1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan penting dan bernilai sangat
ekonomis yang ada di Indonesia. Salah satu formasi yang terbukti menjadi
reservoar adalah Formasi Kampung Baru. Hidayat dan Umar (1994) menjelaskan
bahwa Formasi Kampung Baru tersusun atas Batulempung pasiran, pasir kuarsa,
batulanau, sisipan batubara, napal, batugamping dan lignit.
2
I.2 Rumusan Masalah
Maksud dari penilitian tugas akhir ini adalah untuk menginterpretasi batuan asal
dan tatanan tektonik yang bekerja berdasarkan studi provenance dan Granulometri
batupasir Formasi Kampung Baru (Tpkb) pada daerah penelitian. Adapun tujuan
dari penelitian ini, yaitu :
3
I.5 Letak, Luas, Kesampaian Daerah dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di Kecamatan Balikpapan Selatan pada area kavling seluas
sekitar 20 km2 dari bulan Februari hingga Mei 2023
4
I.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari peneltian ini adalah:
1. Bagi penulis dan ahli geologi, peneltian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan atau aspek-aspek studi
provenance dan karakteristik pada batupasir agar diharapkan dapat menjadi
batuan reservoir khususnya didaerah peneltian serta sebagai bahan referensi
dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan dengan topik penelitian.
2. Memberikan informasi pada masyarakat tentang litologi yang terdapat pada
lokasi penelitian hingga dapat digunakan dalam pengembangan wilayah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Geologi Regional
Geologi regional diperlukan untuk mendapatkan gambaran terkait tatanan geologi
pada daerah penelitian. Pembahasan geologi regional terbagi ke dalam sejumpah
aspek yaitu, tatanan tektonik, stratigrafi, dan struktur geologi. Secara regional,
lokasi penelitian termuat di Peta Geologi Lembar Balikpapan (Hidayat & Umar,
1994).
6
Cekungan Kutai membuka ke arah Delta Mahakam yang terhubung dengan laut
(Selat Makassar) dari Cekungan Makassar bagian Utara.
Gambar 2.1. Sketsa Fisiografi Regional Cekungan Kutai (Paterson dkk., 1997
dalam Mora dkk., 2001)
7
II.2 Struktur dan Tektonik Regional
8
Gambar 2.3 Arah struktural Cekungan Kutai. (Van de Weerd dan Armin, 1992).
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase pengendapan transgresif
Paleogen dan fase pengendapan regresif Neogen.
Fase ini dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan pengisian cekungan selama
Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift dengan diendapkannya
serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen Akhir.
Fase ini dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang yang menghasilkan
progradasi delta dari cekungan Kutai sampai lapisan Paleogen. pada Miosen
Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya terendapkan
9
sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian Timur dari delta
mahakam.
10
II.3 Stratigrafi
Gambar 2.4 Stratigrafi dan Kerangka Tektonik Cekungan Kutai (Satyana, et al,
1999)
Formasi Kampung Baru yang berumur Tersier Pliosen tergolong sangat muda
jika dibandingkan dengan formasi-formasi lainnya di Cekungan Kutai. Formasi
Kampung Baru tersusun oleh Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung,
Serpih, Batulanau dan Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir
kuarsa, putih setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur,
11
setempat mengandung lapisan tipis uksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan,
dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa,
kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas.
Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara,
koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2 m. Diduga
berumur Miosen Akhir - Plioplistosen, lingkungan pengendapan delta - laut
dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak
selaras terhadap Formasi Balikpapan.
II.4.1 Mineralogi
Mineral pembentuk pasir kuarsa secara dominan tersusun oleh kristal- kristal
silika (SiO2) yang membentuk pola hexagonal serta beberapa mineral pengotor
yang bersenyawa dengan mineral tersebut. Komposisi kimia pasir kuarsa secara
umum terdiri dari unsur-unsur:
12
a) SiO2 55,30 – 99,87%
b) Fe2O3 0,01 – 9,14%
c) AI2O3 0,01 – 18,00%
d) TiO2 0,01 – 0,49%
e) CaO 0,01- 3,24%
f) Mgo 0,26 - 0,26%
g) K2O 0,01 -17,00%
Sifat fisik pasir kuarsa mempunyai ciri yang khas, yaitu berwarna putih bening
atau warna lain tergantung senyawa pengotornya, kekerasan berkisar antara 7 (skala
mohs), berat jenis 2,50- 2,70, titik lebur antara 1715 derajat celcius, bentuk kristal
hexagonal, panas spesifik 0,185 dan konduktvitas panas antara 12-100 derajat
celcius.
13
Dalam penentuan batuan asal dilakukan metode pengamatan laboratorium
berupa Analisa petrografi, dimana pengamatan petrografi digunakan untuk
penamaan batupasir berdasarkan Pettijhon, 1975. Analisis petrografi dilakukan
terhadap 3 sampel batuan sedimen yang dianggap mewakili batupasir formasi
Balikpapan daerah penelitian. Dari hasil petrografi didapat komposisi mineral dan
jenis batuan. Untuk perhitungan dilakukan dengan visual, kemudian hasil
perhitungan untuk selanjutnya akan digunakan untuk pengeplotan pada diagram
proven tatanan tektonik Dickinson dan Suszec, 1979 berdasarkan kelimpahan
mineral kuarsa, feldspar dan pecahan batuan ( Lithic Fragmen).
14
II.6 Analisis XRF
Analisis XRF merupakan suatu Teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisa unsur – unsur yang membangun suatu material. Teknik ini juga dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur berdasarkan pada Panjang
gelombang dan jumlah sinar x yang dipancarkan Kembali setelah suatu material
ditembaki sinar x berenergi tinggi.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
Bahan-bahan yang digunakan selama pemetaan, yaitu:
1. Peta Topografi Daerah Balikpapan Barat dan Sekitarnya
2. Peta Geologi Lembar Balikpapan
3. Peta RBI Lembar Balikpapan
4. Kertas (A4 dan A0)
5. Larutan HCl
III.2 Metode Analisis Petrografi
Metode Analisis Petrografi dilakukan terhadap sampel sayatan batupasir
yang diambil dari sampel yang didapatkan pada titik - titik singkapan yang telah
ditentukan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat kenampakan batuan secara
mikroskopis atau dengan kata lain untuk melihat kenampakan-kenampakan yang
tidak dapat dilihat secara jelas pada saat dilihat dengan mata atau kenampakan
megaskopis, seperti komposisi batuan. Pada analisis petrografi ini dilakukan
deskripsi sifat fisik batuan meliputi ukuran butir, sortasi, hubungan antar butir,
komposisi batuan (fragmen, matriks dan semen) serta porositas batuan.
Metode analisis XRF menggunakan alat Portable XRF analyzer thermo Scientific.
17
III.4 Diagram Alir Penelitian
18
DAFTAR PUSTAKA
19