RESEARCH PROPOSOL
OLEH:
Indonesia adalah negeri yang kaya akan berbagai macam bentuk keberagaman
suku dan budaya, tak terkecuali Sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Salah
satunya adalah sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi yang tersebar didalam perut
bumi Indonesia dalam kuantitas serta kualitas yang beragam. Khususnya, Zona Kendeng,
merupakan back arch basin berumur Tersier yang terbentang dari Jawa Tengah – Jawa
Timur, diketahui memiliki cadangan hidrokarbon dibuktikan dengan adanya persebaran
titik rembesan minyak bumi di permukaan di area Salatiga, Boyolali hingga Ngawi.
Terlebih lagi, di sisi timur dari zona ini telah ditemukan sumber lapangan minyak,
dikenal dengan blok Madura atau West Madura Offshore block, dimana cadangan
terbukti mixed prone berkisar > 1 BBOE atau billion barrel oil equivalent(Howe, 2000).
Pengetahuan mengenai keberadaan cadangan tersebut adalah hasil penelitian terdahulu
dari puluh tahun yang lalu dan berfokus hanya di sisi timur Zona Kendeng, sehingga
sudah selayaknya dilakukan penelitian atau inventarisasi lagi khusus Zona Kendeng
bagian Barat dalam rangka melengkapi dan memperbaharuai data serta untuk mendukung
pemahamam mengenai karakteristik rembesan fluida hidrokarbon pada khususnya dan
Petroleum System Zona Kendeng pada umunya. Penelitian atau inventarisasi data terbaru
dirasa semakin penting oleh karena masih sedikitnya publikasi jurnal penelitian mengenai
karateristik dan prospek hidrokarbon terkait Zona Kendeng bagian barat. Oleh karena itu
penelitian ini mencoba untuk menggali data baru terkait potensi hidrokarbon serta
karakteristiknya secara lebih luas lagi agar kedepannya diharapkan pengetahuan
mengenai Petroleum System Zona Kendeng dan prospeknya dapat diketahui lebih banyak
lagi oleh pihak yang berkepentingan, baik dari pihak akademisi dan pelaku industri
migas.
Dalam riset ini digalakan metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif serta
pengujian hipotesa dimana akan difokuskan pada analisa geokimia rembesan minyak
bumi permukaan atau surface oil seepages. Tahapan awal penelitian adalah persiapan
penelitian, berupa reconnaissance dan studi literatur terkait Zona Kendeng dan potensi
migasnya. Tahapan kedua berupa pengambilan data primer berupa rembesan minyak
secara langsung dilapangan serta pegumpulan data pendukung geologi permukaan
disekitar wilayah penelitian. Tahapan ketiga adalah pengelolaan data primer rembesan
minyak bumi yang dilakukan di lab. Soft rock – Geokimia batuan di instansi terkait jasa
service penggelolaan data migas. Tahapan keempat adalah kompilasi dan penyusunan
data, baik data primer yang telah diolah di laboratorium terkait serta data pendukung.
Tahap kelima adalah penyusunan laporan penelitian yang telah dilakukan. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini akan tertuang didalam bentuk karya tulis jurnal penelitian
sumber daya geologi beserta tampilan data informasi, foto, tabel, kurva memuat
mengenai pengetahuan akan kualitas fluida rembesan minyak bumi permukaan, kekayaan
karbon organik, sejarah pembentukan material asal, hubungan minyak – batuan sumber
atau minyak – minyak, prospek hidrokarbon beserta hipotesa atau kesimpulan terkait
Petroleum system Zona Kendeng.
ii
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negeri yang kaya akan berbagai macam bentuk keberagaman
suku dan budaya, tak terkecuali Sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Salah
satunya adalah sumber daya alam minyak dan gas bumi yang tersebar didalam perut bumi
Indonesia dalam kuantitas serta kualitas yang beragam. Berdasarkan publikasi hasil dari
pemetaan gaya berat oleh Badan Geologi pada tahun 2010 menyatakan bahwa di bumi
Indonesia terdapat 128 cekungan sediment berumur Tersier dan Pra – tersier dengan 18
cekungan berstatus sedang dan sudah menghasilkan migas, artinya terdapat 110 cekungan
sediment lagi yang belum berstatus produksi walau ada beberapa diantaranya berstatus
eksplorasi. Tatanan cekungan – cekungan migas tersebut beragam modelnya dan
memenuhi konsep Petroleum system pada umunya meliputi hadirnya batuan induk,
terjadinya migrasi menuju batuan reservoir, mengalami perangkap secara stratigrafi,
struktur atau kombinasi dan tersekatkan oleh batuan penyekat.
Dari sudut pandang yang lebih luas keberagaman dan kekayaan sumber daya
geologi negeri ini tidak terlepas dari adanya faktor – faktor geologi kompleks, yakni
merupakan wilayah pertemuan antar tiga lempeng besar utama antara lempeng Eurasia,
lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Dalam ruang dan waktu geologi ketiga
interaksi lempeng utama tersebut berperan memproses, menghasilkan berbagai fenomena
geologi termasuk didalamnya sumber daya alam migas. Meskipun demikian, faktanya
inventarisasi dan peneltian terkait karakteristik dan keberadaan sumber daya migas secara
nasional belum dilakukan secara merata dan terintegrasi satu sama lainnya. Penelitian,
inventarisasi hingga pemnanfaatan sumber daya migas telah optimal hanya di beberapa
wilayah seperti cekungan kutai yang telah diketahui memiliki cadangan hidorkarbon > 1
BBOE (Howe, 2000 dalam Satya. A 2010) atau sekitar lebih dari 293,300,000 ton minyak
dan tercatat hingga tahun 2010, khusus delta Mahakam saja telah mampu memproduksi
migas rata – rata 700 MBOE/hari. Padahal Zona Kendeng juga telah diketahui
berproduksi dan beroperasi lebih dari 100 tahu terakhir, tetapi nampaknya perkembangan
kedua berbeda secara signifikan.
Publikasi hasil penelitian khususnya Zona Kendeng, Jawa Tengah yang diketahui
memiliki cadangan hidrokarbon masih terbilang sedikit, padahal wilayah ini telah
diketahui menghasilkan sumber daya migas lebih dari lima puluh tahun terakhir.
Pengetahuan mengenai keberadaan cadangan tersebut adalah hasil penelitian terdahulu
dari puluh tahun yang lalu. Diketahui penelitian terkait sumber daya geologi migas Zona
Kendeng pernah dilakukan oleh Rahmat Hidayat, Fatimah 2007, Biantaro. E, Kusuma M
1996 dan Subroto E.A, Muritno B.P, Sukowitono 2005. Ketiga kelompk peneliti
terdahulu tersebut belum ada yang secara spesifik menyinggung mengenai karateristik
geokimia dan potensi hidrokarbon pada Zona Kendeng, sehingga sudah selayaknya
dilakukan penelitian atau inventarisasi lagi dalam rangka pembaharuan data untuk
mendukung pemahamam secara komprehensif mengenai karakteristik rembesan fluida
hidrokarbon permukaan di area Salatiga, Boyolali, Ngawi pada khususnya dan Petroleum
System Zona Kendeng pada umunya
Berdasarkan uraian sub-bab Latar Belakang dapat ditarik beberapa simpulan yang
menjadi pokok permasalahan yang akan dikaji untuk mengetahui karatersitik geokimia
rembesan minyak bumi beserta potensinya, yakni:
- Adakah perbedaan karateristik geokimia diantara rembesan minyak bumi permukaan
yang terdapat di area Salatiga, Boyolali, Ngawi dan sekitarnya?
- Apa penyebab perbedaan material hidrokarbon yang ditemukan pada lokasi
penelitian?
- Material asal seperti apakah yang dapat mengenerasi hirdokarbon?
- Bagaimana sejarah pembentukan material asal fluida hidrokarbon yang didapati dari
daerah penelitian?
- Dikaji dari jenis material asalnya, apakah hidrokarbon cenderung menghasilkan
minyak atau gas atau kombinasi keduanya?
- Dilihat dari prosentase unsur geokimia pembentuk hidrokarbon, masuk kedalam tipe
kerogen apakah sampel terkait?
- Berdasarkan prosentase unsur pembentuk hidrokarbon, tingkat kematangan berada di
status matang, hampir matang atau tidak matang?
- Berdasarkan prosentase material kerogen, bitumen dan Co2, apakah telah terjadi
migrasi dari batuan induk yang berbeda menuju batuan reservoir?
1.3.
ujuanTujuan Penelitian
Penelitian
Pada riset kali ini, peneliti memfokuskan identifikasi karateristik geokimia rembesan
minyak bumi permukaan yang didapati dari wilayah kec. Pamusian dan sekitarnya lalu
kemudian diolah di laborotorium terkait jasa service migas agar diperoleh data – data
empiris post mortem yang diinginkan. Dari hasil pengelolaan data – data di laboratorium
maka tujuan dari fokus penelitian dapat dirumuskan, sebagaimana beikut ini:
- Mempebaharui pengetahuan akan karateristik geokimia rembesan minyak bumi
permukaan di Salatiga, Boyolali, Ngawi, Zona Kendeng bagian Barat.
- Mengetahui potensi sumber daya migas terkini pada Zona Kendeng bagian Barat.
- Mengetahui model, karateristik dan ciri Petroleum system Zona Kendeng
berdasarkan analisa geokimia dari sampel rembesan minyak bumi dipermukaan.
- Menyajikan hasil penelitian dalam bentuk karya tulis jurnal sumber daya geologi
terakreditasi oleh Badan Geologi Kementrian ESDM atau dalam poster ilmiah yang
informatif, representatif dan komunikatif mengenai karakteristik, model dan potensi
hidrokarbon Zona Kendeng yang dapat dipahami khalayak umum.
4
2. LANDASAN TEORI
Analisa geokimia hidrokarbon telah dikenal dunia akademik sejak puluhan tahun
terakhir dan telah berkembang begitu pesat yang disebabkan oleh perannya bagi industri
hulu migas, yakni berfungsi sebagai suatu metode yang mampu menyediakan analisa data
untuk mengidentifikasi dan memetakan batuan induk( Demaison 1984, dalam Peter Cassa
1994). Lebih lanjut, metode ini dapat membantu peneliti dalam memetakan tipe,
kekayaan dan tingkat kematangan dari suatu batuan induk serta dianggap sebagai suatu
langkah penting dalam menentukan cakupan secara stratigrafi dan geografi dari suatu
wadah batun induk aktif didalam suatu sistem perminyakan( Peter Cassa, 1994).
Istilah batuan induk adalah batuan yang memiliki kemampuan memproduksi
hidrokarbon dalam jumlah yang ekonomis( R.P Koesomadinata, 1980). Istilah
hidrokarbon atau minyak bumi atau petroleum sendiri adalah minyak mentah atau gas
alam yang mengandung unsur utama berupa carbon(C), hydrogen(H), sedikit
nitrogen(N), sufur(S) dan oksigen(O). Batuan induk sendiri merupakan jenis batuan
sediment berfraksir halus yang mengandung zat organic semacam batuserpih atau shale,
dimana mulajadinya berasal dari material tumpukan jasad mikrorenik serupa alga air
tawar, alga laut, spora pollen tananaman, selulosa tumbuhan kayu dan lemak tanaman
atau zat lilin tanaman. Adapun syarat keterbentukan suatu batuan induk harus terpenuhi
agar mampu mentransformasi jasad mikrorenik tadi menjadi senyawa hidrokarbon, yakni
melimpahnnya nutrisi intensitas cahaya, kondisi temperatur hangat, tenang, kondisi
ekosistem kaya akan kehidupan mikro organisme, komposisi air atau ph air pada
tingkatan tertentu dan sedikit predator pemangsa.
Gambar 2.1. Wilayah –
Wilayah Lingkungan
Pengendapan dari
Batuan induk (Cooper,
1990).
5
Preservasi jasad mikrorenik terjadi bila komposisi O2 < 0.5 mL/ L H2O pada lingkungan
autic(Demaison, Moore, 1980). Kemudian, dibutuhkan proses penimbunan oleh material
sediment diatasnya sehingga terjadi pematangan thermal dengan P atau tekanan dan T
atau temperature sebagai katalisator perubahan agar material timbunan yang terawetkan
tadi dapat bertransformasi menjadi hidrokarbon dalam bentuk kerogen, bitumen dan gas
CO2.
Gambar 2.2. Proses
Keterbentukan Batuan
induk kaitanya dengan
material yang terendapkan
( Knut Bjorlykke, 2010)
6
kombinasi atau mix humic/sapropelic. Apabila ketiganya mengalami pematangan thermal
akan menghasilkan hidrokarbon yang berbeda bentuk dan kandungan. Jika sumber
material organik yang mengalami pematangan adalah tipe sapropelic, maka akan
cenderung menghasilkan minyak/oil prone. Tetapi bila material humic yang terpanaskan
akan menghasilkan gas/gas prone.
Istilah sapropelic menunjukan hasil dekomposisi dari lemak, zat organi lipid yang
diendapkan dalam lumpur bawah laut(laut dan danau) pada kondisi terbatas. Humic
menjelaskan hasil pembentukan gambut, pada umunya berasal dari tumbuhan darat yang
diendapkan pada rawa, minim O2. Kerogen sendiri memiliki definisi sebagai material
organik yang terdapat didalam batuan sediment yang tidak larut dalam pelarut biasa dan
lauratan alkali(NaOH) karena molekulnya besar( Tissot, Welte, 1984). Istilah kerogen
hanya diperuntukan bagi material organik yang telah mengalami dehidrasi setelah
terkubur lebih dari 100 m(Knut Bjorlkke, 2010). Secara kimiawi, kerogen dideskripsikan
sebagai sebuah geopolimer atau material yang telah terpolimerkan yang berasal dari
gabungan acak monomer(Peter Cassa, 1989). Monomer sendiri berasal dari dekomposisi
biopolimer yang telah mengalami diagenesa, diamana material tersebut berkomposisi
senyawa protein atau polisacarida(Tissot, Walte 1984). Perubahan material organik
menjadi kerogen lalu menjadi bitumen, melibatkan pelepasan kelompok asam, aldehydes,
ketones dari senyawa asam amino, carbohidrate, asam humic dimana secara spesifik
senyawa – senyawa tersebut kehilangan senyawa H2O, CO2 dan unsur O2, N.
Bedasarkan material asalnya pula kerogen dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok utama yakni, kelompok I, II, III, IV. Para ahli pun meyimpulkan bahwa
7
semakin tinggi unsur H dan miskin O2, maka semakin cenderung akan membentuk
minyak/oil prone, begitu pula sebaliknya bila O2 semakin tinggi dan miskin H akan
cenderung membentuk gas. Terdapat material penting yang selalu hadir didalam kerogen,
dikenal sebagai mineral organik atau maceral, terbagi atas beberapa kelompok pula yang
sesuai dengan kriteria klasifikasi tipe kerogen.
Tabel 3.1. Komposisi kerogen (diambil dari Waples, 1985). Tabel 2.2. Komposisi
Kerogen Berdasarkan
MASERAL TIPE KEROGEN MATERIAL ORGANIK ASAL Maceral dan Tipe
Lingkungan Asalnya
(Waples, 1985)
Alginit I Alga air tawar
Eksinit II Polen, spora
Kutinit II Lapisan lilin tanaman
Resinit II Resin tanaman
Liptinit II Lemak tanaman, alga laut
Vitrinit III Material tumbuhan tinggi (kayu, selulosa)
Inertinit IV Arang, material tersusun-ulang yang
teroksidasi
Kelompok I dikenal dengan alginit, merupakan alga air tawar, sangat jarang
ditemui dan terbatas pada danau air tawar yang anoxic, hadir dalam bentuk zat berupa
lemak, minyak, rasio H/C tinggi atau rendah O/C dan lilin serta bersifat menghasilkan oil
prone, kelompok II adalah eksinit, berasal dari spora dan pollen tanaman, kutinit(kutikula
tumbuhan darat), resinit(resin tanaman tingkat tinggi), liptinit(lemak tanaman, alga laut),
serta phytoplankton, zooplankton, mikroorganisme laut yang terakumulasi pada dasar laut
yang reduktif, perbandingan ratio H/C tinggi atau rendah O/C dengan ciri ikatan rantai
aliphatic, cendrung menghasilkan oil and gas prone.
8
batubara dalam hal memproduksi gas CO2 dan CH4 atau metane maka itu akan
menghasilkan gas prone, kelompok IV meliputi inertinit, didominasi oleh arang
kayu/charcoal, material teroksidasi, sulit untuk menghasilkan hidrokarbon.
Adapun tipe – tipe material organik diatas akan mengalami fase pematangan
thermal didalam batuan induk atau source rock. Sehingga pengetahuan akan batuan
sumber ini begitu penting untuk memahami tipe – tipe kerogen, kualitas, kuantitas,
komposisi kimia dan evolusinya. Batuan induk adalah jenis batuan sediment yang akan
atau telah mampu menghasilkan minyak dan gas(Tissot, Welte, 1984). Para ahli
mengklasifikasi jenis batuan induk menjadi tiga kategori berdasarkan kemampuannya
untuk menproduksi hidrokarbon. Kategori pertama adalah batuan induk effektif, yakni
batuan induk yang telah membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon, kategori kedua
adalah batuan induk mungkin yakni setiap batuan sediment yang belum pernah dievaluasi
potensinya tetapi mempunyai kemungkinan membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon,
kategori ketiga merupakan batuan induk potensial, meliputi setiap batuan sediment belum
matang yang mempunyai kemampuan membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon, jika
kematangannya bertambah tinggi(Waples 1985).
Gambar 2.3. Petroleum
System( Dow, 1994)
Klasifikasi lain menyebutkan terdapat dua macam batuan induk yakni, active
source rock adalah batuan induk yang telah memamsuki fase jendela minyak dan mampu
menghasilkan serta mengeksplusi hidrokarbon pada momen kritisnya(Dow, 1977).
Dikatakan bahwa batuan induk aktif bisa berupa ini batuan sediment atau sediment yang
mampu menghasilkan hidrokarbon tanpa mengalami pematangan thermal sekalipun,
contohnya pada endapan gambut/peat shallow burial mengandung gas methane
bakteriogenik. Inactive source rock merupakan batuan induk yang sudah berhenti
menghasilkan hidrokarbon meskipun masih menunjukan potensinya. Hal ini disebabkan
oleh proses tektonik berupa pegangkatan sehingga temperature disekitar batuan induk
mengalami perubahan dan menutup kesempatan bagi hidrokarbon untuk mengalami
pematangan thermal, eksplusi serta migrasi keluar batuan induk(Peter Cassa, 1989).
9
Terkait uraian teori – teori diatas, konsep analisa geokimia rembesan minyak
bumi tidak terlepas dari pemahaman komprehensif mengenai sejarah pembentukan
hidrokarbon itu sendiri di batuan induk atau source rock. Terdapat indikator – indikator
utama terkait dengan sejarah pembentukan hidrokarbon korelasinya terhadap karateristik
maupun potensi nilai keekonomisan suatu batuan induk yang dapat diketahui melalui uji
laboratorium geokimia yang salah satunya dikenal dengan analsis nama Rock Eval
Pyrolysis(Gambar 2.1) untuk mendapatkan nilai variabel dari jumlah kerogen(S1),
bitumen(S2), gas CO2(S3) dan Tmax sampel hidrokarbon terpilih. Dari keempat variabel
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mendapati genetik potensial(S2+S3), index
produktifitas batuan induk[PI=S1/(S1/S2)], Hidrogen Index[HI=(S2/TOC)x100 mg HC/g
TOC], Oksigent index(OI=(S3/TOC) X 100, mg CO2/ g TOC], rasio tarnsformasi(S1 HC/
S1+S2).
Indikator – indikator lainnya yang dikenal didalam dunia eksplorasi migas seperti
nilai TOC atau total organic carbon, mewakili kandungan material carbon keseluruhan
identik dengan prosentase kekayaan hidrokarbon baik itu kerogen dan bitumen dari suatu
batuan induk.
10
hampir seluruh fase pemanasan thermal adalah kelebihan dari metode ini, setiap
karateristik maceral vitrinite adalah khas mewakili fase – fase pemanasan thermal tadi.
Indikator selanjutnya adalah tipe kerogen yang didapati dari perbandingan
prosentase unsur (H) dan (O), kedua unsur ini juga bisa memberi petunjuk mengenai
sejauh mana suatu batuan induk telah mengurai hidrokarbon dari material kerogen
menjadi fraksi bitumen dan gas CO2 serta dapat memberi informasi tentang kemungkinan
material yang akan dieksplusi batuan induk nantinya, baik itu minyak, gas atau kombinasi
keduanya dengan prakiraan kuantitas tertentu. Lebih dari itu, metode GCMS(gambar
2.2,tabel 2.2) atau Gas Chromatography Mass Spectometry memungkinkan peneliti untuk
mengetahui asal usul material organik pembentuk hidrokarbon lebih spesifik lagi melalui
sidik biomarker, sangat mendukung untuk korelasi antara minyak-batuan induk maupun
minyak-minyak, sehingga dapat mengungkapkan hubungan antara kesamaan dan
ketidaksamaan asal mula hidrokarbon dari suatu batuan induk dan rembesan minyak
permukaan di wilayah tertentu. Keuntungan dari metode biomarker adalah tingkat
resistansi tinggi terhadap biogradasi dari bakteria anerobic didalam batuan reservoir dan
dipermukaan(Cassa, Elington, 1986).
Tabel 2.3. Digram sidik biomarker sampel hidrokarbon hasil dari uji
metode GCMS
11
Tabel 2.4. Parameter – Parameter Identifikasi Potensi Batuan Induk secara Kuantitatif
dan Kualitatif ( Peter Cassa, 1989)
12
Diagram 2.2. Klaifikasi Kualitas, Maturitas Kerogen Berdasarkan Kombinasi Data dari
Sayatan Petrografi(nilai Ro), Variabel hasil Uji REP, nilai TOC( T.A Edison, 1990)
0 – 0.5 Poor
0.5 - 1 Fair
1-2 Good
2-4 Very Good
4 Excellent
Tabel 2.6. Klasifikasi Nilai TOC dalam %( Waples, 1985)
13
1.3. Geologi Regional Zona Kendeng
Satuan morfologi dataran rendah, yang disusun oleh endapan aluvial yang
terdapat di Ngawi (Bengawan Solo) dan dataran Sungai Brantas di timur.
14
Zona Kendeng dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas perbedaan
stratigrafi dan perbedaan intensitas tektoniknya (van Bemmelen, (1949); de
Genevraye dan Samuel, (1973)) yaitu:
Kendeng Barat
Kendeng Barat meliputi daerah yang terbatas antara Gunung Ungaran
hingga daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur
Oligo-Miosen Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang. Batuannya
mengandung bahan volkanis. Daerah ini memiliki struktur geologi yang
rumit yaitu banyak sesar-sesar sungkup.
Kendeng Tengah
Kendeng Tengah mencakup daerah Purwodadi hingga Gunung Pandan
batuan tertua yang tersingkap berumur Miosen Tengah. Daerah ini terdiri
dari sedimen bersifat turbidit (laut dalam) yang diwakili oleh formasi
Kerek dan Formasi Kalibeng, prosentase kandungan bahan piroklastik
dalam batuan sedimen menurun kearah Utara, dengan pola struktur
geologi yang kurang rumit.
Kendeng Timur
Kendeng Timur terdiri dari endapan-endapan Kenozoikum Akhir yang
tersingkap diantara Gunung Pandan dan Mojokerto, berumur Pliosen dan
Plistosen. Struktur geologinya adalah lipatan dengan sumbu-sumbu
lipatannya yang menggeser ke utara dan menunjam ke timur.
Stratigrafi
Zona Kendeng merupakan bagian tengah dari Cekungan Jawa Timur.
Sebagian besar litologinya menunjukkan pengaruh lingkungan laut dalam
Menurut Pringgoprawiro (1983), stratigrafi Zona Kendeng dibagi kedalam unit-
unit sebagai berikut (Gambar 2.3) :
Formasi Pelang terdiri dari napal abu-abu yang masif sampai berlapis yang
kaya fosil dan batulempung abu-abu dengan sisipan batugamping
bioklastik. Lapisan ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal.
15
kaya fosil dengan sisipan tuf berlapis tipis. Sedimen ini diendapkan pada
lingkungan batial. Bagian atas dari formasi Kalibeng (Anggota Atasangin)
terdiri atas perlapisan batupasir tufaan berukuran halus-kasar, tuf putih,
dan breksi volkanik. Sedimen ini diendapkan oleh mekanisme turbidit.
Formasi ini berumur Miosen Akhir – Pliosen.
Formasi Sonde (Kalibeng Atas) dibedakan atas Formasi Sonde bagian atas
dan Formasi Sonde bagian bawah. Formasi Sonde bagian bawah (Anggota
Klitik) didominasi oleh perlapisan napal pasiran, batupasir gampingan, dan
tuf. Formasi Sonde bagian atas terdiri atas batugamping mengandung
Balanus dan grainstone. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal dan berumur Pliosen.
Tektonik
Sejarah struktur Zona Kendeng di pengaruh tektonik Jawa Timur dan tidak
bisa dipisahkan dari Pulau Jawa dan tektonik Asia Tenggara. Menurut
Sribudiyani, dkk. (2003), Jawa bagian Timur mempunyai dua pola struktur
utama, yaitu arah barat – timur atau arah dan arah timur laut – barat daya atau
arah Meratus(Gambar 2.4):
17
3. METODE PENELITIAN
Pada tahap paling awal ini peneliti melakukan penyusunan kerangka berfikir,
metode, teknis mulai dari pegambilan, penggelolaan dan kompilasi data. Selain itu,
peneliti juga melakukan studi literatur terkait Petroleum system Cekungan Zona Kendeng
beserta potensinya melalui publikasi jurnal sumber daya geologi dari peneliti – peneliti
terdahulu dan buku terkait Petroleum Geology dalam rangka memperkaya pengetahuan
dasar dan membangun pola pikir kritis yang diperlukan untuk merusmuskan
permasalahan pokok terkait penulisan karya tulis ilmiah dengan tema utama yakni
Karakteristik Geokimia Rembesan Minyak Bumi beserta Potensinya sebagai batasan
kerangka kerja penelitian yang akan dilakukan.
18
geokimia dari sampel – sampel teruji melalui pengunaan instrument terkait di
laboratorium seperti REP, LECO. Uji kandungan geokimia dengan instrument terkait,
bertujuan untuk memperoleh data – data seperti nilai TOC(total organic carbon) atau
kekayaan carbon organic, tipe kerogen, Thermal maturation index atau tingkat
kematangan kerogen, nilai prosentase dari variabel REP; S1, S2, S3, Tmax, dll, nilai Ro
atau Vitrinite reflectant dan sidik biomarker material asal dari sampel hasil deteksi
metode GCMS atau Gas Chromatography Mass Spectometry
Analisa data geokimia dilakukan setelah hasil final dari uji laboratorium
didapatkan. Analisa data geokimia yang didapatkan akan disusun lagi agar sesuai dengan
alur penulisan ilmiah yang baik dan benar. Hasil analisa ditampilkan dalam bentuk kurva,
tabel, diagram bersifat kuantitatif didekati dengan identifikasi secara deskriptif kualitatif
tanpa mengubah atau mengganti angka yang didapati dari uji laboratorium agar tetap
menjaga integritas peneliti serta untuk memudahkan intepretasi. Selain itu, peneliti tetap
mempertimbangkan data pendukung dari litertaur lainnya seperti data struktur dan
stratigrafi regional daerah penelitian maupun data kondisi bawah permukaan disekitar
lokasi penelitian yang dapat mendukung penyusunan hipotesa penelitian tanpa
menggurangi atau menggubah tampilan serta keterangan data pendukung yang sudah ada.
Dari data utama hasil uji laboratorium dan data pendukung, selanjutnya
diharapakan akan didapati hasil akhir berupa pemahaman mengenai kekayaan karbon
organik, sejarah dan proses pembentukan material asal, hubungan minyak – batuan
sumber atau minyak – minyak, prospek hidrokarbon serta hipotesa terkait Petroleum
system Zona Kendeng, Jawa Tengah.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa laporan karya tulis ilmiah yang akan
dikaji serta direvisi secara internal terlebih dahulu oleh pakar terkait dari pihak Institusi
tempat peneliti berasal sebelum dipresentasikan di JCM 2017. Adapun nantinya
penyusunan laporan akan melibatkan seluruh peneliti agar hasil yang didapati lebih baik
dan sesuai maksud dan tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini.
19
8
20
4. RINCIAN ANGGRAN DAN KERANGKA JADWAL PENELITIAN
21
4.2. Jadwal Penelitian
Pengambilan data
Primer dilapangan ALL
dan data pendukung
penelitian
5 Uji Laboratorium ALL
6 Analisa dan Pengelolaan ALL
Data
7 Penyusunan Laporan ALL
Penelitian
8 Bimbingan dan Revisi ALL
Laporan Penelitian
9 Penyelesaian Laporan ALL
Final
Ket:
22
5. DAFTAR PUSTAKA
Koesomadinata, R.P,. 1980. Geologi minyak dan gas bumi jilid I, II. Penerbit
ITB press, Bandung.
Achmad, Z., and Samuel, L, 1984. Stratigraphy and depositional cycles in the
N.E. Kalimantan Basin, Proceedings of Indonesian Petroleum
Association 13th Annual Convention, Vol. 1,109-120, Jakarta.
Peter Keneth, E., Rose Cassa, M., 1994. Applied source rock geochemistry,
AAPG 68th Memoir of the petroleum system-from source rock to trap,
California.
HALAMAN COVER............…………………………………………………….i
SARI...............................………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...…..1
I.4. Hipotesa................................………………………………………………...3
iii