GEOTEKNIK TAMBANG
KLASIFIKASI MASSA BATUAN
TEGUH SATRIO
(21917010)
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
SULAWESI TENGGARA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah
ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik meteri maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
1.3 tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk menyelesaikan UAS dalam
mata kuliah geoteknik tambang
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun
1946.Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang
mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan
dengan penyangga baja. Metodeini telah dipakai secara berhasil
di Amerika selama kurun waktu 50tahun. Akan tetapi pada saat ini
metode ini sudah tidak cocok lagi.
dimana banyak sekali terowongan saat ini yang dibangun dengan
menggunakan penyangga beton dan rockbolts.Terzaghi (1946)
untuk penyangga batuan padaterowongan.Klasifikasi
dimanfaatkan untuk:
Terowongan
Penyanggaan pada terowongan
Lereng batuan
Dasar pembuatan pondasi
2. Klasifikasi Stand-up Time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar darimetode
ini adalah bahwa dengan bertambahnya span terowongan
akanmenyebabkan berkurangnya waktu berdirinya terowongan tersebut
tanpa
penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembanganklasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang
berpengaruhterhadap stand-up time adalah: arah sumbu terowongan,
bentuk potonganmelintang, metode penggalian, dan metode
penyanggaan.Semakin besar terowongan, semakin singkat waktu yang
harusdigunakan untuk pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot
tunnelkecil mungkin saja dikonstruksi dengan penyangga minimal,
sedangkanterowongan dengan span yang lebih besar pada massa
batuan yang samamungkin tidak mantap jika penyangga tidak seketika
dipasang.
dilapangan.1.
Uji laboratorium
Uniaxial Compressive Test (UCS)Sample batuan yang diuji berasal dari
core yangdipilih berdasarkan kenampakan yang masih utuh
tanpagangguan diskontinuitas dan dipilih litologi yang mewakilidaerah
penelitian. Sample ini diuji dalam bentuk silinderdengan perbandingan
tinggi dan diameter (l/D) tertentudimana perbandingan ini akan sangat
berpengaruh padanilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar
perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin
kecil.Sample kemudian ditekan dari satu arah (uniaxial)menggunakan
mesin.
Point Load Index (PLI)Pengujian ini menggunakan mesin uji point
loaddengan sampel berupa silinder atau bentuk lain yang tidak
beraturan. Sampel yang disarankan untuk pengujian iniadalah batuan
berbentuk silinder dengan diameter kuranglebih 50mm. Dari pengujian
ini didapatkan nilai point loadindex (Is) yang akan menjadi patokan
untuk menentukannilai kuat tekan batuan(σc).
2.Uji langsung di lapanganHoek
and Brown, 1980 memberikanindex classification ofrock material
untuk mengestimasi kisaran nilai kuat tekan batuan di lapangan dengan
menggunakan kuku, pisau, dan palu geologi.
Tabel 2. Index Classification Of Rock Material
b.Palmstrom, 1982
RQD = 115– 3,3
Jv = jumlah total kekar per meter
c Discontinuitas Spacing
Gambar 4. Scanline
BAB 3
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang
dipisahkan oleh berbagai tipe ketidakmenerusan geologi. Klasifikasi massa
batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di
lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik,
observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement
DAFTAR PUSTAKA
Das, B. M. (2001) “Principle of Geotechnical Engineering”, 5th Edition, PWS