Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Takengon adalah sebuah kota yang berada di kabupaten Aceh Tengah

dengan ketingian ± 1260 mdpl, daerah ini terkenal dengan sebutan negeri di atas

awan karena letaknya di perbukitan, bukit-bukit ini terhampar mengelilingi kota

Takengon. Bagian Timur daerah ini terdapat Danau Lut Tawar yang juga

dikelilingi perbukitan memanjang dari Timur hingga ke Barat, sebagian dari

lereng perbukitan di pinggiran Danau Lut Tawar ini adalah karst dengan litologi

batugamping berumur Pra-Tersier (Cameron, N, R, dkk, 1983), karst ini

terbentuk sebagai loyang dan ceruk. Loyang adalah bahasa daerah yang digunakan

masyarakat Gayo dalam menyebutkan gua, pada umunya defenisi gua dalam

kamus besar bahasa Indonesia adalah lubang besar, loyang pada saat masa

prasejarah dijadikan sebagai tempat hunian. Ceruk sendiri merupakan relung

ataupun lekuk yang kita temukan di dinding gua (Loyang). Loyang dan ceruk

ditemukan di sisi Timur Laut dan Selatan pada peta Topografi lembar Takengon,

pada sisi Timur Laut terdapat loyang Mandale dan Ujung Karang sedangkan pada

sisi selatan loyang Muslimin, ketiga loyang ini sudang diverifikasi sebagai Situs

Nasional oleh peneliti Balai Arkeologi Sumatera Utara karena ditemukannya bukti

kehidupan masa Pra-sejarah.

Loyang Mandale sendiri berada di pinggiran Danau Lut Tawar dengan jarak

± 50 m, loyang ini membentang sepanjang ± 250 m dengan arah Barat Laut –

Tenggara namun, loyang yang dijadikan hunian oleh manusia Pra-sejarah

memiliki panjang ± 70 m (Taufiqurrahman Setiawan 2009). Berdasarkan hasil


penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti Balai Arkeologi Sumatera

utara (Taufiqurrahman Setiawan 2016) bahwa loyang Mandale memiliki

kronostratigrafi yang disusun berdasarkan hasil analisa korelasi 24 kotak eskavasi

sehingga didapatkan lapisan budaya dan lapisan hiatus yang semuanya berjumlah

delapan lapisan dengan susunan dari atas ke bawah berdasarkan umur, dari 24

kotak eskavasi lokasi yang dijadikan hunian hanya memiliki 10 kotak eskavasi.

Delapan lapisan di loyang Mandale dijumpai secara menerus namun, pada

beberapa kotak eskavasi tidak semua delapan lapisan terlihat. Kronostratigrafi

loyang Mandale lapisan IV dengan indikasi lapisan fragmental runtuhan atap,

lapisan ini belum di eskavasi lebih lanjut, pertanggalan (….. - 8.340 bp), lapisan

Mesolitik memiliki indikasi lapisan dengan dijumpainya artefak, ekofak fitur

penguburan, rangka manusia dan sub fosil gajah, pertanggalan (8.430 bp - 7.400

bp), lapisan Hiatus III dengan indikasi lapisan satu lapisan tebal, bagian atas

endapan ukuran pasir berwama coklat kekuningan dengan bongkah runtuhan atap

stalagtit dan bagian bawah fragmental runtuhan atap, tidak ada data arkeologi,

pertanggalan pada lapisan ini yaitu 3.115 bp - 2.245 bp. Seterusnya lapisan

Neolitik dimana lapisan ini ditemukan artefak, ekofak fitur penguburan, rangka

manusia dan memiliki pertanggalan 5.040 bp - 3.115 bp, lapisan Hiatus II yaitu

lapisan yang menunjukkan adanya lapisan alamiah berwarna putih dengan ukuran

lebih halus dibanding Iapisan hiatus I, ketebalan antara 30- 60 cm, tidak ada data

arkeologis, pertanggalan (3.115 bp - 2.245 bp), lapisan Paleometalik adalah

lapisan yang dijumpai data arkeologis yaitu artefak, ekofak fitur penguburan,

rangka manusia dengan pertanggalan 2.245 bp - 1.740 bp. Pada lapisan Hiatus I

ditemukan adanya lapisan alamiah berwarna putih, ukuran pasir dengan tebal >10
cm, tidak ditemukannya data arkeologis, pertanggalan (1.740 bp -1.290 bp), lalu

lapisan yang termuda yaitu lapisan Sejarah/Present dimana lapisan ini diindikasi

sebagai lapisan paling atas dengan ketebalan < 10 cm, dengan resiko teraduk

sangat besar, pertanggalan lapisan ini adalah 1.290 bp hingga sekarang. Lapisan

Hiatus yang dimaksud dalam rangkuman Krosnostratigrafi di atas adalah lapisan

Alamiah yang tidak ditemukan jejak kehidupan masa Pra-sejarah, peneliti

arkeologi sering menyebutkannya dengan peradaban yang hilang, sedangkan

lapisan dengan nama Paleometalik, Neolitik dan Mesolitik adalah lapisan budaya

yang ditemukannya alat-alat dan peninggalan budaya masa lampau, temuan-

temuan tersebut menunjukkan bukti persebaran kehidupan masa Pra-sejarah pada

loyang Mandale. Lapisan Alamiah yang berada diantara lapisan Budaya untuk

peneliti Arkeologi sangatlah penting dikarenakan lapisan Alamiah ini dianggap

menjadi pemutus budaya yang satu dengan budaya di atasanya. Pada penelitian

(Taufiqurrahman Setiawan 20..) beliau membahas lapisan Alamiah yang diduga

menjadi pemutus budaya tadi, dimana didapatkan dugaan bahwa lapisan Alamiah

yang ada di loyang Mandale adalah endapan yang berasal dari Danau Lut Tawar,

sedangkan menurut (Lismawaty, MT 2018) dalam keikutsertaan beliau

melaksanakan penelitian di loyang Mandale bersama peneliti Balai Arkeologi

Sumatera Utara mengatakan bahwa lapisan Alamiah tersebut adalah material hasil

letusan gunung api yang diduga batuan piroklastik, batuan ini dijumpai berlapis

dengan ketebalan dan ukuran yang berbeda di tiap lapisannya. Beliau melakukan

observasi lapangan, identifikasi dan analisa petrografi di satu kotak eskavasi saja

dari 24 jumlah keseluruhan kotak eskavasi pada loyang Mandale, maka dari itu

Balai Arkeologi Sumatera Utara melakukan penelitian yang lebih detail pada
tahun 2019 di lokasi loyang Mandale, yang mana salah satunya difokuskan untuk

meneliti lapisan Alamiah yang dimaksud. Dalam penelitian yang akan dilakukan

ini, pihak Instansi dari Balai Arkeologi Sumatera Utara bekerjasama lagi dengan

dosen Geologi dari Institut Teknologi Medan yaitu Lismawaty MT guna

memaksimalkan penelitian yang akan dilaksanakan, dosen geologi yang akan

bersangkutan dengan penelitian ini melibatkan mahasiswa untuk pengambilan

data tugas akhir serta pemahaman dan pengalaman observasi lapangan yang lebih

terhadap mahasiswa.

Penulis mengikuti penelitian yang dilaksanakan oleh Instansi Balai Arkeologi

Sumatera Utara dan Dosen Geologi ITM (Lismawaty MT), dalam penelitian ini

penulis mengangkat topik penelitian yang berhubungan dengan ditemukannya

lapisan Alamiah dan akan membahasnya lebih detail, pada penelitian ini penulis

meyebut lapisan Alamiah dengan sebutan endapan batuan. Hasil penelitian

sebelumnya menduga bahwa endapan batuan yang diteliti pada satu kotak

eskavasi saja menyebutkan batuan tersebut adalah batuan piroklastik, sehingga

penulis ingin mengetahui lebih detail endapan batuan pada setiap kotak eskavasi

yang ada, dan apakah endapan batuan ini memiliki hubungan atau kaitan satu

sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, sehingga muncul permasalahan atau

pertanyaan penulis :

1. Apakah endapan batuan yang diduga batuan piroklastik oleh Lismawaty,

MT adalah batuan yang sama atau memiliki hubungan dengan endapan

batuan pada eskavasi yang lainnya


1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukanya penelitian ini yaitu untuk mempelajari dan

mengidentifikasi endapan batuan yang berada di antara lapisan budaya :

1. Mendeskripsi dan menganalisa Endapan batuan secara mineralogi dan

geokimia.

2. Menganalisa data geokimia endapan batuan.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apa nama dan jenis batuan dari endapan batuan yang ada di

atas lapisan budaya Neolitik dan lapisan budaya Paleometalik.

2. Menduga asal endapan batuan yang berada di atas lapisan budaya Neolitik

dan Paleometalik.

1.4 Ruang Lingkup Dan Batasan Masalah

Penelitian atau kegiatan ini dilakukan memiliki batasan-batasan yaitu seperti

pengambilan data atau kegiatan penilitian dilaksanakan di sekitar loyang Mandale

yang dijadikan hunian. Mengamati atau mengobservasi endapan batuan dari dekat,

mengamati sampel secara megaskopis, analisa labolatorium sayatan petrografi,

melakukan analisa granulometri dan analisa data geokimia batuan.

1.5 Metode Dan Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode

langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yaitu pengambilan data

secara langsung di lapangan yaitu berupa survey lapangan menelusuri daerah

penelitian dan mengobservasi langsung endapan batuan. Melakukan deskripsi

megaskopis pada endapan batuan, pengambilan foto lapangan dan mengambil

sampel. Analisa labolatorium seperti analisa Petrografi, analisa data Granulometri


dan analisan data Geokimia batuan. Metode tidak langsung yaitu pengambilan

data secara tidak langsung seperti refrensi sebagai data sekunder baik itu peta,

paper, peneliti terdahulu, kondisi geologi dan jurnal yang berhubungan dengan

topik penelitian.

Data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini dibagi menjadi dua

berdasarkan kepentingannya yaitu:

 Data Primer

Data primer yaitu data utama dalam mencapai tujuan penelitian, data primer

yang dimaksud berupa tekstur, struktur, komposisi dan data kimia berupa mayor

element dan trace element.

 Data sekunder

Data sekunder adalah data pembantu ataupun data pendukung dalam

mendapatkan tujuan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini adalah kondisi

geologi daerah penelitian dan referensi yang berkaitan dengan daerah penelitian

yaitu berupa peneliti terdahulu, paper, jurnal dan peta lembar Takengon.

Adapun tahapan kerja pada penelitian ini, adalah tahapan persiapan, tahapan

pengambilan data dilapangan, tahapan analisa laboratorium dan studio, tahap

analisa dan interpretasi data, tahapan penulisan laporan dan seminar.

1.5.1 Tahapan Persiapan

Tahap persiapan ini merupakan tahapan awal dari penelitian, adapun

tahapan tersebut adalah tahap pengumpulan refrensi yang berguna untuk

memudahkan dalam penelusuran atau observasi dan persiapan peralatan ataupun

perlengkapan yang akan digunakan.

Tahapan persiapan tersebut meliputi :


1. Penentuan Daerah penelitian

2. Mempelajari daerah penelitian berupa keadaan regional, topografi daerah

penelitian dan menbuat perencanaan rute/lintasan yang akan dituju,

dipelajari dari literatur peneliti terdahulu (buku regional, Peta, jurnal, paper

dan lainnya)

3. Pembuatan surat permohonan melakukan Penelitian Tugas Akhir kepada

pihak Jurusan Teknik Geologi Medan Institut Teknologi Medan dan Instansi

Balai Arkeologi Sumatera Utara.

4. Mempersiapkan beberapa perlengkapan peralatan yang dibutuhkan selama

berada dilapangan yaitu berupa Kompas, GPS, larutan HCL, Loupe, Palu

Geologi, Alat Tulis, Kamera, dan Kantong sampel.

1.5.2 Tahapan Pengambilan Data di Lapangan

Pada tahapan ini penulis melakukan kegiatan-kegiatan lapangan untuk

mendapatkan data primer. Selama kegiatan pengambilan data di lapangan

penulis dibimbing oleh dosen Geologi ITM yaitu ibu Lismawaty ST,MT dan

peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Utara bapak Taufiqurrahman Setiawan.

Pengambilan data ini berlangsung dengan kegiatan lapangan yaitu:

1. Pengamatan Endapan Batuan

Pengamatan di dilakukan dengan cara mengamati keadaan Loyang

Mandale hunian dari kejauhan, mengobservasi endapan batuan pada tiap

kotak eskavasi loyang Mandale hunian yang berada di antara lapisan

budaya, membersihkan endapan batuan dengan menggunakan kuas lalu

mendeskripsi endapan batuan secara megaskopis, melakukan sketsa dan

catatan lapangan, pengambilan foto lapangan, terakhir pengambilan


sampel, lalu dimasukkan dalam kantong sampel yang sudah diberi kode

sampel.

1.5.3 Tahap Analisa Laboratorium dan studio

Tahap analisa laboratorium merupakan tahapan lanjutan setelah

dilakukan tahapan pengambilan data di lapangan, data-data yang diambil dari

hasil penelitian lapangan dianalisa di labolatorium, seperti sampel batuan.

Tahapan ini merupakan tahapan yang dilakukan untuk menganalisa secara detail

data dari lapangan. Adapun analisa yang dilakukan adalah

1. Analisa Granulometri di labolatorium sedimentologi

Analisa ini dilakukan pada sampel endapan batuan material hasil

letusan gunung api yang memiliki ukuran butir, dilakukan dengan cara

penguraian butiran dengan menggunakan tangan, lalu dimasukkan dalam

ayakan dengan volume yang sama pada setiap sampel, lalu dilakukan

pengayakan, sehingga didapat ukuran butir yang dominan , guna untuk

mengetahui pola ukuran butir yang didapatkan dari masing-masing sampel

sehingga didapatkan perbedaan ataupun kemiripan ukuran butir di masing-

masing sampel endapan batuan yang telah dilakukan analisa granulometri.

2. Analisa Petrografi di labolatorium petrografi

Analisa ini dilakukan dengan menggunakan sayatan tipis batuan yang

kemudian dianalisa dibawah mikroskop polarisasi cahaya bias untuk

mengetahui tekstur, struktur dan komposisi mineral batuan berdasarkan

motode perjalanan sinar/bias cahaya sehingga didapat nama batuan serta

genesanya.
3. Analisa Geokimia di Labolatorium dan studio

Pada tahap ini sebelumnya sudah dilakukan analisa geokimia pada

sampel batuan di Labolatorium PT Interek Utama Servis, data-data

geokimia ini hadir dalam bentuk nilai data kimia Mayor element dan Trace

element. Mineral-mineral yang telah teridentifiksi memiliki nilai-nilai pada

batuan tertentu, sehingga nilai ini nantinya akan di plot menggunakan

software IOGAS dalam bentuk diagram Spider guna memahami pola

kelimpaham jejak elemen pada batuan,

1.5.4 Tahap Analisa dan Interpretasi Data

Tahapan ini adalah merupakan tahap lanjutan setelah dilakukan tahap

analisa laboratorium, Pada tahap ini data-data yang diperoleh dari lapangan dan

data laboratorium dianalisa dan di interpretasikan berdasarkan referensi yang ada

guna mendapatkan tujuan utama dari penelitian yaitu:

1. Penetuan Karakteristik Granulometri batuan

Setelah dilakukan tahapan dalam pengayakan uraian batuan sehingga

didapatkan ukuran butir yang dominan, lalu di analisa keterkaitan atau

hubungan antar butir dari semua sampel yang dianalisa, sehingga

mengetahui pola ukuran butir batuan.

2. Penentuan Mineralogi Batuan

Pada penentuan mineralogi batuan yang perlu diketahui adalah nama

batuan setelah menganalisis batuan melalui pendekatan petrografi, dari

data hasil analisa petrografi didapatkan komposisi mineral, struktur dan

tekstur batuan yang khas pada batuan sehingga didapatkan nama batuan.
3. Penentuan Geokimia Batuan

Hasil analisa data geokimia batuan pada tahap sebelumnya

mempermudah untuk melanjutkan tahap penentuan nama batuan, jenis

magma batuan tersebut.

1.5.5 Tahapan Penulisan Laporan dan Seminar

Tahap penulisan laporan ini adalah merupakan tahap penyajian laporan

tertulis sebagai hasil akhir dari penelitian yang dilakukan. Dimana data lapangan

yang terekam dalam buku catatan lapangan digabungkan dengan data

laboratorium, dianalisa, di interpertasikan serta didiskusikan, kemudian disajikan

dalam suatu laporan tertulis dalam bentuk laporan penelitian tugas akhir lalu

diseminarkan dalam seminar tugas akhir Jurusan Geologi, Fakultas Teknologi

Mineral, Institut Teknologi Medan.


1.6 Waktu Penelitian

Penulis merencanakan waktu dari penelitian ini dilakukan dalam lima bulan

yang meliputi tahap persiapan, pengambilan data, analisa labolatorium dan

penyusunan laporan serta seminar. Rincian waktu yang sudah direncanakan akan

di jelaskan pada tabel berikut:

Tabel 1.1. Waktu penelitian


Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan

ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Tahap Persiapan
Tahap Pengumpulan
Data
Tahap Pengolahan
Data
Tahap Penyusunan
Laporan dan
Seminar
1.7. Peneliti Terdahulu

1. Lismawaty, ST., M.T. Laporan Penelitian Geologi Di Situs Loyang

Mandale Dan Sekitarnya KabupatenAceh Tengah. Provinsi Aceh

2. N.R Cameroon, J. D. Bennett, D.McC. Bridge, M.C.G. Clarke, A.

Djunuddin, S.A Ghazali, H. Harahap, D.H. Jeffery, W. Keats, H.

Ngabito, N.M.S Rocks, S.J Thompson Geologi Lembar Takengon,

Sumatera.

3. Taufiqurrahman Setiawan

Anda mungkin juga menyukai