Anda di halaman 1dari 19

Abstrak

Reservoir merupakan unsur yang berperan penting dalam penampungan


minyak dan gasbumi. Kualitas reservoir penting untuk kita ketahui agar kita dapat
menentukan apakah suatu wilayah memiliki potensi hidrokarbon untuk
dikembangkan ataupun tidak. Batupasir sebagai batuan reservoir tentunya memiliki
peran yang penting dalam hal tersebut, sehingga menarik untuk mempelajari asal-
usul ataupun provenance, terutama di formasi kampung baru. Tujuan dari peneltian
ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik dan jenis batupasir serta mengetahui
tatanan tektoniknya pada formasi kampung baru, Balikpapan selatan, Balikpapan
Kalimantan timur. Metode yang digunakan adalah metode analisis petrografi dan
analisis provenance serta metode analisis XRF, analisis petrografi bertujuan untuk
mengetahui penamaan dan kandungan mineral pada batupasir tersebut, selanjutnya
analisis atau metode provenance akan digunakan dalam penentuan tipe batuan asal
atau tatanan tektonik pada batupasir. Data XRF memberikan informasi tentang
unsur-unsur dalam batupasir , sehingga menjadi data pendukung dalam interpretasi
provenance pada batupasir. Diharapkan dalam peneltian ini mampu memberikan
informasi tentang karakteristik dan aspek-aspek provenance batupasir tersebut,
sehingga dapat dijadikan refrensi atau acuan dalam bidang industri minyak dan gas
bumi serta pengembangan wilayah.

Kata kunci: batupasir, petrografi, provenance


Abstrack
Reservoir is an element that plays an important role in the storage of oil and
natural gas. It is important for us to know the quality of the reservoir so that we can
determine whether an area has carbon potential to be developed or not. Sandstone
as a reservoir rock certainly has an important role in this regard, so it is interesting
to study its origin or origin, especially in the formation of new villages. The purpose
of this research is to identify the characteristics and types of sandstones and to know
their tectonic arrangement in the Kampung Baru formation, South Balikpapan,
Balikpapan, East Kalimantan. The method used is the method of petrographic
analysis and provenance analysis as well as the XRF analysis method, petrographic
analysis aims to determine the names and mineral content of the sandstones, then
the provenance analysis or method will be used in the treatment of the original rock
type or the tectonic arrangement of the sandstones. XRF data provides information
about the elements in the sandstone, so that it becomes data support in the
interpretation of provenance in sandstones. It is hoped that this research will be able
to provide information about the characteristics and aspects of the origin of the
sandstone, so that it can be used as a reference or reference in the field of the oil
and gas industry and regional development.

Keywords: sandstone, petrography, provenance

1
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penting dan bernilai sangat
ekonomis yang ada di Indonesia. Salah satu formasi yang terbukti menjadi
reservoar adalah Formasi Kampung Baru. Hidayat dan Umar (1994) menjelaskan
bahwa Formasi Kampung Baru tersusun atas Batulempung pasiran, pasir kuarsa,
batulanau, sisipan batubara, napal, batugamping dan lignit.

Lokasi penelitian berada di daerah Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota


Balikpapan, Kalimantan Timur yang secara geologi termasuk ke dalam Formasi
Kampung Baru (Supriatna dkk, 1995).

Kehadiran litologi batupasir pada Formasi Kampung Baru (Tpkb) menjadi


hal yang menarik untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut guna mendapatkan
informasi yang lebih detail seperti studi batuan reservoir atau pengembangan
daerah, dikarenakan Menurut Pettijohn (1987), dengan melakukan studi mengenai
batupasir dapat diketahui bagaimana keterbentukan dan sumber batuan tersebut
melalui studi analisis provenance yang menjadi bahasan pada penelitian ini.
Provenance berasal dari bahasa prancis yaitu provenir, dimana memiliki arti berupa
asal atau tempat diendapkan (Pettijohn et al., 1987). Istilah ini kemudian
dikembangkan dengan cakupan yang lebih luas yaitu daerah asal atau sember
batuan, ukuran atau volume, litologi batuan induk, tatanan tektonik, iklim dan relief
dari daerah asal. Penelitian ini mengacu pada Dickinson dan Suczek (1979) yang
mengemukakan metode penentuan asal batupasir dengan menggunakan diagram
QFL dimana penyebaran dari jenis batupasir yang berbeda satu dengan yang
lainnya dipengaruhi oleh tatanan tektoniknya.

Berdasarkan hal tersebut diharapkan dapat menjelaskan tentang tipe batuan


sumber (provenance) dari formasi tersebut dan juga mekanisme sedimentasi di
daerah penelitian. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul Studi
Provenance Batupasir Formasi Kampung Baru Daerah Balikpapan selatan, Kota
Balikpapan, Kalimatan Timur

2
I.2 Rumusan Masalah
Maksud dari penilitian tugas akhir ini adalah untuk menginterpretasi batuan asal
dan tatanan tektonik yang bekerja berdasarkan studi provenance dan Granulometri
batupasir Formasi Kampung Baru (Tpkb) pada daerah penelitian. Adapun tujuan
dari penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana karakteristik dan jenis batupasir pada daerah penelitian secara


megaskopis dan petrografi?
2. Bagaimana kandungan unsur pada batupasir daerah peneltian?
3. Bagaimana tatanan tektonik batuan asal batupasir Formasi Kampung Baru
(Tpkb)?
I.3 Tujuan Penelitian
Maksud dari penilitian tugas akhir ini adalah untuk menginterpretasi batuan asal
dan tatanan tektonik yang bekerja berdasarkan studi provenance dan Granulometri
batupasir Formasi Kampung Baru (Tpkb) pada daerah penelitian. Adapun tujuan
dari penelitian ini, yaitu :

1. Mengidentifikasi karakteristik dan jenis batupasir pada daerah penelitian


secara megaskopis dan petrografi.
2. Mengidentifikasi kandungan unsur pada batupasir daerah penelitian.
3. Mengetahui tatanan tektonik batuan asal batupasir Formasi Kampung Baru
(Tpkb).
I.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang ada pada penelitan ini didasarkan pada rumusan
masalah yang telah ditentukan dan dibatasi oleh luasan daerah telitian. Hal ini
didasarkan pada peta geologi area yang telah diselesaikan sebelumnya yang
meliputi area Balikpapan Selatan dan sekitarnya. Luas area kavlingan seluas 4 x 4
km untuk penelitian tugas akhir di dalam dan sekitar area Balikpapan Selatan.
Daerah penelitian tugas akhir hanya berfokus pada batupasir Formasi Kampung
Baru (Tpkb) melalui analisis petrografi yang meliputi identifikasi mineral penyusun
batuan dan didukung data XRF serta analisis granulometri . Hasil pembahasan
hanya membahas mengenai asal batuan dari batupasir dan tatanan tektonik yang
terjadi.

3
I.5 Letak, Luas, Kesampaian Daerah dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di Kecamatan Balikpapan Selatan pada area kavling seluas
sekitar 20 km2 dari bulan Februari hingga Mei 2023

Gambar 1.1 Letak, Luas, Kesampaian Daerah

Dari STT Migas Balikpapan, Balikpapan Utara dapat ditempuh dengan


kendaraan roda empat maupun roda dua dengan estimasi waktu perjalanan selama
± 30 menit. Akses jalan yang ditempuh menuju daerah telitian cukup baik, namun
di beberapa keadaan jalan berlubang dan berlumpur.

4
I.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari peneltian ini adalah:

1. Bagi penulis dan ahli geologi, peneltian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan atau aspek-aspek studi
provenance dan karakteristik pada batupasir agar diharapkan dapat menjadi
batuan reservoir khususnya didaerah peneltian serta sebagai bahan referensi
dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan dengan topik penelitian.
2. Memberikan informasi pada masyarakat tentang litologi yang terdapat pada
lokasi penelitian hingga dapat digunakan dalam pengembangan wilayah.

I.7 Peneliti terdahulu


Adapun sejumlah peneltian yang sebelumnya pernah dilakukan terkait topik
pembahasan dalam Tugas Akhir ini, antara lain:

1. Penelitian/Studi yang dilakukan oleh Fahmi Abdillah, Hadi Nugroho,


Fahrudin, Agus Priyantoro pada tahun 2014 (Program Studi Teknik Geologi
Universitas Diponegoro, Semarang) yang berjudul “ Analisis Provenance,
Diagenesis Dan Lingkungan Pengendapan Serta Pengaruh Terhadap
Kualitas Reservoir Batupasir Formasi Talang Akar, Sumur Fa-21,
Cekungan Jawa Barat Utara”. Penelitian tersebut menjelaskan atau
mengetahui provenance dan proses diagenesis dari hasil analisis petrografi,
SEM dan XRD, kemudian untuk mengetahui fasies dan lingkungan
pengendapan dari hasil deskripsi dan analisis 2 core serta untuk mengetahui
pengaruh provenance, diagenesis dan lingkungan pengendapan terhadap
kualitas reservoir.
2. Penelitian/Studi yang dilakukan oleh Muhammad Rizki Sudirman, Rahmadi
Hidayat pada tahun 2015 (Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-8
Academia-Industry Linkage) yang berjudul “Studi Provenance Dan
Granulometri Pada Singkapan Batupasir Formasi Balikpapan Pada Daerah
Palaran Dan Sanga-Sanga Cekungan Kutai, Kalimantan Timur”. Peneltian
tersebut menjelaskan atau menggambarkan tentang tipe batuan sumber dari
formasi tersebut dan juga mekanisme sedimentasi lokal di daerah peneliti

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Geologi Regional
Geologi regional diperlukan untuk mendapatkan gambaran terkait tatanan geologi
pada daerah penelitian. Pembahasan geologi regional terbagi ke dalam sejumpah
aspek yaitu, tatanan tektonik, stratigrafi, dan struktur geologi. Secara regional,
lokasi penelitian termuat di Peta Geologi Lembar Balikpapan (Hidayat & Umar,
1994).

II.1.1 Fisiografi Regional


Lokasi penelitian berada di Kecamatan Balikpapan Selatan yang termasuk
Formasi Kampung Baru (Tpkb), salah satu formasi penyusun Cekungan Kutai
Bagian Bawah (Lower Kutai Basin). Secara regional, Cekungan Kutai terletak di
tepi tenggara dari Kraton Sunda, yang mana termasuk di dalamnya Selat Makasar
dan memanjang ke arah daratan di bagian barat dan baratlaut (Kingston, 1988).

Cekungan Kutai merupakan cekungan terbesar dan terdalam di Indonesia


Bagian Timur. Cekungan Kutai membentang di daerah seluas ±60.000 km2
berkomposisi endapan berumur Tersier dengan ketebalan mencapai 14 km (Rose
dan Hartono, 1971 op.cit. Mora dkk., 2001). Cekungan Kutai terletak di tepi bagian
timur dari Paparan Sunda, yang dihasilkan sebagai akibat dari gaya ekstensi di
bagian selatan Lempeng Eurasia (Howes, 1977 op.cit. Allen & Chambers, 1998).

Secara fisiografis, Cekungan Kutai (Gambar 2.1) dibatasi di bagian utara


oleh suatu daerah tinggian batuan dasar yang terjadi pada Oligosen (Chambers dan
Moss, 2000) yaitu Tinggian Mangkalihat dan Sesar Sangkulirang yang
memisahkannya dengan Cekungan Tarakan; di bagian selatan berbatasan dengan
Paparan Paternoster, Pegunungan Meratus, dan Cekungan Barito yang dipisahkan
oleh Sesar Adang; di bagian barat dijumpai sedimen-sedimen Paleogen dan
metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan membentuk daerah
Kalimantan Tengah (Central Kalimantan Ranges) yang dibatasi oleh daerah
Tinggian Kuching (Chambers dan Moss, 2000); sementara itu di bagian timur

6
Cekungan Kutai membuka ke arah Delta Mahakam yang terhubung dengan laut
(Selat Makassar) dari Cekungan Makassar bagian Utara.

Gambar 2.1. Sketsa Fisiografi Regional Cekungan Kutai (Paterson dkk., 1997
dalam Mora dkk., 2001)

7
II.2 Struktur dan Tektonik Regional

Gambar 2.2 Kerangka tektonik Cekungan Kutai

Cekungan Kutai terbentuk di tepian Tenggara bagian dari Paparan Sunda


yang mana terpengaruh dari tiga lempengan utama yaitu Lempung Eurasia,
Lempeng India – Australia dan Lempeng Pasifik. Pada cekungan ini terdapat
beberapa rangkaian antiklin yang membentuk lipatan dengan gaya berada di bagian
Barat dan melemah ke arah Timur.

Cekungan ini memiliki kenampakan struktur yang memiliki arah jurus


dominan Timur Laut – Barat Daya (Van de Weerd & Armi, 1992). Secara
fisiografis, cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona
Sesar Sangkulirang, di sebelah Selatan berbatasan dengan zona Sesar Adang, di
sebelah barat dengan sedimen-sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang
terdeformasi kuat dan terangkat hingga membentuk daerah Kalimantan Tengah,
dan di sebelah Timur terbuka dan terhubung dengan laut dalam dari selat Makassar
di bagian Utara.

8
Gambar 2.3 Arah struktural Cekungan Kutai. (Van de Weerd dan Armin, 1992).

Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase pengendapan transgresif
Paleogen dan fase pengendapan regresif Neogen.

1. Fase Pengendapan Trasgresif Paleogen

Fase ini dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan pengisian cekungan selama
Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift dengan diendapkannya
serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen Akhir.

2. Fase Pengendapan Regresif Neogen

Fase ini dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang yang menghasilkan
progradasi delta dari cekungan Kutai sampai lapisan Paleogen. pada Miosen
Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya terendapkan

9
sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian Timur dari delta
mahakam.

Sedimen-sedimen yang mengisi cekungan kutai banyak terdeformasi oleh


lipatan lipatan yang subparalel dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin
berkurang ke arah Timur sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas
pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin yang datar. Kemiringan
cenderung meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk
bersamaan dengan sedimentasi yang berumur Neogen. Banyaknya lipatan-lipatan
yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik yang kecil dan secara umum berarah
Timur, tetapi secara lokal bearah ke Barat.

10
II.3 Stratigrafi

Gambar 2.4 Stratigrafi dan Kerangka Tektonik Cekungan Kutai (Satyana, et al,
1999)

Formasi Kampung Baru yang berumur Tersier Pliosen tergolong sangat muda
jika dibandingkan dengan formasi-formasi lainnya di Cekungan Kutai. Formasi
Kampung Baru tersusun oleh Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung,
Serpih, Batulanau dan Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir
kuarsa, putih setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur,

11
setempat mengandung lapisan tipis uksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan,
dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa,
kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas.
Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara,
koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2 m. Diduga
berumur Miosen Akhir - Plioplistosen, lingkungan pengendapan delta - laut
dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak
selaras terhadap Formasi Balikpapan.

II.4 Definisi atau Asal Usul Batupasir Kuarsa


Pasir kuarsa (quartz sand) merupakan pelapukan dari batuan beku asam
seperti batu granit, gneiss atau beku lainnya yang mengandung mineral utama
kuarsa. Hasil pelapukan ini kemudian mengalami proses sedimentasi, terbawa air
atau angin kemudian diendapkan ditepi-tepi sungai,danau atau pantai. Karena
jumlahnya yang cukup besar dan terlihat memutih disepanjang tepi sungai, danau
atau pantai tersebut, maka dikenal dengan di indonesia dengan pasir putih.

Kualitas pasir kuarsa di Indonesia cukup bervariasi, tergantung pada proses


Ganesa dan pengaruh mineral pengotor yang ikut terbentuk saat proses sedimentasi.
Material pengotor ini bersifat sebagai pemberi warna pada pasir kuarsa, dan dari
warna tersebut presentasi derajat kemurnian dapat diperkirakan. Butiran yang
mengandung banyak senyawa oksida besi akan terlihat berwarna kuning,
kandungan unsur alumunium secara visual akan lebih jernih dan kandungan unsur
kalsium, magnesium dan kalium cenderung membentuk warna kemerahan. Di
alam, pasir kuarsa ditemukan dengan ukuran butir, mulai fraksi yang halus (<0,06
mm) apabila terdapat jauh dari batuan induk, sedangkan ukuran kasar (> 2 mm)
terletak tidak jauh dari batuan induk

II.4.1 Mineralogi
Mineral pembentuk pasir kuarsa secara dominan tersusun oleh kristal- kristal
silika (SiO2) yang membentuk pola hexagonal serta beberapa mineral pengotor
yang bersenyawa dengan mineral tersebut. Komposisi kimia pasir kuarsa secara
umum terdiri dari unsur-unsur:

12
a) SiO2 55,30 – 99,87%
b) Fe2O3 0,01 – 9,14%
c) AI2O3 0,01 – 18,00%
d) TiO2 0,01 – 0,49%
e) CaO 0,01- 3,24%
f) Mgo 0,26 - 0,26%
g) K2O 0,01 -17,00%
Sifat fisik pasir kuarsa mempunyai ciri yang khas, yaitu berwarna putih bening
atau warna lain tergantung senyawa pengotornya, kekerasan berkisar antara 7 (skala
mohs), berat jenis 2,50- 2,70, titik lebur antara 1715 derajat celcius, bentuk kristal
hexagonal, panas spesifik 0,185 dan konduktvitas panas antara 12-100 derajat
celcius.

II.5 Studi Batuan Asal ( Provenance)


Provenance berasal dari Bahasa Perancis yaitu provenir, yang berarti asal atau
tempat diendapkan, juga didefinisikan sebagai semua hal yang berkaitan dengan
faktor terbentuknya batuan sedimen. Istilah ini telah dikembangkan menjadi
cakupan yang lebih besar yaitu daerah sumber batuan, batuan induk, iklim dan relief
dari daerah sumber.Interpretasi provenans sangat penting dilakukan pada batuan
sedimen silisiklastik karena mineral silisiklastik dan fragmen batuan yang
tersimpan di dalam batuan sedimen memberikan bukti penting dari litologi batuan
sumber. Berdasarkan analisis petrografi yang detail, dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan provenans batuan sedimen seperti jenis batuan sumber yang
menghasilkan atau menurunkan sedimen dan relief dan iklim di daerah batuan
sumber. Dickinson dan Suczek (1979) mengemukakan metode penentuan asal
batupasir. Metode yang dicetuskannya membahas tentang hubungan antar
komposisi butir dengan batuan sedimen. Penyebaran dari jenis batupasir yang
berbeda satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh tatanan tektoniknya. Konsep ini
disempurnakan dengan memisahkan berbagai komposisi batupasir ke dalam tiga
tipe provenance umum, yaitu continental blocks provenance, recycled orogen
provenance dan magmatic arc provenance.

13
Dalam penentuan batuan asal dilakukan metode pengamatan laboratorium
berupa Analisa petrografi, dimana pengamatan petrografi digunakan untuk
penamaan batupasir berdasarkan Pettijhon, 1975. Analisis petrografi dilakukan
terhadap 3 sampel batuan sedimen yang dianggap mewakili batupasir formasi
Balikpapan daerah penelitian. Dari hasil petrografi didapat komposisi mineral dan
jenis batuan. Untuk perhitungan dilakukan dengan visual, kemudian hasil
perhitungan untuk selanjutnya akan digunakan untuk pengeplotan pada diagram
proven tatanan tektonik Dickinson dan Suszec, 1979 berdasarkan kelimpahan
mineral kuarsa, feldspar dan pecahan batuan ( Lithic Fragmen).

Gambar 2.5 klasifikasi provenance (Dickinson dan Suczek (1979)

14
II.6 Analisis XRF
Analisis XRF merupakan suatu Teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisa unsur – unsur yang membangun suatu material. Teknik ini juga dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur berdasarkan pada Panjang
gelombang dan jumlah sinar x yang dipancarkan Kembali setelah suatu material
ditembaki sinar x berenergi tinggi.

Penggunaan XRF dalam beberapa bidang antara lain:

1. Penelitian di petrologi beku, sedimen, dan metamorf


2. Survei tanah
3. Pertambangan
4. Produksi semen
5. Keramik dan kaca manufaktur
6. Metalurgi
7. Lingkungan studi
8. Minyak industry
9. Bidang analisis dalam studi geologi dan lingkungan

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan metode observasi


lapangan (pemetaan) dan metode analisis. Berikut ini adalah penjelasan
dari masing-masing metode tersebut:
III.1 Obeservasi Lapangan (Pemetaan)
Observasi/Kajian lapangan atau pemetaan dilakukan untuk mengenal kondisi
lapangan pada lapangan pada daerah penelitian dan untuk mengetahui gambaran
dari bentuk geomorfologi dan keadaan geologi secara umum, hal tersebut bertujuan
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya
Pemetaan geologi dilakukan dengan aktivitas pengukuran seperti kedudukan
lapisan batuan menggunakan Kompas untuk mengetahui arah pelamparan dan
kemiringan batuan. Sementara itu untuk pengukuran ketebalan singkapan dilakukan
dengan menggunakan materan.
Pengambilan sampel batuan dan dokumentasi lapangan juga dilakukan pada
setiap titik singkapan atau STA yang dipilih untuk setiap jenis analisis.
Pengambilan sampel dilakukan pada titik pengamatan yang kemudian akan
dilakukuan analisis petrografi dan XRF. Melengkapi semua data lapangan seperti
posisi lokasi singkapan ataupun titik koordinat, struktur sedimen yang berkembang,
struktur geologi, sketsa singkapan, penggambaran profil dan MS dan sebagainya
yang bersifat informatif.
III.1.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan selama pemetaan, yaitu:
1. Kompas geologi (Brunton) 7. Alat gambar
2. GPS 8. Clipboard
3. Palu geologi 9. Sepatu dan pakaian lapangan
4. Meteran 10. Tas dan plastik sampel
5. Buku Lapangan 11. Kamera
6. Alat tulis 12. Aplikasi Avenza Maps

16
Bahan-bahan yang digunakan selama pemetaan, yaitu:
1. Peta Topografi Daerah Balikpapan Barat dan Sekitarnya
2. Peta Geologi Lembar Balikpapan
3. Peta RBI Lembar Balikpapan
4. Kertas (A4 dan A0)
5. Larutan HCl
III.2 Metode Analisis Petrografi
Metode Analisis Petrografi dilakukan terhadap sampel sayatan batupasir
yang diambil dari sampel yang didapatkan pada titik - titik singkapan yang telah
ditentukan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat kenampakan batuan secara
mikroskopis atau dengan kata lain untuk melihat kenampakan-kenampakan yang
tidak dapat dilihat secara jelas pada saat dilihat dengan mata atau kenampakan
megaskopis, seperti komposisi batuan. Pada analisis petrografi ini dilakukan
deskripsi sifat fisik batuan meliputi ukuran butir, sortasi, hubungan antar butir,
komposisi batuan (fragmen, matriks dan semen) serta porositas batuan.

III.3 Metode Analisis XRF


Metode pengambilan sampel batuan dilakukan secara stratified random
sampling dimana penentuan lokasi sampel dilakukan berdasarkan formasi satuan
pada peta geologi regional dan pengambilan titik sampel dilokasi penelitian
dilakukan secara random dimana titik pengambilan sebanyak..

Metode analisis XRF menggunakan alat Portable XRF analyzer thermo Scientific.

1. Sampel dimasukkan ke dalam sample holder


2. Tekan tombol pada alat untuk memulai scanning radiasi sinar X dan tunggu
hingga proses scanning selesai selama 7 menit untuk tiap sampel.
3. Setelah semua sampel sudah selesai di scan oleh alat, maka unduh data
dalam bentuk Microsoft excel kemudian dilakukan analisis lebih lanjut.

17
III.4 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 diagram alir penelitian

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai