh mengkonsentrasi-
kan kekuatannya guna
keluar dari pengepungan.

(v) Gunakan drone


untuk mendapatkan
informasi tentang upaya
musuh untuk keluar dari
pengepungan.

ii) Babak II, penyerbuan pada


kedudukan musuh yang
terkepung. Terdapat empat
macam manuver dari pasukan
penyerbu dalam bergerak
menghancurkan musuh yang
telah terkepung, yakni
pelingkaran serentak,
pelingkaran dan serang, serbu
82

dan sekat, serta serbu dan


hadang.

(i) Pelingkaran serentak.


Pelingkaran serentak dila-
kukan dengan melaksana-
kan serbuan secara
serentak dari berbagai
jurusan dan terkoordinasi.
Pasukan penyerang beserta
Ranpur Infanteri melaksa-
nakan serangan mengguna-
kan formasi tempur
menyesuaikan dengan
kondisi medan dengan
menyesuaikan adanya
akses/jalur jalan. Pada
satuan penutup Ranpur
Infanteri ditempatkan pada
akses jalan untuk menutup
jalur perembesan kenda-
raan musuh.

Gambar 70: Visualisasi Pelingkaran Serentak

(ii) Pelingkaran dan


serang. Pelingkaran dan
serang dilakukan dengan
melaksanakan serbuan dari
salah satu bagian peling-
karan, sementara bagian
lainnya bersifat statis.
Pasukan penyerang beserta
Ranpur Infanteri melaksa-
nakan serangan mengguna-
kan formasi tempur
menyesuaikan kondisi
83

medan dan ketrsediaan


akses/jalur jalan. Pada
satuan penutup dan
pelingkar, Ranpur Infanteri
ditempatkan pada akses
jalan untuk menutup jalur
perembesan kendaraan
musuh.

Gambar 71: Visualisasi Pelingkaran dan Serang tahap 1

Gambar 72: Visualisasi Pelingkaran dan serang tahap 2

iii) Serbu dan sekat.


Dilakukan dengan cara
menempatkan sebagian
dari pasukan pelingkar ber-
tugas sebagai satuan
penyekat yang bersifat
statis sementara sebagian
lainnya melaksanakan
84

gerakan serbuan ke kedu-


dukan musuh, guna
mendesak musuh ke arah
kedudukan satuan pe-
nyekat. Pasukan penyer-bu
beserta Ranpur Infanteri
melaksanakan serbuan
menggunakan formasi tem-
pur menyesuaikan dengan
kondisi medan dengan
menyesuaikan adanya
akses/jalur jalan Satuan
penyerbu dan satuan
penyekat dapat melakukan
berbagai upaya untuk
menghancurkan musuh.
Pada satuan penutup dan
penyekat, Ranpur Infanteri
ditem-patkan pada akses
jalan untuk menutup jalur
perembesan kendaraan
musuh.

Gambar 73: Visualisasi Serbu dan Sekat

iv) Serbu dan hadang.


Dilakukan dengan cara
pasukan pelingkar dengan
sengaja membuat celah
diantara pasukan penutup
guna mengecoh lawan
untuk memanfaatkan celah
tersebut untuk meloloskan
diri. Pada saat musuh
bergerak dan tidak lagi
85

berada pada posisi


bertahan, mereka sangat
rentan untuk diserang dan
dihancurkan. Pasukan pe-
nyerbu beserta Ranpur
Infanteri melaksanakan
serbuan menggunakan for-
masi tempur menye-
suaikan dengan kondisi
medan dengan menye-
suaikan adanya akses/
jalur jalan Pada satuan
penghadang Ranpur
Infanteri ditempatkan pada
akses jalan untuk menutup
jalur perembesan kenda-
raan musuh.

Gambar 74: Visualisasi Serbu dan Hadang

(d) Eksploitasi. Eksploitasi adalah suatu


operasi sebagai kelanjutan dari suatu
penerobosan atau pelambungan yang
berhasil. Eksploitasi dilakukan terhadap
pasukan musuh yang sedang dalam kesulitan
mempertahankan kedudukannya. Satuan
Infanteri Mekanis melaksanakan kegiatan
eksploitasi sebagai berikut:

i. hambatan yang bersifat kecil


diatasi oleh cadangan;

ii. pasukan dan Ranpur Infanteri


masih memiliki kemampuan untuk
melaksanakan eksploitasi;
86

iii. dapat menggunakan dua poros


gerakan;

iv. laksanakan gerakan seperti mars


mendekat;

v. lakukan dengan cepat, berani


dan agresif;

vi. kerahkan bantem yang belum


terlibat;

vii. hancurkan perlawanan musuh


yang dilewati menggunakan formasi
tempur mekanis tingkat kecil/regu;

viii. cegah musuh untuk memperkuat


diri; dan

ix. manfaatkan Kompi Bantuan


secara maksimal.

(e) Pengejaran. Pengejaran merupakan


taraf terakhir dari operasi serangan, bedanya
dengan eksploitasi bahwa fungsi utama dari
pengejaran yakni untuk menghancurkan
pasukan musuh. Pengejaran biasanya terdiri
dari pasukan penekan langsung dan pasukan
yang melaksanakan peningkaran. Satuan
Infanteri Mekanis dapat berperan sebagai
satuan penekan langsung atau sebagai
satuan peningkar.

i. Sebagai satuan penekan


langsung.

i) Serang musuh secara terus


menerus menggunakan formasi
manuver tempur mekanis serta
memanfaatkan daya tembak,
mobilitas, dan perlindungan lapis
baja Ranpur Infanteri.

ii) Jangan beri kesempatan


musuh untuk memutuskan
kontak dan menyusun
pertahanan.

iii) Setiap ada kesempatan


pasukan penekan melambung
menggunakan Ranpur Infanteri
untuk memotong dan
menghancurkan musuh.
87

iv) Kompi Bantuan dengan


memanfaatkan mobilitas dan
perlindungan ranpur memberi
bantuan tembakan secara
maksimal pada kedudukan
musuh.

Gambar 75: Visualisasi Pengejaran Sebagai Penekan


Langsung

ii. Sebagai satuan peningkar.

i) Gunakan Ranpur Infanteri


untuk mobilitas dan agresifitas.

ii) Gerakan meningkar kearah


rute pemunduran musuh
memanfaatkan akses jalan yang
dapat dilalui Ranpur Infanteri
secepat mungkin dengan
pasukan senapan berada di
dalam Ranpur Infanteri.

iii) Dapat menyerang lambung


induk pasukan musuh dengan
membentuk formasi tempur
mekanis menyesuaikan medan
dan situasi.

iv) Kompi Bantuan siap setiap


saat memberikan bantem kepada
satuan peningkar.
88

Gambar 76: Visualisasi Pengejaran Sebagai Peningkar

(3) Fase ke III gerakan dari JS ke SAS.

(a) Seluruh pasukan berada diluar Ranpur


Infanteri.

(b) Kegiatan pasukan melaksanakan


penyiapan serbuan (pasang sangkur, ganti
magasen).

(c) Setelah mendapatkan aba-aba perintah


dari Dansat Mekanis, Ranpur Infanteri
menembak ke sasaran/perkubuan musuh.

(d) Satuan Mekanis melaksanakan


serbuan dengan dua cara.

i. Pasukan musuh sudah


mengalami kerugian yang sangat hebat.

i) Pasukan melaksanakan
serbuan dengan menggunakan
formasi tempur secara serentak.

ii) Ranpur Infanteri bergerak


sejajar dengan pasukan jalan
kaki.

iii) Kegiatan dilaksanakan


sampai dengan sasaran dapat
direbut atau gerakan pasukan
telah melalui BDDT musuh.

ii. Pasukan musuh masih kuat.

i) Pasukan melaksanakan
serbuan dengan menggunakan
89

formasi tempur secara


berlompatan.

ii) Ranpur Infanteri bergerak


duluan kedepan sebagai perisai
bagi pasukan senapan sampai
dengan titik yang dinilai aman
dilanjutkan dengan pasukan
senapan secara berlompatan
selama serbuan.

iii) Kegiatan dilaksanakan


terus menerus sampai dengan
sasaran dapat direbut atau
gerakan pasukan telah melalui
BDDT dan perkubuan musuh.

(4) Fase ke IV gerakan dari SAS ke Konsolidasi.

(a) Selama pelaksanaan konsolidasi


Ranpur Infanteri ditempatkan pada daerah
atau akses-akses jalan yang memungkinkan
dapat dijadikan sebagai jalur akses serbal
oleh musuh dengan membentuk setengah
lingkaran pengaman beserta pasukan
senapan untuk saling melindungi
menyesuaikan medan. Senjata Ranpur
Infanteri waspada mengawasi medan depan
dengan munisi jat Ranpur terisi penuh
mewaspadai serbal dari musuh.

(b) Setelah Pasukan Infanteri


melaksanakan konsolidasi di BGM, awak
Ranpur/Danran menunggu petunjuk
selanjutnya dari Danton/Danki untuk
melaksanakan gerakan selanjutnya.

b) Serangan malam. Tujuan serangan malam yaitu


mendapatkan atau memperoleh pendadakan terhadap
musuh, menghindarkan kerugian yang besar yang tidak
mungkin yang tidak dapat di hindarkan jika serangan di
laksanakan pada siang hari, mengambil keuntungan
sebesar-besarnya dan hasil yang telah di capai pada
serangan siang, menduduki medan yang penting untuk
serangan selanjutnya, meyesatkan musuh, dan
menghalangi musuh untuk menyusun pertahananya
dengan sempurna. Fase-fase pada serangan malam sama
dengan serangan siang. Ranpur Infanteri tidak boleh
menggunakan cahaya kendaraan, dalam setiap
perpindahan seluruh pengemudi Ranpur Infanteri
menggunakan NVG sebagai alat bantu pengelihatan
malam hari.

(1) Alat kendali serangan malam meliputi garis


awal dan titik awal, pangkal serangan, route
gerakan, titik pengembangan, garis penyebaran,
90

sasaran serangan, batas gerak maju, dan tindakan


kendali lainnya.

(2) Hal-hal yang penting bagi pelaksanaan


serangan malam.

(a) Rencana serangan yang sederhana.


Terbatasnya pandangan sehingga sukar
sekali untuk merencanakan serangan seperti
pada siang hari. Karena itu serangan malam
biasanya dilakukan dari satu arah dan
melalui medan yang terbuka, upayakan agar
menggunakan tipe serangan yang hanya
menggunakan satu poros.

(b) Setiap Satuan Mekanis hanya diberikan


satu sasaran. Pada waktu gelap sukar sekali
untuk mengadakan penyusunan kembali
pasukan, begitu pula tidak mungkin
diadakan pengintaian-pengintaian yang teliti
untuk merebut sasaran berikutnya.

(c) Persiapan-persiapan harus teliti.


Diutamakan bagi pelaksanaan rute serangan
malam, persiapan-persiapan, dan pengintiaan
harus dibuat lengkap dan terperinci. Rencana
harus dibuat sedemikian rupa agar setiap
tindakan dan pelaksanaan tugas-tugas dari
komandan satuan bawah beserta anggotanya
dapat berjalan sesuai dengan rencana.

(d) Kerahasiaan dan pendadakan.

i. Kerahasiaan dan pendadakan


merupakan faktor-faktor yang mutlak
bagi berhasilnya suatu serangan
malam. Kerahasiaan harus dijamin
dengan baik selama mungkin, mulai
dari persiapan-persiapan maupun
dalam hal penyebaran keterangan-
keterangan. Gerak maju pasukan harus
dilakukan dengan diam-diam sehingga
serbuan dapat dilakukan dari satu
tempat pada waktu yang tidak
disangka-sangka oleh musuh.

ii. Saat serangan/jam “J”. Saat


serangan harus dirahasiakan sebaik-
baiknya, serangan dilaksanakan pada
jauh malam apabila serangan akan
dilanjutkan pada pagi harinya. Bila
sasaran serangan kompi merebut
sasaran akhir dalam keadaan sebelum
hari terang, maka serangan di mulai
segera setelah gelap. Apabila sasaran
serangan yang harus direbut hanya
91

akan dipertahankan sebelum hari


terang, pertahanan harus sudah
tersusun dengan kuat sebelum hari
terang itu juga.

(3) Pelaksanaan serangan malam.

(a) Pasukan bergerak dari awal dan titik


awal menuju titik pengembangan melalui
pangkal serangan menggunakan formasi
tempur menyesuaikan medan di daerah
operasi.

i. Personel berada diluar Ranpur


bergerak maju mendahului kedepan
melaksanakan Infiltrasi dengan
menggunakan jalan sebagai poros
Infiltrasi. Bergerak secara senyap
sambil mengamati situasi medan
disekitar jalan.

ii. Setelah bergerak maju ke depan


maksimal 1 km (batas aman
komunikasi radio) dan yakin jalan yang
dilalui aman maka Danki
memerintahkan Ranpur Infanteri untuk
maju kedepan sampai segaris dengan
pasukan.

iii. Gerakan antara pasukan yang


berjalan kaki dengan Ranpur Infanteri
dilaksanakan secara ulat kilan terus-
menerus sampai tiba di titik
pengembangan.

(b) Musuh yang berada di antara GA


dengan garis penyebaran, dilewati atau
dibunuh dengan senyap. Alat pembantu
penglihatan malam digunakan seefektif
mungkin dalam fase ini.

(c) Bila serangan dilakukan tanpa


tindakan bantuan, Danki dapat meminta
bantuan tembakan pada setiap waktu apabila
serangan telah diketahui oleh musuh.
Dalam keadaan tersebut, danki segera
mengambangkan pasukannya dengan formasi
berbanjar, melanjutkan gerakannya dengan
cepat tepat ke garis penyerangan, mengambil
formasi bersyaf, tembakan-tembakan
dialihkan dan akhirnya melancarkan serbuan
seperti pada serangan siang. Jika serangan
kompi diketahui oleh musuh pada saat
setelah sampai di garis penyebaran, serbuan
harus segera di lancarkan dengan cepat
tanpa ragu-ragu.
92

(d) Danton melaporkan kepada Danki


setelah peleton-peleton tersebut berada di
garis penyebaran dan siap untuk
melanjutkan gerakannya. Danki
menggerakkan peleton-peletonnya sesuai
perintah-perintah Danyon. Gerak maju kompi
dilakukan secara diam-diam dalam satu garis
dan tanpa tembakan.

(e) Agar tetap terpelihara kerahasiaan,


maka tembakan-tembakan yang terpencar
oleh satuan-satuan kecil musuh jangan di
hiraukan, karena sudah menjadi kebiasaan
bahwa meskipun tidak mengetahui adanya
pasukan penyerang, kadang-kadang musuh
mengeluarkan tembakan-tembakan gangguan
dan tipuan.

(f) Untuk menciptakan keunggulan


tembakan guna kepentingan pengembangan
selama serbuan dapat dilaksanakan tanpa
adanya pembatasan. Serbuan dilaksanakan
secara agresif. Pada saat ini Danki dapat
meminta bantuan tembakan untuk
mengisolasi sasaran. Serbuan harus
dilaksanakan sampai garis batas maju pada
tepi jauh sasaran.

(g) Setelah sasaran direbut, peleton-


peleton bergerak maju daerah-daerah yang
telah ditentukan untuk konsolidasi dan
reorganisasi. Senjata-senjata organik dan BP
dipindahkan ke depan dan ditunjukkan
kedudukannya. Pembersihan terhadap
musuh yang mengundurkan diri biasanya
tidak dilaksanakan sampai hari terang.

4) Tahap Pengakhiran.

a) Pemeriksaan personel, materiel, Ranpur Infanteri,


dan perlengkapan.

b) Melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas.

c) Melaksanakan reorganisasi dalam rangka


optimalisasi kesiapan satuan.

c. Pertahanan.

1) Pertahanan Daerah. Pertahanan daerah bertujuan untuk


mempertahankan suatu medan dalam jangka waktu tertentu.
Pasukan disusun secara kuat dan melebar sepanjang daerah
pertahanan depan untuk menghentikan dan menggagalkan
serangan musuh di depan Batas Depan Daerah Tempur (BDDT),
sedangkan pasukan cadangan dipergunakan untuk
memberikan kedalaman pertahanan dan untuk
93

menghancurkan/mengusir penerobosan musuh yang telah


berhasil menembus BDDT dengan serangan balas.

a) Tahap Perencanaan.

(1) Menyusun rencana daerah pertahanan.

(a) Daerah pengamanan depan.

(b) Daerah pertahanan depan.

(c) Daerah pertahanan belakang.

Gambar 77: Skema Pertahanan Daerah

(2) Merencanakan susunan pasukan.

(a) Masing-masing peleton ditempatkan


didalam daerah pertahanan kompi
sedemikian rupa bersama dengan Ranpur
Infanteri, dengan tidak melupakan dasar-
dasar pertahanan.

(b) Penempatan Ranpur Infanteri berada di


kedudukan yang terlindung sejajar dengan
pasukan depan. Sebaiknya kedudukan
Ranpur Infanteri dekat dengan jalan pendekat
yang memudahkan pergerakan untuk
mengangkut personel melaksanakan
pemunduran atau serangan balas. Ranpur
Infanteri harus disamar sedemikian rupa
sehingga tidak dapat ditinjau oleh musuh
baik dari depan, samping, atau atas.
94

Gambar 78: Kedudukan Ranpur Infanteri di Daerah


Pertahanan

(3) Menyusun rencana bantem. Rencana bantem


di koordinasikan oleh Dansat Armed selaku perwira
koordinasi bantuan tembakan (Pakorbantem).

(4) Menyusun rencana bantuan tempur, bantuan


administrasi dan bantuan teritorial.

(5) Menyusun rencana koordinasi.

(6) Menyusun rencana pengintaian.

(a) route pemunduran.

(b) route Serbal.

(c) kedudukan pasukan.

(d) kedudukan Ranpur Infanteri.

(e) kedudukan senjata bantuan.

(7) Menyusun rencana serangan balas.

b) Tahap Persiapan.

(1) Melaksanakan pengecekan personel dan


materiel.

(2) Melaksanakan pemindahan pasukan.

(3) Melaksanakan pengintaian.


95

c) Tahap Pelaksanaan.

(1) Pertahanan siang hari.

(a) Daerah pengamanan depan.


i. Pada saat musuh bergerak
mendekati kedudukan pasukan
pengaman depan, senjata bantuan
lintas lengkung menembak musuh.
Pasukan pengaman depan tidak terlibat
pada pertempuran yang menentukan.

i) Tembakan ditujukan untuk


mendisorganisir persiapan
musuh, menghambat, dan
memaksa musuh mengembang
sebelum waktunya.

ii) Tembakan dilaksanakan


secara terus menerus sampai
dengan pasukan pengaman
depan melaksanakan pemun-
duran.

ii. Komandan Pasukan Pengaman


Depan melaporkan setiap
perkembangan situasi kepada Danki.

iii. Ketika musuh semakin mendekat


dan pada jarak aman untuk
melaksanakan pemunduran maka
Danki memerintahkan pasukan
pengaman depan melaksanakan
pemunduran ke daerah belakang
menuju kedudukan yang sudah
disiapkan di Peleton Cadangan melalui
rute yang sudah disiapkan.
Pengunduran dapat dimenggunakan
Ranpur Infanteri apabila ada akses dan
jalur jalan yang bisa dilalui oleh
Ranpur Infanteri.

(b) Daerah pertahanan depan.

i. Setelah musuh bergerak menuju


ke daerah pertahanan depan.

i) Senjatan bantuan lintas


lengkung melaksanakan
tembakan terhadap sasaran yang
telah direncanakan.

(i) Tembakan berupa


tembakan konsentrasi,
96

barase, dan penahan


serbuan.

(ii) Tembakan untuk


melindungi pemunduran
pasukan dari daerah
pertahanan depan ke
daerah belakang dan
menghancurkan musuh di
daerah penghancuran.

(iii) Apabila daerah per-


tahanan depan berhasil
diterobos oleh musuh.
Untuk mencegah penero-
bosan yang lebih besar dan
menghancurkan musuh
yang berhasil melaksana-
kan penerobosan maka
senjata bantuan lintas
lengkung melaksanakan
tembakan pembatas,
penutup, dan penghancur
yang telah direncanakan.

ii) Senban Ranpur Infanteri


dan senapan menembak ketika
musuh masuk jarak tembak
senjata. Tembakan dilaksanakan
segencar mungkin sehingga
menimbulkan kerugian yang
maksimal pada pihak musuh.

ii. Apabila musuh tidak dapat


dihancurkan di depan BDDT dan
berhasil menembus BDDT maka
dilaksanakan serbal.

(c) Daerah belakang. Peleton Cadangan di


daerah belakang bersiap untuk
melaksanakan serbal apabila musuh berhasil
menembus kedudukan daerah pertahanan
depan (BDDT) melalui akses jalan yang dapat
dilalui Ranpur Infanteri yang telah
dipersiapkan sebelumnya.

(d) Serangan balas.

i. Serangan balas dilaksanakan


bila:

i) kekuatan musuh di daerah


penerobosan belum menjadi
terlalu besar;
97

ii) gerakan musuh telah dapat


dihentikan, dihambat, dan
diceraiberaikan;

iii) musuh belum dapat


menkonsolidasikan kemenang-
annya;

iv) tank musuh telah dapat


dilumpuhkan; dan

v) ada keyakinan, bahwa


serangan balas tersebut pasti
berhasil.

ii. Kegiatan yang dilaksanakan pada


saat serangan balas sebagai berikut:

i) Danki segera melaksa-


nakan perkiraan cepat dan
PKT/PKM setelah menerima
perintah untuk melaksanakan
serbal dari Danyon;

ii) serangan balas ditujukan


pada lambung atau punggung
dari penerobosan musuh, sebab
bagian ini biasanya merupakan
titik lemah dari penerobosan
musuh. Gunakan manuver
tempur mekanis melalui akses
jalan yang telah direncanakan;
dan

iii) Senjata bantuan lintas


lengkung memberikan bantuan
tembakan untuk mempergencar
tembakan, melindungi pergerak-
an, menutup jalan pelolosan
musuh, dan membantu manuver
tempur mekanis.

(e) Apabila serangan balas tidak berhasil,


setelah mendapatkan perintah dari Danyon
maka kompi melaksanakan Tuspur dengan
tekanan.

i. Tuspur dengan tekanan ditandai


dengan adanya unsur depan yang
bertempur berusaha untuk mundur
serta adanya pasukan dibelakangnya
yang melindungi pengunduran dan
membantu unsur depan dalam
memutuskan kontak dengan musuh.
98

Gambar 79: Visualisasi Tuspur Dengan Tekanan

i) Peleton Cadangan sebagai


Peleton Pelindung ditempatkan
pada kedudukan yang dapat
melindungi peleton-peleton
secara keseluruhan.

ii) Rute pemunduran sebaik-


nya melalui sekitar lambung
pasukan pelindung kompi serta
terlindung terhadap pandangan
dan tembakan dan melalui akses
jalan yang dapat dilalui oleh
Ranpur Infanteri.

iii) Setelah melewati pasukan


pelindung dan jika pemunduran
menuju TB batalyon terlalu jauh
sehingga harus menggunakan
beberapa garis taraf maka Danki
dapat memerintahkan Peleton
Depan untuk melindungi Peleton
Pelindung dibantu oleh tembakan
senban Ranpur Infanteri.
99

iv) Bila unsur-unsur kompi


mendapat tekanan yang berat
dari musuh maka Danki
memerintahkan Peleton Depan
yang tekanan paling ringan
untuk melaksanakan pemun-
duran terlebih dulu. Namun bila
tekanan musuh terasa sepanjang
front maka Danki dapat
memerintahkan kepada semua
Peleton Depan untuk melak-
sanakan pemunduran dengan
waktu yang sama.

(i) Pemunduran dilak-


sanakan sesuai dengan
tingkat tekanan musuh.
Bila peleton mendapat
tekanan yang ringan dari
musuh maka pemunduran
dapat dilakukan dalam
satu satuan dengan
menggunakan Ranpur
Infanteri.

(ii) Bila Pemunduran


dilaksanakan dengan
tembak gerak maka
personel melaksanakan
pemunduran dengan
berjalan kaki. Regu dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu
Pok 1 setengah kekuatan
personel regu dipimpin
Danru, Pok 2 setengah
kekuatan personel regu
dipimpin Wadanru, dan
Pok 3 Ranpur Infanteri. Pok
3 mundur paling terakhir
setelah Pok 1 dan 2 sampai
di garis taraf, Ranpur
Infanteri membantu
menembaki musuh selama
pemunduran. Kegiatan
tersebut berlanjut sampai
dengan regu tiba di titik
berkumpul peleton.

(2) Pertahanan malam.

(a) Susunan pertahanan malam sama


dengan susunan pada pertahanan siang
hanya jarak antar perorangan dan satuan
harus dirapatkan karena keterbatasan
pandangan pada malam hari.
100

(b) Pada malam hari perlu dikeluarkan


patroli, pos-pos pendengar musuh dan alat-
alat pengawasan untuk mencegah
penyusupan musuh bila Danki mengurangi
jumlah kekuatan di tiap posisi pada malam
hari ia harus yakin bahwa pengawasan
terhadap daerah yang tidak duduki telah
dilaksanakan.

(c) Ranpur Infanteri tidak boleh


menggunakan cahaya kendaraan, dalam
setiap perpindahan seluruh pengemudi
Ranpur Infanteri menggunakan NVG sebagai
alat bantu pengelihatan malam hari.

(d) Unsur-unsur keamanan melaporkan


tentang datangnya musuh dan mereka
mengundurkan diri sebelum terlibat dalam
pertempuran jarak dekat.

(e) Tembakan-tembakan tidak langsung


dari senjata bantuan (Mortir, pelempar granat
dan granat tangan) digunakan untuk
mencegah musuh mengetahui/mengaburkan
kedudukan-kedudukan kita. Tembakan-
tembakan dapat diarahkan kepada sasaran-
sasaran yang diperkirakan.

(f) Bila musuh menyerang. Danki minta


tembakan penahan serbuan. Penembak-
penembak senapan, senjata bantuan yang
berada di Ranpur Infanteri, dan senapan-
senapan otomatis menembak dalam
sektornya ke arah yang ditentukan oleh
komandan kelompoknya. Granat dan ranjau
untuk membantu/melengkapi tembakan-
tembakan senjata lain, bila musuh mendekati
kedudukan.

(g) Tuspur tanpa tekanan. Tuspur tanpa


tekanan dapat dilaksanakan melalui sebuah
pertimbangan Dansat Mekanis untuk
menghindari situasi dan kondisi yang tidak
menguntungkan. Keberhasilan taktik ini
sangat tergantung kepada kerahasiaan dan
tipuan. Anggota berkumpul dan mundur
dengan tenang, dilindungi oleh pasukan tirai
(unsur yang ditinggalkan) agar kontak dengan
musuh tetap terpelihara. Tuspur tanpa
tekanan dilaksanakan dengan menggunakan
Ranpur Infanteri.
101

Gambar 80: Visualisasi Tuspur Tanpa Tekanan

i. Pasukan yang akan melak-


sanakan Tuspur berkumpul di dekat
Ranpur Infanteri masing-masing regu.

ii. Danru mengecek personel dan


materiel selanjutnya melaporkan
kepada Danton, Danton dan seterusnya
secara hierarki melaporkan kesiapan
pasukan yang akan melaksanakan
Tuspur.

iii. Pasukan yang ditunjuk sebagai


tirai melanjutkan kegiatan sesuai
dengan protap di daerah pertahanan.

i) Pasukan tirai merupakan


regu yang ditunjuk dari masing-
masing peleton, jumlah kekuatan
pasukan tirai ± 1/3 dari
kekuatan kompi.

ii) Regu tirai yang ditunjuk


baiknya memiliki lapangan
tembak yang dapat mengkafer
sektor peleton, biasanya regu
yang berada di sektor tengah.

iii) Ranpur Infanteri ditempat-


kan pada pada medan yang
102

memiliki 5 aspek medan yang


baik untuk menutup celah-celah
peleton yang rawan dijadikan
jalan perembesan musuh.

iv) Senjata kelompok kompi di


BP kan ke pasukan tirai untuk
melindungi mereka dan induk
pasukan yang sedang mundur.

v) Jika pasukan tirai


diserang, mereka bertahan
semaksimal mungkin, tuspur
dilakukan hanya atas perintah
dari komandan pasukan tirai.

iv. Setelah mendapatkan perintah


secara hierarki untuk melaksanakan
Tuspur maka anggota peleton yang
ditunjuk naik ke Ranpur Infanteri.

i) Tembakan mortir diguna-


kan untuk menutupi suara
pergerakan Ranpur Infanteri.

ii) Ranpur Infanteri bergerak


menuju ke TB Ton, setelah
lengkap melanjutkan gerakan
berkumpul di TB Ki, berlanjut
sampai ke daerah belakang.

iii) Bila Tuspur dilaksanakan


malam hari, maka pengemudi
harus menggunakan NVG dan
menghindari semua penggunaan
lampu Ranpur Infanteri.

iv) Apabila di titik berkumpul


masih harus menunggu pasukan
yang lain, maka Danru tanpa
perintah dari Danton segera
memerintahkan anggotanya
untuk turun dari Ranpur
Infanteri dilanjutkan melaksa-
nakan pengamanan.

v. Pada waktu yang telah


ditentukan, pasukan tirai
mengundurkan diri secara serentak
dengan menggunakan Ranpur Infanteri.
Tembakan mortir digunakan untuk
menutupi suara Ranpur Infanteri
sewaktu bergerak. Baiknya
pengunduran dilaksanakan malam
hari, pasukan tirai bergerak ke
103

belakang dengan waktu yang cukup


untuk menduduki kedudukan baru
sebelum terbit fajar.

d) Tahap pengakhiran.

(1) Melaksanakan pengecekan personel dan


materiel sebagai akibat dari operasi pertahanan
yang dilaksanakan.

(2) Pelihara kontak dengan musuh baik


peninjauan maupun tembakan, kalau mungkin
dengan menempatkan satuan keamanan.

(3) Melaksanakan reorganisasi untuk


pelaksanaan perintah selanjutnya.

2) Pertahanan Mobil. Pada pertahanan mobil jumlah


minimum dari pasukan ditempatkan melebar di daerah
pertahanan depan dan suatu cadangan mobil yang kuat
ditempatkan di belakang. Pasukan di depan bertugas
memberitahukan tentang mendekatnya musuh, merusak
susunan tempur dan melambatkan serangan musuh serta
menyamarkan pasukan musuh ke dalam daerah yang paling
menguntungkan bagi serangan oleh pasukan cadangan.
Pasukan cadangan mendapatkan prioritas yang lebih tinggi
dalam alokasi kekuatan dari pada pasukan di daerah
pertahanan depan karena pasukan cadangan merupakan kunci
keberhasilan dari pertahanan mobil.

a) Tahap Perencanaan.

(1) Menyusun rencana daerah pertahanan.

(a) Daerah pengamanan depan.

(b) Daerah pertahanan depan.

(c) Daerah penghancuran.

(d) Daerah belakang.

(2) Merencanakan susunan pasukan.

(3) Menyusun rencana bantem. Rencana bantem


di koordinasikan oleh Dansat Armed selaku perwira
koordinasi bantuan tembakan (Pakorbantem).

(4) Menyusun rencana manuver tempur


mekanis.

(5) Menyusun rencana koordinasi.

(6) Menyusun rencana pengintaian.

(7) Menyusun rencana serangan balas.


104

Gambar 81: Skema Pertahanan Mobil

b) Tahap Persiapan. Persiapan pada pertahanan mobil


sama dengan persiapan pada pertahanan daerah.

c) Tahap pelaksanaan.

(1) Saat Pasukan di daerah pertahanan depan


kontak dengan musuh.

(a) Pasukan di daerah pertahanan depan


melaksanakan buka tembakan. Senban
Ranpur Infanteri ditujukan pada sasaran
terpilih yaitu kelompok infanteri musuh atau
kendaraan lapis baja ringan musuh.
Tembakan dilaksanakan secara terus
menerus sampai dengan pasukan pengaman
depan melaksanakan pemunduran.

(b) Ketika musuh semakin mendekat dan


pada jarak aman maka pasukan daerah
pengaman depan melaksanakan pemunduran
ke daerah belakang melalui rute dan akses
jalan yang sudah disiapkan.
105

(c) Pemunduran. Mekanisme pemunduran


pasukan pengaman depan pada pertahanan
mobil pada dasarnya sama dengan
mekanisme pemunduran pada tuspur dengan
tekanan.

i. Pasukan di daerah pertahanan


depan masuk secara bergantian ke
Ranpur Infanteri.

ii. Ranpur Infanteri melaksanakan


pemunduran menggunakan route
pemunduran yang sudah dipersiapkan
menuju garis taraf.

iii. Garis taraf yang direncanakan


harus memiliki perlindungan yang baik
untuk personel maupun Ranpur
Infanteri. Jumlah garis taraf
menyesuaikan dengan jarak dari
daerah pengaman depan sampai
dengan daerah belakang. Fungsi garis
taraf untuk menjaga kontak dengan
musuh sehingga musuh tetap mengejar
pasukan sampai dengan daerah
penghancuran.

iv. Setelah tiba di garis taraf maka


pasukan senapan turun dari Ranpur
Infanteri dan segera menempatkan diri
di medan yang terlindung dan
memanfaatkan medan kritik di garis
taraf untuk melaksanakan pengikatan.

v. Apabila musuh kembali


mendekat atas perintah dari komandan
pasukan daerah pertahanan depan
maka pasukan kembali naik Ranpur
Infanteri menuju ke garis taraf
berikutnya. Kegiatan berulang sampai
musuh masuk ke daerah
penghancuran.

(2) Setelah musuh masuk ke daerah


penghancuran maka pasukan di daerah
penghancuran melaksanakan buka tembakan
untuk menghancurkan musuh. Ranpur Infanteri
ditempatkan di kedudukan yang telah disiapkan
untuk memberikan tembakan terhadap musuh di
daerah penghancuran, sebagian ditempatkan untuk
menutup jalan pelolosan musuh yang telah
direncanakan sebelumnya sesuai dengan rencana
penghancuran yang telah disiapkan.
106

Gambar 82: Skema Penghancuran Pada Pertahanan Mobil

d) Tahap pengakhiran. Pengakhiran pada pertahanan


mobil sama dengan pengakhiran pada pertahanan
daerah.

3) Pertahanan melingkar. Pertahanan melingkar bertujuan


untuk memberikan perlawanan pada musuh yang datang dari
segala jurusan atau arah pada saat yang sama dengan
kekuatan yang merata dan untuk memutuskan hubungan dua
satuan musuh. Pasukan disusun dalam lingkaran luar sebagai
pasukan di daerah pertahanan depan, sedangkan pasukan di
lingkaran dalam sebagai pasukan cadangan dan memberikan
kedalaman pertahanan melingkar. Bila medan dan jaring jalan
memungkinkan Ranpur Infanteri berada bersama pasukan
senapan di lingkaran luar dan dalam namun bila tidak
memungkinkan maka Ranpur Infanteri berada di lingkaran
dalam seluruhnya.
107

Gambar 83: Skema Pertahanan Melingkar

a) Tahap perencanaan dan persiapan pada pertahanan


melingkar sama dengan tahap perencanaan dan
persiapan pada pertahanan daerah.

b) Tahap pelaksanaan.

(1) Saat musuh menyerang.

(a) Bila musuh tertinjau oleh pasukan


pengaman maka dilaporkan ke komando atas
untuk memberikan waktu persiapan kepada
pasukan yang berada di lingkaran luar sambil
memberikan tembakan konsentrasi, namun
bila musuh mendekat diberikan tembakan
efektif tanpa melibatkan diri dalam
pertempuran yang menentukan.

(b) Tekanan musuh semakin gencar, maka


pasukan pengaman lapor ke komando atas
untuk melaksanakan pemunduran.

(2) Saat musuh mendekat garis lingkaran luar


dan pada jarak efektif, kontak dengan musuh
diambil alih oleh pasukan di garis lingkaran luar
guna memberikan kesempatan kepada pasukan
pengaman untuk menempati kedudukan yang telah
disiapkan.
108

(3) Saat musuh di depan garis lingkaran luar.

(a) Pasukan mempertahanan parimeter


lingkaran luar pada pertahanan melingkar
sama dengan mempertahankan BDDT pada
pertahanan daerah.

(b) Bantuan tembakan diprioritaskan pada


sektor yang banyak mendapat tekanan pihak
musuh pada parimeter lingkaran luar.

(4) Saat musuh berhasil menerobos garis


lingkaran luar.

(a) Pasukan cadangan disiapkan untuk


melaksanakan serangan balas dan menutup
parimeter lingkaran luar yang diterobos
musuh memanfaatkan Ranpur Infanteri.

(b) Senjata bantuan memberikan bantuan


tembakan ke daerah yang berhasil diterobos.

d. Pertempuran Permukiman.

1) Tahap Perencanaan.

a) Merencanakan susunan pasukan.

b) Merencanakan alat kendali yang digunakan.

c) Membuat rencana manuver.

d) Membuat rencana bantuan tembakan.

e) Membuat rencana bantuan tempur dan


administrasi.

2) Tahap Persiapan.

a) Mempersiapkan personel, alutsista, perlengkapan


dan peralatan.

b) Melaksanakan latihan pendahuluan di DP,


terutama terkait dengan manuver dalam menghadapi
musuh.

c) Mengatur penempatan pasukan disesuaikan


dengan susunan organisasi.

3) Tahap Pelaksanaan.

a) Serangan permukiman.

(1) Alat kendali pada operasi dalam kondisi


khusus di daerah bangunan yaitu Jam “J”, DP, PS,
GP/TP, PK, Sas, GT-1, Sas, GT-2 (GT menyesuaikan
dengan faktor TUMMPAS), petak serangan, poros
gerakan dan BGM.
109

Gambar 84: Skema Alat Kendali Serangan Permukiman

(2) Gerakan dari DP ke PS sampai membuat


pancangan kaki, dilakukan seperti dalam serangan
mekanis biasa. Saat yang kristis pada waktu
melakukan konsolidasi sementara ditepi
permukiman sebelum melanjutkan gerakannya.

(3) Pasukan bergerak dari DP menuju PS


menggunakan Ranpur Infanteri menyesuaikan
dengan faktor TUMMPAS. Gerakan harus dilakukan
secepat mungkin tanpa mengorbankan keamanan.
Gerakan harus dilakukan di sepanjang rute
tertutup dan tersembunyi, dapat bergerak melalui
bangunan, menyusuri jalan, di area bawah tanah,
atau kombinasi ketiganya. Pergerakan di kota harus
memperhitungkan aspek tiga dimensi dari wilayah
permukiman.

(4) Kegiatan yang dilaksanakan di PS yaitu:

(a) pengecekan personel dan materiel;

(b) koordinasi akhir dengan satuan kawan


sebelum melintasi GP/TP;

(c) menyusun formasi tempur pasukan


senapan dan Ranpur Infanteri; dan

(d) melaporkan situasi kepada Danyon dan


bergerak atas perintah.

(5) Pasukan bergerak dari PS menuju GP/TP atas


perintah Danyon sehingga diharapkan pada saat
melintasi GP/TP dalam waktu yang sama tepat
pada jam “J”. Pasukan melewati GP menggunakan
110

formasi tempur, Rupan berada diluar Ranpur


Infanteri.

6) Merebut pancangan kaki (PK) ditepi daerah


bangunan dengan tujuan untuk mempersiapkan
serangan selanjutnya, membatasi daya tembak dan
peninjauan musuh, mengawasi garis perhubungan
dan memberikan tembakan untuk mencegah
musuh memperkuat diri atau mengundurkan diri.
Ranpur Infanteri membantu dengan tembakan
sampai gedung yang pertama/tepi daerah
bangunan dapat direbut.

(7) Serangan di daerah bangunan. Saat


berhadapan dengan permukiman dengan
pandangan terbatas dikarenakan bangunan-
bangunan maka Rupan harus keluar dari Ranpur
Infanteri dan saling mengamankan antara Rupan
dan Ranpur Infanteri. Ranpur Infanteri bergerak
didepan sebagai pelindung dan pangkal tembakan
Rupan apabila terdapat informasi pada musuh
terdapat penembak runduk namun tidak memiliki
SLT. Apabila musuh diperkuat dengan SLT maka
regu mengeluarkan pengintai depan untuk bergerak
paling depan serta mengatasi/ melumpuhkan SLT
musuh sedangkan sisa regu bergerak dibelakang
atau disamping Ranpur Infanteri untuk saling
melindungi dengan Ranpur Infanteri menyesuaikan
PKT/PKM Danru.

(a) Gerakan harus melalui poros-poros


tertentu menuju ke Sasaran. Gerakan harus
dilakukan dengan agresif, tetapi tidak boleh
melupakan faktor keamanan. Bangunan
demi bangunan direbut satu persatu
bekerjasama antar Rupan dan Ranpur
Infanteri menggunakan teknik dan formasi
bergerak mekanis, sampai mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditentukan. Pasukan
penyerang bergerak secara berkelompok
saling melindungi dengan memanfaatkan
perlindungan yang ada dalam formasi dan
poros yang telah di tentukan dengan formasi
serangan tergantung pada lebar dan
kedalaman zona yang akan dibersihkan. Hal
ini dilaksanakan guna menghancurkan
pasukan pengaman depan dan formasi
musuh. Tabir asap dapat digunakan untuk
melindungi manuver pasukan penyerang.

(b) Pasukan cadangan bergerak dibelakang


pasukan depan dengan jarak 1 sampai 2 blok
(300 s.d. 350 meter) membersihkan sisa-sisa
pasukan musuh yang telah dihancurkan oleh
pasukan depan.
111

(c) Gerakan Ranpur Infanteri. Elevasi dari


senjata bantuan yang dimiliki oleh Ranpur
Infanteri merupakan salah satu keterbatasan
Ranpur Infanteri di medan tertutup (sebagai
contoh bangunan), oleh sebab itu perlunya
kerjasama antar Ranpur infanteri dan
pasukan senapan selama pelaksanaan
gerakan. Apabila Ranpur Infanteri hanya ada
satu maka sisi lain dari pengawasan Ranpur
Infanteri bisa dilakukan oleh pasukan
senapan.

i. Bergerak secara ulat kilan atau


saling melindungi.

ii. Merapat pada sisi bangunan


untuk mengurangi lapangan tinjau dan
lapangan tembak musuh.

iii. Arah tembakan Ranpur Infanteri


bersilangan saling melindungi.

Gambar 85: Gerakan Ranpur Infanteri di Daerah


Bangunan

(d) Kerja sama Regu Senapan dan Ranpur


Infanteri. Keberhasilan Satuan Mekanis
didalam melaksanakan pertempuran di
permukiman tidak terlepas dari kerja sama
antara Regu Senapan dan Ranpur Infanteri.
Ranpur Infanteri rawan akan serangan tiba-
tiba dari SLT musuh sedangkan Regu Senapan
rawan akan Bakduk musuh. Penentuan
bentuk-bentuk formasi dalam pelaksanaan
serangan di permukiman sesuai perintah Danki
berdasarkan PKT/PKM di lapangan.

i. Regu Senapan bergerak di depan


melaksanakan pembersihan bangunan
112

apabila informasi musuh memiliki SLT


dan kemungkinan Bakduk musuh
masih jauh atau tidak ada.

ii. Ranpur Infanteri bergerak di


depan apabila informasi musuh
memiliki Bakduk dan kemungkinan
SLT musuh masih jauh atau tidak ada.

iii. Ranpur Infanteri sebagai lindung


lapis baja apabila informasi musuh
memiliki Bakduk dan kemungkinan
SLT musuh masih jauh atau tidak ada
lalu Regu Senapan harus bergerak
menduduki bangunan selanjutnya yang
relatif jauh dan tidak ada lindung
tembak antar gedung.

Gambar 86: Pasukan Bergerak Memanfaatkan Lindung


Lapis Baja

(f) Saat serangan menemui Sasaran di


gedung cara masuk untuk pembersihan di
gedung/bangunan dapat dimulai dari atas atau
bawah gedung. Ranpur Infanteri dapat sangat
berguna dalam mendukung pasukan masuk ke
gedung dari bawah. Masuk dari bagian bawah
gedung sangat umum dilaksanakan dan
mungkin merupakan satu-satunya pilihan yang
tersedia. Ketika masuk dari bawah,
menghancurkan dinding merupakan metode
yang terbaik karena pintu dan jendela mungkin
jebakan dan ditutup oleh musuh dengan
tembakan dari dalam ruangan. Jika kelompok
penyerang harus masuk melalui pintu atau
jendela, masuk dari posisi belakang atau sayap
lebih baik. Dan dalam situasi tertentu.
mungkin penggunaan bahan peledak untuk
breaching/masuk bangunan dapat digunakan
sesuai intruksi koordinasi. Kegiatan pasukan
penyerang saat berada di bangunan/gedung.
113

i. Melaksanakan serbuan gedung/


bangunan yang dikuasai musuh, begitu
masuk ke dalam gedung, tugas
utamanya adalah untuk menutupi
tangga dan merebut kamar yang
menghadap kearah bangunan, melalui
poros-poros tertentu. Tindakan ini
diperlukan untuk mengisolasi pasukan
musuh di dalam gedung dan untuk
mencegah bantuan dari luar. Ranpur
Infanteri akan digunakan sebagai
pengisolir bangunan yang sedang
direbut oleh pasukan senapan dan
mencegah bantuan musuh yang datang
saat pasukan senapan memasuki
gedung/bangunan.

ii. Membersihkan setiap kamar di


lantai masuk dan kemudian mulai
membersihkan lantai dan ruang bawah
tanah dan pengamanan tangga
dilaksanakan dari bawah ke atas.

iii. Jika pasukan penyerang


menemukan kamar/lorong/tangga yang
dibarikade dengan furnitur atau
hambatan lainnya, maka pasukan
penyerang harus terlebih dahulu
mencoba untuk menerobos dan
melewati barikade atau penghalang
tersebut dan menjaga momentum
serangan. Jika pasukan penyerang
tidak dapat melewati barikade atau
penghalang maka pengaman harus
ditempatkan di atasnya. Menyegel pintu
dan lantai juga bisa menjadi pilihan
untuk menjaga momentum. Komandan
bawahan harus melanjutkan
momentum serangan, namun tidak
boleh membiarkan operasi menjadi
tidak terorganisir.

iv. Jika terdapat ruang bawah


tanah, maka harus sesegera mungkin
dibersihkan. Prosedur untuk
membersihkan ruang bawah tanah
sama dengan saat pembersihan
ruangan lain untuk setiap ruangan
atau lantai, tetapi ada perbedaan
penting. Ruang bawah tanah dapat
berisi pintu masuk ke terowongan
seperti saluran pembuangan dan
terowongan kabel komunikasi. Ini
harus dibersihkan dan diamankan
114

untuk mencegah musuh menyusup


kembali ke area yang dibersihkan.

(g) Perebutan medan kritik. Jembatan dan


simpul simpul jalan merupakan contoh medan
kritik pada daerah permukiman yang harus
dikuasai oleh pasukan penyerang.

i. Perebutan jembatan. Untuk tugas


ini kompi harus melakukan tindakan
berikut:

i) Bersihkan bangunan
terdekat. Langkah pertama dalam
merebut jembatan dengan
membersihkan bangunan-
bangunan di tepi dekat, yang
mengawasi jembatan dan
bangunan-bangunan di tepi jauh.
Komandan melaksanakan PKT/
PKM menentukan bangunan yang
memungkinkan dia untuk
menggunakan senjata anti tank,
senapan mesin, dan senapan
agar dibersihkan dengan
tembakan guna mencegah musuh
memperkuat kedudukannya di
tepi jauh dan menjaga agar
pasukan penghancur musuh
menjauh dari jembatan;

ii) Menekan. Menekan musuh


di tepi jauh dengan tembakan
langsung dan tidak langsung.
Dalam menekan posisi musuh di
tepi jauh, prioritas diberikan
pada posisi musuh dimana dari
kedudukannya tersebut mereka
dapat menembak langsung
musuh yang ada di tepi jauh
jembatan memanfaatkan
bangunan terdekat dari
jembatan. Senapan mesin yang
dipasang di M113, Anoa, atau
Komodo efektif dalam peran ini.
SLT Javelins, dan ATGM dapat
digunakan melawan tank musuh
yang menutupi jembatan.
Gunakan peyamaran asap untuk
membatasi pengamatan musuh.
Semua penindasan harus sesuai
dengan intruksi koordinasi;

iii) Serangan. Merebut tepi


jauh jembatan dengan serangan
bertujuan untuk mengamankan
115

pasukan yang akan melintasi


jembatan tersebut. Sasaran
serangan yang dilaksanakan
peleton merupakan bangunan
yang digunakan oleh musuh
untuk melindungi jembatan. Satu
atau dua peleton pasukan
dikerahkan untuk menyerang
jembatan, dengan menggunakan
semua perlindungan yang
tersedia saat granad asap di
tembakkan. Selain serangan
frontal dengan cara melintasi
jembatan, alternatif lain juga
harus dipertimbangkan. Pasukan
penyerang didukung oleh seluruh
kekuatan kompi yang di BPkan.
Begitu penyerang telah berhasil
berada di tepi jauh, maka
tembakan pendukung segera
dialihkan. Ketika pasukan
penyerang mulai membersihkan
bangunan pertama, tembakan
pendukung dihentikan atau
dialihkan lagi. Pelaksanaan
serangan berlanjut sampai semua
bangunan di Sasaran
dibersihkan; dan

Gambar 87: Visualisasi Perebutan Jembatan

iv. Bersihkan jembatan.


Amankan batas luar di sekitar
jembatan sehingga pasukan zeni
dapat membersihkan semua
hambatan baik ranjau, atau
barikade dari jembatan. Danki
dapat memperluas batas luar
untuk bersiap menghadapi
serangan balik. Setelah jembatan
116

dibersihkan, Ranpur Infanteri


dibawa menyeberang ke tepi
jauh.

ii. Perebutan simpul-simpul jalan.

i) Simpul simpul jalan harus


diamankan untuk mencegah
dikuasai oleh musuh. Operasi ini
terdiri dari penguasaan dan
pembersihan bangunan yang
mengendalikan simpul simpul
jalan tersebut, serta menem-
patkan tembakan langsung ke
posisinya untuk melindunginya.
Setelah mengumpulkan semua
keterangan dari Intelijen dan
satuan atas yang tentang medan,
musuh, dan jumlah penduduk,
komandan mengambil langkah-
langkah berikut:

(i) mengisolasi Sasaran;

(ii) merebut dan atau


membersihkan gedung di
sepanjang simpul simpul
jalan; dan

(iii) mengkonsolidasikan
dan mempersiapkan
serangan balik.

ii) Pasukan kawan tidak boleh


masuk ke simpul-simpul jalan
sampai aman karena simpul-
simpul jalan merupakan daerah
penghancuran alami.

iii) Kompi penyerang harus


diorganisasi lagi menjadi pasukan
penyerang, pasukan bantuan,
dan pasukan cadangan
berdasarkan faktor TUMMPAS
dan intruksi koordinasi.

(i) Pasukan penyerang.


Merebut dan member-
sihkan medan (bangunan)
yang memengaruhi operasi.

(ii) Pasukan bantuan


diperkuat dengan Ranpur
Infanteri. Mengisolasi dan
mengamankan simpul
117

simpul jalan. Memberikan


dukungan tembakan
langsung untuk pasukan
penyerang.

(iii) Pasukan cadangan.


Memperkuat satuan penye-
rang sesuai permintaan.
(biasanya posisi pasukan
terpisah dari Peleton
Senapan).

Gambar 88: Visualisasi Perebutan Simpul-Simpul Jalan

(h) Satuan penyerang bisa melaksanakan


reorganisasi perlawanan pada garis taraf yang
dapat berupa jalan maupun deretan
bangunan yang dapat digunakan untuk
melaksanakan kegiatan taktis dan
administrasi (penambahan perbekalan,
evakuasi dan lain sebagainya).

(8) Setelah sasaran direbut, pasukan


melaksanakan konsolidasi dengan cara menguasai
medan-medan yang dominan. Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi tindakan taktis dan
administrasi. Untuk serangan terhadap daerah
bangunan yang kecil dimana seluruh kota
dijadikan Sasaran maka konsolidasi dilakukan
diluar kota menempati medan yang
memungkinkan dapat menahan Serbal musuh.
118

Untuk serangan terhadap daerah bangunan yang


besar dan luas maka konsolidasi ditempat vital
yang perlu direbut untuk diamankan sesuai
dengan tugas yang telah diberikan untuk satuan
penyerang.

b) Pertahanan permukiman.

(1) Dalam pertahanan permukiman, pasukan


disusun melingkari permukiman yang harus
dipertahankan. Pasukan melingkar dalam dua
lapis yaitu lingkaran luar untuk penangkal awal
serangan musuh dan lingkaran dalam untuk
memberikan kedalaman pada pertahanan. Ranpur
infanteri yang ditempatkan pada lingkaran luar
bertujuan untuk menjaga perimeter daerah
pertahanan luar serta mencegah dan menindas
musuh yang akan masuk pada jarak tembak
senjata bantuan Ranpur Infanteri sedangkan pada
lingkaran dalam ranpur digunakan sebagai
mobilitas yang cepat untuk membawa pasukan
cadangan senapan dilingkaran dalam memberikan
bantuan menutup pertahanan lingkar luar yang
mendapat tekanan lebih berat dari musuh serta
rawan tertembus.

(2) Penempatan peleton di garis lingkaran luar


tergantung dari pada keadaan medan dan
bangunan yang dihadapi.

(a) Di daerah padat penduduk atau


permukiman semua Peleton Senapan
diperkuat Ranpur Infanteri ditempatkan di
garis lingkaran luar dan pada garis lingkaran
dalam hanya ditempatkan dua Regu Senapan
diperkuat Ranpur Infanteri.

(b) Di daerah yang tidak padat penduduk,


dua Peleton Senapan diperkuat Ranpur
Infanteri ditempatkan di garis lingkaran luar,
dimana masing-masing peleton menem-
patkan semua regunya dalam satu garis
dilingkaran luar tersebut, sedangkan satu
Peleton Senapan diperkuat Ranpur Infanteri
ditempatkan dalam lingkaran dalam untuk
memberikan kedalaman pada pertahanan.

(c) Pemberiaan petak/sektor pertahanan


pada tiap peleton di garis luar tidak perlu
sama besarnya, tetapi tergantung dari
kemungkinan gerakan musuh. Pada daerah
yang mungkin akan mendapat kan tekanan
yang berat, satu Regu Senapan bisa
mendapatkan lebih dari satu Ranpur
Infanteri sehingga terdapat keseimbangan
119

antara kemungkinan gerakan musuh dan


kemampuan bertahan.

(3) Keluarkan pos peninjau dengan kekuatan


satu Regu Senapan diperkuat Ranpur Infanteri
untuk mencegah pendadakan musuh serta usaha
penyusupan disusun daerah pengawasan. Pos
peninjau dapat juga digunakan sebagai pangkal
patroli. Tugas Pos peninjau yaitu:

(a) pemberitahuan yang cepat;

(b) meniadakan peninjauan musuh pada


jarak dekat;

(c) menghambat, menipu, dan


mengacaukan musuh;

(d) meninggalkan Infiltrasi; dan

(e) membantu patroli.

(4) Lorong atau jalan yang tersamar. Pada


lingkaran luar harus dibuatkan lorong atau jalan
yang tersamar dan rahasia untuk keluar
masuknya patroli, sehingga mereka dapat leluasa
keluar masuk daerah pertahanan, tetapi dalam
pengawasan dan kontrol yang teliti.

(5) Rintangan. Semua rintangan alam yang ada


harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dan
diperkuat dengan rintangan buatan seperti
lapangan ranjau, kawat berduri, kawat sandung,
dan semua kemungkinan rintangan buatan.
Rencana rintangan ini harus diintegrasikan dengan
semua tembakan sehingga merupakan tindakan
keamanan yang maksimal.

Gambar 89: Skema Pertahanan Permukiman


120

(6) Pada saat kontak dengan musuh.

(a) Setelah musuh bergerak menuju ke


daerah pertahanan depan.

i. Danki memerintahkan Senjata


bantuan lintas lengkung melaksanakan
tembakan terhadap Sasaran yang telah
direncanakan.

i) Tembakan berupa
tembakan konsentrasi, tembakan
barase, dan tembakan penahan
serbuan.

ii) Tembakan untuk


melindungi pemunduran
pasukan dari daerah pertahanan
depan ke daerah belakang dan
menghancurkan musuh di
daerah penghancuran.

iii) Tembakan dilaksanakan


segencar mungkin sehingga
menimbulkan kerugian yang
maksimal pada pihak musuh.

iv) Apabila daerah pertahanan


depan berhasil diterobos oleh
musuh maka Tonbant melaksa-
nakan tembakan pembatas,
penutup, dan penghancur untuk
mencegah penerobosan yang
lebih besar dan menghancurkan
musuh yang berhasil melaks-
anakan penerobosan.

ii. Ranpur Infanteri melaksanakan


tembakan ketika musuh masuk jarak
tembak. Tembakan diutamakan untuk
menghancurkan kelompok, berba
ringan, atau senjata bantuan musuh.

iii. Peleton Senapan melaksanakan


tembakan ketika musuh masuk jarak
tembak senjata.

i) Tembakan dilaksanakan
segencar mungkin sehingga
menimbulkan kerugian yang
maksimal pada pihak musuh.

ii) Satuan cadangan disiapkan


untuk melaksanakan serangan
balas apabila musuh akan
menembus kedudukan daerah
pertahanan depan.
121

(b) Para Danton di daerah pertahanan


depan melaporkan setiap perkembangan
situasi kepada Danki.

(c) Pada sisi yang mendapatkan serangan


paling berat dari musuh maka Danki
memerintahkan peleton yang berada di garis
pertahanan belakang untuk mempertebal
garis pertahanan tersebut. Pasukan garis
belakang setelah mendapat perintah menuju
daerah yang diperintahkan dengan
menggunakan Ranpur Infanteri, setelah tiba
langsung turun dari kendaraan lalu pasukan
senapan dan Ranpur Infanteri menempati
posisi pertahanan sesuai perintah dari
Danton Senapan.

(7) Serangan balas. Serangan balas dilakukan


atas perintah Danki apabila kekuatan musuh di
daerah penerobosan belum menjadi terlalu besar
serta gerakan musuh telah dapat dihentikan,
dihambat, dan dicerai beraikan. Dengan kecepatan
yang dimiliki oleh Ranpur Infanteri maka Satuan
Mekanis sangat efektif untuk melaksanakan Serbal.
Serbal ditujukan pada lambung atau punggung dari
penerobosan musuh, sebab bagian ini biasanya
merupakan titik lemah dari penerobosan musuh.
Pemusatan kekuatan musuh biasanya pada
ujung/kepala penerobosan. Ranpur Infanteri
membawa pasukan bergerak ke titik bongkar
pasukan di daerah yang aman sedekat mungkin
dengan pasukan musuh. Setelah turun dari Ranpur
segera menutup jalan masuk penerobosan musuh,
mencari perlindungan dan melaksanakan tembakan
untuk menghancurkan musuh.

4) Tahap Pengakhiran.

a) Pengecekan personel dan perlengkapan serta


Ranpur Infanteri.

b) Melaporkan pelaksanaan kegiatan ke Komando


atas.

c) Melaksanakan reorganisasi untuk menyusun


kembali guna operasi lainnya.

e. Gerilya. Perang gerilya saat ini bukanlah perang seperti yang


dilakukan pada saat perang melawan penjajah merebut kemerdekaan,
perang gerilya saat ini harus beradaptasi dengan kekuatan dan
kemampuan modern yang dimiliki TNI serta perkembangan generasi
perang saat ini. Kemampuan Ranpur Infanteri sebagai pelindung
terbatas, penindas, dan memiliki mobilitas yang baik bisa di
eksploitasi untuk mendukung pelaksanaan gerilya. Disposisi Ranpur
Infanteri direorganisasi tersebar pada kantong-kantong perlawanan
gerilya dan tersamar dengan kekuatan kecil setingkat regu.
122

1) Tahap Perencanaan.
a) Menerima tugas:
(1) menerima tugas dan DISO dari satuan atas;
dan
(2) mengeluarkan perintah pendahuluan.
b) Analisa tugas:
(1) melaksanakan analisa tugas Komandan dan
Staf; dan
(2) brifing analisa tugas Komandan dan Staf.
c) Petunjuk Komandan:
(1) menyusun jukcan; dan
(2) mengeluarkan perintah persiapan.
d) Pembentukan CB:
(1) membuat pengembangan CB;
(2) membuat analisa CB;
(3) membuat perbandingan CB; dan
(4) memutuskan CB yang paling memungkinkan.
e) KUO:
(1) menyusun KUO; dan
(2) melaksanakan brifing KUO.
f) PO:
(1) menyusun RO/PO;
(2) melaksanakan uji RO/PO;
(3) menyempurnakan PO; dan
(4) mengeluarkan PO.
2) Tahap Persiapan.
a) Mempersiapkan personel dan Alutsista (Ranpur,
UAV, dan UGV) yang termasuk dalam rencana pelibatan.
b) Melaksanakan pengintaian.
c) Melaksanakan latihan pendahuluan bersama-sama
dengan satuan lain.

3) Tahap Pelaksanaan.
a) Taktik Sabotase Instalasi.
(1) Pasukan melaksanakan infiltrasi secara
tertutup dari kantong perlawanan/Daerah Pangkal
123

Aksi (DPA) menuju ke Titik Berkumpul Sasaran (TB


Sas) melalui Titik Pemberangkatan (TPB) dan Titik
Kumpul (TK).

(a) Personel berada diluar Ranpur bergerak


maju mendahului kedepan melaksanakan
Infiltrasi dengan menggunakan jalan sebagai
poros Infiltrasi. Bergerak secara senyap
sambil mengamati situasi medan disekitar
jalan dalam rangka mengamankan rute yang
akan dilalui Ranpur Infanteri.

(b) Setelah bergerak maju ke depan


maksimal 1 km (batas aman komunikasi
radio antara pasukan yang berjalan kaki
dengan Ranpur Infanteri) dan yakin jalan
yang dilalui aman maka Dansat sabotase
memerintahkan Ranpur Infanteri untuk maju
kedepan sampai segaris dengan pasukan.

(c) Gerakan antara pasukan yang berjalan


kaki dengan Ranpur Infanteri dilaksanakan
secara ulat kilan sampai tiba di TB Sas.

(2) TB Sas yang dipilih harus memiliki 5 aspek


medan yang baik, tersembunyi, dan cukup luas
untuk penempatan Ranpur Infanteri. Kegiatan di
TB Sas melaksanakan pembersihan, pengamanan
dan persiapan akhir sebelum melaksanakan
kegiatan di sasaran.

(3) Setelah persiapan akhir selesai pasukan


bergerak menuju Titik Aksi (TA) Tim. Ranpur
Infanteri tetap tinggal di TB Sas.

(4) Pokpam bergerak menuju tempat yang telah


ditentukan untuk melaksanakan pengamanan.

(a) Posisi pasukan pengaman berada di


pinggir jalan pada medan yang memiliki lima
aspek medan yang baik.

(b) Tugas dari pasukan pengaman sebagai


pengaman jalan apabila ada bantuan tempur
musuh yang datang saat pelaksanakan
eksfiltrasi.

(5) Setelah kelompok pengaman menempati


kedudukan maka kelompok bantuan bergerak dari
TA Tim menuju ke kedudukan yang telah
ditentukan, berikutnya kelompok sabotase dan
kelompok komando bergerak menuju ke TA masing-
masing kelompok di dekat sasaran.

(6) Pada jam ”J” yang telah ditentukan oleh


Dansat, maka kelompok sabotase melaksanakan
aksi di sasaran.
124

(a) Ranpur Infanteri bergerak melak-


sanakan serbuan sampai jarak efektif senjata
bantuan yang berada di Ranpur Infanteri.
Sampai kedudukan laksanakan tembakan
penindas kearah kelompok pasukan musuh.
Tembakan ditujukan untuk mengalihkan
perhatian musuh.

(b) Kelompok sabotase masuk melalui jalan


pendekat ke sasaran lalu memasang alat
sabotase pada objek yang dituju dan
menghancurkan sasaran.

Gambar 90: Visualisasi Sabotase

(7) Setelah selesai aksi (eksploitasi) di sasaran


maka Ranpur Infanteri melaksanakan eksfiltrasi
menuju TB Akhir, kelompok sabotase dan kelompok
komando menuju TB Akhir disusul kelompok
bantuan melalui titik temu kelompok dan tim.

(8) Kelompok pengaman bergerak menuju TB


Akhir paling belakang setelah mengamankan
kelompok sabotase, kelompok komando dan
kelompok bantuan.

(9) Di TB Akhir diadakan pengecekan personel


dan materiel. Setelah lengkap pasukan
melaksanakan eksfiltrasi menuju Daerah Pangkal
Aksi (DPA) baru.
125

b) Taktik Busur Panah.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong


perlawanan/DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.

(b) Pengecekan dan membagi kekuatan


personel sesuai perintah operasi yaitu
menjadi 1/5 kekuatan diperkuat Ranpur
Infanteri dan 4/5 kekuatan.

(c) Persiapan akhir sebelum menuju Titik


Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

(3) Pasukan bergerak menuju TA atau


kedudukan masing-masing. Gerakan dari 1/5
pasukan gerilya ke TA yang direncanakan sama
seperti gerakan dari DPA menuju TK.

(4) Setelah siap dikedudukan dan sudah


mendapat perintah dari Danton maka 1/5 pasukan
gerilya memberikan tembakan terhadap musuh,
melakukan gerakan-gerakan dalam rangka
memancing dan mengacaukan situasi dan menarik
perhatian pasukan musuh.

(5) Jika musuh mencoba untuk mendekati 1/5


pasukan gerilya maka komandan 1/5 pasukan
gerilya memerintahkan pasukannya untuk
melaksanakan pemunduran melewati daerah
“Killing Ground” yang telah dipersiapkan.
Pelaksanaan pemunduran sama dengan
pelaksanaan pemunduran pada pertahanan mobil
menggunakan beberapa garis taraf.

(6) Apabila 1/5 pasukan gerilya telah berhasil


menarik pasukan musuh ke daerah “Killing Ground”
maka sisa 4/5 pasukan gerilya yang sudah siap
pada posisi secara serentak melakukan manuver
dan serangan pendadakan terhadap serangan
pasukan musuh yang mengejar 1/5 pasukan
gerilya.

(7) Serangan dilakukan dengan cepat dan tidak


lama-lama di sasaran untuk menghindari jatuhnya
korban.
126

Gambar 91: Visualisasi Taktik Busur Panah

Keterangan:

- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan

(8) Setelah selesai melaksanakan kegiatan di


sasaran maka pasukan segera melaksanakan
pengunduran menuju ke TB akhir.

(9) Setelah sampai di TB akhir melaksanakan


pengamanan dan pengecekan dilanjutkan menuju
ke DPA baru.

c) Taktik Ayam Alas.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong


perlawanan/ DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.

(b) Pengecekan dan membagi kekuatan


personel sesuai perintah operasi yaitu
menjadi 1/5 kekuatan dan 4/5 kekuatan
diperkuat Ranpur Infanteri.
127

(c) Persiapan akhir sebelum menuju Titik


Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

(3) Selesai kegiatan di TB Sas, pasukan bergerak


menuju TA masing-masing. Gerakan dari 4/5
pasukan gerilya ke TA yang direncanakan sama
seperti gerakan dari DPA menuju TK.

(4) Aksi di sasaran.

(a) Taktik ini dilakukan dengan cara zig-


zag dimana 1/5 kekuatan pasukan
menembak kesegala arah dengan maksud
mengacaukan situasi dan mengikat perhatian
pasukan atau kedudukan pasukan yang
diserang.

(b) Di dalam kelompok-kelompok yang


mengacau tersebut ditempatkan juga
penembak-penembak runduk yang bertugas
menembak sasaran-sasaran tertentu
(Komandan Pasukan Musuh).

(c) Dengan adanya tembakan dari


pasukan musuh maka pasukan gerilya akan
dapat mengetahui arah kedudukan pasukan
musuh yang akan diserang dan dimana
tempat-tempat yang lemah atau kosong.

(d) Apabila situasi yang diinginkan


(diciptakan) sudah sedemikian rupa dan
memberikan tuntutan (kemungkinan) bagi
pasukan gerilya maka sisa 4/5 kekuatan
yang diperkuat Ranpur Infanteri sudah
dipersiapkan untuk mengadakan
pelambungan, melakukan serangan secara
mendadak dengan momentum yang maksimal
ke arah posisi pasukan musuh yang lemah
untuk menghancurkan musuh tersebut.

(e) Berhasil atau tidak aksi serangan yang


dilakukan pasukan gerilya dengan segera
mengundurkan diri ke titik berkumpul dan
selanjutnya menghilang.

(f) Dalam hubungan aksi-aksi gerilya yang


dilakukan sebelum gerilya mengundurkan
diri dari daerah pertempuran, harus selalu
berusaha merampas alat-alat perang dan
para korban pihak musuh yang berhasil
dilumpuhkan.
128

Gambar 92: Visualisasi Taktik Ayam Alas

Keterangan :

- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan
- : Arah Gerakan Musuh

(5) Melaksanakan eksfiltrasi menuju TB akhir.

(6) Dilanjutkan menuju DPA baru.

d) Taktik Tekan Induk Makan Anak.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong


perlawanan/ DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.

(b) Pengecekan dan membagi kekuatan


personel sesuai perintah operasi yaitu Pok
Pam, Pok pengelabuan (1/5 kekuatan
diperkuat Ranpur Infanteri) dan Pok Penindas
(4/5 kekuatan).

(c) Tugas yang diberikan kepada kelompok


pengaman sama dengan tugas kelompok
pengaman pada taktik sabotase.

(d) Persiapan akhir sebelum menuju Titik


Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.
129

(3) Selesai kegiatan di TB Sas, pasukan bergerak


menuju TA masing-masing. Gerakan dari kelompok
pengelabuan ke TA yang direncanakan sama seperti
gerakan dari DPA menuju TK.

(4) Aksi di sasaran.

(a) Kelompok pengelabuan melaksanakan


serangan ke induk pasukan musuh dengan
cara menembak kedudukan musuh dari TA.

(b) Kelompok penindas menyerbu Pos


Depan Musuh dengan melaksanakan tembak
gerak berlompatan sampai dengan musuh
dihancurkan.

(c) Setelah Pos Depan Musuh berhasil


dihancurkan kelompok penindas segera
melaksanakan eksfiltrasi menuju TB Akhir.
Kelompok pengelabuan setelah mendapat
perintah dari Danton melaksanakan
pemunduran menuju TB Akhir menggunakan
Ranpur Infanteri melalui jalan yang dikuasai
oleh kelompok pengaman.

(d) Apabila pasukan Induk mengeluarkan


Tim pengejar maka kelompok pengaman
mematahkan pengejaran dari musuh
menggunakan SLT yang sudah dipersiapkan.

(e) Kelompok pengaman bergerak menuju


TB akhir setelah yakin kelompok pengelabuan
tidak dikejar oleh kelompok musuh.

Gambar 93: Visualisasi Taktik Tekan Induk Makan Anak


130

Keterangan :

- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan

(5) Selesai kegiatan di TB akhir dilanjutkan


menuju DPA baru.

e) Taktik Serangan Terhadap Pertahanan Keliling


Musuh.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong


perlawanan/ DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Kegiatan di TB Sas.

(a) Pembersihan dan pengamanan TB Sas.

(b) Pengecekan pasukan.

(c) Persiapan akhir sebelum menuju Titik


Aksi (TA) atau kedudukan yang telah
ditentukan.

(3) Selesai kegiatan di TB Sas, pasukan bergerak


menuju TA masing-masing.

(4) Aksi di sasaran.

(a) Taktik ini biasanya digunakan gerilya


untuk menyerang kedudukan pertahanan
keliling musuh.

(b) Secara serentak dilancarkan serangan


secara kecil-kecilan terhadap semua sektor
pertahanan musuh.

(c) Ranpur Infanteri digunakan untuk


membantu memberikan tembakan bantuan
lintas datar dan melaksanakan eksfiltrasi
dengan cepat.

(d) Tujuan serangan pertama ini adalah


untuk mengetahui kedudukan pertahanan
musuh, dimana letak kedudukan yang kuat,
dimana letak senjata-senjata bantuan
termasuk senjata otomatis (SMR, SMB) serta
kedudukan musuh yang lemah.

(e) Bilamana kedudukan musuh sudah


diketahui dan letak senjata otomatis (SMR,
SMB) sudah diketahui pula, gerilya akan
131

mengikat senjata otomatis tersebut sehingga


tidak akan diarahkan ketempat lain.

(f) Kemudian gerilya akan melancarkan


serangan kedua yang lebih besar terhadap
posisi pertahanan musuh yang lemah untuk
dihancurkan.

Gambar 94: Visualisasi Taktik Serangan Terhadap Pertahanan Keliling


Musuh

Keterangan :

- : Rute Infiltrasi
- : Rute Eksfilrasi
- : Arah Tembakan
- : Arah Eksfiltrasi

(5) Selesai kegiatan aksi di sasaran segera


melaksanakan exfiltrasi menuju TB akhir, cek
personel, dan materiel.

(6) Selesai kegiatan di TB akhir dilanjutkan


menuju DPA baru.

f) Taktik Capit Udang.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong


perlawanan/DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Aksi di sasaran.

(a) Pada saat pasukan kontak dengan


musuh, sebagian pasukan gerilya mengikat
tembakan di depan, sisanya bergerak
melambung jauh ke arah kanan kiri musuh,
132

untuk menyerang musuh yang melaksanakan


pengembangan pasukan, di kedudukan
pelambungan pasukan gerilya melaksanakan
penyerangan terhadap sisa pasukan musuh
yang melambung dengan cara menembak di
kanan kiri pasukan musuh yang
melaksanakan pelambungan.

(b) Ranpur Infanteri membantu pasukan


pengikat dengan tembakan bantuan lintas
datar, atau membantu pelambungan sesuai
PKT/PKM Komandan Peleton dihadapkan
dengan faktor TUMMPAS.

Gambar 95: Visualisasi Taktik Capit Udang

Keterangan :

- : Arah Gerakan Pasukan Gerilya


- : Arah Gerakan Musuh
- : Arah Tembakan

(3) Melaksanakan exfiltrasi menuju TB akhir.

(4) Menuju DPA baru.

g) Taktik Kalajengking.

(1) Pasukan gerilya bergerak dari kantong


perlawanan/DPA menuju TB Sas dengan cara
infiltrasi sama seperti Taktik Sabotase.

(2) Aksi di sasaran.

(a) Pada saat pasukan kontak dengan


musuh, sebagian pasukan gerilya mengikat
133

tembakan di depan, sisanya melambung jauh


ke arah punggung musuh, untuk menyerang
dari arah belakang musuh atau untuk
mengambil perlengkapan musuh yang
ditinggalkan.

(b) Ranpur Infanteri membantu pasukan


pengikat dengan tembakan bantuan lintas
datar, atau membantu pelambungan sesuai
PKT/PKM Komandan Peleton dihadapkan
dengan faktor TUMMPAS.

Gambar 96: Visualisasi Taktik Kalajengking

Keterangan :

- : Arah Gerakan Pasukan Gerilya


- : Arah Gerakan Musuh
- : Arah Tembakan

(3) Setelah aksi di sasaran selesai pasukan


gerilya segera melaksanakan exfiltrasi menuju TB
akhir.

(4) Selesai kegiatan di TB Akhir dilanjutkan


menuju DPA baru.

4) Tahap Pengakhiran.

a) Melaksanakan pengecekan personel dan materiel.

b) Melaksanakan kegiatan debriefing.

c) Melaporkan hasil kegiatan kepada komando atas.


134

f. Mengatasi Separatis Bersenjata. Satuan Mekanis dapat


digunakan untuk terlibat dalam mengatasi separatis bersenjata.
Komandan satuan harus mematuhi aturan hukum militer,
penggunaan senjata bantuan pada Ranpur Infanteri harus digunakan
secara proporsional. Dengan kemampuan Ranpur Infanteri untuk
memberikan mobilitas yang cepat ke sasaran maka Satuan Mekanis
sangat cocok ditempatkan sebagai pasukan cadangan namun bisa
juga ditempatkan sebagai pasukan kerangka.

1) Tahap Perencanaan.

a) Menerima dan mempelajari tugas dari komando


atas.

b) Merencanakan organisasi sesuai tugas dan


tanggung jawab yang diberikan.

c) Merencanakan waktu dan penggunaan medan


yang akan digunakan.

d) Merencanakan koordinasi dengan instansi terkait.

e) Merencanakan administrasi dan logistik yang di


butuhkan.

2) Tahap Persiapan.

a) Melaksanakan latihan pendahuluan.

b) Melengkapi organisasi sesuai tugas dan


tanggungjawab yang diberikan.

c) Melaksanakan pengintaian medan yang akan


digunakan.

d) Menyampaikan penggunaan waktu yang akan


digunakan.

e) Melaksanakan koordinasi lanjutan dengan instansi


terkait.

f) Menginventarisir administrasi dan logistik yang di


gunakan.

g) Melaksanakan pemeriksaan akhir sebelum pasukan


melaksanakan tugas.

3) Tahap Pelaksanaan.

a) Penempatan Ranpur Infanteri di BO/BOD.

(1) Disamar seperti dengan menggunakan teknik


penyamaran.
135

(2) Ditempatkan pada medan yang memiliki jalan


pendekat untuk memberikan bantuan serangan
cepat ke titik-titik lemah BOD yang mendapatkan
serangan dari musuh dan Pos Dalduk.

(3) Pada Pos Dalduk agar tidak ditempatkan


Ranpur Infanteri mengantisipasi pengintaian
terhadap titik lemah Ranpur Infanteri oleh musuh.

b) Pengamanan RPU/RPC.

(1) Kegiatan sebelum masuk kedudukan.


Pasukan bergerak dari DP menuju TB Sas dalam
hubungan peleton.

(a) Gunakan formasi tempur seperti pada


materi gerak maju.

(b) TB Sas dalam hubungan peleton, jika


Satuan Mekanis melaksanakan Pam
RPU/RPC dalam hubungan kompi/batalyon
berarti ada beberapa TB Sas.

(2) Sesampainya di TB Sas segera SST dipecah


menjadi beberapa Pokpam dan pelindung. Setiap
Pokpam (+ 2 s.d. 4 orang) harus didampingi oleh
Pokdung (+ 2 s.d. 4 orang). Ranpur Infanteri
ditempatkan bersama Pokpam dimedan yang dapat
menjamin akses masuk segera bagi Ranpur ke rute
RPU bila terjadi ancaman dan gangguan terhadap
jalur RPU.

(3) Kelompok-kelompok pengaman/pelindung


sebelum masuk kedudukan pengaman RPU terlebih
dahulu membersihkan daerah di sektornya dengan
cara patroli keamanan dapat menggunakan Ranpur
apabila memungkinkan dan terdapat akses jalan.
Pembersihan daerah tersebut harus saling menutup
antara Pokpam /pelindung yang satu dengan yang
lain. Radius pembersihan daerah sangat tergantung
dari medan, tersedianya pasukan dan waktu.
Dalam keadaan tertentu dapat sampai dengan jarak
1 km dari tepi jalan (RPU). Selama pembersihan,
komandan SST dapat memimpin salah satu
kelompok yang dianggap paling kritis.

(4) Kegiatan masuk kedudukan.

(a) Setelah pasukan selesai melaksanakan


pembersihan seluruh sektor, maka kelompok-
kelompok segera menuju kedudukan yang
telah ditentukan.

(b) Pokdung yang pertama masuk


kedudukan dan mengambil steling dengan
136

perkuatan medan secukupnya ke arah luar


(berlawanan dengan arah jalan/RPU)
selanjutnya Pokpam beserta Ranpur Inafnteri
masuk kedudukan. Setelah Pokpam masuk
kedudukan, komandan kelampok akan
memerintahkan beberapa anggotanya (dua
atau empat orang) untuk turun ke jalan dan
memeriksa jalan tersebut secara fisik
terhadap kemungkinan adanya ranjau yang
tertanam.

(c) Jika menenui ranjau segera beri tanda


yang menyolok kemudian laporkan pada
komandan SST untuk pengambilan
keputusan selanjutnya.

(d) Penempatan Ranpur yaitu:

i. pada posisi yang memiliki


lapangan tinjau dan tembak yang baik
untuk menahan Ranpur Infanteri berba
ringan musuh;

ii. terdapat lindung tinjau dan


memiliki lindung tembak yang baik
agar tidak mudah tertinjau oleh
musuh; dan

iii. memiliki jalan pendekat untuk


dengan cepat memberikan bantuan
pada titik-titik lemah pasukan yang
mendapat gangguan oleh musuh.

Gambar 97: Visualisasi Pam RPU/RPC


137

(5) Sektor pemeriksaan merupakan sektor


tanggung jawab yang diberikan pada SST tersebut
di RPU. Setelah semua kegiatan dilaksanakan dan
masing-masing personil berada pada posisinya,
komandan SST melalui sandi yang telah
ditentukan, melaporkan kesiapannya pada
komandan SSK yang memerintahkan pengamanan
RPU.

(6) Jika terlihat ada tanda-tanda kehadiran


insurjen maka tindakan SST melaporkan kepada
komandan atasan untuk diteruskan pada kafilah.
Selanjutnya atas pertimbangan komandan RPU,
pasukan pengamanan RPU dapat bertindak sesuai
rencana dengan menyerang atau tetap siaga
ditempat.

c) Lawan Penghadangan. Taktik lawan penghadangan


berjalan kaki Satuan Mekanis sama seperti taktik
penghadangan berjalan kaki pada Juknis Taktik dan
Teknik Operasi Lawan Insurjensi, namun taktik lawan
penghadangan berkendaraan ada perbedaan (antara
taktik Infanteri yang menggunakan kendaraan angkut
personel/truk dengan yang menggunakan Ranpur
Infanteri).

(1) Ranpur Infanteri depan yang dihadang.

(a) Penembak Ranpur Infanteri balas


tembakan, Pengemudi depan dengan segera
mempercepat Ranpur Infanteri untuk
keluar dari daerah penghadangan menuju
ke medan yang memiliki lima aspek medan
yang baik lalu melaksanakan manuver
Ranpur Infanteri guna mengikat tembakan.

(b) Seluruh anggota Regu Senapan


keluar dari Ranpur Infanteri menuju medan kritik
yang terlindung dilanjutkan melaksanakan
tembakan pengikat dan memiliki prioritas
untuk mengatasi senjata SLT musuh bila
ada.

(c) Ranpur Infanteri lain yang ada di


belakangnya (Regu 2 dan 3) segera mencari
kedudukan yang menguntungkan dan
aman dari SLT Musuh dan segera
memberikan tembakan penindas kearah
musuh dilanjutkan segera menurunkan
seluruh anggota dari Ranpur Infanteri di
sisi jalan yang sama dari posisi musuh.

(d) Danton selanjutnya membawa Regu 2


dan 3 yang telah turun Ranpur Infanteri
untuk menyerbu dari lambung dengan
tembak dan gerak.
138

Gambar 98: Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur


Infanteri Depan Dihadang

(e) Setelah Regu 2 dan 3 yang dipimpin


Danton tiba di posisi pelambungan Danton
memerintahkan untuk buka tembakan dan
memerintahkan tembakan pengikat seluruh
Ranpur Infanteri dihentikan.

(f) Danton memerintahkan Regu 1


hentikan tembakan lalu Regu 2 dan 3
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(g) Regu 2 dan 3 melaksanakan


konsolidasi sambil mengamankan arah depan
mengantisipasi bantuan perkuatan dari
pasukan kawan musuh.

(h) Danton mengeluarkan kelompok


pembersih dari Regu 2 dan 3 untuk
melaksanakan pembersihan dan laporan
kepada Danki.

(2) Ranpur Infanteri tengah dihadang.

(a) Penembak Ranpur Infanteri balas


tembakan, Pengemudi depan dengan segera
mempercepat Ranpur Infanteri untuk
keluar dari daerah penghadangan menuju
ke dekat medan yang memiliki 5 aspek
medan yang baik lalu melaksanakan
manuver Ranpur Infanteri untuk mengikat
tembakan.

(b) Ranpur melaksanakan gerakan


tipuan dan melanjutkan mengikat
tembakan.
139

(c) Ranpur Infanteri yang ada di depan


(Regu 1) dan belakangnya (Regu 3) segera
menurunkan Regu Senapan pada Ranpur
Infanteri di sebelah jalan yang sama dari
posisi penghadangan lawan.

(d) Danton selanjutnya memerintahkan


Regu 3 untuk mendekati sasaran dan
mengikat tembakan.

i. Pasukan bergerak di samping


Ranpur Infanteri (sisi berlawanan dari
arah tembakan musuh) mendekati
medan yang memiliki 5 aspek yang
baik.

ii. Setelah pasukan menduduki


medan tersebut segera ikat tembakan
dan Ranpur melaksanakan gerakan
tipuan dilanjutkan ikat tembakan.

Gambar 99: Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur


Infanteri Tengah Dihadang

(e) Danton membawa Regu 1 dan 2


melaksanakan pelambungan, setelah tiba di
posisi pelambungan Danton memerintahkan
untuk buka tembakan dan Ranpur Infanteri
hentikan tembakan pengikat.

(f) Danton memerintahkan Regu 3


hentikan tembakan lalu Regu 1 dan 2
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(g) Regu 1 dan 2 melaksanakan


konsolidasi, Ranpur Regu 1 mewaspadai
bantuan tempur musuh dari arah depan.
140

(h) Danton mengeluarkan kelompok


pembersih dari Regu 1 dan 2 untuk
melaksanakan pembersihan dilanjutkan
laporan kepada Danki.

(i) Peleton kembali ke arah gerak maju


lalu melapor ke Dan Pelopor tentang
pelaksanaan kegiatan.

(3) Ranpur Infanteri bagian belakang


dihadang.

(a) Penembak Ranpur Infanteri balas


tembakan, Pengemudi depan dengan segera
mempercepat Ranpur Infanteri untuk
keluar dari daerah penghadangan menuju
ke dekat medan yang memiliki 5 aspek
medan yang baik lalu melaksanakan
manuver Ranpur Infanteri untuk mengikat
tembakan.

(b) Ranpur melaksanakan gerakan


tipuan dan melanjutkan mengikat
tembakan.

(c) Ranpur Infanteri yang ada di depan


(Regu 1 dan 2) berhenti dan seluruh
anggota keluar di sebelah jalan yang sama
dari posisi penghadangan lawan.

(d) Danton selanjutnya membawa Regu 1


dan 2 untuk menyerbu dari lambung
dengan tembak dan gerak.

Gambar 100: Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur


Infanteri Belakang Dihadang

(e) Setelah Regu 1 dan 2 yang dipimpin


Danton tiba di posisi pelambungan Danton
141

memerintahkan untuk buka tembakan dan


ranpur hentikan tembakan pengikat.

(f) Danton memerintahkan Regu 3


hentikan tembakan lalu Regu 1 dan 2
melaksanakan serbuan dengan tembak gerak
berlompatan sampai melalui sasaran.

(g) Regu 1 dan 2 melaksanakan


konsolidasi sambil mengamankan arah depan
mengantisipasi bantuan perkuatan dari
pasukan kawan musuh.

(h) Danton mengeluarkan kelompok


pembersih dari Regu 1 dan 2 untuk
melaksanakan pembersihan dan laporan
kepada Danki.

d) Pengamanan daerah.

(1) Pasukan disusun melingkar mengusai


daerah yang harus diamankan. Penempatan
pasukan tidak perlu simetris melainkan
disesuaikan dengan faktor TUMMPAS pada
masing-masing sisi daerah yang diamankan.
Ranpur infanteri yang ditempatkan pada lingkaran
luar bertujuan untuk menindas musuh yang
berupaya menerobos pada jarak tembak senjata
bantuan Ranpur Infanteri, pada lingkaran dalam
untuk membawa Peleton Cadangan membantu
pengamanan lingkar luar yang mendapat
kerawanan dari musuh.

Gambar 101: Pengamanan Daerah


142

(2) Keluarkan minimal satu pos peninjau


dengan kekuatan satu Regu Senapan diperkuat
Ranpur Infanteri untuk meniadakan peninjauan
musuh pada jarak dekat, pemberitahuan cepat,
serta usaha penyusupan musuh pada jalur–jalur
masuk ke daerah yang dipertahankan.

(3) Pada lingkaran luar harus dibuatkan lorong


atau jalan yang tersamar dan rahasia untuk keluar
masuknya patroli, sehingga mereka dapat leluasa
keluar masuk daerah pertahanan, tetapi dalam
pengawasan dan kontrol yang teliti.

e) Pengepungan Pembersihan Kampung dan


Pengeledahan Rumah (PSPDM). Pada pengepungan
kampung dan penggeledahan rumah Ranpur Infanteri
dapat dilibatkan sebagai kelompok pengaman lingkaran
luar atau penutup dengan syarat ada akses jalan pada
kampung tersebut untuk dilewati oleh Ranpur Infanteri.

Gambar 102: Visualisasi Pengepungan Pembersihan Kampung dan


Penggeledahan Rumah (PSPDM)

f) Pengepungan kampung dan Penggeledahan Rumah


(PPDM). Pada pengepungan kampung dan penggeledahan
rumah Ranpur Infanteri dapat dilibatkan sebagai
kelompok pengaman lingkaran luar atau penutup dengan
syarat ada akses jalan pada kampung tersebut untuk
dilewati oleh Ranpur Infanteri.
143

Gambar 103: Visualisasi Pengepungan Kampung dan Pengeledahan


Rumah (PPDM)

g) Pelingkaran.

(1) Pelingkaran Serentak. Dilaksanakan oleh


sebagian besar pasukan pelingkar untuk
mengepung insurjen bersenjata pada suatu
kedudukan. Penghancuran dilakukan dengan cara
menghancurkan insurjen yang mencoba menembus
pasukan pelingkar dan menghancurkan sisa
insurjen yang terkepung.

(a) Susunan Tugas.

i. Pokko.

ii. Pasukan pelingkar.

iii. Pasukan reaksi mobil (Pasukan


cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Kegiatan yang dilaksanakan.

i. Gerakan dari BT ke TB sasaran.

i) Pokko bergerak menuju TB


Sas setelah seluruh Pasukan
pelingkar dan reaksi mobil pada
TB Sas masing-masing yang telah
ditentukan.

ii) Dua pasukan pelingkar


bergerak dari BT masing-masing
menuju ke TB Sas masing-
masing sesuai waktu yang
ditentukan.
144

Gambar 104: Visualisasi Gerakan dari BT


ke TB Sas Masing-Masing

iii) Pasukan reaksi mobil


bergerak dari BT menuju ke TB
Sas sesuai waktu yang sudah
ditentukan.

ii. Bergerak dari TB Sas ke titik


pencar.

i) Pokko bergerak di
belakang pasukan pelingkar.

ii) Pasukan pelingkar bergerak


dengan formasi sesuai keadaan
medan.

iii) Pasukan reaksi mobil. TB


Sas merupakan titik pencar
bergerak sesuai rute masing-
masing menuju kekedudukan.

Gambar 105: Visualisasi Gerakan dari TP


ke Sas Masing-Masing
145

iii. Aksi di sasaran.

i) Pasukan pelingkar bergerak


lebih awal dan mengambil posisi
melingkari kedudukan insurjen.
Pasukan tersebut dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil. Jarak
antar kelompok disesuaikan
dengan kondisi medan, namun
setiap kelompok harus dapat
mengetahui kedudukan kelompok
lainnya guna saling melindungi
dan menghindari terjadinya salah
sasaran.

ii) Pasukan reaksi mobil


bergerak setelah pasukan
pelingkar masuk kedudukan dan
menempati kedudukan yang
memudahkan dalam pengerahan-
nya ke segala arah pada
sektornya dan menutup
kemungkinan-kemungkinan jalan
pelolosan insurjen.

Gambar 106: Visualisasi Taktik Pelingkaran Serentak

iii) Pada jam “J” pasukan


pelingkar bergerak ke pusat
kekuatan insurjen dengan tujuan
membatasi ruang gerak insurjen.

iv) Terhadap insurjen yang


berpencar ke arah pasukan
146

pelingkar, harus segera diserang


dan dilumpuhkan.

v) Pasukan reaksi mobil


dapat digunakan untuk
memburu insurjen atau menutup
rute pelolosan insurjen yang
keluar dari kepungan atau
memperkuat pasukan pelingkar
yang lemah.

(2) Pelingkaran dan Serang. Dilaksanakan dalam


rangka menghancurkan insurjen oleh pasukan
penyerang.

(a) Susunan Tugas.

i. Pokko.

ii. Pasukan penyerang.

iii. Pasukan pelingkar.

iv. Pasukan reaksi mobil (Pasukan


cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Gerakan dari BT ke TB Sas.

i. Pokko bergerak menuju TB Sas


setelah seluruh pasukan pada
kedudukan TB Sas masing-masing
yang telah ditentukan.

ii. Pasukan pelingkar bergerak dari


BT menuju ke TB Sas yang sudah
ditentukan dengan formasi sesuai
keadaan medan.

iii. Pasukan reaksi mobil bergerak


dari BT menuju ke TB Sas yang sudah
ditentukan.

iv. Pasukan penyerang bergerak dari


BT menuju ke TB Sas yang sudah
ditentukan.

(c) Bergerak dari TB Sas ke TP.

i. Pokko bergerak di belakang


pasukan pelingkar.

ii. Pasukan pelingkar bergerak


menuju TP dengan formasi sesuai
keadaan medan.
147

iii. Pasukan reaksi mobil bergerak


dari TB Sas merupakan titik pencar,
dengan formasi sesuai keadaan medan
sesuai rute masing-masing atau
langsung menuju ke kedudukan.

Gambar 107: Visualiasasi Aksi di Sasaran Pelingkaran


dan Serang Tahap – I

Gambar 108: Visualiasasi Aksi di Sasaran Pelingkaran


dan Serang Tahap-II

(d) Aksi di sasaran.

i. Pasukan pelingkar bergerak


masuk kekedudukan setelah Pasukan
penutup melingkari posisi insurjen.
148

ii. Pasukan penyerang bergerak


mendekati insurjen dan memaksa
insurjen berpencar agar lebih mudah
dilumpuhkan oleh pasukan pelingkar.

iii. Pasukan reaksi mobil dapat


ditugaskan melaksanakan pengejaran
atau menutup pelarian insurjensi.

(3) Serbu dan Sekat. Bentuk pelingkaran


untuk menghancurkan insurjen dengan serbuan
oleh pasukan penyerbu atau oleh pasukan penyekat
yang menunggu pada posisi penyekatan. Operasi ini
juga dikenal dengan istilah "Palu dan Landasan".

(a) Susunan Tugas.

i. Pokko

ii. Pasukan penyerbu.

iii. Pasukan penyekat.

iv. Pasukan reaksi mobil (Pasukan


cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Gerakan dari BT ke TB Sas.

i. Pokko bergerak menuju TB Sas


setelah pasukan penyerbu dan
penyekat sudah pada TB Sas yang
telah ditentukan.

ii. Pasukan penyekat bergerak dari


BT menuju ke TB Sas melalui rute
masing-masing.

iii. Pasukan reaksi mobil bergerak


dari BT menuju ke TB Sas melalui rute
yang sudah ditentukan.

iv. Paukan penyerbu bergerak dari


BT menuju ke TB Sas atau ke
kedudukan melalui rute yang sudah
ditentukan.

(c) Bergerak dari TB Sas ke titik pencar.

i. Pokko bergerak di belakang


pasukan pelingkar.

ii. Pasukan penyekat bergerak


dengan urut-urutan depan, Pokko, dan
sisa pasukan. pasukan lainnya
bergerak paling belakang.
149

iii. Pasukan reaksi mobil. TB Sas


merupakan titik pencar, maka
pasukan reaksi mobil bergerak sesuai
rute masing- masing menuju ke
kedudukan.

iv. Pasukan penyerbu bergerak


dengan melalui rute yang sudah
ditentukan.

Gambar 109: Visualisasi Taktik Serbu dan Sekat

(d) Pelakanaan aksi di sasaran.

i. Seluruh pasukan sudah berada


pada kedudukan masing-masing
sesuai sektor tanggung jawab.

ii. Pasukan penyerbu menyerang


kedudukan insurjen dan berusaha
untuk memaksa insurjen berpencar ke
arah pasukan penyekat.

iii. Pasukan penyekat melumpuh-


kan insurjen yang masuk daerah
penghancuran.

iv. Pasukan reaksi mobil dapat


ditugaskan melaksanakan pengejaran.

(4) Penyerbuan dan Penghadangan. Bentuk


pelingkaran yang penghancuran insurjen melalui
serbu dan penghadangan

(a) Susunan Tugas:

i. Pokko

ii. Pasukan penyerbu.


150

iii. Pasukan penghadang (Pasukan


cadangan diperkuat dengan Ranpur
Infanteri).

(b) Gerakan dari BT ke TB Sas.

i. Pokko bergerak menuju TB Sas


setelah seluruh pasukan sudah berada
di TB Sas/pada kedudukan yang telah
ditentukan.

ii. Pasukan penghadang bergerak


dari BT menuju ke TB Sas melalui rute
masing-masing.

iii. Pasukan penyerbu bergerak dari


BT menuju ke TB Sas melalui rute
yang telah ditentukan.

(c) Bergerak dari TB Sas ke titik pencar.

i. Pokko pasukan pemukul


bergerak di belakang pasukan
penyerbu.

ii. Pasukan penghadang. TB Sas


merupakan titik pencar pasukan
penghadang bergerak sesuai rute
masing-masing menuju ke kedudukan.

iii. Pasukan penghadang


melumpuhkan insurjen di kedudukan
penghadangan masing-masing.

Gambar 110: Visualisasi Taktik Penyerbuan dan


Penghadangan
151

(d) Aksi di Sasaran

i. Satuan penyerbu melaksanakan


serbuan kedudukan insurjen.

ii. Satuan penghadang melumpuh-


kan insurjen di kedudukan
penghadangan masing-masing.

4) Tahap Pengakhiran.

a) Melaksanakan pengecekan personel dan materiel.

b) Melaksanakan kegiatan debriefing.

c) Melaporkan hasil kegiatan kepada komando atas.

BAB IV
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

17. Umum. Keberhasilan kegiatan taktik dan teknik mekanis tidak saja
diukur dari kesiapan pentahapannya mulai dari tahap perencanaan sampai
dengan tahap pengakhiran. Namun tindakan pengamanan dan tindakan
administrasi menjadi hal sangat penting yang harus menjadi perhatian oleh
seluruh personel yang terlibat. Hal tersebut dilaksanakan agar tujuan dan
sasaran dapat dicapai secara optimal.

18. Tindakan Pengamanan.

a. Tahap Perencanaan.

1) Mempelajari kemungkinan terjadinya ancaman terhadap


keselamatan personel, materiel, berita, dan kegiatan.

2) Merencanakan personel dan materiel yang terlibat, baik


langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan taktik dan
teknik mekanis.

3) Memperkirakan titik rawan yang terdapat dalam kegiatan


taktik dan teknik mekanis.

4) Membuat perkiraan antisipasi terhadap kemungkinan


tindakan sabotase.

b. Tahap Persiapan.

1) Pengecekan kesiapan personel, materiel, dokumen, dan


kegiatan.

2) Pengecekan alat perlengkapan yang digunakan dalam


taktik dan teknik mekanis.

3) Pengecekan kesiapan pengamanan dan memperbaiki


kekurangan yang ada.
152

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian


personel, materiel, dokumen, dan kegiatan yang akan
berlangsung.

2) Membuat langkah antisipasi apabila terjadi gangguan


terhadap keselamatan personel, materiel, dan kegiatan yang
akan berlangsung.

3) Mengadakan pengawasan terhadap seluruh personel dan


materiel terutama bagi yang perlu mendapat perhatian.

4) Mengawasi titik rawan sarana dan prasarana dalam


kegiatan taktik dan teknik mekanis yang dapat menimbulkan
kerugian personel dan materiel.

5) Mengamankan alat peralatan yang digunakan dalam


kegiatan taktik dan teknik mekanis untuk mencegah
kehilangan, kerusakan, dan penyalahgunaan oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab.

6) Mengamankan tempat/lokasi/rute dilaksanakannya


kegiatan taktik dan teknik mekanis.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Pengecekan terhadap kelengkapan personel yang terlibat,


materiel dan kegiatan baik langsung maupun tidak langsung
dalam kegiatan taktik dan teknik mekanis.

2) Mengadakan evaluasi terhadap personel dan materiel


yang terlibat kegiatan pengamanan taktik dan teknik mekanis.

3) Mengamankan alat peralatan, sarana, dan prasarana


setelah pelaksanaan taktik dan teknik mekanis.

19. Tindakan Administrasi.

a. Tahap Perencanaan.

1) Merencanakan administrasi tentang surat menyurat


berkaitan dengan taktik dan teknik mekanis, seperti surat
peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana yang
digunakan dalam taktik dan teknik mekanis.

2) Merencanakan kebutuhan personel yang akan


melaksanakan taktik dan teknik mekanis.

3) Merencanakan kebutuhan logistik untuk kegiatan taktik


dan teknik mekanis.

b. Tahap Persiapan.

1) Menyiapkan administrasi tentang surat menyurat, seperti


surat peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana yang
digunakan dalam taktik dan teknik mekanis.
153

2) Menyiapkan personel yang terlibat dalam melaksanakan


taktik dan teknik mekanis.

3) Pengajuan kebutuhan logistik untuk kegiatan taktik dan


teknik mekanis.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Pengecekan administrasi tentang surat menyurat, seperti


surat peminjaman perlengkapan dan sarana prasarana yang
digunakan dalam taktik dan teknik mekanis.

2) Pengecekan sarana dan prasarana pendukung dalam


taktik dan teknik mekanis.

3) Pengecekan kebutuhan logistik dalam taktik dan teknik


mekanis.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Mengumpulkan dan mendata alat perlengkapan yang


rusak selama kegiatan taktik dan teknik mekanis.

2) Menginventarisir sarana dan prasarana pendukung yang


telah digunakan untuk dikembalikan pada tempatnya.

3) Membuat laporan administrasi pengembalian peminjaman


perlengkapan dan sarana prasarana yang digunakan selama
kegiatan taktik dan teknik mekanis.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

20. Umum. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian terhadap


kegiatan taktik dan teknik mekanis merupakan kegiatan penting demi
tercapainya tujuan dan sasaran yang diinginkan. Kegiatan pengawasan dan
pengendalian tersebut diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan
terjadinya penyimpangan dan kesalahan prosedur yang dapat merugikan
satuan. Untuk menjamin kelancaran pengawasan dan pengendalian, perlu
diatur sesuai tingkat kewenangan serta tugas dan tanggung jawabnya agar
dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

21. Pengawasan.

a. Tahap Perencanaan.

1) Danki merencanakan pengawasan terhadap pelaksanaan


taktik mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh
anggota kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

2) Danton Senapan merencanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.
154

3) Danton Ranpur merencanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.

b. Tahap Persiapan.

1) Danki menyiapkan pengawasan terhadap pelaksanaan


taktik mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh
anggota kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

2) Danton Senapan menyiapkan pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur menyiapkan pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Danki melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan


taktik mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh
anggota kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

2) Danton Senapan melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Danki membuat evaluasi pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik
seluruh anggota kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan
kegiatan.

2) Danton Senapan membuat evaluasi pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur membuat evaluasi pengawasan terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.
22. Pengendalian.

a. Tahap Perencanaan.

1) Danki merencanakan pengendalian terhadap pelaksanaan


taktik mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh
anggota kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.
155

2) Danton Senapan merencanakan pengendalian terhadap


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur merencanakan pengendalian terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.

b. Tahap Persiapan.

1) Danki menyiapkan pengendalian pelaksanaan taktik


mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh anggota
kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

2) Danton Senapan menyiapkan pengendalian pelaksanaan


taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan teknik seluruh
anggota peleton sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur menyiapkan pengendalian pengendalian


terhadap pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai
dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Danki melaksanakan pengendalian pelaksanaan taktik


mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh anggota
kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

2) Danton Senapan melaksanakan pengendalian


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur melaksanakan pengendalian terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.

d. Tahap Pengakhiran.

1) Danki membuat evaluasi pengendalian pelaksanaan


taktik mekanis tingkat kompi ke bawah dan teknik seluruh
anggota kompi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

2) Danton Senapan membuat evaluasi pengendalian


pelaksanaan taktik mekanis tingkat peleton ke bawah dan
teknik seluruh anggota peleton sesuai dengan rencana
pelaksanaan kegiatan.

3) Danton Ranpur membuat evaluasi pengendalian terhadap


pelaksanaan taktik dan teknik Ranpur Infanteri sesuai dengan
rencana pelaksanaan kegiatan.
156

BAB VI
PENUTUP

23. Keberhasilan. Disiplin untuk mentaati semua ketentuan yang ada


dalam Juknis Taktik dan Teknik Mekanis ini oleh para pembina dan
pengguna akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di dalam
pelaksanaan taktik dan teknik mekanis.

24. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu, akibat adanya


tuntutan dan perkembangan situasi guna penyempurnaan Juknis Taktik
dan Teknik Mekanis ini, agar disarankan kepada Kasad melalui
Dankodiklatad sesuai dengan mekanisme umpan balik.

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANPUSSENIF,

tertanda

ARIF RAHMAN, M.A.


LETNAN JENDERAL TNI
157

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran A Keputusan Kasad


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/366/VI/2021
Tanggal 28 Juni 2021

PENGERTIAN

1. Arah serangan. Arah serangan adalah suatu petunjuk arah pasti, atau
suatu rute yang harus digunakan oleh pasukan penyerang depan pada saat
melaksanakan serbuan ke sasaran.

2. Awak Ranpur infanteri. Awak Ranpur Infanteri adalah kelompok


personel yang mengoperasionalkan Ranpur Infanteri, terdiri dari Danran,
Tabak Senban, dan Tamudi.

3. Batas Depan Daerah Tempur. Batas Depan Daerah Tempur adalah


garis khayal yang menghubungkan bagian dari inti-inti pertahanan terdepan
yang ditempatkan untuk melindungi dan mempertahankan medan penting.

4. Batas Gerak Maju. Batas Gerak Maju adalah garis khayal di medan,
tegak lurus dengan arah serangan, yang digunakan untuk mengontrol laju
gerakan pasukan penyerang depan di daerah sasaran. BGM tidak boleh
dilintasi, karena bertujuan untuk mencegah terjadinya korban dari tembakan
bantuan pasukan kawan, serta digunakan oleh pasukan penyerang depan
untuk melakukan konsolidasi, atau untuk mempertahankan sasaran yang
telah direbut. BGM tidak perlu ditetapkan apabila dalam pelaksanaan
serangan akan dilanjutkan dengan eksploitasi ataupun pengejaran.

5. Daerah Pengamanan Depan. Daerah pengamanan depan adalah suatu


daerah pengamanan yang di mulai dari BDDT hingga suatu jarak ke depan ke
arah musuh sejauh unsur-unsur keamanan dapat dikembang-kan. Pasukan
daerah pengamanan bertugas memberikan keterangan tentang musuh,
melambatkan, mengelabui, dan merusak susunan tempur musuh.

6. Daerah Persiapan. Daerah Persiapan adalah daerah dimana pasukan-


pasukan yang turut serta dalam gerakan dikumpulkan dan secara sistematis
menyusun, mengatur dan mengadakan koordinasi dalam persiapan operasi
yang akan dilakukan.

7. Daerah Pertahanan Depan. Daerah pertahanan depan adalah suatu


daerah pertahanan yang disusun oleh satuan yang dikerahkan untuk bertahan
di depan dari BDDT meluas ke arah belakang sampai batas belakang satuan
depan. Daerah pertahanan depan mempunyai beberapa ketentuan salah
satunya terdapat akses jalan pemunduran.

8. Daerah Pertahanan Belakang. Daerah pertahanan belakang adalah


daerah belakang yang meliputi batas belakang daerah pertahanan depan
sampai batas belakang. Daerah belakang ini ditempatkan pasukan cadangan
terdiri dari satuan yang tidak dikerahkan.

9. Eksploitasi. Eksploitasi adalah operasi serangan yang dilakukan untuk


memperbesar hasil dari pelaksanaan operasi serangan lainnya yang dilakukan,
ditujukan untuk secara terus menerus menekan musuh agar dapat mencegah
158

musuh melakukan reorganisasi dan menyusun kembali pertahanannya, serta


memukul mundur dan menghancurkan musuh.

10. Frontal. Frontal adalah bentuk manuver yang dilakukan untuk


menghancurkan bagian terlemah dari pertahanan musuh secara cepat, atau
untuk mengikat pasukan musuh yang lebih besar dalam petak yang luas dan
dikombinasikan dengan tipe Serangan lainnya sebagai serangan bantuan.

11. Garis Awal. Garis Awal adalah suatu garis khayal di medan, sedapat
mungkin tegak lurus dengan poros gerakan, yang akan dilintasi oleh pasukan
penyerang depan pada jam J dengan menggunakan formasi tempur yang
ditetapkan.

12. Garis penyebaran. Garis penyebaran adalah suatu medan yang mudah
dikenali di medan, tegak lurus dengan arah gerakan, di luar jarak tembak
efektif senjata lintas datar musuh dan digunakan oleh pasukan penyerang
depan untuk mengembangkan formasi gerakannya sebelum melaksanakan
serbuan ke sasaran. GP digunakan apabila pasukan penyerang depan belum
mengembangkan pasukannya pada saat melintas GA.

13. Garis Taraf. Garis Taraf adalah garis khayal di medan yang memilki nilai
taktis dan digunakan untuk pengawasan dan koordinasi gerakan manuver
pasukan sendiri di daerah pertempuran, biasanya berupa bentuk medan yang
melintang di rute gerakan.

14. Gerak Maju. Gerak Maju adalah suatu pemindahan Taktis di darat
dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu daerah pertempuran sebelum
pertempuran dimulai.

15. Gerak Maju Untuk Kontak. Gerak Maju Untuk Kontak adalah salah
satu tipe operasi serangan yang dilaksanakan untuk mengembangkan pasukan
dengan cepat untuk memperoleh keuntungan, sebelum terlibat pada
pertempuran yang menentukan.

16. Infiltrasi. Infiltrasi adalah manuver operasi serangan yang dilakukan


melalui celah pertahanan musuh bergerak dengan cara diam-diam melalui
celah kedudukan musuh tanpa mengganggu dan menghindari kontak dengan
musuh.

17. Jam ”J”. Jam ”J” adalah saat dimulainya melakukan operasi serangan,
yang ditetapkan dalam rangka memperoleh keselarasan dari seluruh pasukan
yang terlibat dalam operasi serangan untuk melaksanakan aksi kearah
kedudukan musuh. Jam ”J” dapat dijadikan sebagai pedoman waktu yang
digunakan oleh pasukan penyerang depan melintasi GA, atau saat memulai
gerakan.

18. Jarak Serbuan. Jarak Serbuan adalah suatu daerah yang tersamar
dan terlindung, sedekat mungkin dengan sasaran, dimana dilakukan
persiapan akhir sebelum dilaksanakan serbuan ke sasaran. Persiapan akhir
yang dilakukan terdiri dari persiapan taktis dan persiapan teknis. Pada saat
pasukan penyerang depan telah sampai di JS, maka Satuan senjata bantuan
mempergencar tembakan ke arah kedudukan musuh dan kemudian
dilanjutkan mengalihkan sasaran tembaknya kearah belakang kedudukan
musuh.
159

19. Pangkal Serangan. Pangkal serangan adalah suatu daerah yang


dikuasai oleh pasukan kawan dan bisa digunakan oleh pasukan penyerang
depan untuk berhenti sejenak, atau hanya dilintasi, dalam rangka
mengembangkan pasukan, serta melaksanakan koordinasi akhir sebelum
melintasi GA.

20. Patroli Pelopor. Patroli Pelopor adalah suatu regu senapan yang tidak
diperkuat yang dikirim ke depan oleh pelopor sebagai alat pengaman.
Biasanya di depan patroli pelopor bergerak unsur pengintai yang
menggunakan kendaraan bermotor.

21. Pelambungan. Pelambungan adalah bentuk manuver yang ditujukan


terhadap lambung atau belakang musuh yang lemah untuk mengikat musuh
pada posisinya, memperdayakan musuh, untuk menutupi letak serangan
pokok dan mengurangi kemampuan musuh untuk mengadakan reaksi
terhadap satuan yang sedang melakukan pelambungan.

22. Pelingkaran. Pelingkaran adalah bentuk manuver untuk mengisolasi


kemudian menghancurkan musuh secara menyeluruh yang kedudukannya
telah diketahui dengan pasti.

23. Penerobosan. Penerobosan adalah merupakan manuver operasi


serangan yang dilakukan dengan cara menembus posisi pertahanan musuh
dalam front yang sempit, membelah pertahanan tersebut menjadi dua dan
merebut atau menghancurkan sasaran yang dapat mengakibatkan rusaknya
kelanjutan pertahanan dan memungkinkan untuk mengadakan
penghancuran.

24. Pengamanan VVIP. Pengamanan VVIP adalah segala usaha, pekerjaan,


kegiatan dan tindakan yang dilakukan terus menerus untuk menjaga dari
segala situasi dan kondisi yang diciptakan lawan dan dapat mengganggu
ataupun membahayakan keselamatan VVIP.

25. Pengejaran. Pengejaran adalah operasi serangan yang dilakukan untuk


mengejar atau memotong jalan pelarian musuh yang telah tercerai berai untuk
melepaskan diri dari pertempuran dalam rangka menghancurkannya.

26. Pengintaian paksa. Pengintaian paksa adalah suatu tipe operasi


serangan yang ditujukan untuk mengetahui dan mengukur posisi dan
kekuatan musuh. Meskipun tujuan pokoknya adalah pengintaian, tetapi
adakalanya diketemukan kelemahan disposisi musuh, yang jika segera dapat
dieksploitasi, akan memberikan sukses taktis tanpa korban yang besar.

27. Peningkaran. Peningkaran adalah bentuk manuver yang dilakukan


dengan bergerak meningkar atau didaratkan di belakang pasukan musuh
untuk merebut sasaran jauh di belakang, memaksa musuh meninggalkan
posisinya, atau untuk menarik pasukan besar musuh untuk menghadapi
bahaya peningkaran tersebut.

28. Pertahanan daerah. Pertahanan daerah adalah suatu bentuk


pertahanan yang bertujuan untuk mempertahankan suatu daerah/wilayah
tertentu pada suatu tahap tertentu.

29. Pertahanan mobil. Pertahanan mobil adalah suatu bentuk pertahanan


dimana jumlah minimum dari pasukan di tempatkan melebar di daerah
160

pertahanan depan dan suatu cadangan mobil yang kuat ditempatkan di


belakang.

30. Petak Pertahanan. Petak Pertahanan adalah bagian medan yang


menjadi tanggung jawab, dibatasi oleh dua garis batas dan ditentukan oleh
Komandan Satuan atas berdasarkan pertimbangan faktor TUMMPAS.

31. Petak Serangan. Petak Serangan adalah bagian dari medan mulai dari
garis awal membentang sepanjang poros serangan sampai dengan sasaran
serangan, dimana bagian kanan/kirinya dibatasi oleh 2 (dua) garis khayal yang
letaknya relatif sejajar dengan poros serangan dengan maksud untuk membagi
seluruh daerah serangan kepada satuan-satuan penyerang dan mencegah
terjadinya bentrokan antara suatu satuan penyerang dengan satuan yang lain.

32. Poros Gerakan. Poros gwerakan adalah suatu petunjuk arah umum
yang dijadikan pedoman bagi pasukan penyerang untuk bergerak di medan
dalam rangka mencapai tujuan gerakan yang ditetapkan.

33. Proses Pengambilan Keputusan Taktis. Proses Pengambilan Keputusan


Taktis adalah urut-urutan kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap Dansat kecil
yaitu tingkat Kompi ke bawah mulai dari selesai menerima perintah sampai
dengan tercapainya pelaksanaan tugas pokok.

34. Ranpur Infanteri. Ranpur Infanteri adalah kendaraan berlapis baja


satuan infanteri mekanis yang digunakan dalam pertempuran memiliki sistem
senjata yang terintegrasi yaitu otomotif, senjata, serta komunikasi dengan
jenisnya beroda rantai dan beroda ban.

35. Safe House. Safe House adalah suatu tempat/bangunan yang


disiapkan untuk melaksanakan mengamankan VVIP, dimana keamanan dan
kerahasiaannya dapat dijamin terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh
pihak lawan. Pada Safe House terdapat lebih dari satu jalan untuk
keluar/masuk yang terlindung/tersamar dari perhatian umum.

36. Sasaran. Sasaran adalah suatu bagian medan yang dijadikan sebagai
pedoman pasukan penyerang depan, yang dijadikan sebagai tujuan dalam
melakukan suatu operasi, pedoman dalam merubah poros gerakan dan
menyatukan segala upaya. Sasaran dapat berupa suatu bentuk medan yang
mudah dikenali, atau sekelompok pasukan musuh.

37. Serangan. Serangan Adalah suatu operasi tempur dengan


menggunakan taktik dan teknik secara konvensional dengan mengerahkan
segala kemampuan dan kekuatan yang dimiliki untuk mencari, mendekati,
menghancurkan/menawan musuh dan menduduki serta menguasai
medan/musuh guna mencapai tujuan tugas pokokya.

38. Serangan yang dikoordinasikan. Serangan yang dikoordinasikan adalah


Operasi serangan yang dilakukan untuk menghancurkan atau mengalahkan
kekuatan musuh, merebut dan/atau menguasai suatu medan. Manuver
gerakan pada serangan yang dikoordinasikan yang dapat dilakukan oleh
satuan mekanis sesuai dengan faktor TUMMPAS.

39. Pemindahan Pasukan. Pemindahan pasukan adalah pemindahan yang


dilaksanakan dari suatu kedudukan lama ke kedudukan baru dengan tujuan
161

melaksanakan suatu tugas ke daerah Latihan menurut rencana yang


ditentukan.

40. Taktik dan Teknik Mekanis. Taktik dan Teknik Mekanis adalah suatu
rencana atau tindakan serta cara yang digunakan oleh satuan mekanis untuk
mencapai tujuan sesuai dengan tugas yang diberikan dalam rangka
menunjang tugas pokok komando atas.

41. Tembakan Penahan Serbuan. Tembakan Penahan Serbuan adalah


tembakan-tembakan yang diberikan untuk melindungi kedudukan pertahanan
dan mempunyai sifat sebagai tembakan konsentrasi yang segaris dan
ditempatkan tepat di depan BDDT (± 200 meter).

42. Titik Awal. Titik Awal adalah suatu tempat disepanjang garis awal yang
digunakan oleh pasukan penyerang depan untuk dilintasi pada jam ”J” dan
digunakan pada saat operasi dilakukan pada saat terbatasnya penglihatan.

43. Titik Temu/Titik Koordinasi. Titik Temu/Titik Koordinasi adalah


titik pada BDDT di mana tanggung jawab dari suatu satuan berakhir dan
tanggung jawab satuan lain dimulai.

44. Titik Berkumpul. Titik Berkumpul adalah suatu bagian medan yang
mudah dikenali dan dapat digunakan oleh pasukan yang melaksanakan
operasi untuk berkumpul dan melakukan reorganisasi.

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANPUSSENIF,

tertanda

ARIF RAHMAN, M. A.
LETNAN JENDERAL TNI
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran B Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep /366/VI/ 2021
Tanggal 28 Juni 2021

SKEMA ALIRAN PENYUSUNAN


PETUNJUK TEKNIS
TAKTIK DAN TEKNIK MEKANIS

PETUNJUK PENYENGGARAAN
PEMBINAAN FUNGSI INFANTERI

PETUNJUK TEKNIS
TAKTIK DAN TEKNIK MEKANIS

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANPUSSENIF,

tertanda

ARIF RAHMAN, M.A.


LETNAN JENDERAL TNI
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran C Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/366/VI/2021
Tanggal 28 Juni 2021

AKRONIM DAN SINGKATAN

1. Bakduk. Penembak Runduk.

2. BBM. Bahan Bakar Minyak.

3. BGM. Batas Gerak Maju.

4. BT. Basis Tempur.

5. BOD. Basis Operasi Depan.

6. CB. Cara Bertindak.

7. Danki. Komandan Kompi.

8. Danpok. Komandan Kelompok.

9. Danru. Komandan Regu.

10. Dansatgasrat. Komandan Satuan Tugas Darat.

11. Dansatgaspam. Komandan Satuan Tugas Pengamanan.

12. Danton. Komandan Peleton.

13. DISO. Data Inteligen Siap Operasi.

14. DP. Daerah Persiapan.

15. GA. Garis Awal.

16. Germa. Gerak Maju.

17. GMUK. Gerak Maju Untuk Kontak.

18. GP. Garis Penyebaran.

19. GT. Garis Taraf.

20. GPS. Global Positioning System.

21. JS. Jarak Serbuan.

22. KUO. Konsep Umum Operasi.

23. PO. Perintah Operasi.


164

24. Pok Cad. Kelompok Cadangan.

25. Pok Pam. Kelompok Pengaman.

26. Pok Pung. Kelompok Pengepung.

27. Pok Sih. Kelompok Pembersih.

28. PKT/PKM. Perkiraan Keadaan Taktis/Perkiraan Keadaan Medan.

29. RCWS. Remote Control Weapon System.

30. Ranpur. Kendaraan Tempur.

31. Satgas. Satuan Tugas.

32. Serbal. Serangan Balas.

33. SLT. Senjata Lawan Tank.

34. SO. Senjata Otomatis.

35. SSK. Satuan Setingkat Kompi.

36. SST. Satuan Setingkat Peleton.

37. SSR. Satuan Setingkat Regu.

38. SMB. Senjata Mesin Berat.

39. SMR. Senjata Mesin Ringan.

40. TA. Titik Awal.

41. TB. Titik Berkumpul.

42. TT. Titik Temu.

43. TP. Titik Pencar.

44. TUMMPAS. Tugas Medan Musuh dan Pasukan Sendiri.

45. Tuspur. Pemutusan Pertempuran.

46. VVIP. Very Very Important Person.

47. 5 M. Menghilang, Mencari perlindungan, Meninjau, Membidik,


Menembak.

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANPUSSENIF,

tertanda

ARIF RAHMAN, M. A.
LETNAN JENDERAL TNI
165
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran D Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/366/VI/2021
Tanggal 28 Juni 2021

DAFTAR GAMBAR

NO
URAIAN NOMOR HAL KET
URUT
1 2 3 4 5
1 Formasi Melingkar di Daerah Persiapan 1 17
2 Formasi Bersyaf di Daerah Persiapan 2 18
3 Formasi Tingkat Regu Berbanjar Kanan 3 19
Ranpur Infanteri
4 Formasi Tingkat Regu Berbanjar Kiri 4 20
Ranpur Infanteri
5 Formasi Tingkat Regu Berbanjar Kanan Kiri 5 20
Ranpur Infanteri
6 Formasi Tingkat Regu Bersyaf Kanan 6 21
Depan Ranpur Infanteri
7 Formasi Tingkat Regu Bersyaf Kiri Depan 7 21
Ranpur Infanteri
8 Formasi Tingkat Regu Bersyaf Kanan dan 8 22
Kiri Ranpur Infanteri
9 Formasi Tingkat Regu Paruh Lembing/ 9 22
Pasak
10 Formasi Tingkat Regu Belah Ketupat 10 23
11 Formasi Tingkat Regu Berbanjar Belakang 11 24
Ranpur Infanteri
12 Formasi Tingkat Peleton Berbanjar 12 25
13 Formasi Tingkat Peleton Zig-Zag Sisi Luar 13 26
Konvoi Ranpur Infanteri
14 Formasi Tingkat Peleton Zig-Zag Sisi Dalam 14 26
Konvoi Ranpur Infanteri
15 Formasi Tingkat Peleton Zig-Zag Kanan Kiri 15 26
Ranpur Infanteri
16 Formasi Tingkat Peleton Bersyaf 16 27
17 Formasi Tingkat Peleton Paruh Lembing/ 17 28
Pasak
18 Formasi Tingkat Peleton Serong Kanan 18 29
19 Formasi Tingkat Peleton Serong Kiri 19 29
20 Formasi Tingkat Kompi Berbanjar 20 30
21 Formasi Tingkat Kompi Bersyaf 21 31
22 Formasi Tingkat Kompi Paruh 22 32
Lembing/Pasak
23 Formasi Tingkat Kompi V 23 32
24 Teknik Bergerak Ulat Kilan Pengintai Depan 24 35
166

1 2 3 4 5
25 Teknik Bergerak Lompat Katak Pengintai 25 36
Depan
26 Teknik Bergerak Tetap Pengintai Depan 26 37
27 Arah Sektor Pengamatan Sebagian 27 38
Pengintai Depan
28 Arah Sektor Pengamatan Rangkap 28 38
Pengintai Depan
29 Penyamaran di Daerah Perkotaan 29 39
30 Penyamaran di Daerah Hutan 30 39
31 Penyamaran di Daerah Semak Belukar 31 40
32 Penyamaran di Daerah Padang Rumput 32 40
33 Gerak Serentak 33 41
34 Gerak Ulat Kilan 34 41
35 Gerak Lompat Katak 35 42
36 Teknik Pengelabuan 36 43
37 Teknik Pemeriksaan Lapangan Ranjau 37 43
38 Teknik Pemeriksaan Medan Kritik 38 44
39 Teknik Pemeriksaan Sudut Mati 39 46
40 Teknik Pemeriksaan Kampung Atau Daerah 40 47
Bangunan/Kota
41 Teknik Melintasi Jembatan 41 48
42 Teknik Penyeberangan Sungai 42 49
43 Teknik Melintasi Persimpangan Jalan 43 50
44 Teknik Pembersihan Dengan Cara Regu 44 51
senapan diturunkan jauh dari sasaran
45 Teknik Pembersihan dengan cara Regu 45 52
senapan diturunkan dekat sasaran
46 Teknik Masuk Kedudukan Pertahanan 46 53
47 Gelar Pasukan Pada Obyek Vital Nasional 47 54
Yang Besar
48 Gelar Pasukan Pada Obyek Vital Nasional 48 55
Yang Kecil
49 Ranpur Infanteri Jika Objek Pengawalan 49 56
Sedikit
50 Ranpur Infanteri Jika Objek Pengawalan 50 56
Banyak
51 Tindakan Pengawalan Bila Mendapat 51 56
Gangguan Musuh
52 Penempatan Ranpur pada Pengamanan 52 57
VVIP

53 Ranpur Pam VVIP Tiba di Titik Muat 53 58


Penyelamatan

54 Pengintai Depan Dihadapkan Dua Medan 54 62


Kritik
167

1 2 3 4 5

55 Pengintai Depan Dihadapkan Satu Medan 55 62


Kritik
56 Skema Penganan Lambung 56 63
57 Visualisasi Ranpur Mendekati Pengintai 57 64
Depan
58 Visualisasi Mengatasi Penembak Runduk 58 65
Musuh
59 Visualisasi Mengatasi Satu Regu Musuh 59 66
60 Skema Alat Kendali Serangan 60 67
61 Skema GMUK 61 69
62 Visualisasi Infiltrasi Satu Poros 62 74
63 Visualisasi Infiltrasi Multi Poros 63 74
64 Fase I Mebuat Lubang Penerobosan 64 75
65 Fase II Memperbesar Lubang Penerobosan 65 75
66 Skema Frontal 66 77
67 Gambar Visualisasi Pelambungan Tunggal 67 78
68 Visualisasi Pelambungan Rangkap 68 79
69 Visualisasi Peningkaran 69 80
70 Visualisasi Pelingkaran Serentak 70 82
71 Visualisasi Pelingkaran dan Serang tahap 1 71 83
72 Visualisasi Pelingkaran dan serang tahap 2 72 83
73 Visualisasi Serbu dan Sekat 73 84
74 Visualisasi Serbu dan Hadang 74 85
75 Visualisasi Pengejaran Sebagai Penekan 75 87
Langsung
76 Visualisasi Pengejaran Sebagai Peningkar 76 88
77 Skema Pertahanan Daerah 77 93
78 Kedudukan Ranpur Infanteri di Daerah 78 94
Pertahanan
79 Visualisasi Tuspur Dengan Tekanan 79 98
80 Visualisasi Tuspur Tanpa Tekanan 80 101
81 Skema Pertahanan Mobil 81 104
82 Skema Penghancuran Pada Pertahanan 82 106
Mobil
83 Skema Pertahanan Melingkar 83 107
84 Skema Alat Kendali Pertempuran 84 109
Permukiman
85 Gerakan Ranpur Infanteri di Daerah 85 111
Bangunan
86 Pasukan Bergerak Memanfaatkan Lindung 86 112
Lapis Baja
87 Visualisasi Perebutan Jembatan 87 115
168

1 2 3 4 5
88 Visualisasi Perebutan Simpul-Simpul Jalan 88 117
89 Skema Pertahanan Permukiman 89 119
90 Visualisasi Sabotase 90 124
91 Visualisasi Taktik Busur Panah 91 126
92 Visualisasi Taktik Ayam Alas 92 128
93 Visualisasi Taktik Tekan Induk Makan 93 129
Anak
94 Visualisasi Taktik Serangan Terhadap 94 131
Pertahanan Keliling Musuh
95 Visualisasi Taktik Capit Udang 95 132
96 Visualisasi Taktik Kalajengking 96 133
97 Visualisasi Pam RPU/RPC 97 136
98 Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur 98 138
Infanteri Depan Dihadang
99 Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur 99 139
Infanteri Tengah Dihadang
100 Visualisasi Mengatasi Musuh Bila Ranpur 100 140
Infanteri Belakang Dihadang
101 Pengamanan Daerah 101 141
102 Visualisasi Pengepungan Pembersihan 102 142
Kampung dan Penggeledahan Rumah
(PSPDM)
103 Visualisasi Pengepungan Kampung dan 103 143
Pengeledahan Rumah (PPDM)
104 Visualisasi Gerakan dari BT ke TB Sas 104 144
Masing-Masing
105 Visualisasi Gerakan dari TP ke Sas Masing- 105 144
Masing
106 Visualisasi Taktik Pelingkaran Serentak 106 145
107 Visualiasasi Aksi di Sasaran Pelingkaran 107 147
dan Serang Tahap – I
108 Visualiasasi Aksi di Sasaran Pelingkaran 108 147
dan Serang Tahap-II
109 Visualisasi Taktik Serbu dan Sekat 109 149
110 Visualisasi Taktik Penyerbuan dan 110 150
Penghadangan

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANPUSSENIF,

tertanda

ARIF RAHMAN, M.A.


LETNAN JENDERAL TNI
[ TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran E Keputusan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep /366/VI/2021
Tanggal 28 Juni 2021

ALAT DAN PERLENGKAPAN


TAKTIK DAN TEKNIK INFANTERI MEKANIS

1. Umum. Dalam pelaksanaan tugasnya, Infanteri Mekanis tentunya


membutuhkan keleluasaan, kecepatan, dan daya tempur yang kuat sehingga
hasil yang dicapai pun akan lebih maksimal. Untuk memaksimalkan daya
gempur Infanteri Mekanis tentunya tidak terlepas dari alat dan perlengkapan
yang digunakan, dimana alat dan perlengkapan ini harus efektif, ringan, dan
mudah dibawa serta mempunyai fungsi yang akan menunjang pencapaian
tujuan dari tugas Infanteri Mekanis tersebut.

2. Macam-Macam Alat dan Perlengkapan.

a. Senjata.

1) Pistol. Sangat efektif digunakan untuk pertempuran


bagi prajurit Infanteri Mekanis kususnya untuk para unsur
Komandan.

Gambar Pistol

Pindad G2 Combat Pindad G2 Elite

Glock 19 HK VP 9

2) Senapan Serbu Kaliber 5,56. Senapan serbu caliber 5,56


memiliki picantinny railway untuk penempatan telescopic yang
dapat dipanjangkan dan dipndekkan ketika digunakan di medan
operasi hutan gunung, dengan harapan :

a. Dapat dipendekan agar mudah dalam pembawaan


ketika beroperasi di medan tertutup/hutan gunung, (tidak
mudah tersangkut ranting pohon), dan senjata tetap dapat
digunakan dengan cepat ketika membalas tembakan.
170

b. Popor dapat dipanjangkan/dipendekan, akan


membantu prajurit dalam pembidikan dan penembakan.

Gambar Senapan Serbu

Pindad SS 3 M4A1

Pindad SS 2 V 5 AK 12

HK G36C EF 88 Austeyr

FN Scar FC Sar 21

3) Designated Marksman Rifle (DMR). DMR adalah senjata


perorangan tingkat regu yang digunakan ditempat khusus
penembak jitu yang dilengkapi teleskop dengan jarak tembak 250
M – 600 M. Senjata ini sangat sesuai untuk personel Infanteri
Mekanis khususnya dalam melaksanakan pertempuran di
pemukiman.

Gambar Senjata DMR

4) Senapan Otomatis (SO). (Squad Automatic Weapon),


alias senapan mesin yang mandiri, di mana penembak dapat juga
berfungsi ganda sebagai penembak dan penjaga sabuk peluru,
serta bisa ditembakkan dari posisi bahu seperti layaknya senapan
serbu namun dengan kapasitas sekelas senapan mesin.
171

Gambar Senapan Otomatis

Gambar Senjata Otomatis Regu

5) Senapan Penembak Runduk (SPR). Merupakan senjata


dengan karateristik khusus, dengan jarak 500 m - 2 km untuk
menembak target tertentu.

Gambar Senapan Penembak Runduk (SPR)

6) Senjata Pelontar Granat (SPG). SPG merupakan pelontar


granat yang dapat melontarkan granat dengan kaliber 40 mm.
Dengan panjang laras 200 mm, pelontar granat ini dapat pula
desain secara khusus untuk dipasangkan pada senapan serbu.
Jarak pelontaran dapat mencapai 350 meter dengan kecepatan 75
m/s. Untuk Infanteri Mekanis, SPG juga dapat dipasang di atas
ranpur dengan system penembakan semi otomatis.

Gambar Senjata Pelontar Granat (SPG)

7) Senjata Mesin Sedang (SMS). SMS merupakan senjata


bantuan yang berada di kompi bantuan. SMS sangat berguna
172

untuk melindungi pasukan Infanteri Mekanis yang sedang


menyerang. Dengan peluru kaliber 7,62 dan system penembakan
otomatis penuh, SMS dapat meningkatkan daya gempur pasukan
Infanteri Mekanis. SMS dapat dibawa oleh perorangan dan dapat
juga dipasang diatas ranpur.

Gambar Senapan Mesin Sedang

8) Senjata Mesin Berat (SMB). SMB merupakan senjata


bantuan utuk menghancurkan sasaran berupa kendaraan tempur
musuh, perkubuan musuh serta dapat berfungsi sebagai
penangkis serangan udara musuh. Dengan kaliber 12,7mm dan
berat yang mencapai 30 kg, SMB tidak memungkinkan utk dibawa
oleh perajurit. SMB pada infanteri mekanis dipasang pada
kendaran tempur untuk memberi perlindungan pasukan infanteri
yang bergerak.

Gambar Senapan Mesin Berat

9) Anti-Tank Guided Missile (ATGM). ATGM merupakan senjata


bantuan lintas datar yang berada di Kompi Bantuan. Dengan hulu
ledak yang tinggi, ATGM berfungsi untuk menghancurkan Tank
atau Ranpur musuh dari jarak jauh. ATGM dilengkapi dengan
teknologi Fire an Forget, memudahkan prajurit Infanteri Mekanis
untuk meninggalkan kedudukan setelah melakukan penembakan.
ATGM juga dapat dipasang dan ditembakkan dari atas Ranpur.
173

Gambar ATGM

10) Granat. Granat efektif untuk digunakan pada


pertempuran di pemukiman maupun di hutan.

Gambar Granat

Granat Fragmentasi/pecahan tajam

Granat Asap

b. Alat Perlengkapan Satuan.

2) Alat perlengkapan satuan. Merupakan alat perlengkapan


dasar untuk mendukung kebutuhan satuan Infanteri Mekanis
dalam melaksanakan operasi baik regu, peleton, maupun kompi.

a) Manpack Surveillance Radar. Merupakan alat


penginderaan elektronik yang sangat membantu prajurit
saat pelaksaan tugas baik siang maupun malam hari, untuk
mengetahui kedudukan pasukan/personel musuh hingga
jarak + 5 km dan kedudukan kendaraan musuh hingga jarak
+ 10 km kedepan. Alat ini dapat dioperasikan oleh dua orang
dan dapat dibawa untuk bergerak/mobile.
174

Gambar Manpack Surveillance Radar

b) Ground Detection Perimeter System. Merupakan alat


deteksi yang ditempakan di sekeliling perimeter atau
kedudukan pertahanan, untuk mendeteksi atau mengetahui
personil/kendaraan yang akan mendekati pertahanan.

Gambar Ground Detection


Perimeter System

c) Laser Range Finder. Laser Range Finder adalah


alat untuk mengukur jarak sasaran dengan menggunakan
teknologi pantulan sinar laser tak kasat mata. Laser Range
Finder sangat efektif bila dipasang pada Ranpur.

Gambar Laser Range Finder


175

d) Alat navigasi. Alat yang digunakan untuk mendukung


tugas Infanteri Mekanis terdiri dari peta topografi, peta citra
satelit, protractor, kompas, dan Global Position System (GPS).
Untuk GPS terdiri dari dua jenis yaitu GPS perorangan dan
GPS untuk Ranpur Infanteri.

Gambar Peta Topografi, Peta Citra Satelit,


Protractor, Kompas, dan GPS

e) Optic Sight/red dot Sight. Optic Sight/red dot Sight


yang diintegrasikan pada senapan serbu akan dapat
mengoptimalkan penggunaan senjata tersebut bagi prajurit,
karena pandangan mata telanjang pada jarak diatas 150
meter utuk sasaran personel akan terlihat kecil dan kurang
jelas dibidik pada medan semi tertutup dan tertutup. Contoh
senjata SS2 V4 memiliki jarak tembak maksimal hingga 600
meter, bila sasaran personel diatas jarak 150 meter dibidik
hanya mengandalkan pisir dan pejera maka bidikan tidak
akan maksimal dan perkenaanpun kurang presisi/tepat.

Gambar Optic Sight/Red Dot Sight


176

f) Termal imager scope. Merupakan teleskop termal yang


di pasang pada senjata yang dapat digunakan pada malam
hari dengan sistem pendeteksi panas, sehingga dalam
keadaan gelap tetap dapat digunakan. Alat ini dapat
dipasang pada helm 2 in 1.

Gambar Termal Imager Scope

g) Teropong malam/NVG Scope. Merupakan teropong


yang dapat dipasang pada helm dan memudahkan
penggunaanya setiap saat. NVG sangat membantu dalam
pertempuran saat malam hari atau dalam kondisi gelap.

Gambar Teropong malam/NVG Loglife

h) Drone. Penggunaan drone untuk mencegah kerugian


personel dan materiil yang lebih besar, merekam video, dan
memotret dan mengunci koordinat sasaran agar lebih
akurat. Drone yang digunakan harus berukuran kecil dan
dapat dioperasionalkan oleh perorangan baik dilapangan
maupun dari dalam ranpur.
177

Gambar Drone

3) Ranpur Infanteri. Infanteri Mekanis memerlukan kendaraan


angkut personel sekaligus berfungsi sebagai kendaraan tempur.
Ranpur yang dibutuhkan harus memiliki kemampuan mengangkut
personel minilam satu regu Infanteri Mekanis lengkap dengan
senjata dan alkap perorangannya. Dapat bermanuver dengan
lincah di berbagai medan, mampu melindungi awak dan personel
yang ada di dalamnya serta dapat dilengkapi dengan senjata berat
untuk memberikan perlindungan bagi prajurit Infanteri Mekanis
yang sedang bertempur.

a) Ranpur Infanteri Beroda Rantai. Ranpur beroda rantai


sangat cocok digunakan di berbagai medan. Dengan
kemampuan Off-Road yang mumpuni, ranpur beroda rantai
sanggup melintasi medan mulai dari jalan aspal sampai
dengan medan berbatu dan berlumpur. Ranpur beroda
rantai sanggup membawa beban yang berat. Namun karena
bobot yang berat berdampak pada kecepatan laju yang
terbatas. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka setiap
ranpur beroda rantai dilapisi dengan baja pelindung yang
cukup tebal untuk melindungi awaknya .

Gambar Ranpur Infanteri Beroda Rantai


178

b) Ranpur Infanteri Beroda Ban. Ranpur ini memiliki


kecepatan tinggi dan mudah bermanuver di medan aspal,
tanah dan medan berpasir. Ranpur roda ban sangat berguna
dalam pertempuran kota. Karena menggunakan roda ban,
maka ranpur tersebut memiliki kemampuan Off-Road yang
terbatas. Terutama saat melintasi medan berlumpur dan
berbatu.

Gambar Ranpur Infanteri Beroda Ban

c) Ranpur Khusus Morse. Mortir Sedang atau Morse


Merupakan senjata bantuan lintas lengkung yang berada di
Kompi Bantuan. Dengan kaliber 81mm dan jarak tembak
maksimal 5600m, morse sangat efektif untuk
menghancurkan kendaraan tempur musuh, perkubuan
musuh dan kelompok infanteri musuh yang berada
dibelakang perlindungan. Karena memiliki bobot yang cukup
berat, Morse harus ditempatkan di dalam ranpur khusus
morse.
Gambar Ranpur Khusus Morse
179

d) Ranpur Komando. Ranpur Komodo ini dirancang


untuk memantau pertempuran dari dalam kendaraan.
Diperuntukan untuk unsur Komandan satuan. Ranpur
Komando harus dilengkapi dengan radio kominikasi,
Battlefield Management System (BMS) dan GPS. Sehingga
dapat memonitor pergerakan pasukan kawan, mengetahui
posisi lawan sehingga komandan dapat mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat.

Gambar Ranpur Komando

e) Ranpur Ambulance. Ranpur Ambulance didesain


khusus untuk mengangkut dan memberikan pertolongan
pertama pada prajurit yang mengalami cidera pertempuran.
Ranpur ambulan dilengkapi dengan peralatan medis yang
cukup lengkap untuk memberikan pertolongan prajurit yang
mengalami cidera sedang sampai dengan cidera berat.

Gambar Ranpur Ambulance


180

f) Ranpur Recovery. Ranpur ini dirancang khusus untuk


memberikan perbaikan lapangan terhadap ranpur yang
rusak. Ranpur Recovery ini dilengkapi dengan alat derek
berukuran kompak bertenaga besar, perlalatan service mesin
sampai dengan suku cadang ranpur. Ranpur Recovery
memiliki kemampuan memperbaiki ranpur yang rusak
ringan sampai dengan rusak berat. Dengan tenaga mesin
yang kuat, ranpur recovery mampu menarik ranpur rusak
keluar dari medan pertempuran.

Gambar Ranpur Recovery

g) Kendaraan Pengangkut/ Transporter. Transporter


dirancang khusus untuk mengangkut ranpur dari homebase
menuju titik bongkar yang ditentukan. Dengan bobot yang
berat, ruang angkut yang cukup Panjang dan bertenaga
besar, Transporter mampu mengangkut satu atau dua
ranpur sekaligus. Transporter sangat dibutuhkan di daerah
perkotaan yang mayoritas jalannya ber aspal.

Gambar Kendaraan Pengangkut/Transporter


181

4) Remote Control Weapon Station (RCWS). Merupakan stasiun


pengoprasian senjata berbasis remote control untuk senjata caliber
ringan dan sedang yang dapat dipasang pada wahana tempur baik
darat, laut maupun udara. RCWS banyak digunakan pada
kendaraan tempur modern, karena memungkinkan penembak
senapan tetap berada pada perlindungan yang cukupa aman di
dalam kendaraan tempur. Komponen Pendukung RCWS terdiri
dari:

a) Sistem Deteksi tembakan (Gun Shot Detection).

(1) Dapat mendeteksi tembakan dari segala penjuru


(360º).

(2) Dapat memantai secara real time.

(3) Dapat mengidentifikasi sumber suara


tembakan dan jenis kaliber senjata.

(4) Dapat mengidentifikasi jenis mode tembakan


(single, burst,multiple).

(5) Mampu tracking sasaran dalam kondisi mobil


bergerak /bermanuver.

b) Sistem pemantau Kesadaran lingkungan.

Gambar Remote Control Weapon Station (RCWS)

5) Alat komunikasi (Alkom). Alat komunikasi sangat


mendukung dalam operasi lawan insurjensi dalam pengendalian
operasi.

a) Alkom Perorangan. Digunakan oleh perorangan


sampai dengan unsur pimpinan (Danton, Danki dan
Danyon) dengan kriteria dapat menjangkau jarak yang
cukup jauh. Alkom Perorangan harus dapat terhubung
dengan alat komuikasi Ranpur.
182

Gambar Alat Komunikasi Perorangan

b) Alkom Ranpur. Integrated Command and Control


System (ICCS) atau dikenal juga dengan Sistem Komando
dan Pengendalian Terpadu adalah sebuah sistem komando
dan pengendalian dalam suatu operasi militer yang
dilakukan dengan cara menggelar alur, poros dan sarana
komunikasi yang beragam dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan operasi tersebut. Alat utama ICCS yaitu
Battlefield Management System (BMS), BMS merupakan alat
komunikasi dalam bentuk hardware komputer khusus yang
di dalamnya terdapat software aplikasi untuk
mengintegrasikan komunikasi, penyampaian komando dan
pengendalian, serta integrasi sistem untuk kepentingan
sebuah operasi militer dan berada pada suatu satuan
militer, peralatan Alutsista sampai dengan tingkat personel.
BMS berisi aplikasi yang sudah sesuai dengan doktrin
operasioanl maupun taktis yang ada di lingkungan militer.

Gambar Perangkat ICCS


183

Gambar ICCS

Gambar Battlefiled Management System (BMS)

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANPUSSENIF,

tertanda

ARIF RAHMAN, M. A.
LETNAN JENDERAL TNI

Anda mungkin juga menyukai