Anda di halaman 1dari 25

BUMI RESEARCH

DIVISI GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


STTNAS YOGYAKARTA

RESEARCH PROPOSOL

“GEOCHEMISTRY CHARACTERISTIC ON OIL SEEPAGES AND IT’S


POTENTIAL ON SALATIGA – BOYOYALI – NGAWI AREA AT
KENDENG ZONE, CENTRAL JAVA.”

OLEH:

NO: NAMA NIM/ ISTANSI POSISI

1. Julian Itanyo Swandi 410014022 PENELITI


2. Purwoko 410014167 PENELITI
3. Munif Nur Faizan 410014246 PENELITI
4. Johan L Hutabarat 410014276 PENELITI
5. Krisna Dwi 410014272 PENELITI
6. Irra Aprilia 410015250 PENELITI
7. Eka Saputra 410015250 PENELITI
8. Zam 410015250 PENELITI
9. Ranti 410015250 PENELITI
10. H.D Kusuma Wijayanti STTNAS Yogyakarta PEMBIMBING
11. Hanindya Ramadhani STTNAS Yogyakarta PEMBIMBING

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
SARI

Indonesia adalah negeri yang kaya akan berbagai macam bentuk keberagaman
suku dan budaya, tak terkecuali Sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Salah
satunya adalah sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi yang tersebar didalam perut
bumi Indonesia dalam kuantitas serta kualitas yang beragam. Khususnya, Zona Kendeng,
merupakan back arch basin berumur Tersier yang terbentang dari Jawa Tengah – Jawa
Timur, diketahui memiliki cadangan hidrokarbon dibuktikan dengan adanya persebaran
titik rembesan minyak bumi di permukaan di area Salatiga, Boyolali hingga Ngawi.
Terlebih lagi, di sisi timur dari zona ini telah ditemukan sumber lapangan minyak,
dikenal dengan blok Madura atau West Madura Offshore block, dimana cadangan
terbukti mixed prone berkisar > 1 BBOE atau billion barrel oil equivalent(Howe, 2000).
Pengetahuan mengenai keberadaan cadangan tersebut adalah hasil penelitian terdahulu
dari puluh tahun yang lalu dan berfokus hanya di sisi timur Zona Kendeng, sehingga
sudah selayaknya dilakukan penelitian atau inventarisasi lagi khusus Zona Kendeng
bagian Barat dalam rangka melengkapi dan memperbaharuai data serta untuk mendukung
pemahamam mengenai karakteristik rembesan fluida hidrokarbon pada khususnya dan
Petroleum System Zona Kendeng pada umunya. Penelitian atau inventarisasi data terbaru
dirasa semakin penting oleh karena masih sedikitnya publikasi jurnal penelitian mengenai
karateristik dan prospek hidrokarbon terkait Zona Kendeng bagian barat. Oleh karena itu
penelitian ini mencoba untuk menggali data baru terkait potensi hidrokarbon serta
karakteristiknya secara lebih luas lagi agar kedepannya diharapkan pengetahuan
mengenai Petroleum System Zona Kendeng dan prospeknya dapat diketahui lebih banyak
lagi oleh pihak yang berkepentingan, baik dari pihak akademisi dan pelaku industri
migas.

Dalam riset ini digalakan metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif serta
pengujian hipotesa dimana akan difokuskan pada analisa geokimia rembesan minyak
bumi permukaan atau surface oil seepages. Tahapan awal penelitian adalah persiapan
penelitian, berupa reconnaissance dan studi literatur terkait Zona Kendeng dan potensi
migasnya. Tahapan kedua berupa pengambilan data primer berupa rembesan minyak
secara langsung dilapangan serta pegumpulan data pendukung geologi permukaan
disekitar wilayah penelitian. Tahapan ketiga adalah pengelolaan data primer rembesan
minyak bumi yang dilakukan di lab. Soft rock – Geokimia batuan di instansi terkait jasa
service penggelolaan data migas. Tahapan keempat adalah kompilasi dan penyusunan
data, baik data primer yang telah diolah di laboratorium terkait serta data pendukung.
Tahap kelima adalah penyusunan laporan penelitian yang telah dilakukan. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini akan tertuang didalam bentuk karya tulis jurnal penelitian
sumber daya geologi beserta tampilan data informasi, foto, tabel, kurva memuat
mengenai pengetahuan akan kualitas fluida rembesan minyak bumi permukaan, kekayaan
karbon organik, sejarah pembentukan material asal, hubungan minyak – batuan sumber
atau minyak – minyak, prospek hidrokarbon beserta hipotesa atau kesimpulan terkait
Petroleum system Zona Kendeng.

ii
1. PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Indonesia adalah negeri yang kaya akan berbagai macam bentuk keberagaman
suku dan budaya, tak terkecuali Sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Salah
satunya adalah sumber daya alam minyak dan gas bumi yang tersebar didalam perut bumi
Indonesia dalam kuantitas serta kualitas yang beragam. Berdasarkan publikasi hasil dari
pemetaan gaya berat oleh Badan Geologi pada tahun 2010 menyatakan bahwa di bumi
Indonesia terdapat 128 cekungan sediment berumur Tersier dan Pra – tersier dengan 18
cekungan berstatus sedang dan sudah menghasilkan migas, artinya terdapat 110 cekungan
sediment lagi yang belum berstatus produksi walau ada beberapa diantaranya berstatus
eksplorasi. Tatanan cekungan – cekungan migas tersebut beragam modelnya dan
memenuhi konsep Petroleum system pada umunya meliputi hadirnya batuan induk,
terjadinya migrasi menuju batuan reservoir, mengalami perangkap secara stratigrafi,
struktur atau kombinasi dan tersekatkan oleh batuan penyekat.

Dari sudut pandang yang lebih luas keberagaman dan kekayaan sumber daya
geologi negeri ini tidak terlepas dari adanya faktor – faktor geologi kompleks, yakni
merupakan wilayah pertemuan antar tiga lempeng besar utama antara lempeng Eurasia,
lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Dalam ruang dan waktu geologi ketiga
interaksi lempeng utama tersebut berperan memproses, menghasilkan berbagai fenomena
geologi termasuk didalamnya sumber daya alam migas. Meskipun demikian, faktanya
inventarisasi dan peneltian terkait karakteristik dan keberadaan sumber daya migas secara
nasional belum dilakukan secara merata dan terintegrasi satu sama lainnya. Penelitian,
inventarisasi hingga pemnanfaatan sumber daya migas telah optimal hanya di beberapa
wilayah seperti cekungan kutai yang telah diketahui memiliki cadangan hidorkarbon > 1
BBOE (Howe, 2000 dalam Satya. A 2010) atau sekitar lebih dari 293,300,000 ton minyak
dan tercatat hingga tahun 2010, khusus delta Mahakam saja telah mampu memproduksi
migas rata – rata 700 MBOE/hari. Padahal Zona Kendeng juga telah diketahui
berproduksi dan beroperasi lebih dari 100 tahu terakhir, tetapi nampaknya perkembangan
kedua berbeda secara signifikan.

Publikasi hasil penelitian khususnya Zona Kendeng, Jawa Tengah yang diketahui
memiliki cadangan hidrokarbon masih terbilang sedikit, padahal wilayah ini telah
diketahui menghasilkan sumber daya migas lebih dari lima puluh tahun terakhir.
Pengetahuan mengenai keberadaan cadangan tersebut adalah hasil penelitian terdahulu
dari puluh tahun yang lalu. Diketahui penelitian terkait sumber daya geologi migas Zona
Kendeng pernah dilakukan oleh Rahmat Hidayat, Fatimah 2007, Biantaro. E, Kusuma M
1996 dan Subroto E.A, Muritno B.P, Sukowitono 2005. Ketiga kelompk peneliti
terdahulu tersebut belum ada yang secara spesifik menyinggung mengenai karateristik
geokimia dan potensi hidrokarbon pada Zona Kendeng, sehingga sudah selayaknya
dilakukan penelitian atau inventarisasi lagi dalam rangka pembaharuan data untuk
mendukung pemahamam secara komprehensif mengenai karakteristik rembesan fluida
hidrokarbon permukaan di area Salatiga, Boyolali, Ngawi pada khususnya dan Petroleum
System Zona Kendeng pada umunya

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sub-bab Latar Belakang dapat ditarik beberapa simpulan yang
menjadi pokok permasalahan yang akan dikaji untuk mengetahui karatersitik geokimia
rembesan minyak bumi beserta potensinya, yakni:
- Adakah perbedaan karateristik geokimia diantara rembesan minyak bumi permukaan
yang terdapat di area Salatiga, Boyolali, Ngawi dan sekitarnya?
- Apa penyebab perbedaan material hidrokarbon yang ditemukan pada lokasi
penelitian?
- Material asal seperti apakah yang dapat mengenerasi hirdokarbon?
- Bagaimana sejarah pembentukan material asal fluida hidrokarbon yang didapati dari
daerah penelitian?
- Dikaji dari jenis material asalnya, apakah hidrokarbon cenderung menghasilkan
minyak atau gas atau kombinasi keduanya?
- Dilihat dari prosentase unsur geokimia pembentuk hidrokarbon, masuk kedalam tipe
kerogen apakah sampel terkait?
- Berdasarkan prosentase unsur pembentuk hidrokarbon, tingkat kematangan berada di
status matang, hampir matang atau tidak matang?
- Berdasarkan prosentase material kerogen, bitumen dan Co2, apakah telah terjadi
migrasi dari batuan induk yang berbeda menuju batuan reservoir?

1.3.
ujuanTujuan Penelitian
Penelitian

Pada riset kali ini, peneliti memfokuskan identifikasi karateristik geokimia rembesan
minyak bumi permukaan yang didapati dari wilayah kec. Pamusian dan sekitarnya lalu
kemudian diolah di laborotorium terkait jasa service migas agar diperoleh data – data
empiris post mortem yang diinginkan. Dari hasil pengelolaan data – data di laboratorium
maka tujuan dari fokus penelitian dapat dirumuskan, sebagaimana beikut ini:
- Mempebaharui pengetahuan akan karateristik geokimia rembesan minyak bumi
permukaan di Salatiga, Boyolali, Ngawi, Zona Kendeng bagian Barat.
- Mengetahui potensi sumber daya migas terkini pada Zona Kendeng bagian Barat.
- Mengetahui model, karateristik dan ciri Petroleum system Zona Kendeng
berdasarkan analisa geokimia dari sampel rembesan minyak bumi dipermukaan.
- Menyajikan hasil penelitian dalam bentuk karya tulis jurnal sumber daya geologi
terakreditasi oleh Badan Geologi Kementrian ESDM atau dalam poster ilmiah yang
informatif, representatif dan komunikatif mengenai karakteristik, model dan potensi
hidrokarbon Zona Kendeng yang dapat dipahami khalayak umum.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian terkait karateristik geokimia rembesan minyak bumi dan potensinya


digalakan tidak semata – mata untuk tujuan keilmuan saja, tetapi juga
mempertimbangkan sisi keekonomisannya dipandang sebagai sumber daya geologi yang
mampu memberi efek jangka panjang kedepannya jika dipandang dari sisi sosi-ekonomi
bagi masyarakat sekitar. Secara garis besar, manfaat riset kali ini adalah sebagai berikut:
- Manfaat bagi kalangan akademis
Penelitian memfokuskan pada aspek karateristik geokimia hidrokarbon dan aspek
petroleum system sebagai suatu ilmu. lebih dari itu, riset kali ini akan mendukung
hipotesa peneliti – peneliti terdahulu mengenai keberadaan Cekungan Tarakan
berumur Tersier yang memiliki suatu system perminyakan konventsional. Analisa
laboratorium terhadap sampel rembesan minyak bumi permukaan akan memberikan
gambaran data-data empiris serta3 akan berkontribusi bagi ketersediaan data yang
lebih komprehensif terkait Petroleum system Cekungan Tarakan.

- Manfaat bagi pelaku industri migas


Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk karya tulis jurnal sumber daya
geologi skala nasional, sehingga kedepannya diharapkan pengetahuan mengenai
keberadaan dan keekonomisan cadangan hidrokarbon di sub-cekungan Tarakan
menjadi lebih luas lagi sehingga dapat menarik minat para pelaku serta investor
migas dalam serta luar negeri untuk menindaklanjuti potensi yang ada.

- Manfaat bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat dan bangsa


Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dalam jangka panjang dapat menjadi
katalisator bagi kemajuan kota Tarakan dan kesejahteraan masyarakat lokal,
tentunya dengan sinergi positif diantara pemangku kepentingan dan pelaku industri
migas untuk menindaklanjuti potensi hidrokarbon yang ada agar pemanfaatannya
lebih opimal. Dari sudut pandang yang lebih luas lagi dengan semakin diketahuinya
potensi hidrokarbon cekungan Tarakan diharapakan kedepannya pencarian yang
mengasilkan cadangan migas yang mampu diektraksi dapat berkontribusi dalam
menutupi komsumsi migas secara nasional yang diketahui telah mengalami defisit.

4
2. LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Analisa Geokimia Hidrokarbon dan Potensinya

Analisa geokimia hidrokarbon telah dikenal dunia akademik sejak puluhan tahun
terakhir dan telah berkembang begitu pesat yang disebabkan oleh perannya bagi industri
hulu migas, yakni berfungsi sebagai suatu metode yang mampu menyediakan analisa data
untuk mengidentifikasi dan memetakan batuan induk( Demaison 1984, dalam Peter Cassa
1994). Lebih lanjut, metode ini dapat membantu peneliti dalam memetakan tipe,
kekayaan dan tingkat kematangan dari suatu batuan induk serta dianggap sebagai suatu
langkah penting dalam menentukan cakupan secara stratigrafi dan geografi dari suatu
wadah batun induk aktif didalam suatu sistem perminyakan( Peter Cassa, 1994).
Istilah batuan induk adalah batuan yang memiliki kemampuan memproduksi
hidrokarbon dalam jumlah yang ekonomis( R.P Koesomadinata, 1980). Istilah
hidrokarbon atau minyak bumi atau petroleum sendiri adalah minyak mentah atau gas
alam yang mengandung unsur utama berupa carbon(C), hydrogen(H), sedikit
nitrogen(N), sufur(S) dan oksigen(O). Batuan induk sendiri merupakan jenis batuan
sediment berfraksir halus yang mengandung zat organic semacam batuserpih atau shale,
dimana mulajadinya berasal dari material tumpukan jasad mikrorenik serupa alga air
tawar, alga laut, spora pollen tananaman, selulosa tumbuhan kayu dan lemak tanaman
atau zat lilin tanaman. Adapun syarat keterbentukan suatu batuan induk harus terpenuhi
agar mampu mentransformasi jasad mikrorenik tadi menjadi senyawa hidrokarbon, yakni
melimpahnnya nutrisi intensitas cahaya, kondisi temperatur hangat, tenang, kondisi
ekosistem kaya akan kehidupan mikro organisme, komposisi air atau ph air pada
tingkatan tertentu dan sedikit predator pemangsa.
Gambar 2.1. Wilayah –
Wilayah Lingkungan
Pengendapan dari
Batuan induk (Cooper,
1990).

Selanjutnya, harus terjadi proses pengawetan secara alami dengan syarat


lingkungan sekitar bersifat anoxic, minim kadar oksigen atau lingkungan bersifat
reduktif, sehingga mampu menjaga jasad mikrorenik agar tidak terurai atau oxidize.

5
Preservasi jasad mikrorenik terjadi bila komposisi O2 < 0.5 mL/ L H2O pada lingkungan
autic(Demaison, Moore, 1980). Kemudian, dibutuhkan proses penimbunan oleh material
sediment diatasnya sehingga terjadi pematangan thermal dengan P atau tekanan dan T
atau temperature sebagai katalisator perubahan agar material timbunan yang terawetkan
tadi dapat bertransformasi menjadi hidrokarbon dalam bentuk kerogen, bitumen dan gas
CO2.
Gambar 2.2. Proses
Keterbentukan Batuan
induk kaitanya dengan
material yang terendapkan
( Knut Bjorlykke, 2010)

Perubahan tumpukan jasad mikrorenik menjadi hidrokarbon melalui beberapa


tahapan disebut dengan Maturasi Thermal, didalamnya meliputi tahap Diagenesis(60-80
C, 0 – 100 m), Katagenesis( 100 – 450 C, 100 – 1000 m) atau dikenal sebagai oil window,
fase bawah ditandai dengan transformasi material organik menjadi minyak dan fase atas
dikenal dengan gas window atau wet gas zone dengan dominasi jenis gas methane,
ethane, propane dan hidrokarbon berat atau kondensat, tahap terakhir dikenal dengan
Metagenesis atau fase dry gas zone dengan komposisi gas utama berupa 98 % methane (
Peter Cassa 1989), pada tahap ini pula diperkirakan tubuh batuan induk mengalami
cracking atau retak, sehingga bisa memicu terjadinya eksplusi dan migrasi akhir atau late
migration. Proses - proses ini terjadi dalam ruang dan skala waktu geologi yang bisa
mencapai jutaan hingga puluhan juta tahun lamanya.
Terkait dengan genesa pembentukan hidrokarbon dan proses yang menyertainya,
material organik penghasil hidrokarbon didalam batuan induk diketahui berasal dari
beberapa sumber, dimana secara umum meliputi sumber daratan/ Teresterial,
Transisi/Transitition dan Laut/marine. Para ahli membagi sumber material pembentuk
hidrokarbon berdasarkan ciri fisik dan kandungan biokimianya( Gambar...). Terdapat tiga
tipe kerogen pembentuk hidrokarbon, yakni sapropelic kerogen, Humic kerogen dan

6
kombinasi atau mix humic/sapropelic. Apabila ketiganya mengalami pematangan thermal
akan menghasilkan hidrokarbon yang berbeda bentuk dan kandungan. Jika sumber
material organik yang mengalami pematangan adalah tipe sapropelic, maka akan
cenderung menghasilkan minyak/oil prone. Tetapi bila material humic yang terpanaskan
akan menghasilkan gas/gas prone.

Diagram 2.1. Jenis – Jenis Kerogen


Berserta Produknya(atas)
Tabel 2.1. Tabel Tingkat Pemanasan
Thermal(Kanan) menurut Waples, 1985.

Istilah sapropelic menunjukan hasil dekomposisi dari lemak, zat organi lipid yang
diendapkan dalam lumpur bawah laut(laut dan danau) pada kondisi terbatas. Humic
menjelaskan hasil pembentukan gambut, pada umunya berasal dari tumbuhan darat yang
diendapkan pada rawa, minim O2. Kerogen sendiri memiliki definisi sebagai material
organik yang terdapat didalam batuan sediment yang tidak larut dalam pelarut biasa dan
lauratan alkali(NaOH) karena molekulnya besar( Tissot, Welte, 1984). Istilah kerogen
hanya diperuntukan bagi material organik yang telah mengalami dehidrasi setelah
terkubur lebih dari 100 m(Knut Bjorlkke, 2010). Secara kimiawi, kerogen dideskripsikan
sebagai sebuah geopolimer atau material yang telah terpolimerkan yang berasal dari
gabungan acak monomer(Peter Cassa, 1989). Monomer sendiri berasal dari dekomposisi
biopolimer yang telah mengalami diagenesa, diamana material tersebut berkomposisi
senyawa protein atau polisacarida(Tissot, Walte 1984). Perubahan material organik
menjadi kerogen lalu menjadi bitumen, melibatkan pelepasan kelompok asam, aldehydes,
ketones dari senyawa asam amino, carbohidrate, asam humic dimana secara spesifik
senyawa – senyawa tersebut kehilangan senyawa H2O, CO2 dan unsur O2, N.
Bedasarkan material asalnya pula kerogen dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok utama yakni, kelompok I, II, III, IV. Para ahli pun meyimpulkan bahwa

7
semakin tinggi unsur H dan miskin O2, maka semakin cenderung akan membentuk
minyak/oil prone, begitu pula sebaliknya bila O2 semakin tinggi dan miskin H akan
cenderung membentuk gas. Terdapat material penting yang selalu hadir didalam kerogen,
dikenal sebagai mineral organik atau maceral, terbagi atas beberapa kelompok pula yang
sesuai dengan kriteria klasifikasi tipe kerogen.
Tabel 3.1. Komposisi kerogen (diambil dari Waples, 1985). Tabel 2.2. Komposisi
Kerogen Berdasarkan
MASERAL TIPE KEROGEN MATERIAL ORGANIK ASAL Maceral dan Tipe
Lingkungan Asalnya
(Waples, 1985)
Alginit I Alga air tawar
Eksinit II Polen, spora
Kutinit II Lapisan lilin tanaman
Resinit II Resin tanaman
Liptinit II Lemak tanaman, alga laut
Vitrinit III Material tumbuhan tinggi (kayu, selulosa)
Inertinit IV Arang, material tersusun-ulang yang
teroksidasi

Kelompok I dikenal dengan alginit, merupakan alga air tawar, sangat jarang
ditemui dan terbatas pada danau air tawar yang anoxic, hadir dalam bentuk zat berupa
lemak, minyak, rasio H/C tinggi atau rendah O/C dan lilin serta bersifat menghasilkan oil
prone, kelompok II adalah eksinit, berasal dari spora dan pollen tanaman, kutinit(kutikula
tumbuhan darat), resinit(resin tanaman tingkat tinggi), liptinit(lemak tanaman, alga laut),
serta phytoplankton, zooplankton, mikroorganisme laut yang terakumulasi pada dasar laut
yang reduktif, perbandingan ratio H/C tinggi atau rendah O/C dengan ciri ikatan rantai
aliphatic, cendrung menghasilkan oil and gas prone.

Gambar 2.2. Kenampakan Petrografi kelompok Maceral dibawah Mikroskop


Polish
kelompok III adalah vitrinite atau material selulosa dari tumbuhan berkayu,
memiliki kemampuan rendah dalam memhasilkan hidrokarbon cair dari pada kelompok
kedua atau rasio H/C rendah atau O/C tinggi serta diketahui memiliki kesamaan dengan

8
batubara dalam hal memproduksi gas CO2 dan CH4 atau metane maka itu akan
menghasilkan gas prone, kelompok IV meliputi inertinit, didominasi oleh arang
kayu/charcoal, material teroksidasi, sulit untuk menghasilkan hidrokarbon.
Adapun tipe – tipe material organik diatas akan mengalami fase pematangan
thermal didalam batuan induk atau source rock. Sehingga pengetahuan akan batuan
sumber ini begitu penting untuk memahami tipe – tipe kerogen, kualitas, kuantitas,
komposisi kimia dan evolusinya. Batuan induk adalah jenis batuan sediment yang akan
atau telah mampu menghasilkan minyak dan gas(Tissot, Welte, 1984). Para ahli
mengklasifikasi jenis batuan induk menjadi tiga kategori berdasarkan kemampuannya
untuk menproduksi hidrokarbon. Kategori pertama adalah batuan induk effektif, yakni
batuan induk yang telah membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon, kategori kedua
adalah batuan induk mungkin yakni setiap batuan sediment yang belum pernah dievaluasi
potensinya tetapi mempunyai kemungkinan membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon,
kategori ketiga merupakan batuan induk potensial, meliputi setiap batuan sediment belum
matang yang mempunyai kemampuan membentuk dan mengeluarkan hidrokarbon, jika
kematangannya bertambah tinggi(Waples 1985).
Gambar 2.3. Petroleum
System( Dow, 1994)

Klasifikasi lain menyebutkan terdapat dua macam batuan induk yakni, active
source rock adalah batuan induk yang telah memamsuki fase jendela minyak dan mampu
menghasilkan serta mengeksplusi hidrokarbon pada momen kritisnya(Dow, 1977).
Dikatakan bahwa batuan induk aktif bisa berupa ini batuan sediment atau sediment yang
mampu menghasilkan hidrokarbon tanpa mengalami pematangan thermal sekalipun,
contohnya pada endapan gambut/peat shallow burial mengandung gas methane
bakteriogenik. Inactive source rock merupakan batuan induk yang sudah berhenti
menghasilkan hidrokarbon meskipun masih menunjukan potensinya. Hal ini disebabkan
oleh proses tektonik berupa pegangkatan sehingga temperature disekitar batuan induk
mengalami perubahan dan menutup kesempatan bagi hidrokarbon untuk mengalami
pematangan thermal, eksplusi serta migrasi keluar batuan induk(Peter Cassa, 1989).

9
Terkait uraian teori – teori diatas, konsep analisa geokimia rembesan minyak
bumi tidak terlepas dari pemahaman komprehensif mengenai sejarah pembentukan
hidrokarbon itu sendiri di batuan induk atau source rock. Terdapat indikator – indikator
utama terkait dengan sejarah pembentukan hidrokarbon korelasinya terhadap karateristik
maupun potensi nilai keekonomisan suatu batuan induk yang dapat diketahui melalui uji
laboratorium geokimia yang salah satunya dikenal dengan analsis nama Rock Eval
Pyrolysis(Gambar 2.1) untuk mendapatkan nilai variabel dari jumlah kerogen(S1),
bitumen(S2), gas CO2(S3) dan Tmax sampel hidrokarbon terpilih. Dari keempat variabel
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mendapati genetik potensial(S2+S3), index
produktifitas batuan induk[PI=S1/(S1/S2)], Hidrogen Index[HI=(S2/TOC)x100 mg HC/g
TOC], Oksigent index(OI=(S3/TOC) X 100, mg CO2/ g TOC], rasio tarnsformasi(S1 HC/
S1+S2).
Indikator – indikator lainnya yang dikenal didalam dunia eksplorasi migas seperti
nilai TOC atau total organic carbon, mewakili kandungan material carbon keseluruhan
identik dengan prosentase kekayaan hidrokarbon baik itu kerogen dan bitumen dari suatu
batuan induk.

Gambar 2.1. Mekanisme kerja metode REP


pada mesin LECO, dan hasil output data
berupa kurva S1, S2, S3 dan Tmax

Indikator selanjutnya adalah nilai Thermal naturation index(TAI) yang


menguraikan informasi perihal tingkat kematangan suatu batuan induk sebagai akibat dari
faktor penimbunan, dimana diketahui terdapat tiga fase transformasi hidrokarbon;
Diagenesa, Katagenesa(jendela minyak), Metagenesa(cracking). Serupa dengan TAI,
Vitrinite Reflectant atau Ro mampu memberi petunjuk mengenai fase-fase transformasi
hidrokarbon dari suatu batuan induk, diindikasikan melalui pantulan maceral vitrinite
dibawah pengamatan mikroskop polarisasi. Nilai Ro didapati dari perhitungan prosentase
incident ligh(Stach, 1982), biasanya pada interval gelombang 546 nm yang di pantulkan
oleh partikel vitrinite(paling baik pada telocollinite). Kata o pada Ro merujuk ke oil
immersion atau pengolesan minyak terhadap plat sayatan tipis dari suatu percontohan
batuan induk yang telah disayat. Hasil dari pengamatan Ro akan didapati nilai reflektan
Rmin atau nilai minimun dan Rmax atau nilai maximum dari rotasi sampel sayatan tipis
dibawah mikroskop polish. Keterdapatan maceral vitrinite pada batuan induk shale di

10
hampir seluruh fase pemanasan thermal adalah kelebihan dari metode ini, setiap
karateristik maceral vitrinite adalah khas mewakili fase – fase pemanasan thermal tadi.
Indikator selanjutnya adalah tipe kerogen yang didapati dari perbandingan
prosentase unsur (H) dan (O), kedua unsur ini juga bisa memberi petunjuk mengenai
sejauh mana suatu batuan induk telah mengurai hidrokarbon dari material kerogen
menjadi fraksi bitumen dan gas CO2 serta dapat memberi informasi tentang kemungkinan
material yang akan dieksplusi batuan induk nantinya, baik itu minyak, gas atau kombinasi
keduanya dengan prakiraan kuantitas tertentu. Lebih dari itu, metode GCMS(gambar
2.2,tabel 2.2) atau Gas Chromatography Mass Spectometry memungkinkan peneliti untuk
mengetahui asal usul material organik pembentuk hidrokarbon lebih spesifik lagi melalui
sidik biomarker, sangat mendukung untuk korelasi antara minyak-batuan induk maupun
minyak-minyak, sehingga dapat mengungkapkan hubungan antara kesamaan dan
ketidaksamaan asal mula hidrokarbon dari suatu batuan induk dan rembesan minyak
permukaan di wilayah tertentu. Keuntungan dari metode biomarker adalah tingkat
resistansi tinggi terhadap biogradasi dari bakteria anerobic didalam batuan reservoir dan
dipermukaan(Cassa, Elington, 1986).

Gambar 2.4. Mekanisme processing data biomarker dengan metode GCMS

Tabel 2.3. Digram sidik biomarker sampel hidrokarbon hasil dari uji
metode GCMS

11
Tabel 2.4. Parameter – Parameter Identifikasi Potensi Batuan Induk secara Kuantitatif
dan Kualitatif ( Peter Cassa, 1989)

Tabel 2.5. Contoh Tabel Hasil Uji Metode REP, TOC, Ro

12
Diagram 2.2. Klaifikasi Kualitas, Maturitas Kerogen Berdasarkan Kombinasi Data dari
Sayatan Petrografi(nilai Ro), Variabel hasil Uji REP, nilai TOC( T.A Edison, 1990)

% Total Organic Carbon(TOC) Quality

0 – 0.5 Poor
 0.5 - 1 Fair
 1-2 Good
 2-4 Very Good
 4 Excellent
Tabel 2.6. Klasifikasi Nilai TOC dalam %( Waples, 1985)

%Ro(Vitrinite Reflectance) Stage of Thermal Maturity For Oil

0.2 – 0.6 Immature


0.6 – 0.65 Early mature
0.65 – 0.9 Peak mature
0.9 – 1.35 Late mature
 1.35 Post mature
Tabel 2.6. Klasifikasi Nilai Ro dalam %( Peter Cassa, 1994).

13
1.3. Geologi Regional Zona Kendeng

Berdasarkan peta fisiografi Jawa Timur menurut van Bemmelen (1949)


diatas, daerah penelitian termasuk dalam Antiklinorium Kendeng atau Zona
Kendeng yang merupakan kelanjutan dari Zona Serayu Utara, yang membentang
sejauh 250 km dengan lebar sekitar 40 km. Pringgoprawiro (1983) membagi
morfologi Zona Kendeng menjadi tiga, yaitu:

 Satuan morfologi perbukitan bergelombang, ditunjukkan oleh jajaran


bukit-bukit rendah dengan ketinggian antara 50-100 meter diatas
permukaan laut yang mencerminkan lipatan batuan sedimen. Satuan ini
nyaris secara keseluruhan disusun oleh litologi napal abu-abu.

 Satuan morfologi perbukitan terjal, yang merupakan inti Pegunungan


Kendeng dengan ketinggian rata-rata 350 meter diatas permukaan laut,
tipe genetik sungainya adalah tipe konsekuen, subsekuen, dan insekuen.
Litologi yang menyusun satuan ini, sebagian besar adalah batugamping
dan batupasir.

 Satuan morfologi dataran rendah, yang disusun oleh endapan aluvial yang
terdapat di Ngawi (Bengawan Solo) dan dataran Sungai Brantas di timur.

14
Zona Kendeng dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas perbedaan
stratigrafi dan perbedaan intensitas tektoniknya (van Bemmelen, (1949); de
Genevraye dan Samuel, (1973)) yaitu:
 Kendeng Barat
Kendeng Barat meliputi daerah yang terbatas antara Gunung Ungaran
hingga daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur
Oligo-Miosen Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang. Batuannya
mengandung bahan volkanis. Daerah ini memiliki struktur geologi yang
rumit yaitu banyak sesar-sesar sungkup.

 Kendeng Tengah
Kendeng Tengah mencakup daerah Purwodadi hingga Gunung Pandan
batuan tertua yang tersingkap berumur Miosen Tengah. Daerah ini terdiri
dari sedimen bersifat turbidit (laut dalam) yang diwakili oleh formasi
Kerek dan Formasi Kalibeng, prosentase kandungan bahan piroklastik
dalam batuan sedimen menurun kearah Utara, dengan pola struktur
geologi yang kurang rumit.

 Kendeng Timur
Kendeng Timur terdiri dari endapan-endapan Kenozoikum Akhir yang
tersingkap diantara Gunung Pandan dan Mojokerto, berumur Pliosen dan
Plistosen. Struktur geologinya adalah lipatan dengan sumbu-sumbu
lipatannya yang menggeser ke utara dan menunjam ke timur.

Stratigrafi
Zona Kendeng merupakan bagian tengah dari Cekungan Jawa Timur.
Sebagian besar litologinya menunjukkan pengaruh lingkungan laut dalam
Menurut Pringgoprawiro (1983), stratigrafi Zona Kendeng dibagi kedalam unit-
unit sebagai berikut (Gambar 2.3) :
 Formasi Pelang terdiri dari napal abu-abu yang masif sampai berlapis yang
kaya fosil dan batulempung abu-abu dengan sisipan batugamping
bioklastik. Lapisan ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal.

 Formasi Kerek terdiri dari endapan turbidit dengan ketebalan 800 m,


sebagian besar terbentuk oleh lapisan yang menghalus dan menipis keatas
dengan tipe struktur sedimen arus densitas. Litologinya terdiri atas
batupasir tufaan, batulempung, napal, dan batugamping. Formasi ini
berumur Miosen Awal – Miosen Akhir.

 Formasi Kalibeng (Kalibeng Bawah) terdiri dari napal abu-abu kehijauan

15
kaya fosil dengan sisipan tuf berlapis tipis. Sedimen ini diendapkan pada
lingkungan batial. Bagian atas dari formasi Kalibeng (Anggota Atasangin)
terdiri atas perlapisan batupasir tufaan berukuran halus-kasar, tuf putih,
dan breksi volkanik. Sedimen ini diendapkan oleh mekanisme turbidit.
Formasi ini berumur Miosen Akhir – Pliosen.

 Formasi Sonde (Kalibeng Atas) dibedakan atas Formasi Sonde bagian atas
dan Formasi Sonde bagian bawah. Formasi Sonde bagian bawah (Anggota
Klitik) didominasi oleh perlapisan napal pasiran, batupasir gampingan, dan
tuf. Formasi Sonde bagian atas terdiri atas batugamping mengandung
Balanus dan grainstone. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal dan berumur Pliosen.

 Formasi Kabuh terdiri dari perlapisan batupasir kasar dengan perlapisan


silang-siur, fosil vertebrata, lensa konglomerat, dan tuf. Di Zona Formasi
ini berumur Plesitosen
16
 Formasi Notopuro terdiri dari endapan lahar, tuf, dan batu pasir tufaan
berumur Pleistosen yang diendapkan pada lingkungan darat.

Tektonik
Sejarah struktur Zona Kendeng di pengaruh tektonik Jawa Timur dan tidak
bisa dipisahkan dari Pulau Jawa dan tektonik Asia Tenggara. Menurut
Sribudiyani, dkk. (2003), Jawa bagian Timur mempunyai dua pola struktur
utama, yaitu arah barat – timur atau arah dan arah timur laut – barat daya atau
arah Meratus(Gambar 2.4):

Tatanan tektonik Pulau Jawa dapat dijelaskan dengan sistem active


margin, dengan pembagian dari selatan ke utara adalah zona subuksi dan akresi
selatan Jawa, busur magmatik Jawa, serta belakang busur di Jawa utara. Pola
struktur yang dominan berkembang di Pulau Jawa(Pulunggono dan Martodjojo,
1994) adalah Pola Meratus berarah timurlaut – baratdaya yang terbentuk pada 80
sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir – Eosen Awal). Pola Sunda berarah
utara-selatan, terbentuk pada 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal –
Oligosen Awal) dan Pola Jawa yang berarah barat-timur terbentuk sejak 32 juta
tahun yang lalu. Pola Jawa umumnya diwakili oleh gerak sesar yang beranjak naik
ke utara atau timurlaut.

17
3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian kualitatif serta kuantitatif digunakan dengan pendekatan


identifikasi data secara deskriptif. Seperti terlihat dalam alur bagan kerja peneltian yang
ditunjukan oleh diagram 3.1. Berikut pemaparannya:

3.1. Tahap Pendahuluan dan Studi Literatur

Pada tahap paling awal ini peneliti melakukan penyusunan kerangka berfikir,
metode, teknis mulai dari pegambilan, penggelolaan dan kompilasi data. Selain itu,
peneliti juga melakukan studi literatur terkait Petroleum system Cekungan Zona Kendeng
beserta potensinya melalui publikasi jurnal sumber daya geologi dari peneliti – peneliti
terdahulu dan buku terkait Petroleum Geology dalam rangka memperkaya pengetahuan
dasar dan membangun pola pikir kritis yang diperlukan untuk merusmuskan
permasalahan pokok terkait penulisan karya tulis ilmiah dengan tema utama yakni
Karakteristik Geokimia Rembesan Minyak Bumi beserta Potensinya sebagai batasan
kerangka kerja penelitian yang akan dilakukan.

3.2. Tahap Pengambilan Dan Perekaman Data Lapangan

Di tahap kedua ini peneliti melakukan pengambilan sampel lapangan yang


berfungsi sebagai data utama penelitian dan pengambilan data pendukung lainnya untuk
membantu analisa serta penentuan hipotesa terkait tujuan penelitian yang dilakukan. Di
awal tahapan ini peneliti menggadakan survey awal/reconnaissance ke lokasi – lokasi
tempat ditemukannya rembesan minyak bumi permukaan. Lokasi – lokasi tersebut
meliputi Kab. Salatiga, Boyolali dan Ngawi dan bertujuan memberikan gambaran
mengenai keadaan kesampaian daerah, keadaan medan dan peralatan yang dibutuhkan
untuk tahapan selanjutnya. Setelah tahapan survey awal dilakukan, maka selanjutnya
akan dilakukan pegambilan dan perekaman data geologi lapangan secara langsung
dilokasi – lokasi terkait, meliputi pemetaan geologi permukaan lokal, pengukuran
Stratigrafi terukur dan sampling material rembesan minyak bumi permukaan. Estimasi
waktu pada tahapan ini adalah sekitar dua minggu lamanya terhitung sejak tahap
pendahuluan telah selesai dilaksanakan.

3.3. Tahap Uji Sampel Lapangan di Laboratorium

Pengujian geokimia sampel rembesan minyak bumi permukaan dilakukan di


laboratorium Soft rock – geokimia batuan pada lembaga jasa service migas terkait dengan
estimasi waktu dua minggu lamanya terhitung sejak pengiriman sampel dilakukan oleh
tim peneliti. Di tahapan ini diharapkan nantinya akan diperoleh data – data empiris terkait

18
geokimia dari sampel – sampel teruji melalui pengunaan instrument terkait di
laboratorium seperti REP, LECO. Uji kandungan geokimia dengan instrument terkait,
bertujuan untuk memperoleh data – data seperti nilai TOC(total organic carbon) atau
kekayaan carbon organic, tipe kerogen, Thermal maturation index atau tingkat
kematangan kerogen, nilai prosentase dari variabel REP; S1, S2, S3, Tmax, dll, nilai Ro
atau Vitrinite reflectant dan sidik biomarker material asal dari sampel hasil deteksi
metode GCMS atau Gas Chromatography Mass Spectometry

3.4. Tahap Analisa, Intepretasi Data Penelitian

Analisa data geokimia dilakukan setelah hasil final dari uji laboratorium
didapatkan. Analisa data geokimia yang didapatkan akan disusun lagi agar sesuai dengan
alur penulisan ilmiah yang baik dan benar. Hasil analisa ditampilkan dalam bentuk kurva,
tabel, diagram bersifat kuantitatif didekati dengan identifikasi secara deskriptif kualitatif
tanpa mengubah atau mengganti angka yang didapati dari uji laboratorium agar tetap
menjaga integritas peneliti serta untuk memudahkan intepretasi. Selain itu, peneliti tetap
mempertimbangkan data pendukung dari litertaur lainnya seperti data struktur dan
stratigrafi regional daerah penelitian maupun data kondisi bawah permukaan disekitar
lokasi penelitian yang dapat mendukung penyusunan hipotesa penelitian tanpa
menggurangi atau menggubah tampilan serta keterangan data pendukung yang sudah ada.
Dari data utama hasil uji laboratorium dan data pendukung, selanjutnya
diharapakan akan didapati hasil akhir berupa pemahaman mengenai kekayaan karbon
organik, sejarah dan proses pembentukan material asal, hubungan minyak – batuan
sumber atau minyak – minyak, prospek hidrokarbon serta hipotesa terkait Petroleum
system Zona Kendeng, Jawa Tengah.

3.5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa laporan karya tulis ilmiah yang akan
dikaji serta direvisi secara internal terlebih dahulu oleh pakar terkait dari pihak Institusi
tempat peneliti berasal sebelum dipresentasikan di JCM 2017. Adapun nantinya
penyusunan laporan akan melibatkan seluruh peneliti agar hasil yang didapati lebih baik
dan sesuai maksud dan tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini.

19
8

Diagram 3.1. Alur Jalanya Penelitian

20
4. RINCIAN ANGGRAN DAN KERANGKA JADWAL PENELITIAN

4.1. Anggaran Penelitian

Rincian anggran penelitian dibuat berdasarkan hasil survey terhadap pengeluaran


yang pasti dan mungkin akan diperlukan untuk mendukung berjalannya proses penelitian
kali ini. Berikut rincian biaya penelitian tersebut:

Tabel 1. Rincian Dana Penelitian

No Nama Jumlah Harga Satuan Harga Total


Unit Frek
Peralatan pendukung penelitian lapangan
1 Kompas geologi 1 buah 14 hari Rp - Rp -
2 Palu geologi 1 buah 14 hari Rp - Rp -
3 GPS 1 buah 14 hari Rp - Rp -
4 Botol air mineral 3 buah Rp - Rp -
5 Meteran 2 buah 14 hari Rp - Rp -
6 Penyedot spuit terumo Rp 21.000 Rp 63.000
50 cc
Sub-total Rp 63.000
Kebutuhan terkait penelitian lapangan
7 Baterai GPS 3 pasang Rp 10.000 Rp 30.000
Sub-total Rp 30.000
Pengelolaan data di lab. geokimia service migas
8 Toc 3 sampel Rp 199.500 Rp 598.500
9 REP 3 sampel Rp 292.600 Rp 877.800
10 Ro 2 sampel Rp 472.500 Rp 945.000
11 GCMS 2 fraksi Rp 3.325.000 Rp 6.650.000
Sub-total Rp 8.625.050
Kebutuhan lain - lain
12 P3k 1 set box Rp 3.500 Rp 35.000
13 Biaya pengiriman data 1 paket Rp 100.000 Rp 100.000
Yogyakarta-Bandung
Sub-total Rp 135.000
Total dana keselurahan Rp 9.299.300

21
4.2. Jadwal Penelitian

Tabel 2. Kerangka Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Minggu Pennangung


Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 11 12
1 Persiapan  ALL
2 Studi Literatur Terkait ALL
Zona Kendeng
3 Pengajuan Dana
Penelitian ke Institusi ALL
STTNas Yogyakarta

Pengambilan data
Primer dilapangan ALL
dan data pendukung
penelitian
5 Uji Laboratorium ALL
6 Analisa dan Pengelolaan ALL
Data
7 Penyusunan Laporan ALL
Penelitian
8 Bimbingan dan Revisi ALL
Laporan Penelitian
9 Penyelesaian Laporan ALL
Final

Ket:

Kisaran waktu penelitian

Tahapan Penelitian yang


telah terlaksana

22
5. DAFTAR PUSTAKA

Koesomadinata, R.P,. 1980. Geologi minyak dan gas bumi jilid I, II. Penerbit
ITB press, Bandung.

Achmad, Z., and Samuel, L, 1984. Stratigraphy and depositional cycles in the
N.E. Kalimantan Basin, Proceedings of Indonesian Petroleum
Association 13th Annual Convention, Vol. 1,109-120, Jakarta.

Bjorlykke, Knut. 2010. Petroleum Geochemistry. Petroleum Geoscience:


From Sedimentary Environment to Rock Physics, Springer, Norway.

Peter Keneth, E., Rose Cassa, M., 1994. Applied source rock geochemistry,
AAPG 68th Memoir of the petroleum system-from source rock to trap,
California.

Ramadhan, B, Maha, M, Dkk. 2015. Unraveling Kendeng Petroleum


Enigma: Recent Upadate From Transect Surface Observation Of
Kedungjati – Djuwangi-Ngawi Area East Java, Proceeding of 39th IPA
Convention, Jakarta.

Satyana, A.H., 2013. Menyigi geologi - mencari migas Indonesia, Majalah


Geomagz: Daulat rakyat diladang minyak, Badan geologi – Kementrian
ESDM, Vol. 3, No. 3, p 19 – 25, Bandung.

Hanindya, R. 2016. Buku Praktikum Geologi Minyak Bumi. STTnas, p 1 –


80, Yogyakarta.
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............…………………………………………………….i

SARI...............................………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...…..1

I.1. Latar Belakang.........………………………………………………………....1

I.2. Perumusan Masalah..................……………………………………………...2

I.3. Tujuan Penelitian.................………………………………………………....2

I.4. Hipotesa................................………………………………………………...3

I.5. Manfaat Penelitian................………………………………………………...3

BAB II LANDASAN TEORI…..............………………………...…….....…...5

BAB III METODE PENELITIAN..........………………………...…….....…..7

III. 1 Tahap Pendahuluan dan Studi Literatur............................…………..........7

III. 2 Tahap Pegambilan Data Utama dan Pendukung...………………………...7

III. 3 Tahap Uji Sampel Lapangan di Laboratorium...........................................7

III. 4 Tahap Analisa, Intepretasi Data..................................................................8

III. 5 Tahap Penyusunan Laporan Penelitian dan Akreditasi Jurnal....................8

BAB IV RINCIAN ANGGRAN DAN JADWAL PENELITIAN…..…….....10

BAB V DAFTAR PUSTAKA............................................................................12

iii

Anda mungkin juga menyukai