PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sebagai orang yang sering melakukan petualangan/pendakian di alam bebas,
pengetahuan tentang navigasi darat dan terutama bagaimana medan yang akan
dijalani adalah hal yang harus diketahui. Sering kali seorang petualang dalam
melakukan kegiatan petualangan/pendakian selalu melakukan pembukaan jalur baru
dengan sudut kompas, plotting lintasan dan juga menggunakan peta keluaran tahun
yang cukup lama. Dimana pada medan tertentu pembukaan jalur dengan sudut
kompas tidak mungkin dilakukan dengan berjalan lurus pada medan sebenarnya,
dan juga saat menggunakan peta keluaran tahun yang cukup lama karena pasti
sudah ada penyimpangan sudut arah utara yang timbul karena ada perbedaan arah
utara yang ditunjukkan oleh Kutub Utara, Kutub Magnetis dan Peta. Begitu juga saat
melakukan plotting lintasan, sering tidak dipahami bahwa untuk plotting lintasan ada
beberapa hal yang harus diketahui dan dipersiapkan terlebih dahulu seperti
penentuan titik – titik kontrol dalam melakukan plotting lintasan untuk akurasi plotting
lintasan. Untuk itu penulis dalam tulisan ini membahas tentang bagaimana cara
menentukan titik kontrol pada plotting lintasan.
I.2.2 Tujuan
Penulis menyajikan makalah ini untuk menambah wawasan para pembaca
dalam materi Navigasi Darat, khususnya menambah pengetahuan tentang beberapa
tanda di alam yang bisa dijadikan acuan atau titik kontrol untuk menentukan posisi
kita di peta saat di medan sebenarnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Legenda Peta
Legenda peta adalah penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam
peta. Bagian ini adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam
membaca peta jika tidak ada legendanya.
3. Skala Peta
Skala peta adalah bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta
dengan medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala
angka. Dalam peta topografi biasanya dicantumkan duaduanya. (Contoh skala peta
1:25000, 1:50000 dan 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm
dalam peta adalah 25000cm di medan sebenarnya atau 250 m.
4. Garis Koordinat
Garis Koordinat adalah jarring - jaring dalam peta yang terdiri dari garis
vertical dan garis horizontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan
koordinat. Koordinat peta dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat
geografis. Koordinat geografis merupakan koordinat dari jarring-jaring bumi yang
terdiri garis lintang untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical. Koordinat grid
adalah jarring jarring koordinat local yang dipakai untuk acuan pengkoordinatan
dalam peta.
7. Deklinasi
Deklinasi yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan Utara
Magnetik (Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali. Kenapa ada
perbedaan antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara Magnetik. Seperti kita
ketahui utara bumi kita ditunjukan di kutub utara. Sedangkan sumbu utara magnet
bumi sebenarnya ada di sebuah kepulauan di dekat dataran Green Land. Setiap
tahun karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik bisa
ke timur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi
antara utara magnetic dengan utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap
lembar peta. Tujuh bagian tersebut merupakan bagian pokok terpenting yang selalu
ada dalam tiap lembar peta. Bagian lain adalah merupakan bagian pelengkap. Yang
biasanya berisi indek peta, keterangan pembuatan peta, dan pemroduksi peta.
II.4 Koordinat
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan
garis lintang dan garis bujur. Garis lintang yaitu garis vertikal yang mengukur sudut antara suatu
titik dengan garis katulistiwa. Titik di utara garis katulistiwa dinamakan Lintang Utara sedangkan
titik di selatan katulistiwa dinamakan Lintang Selatan. Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur
sudut antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang
merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0°
dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur. Suatu titik di Bumi
dapat dideskripsikan dengan menggabungkan kedua pengukuran tersebut. System koordinat
yang resmi digunakan ada dua macam, yaitu :
II.4.1 Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak
setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat
Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara,
sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4
angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat
grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat
grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu
karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan
koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 0,2 mm).
Jadi objek tersebut diukur batas kiri terletak pada 98 o32’ + 5’30” = 98o37’30” BT, dan
dengan cara yang sama di peroleh objek tersebut terletak pada 03 o13’24” LU.
II.6.2 Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua
tanda medan yang terlihat jelas dan dapat dibidik (untuk resection biasanya
dilakukan dimedan terbuka agar tanda medan terlihat dengan jelas). Tidak setiap
tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection :
1. Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
4. Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya.
Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
5. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita
dipeta.
II.6.3 Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin
terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah
melakukan resection terlebih dahulu.
2. Utara Peta (GN = GRID NORTH) adalah arah utara yang ditunjukkan oleh garis-
garis tegak yang terdapat pada karvak.
II.7.1 IKHTILAF
Dalam navigasi darat ada di kenal dengan istilah Ikhtilaf. Ikhtilaf yaitu
penyimpangan sudut arah utara yang timbul karena ada perbedaan arah utara yang
ditunjukkan oleh Kutub Utara, Kutub Magnetis dan Peta. Ikhtilaf ada beberapa jenis
yaitu :
1. Ikhtilaf Peta adalah sudut yang terbentuk oleh Utara sebenarnya dengan Utara
peta baik ke Barat maupun ke Timur.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Perencanaan Jalur Lintasan
Dalam hal ini, penulis mengambil contoh kasus merencanakan perjalan
dengan plotting lintasan dari desa Nageri Gugung ke DL. Takur – Takur. Jadi dalam
tulisan ini, penulis akan memplotting lintasan, menentukan titik – titik kontrol, sudut
tanjakan dan sudut kompas antara titik – titik kontrol dengan menambahakan atau
mengurangkan perubahan variasi magnetis tahun 2013 sehingga perjalanan dapat
di manajemen dengan baik. Dalam merencanakan plotting jalur lintasan perlu di
perhatikan kontur ( medan ) yang akan dilalui. Setelah memperhatikan medan yang
akan dilalui, lalu dibuatlah jalur lintasan pada peta dan kemudian menyusun sebuah
perencanaan dengan membuat penampang lintasan yang akan diplotkan kedalam
sebuah peta tematik.
III.1.1 Membuat Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur
lintasan jika di lihat dari samping dengan menggunakan garis kontur sebagi acuan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi dan sudut
pandangnya dari atas agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk
lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian.
Manfaat penampang lintasan adalah :
1. Sebagai pertimbangan dalam menuyusun perencanaan perjalanan.
2. Memudahkan kita dalam menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman
medan.
3. Dapat mengetahui titik – titk ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.
4. Menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.
Jadi dengan cara yang sama diperoleh sudut kemiringan antar titik kontrol seperti
yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Sudut Kemiringan Antar Titik Kontrol
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di Peta Berastagi, Edisi I – 1982, Lembar 0619 – 31
Titik Jarak di Jarak Interval Sudut Keterangan
Kontrol peta datar kemiringa
n
1–2 0,8 cm 400 m 50 m 7,18o Agak keras
( Bisa
ditempuh
dengan jalan
kaki )
2–3 1,2 cm 600 m 175 m 16,95o Terjal
( bisa mendaki
tapi sulit )
3–4 0,7 cm 350 m 150 m 25,37o Terjal
( bisa mendaki
tapi sulit )
4–5 0,5 cm 250 m 25 m 5,7o Agak keras
( Bisa
ditempuh
dengan jalan
kaki )
5–6 0,8 cm 400 m 175 m 25,9o Terjal
( bisa mendaki
tapi sulit )
6–7 0,8 cm 400 m 100 m 14,47o Sangat keras
( dapat dilewati
dengan
berjalan
mendaki )
7–8 1 cm 500 m 100 m 11,5o Sangat keras
( dapat dilewati
dengan
berjalan
mendaki )
8–9 0,7 cm 350 m 75 m 8,21o Sangat keras
( dapat dilewati
dengan
berjalan
mendaki )
Dari titik kontrol yang sudah direncanakan kita dapat menentukan koordinat grid,
koordinat geografis dan ketinggiannya. Koordinat geografis dan ketinggiannya dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Langkah pertama :
Koordinat grid dari objek pada peta 352573 dan koordinat geografisnya adalah
98o30’ BT dan 03o00’ LU.
Langkah kedua :
Jarak batas kiri ke titik objek = 23,2cm
Jarak batas bawah ke titik objek = 53,2 cm
Langkah ketiga :
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya
Jadi objek tersebut diukur batas kiri terletak pada 98 o30’ + 6’12” = 98o36’12” BT, dan
dengan cara yang sama di peroleh objek tersebut terletak pada 03 o14’18” LU.
Untuk ketinggian tiap titik kontrol dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut ini :
Diketahui ketinggian puncak DL. Takur – takur adalah 1523 mdpl, interval antara titik
kontrol ke-8 sampai dengan titik kontrol ke-9 adalah 75 m.
Maka, ketinggian titik control ke-8 adalah 1523 mdpl – 75 m = 1448 mdpl. Dengan
cara yang sama dilakukan dari titik kontrol terakhir samapai ke titik kontrol pertama
diperoleh koordinat dan ketinggian tiap titk kontrol sebagai berikut :
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa plotting lintasan dengan
menentukan titik – tik kontrol merupakan salah satu alternative dalam meminimalisir
resiko dalam melakukan suatu kegiatan pendakian. Dengan cara penentuan titik
kontrol, seorang pendaki mampu mengatur perjalannya dengan baik. Menentukan
titik kontrol dalam melakukan plotting lintasan dan merencanakan perjalanan yang
matang merupakan suatu pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kemajuan
pengetahuan seorang pendaki gunung.
IV.2 SARAN
Dalam hal ini, penulis berharap agar para petualang yang hendak melakukan
perjalanan/pendakian, khususnya untuk pendaki yang melakukan pembukaan jalur
baru harus merencanakannya dahulu dengan matang dengan menentukan titik –
titik kontrol sebagai acuan agar meminimalisir resiko yang terjadi di lapangan,
tentunya juga hal – hal lain yang berhubungan dengan kegiatan ini. Penulis juga
menyarankan kalau plotting lintasan semakin akurat lagi di lakukan jika
menggunakan altimeter dan GPS.