Anda di halaman 1dari 119

HAND OUT TEKNIK PEMBORAN MIGAS

OPSI MIGAS

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2008

0
PENDAHULUAN
Tujuan utama dalam suatu operasi pemboran adalah untuk membuat hubungan antara
formasi (yang produktif) dengan permukaan. Prosedur pembuatan lubang sumur tersebut
dibatasi dengan kondisi-kondisi tertentu, baik secara ekonomi maupun secara teknis,
sehingga diusahakan untuk mendapatkan hasil secara cepat, murah dan aman. Lubang
hasil proses pemboran tersebut dinamakan dengan "lubang sumur (well bore)". Untuk
melindungi dinding lubang dari kemungkinan runtuh, selanjutnya dipasang pipa selubung
(casing) dan disemen. Langkah berikutnya adalah pemasangan fasilitas peralatan
produksi untuk mengeluarkan fluida hidrokarbon (minyak/gas) dari dalam formasi
produktif.
Metode yang dipakai dalam operasi pemboran adalah metode pemboran tumbuk
dan metode pemboran berputar (rotary drilling). Pada dewasa ini operasi pemboran yang
mengalami perkembangan adalah pemboran berputar, sehingga dalam praktikum
"Peragaan Peralatan Pemboran" ini, sebagian besar akan mencakup peragaan sistem
utama dan sistem penunjang dari pemboran sistem putar, yang meliputi sistem tenaga
pengangkatan, pemutar, sirkulasi dan sistem pencegahan semburan liar, serta ditambah
dengan sistem penyemenan dan sistem penunjang yang lainnya. Prinsip dasar dari
pemboran berputar adalah memutar rangkaian pipa bor dan memberikan beratan di atas
pahat dalam membor lubang.
Selain itu, materi ini juga dilengkapi dengan pengenalan terhadap teknologi
pemboran yang digunakan dalam operasi pemboran lepas pantai (offshore drilling).
Lahirnya teknologi pemboran lepas pantai diawali suatu keadaan semakin sulitnya
menemukan lapangan minyak baru di daratan dan ditambah pula oleh fakta baru yang
menunjukkan bahwa sebagian besar cekungan tepi benua merupakan tempat
terakumulasinya fluida hidrokarbon yang potensial. Teknologi pemboran lepas pantai
pada prinsipnya merupakan pengembangan dari teknologi pemboran didarat.
Secara sistematik materi " Dasar-dasar Peralatan Pemboran" ini dibagi menjadi tiga, yaitu
I. Sistem utama peralatan bor putar, yang meliputi :
1. Sistem tenaga .
2. Sistem pengangkat.
3. Sistem pemutar.

1
4. Sistem sirkulasi.
5. Sistem pencegah semburan liar.
II. Sistem penunjang dari peralatan bor putar, yang meliputi :
1. Sistem penyemenan.
2. Sistem peralatan penunjang.
III. Sistem peralatan pemboran lepas pantai.

2
A . P E R A L ATA N P E M B O R A N
1. SISTEM TENAGA
1.1. Pendahuluan
Sistem tenaga dalam suatu operasi pemboran terdiri dari dua subkomponen utama, yaitu :
1. Power suplay equipment
Tenaga yang dibutuhkan pada suatu operasi pemboran dihasilkan oleh mesin-mesin
besar, yang dikenal dengan "prime mover" (penggerak utama). Tenaga yang dihasilkan
tersebut digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :
 sirkulasi lumpur,
 hoisting, dan
 rotary drill string.

2. Distribution (transmission) equipment


Berfungsi untuk meneruskan atau menyalurkan tenaga dari penggerak utama, yang
diperlukan untuk suatu operasi pemboran. Sistem distribusi (transmisi) yang biasa
digunakan ada dua macam, yaitu sistem transmisi mekanis dan sistem transmisi listrik
(electric transmission). Rig tidak akan berfungsi dengan baik bila distribusi tenaga
yang diperoleh tidak mencukupi. Oleh sebab itu diusahakan tenaga yang hilang karena
adanya transmisi atau distribusi tersebut dikurangi sekecil mungkin, sehingga kerja
mesin akan lebih efisien.

Sistem tenaga yang dipasang pada suatu unit operasi pemboran secara prinsip harus
mampu memenuhi keperluan-keperluan sebagai berikut :
 fungsi angkat,
 fungsi rotasi,
 fungsi pemompaan, dan
 fungsi penerangan.

Untuk menentukan spesifikasi sistem tenaga yang sesuai dengan kebutuhan


diperlukan perhitungan-perhitungan yang sesuai dengan fungsi-fungsi diatas, sebagai
berikut :

3
a. Menghitung keperluan tenaga untuk fungsi angkat
Tenaga dari fungsi angkat dari motor melalui transmisi, drawwork, drilling cable
dan sistem takel yang terdiri dari crown block dan travelling block diteruskan ke
rangkaian pipa bor.

Maka, rendemen total antara motor dan hook :


 Conventiser : 0,7 - 0,8
 Transmisi : 0,88
 Drawwork : 0,90
 Takel : 0,87 untuk 8 kabel dan 0,85 untuk 10 kabel
sehingga, rendemen total untuk 10 kabel adalah
0,75 x 0,88 x 0,90 x 0,85 = 0,505
Tenaga untuk fungsi pengangkatan harus mampu untuk melayani pemboran sampai
kedalaman limit pada kondisi ekonomis.
b. Menghitung tanpa fungsi rotasi
Tenaga untuk fungsi rotasi dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
W
Pr  C x
75
dimana :

Pr = tenaga fungsi rotasi, pk


C = kopel dalam kgm
W = kecepatan sudut, rad/detik
Sehingga, secara empiris tenaga untuk fungsi rotasi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
 L  N  P 
Pr 10    
 30  100  D 

dimana,
Pr = tenaga rotasi, pk
L = kedalaman sumur, m
N = putaran rotary table, rpm
P = beratan pada pahat (WOB), ton
D = diameter lubang bor, inch

4
c. Tenaga Hidrolik
Tenaga hidrolik dapat dirumuskan sebagai berikut :
p
Ph  Q x
450
dimana,
Ph = tenaga hidrolik, pk
Q = debit dalam liter/menit = D2 x 19
p = tekanan sirkulasi , kg/cm2
d. Tenaga Penerangan
Dengan effisiensi 70% tenaga listrik yang diperlukan untuk berbagai keperluan
seperti penerangan, pemanas, shale shaker dan lain-lain biasanya berkisar antara 30-48
kw generator berkapasitas 75 kw.

1.2. PRIME MOVER UNIT


Hampir semua operasi pemboran menggunakan prime mover jenis internal
combution unit. Penentuan jenis mesin yang akan digunakan didasarkan pada besarnya
jumlah tenaga yang diperlukan yang dapat diketahui dari casing program yang telah
disusun dan kedalaman sumur. Tenaga yang dihasilkan prime mover berkisar antara 500 -
5000 HP. Salah satu spesifikasi prime mover dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Peletakan prime mover tergantung dari berbagai faktor, antara lain Sistem
transmisi (distribusi) yang digunakan, dan Ruang yang tersedia.

5
Tabel 1.1

Spesifikasi Prime Mover


Maks. beban hook yang bekerja 400 tf
Kedalaman pemboran drill pipe 4 1/2 in 7000 m
Power yang tersedia (tanpa pompa lumpur) 3600 Hp
Jumlah mesin yang digunakan 4
Hoisting line diameter 35 mm
Gaya maks. pada hoisting line 44 tf
Jumlah line pada sistem pengangkatan 12
Tenaga untuk drawwork 3000 Hp
Kecepatan drawworks 4+2 R
Kecepatan maks. pada pembebanan 0,37 m/s

Beberapa letak prime mover yang umum adalah sebagai berikut :


 di bawah rig
 di atas lantai bor
 di samping atau di sisi rig, baik di atas tanah maupun di atas lantai bor pada struktur
yang terpisah.
 jauh dari rig
Sedangkan jumlah mesin yang biasa digunakan adalah :
a) Dua atau tiga, pada umumnya operasi pemboran memerlukan dua atau tiga mesin.
b) Empat, untuk pemboran yang lebih dalam menggunakan tenaga yang lebih besar
sehingga mesin yang diperlukan empat buah.
Jenis mesin yang digunakan :
a. Diesel compression engines.
b. Gas (spark ignition) engines

6
1.3. SISTEM TRANSMISI (DIstribusi Tenaga)
Rig dapat berfungsi dengan baik bila distribusi tenaga yang didistribusikan
dapat mencukupi semua kebutuhan tenaga yang dibutuhkan. Sebagian besar tenaga yang
dihasilkan didistribusikan ke drawwork, rotary table, dan mud pump. Disamping itu
perlu untuk penerangan, rig instrument (driller's console), serta air conditioners.
Tenaga transmisi dihasilkan oleh satu atau lebih mesin harus diteruskan ke
komponen utama rig yaitu hoisting, rotating dan circulation system. Sistem-sistem di
atas dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2.
Sistem transmisi yang digunakan untuk distribusi tenaga dalam suatu operasi
pemboran ada dua jenis yaitu sistem mekanik (mechanical power transmission) dan
sistem listrik (electrical power transmission).
Tabel 1.2.
Sistem dan Komponen Operasi Pemboran

Sistem Utama Komponen


Sistem Pengangkatan Drawwork
Sistem Pemutar Rotary Table
Sistem Lumpur Mud Pump

1.3.1. MECHANICAL POWER TRANSMISSION


Dalam proses distribusi tenaga dengan menggunakan sistem transmisi mekanik,
maka tenaga yang dihasilkan oleh mesin diteruskan secara mekanis.
Proses transmisi yang terjadi adalah sebagai berikut :
 Tenaga yang dihasilkan oleh Prime Mover harus diteruskan dan dihubungkan
bersama-sama dengan mesin-mesin yang lain untuk mendapatkan tenaga yang
diinginkan. Hal ini dilakukan dengan hidraulic coupling (torque converter) yang
dihubungkan bersama-sama.
 Tenaga ini kemudian diteruskan melalui elaborate sproket chain linking (sistem rantai)
yang secara fisik mendistribusikan tenaga ke unit-unit yang membutuhkan tenaga.
Sistem ini sekarang banyak digantikan oleh tenaga listrik.

1 . 3 . 2 . E l e c t r i c P o w e r Tr a n s m i s s i o n

7
Tenaga listrik yang biasa digunakan dihasilkan dari tenaga diesel (diesel electrik).
Pada sistem transimisi dengan diesel listrik, mesin diesel digunakan tenaga listrik dari
generator listrik yang di depan block. Generator menghasilkan arus listrik, yang
kemudian dialirkan melalui kabel ke suatu "control unit". Dari unit pengontrol tersebut
tenaga listrik diteruskan melalui kabel tambahan ke motor listrik yang langsung
dihubungkan ke sistem peralatan yang membutuhkan tenaga.
Keuntungan distribusi tenaga dengan menggunakan electric power transmission
antara lain adalah :
 Lebih fleksibel, terutama mengenai peletakan,
 Tidak memerlukan rantai (sabuk) penghubung,
 Bentuknya lebih kompak dan portable.

8
W e ig h t In d ic a to r

M ud Pum p E
p r o d uc t io n
To n g To rq u e
P re s s u re I n d ic a to r

R o ta ry T o rq u e M u d P u m p S tr o k e
I n d ic a to r I n d ic a to r

R o ta ry
T a c h o m e te r

Gambar 1

Drilling Console

T w o E n g in e s T h r e e E n g in e s F o u r E n g in e s

Gambar 2
Prime Mover Unit

9
Gambar 3
Skema Instalasi Drawwork

10
Gambar 4
Sistem Transmisi Mekanik

K e te ra n g a n :
1 . D ie s e l E n g in e
2 . C o n tr o l U n it
3 . D r a w w o r k A s s e m b ly
4 . R o ta r y S y s te m
5. M ud Pum p
6 . D r i l l e r 's C o n s o l e

Gambar 5

Sistem Transmisi Elektrik

11
2. SISTEM PENGANGKATAN

2.1. PENDAHULUAN
Sistem pengangkatan dalam pemboran memegang peranan yang sangat penting,
mengingat bahwa sistem pengangkatan ini adalah sistem yang mendapat beban, baik
beban vertikal maupun horizontal.
Beban vertikal yang dialami berasal dari beban menara itu sendiri, beban drill
string, casing string, tegangan dari fast line, beban karena tegangan deadline serta beban
dari blok-blok. Sedangkan beban horizontal berasal dari tiupan angin yang mana hal ini
sangat terasa mempengaruhi beban sistem pengangkatan pada pemboran di lepas pantai
(off shore).
Sistem pengangkatan terdiri dari dua sub komponen, yaitu:
1. Struktur penyangga (supporting structure)
2. Peralatan pengangkatan (hoisting equipment)
2.2. STRUKTUR PENYANGGA
Struktur penyangga (rig), adalah suatu kerangka sebagai platform yang berfungsi
sebagai penyangga peralatan pemboran. Kerangka ini diletakkan di atas titik bor. Fungsi
utamanya untuk trip, serta untuk menahan beban yang terjadi akibat peralatan bor itu
sendiri maupun beban dari luar.
Stuktur penyangga terdiri dari :
1. Substructure,
2. Lantai bor (rig floor), dan
3. Menara pemboran (drilling tower).
Untuk menara pemboran, ada dua tipe menara :
1. Type standart (derrick), dan
2. Type portable (Mast).
Secara ringkas, spesifikasi menara dapat dilihat pada Tabel 2.1.

12
Tabel 2.1.
Spesifikasi Unit Pemboran

Pabrik Jenis Tinggi Gross Packin Max. App. Weight


(ft) cap. g cap. Static mast (103
(103 lbs) (ft) Hook lbs)
Load
(103 lbs)
Lee - 126 386 6000 8 - 257 65
CMoore
JFM 98-315 98 485 7560 10 - 325 37
IDECO FM 133-400 133 645 13860 10 - 430 55
FM 143-650- 143 1000 22860 12 - 750 92
30
T - 97 97 352 7200 8 - 250 -
EMSCO B -127 127 416 8700 - 43,5
B - 142 142 1053 23960 - 105,75
NATION 80 - UE - - - 10 - 500 -
AL 110 - UE 12 - 710 -

Bagian-bagian menara yang penting, antara lain adalah :


1. Gine pole,
Merupakan tiang berkaki dua atau tiga yang berada di puncak menara, berfungsi
untuk memberikan pertolongan pada saat pemasangan crown block.
2. Water table,
Lantai di puncak menara yang berfungsi untuk mengetahui bahwa menara telah
berdiri tegak.
3. Cross bracing,
Cross bracing berfungsi untuk penguat menara.
4. Tiang menara,
Merupakan empat tiang yang berbentuk segi tiga sama kaki, berfungsi sebagai
penahan terhadap semua beban vertikal di bawah menara dan beban horizontal.
5. Girt,
Merupakan sabuk menara, berfungsi mengikat menara
6. Monkey board Platform,
Berfungsi sebagai tempat kerja derrickmen pada saat cabut atau pasang pipa.

13
7. Struktur penyangga meliputi :
 Drilling Tower (derrick)
Fungsi utamanya untuk memberikan ruang kerja yang cukup untuk
pengangkatan dan penurunan drill collar serta casing string. Oleh sebab itu
tinggi dan kekuatannya harus sesuai dengan keperluan.
 Substructure
Fungsinya untuk menahan beban tekan yang berasal dari peralatan pemboran
itu sendiri.
 Rig Floor
Fungsinya untuk menampung peralatan pemboran yang berukuran kecil,
tempat berdirinya menara dan sebagai tempat kerja para roughneck.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada sebuah lantai bor ialah tinggi dari
pada lantai bor itu, karena hal tersebut akan berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut :
 Pengukuran kedalaman sumur pada saat pemboran, dimulai dari lantai bor.
 Lantai berpengaruh terhadap jenis dan susunan dari BOP (BOP Stack)
yang dipakai.
 Pengukuran kedalaman sumur pada saat produksi dimulai dari bottom
flange.
2.3. PERALATAN PENGANGKATAN
Peralatan pengangkatan yang terdapat pada suatu operasi pemboran terdiri dari
drawwork, overhead tools dan drilling line.
1. Drawwork
Drawwork merupakan otak dari suatu unit pemboran karena melalui alat ini
seorang driller melakukan dan mengatur operasi pemboran.
Fungsi utama dari drawwork adalah :
 Memindahkan tenaga dari prime mover ke rangkaian pipa bor selama pemboran
berlangsung.
 Memindahkan tenaga dari prime mover ke rotary drive, dan
 Memindahkan tenaga dari prime mover ke chathead untuk menyambung atau
melepas section rangkaian pipa bor.

14
Komponen-komponen utama yang terdapat pada drawwork terdiri dari :
 Revolving drum,
Merupakan suatu drum untuk penggulung kabel bor.
 Breaking system,
Terdiri dari mechanical main break dan auxiliarydraulic atau electric, berfungsi
untuk memperlambat atau menghentikan gerakan kabel bor.
 Rotary drive,
Berfungsi untuk memindahkan tenaga dari drawwork ke rotary table.
 Catheads,
Berfungsi untuk mengangkat atau menarik beban-beban kecil pada rig floor dan
juga berfungsi sebagai pelepas atau penyambung sambungan pipa bor.
2. Overhead Tools
Rangkaian overhead tools terdiri dari crown block travelling block, hook, dan
elevator.
1. Crown block, merupakan kumpulan roda yang ditem-patkan pada puncak menara
(sebagai blok diam).
2. Travelling Block, merupakan roda yang digantung di bawah crown block, di atas
lantai bor.
3. Hook, berfungsi untuk menggantung swivel dan rangkaian pipa bor selama
operasi pemboran.
4. Elevator, merupakan klem (penjepit) yang ditempatkan (digantung) pada salah
satu sisi travelling block atau hook dengan elevator links, berfungsi untuk
menurunkan atau menaikkan pipa dari lubang bor.
3. Drilling Line
Drilling line sangat penting dalam operasi pemboran karena berfungsi untuk
menahan atau menarik beban yang diderita oleh hook. Drilling line terbuat dari baja dan
merupakan kumpulan dari kawat yang kecil, diatur sedemikian rupa sehingga merupakan
suatu lilitan.
Lilitan dari kabel pemboran terdiri dari 6 kumpulan dan satu bagian yang disebut
core.

15
Faktor-faktor yang mempengaruhi keawetan kabel :
1. Kerusakan dari kawat,
2. Rapuhnya lilitan kawat akibat panas, dan
3. Kelelahan.
Beban berat yang diderita drilling cable terjadi pada saat :
1. Running casing (pemasangan casing),
2. Operasi pemancingan (fishing job), dan
3. Pencabutan dan pemasukan drill string.
Susunan drilling line terdiri dari :
1. Reeved drilling line
merupakan tali yang melewati roda-roda crown block dan roda-roda travelling
block.
2. Dead line
merupakan tali tidak bergerak yang ditambatkan pada substructure (tali mati).
3. Dead line anchor
dead line anchor biasanya ditempatkan berlawanan dengan drawwork.
4. Storage or supply real :
storage or supplay real biasanya ditempatkan dekat dengan rig

16
C r o w n b lo c k

B lo c k L in e

R a is in g
T ra c k

A F ra m e
D ra w w o rk s
R a is in g
le g E n g in e s

a . S ta n d a rt b . P o r ta b le
( fr o n t v ie w ) ( s id e v ie w )

Gambar 2.1
Drilling Mast IDECO

17
e s c o p in g
m ast
h y d r o lic
ra m

d ra w w o rk

e n g in e

S ta n d In

P acked

Gambar 2.2
Rambler Rig IDECO

18
g in e p o le s is i w a t e r ta b le

c r o w n b lo c k
w a te r ta b le

m onkey
b o a rd
t in g g i
m e n a ra
g ir t

c ro s s
b r a c in g

r ig flo o r

sub t in g g i
s tru c tu re la n ta i b o r

s is i la n t a i b o r
T a m p a k B e la k a n g
(s e b e la h p o m p a lu m p u r )

T a m p a k S a m p in g Tam p ak D epan T a m p a k S a m p in g
(s e b e la h p ip e r a c k ) (s e b e ra n g p o m p a ) (s e b e la h d r a w w o r k )

Gambar 2.3
Menara Bor Standar
Derrick

19
c r o w n b lo c k
w a te r t a b le

d r illin g lin e s

tr a v e llin g b lo c k
la t c h fo r
e le v a t o r li n k

s a fe ty la tc h
fo r h o o k

H ook

Gambar 2.4
Over-Head Tools

20
fa s t lin e

re e v e d
d r illin g lin e

d e a d lin e
anchor

s u p p ly re e l
(s to ra g e )

Gambar 2.5
Drilling Line

21
6 x 19
S e a le c o n s t r u c t io n s w it h f ib e r c o r e .
R o ta r y a n d c a b le to o l d r illin g lin e
a n d c a s in g l in e

6 x 19
S e a le w it h in d e p e n d e n t w ir e r o p e c o r e .
D e e p o r " b ig r ig " r o t a r y d r illin g
a n d c a s in g l in e s .

6 x 25
F ille r w ir e w it h f ib e r c o r e .
S u c k e r r o d a n d t u b in g lin e s o r
c o r in g r ig d r illin g lin e s .

6 x 25
F ille r w ir e w ith in d e p e n d e n t w ir e r o p e c o r e .
W in c h lin e s .

6 x 7
F ib e r c o r e .
S a n d a n d c o r in g lin e .

Gambar 2.6
Jenis-jenis Wireline
dan Metode Pemasangan Clips

22
3 . S I S T E M P E M U TA R
3.1. PENDAHULUAN
Fungsi utama sistem pemutar adalah untuk memutar rangkaian pipa bor dan
memberikan beban (beratan) pada bagian atas dari pahat selama operasi pemboran
berkangsung. Selain itu peralatan putar juga berfungsi untuk menggantungkan rangkaian
pipa bor yaitu dengan slip yang dipasang (dimasukkan) pada rotary table ketika
disambung atau melepas bagian-bagian drill pipe.

Sistem pemutar ini terdiri dari tiga sub komponen utama, yaitu :
1. Peralatan putar (rotary assembly)
2. Rangkaian pipa bor
Mata bor atau pahat (bit)

3.2 PERALATAN P U TA R
Peralatan putar ditempatkan pada lantai bor di bawah crown block dan diatas
lubang. Peralatan putar terdiri dari Meja putar, Master bushing, Kelly bushing, dan
Rotary Slip.
a. Meja putar
Meja putar (rotary table) berfungsi untuk :
 Meneruskan gaya putar dari drawwork ke rangkaian pipa bor melalui kelly
bushing dan kelly.
 Menahan pipa bor dalam lubang pada saat penyambungan atau pelepasan pipa bor
dilakukan.
Tenaga dari prime mover disalurkan ke rotary table dengan dua cara, yaitu :
 Dengan menggunakan rantai melalui drawwork.
 Langsung dari prime mover dengan belt.
b. Master bushing
Master bushing merupakan bagian dari rotary table yang berfungsi sebagai
kedudukan kelly bushing atau rotary slip.
c. Kelly bushing
Kelly bushing berfungsi untuk meneruskan tenaga putardari rotary table ke
rangkaian pipa bor selama operasi pemboran berlangsung.

23
d. Rotary Slip
Rotary slip akan berfungsi sebagai penggantung rangkaian pipa bor pada saat
dilakukan penyambungan ataupun pelepasan bagian rangkaian pipa bor.
Pemasangannya dilakukan dengan cara memasukkannya ke dalam master bushing.
3 . 3 . R A N G K A I A N P I PA B O R
Rangkaian pipa bor merupakan suatu rangkaian yang menghubungkan antara
swivel dan mata bor, dan berfungsi untuk :
 Menaik turunkan mata bor
 Memberikan beban di atas pahat untuk penembusan
 Meneruskan putaran ke mata bor
 Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor.
Rangkaian pipa bor secara berurutan terdiri dari Swivel, Kelly, Drill Pipe, dan
Drill Collar.

a. Swivel
Swivel terletak pada bagian paling atas dari rangkaian pipa bor. Alat ini
mempunyai fungsi untuk :
 Memberikan kebebasan rangkaian pipa bor untuk berputar.
 Memberikan perpaduan gerak vertikal dengan gerak berputar dapat bekerja
bersama-sama.
 Sebagai penghubung antara rotary hose dengan kelly.
Bagian-bagian dari swivel adalah sebagai berikut :
1. Bail, merupakan bagian atas dari swivel berfungsi untuk penggantung swivel pada
hook.
2. Goosneck, pipa berbentuk huruf U yang mirip dengan leher angsa, terletak pada
bagian atas swivel yang berfungsi untuk menghubungkan rotary hose dengan
swivel.
3. Internal Washpipe assembly, terletak pada bagian atas swivel bonnet yang
berguna untuk menghubungkan rotary hose (dari goose neck) dengan rotating
swivel stem. Washpipe assembly merupakan alat yang terpisah dari swivel,
sehingga dapat dilepas apabila diperlukan (untuk dibersihkan misalnya).

24
4. Bonnet, merupakan suatu bagian dari swivel yang terbuat dari metal dan berfungsi
sebagai pelindung washpipe assembly.
5. Rotating swivel stem, merupakan poros perputaran pada swivel.
6. Pin , merupakan ulir bagian bawah pada swivel yang berfungsi untuk
menyambung swivel dengan bagian atas dari kelly cock.
b. Kelly
Kelly merupakan rangkaian pipa bor paling atas, irisan luar berbentu segi tig,
empat, segi enam. Kelly dimasukkan kedalam kelly bushing, yang berfungsi untuk
meneruskan gaya putar (torsi) dari rotary table ke kelly dan kemudian diteruslan le
seluruh rangkaian pipa bor.
Pada kelly terdapat dua sub-alat pokok, yaitu
1. Upper Kelly Cock,
Merupakan suatu valve (katup) yang dipasang diantara swivel dan kelly. Fungsi
dari upper kelly cock adalah untuk menutup kelly pada saat sirkulasi dihentikan
sehingga dapat menahan tekanan balik dari lubang bor yang bertekanan tinggi.
2. Lower Kelly Cock,
Merupakan suatu valve yang bekerja secara otomatis sebagai penahan cairan
pemboran dalam kelly pada saat melakukan penyambungan.
c. Drill Pipe (DP)
Merupakan bagian dari rangkaian pipa bor yang panjangnya tergantung dari
kedalaman pemboran, sehingga biasanya berjumlah paling paling banyak untuk
mencapai kedalaman lubang bor yang diinginkan.
Fungsi utama dari drill pipe adalah sebagai berikut :
 Menghubungkan kelly terhadap DC
 Meneruskan aliran lumpur bor dari swivel ke mata bor.
 Memberikan panjang rangkaian bor, untuk menembus formasi yang lebih dalam.
 Memungkinkan naik turunnya rangkaian pipa dan mata bor.
 Meneruskan putaran dari meja putar ke mata bor.
Karakteristik Drill Pipe
 Jenis Drill Pipe
Drill pipe yang biasa digunakan dalam operasi pemboran ada dua jenis, yaitu :

25
1. Standart Drill Pipe
Digunakan dari permukaan sampai pada bagian atas drill collar. Pada
umumnya drill pipe diikuti drill collar diatas mata bor.
2. Heavy Weight Drill Pipe (HWDP)
Drill pipe jenis ini berfungsi sebagai pemberat rangkaian pipa bor pada
kondisi-kondisi khusus, misalnya pada waktu terjadi down hole problem,
seperti pipa terjepit (pipe sticking), runtuhan shale (slouging shale) dan
sebagainya.
Ukuran dan Panjang
Ukuran dan panjang drill pipe dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Short, panjangnya antara 18" sampai 22"
(c a t a t a n : ukuran ini jarang digunakan dalam suatu operasi pemboran)
2. Medium, antara 27 " sampai 30 ".
3. Long, antara 39" sampai 45".
Penyambungan Drill Pipe
Setiap section atau joint drill pipe standar umumnya mempunyai tiga bagian
pokok, yaitu tool joint pada kedua ujungnya, dan sebuah pipa (atau disebut tubs).
Kedua tool joint tersebut adalah :
1. Pin Connection, yang terletak pada bagian bawah drill pipe dan ulirnya dibuat
pada bagian luar dari pipa.
2. Box Connection, terletak pada bagian atas drill pipe dan ulirnya dibuat pada
bagian dalam dari pipa.
d. Drill Collar (DC)
Drill collar mempunyai bentuk seperti drill pipe, akan tetapi diameter dalamnya
lebih kecil dan diameter luarnya sama dengan diameter luar dari tool joint drill pipe.
Fungsi dari drill collar dalam rangkaian pipa bor adalah sebagai berikut :
 Sebagai pemberat (weight on bit, WOB) sehingga rangkaian pipa bor tetap dalam
kondisi tegang untuk menahan gaya yang menyebabkan terjadinya pembelokan
lubang, selama pemboran berlangsung.
 Membuat agar putaran rangkaian bor stabil.

26
 Memperkuat bagian bawah dari rangkaian pipa bor agar mampu menahan adanya
gaya puntiran.

Dengan demikian diharapkan operasi pemboran akan berjalan dengan laju (ROP)
yang besar, lubang bor yang lurus serta faktor kerusakan yang minimal untuk
ranglaian pipa bor, terutama drill pipe-nya.

Berdasarkan kondisi fisiknya, drill collar dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut :
1. Standart Drill Collar, mempunyai permukaan yang halus dengan box connection
terletak pada bagian atas (top) dan pin connectionnya pada bagian bawah
(bottom).
2. Spirraled Drill Collar, mempunyai permukaan yang beralur, seperti spiral dan
digunakan pada keadaan khusus, yaitu untuk mencegah terjadinya penjepitan
lubang bor pada pipa (differential wall sticking).
3. Zipped Drill Collar, pada permukaan terdapat ceruk (lekukan0 yaitu pada bagian
ujung atas drill collar yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
Karakteristik Drill Collar
 Perbedaan antara Drill Pipe dan Drill Collar
Perbedaan pokok antara drill pipe dengan drill collar terletak pada ukuran,
berat serta kekuatannya. Perbedaan yang lain adalah pada teknik
penyambungannya, dimana pada drill pipe terdapat tool joint sedangkan pada drill
collar tidak. Hal ini dikarenakan drill collar mempunyai dinding yang lebih teball
dibanding drill pipe, sehingga ulir dapat dibuat pada dinding drill collar itu
sendiri.
 Ukuran Drill Collar
Ketentuan-ketentuan yang umum mengenai ukuran drill collar adalah sebagai
berikut :
1. Pada umumnya mempunyai panjang 30 ft atau mungkin kurang, akan tetapi
tidak mungkin lebih.
2. Tebal dindingnya minimum 3,5 inch.
3. Beratnya lebih dari 3 ton.

27
4. Pemasangan drill collar pada bagian bagian bawah rangkaian pipa bor
memungkinkan untuk 2 sampai 60 buah.
3 . 4 . M ATA B O R ( PA H AT, B I T )
Mata bor merupakan ujung paling bawah dari rangkaian pipa bor yang secara
langsung bersentuhan dengan lapisan formasi. Mata bor berfungsi untuk menghancurkan
batuan dan menembus formasi sampai pada kedalaman yang diinginkan.
Bagian-bagian dari mata bor adalah sebagai berikut :
 Shank, merupakan suatu alur ulir untuk menghubungkan mata bor dengan bit sub
atau box connection pada bagian bawah drill collar.
 Bit Lugs, bagian dari mata bor yang berfungsi untuk dudukan poros dan cone.
 Cone, merupakan suatu roda-roda bergerigi (gerinda) yang berputar pada bagian
bawah mata bor.
 Fluid Passage Way (jets), adalah suatu nozzle yang terdapat pada bagian bawah mata
bor dan berfungsi untuk menyemprotkan fluida pemboran (lumpur bor) ke formasi.
Berdasarkan fungsinya mata bor diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Drag bit
2. Roller - cone
3. Diamond bit.
a. Drag Bit
Drag bit tidak mempunyai roda-roda yang dapat bergerak dan membor dengan
gaya keruk dari bladenya. Letak nozzle pada jenis bit ini dirancang agar lumpur keluar
dari rangkain pipa bor langsung menyemprot bladenya. Bit jenis ini biasanya
digunakan pada formasi lunak dan plastik.
Masalah-masalah yang sering timbul pada penggunan drag bit antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Pembengkokan lubang bor.
2. Under Gauge, yaitu diameter lubang bor yang terbentuk tidak sesuai dengan target.
3. Balling, yaitu pelapisan padatan pada bit, hal ini terjadi pada pemboran formasi
shale.
Masalah pembengkokan lubang dapat dikurangi dengan penambahan weight on bit
dengan menambah drill collar.

28
b. Roller Cone
Merupakan bit yang mempunyai kerucut (cone) yang dapat berputar untuk
menghancurkan batuan. Pada masing-masing cone terdapat gigi-gigi. Gigi yang relatif
panjang dan jarang atau renggang digunakan pada pemboran formasi lunak, sedangkan
gigi yang relatif pendek dan berdekatan digunakan untuk menembus formasi batuan
yang sedang sampai keras.
Berdasarkan jenis giginya, roller cone bit dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Steel Tooth Bit (milled tooth bit), dan
2. Insert bit.
c. Diamond Bit
Pengeboran dengan menggunakan diamond bit sifatnya bukan penggalian, tetapi
berprinsip pada proses penggoresan dari butir-butir intan yang dipasang pada matrix
besi sehingga laju pemboran yang terjadi adalah lambat.
Pemakaian intan dipertimbangkan karena karena intan dianggap zat padat yang
paling keras dan abrasif, dan pada prakteknya pemakaian diamond bit pada operasi
pemboran mempunyai umur yang relatif panjang (awet) sehingga mengurangi
frekuensi round trip, dengan demikian akan mengurangi biaya pemboran.
3.5. SPECIALIZED DOWN HOLE TOOLS
Specialized down hole tools merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk
mengontrol kerja rangkaian pipa bor selama operasi pemboran berlangsung.
Specialized down hole tools yang umum digunakan adalah :
1. Stabilizer
2. Rotary Reamers
3. Sock Absorber
a. Stabilizer
Stabilizer digunakan sebagai bottom hole assembly untuk menjaga kestabilan bit
dan DC dalam lubang bor selama berlangsung operasi pemboran.
Ada 4 jenis stabilizer :
1. Non-rotating sleave type stabilizer
2. Sleave type rig replairable stabilizer
3. Replaceable wear pod rig repairable stabilizer

29
4. Blande stabilizer
b. Rotary Reamers
Merupakan peralatan yang digunakan pda operasi pemboran terutama menjaga ukuran
lubang bor .
c. Shock Absorbers
Sering juga disebut "shock sub" , merupakan peralatan yang diletakkan pada
bagian bawah section DC untuk mengurangi getaran dan kejutan yang ditimbulkan
oleh "cutting action of the bit" ketika membor batuan keras patahan dan selang-seling
batuan keras-lunak, hal ini akan mengurangi terjadinya kerusakan rangkaian pipa bor
dan bahkan rig-nya sendiri.

K e lly

Penam pang
K e lly

M a s te r B u s h in g

Gambar 3.1.
Skema Rotary Table
dengan Master Bushing

30
Gambar 3.2.
Jenis-jenis Penampang Kelly

Gambar 3.3.
Vibration Dumpener

31
P in C h a m fe r
A P I C o n n e c tio n
( U p p e r S e c t io n )
B it B r e a k e r
S lo t s S h a n k B o re
( h a ir p in )
S te e l B la n k
B it B r e a k e r
S lo ts A lig n m e n t
(w ra p -a ro u n d ) T re a d s
J u n k S lo t
W e ld
G a g e C h a m fe r

G a g e B ro a c h e s G a g e S e c t io n
D ia m o n d P a d G a g e P o in t
O .D .R
D ia m o n d
L o w P re s s u re T ra p p e r
C o lle c t o r s N ose
H ig h P r e s s u r e
F e e d e rs C o n e A n g le

Gambar 3.4.
Skema Penampang
Diamond Bit

Gambar 3.5.
Penampang Two Cones Bit

32
M ake and P in B a s e
B re a k e
S h o u ld e r

To n g A re a

Gambar 3.6.
Pi n

C a lifo r n ia T y p e Id e a l 4 - w in g s A p p le m a n
I d e a l F is h - t a il B it R e a m in g B it G u m b o B it

D ia m o n d Id e a l P a d d le S id e - T r a c k in g
P o in te d B it R e a m in g B it B it

33
Gambar 3.7.

Jenis-jenis Rotary Reaming Bit

Gambar 3.8.
Jenis-jenis Fish Tail

4. SISTEM SIRKULASI

4.1. PENDAHULUAN
Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk
mensirkulasikan fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran, sehingga
lumpur bor mampu mengoptimalkan fungsinya.
Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu :
Fluida pemboran (lumpur bor),
Tempat persiapkan,
Peralatan sirkulasi, dan
Conditioning area.
4.2. LUMPUR PEMBORAN (DRILLING FLUID, MUD)
Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen
yang dapat terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan

34
kimia, gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai "lumpur"
(mud).
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam
mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi,
keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada kinerja lumpur pemboran.

Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara lain adalah sebagai berikut :
Mengangkat cutting ke permukaan.
Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
Mengontrol tekanan formasi.
Menahan cutting dan material pemberat sirkulasi lumpur dihentikan.
Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
Mengurangi effek negatif pada formasi.
Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
Media logging.

4.2.1. Komposisi Lumpur Pemboran.


Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis
formasi yang ditembus oleh mata bor.
Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran, yaitu :
Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.
Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol
kondisi dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal
sebagai "kick"). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan semburan
liar (blowout).
4.2.2. Jenis Lumpur Pemboran
Penentuan lumpur pemboran yang digunakan dalam suatu operasi pemboran
didasarkan pada kondisi bawah permukaan dari formasi yang sedang ditembus.
Fluida pemboran yang umum digunakan dalam suatu operasi pemboran dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :

35
Water - based mud
Oil - based mud
Air or Gas - based mud
a. Water-Base Mud
Pada lumpur pemboran jenis water-base mud, zat komponen yang paling banyak
digunakan adalah water base mud (kurang lebih 80%). Komposisi lumpur ini terdiri dari
air tawar atau air asin, clay dan chemical additives. Komposisi ini ditentukan oleh kondisi
lubang bor.
Pedoman operasional dalam pembuatan water base mud secara umum adalah
sebagai berikut :
Surface drilling operasional, digunakan lumpur biasa (natural mud) dengan sedikit
additive paling banyak digunakan.
Hard subsurface drilling operations, bila menembus formasi keras (porositas rendah)
digunakan lumpur encer.
Soft subsurface drilling operations, bila menembus formasi bertekanan tinggi (porositas
tinggi), digunakan lumpur berat.
Water based mud merupakan jenis lumpur yang paling umum digunakan karena
murah, mudah penggunaanya dan membentuk "filter cake" (kerak lumpur) yang berguna
untuk lubang bor dari bahaya gugurnya dinding lubang bor.
b. Oil - Based Mud
Digunakan pada pemboran dalam, hot holes, formasi shale, dan sebagainya.
Lumpur ini lebih mahal, tetapi akan mengurangi terjadinya proses pengaratan (korosi)
yang dapat mengakibatkan kerusakan fatal pada rangkaian pipa bor.
c. Air or Gas - Based Mud
Keuntungan dari lumpur jenis ini terutama adalah dapat menghasilkan laju
pemboran yang lebih besar. Karena digunakan kompressor, kebutuhan peralatan dan
ruang lebih sedikit.
4.3. TEMPAT PERSIAPAN (PREPARATION AREA)
Ditempatkan pada tempat dimulai sisten sirkulasi. Tempat persiapan lumpur
pemboran terdiri dari peralatan-peralatan yang diatur untuk memberikan fasilitas
persiapan atau "treatment" lumpur bor.

36
Peralatan yang digunakan untuk persiapan pembuatan lumpur pemboran
meliputi :
Mud house , merupakan gudang untuk menyimpan additives.
Steel mud pits/tank , merupakan bak penampung lumpur di permukaan terbuat dari baja.
Mixing hopper , merupakan peralatan yang digunakan untuk menambah additive ke
dalam lumpur.
Chemical mixing barrel , merupakan peralatan untuk menambah bahan-bahan kimia
kedalam lumpur.
Bulk Storage bins , merupakan bin yang berukuran besar digunakan untuk menambah
additive dalam jumlah yang banyak.
Water tank , merupakan tangki penyimpan air yang digunakan pada tempat persiapan
lumpur.
Reserve pit , merupakan kolam yang besar digunakan untuk menampung kelebihan
lumpur.

4.4. PERALATAN SIRKULASI (CIRCULATING EQUIPMENT)


Peralatan sirkulasi merupakan komponen utama dalam sistem sirkulasi. Peralatan
ini mengalirkan lumpur pemboran dari peralatan sirkulasi, turun kerangkaian pipa bor
dan naik ke anullus serbuk bor kepermukaan menuju conditioning area sebelum kembali
ke mud pits untuk sirkulasi kembali.
Peralatan sirkulasi terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu :
Mud pit
Mud pump
Pump discange and return lines
Stand pipe
Rotary house
4.5. CONDITIONING AREA
Ditempatkan dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-peralatan khusus yang
digunakan untuk "Clean up" (pembersihan) lumpur bor setelah keluar dari lubang bor.

37
Fungsi utama peralatan-peralatan ini adalah untuk membersihkan lumpur bor dari serbuk
bor (cutting) dan gas-gas yang terikut.
Metode pokok yang digunakan untuk memisahkan cutting dan gas ada dua
macam, yaitu :
Menggunakan prinsip gravitasi, dimana lumpur dialirkan melalui shale shaker dan setting
tanks, dan
Secara mekanik, dimana peralatan-peralatan khusus yang dipasang pada mud pits dapat
memisahkan lumpur dan gas.
Peralatan yang digunakan pada conditioning area terdiri dari :
Setting tank , merupakan bak terbuat dari baja digunakan untuk menampung lumpur bor
selama conditioning.
Reserve pits , merupakan kolam besar yang digunakan untuk menampung cutting dari
dalam lubang bor dan kadang-kadang untuk menampung kelebihan lumpur bor.
Mud - Gas separator , merupakan suatu peralatan yang memisahkan gas yang terlarut
dalam lumpur bor dalam jumlah yang besar.
Shale Shaker , merupakan peralatan yang memisahkan cutting yang besar-besar dari
lumpur bor.
Degasser , merupakan peralatan yang memisahkan butir-butir pasir dari lumpur bor.
Desilter , merupakan peralatan yang memisahkan partikel-partikel cutting yang
berukuran paling halus dari lumpur bor.

38
M e n g a n g k a t c u ttin g k e M e la p is i d in d in g s u m u r M e n e m b u s flu id a fo r m a s i
p e rm u k a a n dengan M ud C ake d a la m lu b a n g b o r

M e m b e r s ih k a n lu b a n g b o r d e n g a n M e n d in g in k a n b it d a n
t e n a g a h id r o lik p a d a b it r a n g k a ia n p ip a b o r

Gambar 4.1
Beberapa Fungsi Lumpur Pemboran

39
O p e n V a lv e C l o s e V a lv e

C lo s e O pen
V a lv e V a lv e

O pen C lo s e
V a lv e V a lv e
H u b u n g a n P a r a le l H u b u n g a n S e ri

Gambar 4.2
Skema Aliran Pompa Lumpur

D esander
S haker
Ta n k

D egasser D e s ilte r

M ix in g H o p p e r

S lu s h P u m p

S u c tio n T a n k

Gambar 4.3
Skema Recondition Area

40
o v e r flo w p ip e

u p p e r h o u s in g

fe e d

f e e d s e c t io n
lin e r

b o tto m s e c t io n
lin e r
v a lv e h o ld e r
v a lv e

c la m p r in g

Gambar 4.4
Penampang Desander
(SWACO; underflow 6 inch dorrclone)

Gambar 4.5
Desilter

41
15

G o o s e -n e c k

I n t. L in e - p ip e
T h re a d

E x t. L in e - p ip e
T h re a d

R o ta ry
D r illin g H o s e

A P I S ta n d a rd
S w iv e l S te m R o ta r y C o n n e c t io n
LH

S w iv e l S u b

Gambar 4.6
Swivel

42
5. SISTEM BLOW OUT PREVENTOR
5.1. PENDAHULUAN
Fungsi utama dari sistem pencegahan semburan liar (BOP System) adalah untuk
menutup lubang bor ketika terjadi “kick”. Blowout terjadi karena masuknya aliran fluida
formasi yang tak terkendalikan ke permukaan. Blowout biasanya diawali dengan adanya
“kick” yang merupakan suatu intrusi fluida formasi bertekanan tinggi kedalam lubang
bor. Intrusi ini dapat berkembang menjadi blowout bila tidak segera diatasi.
Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar (BOP System) terdiri dari
dua sub komponen utama yaitu Rangkaian BOP Stack, Accumulator dan Sistem
Penunjang.
1. Rangkaian BOP Stack.
Rangkaian BOP Stack ditempatkan pada kepala casing atau kepala sumur langsung
dibawah rotary table pada lantai bor.
Rangkaian BOP Stack terdiri dari peralatan sebagai berikut :
 Annular Preventer.
Ditempat paling atas dari susunan BOP Stack. Annular preventer berisi rubber
packing element yang dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam keadaan
kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.

 Ram Preventer.
Ram preventer hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu,
atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.

Jenis ram preventer yang biasanya digunakan antara lain adalah :


1. Pipe ram
Pipe ram digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa
borberada pada lubang bor.

2. Blind or Blank Rams


Peralatan tersebut digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa
bor tidak berada pada lubang bor.

43
3. Shear Rams
Shear rams digunakan untuk memotong drill pipe dan seal sehingga lubang bor
kosong ( open hole ), digunakan terutama pada offshore floating rigs.

 Drilling Spools.
Drilling spolls adalah terletak diantara preventer. Drilling spools berfungsi
sebagai tempat pemasangan choke line ( yang mengsirkulasikan “kick” keluar dari
lubang bor ) dan kill line ( yang memompakan lumpur berat ). Ram preventer pada
sisa-sisanya mempunyai “cutlets” yang digunakan untuk maksud yang sama.
 Casing Head ( Well Head ).
Merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang berfungsi sebagai
fondasi BOP Stack.
2. Accumulator
Biasanya ditempatkan pada jarak sekitar 100 meter dari rig. Accumulator bekerja
pada BOP stack dengan “high pressure hydraulis” (saluran hidrolik bertekanan tinggi).
Pada saat terjadi “kick” Crew dapat dengan cepat menutup blowout preventer dengan
menghidupkan kontrol pada accumulator atau pada remote panel yang terletak pada
lantai bor.
Unit accumulator dihidupkan pada keadaan darurat yaitu untuk menutup BOP
Stack. Unit ini dapat dihidupkan dari remote panel yang terletak pada lantai bor atau
dari accumulator panel pada unit ini terdiri dalam keadaan crew harus meninggalkan
lantai bor.
3. Sistem Penunjang (Supporting System)
Peralatan penunjang yang terpasang rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan
liar (BOP System) meliputi choke manifold dan kill line.
 Choke Manifold.
Choke Manifold merupakan suatu kumpulan fitting dengan beberapa outlet yang
dikendalikan secara manual dan atau otomatis. Bekerja pada BOP Stack dengan
“high presure line” disebut “Choke Line”.
Bila dihidupkan choke manifold membantu menjaga back pressure dalam lubang
bor untuk mencegah terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat dialirkan
dari BOP Stack kesejumlah valve ( yang membatasi aliran dan langsung ke reserve

44
pits ), mud-gas separator atau mud conditioning area back pressure dijaga sampai
lubang bor dapat dikontrol kembali.
 Kill Line.
Kill Line bekerja pada BOP Stack biasanya berlawanan berlangsung dengan
choke manifold ( dan choke line ). Lumpur berat dipompakan melalui kill line
kedalam lumpur bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi
tekanan formasi.
5 . 2 . D E S K R I P S I A L AT
1. Komponen Utama BOP System
 Komponen utama BOP System terdiri dari dua sub komponen, yaitu Rangkaian
BOP Stack, Accumulator dan Sistem Penunjang (Supporting system)
 Fungsi :
a) Rangkaian BOP Stack, berfungsi untuk menahantekanan lubang bor saat
terjadi kick, dimana rangkaian tersebut terdiri dari sejumlah valve yang dapat
menutup lubang bor bila terjadi kick.
b) Choke manifold, bekerja pada BOP stack dengan high pressure line yang
dapat memindahkan aliran lumpur pada saat terjadi "kick".
c) Kill line, disambung berlawanan letaknya dengan choke line sehingga
memungkinkan pemompaan lumpur berat ke dalam lubang bor.
 Perusahaan pembuat : INDUSTRIAL EXPORT
2. Rangkaian BOP Stack
 Rangkaian BOP Stack terdiri dari Annular Preventer, Pipe ram preventer, Drilling
Spool, Blind ram preventer, dan Casing head
 Fungsi:
a) Annular preventer, dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam
keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.
b) Ram preventer, hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa
tertentu, atau dalam keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.
c) Drilling spools, tempat pemasangan choke line dan kill line.
d) Casing head, sebagai fondasi BOP Stack.

45
3. Sistem Penunjang (Supporting System)
 Komponen utama dari sistem penunjang adalah Choke manifold, dan Kill line.
 Fungsi:
a) Choke manifold, membantu menjaga back pressure dalam lubang bor untuk
mencegah terjadinya intrusi fluida formasi.
b) Kill line, tempat lalunya lumpur berat yang dipompakan ke dalam lubang bor
sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi tekanan formasi.
 Perusahaan pembuat : INDUSTRIAL EXPORT

46
B a g ia n B a w a h ( b a s e )
R o t a r y T a b le
F lo w L in e

B e ll N ip le

F ill U p L in e

A ll S tu d e d D r illin g S p o o l

C a s in g S p o o l

Gambar 5.1
Konfigurasi BOP Stack

47
A n n u la r P r e v e n te r

D r illin g S p o o l

C a s in g H e a d

R a m P re v e n te r

Gambar 5.2
Komponen Utama BOP

48
B e ll N ip p le F lo w S t a c k

A n n u la r P r e v e n t e r

P ip e R a m P r e v e n te r

K ill L in e
(fro m m u d p u m p )
D r illin g S p o o l
C h o k e L in e
( to c h o k e m a n ifo ld )
P ip e R a m

B lin d R a m

C a s in g H e a d

Gambar 5.3
Komponen BOP Stack

49
S p h e r ic a l
P re v e n te r

B lin d R a m

K ill D r il lin g C hoke


L in e V a lv e V a lv e Spool V a lv e V a lv e L in e

P ip e R a m

T u b in g
H ead

Gambar 5.4
Konfigurasi Minimum BOP Stack

50
Gambar 5.5
Regan Blowout Preventer

6. SISTEM PENYEMENAN
6.1. PENDAHULUAN
Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran, salah
satu diantaranya adalah tergantung dari berhasil atau tidaknya penyemenan sumur
tersebut.

Penyemenan sumur secara integral, merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam suatu operasi pemboran, baik sumur minyak maupun gas. Semen ter-sebut
digunakan untuk melekatkan rangkaian pipa selubung dan mengisolasi zona produksi
serta mengantisipasi adanya berbagai masalah pemboran.

51
Perencanaan penyemenan meliputi :
 Perkiraan kondisi sumur (ukuran, tem-peratur, tekanan, dsb.)
 Penilaian terhadap sifat lumpur pem-boran
 Pembuatan suspensi semen (slurry de-sign)
 Teknik penempatan
 Pemilihan peralatan, seperti centralizers, scratchers, dan float equipment
Program perencanaan penyemenan secara tepat, merupakan hal pokok yang akan
mendukung suksesnya operasi pemboran.
Pada dasarnya operasi penyemenan bertujuan untuk :
1. Melekatkan pipa selubung pada dinding lubang sumur,
2. Melindungi pipa selubung dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pem-boran
(seperti getaran),
3. Melindungi pipa selubung dari fluida formasi yang bersifat korosi, dan
4. Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain dibelakang pipa selu-bung.
6.1.1 KOMPONEN, KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SEMEN
Komponen utama semen Portland diperlihatkan oleh Tabel 7-1. Dari tabel tersebut
dapat dilihat bahwa C3S dan C2S merupakan komponen utama. C3S memiliki laju hidrasi
yang paling tinggi dan berpengaruh pada sifat ketahanan semen secara keseluruhan. C 2S
merupakan komponen yang tidak begitu reaktif dan berpengaruh pada peningkatan
kekuatan semen secara bertahap. C3A berpengaruh pada pengerasan awal karena sifat
hidrasinya yang cepat. C4AF hampir sama dengan C3A akan tetapi sangat tergantung pada
temperatur dan persentase additif.
Bahan dasar pembuatan semen diambil dari batuan jenis Calcareous dan
Argillaceous seperti limestone, clay dan shale, serta jenis bahan lainnya dengan
kandungan kalsium karbonat yang tinggi.
Suspensi semen yang dipompakan ke dalam lubang sumur terdiri dari :
 Semen,
Jenis semen yang biasa digunakan adalah semen potland
 Additive khusus
Zat tambahan ini digunakan untuk mengatur karakteristik semen, seperti tickening
time, densitas dan compressive strengths.

52
 Air
Air merupakan bagian yang penting dalam penyemenan, sehingga sample semen dan
air harus ditest sebelum digunakan dalam penyemenan yang sebenarnya.

6.1.2. JENIS PENYEMENAN


Berdasarkan alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu primary
cementing, dan squeeze cementing.
 Primary Cementing
Merupakan penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah pipa selubung
diturunkan kedalam sumur.

Penyemenan antara formasi dengan pipa selubung bertujuan untuk :


1. Melindungi formasi yang akan dibor dari formasi sebelumnya dibelakang pipa
selubung yang mungkin bermasalah .
2. Mengisolasi formasi tekanan tinggi dari zona dangkal sebelumnya.
3. Melindungi daerah produksi dari water-bearing sands.
Suspensi semen biasanya ditempatkan dibelakang pipa selubung. Suatu kondisi
pemboran tertentu mungkin mengharuskan untuk penyemenan annulus tanpa
penyemenan annulus secara keseluruhan.
Penyebab yang umum adalah adanya zona lost circulation yang memungkinkan
semen bersirkulasi kembali keatas. Sebab lain yang mungkin adalah kesalahan dalam
pembuatan suspensi semen.
Liner disemen dengan suspensi semen yang lebih ringan daripada rangkaian pipa
selubung. Pada saat liner diturunkan kedalam lubang sumur, suspensi semen harus
langsung dipompakan.
Pensirkulasian suspensi semen dengan volume berlebih dapat me-nyebabkan
masalah-masalah pemboran, antara lain :
1. Jika suspensi semen dengan volume berlebih disirkulasikan keatas melalui
annulus, mungkin akan diperlukan waktu tambahan, dimana kemungkinan semen
akan mengeras di annulus.

53
2. Sedangkan jika suspensi semen dengan volume berlebih tersebut sirkulasinya
dikembalikan melalui pipa bor, tekanan hidrostatik dan tekanan friksi pada
dudukan pipa selubung akan menyebabkan terjadinya lost circulation.
 Squeeze Cementing
Untuk menyempurnakan dan menutup rongga-rongga yang masih ada setelah
primary cementing, dapat dilakukan squeeze cementing.

Aplikasi pokok untuk squeeze cementing antara lain adalah :


1. Menyempurnakan primary cementing ataupun untuk perbaikan terhadap hasil
penyemenan yang rusak.
2. Mengurangi water-oil ratio, gas-oil ratio dan water-gas ratio
3. Menutup kembali zona produksi yang diperforasi apabila pemboran mengalami
kegagalan dalam mendapatkan minyak.
4. Memperbaiki kebocoran pada pipa selubung
5. Menghentikan lost circulation yang terjadi pada saat pemboran berlangsung
Pertimbangan yang paling penting dalam operasi squeeze cementing adalah
teknik penempatan dan pembuatan suspensi semen yang akan digunakan.
Squeeze cementing juga dapat digunakan untuk menurunkan ratio fluida
produksi. Volume gas yang besar memungkinkan untuk terjadinya pengurangan
tekanan reservoir lebih cepat, bersamaan dengan pembentukan harga pemisah yang
berlebih pada fasilitas produksi permukaan oleh volume air yang besar. Bagian
perforasi tertentu mungkin harus ditutup dengan pemompaan suspensi semen,
sehingga volume gas dan air dapat dikurangi dengan penyemenan dibagian atas dan
bawah perforasi secara berurutan
Lost circulation seringkali dapat diatasi dengan squeeze cementing, dengan
catatan proses penyemenan harus sesuai dengan jenis lost circulation yang terjadi.
Ada empat metode squeeze cementing yang saat ini digunakan, yaitu bradenhead
methods, packer squeeze methods, balanced plug methods, dan dump bailer
methods.
a. Bradenhead Method
Dalam metode ini drill pipe diturunkan hingga berada tepat diatas perforasi (atau
zona) yang akan mendapatkan squeezed off. Kemudian semen ditempatkan guna

54
menutupi zona tersebut. Pipe rams lalu ditutup dan diterapkan tekanan hasil
perhitungan dari permukaan guna melakukan squeeze off terhadap perforasi
tersebut.
b. Packer Squeeze Method
Pada metode ini retrievable packer atau retainer packer diturunkan hingga
berada tepat diatas zoana yang akan di sqieezed off. Retrievable packer,
ditempatkan pada pipa bor. Retainer packer dijalankan dengan wire line dan
diset dengan special setting kit. Jika volume total semen telah di squeezed off,
maka semen berlebih harus dipompakan agar kembali sehingga tidak akan
menyemen pipa bor.
c. Hesitation Squeeze
Metode ini secara khusus digunakan pada zona dengan permeabilitas rendah.
Sebuah pipa bor digunakan dalam menempatkan semen sepanjang zone of
interest dan bubur semen dipompa dan dihesitasi.
d. Plugging-back Operation
Operasi ini meliputi penempatan cemen plug sepanjang zona yang akan di plug
off.
Plug semen digunakan untuk :
 Meninggalkan lower depleted zones.
 Plug off atau meninggalkan seluruh sumur atau sebagian dari sebuah open
hole.
 Memberikan kick of point untuk operasi side track drilling.
 Menutup zona lost circulation pada open hole.
e. Balanced Plug Method
Pada metode ini hanya digunakan pipa bor. Pre-flush dipompakan sebelum
semen dan lalu diikuti oleh fluida pembatas (spacer).
Prinsipnya adalah menempatkan kolom semen pada pipa bor yang tingginya
harus sama dengan yang terdapat pada annulus.

6.1.3. METODE PENYEMENAN


Berdasarkan pada metode yang digunakan, proses penyemenan dapat dibedaka
menjadi dua jenis, yaitu single stage cementing, dan multy stage cementing.

55
a. Single Stage Cementing
Single stage cementing umumnya digunakan untuk melakukan penyemenan terhadap
pipa konduktor dan surface. Sejumlah lumpur disiapkan dan dipompakan ke dalam
casing.
Perlu dicatat pula bahwa seluruh bagian internal dari peralatan casing, termasuk float
shoe, wiper plug dan lain sebagainya merupakan peralatan yang dengan mudah dapat
hancur bila dibor.
b. Multi Stage Cementing
Multi stage cementing diterapkan pada penyemenan rangkaian casing yang panjang
khususnya guna :
 Mengurangi tekanan total pemompaan .
 Mengurangi tekanan total hidrostatis pada formasi-formasi lemah sehingga tidak
terjadi atau terbentuk rekahan.
 Memungkinkan pemilihan penyemenan daripada formasi.
 Memungkinkan penyemenan keseluruhan total panjang casing.
 Memastikan penyemenan efektif di sekeliling shoe dari rangkaian casing
sebelumnya.
Pada multi stage cementing sebuah stage cementer dipasang pada posisi tertentu pada
rangkaian casing. Posisi stage cementer ditentukan oleh panjang total kolom semen
dan kekuatan formasi.
Untuk pekerjaan two-stage cementing, sebuah one-stage cementer digunakan pada
rangkaian casing. Casing lalu diturunkan ke dasar lubang. Kemudian casing
disirkulasikan dengan sejumlah volume sebesar dua kali kapasitas lubang. Tahap
pertama penyemenan ditujukan sebagai operasi tahap tunggal, akan tetapi bagian top
kolom semen berakhir tepat dibawah stage cementer.
Tahap kedua diawali dengan menjatuhkan sebuah opening bomb dari permukaan
sehingga memungkinkan untuk jatuh pada opening seat pada stage collar. Saat bomb
telah ditempatkan, tekanan pemompaan sebesar 1200 - 1500 psi diatas tekanan
sirkulasi diterapkan pada penyeretan pin penahan dan memungkinkan sebuah bottom
sleeve bergerak turun. Gerakan sleeve akan membuka terminal, sehingga
menetapkan hubungan antara bagian dalam (internal) casing dengan annulus.

56
Lumpur kemudian disirkulasikan guna mengkondisikan sumur yang ditujukan untuk
memulai tahap kedua.
Volume semen yang diperlukan untuk tahap kedua lalu dipompakan dan diikuti
dengan sebuah closing plug. Bubur semen melewati terminal dari stage cementer dan
akan ditempatkan pada annular area. Jika plug telah mencapai stage cementer maka
tekanan sebesar 1500 psi diatas tekanan yang diperlukan untuk mensirkulasikan
semen diterapkan pada closing plug sehingga mendorong upper sleeve turun dan
dengan demikian akan menutup terminal dan menyekat ruang antara casing dengan
annulus. Sehingga dengan demikian keseluruhan rangkaian casing telah disemen.
6.1.4. MEKANIKA PENYEMENAN
Persiapan dan pemompaan bubur semen tergantung pada kedalaman lubang dan
temperatur dasar lubang yang diperkirakan, additiv kimia yang ditambahkan untuk
mengontrol sifat-sifat semen yang akan dimiliki setelah semen mengeras.

Bubur semen disiapkan dengan mencampurkan semen kering dengan sebuah water
jet. Hasil campuran diarahkan ke dalam sebuah tangki, dimana akan diuji densitas dan
viskositasnya. Bubur semen kemudian dihisap oleh sebuah pompa tripleks yang kuat dan
dipompakan pada tekanan tinggi sehingga masuk ke dalam casing melalui cementing
head.
Cementing head menghubungkan top dari casing dengan unit pompa. Pada alat ini
terdapat dua katup penahan yang berfungsi menahan top dan bottom wiper plugs. Alat ini
juga dilengkapi dengan sebuah manifold yang dapat dihubungkan dengan unit pompa
semen atau sebuah pompa rig.
Operasi penyemenan berlanjut dengan membuka katup penahan bottom wiper plugs
dan mengarahkan bubur semen melewati top valve. Kemudian bubur semen akan
mendorong bottom plug masuk ke dalam casing sampai plug mencapai dan duduk diatas
float collar. Pemompaan diteruskan hingga meruntuhkan diafragma sentral pada plug
yang akan memungkinkan semen agar dapat mengalir lewat dan menempati sekeliling
casing. Jika volume keseluruhan semen telah tercampur, maka pemompaan dihentikan
dan top wiper plug ditempatkan pada cementing head. Kemudian lumpur pemboran
dipompakan melalui top valve, yang akan mendorong top wiper plug turun ke dalam

57
casing. Jika top plug telah mencapai bottom plug maka sumur ditutup dan bubur semen
dibiarkan agar mengeras.
6 . 2 . P E R A L ATA N P E N Y E M E N A N
Proses penyemenan terdiri dari pencampuran air dengan semen dalam
perbandingan tertentu dan dengan additive tertentu pula. Pendorongan semen dapat
dilakukan dengan sistem sirkulasi ke belakang casing, ditekan masuk ke formasi atau
ditempatkan sebagai suatu plug atau sumbat pada lubang yang tidak merupakan perforasi
completion (misalnya disini open hole completion).
Peralatan penyemenan pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu peralatan di
atas permukaan (surface equipment), dan peralatan bawah permukaan.
6.2.1. PERALATAN DI ATAS PERMUKAAN
Peralatan penyemenan terdapat di atas permukaan meliputi Cementing unit, Flow
line, dan Cementing head.
A. Cementing Unit
Cementing unit adalah merupakan suatu unit pompa untuk memompakan bubur
semen (slurry) dan lumpur pendorong dalam proses penyemenan, yang berfungsi
untuk mengontrol rate dan tekanan. Jenis pompa dapat berupa duplex double
acting piston pump dan single acting triplex plunger pump. Plunger pump lebih
umum dipakai karena slurry dapat dikeluarkan dengan rate yang lebih uniform
dan tekanannya lebih besar.
Cementing Unit terdiri dari :
 Tanki Semen
Untuk menyimpan semen kering.
 Hopper
Untuk mengatur aliran dari semen kering agar merata.
 Jet Mixer
Mixer yang umum digunakan sekarang ini adalah jet mixer dimana
dipertemukan dua aliran yaitu bubur semen dan air yang ditentukan melalui
venturi agar dapat mengalir dengan deras dan dapat menghasilkan turbulensi,
yang dapat menghasilkan pencampuran yang baik dan benar-benar homogen.
Densitas slurry dapat diukur dengan mud balance

58
 Motor penggerak pompa dan pompa semen
berfungsi untuk memompa bubur semen.
Jenis-jenis cementing unit :
1. Truck mounted cementing unit
2. Marine cementing unit
3. Skit mounted cementing unit
B. Flow Line
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang dipompakan dari
cementing unit ke cementing head.
C. Cementing Head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang bor.
Ada dua tipe cementing head, yaitu :
1. Mac Clatchie Cementing Head
Merupakan type cementing head yang cara penggunaannya pada waktu pemasukan
bottom plug dan top plug dengan jalan membuka dan memasang kembali.

2. Plug Container
Jenis ini tidak praktis dari pada mac clatchie, karena pada plug contanier ini
memasangnya top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya, akan tetapi sudah
terpasang sebelumnya.

6.2.2. PERALATAN BAWAH PERMUKAAN


Peralatan penyemenan bawah permukaan meliputi :
a. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :
1. Melindungi lubang bor dari pengaruh fluida formasi dan tekanan-tekanan
disekitarnya.
2. Melindung lubang bor dari guguran
3. Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.
4. Bersama-sama semen memperkuat dinding lubang serta mempermudah operasi
produktf nantinya.

59
Jenis-jenis casing :
 Conductor casing
 Intermediate casing
 Production casing
b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing harus terletak
ditengah-tengah lubang, untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
Fungsi dari centralizer sebagai berikut :
1. Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
2. Menyekrap mud cake
3. Mencegah terjadinya differntial sticking
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu mendorong casing di tengah-
tengah lubang.
c. Scratchers
Adalah suatu alat yang dirangkaikan/dipasang pada casing dan berfungsi untuk
membersihkan dinding lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang bor yang
bersih.
Ada dua jenis scratchers , yaitu Rotation type wall scratchers dan Reciprecasing
type scratcher.
Pemasangan scratchers pada casing pada umumnya dilas, tetapi dewasa ini
dipasang dengan step collar atau clemps. Receiprecasing scratcher umumnya dipasang
pada interval 15-20 ft sepanjang daerah yang disusun, sedang relating scretcher
dipasang pada zone produktif (porous).
d. Peralatan Floating
Peralatan floating terdiri dari casing shoe, float shoe, guide collar dan float collar.
1. Casing Shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan pada ujung
terbawah dari rangkaian casing dan didalamnya tidak terdapat valve. Berfungsi
sebagai sepatu dan pemandu untuk memudahkan pemasukan rangkaian casing agar

60
tidak terjadi sangkutan pada didnding lubang bor. Shoe ini bersifat drillable atau
dapat dibor kembali.
2. Float Shoe
Pada prinsipnya adalah sama dengan casing shoe, perbedaannya terletak pada
adanya valve yang berfungsi untuk :
 Mencegah aliran balik, mencegah blowout pada saat casing diturunkan.
 Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan.
 Memperkecil beban menara.
3. Guide Collar
Tidak dilengkapi valve, sehingga tidak dapat menahan tekanan balik.
4. Float Collar
Dilengkapi dengan valve, sehingga fapat menahan tekanan balik semen.
e. Shoe Trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar, sepanjang satu
batang atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus, karena ketinggian
semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan hidrostatik diluar dan didalam
casing pada waktu memasukkan top plug. Shoe trach berfungsi untuk menampung
bubur semen yang bercampur udara atau lumpur pendorong, agar tidak keluar ke
annulus disekitar shoe. Memasukkan udara pada bubur semen ini terjadi bila
penyemenan menggunakan mac clatchie cementing head, yaitu pada saat cementing
head dibuka sampai memasuki top plug dan pemasangan cementing head kembali.
Udara masuk karena adanya penurunan tekanan semen, akibat perbedaan berat jenis
bubur semen didalam casing dan berat jenis lumpur diluar casing.
f. Bottom Plug
Berfungsi untul mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan bubur
semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing dan memisahkan
casing dari semen dan juga membersihkan mud film didalam dinding casing, pada
bottom plug terdapat membran yang pada tekanan tertentu dapat pecah, sehingga
semen akan mengalir keluar dan terdorong ke annulus sampai mencapai tujuan yang
diharapkan. Bottom plug dibuat dari bahan karet dan bahan dalamnya dibuat dari
alluminium.

61
g. Top Plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari lumpur
pendorong agar tidak terjadi konyaminasi, membersihkan semen dari sisa-sisa semen
didalam casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada bagian bawahnya
digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membran. Apabila top plug ini sudah
mencapai bottom plug, maka tekanan pompa akanm naik secara tiba-tiba dan pada saat
itu pemompaan dihentikan.
6 . 3 . P E R A L ATA N PA D A S TA G E C E M E N T I N G
A. Peralatan Di Atas Permukaan
Pada penyemenan bertingkat ini, alat yang digunakan relatif sama dengan
penyemenan konvensional.
B. Peralatan Di Bawah Permukaan
1. Stage Cemmenting Collar
Berfungsi untuk melewatkan bubur semen setelah penyemenan pertama
dilakukan. penyemenan bertingkat dilakukan apabila sumur terlalu dalam, formasi
diatas dan dibawah zona yang disemen cukup jauh, menghindari bahaya tekan pompa
yang berlebih.
2. Cement Basket
Terletak dibawah stage cementing collar, berfungsi untuk menyekat ruang annulus
antara ruang bawah stage collar dan bagian atas stage collar.
3. Trip Plug
Setelah primary cementing selesai maka dimasukkan trip plug. Plug ini berfungsi
untuk membuka lubnag pada strategi cementing collar. Karena beratnya, trip plug ini
turun kebawah yang akhitnya sampai pada stage cementing collar. Dengan tekanan
tertentu lower inner sleeve akan turun dan membuka lubang pada stage cementing
collar disebut cementing ports.

4. Shut Off plug


Setelah pendorongan bubur semen selesai, kemudian dimasukkan shut off plug
yang berfungsi untuk menutup cementing port, sehingga tidak terjadi aliran balik.

62
L o s t c ir c u la tio n
zone
S h a llo w , S h a le C em ent
C a s in g w eaker C a s in g
C em ent C a s in g
zones
C em ent W a te r
sand
H e a v in g
s h a le O il
In c re a s e d sand
O pen
M u d w e ig h t
h o le r e q u ire d H ig h
to c o n tro l p re s s u re
p re s s u re s zones

M e lin d u n g i fo r m a s i M e n g is o la s i fo r m a s i M e lin d u n g i d a e r a h p r o d u k s i
y a n g a k a n d ib o r y a n g b e r te k a n a n tin g g i d a r i z o n a w a te r - b e a r in g s a n d s

Gambar 6.1
Tujuan Primary Cementing

T u b in g

P r o d u c tio n
P acker

P r o d u c tio n
C a s in g

G as
G a s - O il
C o n ta c t

O il
P e rfo ra s i

U p p e r p e r fo r a t io n s m u s t b e s q u e e z e d
w it h c e m e n t to r e d u c e g a s flo w

Gambar 6.2

63
Squeeze Cementing untuk mengontrol GOR

P acker
2 0 0 to 4 0 0 ft

T a il p ip e

Cem ent
C em ent
Zone
to b e
squeezed
o ff

Gambar 6.3
Retrievable Packer Squeeze Method

C em ent

S u rfa c e
S econd C a s in g
S ta g e
C em ent
B asket

T h ie f
Zone F lo a t
C o lla r H e a v in g
s h a le

Gambar 6.4
Multistage Cementing
pada zona Lost Circulation

64
P u m p in g
U n it

P ip e r a m s
c lo s e d

D r ill p ip e

D r ill p ip e

S t in g e r

P e r fo r a tio n s

R e ta in e r a n d S t in g e r B ra d e n h e a d
M e th o d

Gambar 6.5
Metode Squeeze Cementing

65
C ast R ubber
A lu m in iu m D ia p h r a g m

C ast
S o lid a A lu m in iu m b
C o re
H o llo w
C o re

M o ld e d
M o ld e d
R ubber Body
R ubber Body

Gambar 6.6
Penampang Top Plug (a) dan Bottom Plug (b)

To p
P lu g

D ia p h r a g m
R u p tu re d

S o lid
C o re

B o tto m
P lu g

F lo a t
C o lla r

Gambar 6.7
Posisi Top Plug pada Bottom Plug

66
7. SISTEM PENUNJANG

7.1. PENDAHULUAN
Fishing job adalah pekerjaan dalam teknik pemboran yang mana pekerjaan ini
berhubungan dengan pengambilan kembali alat-alat / potongan-potongan alat ke
permukaan. Alat yang jatuh harus secepatnya diambil karena semakin lama semakin sulit
diambil karena tertutup cutting atau mud cake dan lainnya. Kerugian dalam pekerjaan ini
adalah rig timernya semakin panjang dan ini tentunya akan menambah biaya pemboran.
Kejadian ini tidak jarang terjadi pada operasi pemboran karenanya harus selalu
hati-hati dan selalu mengontrol peralatan misalnya bit yang sudah tumpul harus segera
diganti dan juga WOB yang tidak terlalu besar yang mengakibatkan drill string patah.
Apabila alat ini tidak dapat diambil maka harus diadakan pemboran side tracking dan
lubang tidak dapat diteruskan lagi.
7 . 2 . P E R A L ATA N P E N U N J A N G
Sistem peralatan penunjang lainnya yang penting adalah Kunci-kunci, Casing hanger,
serta Fishing tools (alat-alat pemancing)
7.2.1. KUNCI-KUNCI
Peralatan-peralatan yang termasuk dalam kategori ini, antara lain adalah sebagai
berikut :
Kunci Wilson (Make Up and Break Out Tongs)
Digunakan pada waktu menyambung/melepas sambungan rangkaian pipa bor, digantung
pada menara bor dan bekerja secara mekanis.
Power Tongs
Fungsinya sama dengan kunci Wilson, tetapi bekerja secara hidrolis atau elektris.
Kunci-kunci dan rantai.
Tali henep
Merupakan tali yang digunakan untuk memperkeras/melepas sambungan rangkaian pipa
bor. Tali henep ini dililitkan pada cathead.

67
7.2.2. CASING HANGER
Bagian casing yang terletak pada ujung atas berfungsi untuk menggantungkan
seluruh rangkaian casing yang berada dalam lubang bor, disamping itu juga berfungsi
untuk fondasi dari BOP stack.
7.2.3. FISHING TOOLS
a. Operasi Pemancingan
Operasi pemancingan adalah operasi untuk mengambil benda-benda yang tidak
diinginkan dari lubang bor, termasuk potonga-potongan logam kecil, peralatan atau
rangkaian bagian pipa bor.
Ada tiga tipe utama operasi pemancingan, yaitu :
Mengambil kembali benda-benda kecil yang tidak dapat dibor dari dalam lubang bor.
Pengambilan bagian dari rangkaian pipa bor yang tertinggal di dalam lubang bor akibat
"twist off (patah terpuntir).
"Membebaskan" (freeing) rangkaian pipa bor yang terjepit di dalam lubang bor.
b. Pemecahan Masalah Pemancingan
Pemancingan dilakukan apabila ada sesuatu yang kurang benar, dan mengganggu
kelangsungan operasi pemboran itu sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat berupa
adanya benda-benda kecil di dalam lubang bor, terjadinya twist off (patahnya pipa karena
gaya pelintir atau putaran), ataupun pipe sticking (penjepitan pipa).
1. Benda-benda kecil di dalam lubang bor.
Untuk mengambil benda-benda kecil di dalam lubang bor ada bermacam-macam
alat dimana setiap alat mempunyai fungsi yang berbeda-beda seperti :
Junk Basket
Junk Basket mempunyai jari-jari yang dapat ditekuk disekeliling "fish" (ikan) jika
ditekan.
Boot Junk Basket
Dipasang di atas bit (mata bor) dan pada waktu cairan pemboran mengaduk benda-benda,
maka benda-benda tersebut akan mengendap di sekeliling boot yang berfungsi sebagai
keranjang (basket).
Jet-Powered Junk Retriever

68
Alat ini menggunakan sirkulasi lumpur untuk mengaduk benda-benda kecil di dasar
lubang bor, sehingga memungkinkan benda tersebut dapat diambil kembali.
Fishing Magnet
Magnet dapat menarik benda-benda dari dasar lubang bor.
2. Twist-Off (patah terpelintir)
Jika terjadi "twist off", pipa bagian diangkat dari dalam lubang bor. Kedalaman
"twist off" harus ditentukan dan bagian atas dari pipa yang tertinggal dibubut dengan alat
khusus untuk menghilangkan bagian-bagian yang runcing.
Selanjutnya gunakan "Overshot" yang berfungsi untuk mencekam bagian luar
pipa atau gunakan "Spear" yang berfungsi untuk mencengkeram bagian dalam pipa,
sehingga sisa patahan rangkaian pipa bor tersebut dapat diambil kembali.
3. Stuck Pipe (pipa terjepit)
Untuk membebaskan pipa dari masalah penjepitan dapat dilakukan cara-cara
sebagai berikut :
Pemisahan
Untuk membebaskan pipa yang terjepit di dalam lubang bor sebagian rangkaian pipa bor
dilepaskan. Hal ini dilakukan dengan jalan menurunkan suatu alat yang disebut "free
point indicator" ke dalam rangkaian pipa bor untuk menentukan letak titik jepit.
Kemudian turunkan alat yang lain disebut"string shot" yang berisi bahan peledak untuk
"memundurkan" rangkaian pipa bor. Hal ini dilakukan dengan meletakkan "String shot"
berlawanan dengan sambungan di atas, kemudian diledakkan. Pada waktu yang
bersamaan diberikan daya putar pada rangkaian pipa bor. Hal ini akan menyebabkan pipa
terlepas kemudian turun suatu alat yang disebut "jar" atau "buper jar", ke dalam lubang
bor dan ulirkan pada "ikan", dalam usaha untuk membebaskan pipa.
Pencabutan
Dalam hal jepitan pipa yang disebabkan oleh urugan atau potongan-potongan, hydraulic
jars dapat digunakan untuk mencetak "reamer" untuk memperbesar lubang bor. Jika
penyebabnya adalah karena menumpuknya kerak (mud cake) pada dinding atau
longsornya dinding lubang bor, maka digunakan suatu alat khusus yang disebut
"washover pipe". Alat tersebut terdiri dari rotary shoe yang dapat membuka kembali
lubang bor, mencekam pipa yang terjepit dan menariknya dalam lubang bor.

69
7.3. PENGGOLONGAN FISHING TOOLS
Secara umum fishing tools yang digunakan dalam operasi pemboran dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Alat pancing dari luar (external catch)
Salah satu alat pancing yang termasuk external catch adalah overshot, yaitu suatu
alat berbentuk mangkok yang menerkam alat yang jatuh, suatu slip bagian dalamnnya
akan memegang bagian luar fish. Clearence antara lubang dan fish ini harus cukup besar
untuk memungkinkan alat ini untuk masuk.
b. Alat pancing dari dalam (internal catch)
Alat pancing yang termasuk jenis pancing dari dalam (internal catch) adalah
tappered taps, dan spears.
Tappered taps
merupakan salah satu fishing tool tertua, alat ini mempunyai ulir di bagian luar dan
diturunkan serta diputar agar bertemu dengan ulir di dalam fish sampai mendapat
pegangan yang kuat.
Spears
adalah suatu alat berbentuk mangkok yang menerkam alat yang jatuh. Alat ini masuk ke
dalm fish dan menggigit bagian dalam fish dengan slip yang mengembang, ia dapat
dilepaskan kembali dengan memutar. Spears digunakan jika clearance lubang dengan fish
kurang besar, bedanya dengan tappered teps ialah alat ini dapat melepaskan kembali
"ikannya" bila tidak berhasi ditarik.
c. Alat pemukul/penggerak
Yang termasuk alat pemukul / penggerak adalah jar dan bumper sub. Jar adalah suatu alat
yang memberikan pukulan untuk membantu melepaskan fish yang melekat pada ujung
lubang, pengunannya dikombinasikan dengan overshot dan spears.
d. Alat-alat keselamatan rangkaian
Peralatan yang termasuk dalam kategori Alat-alat keselamatan rangkaian, antara
lain adalah safety joint. Alat ini diturunkan di atas fishing tools dan untuk menjaganya
apabila fishing tools tersebut juga macet maka ia ditarik dengan melepaskan safety joint.

70
e. Alat pancing benda-benda kecil
Alat pemancingan yang digunakan untuk memancing benda-benda kecil antara
lain adalah junk basket, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti core barrel, dengan
menekankan alat tersebut ke fish dan mengalihkan fish naik.
f. Alat untuk meratakan obyek
Yang termasuk jenis ini antara lain adalah milling tool dan scrapper
g. Alat pelengkap pancingan yang lain
Washover Pipe
adalah suatu pipa yang diameter dalamnya cukup besar untuk menutup menggigit
fishnya, digunakan untuk diputar di luar fish-nya agar fish terlepas dari dinding sumur
untuk membersihkan luar pipa fish.
Inside dan Outside Cutter
merupakan alat untuk memotong fish dari dalam atau dari luarnya, digunakan untuk drill
string yang mau diangkat sebagian karena terlalu panjang. Biasanya sebelum digunakan
washover pipe untuk membersihkan bagian luarnya. Selain pisau pemotong juga
digunakan bahan kimia untuk memotong tersebut.
Overshot Guide

Gambar 7.1
Spear Catch Tool

71
Gambar 7.2
Fishing Taps

m agnet

Gambar 7.3
Magnet Junk Retriever

72
Gambar 7.4
Overshoot Catch Tool

Gambar 7.5
Die Collars

73
B. LUMPUR PEMBORAN
Dalam operasi pemboran fluida pemboran (Lumpur) sangatlah penting.
Selain menghasilkan lubang pemboran juga menghasilkan cutting. Cutting adalah
serbuk atau serpihan hasil pemboran. Serbuk pemboran atau cutting harus diangkat
dari bawah bit, dan dibawa ke permukaan.oleh fluida pemboran. Caranya adalah
dengan mensirkulasilan lumpur dari permukaan ke dsar lubang melalui rangkaian
pemboran, kemudian lumpur pemboran membawa cutting ke permukaan melalui
annulus antara rangkaian pemboran dan dinding lubang. Di permukaan cutting
dipisahkan dari lumpur oleh shale shaker, dan lumpur kembali ke dalam tangki
lumpur.
Lumpur pemboran disebut juga dengan fluida pemboran, yang dikenal
dalam bahasa asing dengan drilling fluid. Lumpur pemboran terdiri dari fasa fluida,
pasa padatan, dan fasa kimia. Ketiga fasa ini membentuk suatu fluida yang dapat
dipompakan. Fasa fluidanya merupakan fasa yang dominan dan kontinyu. Fasa ini
dapat berupa air, minyak atau gas.
Fluida pemboran yang mempunyai fasa yang kontinyu dan dominan adalah
air disebut dengan Water Based Mud.Fuida pemboran yang mempunyai fasa yang
kontinyu dan dominan adalah minyak disebut dengan Oil Based Mud. Sedangkan
II.1 FUNGSI LUMPUR PEMBORAN.
Dalam operasi pemboran , Lumpur pemboran mempunyai banyak fungsi.
Fungsinya adalah sebagai berikut :
- Membersihkan dasar lubang
- Mengangkat cutting ke permukaan
- Menahan tekanan formasi
- Menahan dinding lubang supaya tidak runtuh sebelum casing dipasang
- Menahan cutting dalam kondisi suspensi saat tidak ada sirkulasi
- Mengurangi torsi, drag, dan pipe sticking
- Mengurangi kerusakan formasi
- Mengurangi korosi peralatan pemboran
- Mengontrol problem kontaminasi
- Sebagai pelumas dan pendingin rangkaian pemboran

74
- Sebagai media informasi dan media logging listrik
- Sebagai tenaga penggerak down hole motor
- Menaikkan drilling rate
2.1 Membersihkan Dasar Lubang
Formasi yang ditembus berubah menjadi cutting serpihan yang kecil-kecil yang
disebut dengan cutting. Cutting yang berada dibawah. Harus segera dikeluarkan
supaya tidak dibor kembali oleh bit.. Cutting di bawah bit disemprot oleh lumpur
dan dibawa keluar dari bawah bit Pembersihan cutting dari bawah bit tergantung
kepada :
1. viskositas Lumpur
2. berat jenis cutting
3. berat jenis Lumpur
4. kecepatan aliran lumpur
5. ukuran cutting

75
Bila viskositas lumpur kurang dari yang seharusnya, maka kemampuan lumpur
untuk mengangkut cutting dari bawah bit menjadi rendah, sehingga sebagian dari
cutting masih tertinggal di bawah bit. .Kalau cutting berat, susah bagi lumpur
untung mengangkatnya dari bawah bit. Berat jenis lumpur dan .kecepatan aliran
lumpur yang kecil, akan menyebabkan daya angkutnya dan daya semprot lumpur
juga berkurang .Ukuran cutting yang besar-besar tentu akan menyulitkan cutting
keluar dari bawah bit.
Bila cutting di bawah bit tidak segera terangkat dan masih berada di bawah bit,
maka cutt-ing itu digilas dan di bor lagi oleh bit, dan akan memperlambat
pemboran. Dengan kata lain akan menurunkan rate of penetration.
2.2 Mengangkat Cutting dari Dasar Lubang ke Permukaan
Dengan mensirkulasikan lumpur dari permukaan ke dasar lubang melalui bagian
dalam rangkaian pemboran, dan dari dasar lubang lumpur naik krmbali melalui
annulus antara rangkaian pemboran dan dinding lubang ke permukaan. Perjalanan
lumpur dari dasar lubang ke permukaan ini sambil membawa cutting. Di
permukaan dan Lumpur mengalir melalui flow line menuju shale shaker, dan pada
shale shaker cutting dipisahkan dari lumpur. Cutting dibuang dan Lumpur kembali
ke dalam tangki lumpur.
Pengangkatan cutting dari dasar lubang ke permukaan dipengaruhi oleh :
- annular velocity
- slip velocity
- plastic viscocity
- jenis aliran.
Annular velocity maksudnya kecepatan aliran lumpur di annulus, slip velocity
maksudnya kecepatan cutting turun menuju dasar lubahg, plastic viscosity
maksudnya viskositas plastik yang dipunyai lumpur. Cutting dapat diangkat
kepermukaan apabila annular velocity lebih besar dari slip velocity. Bila tidak maka
cutting akan turun ke dasar lubang. Akibatnya cutting akan menumpuk di sekeliling
rangkaian pemboran, dan menyebabkan pipa akan terjepit. Annular velocity
tergantung kepada kapasitas pemompaan, ukuran rangkaian pemboran dan ukuran
lubang. Sedangkan slip velosity tergantung kepada :

76
- ukuran cutting
- bentuk cutting
- dan berat jenis cutting

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dalam membersihkan dasar lubang dari


cutting bahwa kemampuan membawa cutting dipengaruhi oleh viskositas lumpur.
Maka kalau viskositas lumpur kurang dari yang seharusnya, maka kemampuan
untuk mengangkat cutting akan kurang baik
2.3 Menahan Tekanan Formasi.
Tekanan–formasi harus dapat ditahan oleh lumpur, dimana tekanan hidrostatik
lumpur harus lebih besar dari tekanan formasi. Bila tidak fluida formasi akan
masuk ke dalam lubang sumur. dan peristiwa ini disebut dengan kick.

77
Tekanan hidrostatik lumpur tergantung kepada berat jenis lumpur dan tinggi kolom
lum-pur di dalam lubang Gambaran lumpur pemboran menahan tekanan formasi
dapat dilihat pada gambar 3.

Bila tekanan hidrostatik lumpur lebih kecil dari tekanan fomasim maka sumur
mengalami kick . Fluida formasi akan masuk ke dalam sumur dan mendorong
lumpur yang ada di dalam lubang ke permukaan. Gambaran sumur mengalami kick
dapat dilihat pada gambar 4. Fluida formasi yang masuk ke dalam yang disebut
dengan influx akan bergerak naik, dan akan mendorong lumpur yang berada di
dalam lubang, serta akan menyemburkannya ke permukaan. Peristiwa ini disebut
dengan blowout atau semburan liar. Gambaran sumur mengalami blowout dapat
dilihat pada gambar 5
Bila fluida formasi tersebut berupa gas atau minyak, dengan adanya sedikit api
maka akan terjadi kebakaran yang sangat dahsyat, dan ini merupakan kerugian
terbesar dalam
operasi pemboran.

78
Bila fluida formasi tersebut berupa gas atau minyak, dengan adanya sedikit api
maka akan terjadi kebakaran yang sangat dahsyat, dan ini merupakan kerugian terbesar
dalam operasi pemboran. Api bisa berasal dari knalpot engine, pergesekan pasir dengan
pipa , pergesekan antar pasir , dan lain-lain.
Kerugian yang ditimbulkan oleh blowout yang terbakar adalah sebagai berikut :
a. Terbakarnya peralatan pemboran dan peralatan-peralatan lain yang terdapat di
permukaan. Peralatan-peralatan tersebut sangat mahal.
b. Minyak dan atau gas yang terbakar dengan percuma. Seharusnya dapat
mendatang-kan dolar yang besar.
c. Sumur yang blowout dan terbakar umumnya tidak dapat digunakan lagi. Sudah
berapa biaya yang digunakan untuk membuat sumur tersebut sampai dia
mengalami blowout

79
Biaya untuk mematikan blowout yang terbakar sangat tinggi.
d. Polusi terhadap lingkungan.
e. Biaya -untuk kompensasi kepada penduduk disekitar lokasi sangat besar.
Mereka harus-diunsikan dan dibiayai kebutuhan hidupnya selama sumur
masih terbakar.
f. Bisa menimbulkan korban nyawa dan merusak mental para pekerja.
2.4Menahan Cutting dan Material Pemberat Tidak Turun Ke Dasar
Lubang Saat Tidak ada Sirkulasi.
Bila lumpur tidak bersirkulasi atau pompa dimatikan cutting dan material
pemberat harus dalam keadaan suspensi di dalam lumpur. Dengan kata lain
cutting dan material pemberat harus supaya dalam kondisi mengambang dalam
lumpur,disaat tidak ada sirkulasi , Hal ini supaya cutting dan material pemberat
tidak turun dan tidak menumpuk di sekeliling rangkaian pemboran. Kalau cutting

80
dan material pemberat menumpuk di sekeliling rangkaian pemboran, akibatnya
rangkaian pemboran akan terjepit.
Sifat lumpur yang berperan dalam membuat cutting dan meterial pemberat supaya
dalam kondisi suspensi di dalam lumpur adalah gelstrength. Cutting dan material
pemberat akan tertahan karena adanya gaya tarik menarik antara partikel-partikel
padatan di dalam lum-pur. Gambaran cutting dan material pemberat dalam kondisi
suspensi di dalam Lumpur
dapat dilihat pada gambar 6..

2.5 Menahan Dinding Lubang Supaya Tidak Runtuh.


Tekanan hidrostatik yang diberikan lumpur terhadap dinding lubang akan
menahan dinding lubang supaya tidak runtuh selama casing dipasang. Pada
dinding lubang terbentuk lapisan padatan yang disebut dengan mud cake yang
juga akan menahan dinding lubang supaya tidak runtuh. Gambaran lumpur
menahan dinding lubang supaya tidak runtuh sebelum lubang dipasang casing
dapat dilihat pada gambar 7.

81
GB.7. LUMPUR MENAHAN DINDING LUBANG
2.6 Mengurangi Torsi, Drag, dan Pipe Sticking.
Rangkaian pemboran yang berputar akan menimbulkan torsi. Dengan adanya
sirkulasi lumpur akan dapat mengurangi torsi yang terjadi, karena lumpur dapat
bertindak sebagai pelumas. Untuk tujuan pelumasan biasanya lumpur ditambah
dengan minyak diesel.
Drag merupakan goncangan atau getaran yang terjadi disaat pencabutan rangkaian
pem-boran karena adanya tahanan dari dalam lubang, atau ada bagian
rangkaian pemboran
yang menempel dengan dinding lubang. Dengan adanya lumpur dengan
pelumasan yang menempel pada dinding lubang. Dengan lumpur sebagai pelumas
drag dapat dikurangi.
Pipe sticking adalah pipa terjepit, dimana rangkaian pemboran tidak bisa dicabut
atau diangkat, dan tidak diputar. Peristiwa ini disebabkan rangkaian pemboran
menempel dengan dinding lubang, tersangkut, dan atau ditahan oleh cutting
( runtuhan dinding lubang). Dengan memperbaiki atau mengontrol kharakteristik
lumpur pemboran peristiwa ini dapat dicegah atau dikurangi.
2.7 Mengurangi Kerusakan Formasi.
Formasi dapat rusak juga disebabkan oleh lumpur, dimana dinding lubang dapat
runtuh yang menyebabkan pipe sticking, dan juga menyebabkan dinding lubang

82
membesar yang disebut dengan washout. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya pipe sticking dan washout dapat dikurangi dengan mengontrol
kharakteristik lumpur dengan jalan menam-bahkan additive. Additive adalah
material atau bahan-bahan yang ditambahkan atau di-campurkan kealam lumpur
untuk mengontrol kharakteristik lumpur.
Kerusakan formasi-productive sering juga disebabkan oleh lumpur pemboran,
dimana terjadi penurunan permeabilitas formasi productive, yang menyebabkan
penurunan produktifitas formasi Kerusakan formasi ini dikenal dengan istilah
formation damage. Untuk mencegah atau mengurangi terjadi formation damage
adalah dengan mengontrol kharakteristik lumpur pemboran disaat menembus
lapisan productiv.
2.8 Sebagai Pelumas dan Pendingin.
Bit yang selalu bergesek dengan batuan formasi akan menimbulkan panas.
Panas yang terjadi dapat memperpendek umur dari bit, sehingga memerlukan
pendinginan. Rangkai-an pemboran dan bit yang berputar akan menimbulkan
torsi.sehingga diperlukan pelu-masan.Lumpur dapat bertindak sebagai pelumas
dan pendingin rangkaian pemboran dan bit saat operasi pemboran berlangsung.
2.9 Sebagai Media Informasi.
Lumpur pemboran dapat memberikan informasi-informasi kepada personel
pemboran tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam lubang selama
pemboran berlangsung..
Bila permukaan lumpur di dalam tangki turun secara mendadak berarti lumpur
masuk kedalam formasi .Peristiwa ini disebut dengan mud loss. Lumpur di dalam
tangki akan berkurang atau permukaan lumpur dalam tangki turun secara
mendadak. Informasi mud loss ini diketahui oleh personel pemboran dari lumpur.
Gambaran sumur mengalami mud loss dapat dilihat pada gambar 8

83
84
2.10 Sebagai Media Logging.
Untuk menentukan porositas batuan formasi dan saturasi kandungan fluida di
dalamnya dilakukan operasi logging listrik. Arus listrik dilepaskan oleh peralatan
yang diturunkan ke dalam lubang, kemudian arus listrik berjalan dihantarkan
oleh lumpur ke formasi
dibelakang dinding lubang tesus kembali ke receiver pada peralatan melalui
lumpur, kemudian data yang didapat dicatat oleh peralatan di permukaan.
Dalam hal ini lumpur bertindak sebagai pengantar arus listrik, sehingga lumpur
berfungsi sebagai media logging listrik. Gambaran lumpur sebagai media logging
listrik dapat dilihat pada gambar 10.

85
Lumpur yang dapat mengantarkan arus listrik dengan baik adalah lumpur yang
mempunyai fasa cairan air. Bila fasa cairan lumpur adalah minyak, dia kurang
baik menghantarkan arus luistrik

2.11 Sebagai Tenaga Penggerak.


Pada pemboran berarah dan pemboran horizontal bit diputar dengan down hole
motor yang ditempatkan diantara drill collar dan bit. Motor terdiri dari rotor yang
merupakan batang yang melingkar seperti spiral, dan stator yang merupakan
tabung yang tidak ber-gerak yang terdapat pada sekeliling rotor. Untuk memutar
rotor adalah lumpur yang me-nekan rotor dengan tekanan tinggi. Rotor
berhubungan dengan rotary bit sub dan bit sehingga bit akan berputar.
Gambaran rangkaian utama untuk pemboran berarah, serta gambaran motornya
dapat di-lihat pada gambar 11.

86
212 Menaikkan Drilling Rate.
Drilling rate disebut juga dengan penetration rate atau laju pemboran. Dengan
mengatur semprotan lumpur yang keluari jet nozzle bit dengan baik, akan
menyebabkan cutting cepat terangkat dari bawah bit. Selain dari itu semprotan
lumpur akan membersihkan gigi-gigi bit dari cutting yang menempel. Begitu juga
semprotan lumpur akan melunakan formasi yang mau ditembus. Untuk
mendapatkan semprotan lumpur yang baik adalah dengan memakai ukuran nozzle
yang tepat. Hal ini dapat dipelajari pada materi hidrolika lumpur pemboran.

II.3. KOMPONEN LUMPUR PEMBORAN


Lumpur pemboran terdiri dari tiga komponen, yaitu :
- fasa cair
- fasa padat
- additive.
3.1 Fasa Cair.
Fasa cair merupakan komponen utama lumpur pemboran yang menyebabkan
lumpur pemboran dapat disirkulasikan. Komponen ini volumenya yang paling

87
besar dan yang paling dominan. Fasa cair yang digunakan pada lumpur
pemboran dapat berupa air dan minyak
Air yang digunakan dapat berupa :
- air sungai
- air rawa
- air danau
- air laut
- air sumur
Sedangkan minyak yang digunakan harus :
- tidak melarutkan karet
- tidak mudah terbakar
- tidak merusak lingkungan
Saat ini minyak yang umumnya digunakan adalah :
- saraline
- mentor
Minyak ini sudah ramah lingkungan, dan banyak digunakan pada operasi
pemboran le-pas pantai.
3.2 Fasa Padat Lumpur Pemboran.
Fasa padat lumpur pemboran dapat dibagi dua, yaitu :
- reactive solid
- inert solid

3.2.1 Reactive Solid


Reactive solid adalah material padatan lumpur yang bereaksi dengan fasa cair
lumpur. Padatan ini membentuk kekentalan lumpur (viskositas), yang berperan
dalam pengangkatan cutting dari dasar lubang ke permukaan.
Sebagai reactive solid yang umum digunakan untuk komponen lumpur adalah
kelompok viscosifier . Salah satu meterialnya adalah bentonite, yang disebut juga
dengan gel. Material ini berupa tepung yang dikemas dalam karung (sack), yang
mempunyai SG sekitar 2.6, dan beratnya 100 lb/sack.

88
3.2.2Inert Solid.
Inert solid adalah material padatan lumpur yang tidak bereaksi dengan fasa cair
lumpur. Kegunaan dari inert solid adalah untuk menaikkan berat jenis lumpur.
Kelompok ini dise-but dengan weight material. Weight material diperlukan bagi
lumpur untuk memberikan tekanan hidrosatis lumpur guna melawan tekanan
formasi supaya sumur tidak mengalami kick atau blowout. Salah satu padatan ini
adalah barite yang bahasa kimianya adalah barium sulfate. Barite ini berupa
tepung yang dikemas dalam karung (sack), yang mempunyai SG sekitar 4.2, dan
beratnya 100 lb/sack.

3.3 Additive
Additive disebut juga dengan fasa kimia. Additive adalah meterial-material yang
ditambahkan kedalam lumpur untuk mengontrol sifat-sifat lumpur supaya sesuai
dengan yang diinginkan.
Pembahasan additive selanjutnya dibicarakan dalam bab IV, yang berhubungan
langsung dengan sifat-sifat lumpur yang dikontrolnya.

C. SIFAT-SIFAT LUMPUR PEMBORAN


Sifat-sifat lumpur pemboran disebut juga dengan mud properties. Sifat-sifat
lumpur pemboran harus disesuaikan dengan sifat-sifat formasi yang mau
ditembus. Bila sifat-sifat lumpur pemboran tidak sesuai dengan sifat-sifat formasi
yang mau ditembus maka operasi pemboran mendapat masalah.. Oleh sebab itu
dalam merencanakan lumpur pemboran harus diketahui terlebih dahulu sifat-sifat
formasi yang mau ditembus.
Sifat-sifat lumpur pemboran sering berubah selama pemboran berlangsung. Agar
tidak menimbulkan masalah sifat-sifat lumpur pemboran harus diukur srcara
periodic.
Untuk menyesuaikan kembali kepada sifat-sifat lumpur yang direkomendasikan,
lumpur dirawat dengan menambahkan additive-additive yang sesuai.
Sifat-sifat lumpur adalah sebagai berikut :
- berat jenis
- viskositas

89
- yield point
- gelstrength
- filtrat loss
- mud cake
- keasaman
- sand content
- solid content
- salinity
- solid content
- liquid content
- calcium content
- resistivity
- dan lain-lain.
3.1 Berat Jenis Lumpur Pemboran.
Berat jenis lumpur disebut dengan istilah mud weight. Berat jenis lumpur
merupakan perbandingan antara berat lumpur dengan volume lumpur. Berat jenis
lumpur adalah :

Wm
Bjm = Vol m

Dimana :
Bjm : Berat jenis lumpur
Wm : Berat lumpur
Vol m : Volume lumpur

Satuan yang umum digunakan dalam operasi pemboran adalah :


- lbs/gal
- kg/liter
- gram/cc
- lbs/cuft

90
Berat jenis lumpur sangat berhubungan dengan tekanan hidrostatik lumpur, yang
mana, tekanan hidrostatik lumpur harus dapat menahan tekanan formasi supaya
tidak terjadi kick.
3.1.1 Tekanan hidrostatik lumpur.
Tekanan adalah gaya per satuan luas. Gaya yang memberikan tekanan hidrostatik
lumpur adalah berat lumpur itu sendiri.
Untuk suatu bejana yang berisi lumpur setinggi h, dan luas alas bejana A, dan
berat jenis lumpur BJ dapat dilihat pada gambar 4.1

Gb.4.1 Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatis lumpur dalam bejana adalah :


Wm
Ph =
A

91
Dimana :
Ph : Tekanan hidrostatis lumpur
Wm : Berat lumpur
A : Luas penampang lumpur

Berat lumpur dalam bejana adalah :


Wm = Volm x BJm
Dimana :
Wm : Berat lumpur
Vol m : Volume lumpur
Bjm : Berat jenis lumpur

Volume lumpur dalam bejana adalah :


Volm = H x A
Dimana :
Vol m : Volume lumpur
H : Tinggi kolom lumpur
A : Luas penampang dasar bejana
Dengan menggabungkan persamaan Berat Lumpur dalam bejana dan volume
lumpur dalam bejana dengan persamaan tekanan hidrostatik dalam bejana maka :
Wm Volm H x A x BJm
Ph = = = , jadi
A A A
Ph = BJm x H

Persamaan diatas merupakan persamaan dasar tekanan hidrostatik lumpur.

Bila tekanan hidrostatis dalam satuan psi, berat jenis lumpur dalam satuan ppg,
dan tinggi
Kolom lumpur dalam satuan ft. ( 1 ft = 12 in; 1 cuft = 7.48 gallon ), Konstanta
konversi untuk persamaan tekanan hidrostatik lumpur adalah :

92
lbs lbs 7.48 ft 2
= 2 = gal = ft x cuft x
in 12 2 in 2

=
lbs
0.052 = 0.052 psi
in 2
Sehingga persamaan tekanan hidrostatis yang digunakan adalah :
Ph = 0.052 x BJm x H
Dimana :
Ph : tekanan hidrostatis dalam satuan psi,
BJm : berat jenis lumpur dalam satuan ppg,
H : tinggi kolom lumpur dalam satuan ft
Contoh soal.
Dua sumur tegak lurus, mempunyai kedalaman 1000 ft dan berisi lumpur 10 ppg.
Sumur yang pertama mempunyai diameter 8.5 inch, dan sumur yang kedua
mempunyai diameter 12.25 inch. Berapakah tekanan hidrostatik lumpur yang
dirasakan di dasar lubang masing-masing sumur ?.
Penyelesaian.
Tekanan hidrostatis pada dasar masing-masing sumur adalah sama, dimana :
Ph = 0.052 x 10 x 1000
= 520 psi
Diameter lubang masing-masing sumur tidak mempengaruhi harga tekanan
hidrostatis di dasar sumur.
Bila tekanan hidrostatis dalam satuan psi, berat jenis lumpur dalam satuan pcf,
dan tinggi
Kolom lumpur dalam satuan ft. ( 1 ft = 12 in; 1 cuft = 7.48 gallon ), Konstanta
konversi untuk persamaan tekanan hidrostatik lumpur adalah :
lbs lbs ft 2
= = cuft
x ft x
in 2 12 2 in 12

lbs
= 0.007 = 0.007 psi
in 2

Sehingga persamaan tekanan hidrostatis yang digunakan adalah :

93
Ph = 0.007 x BJm x H
Dimana :
Ph : tekanan hidrostatis dalam satuan psi,
BJm : berat jenis lumpur dalam satuan pcf,
H : tinggi kolom lumpur dalam satuan ft
Contoh soal.
Suatu sumur tegak lurus, mempunyai kedalaman 1000 ft dan berisi lumpur 90 pcf.
Berapakah tekanan hidrostatik lumpur yang dirasakan di dasar sumur ?.
Penyelesaian.
Tekanan hidrostatis pada dasar sumur adalah :
Ph = 0.007 x 90 x 1000
= 630 psi
Bila tekanan hidrostatis dalam satuan ksc, berat jenis lumpur dalam satuan kgr/ltr,
dan tinggi kolom lumpur dalam satuan mtr. ( 1 kgr = 100 gr; 1 mtr = 100 cm, 1
ltr = 1000 cc ), Konstanta konversi untuk persamaan tekanan hidrostatik lumpur
adalah :

kgr kgr 100 cm ltr


= x mtr x x
2
cm ltrl mtr 1000 cc

kgr
= 0.1 = 0.1 ksc
cm 2
Sehingga persamaan tekanan hidrostatis yang digunakan adalah :
Ph = 0.1 x BJm x H
Dimana :
Ph : tekanan hidrostatis dalam satuan kgr,
BJm : berat jenis lumpur dalam satuan kgr/ltr,
H : tinggi kolom lumpur dalam satuan mtr
Contoh soal.

94
Suatu sumur tegak lurus, mempunyai kedalaman 1000 ft dan berisi lumpur
dengan berat jenis 1.30 kgr/ltr.. Berapakah tekanan hidrostatik lumpur yang
dirasakan di dasar lubang masing-masing sumur ?. ( 1 meter = 3.281 ft ).
Penyelesaian.
Tekanan hidrostatis pada dasar sumur adalah sama, adalah :
mtr
Ph = 0.1 x 1.30 x 1000 ft x 3.281 ft

= 39 kcs
Bila tekanan hidrostatis dalam satuan ksc, berat jenis lumpur dalam satuan gr/cc,
dan tinggi kolom lumpur dalam satuan mtr. ( 1 kgr = 100 gr; 1 mtr = 100 cm, 1
ltr = 1000 cc ), Konstanta konversi untuk persamaan tekanan hidrostatik lumpur
adalah :

kgr gr 100 cm kgr


= x mtr x x
2
cm cc mtr 1000 gr

kgr
= 0.1 = 0.1 ksc
cm 2
Sehingga persamaan tekanan hidrostatis yang digunakan adalah :
Ph = 0.1 x BJm x H
Dimana :
Ph : tekanan hidrostatis dalam satuan kgr,
BJm : berat jenis lumpur dalam satuan gr/cc,
H : tinggi kolom lumpur dalam satuan mtr

Contoh soal.

95
Suatu sumur tegak lurus, mempunyai kedalaman 1000 meter dan berisi lumpur
dengan berat jenis 1.30 gr/cc.. Berapakah tekanan hidrostatik lumpur yang
dirasakan di dasar lubang masing-masing sumur ?. ( 1 meter = 3.281 ft ).
Penyelesaian.
Tekanan hidrostatis pada dasar sumur adalah sama, adalah :
Ph = 0.1 x 1.30 x 1000
= 130 kcs
3.1.2 Pengukuran Berat Jenis Lumpur.
Berat jenis lumpur harus diukur secara periodik agar dapat memberikan tekanan
hidro-statik lumpur yang tepat untuk menahan tekanan formasi. Berat jenis
lumpur diukur dengan Mud balance. Gambaran dari mud balance dapat dilihat
pada gambar 4.2.

GB.4.2 MUD BALANCE

Langkah-langkah pengukuran berat jenis lumpur pemboran dengan menggunakan mud


balance adalah sebagai berikut :
a. Masukkan lumpur ke dalam mud cup sampai penuh
b. Pasang top cup. Sebagai tanda mud cup sudah penuh lumpur akan keluar
melalui lubang pada bagian atas top cup.
c. Bersihkan dan keringkan lumpur yang ada di bagian luar mud cup
d. Letakkan peralatan diatas standar.
e. Geser rider pada balance arm sampai posisi balance arm level
f. Baca berat jenis lumpur pada balance arm yang ditunjukkan oleh rider.

96
Untuk mengkalibrasi mud balance supaya dapat mengukur berat jenis lumpur
dengan benar, dilakukan dengan menggun akan air tawar dengan berat jenis 8.33
ppg atau 1.0 gr/cc. sebagai berikut :
a. Masukkan air tawar ke dalam mud cup sampai penuh
b. Pasang top cup. Sebagai tanda mud cup sudah penuh , air tawar akan keluar
melalui lubang pada bagian atas top cup.
c. Bersihkan dan keringkan air tawar yang ada di bagian luar mud cup
d. Letakkan peralatan diatas standar.
e. Geser ride pada balance arm pada angka 8.33 ppg
f. Bila mud cup lebih rendah dari balance arm, isi calibrator dengan bola-bola
timah sampai balance arm level
Bila mud cup lebih tinggi dari balance arm, kurangi isi calibrator sampai ba-
lance arm level
Lumpur yang diukur berat jenisnya adalah dua macam, yang pertama adalah
lumpur yang akan disirkulasikan , dan yang kedua adalah lumpur yang kembali
dari dalam lubang.
Pengukuran berat jenis lumpur yang mau disirkulasikan ke dalam lubang diambil
pada suction tank, dengan maksud agar lumpur yang akan disirkulasikan ke dalam
lubang sudah sesuai dengan berat jenis lumpur yang direkomendasikan.
Sedangkan pengukuran berat jenis yang kembali dari dalam lubang diambil pada
shaker tank, dengan tujuan untuk melihat perubahan harga berat jenis lumpur,
apakah lumpur perlu dinaikan berat jenisnya atau tidak. Bila berat jenis lumpur
yang keluar dari dalam lubang lebih kecil dari pengukuran sebelumnya
berbahaya. Berarti sudah terjadi kick didalam lubang, dan pemboran harus
dihentikan dan sumur harus ditutup. Kalau tidak sumur akan blowout.
3.1.3 Weight Material.

Weight material atau material untuk mempemberat lumpur. Material ini digunakan
untuk menaikkan berat jenis lumpur pemboran. Weight material yang umum
digunakan adalah seba-gai berikut :

- barite

97
- ilmenite
- hematite
- galena
- Calcium carbonate
- Garam
Untuk menurunkan berat jenis lumpur dilakukan dengan menambahkan fasa cair
lumpur atau menyaring innert solid dari lumpur.
4.1.4 Specific Gravity Lumpur Pemboran.
Specific gravity lumpur pemboran adalah berat jenis lumpur pemboran dibagi
dengan berat jenis air tawar standar. Specific gravity dicari dengan persamaan
sebagai berikut :
Bjm
SG =
BJws
Dimana :
SG : Specific gravity lumpur pemboran
Bjm : Berat jenis lumpur pemboran
BJws : Berat jenis air tawar standard, yang harganya adalah sebagai berikut :
- 8.33 ppg
- 62.4 lb/cuft
- 1.0 gr/cc atau 1.0 kg/liter
Contoh soal.
Specific gravity bentonite adalah 2.62. Nyatakanlah berat jenis bentonit dalam
satuan :
a. ppg
b. lb/cuft
c. gr/cc
d. kg/liter
Penyelesaian.
a. Berat jenis bentonit = 2.62 x 8.33 ppg
= 21.8 ppg
b. Berat jenis bentonit = 2.62 x 62.4 pcf

98
= 173.6 pcf
c. Berat jenis bentonit = 2.62 x 1.0 gr/cc
= 2.62 gr/cc
d. Berat jenis bentonit = 2.62 x 1.0 kgr/ltr
= 2.62 kgr/ltr
3.1.5 Menentukan Harga Berat Jenis Lumpur.
Berat jenis lumpur yang akan diguinakan harus dapat memberikan tekanan
hidrostatis yang lebih besar dari tekanan formasi, supaya sumur tidak mengalami
kick.
Untuk itu harus diketahui harga tekanan formasi sebelum dilakukan pemboran.
Tekanan formasi sering dinyatakan dengan harga gradient tekanan formasi (Gf)
Supaya tekanan hidrostatis yang lebih besar dari tekanan formasi, maka diberi
over balance. Dalam memberikan over balance terhadap tekanan formasi harus
juga diperhitungkan tekanan rekah formasi. Supaya tidak terjadi rekah formasi,
tekanan hidrostatis lumpur yang digunakan harus lebih kecil dari tekanan rekah
formasi .
Over balance disetiap lapangan tidaklah sama, tergantung kepada tekanan rekah
formasi di lapangan tersebut.
Over balance dapat diberikan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Bila yang diberi over balance adalah berat jenis lumpur, harganya berkisar
antara 0.1 sampai dengan 0.3 ppg.
Berat jenis lumpur yang digunakan adalah :
Gf
BJm = + OB
0.052
Dimana :
BJm : Berat jenis lumpur, ppg
Gf : Gradient tekanan formasi, psi/ft
OB : Over balance, ppg
0.52 : konstanta konversi.

99
Contoh soal.
Bila formasi yangv mau ditembus mempunyai gradient tekanan formasi 0.52
psi/ft, diberikan over balance 0.2 ppg, Berapakah berat jenis lumpur yang
digunakan untuk member formasi tersebut ?
Penyelesaian.
Berat jenis lumpur yang digunakan adalah :
0.52
BJm = + 0.2 ppg
0.052
= 10.2 ppg.
b. Bila yang diberi over balance adalah tekanan hidrostatik lumpur , harganya
berkisar antara 50 sampai dengan 100 psi
Tekanan formasi adalah :
Pf = Gf x TVD
Dimana :
Pf : Tekanan formasi, psi
Gf : Gradient tekanan formasi, psi/ft
TVD : True vertical depth, ft
Tekanan hidrostatik lumpur yang digunakan adalah :
Ph = Pf + OB
Dimana :
OB : Over balance, psi
Berat jenis lumpur yang digunakan adalah :
Ph
BJm = 0.052 x TVD

Contoh Soal.
Gradient tekanan formasi adalah 0.52 psi/ft pada kedalaman 2000 MD, 1800
TVD. Bila over balance yang diberikan adalah 100 psi , Berapakah berat jenis
lumpur yang digunakan ?
Penyelesaian.
Tekanan formasi adalah :
Pf = 0.52 x 1800 psi = 936 psi.
IV. Viskositas Lumpur Pemboran

100
Viskositas lumpur pemboran sangat memegang peranan dalam mengangkat
cutting dari dasar lubang ke permukaan. Kalau viskositas lumpur pemboran
kurang dari yang seha-rusnya, maka cutting dan material pemberat tidak bisa
diangkat dari dasar lubang ke permukaan dengan sempurna.. Cutting dan material
pemberat akan menumpuk di sekeliling rangkaian pemboran dan rangkaian
pemboran akan terjepit.
Selama operasi pemboran berlangsung viskositas lumpur dapat naik. Hal ini
disebabkan oleh :
Lumpur terkontaminasi oleh lapisan formasi yang ditembus, seperti : anhydrite,
clay, gypsum, dan lain-lain
Terlalu banyak padatan dalam lumpur.
Akan tetapi bila viskositas lumpur pemboran terlalu tinggi maka :
1. Cutting yang halus-halus tidak bisa dipisahkan dengan cara mengendapkan di
dalam settling tan.k. Pasir yang berupa cutting akan masuk ke dalam
Lumpur dan mengingat pasir adalah inert solid, maka berat jenis lumpur akan
naik., dan menimbulkan masalah dalam operasi pemboran.
2. Pasir yang bersifat abrassive bila terlalu banyak dalam lumpur dapat mengikis
3. Dan merusak peralatan sirkulasi yang dilaluinya.
4. Kerja pompa bertambah berat
5. Mengundang terjadinya swabb effect dan squeeze effect
Agar harga viskositas lumpur pemboran yang digunakan sesuai dengan yang
diharapkan maka harus dilakukan pengukuran viskositas lumpur pemboran secara
periodik.
Bila viskositas lumpur kurang dari yang direkomendasikan, viscositas lumpur
dinaikkan dengan menambahkan viscosifier. Sedangkan kalau viskositas lumpur
terlalu tinggi, viskositas diturunkan dengan menambahkan thinner ke dalam
lumpur.

4.2.1 Pengukuran Viskositas Lumpur Pemboran.

101
Viskositas lumpur pemboran diukur dengan dua cara, yaitu menggunakan :
Marsh Funnel
Viscometer
Pengukuran Viskositas Lumpur Pemboran Dengan Marsh Funnel
Peralatan Marsh Funnel terdiri dari :
Cangkir
Funnel
Stowatch

GB.4.6 Marsh funnel


Pengkuran viskositas lumpur pemboran menggunakan marsh funnel adalah
sebagai berikut :
Tutup ujung bawah corong dengan jari, dan isikan lumpur yang mau diukur
sebanyak 1000 cc, atau sampai pada tanda batas lumpur.

Bawa fummel ke atas cangkir atau mud cup.


Lepaskan jari yang menutup ujung bawah funnel, bersamaan dengan itu ja-lankan
atau hidupkan stopwatch
Matikan stop watch setelah lumpur mengisi cangkir mencapai volume 946 cc,
atau 1 quartz yang ada tandanya dalamcangkir. Waktu mulai stopwatch
dihidukan sampai stop watch dimatikan merupakan viskositas dari lumpur yang
diukur, Satuannya adalah detik. Agar marsh funnel dapat mengukur viskositas
lumpur pemboran dengan benar, marsh funnel perlu dikalibrasi. Cara
mengkalibrasi marsh funnel adalah dengan melakukan langkah-langkah

102
pengukuran seperti di atas, tapi yang diukur adalah air tawar stan-dard. Bila
viskositas:air tawar standard yang diukur adalah 26 detik dengan plus minus 0.5
detik. Funnel dikatakan layak digunakan. Bila hasil pengukuran lebih besar
berarti ada padatan-padatan yang menyumbat saringan funnel. Sehingga saringan
funnel harus di-bersihkan. .Bila viskositas : air tawar standard yang diukur lebih
kecil dari ketentuan diatas berarti aringan funnel. sudah ada yang putus-putus,
Sehingga saringan funnel harus diganti..
Pengukuran Viskositas Lumpur Pemboran Dengan Viscometer
Viscometer mempunyai komponen-komponen utama sebagai berikut :
- mud cup
- rotor
- pengatur putaran
- dial reading
- support atau penyangga mud cup
- motor penggerak.
Mud cup adalah selinder yang merupakan tempat lumpur yang akan diukur
viskositasnya
Rotor adalah batang yang memutar lumpur. Pengatur putaran adalah tombol yang
meng atur putaran rotor, Putaran yang diberikan uang dapat dibuat adalah 3 rpm,
6 rpm, 100 rpm. 300 rpm dan 600 rpm.
Dial reading adalah tempat membaca angka untuk putaran rotor tertentu setelah
putaran rotor stabil.. Penyangga adalah plat penahan mud cup supaya pas dengan
rotor. Gambaran dari viscometer dapat dilihat pada gambar 4.7

103
Gb.4.7 Viscosimeter

Langkah-langkah pengukuran viskositas lumpur menggunakan viscometer adalah


sebagai berikut :
- Isi mud cup dengan lumpur pemboran sampai batas yang ditentukan
- Letakkan diatas penyangga, dan masukkan rotor
- Putar rotor 600 rpm.
- Setelah putaran stabil baca angka yang stabil pada dial reading
- Ubah putaran rotor menjadi 300 rpm.
- Setelah putaran stabil baca angka yang stabil pada dial reading
- Selisih angka yang dibaca pada dial reading adalah viskositas plastik dari

lumpur pemboran dalam satuan centipoise (cp). Viskositas plastik lumpur adalah :

PV = O 600 – O 300
Dimana :
PV : Viskositas plastic, cp
O 600 : hasil pembacaan pada dial reading untuk putaran 600 rpm
O 300 : hasil pembacaan pada dial reading untuk putaran 300 rpm

4.2.2 Additive Viskositas Lumpur Pemboran


Additive untuk menaikkan viskositas lumpur pemboran ( viscosifier ) adalah
sebagai berikut :

104
- Bentonite
- Montmorillonite
- Sodium Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
- Sodium Hydroxy Ethyl Cellulose (HEC)
- Polymer
- Poly sacharide
- Semen
- Kapur
- Asphalt
- Minyak
Additive untuk menurunkan viskositas lumpur pemboran ( thinner ) adalah
sebagai berikut :
- Sodium acyd pyro phosphate (SAPP)
- Sodium tetra phosphate
- Sodium hexa metha phosphate
- Spersene ( chrome ligno sulfonate, atau Q broxin )
- Calcium ligno sulfonate
- Chrome lignite
- Alkaline tannate
- Myrthan
- Quebracho
4.3 Yield Point
Viskositas lumpur pemboran adalah shearing stress untuk mengalirkan lumpur
dibagi dengan shearing rate yang dihasilkan. Sedangkan yield point adalah
shearing stress mi-nimum yang diperlukan untuk membuat lumpur bisa mengalir
atau bersirkulasi.
Yield point lumpur pemboran juga diukur dengan viscometer seperti viskositas
plastik. Yield point adalah selisih angka yang terbaca pada dial reading untuk
putaran 300 rpm dengan harga viskositas plastik. Satuannya adalah dalam lb/100
ft2.

105
Yield point adalah :
YP = O 300 – PV`
Dimana :
YP : yield point , lb/100 ft2.
PV : Viskositas plastic, cp
O 300 : hasil pembacaan pada dial reading untuk putaran 300 rpm
Additive untuk yield point sama dengan additive untuk viskositas lumpur.
4.4 Gelstrength
Gelstrength adalah gaya tarik menarik antara partikel-partikel lumpur pemboran.
Gaya ini disebut juga dengan daya agar atau daya pulut. Gelstrength adalah sifat
lumpur yang berperan untuk menahan cutting dan material pemberat lumpur
pemboran tidak turun diwaktu lumpur tidak bersirkulasi, Sehingga cutting dan
material pemberat lumpur tidak menumpuk di annulus disekeliling rangkaian
pemboran. Gelstrength akan naik dengan bertambahnya waktu.
Kalau gelstrength terlalu besar akibatnya adalah tekanan yang diperlukan untuk
memulai sirkulasi kembali menjadi tinggi, dengan kata lain kerja pompa akan
berat. Kalau dipaksakan memulai sirkulasi dngan tekanan tinggi, dapat
memecahkan formasi bila formasi tidak kuat menerimanya. Untuk itu diperlukan
break circulation setelah lumpur diam..
Break circulatian maksudnya adalah memecah gel dari lumpur sebelum memulai
sirkulasi kembali. Lumpur diam yang cukup lama adalah saat dilakukan
pencabutan rangkaian pemboran, sehingga gelstrength menjadi tinggi. Untuk itu
dilakukan break circulation sebagai berikut :
Turunkan rangkaian sampai bit di casing shoe,
Putar rangkaian
Jalankan pompa lumpur secara bertahap, sampai rate sirkulasi yang diperlukan.
Lakukan satu sirkulasi penuh.
Matikan pompa
Turunkan rangkaian ke dasar lubang, dan ulangi langkah a sampai langkah c

106
Additive untuk menaikkan dan menurunkan harga gelstrength dan yield point
lumpur pemboran tambahkan additive-additive seperti untuk viskositas lumpur.
Alat untuk mengukur gelstrength lumpur pemboran sama dengan alat untuk
mengukur viskositas lumpur, yaitu viscosimeter.
Prosedure pengukuran gelstrength adalah sebagai berikut :
- Masukkan lumpur yang mau diukur ke dalam mud cup.
- Pasangkan pada tempatnya sehingga rotor berada di dalam lumpur pada batas
yang sudah ditentukan
- Putar rotor dengan kecepatan tinggi selama sepuluh detik
- Biarkan lumpur selama 10 detik
- Putar rotor 3 rpm.
- Angka maksimum yang terbaca pada dial reading adalah gelstrength awal
dari lumpur atau gelstrength 10 detik, dalam satuan lb/100 ft. 2 . Catat
temperatur lumpur yang diukur.
- Putar lagi rotor dengan kecepatan tinggi selama 10 detik,
- Diamkan selama 10 menit.
- Putar rotor 3 rpm.
- Angka maksimum yang terbaca pada dial reading adalah gelstrength lumpur
10 menit , dalam satuan lb/100 ft.2 . Catat temperatur lumpur yang diukur.
Viskossitas plastik, yield point, dan gelstrength lumpur disebut dengan sifat
rheology lumpur.
Contoh soal.
Lumpur diukur dengan viscometer . Diwaktu rotor diputar 600 rpm angka yang
terbaca pada dial reading adalah 80. .
Diwaktu rotor diputar 300 rpmk angka yang terbaca pada dial reading adalah 50.
Berapakah :
viskositas plastik lumpur ?
yield point lumpur ?
Penyelesaian.
Viskositas plastik lumpur adalah :
PV = 80 – 50

107
= 30 cp
Yield point lumpur adalah :
YP = 50 – 30
= 20 lb/100 ft.2
4.5 Filtrat Loss Dan Mud Cake.

Filtrat loss yang terlalu tinggi dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
Air dari filtratloss bereaksi dengan clay akan menyebabkan dinding lubang runtuh
Terjadinya salah dalam menginterpretasi logging listrik, karena yang tercatat
adalah resistivity dari filtrat
Terjadinya water blocking yang menghambat aliran minyak ke dalam lubang.
Bila dinding lubang berpori dan permeable, fasa cair lumpur akan merembes
masuk ke dalamnya, dan padatan lumpur akan menempel di dinding lubang .
Fasa cair yang merembes ini disebut dengan filtrat loss, dan padatan yang
menempel disebut dengan mud cake. Mud cake dan tekanan hidrostatik lumpur
dapat menahan dinding lubang supaya tidak runtuh buat sementara. Gambaran
filtrat loss, mud cake dan tekanan hidrostatik ini dapat dilihat pada halaman 11
Filtrat loss untuk lumpur dengan fasa cairnya air disebut dengan water loss. Water
loss yang tinggi dapat menyebabkan kerugian sebagai berikut :
Bila batuan yang ditembus adalah formasi shale, dimana formasi ini mengandung
mineral natrium motmorillonite. Natrium motmorillonite sangat aktif mengisap air
tawar, menyebabkan mineral clay ini mengembang. Ikatan formasi pada dinding

108
lubang melemah dan terjadi runtuhan dinding lubang. Runtuhan dinding lubang
bila menumpuk di annulus rangkaian pemboran dapat menyebabkan rangkaian
pemboran terjepit. Selain dari itu dinding lubang mengalami washout
( pembesaran diameter dinding lubang ). Ini merupakan masalah dalam operasi
pemboran. Gambaran dari keruntuhan dinding lubang dan washout dapat dilihat
pada gambar 4.8.
Bila water loss tinggi pada lapisan produktif dan lapisan produktif
mengandung
clay. Pengembangan clay akan menutup atau menyumbat pori-pori batuan di
sekitar lubang sumur. Hal ini menyebabkan terjadinya formation damage. Minyak
tidak dapat lancar masuk ke dalam lubang sumur, karena pori-pori lapisan
produktif tersumbat.
Filtrat loss yang tinggi akan menyebabkan mud cake menjadi tebal. Mud cake
yang tebal dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
1. Terjadi differential pressure sticking. Drill collar yang masuk ke dalam mud
cake akan dipegang oleh mud cake.
2. Terjadi chanelling antara semen dengan dinding lubang. Disaat pengerasan
bubur semen, timbul panas hidrasi yang membuat mud cake mengering,
sehingga timbul saluran antara dinding lubang dengan semen.
3. Melihat kemungkinan yang akan ditimbulkan bila filtrat loss banyak dan mud
cake yang tebal, maka filtrat loss harus sekecil mungkin dan mud cake harus
setipis mingkin.
2.3.5.1 Pengukuran Filtrat Loss dan Ketebalan Mud Cake.
Filtrat loss dan mud cake diukur dengan Standard Filter Press. Peralatannya
terdiri dari :
- cell
- top cup
- base cup
- kertas saringan
- tube
- tabung bertekanan

109
- gelas ukur
Cell adalah suatu selinder sebagai tempat lumpur yang mau diukur, yang ditutup
dengan top cup, dan di bagian bawah dipasang base cup yang diatasnya terdapat
kertas saringan. Kertas saringan dijepit dengan gasket untuk mengisolasi lumpur.
Di bagian tengah dari base cup terdapat tube untuk saluran keluar filtrat. Filtrat
yang keluar ditampung dengan
gelas ukur, yang dapat membaca volume dari filtrat. Sebagai sumber tekanan
adalah gas yang ditempatkan dalam tabung.
Tekanan yang diberikan adalah 100 psi, yang dihubungkan dengan top cup.
Antara sumber tekanan dan mud cup dilengkapi dengan valve. Pengukuran
dilakukan selama 30 menit, setelah itu tekanan dimatikan, dan dibaca berapa cc
filtrat yang tertampung dalam gelas ukur. Setelah cell dibuka, dan mud cake akan
berada di atas kertas saringan, selanjutnya dilakukan pengukuran mud cake.
Gambaran pengukuran filtrat loss dan ketebalan mud cake dengan standard filter
press dapat dilihat pada gambar 17.

. 2.3.5.2 Additive untuk Filtrat Loss dan Mud Cake


Untuk memperkecil filtrat loss dan mempertipis mud cake ditambahkan kedalam
lumpur pem-boran material-material sebagai berikut :
- Starch
- CMC
- Poly crylate
- Minyak

110
2.3.6 pH Lumpur Pemboran
pH adalah petunjuk untuk menentukan apakah lumpur pemboran bersifat asam
atau basa. Menurut ilmu kimia, bila :
- pH < 7 asam
- pH = 7 netral
- pH > 7 basa
Bila lumpur bersifat asam maka :
- Peralatan yang terbuat dari besi baja akan cepat berkarat, keropos
- Cutting akan sangat halus, sehingga susah untuk ditentukan jenis
batuannya
Untuk itu kumpur pemboran harus bersifat atau dalam konsisi basa.Umumnya pH
lumpur berkisar antara 8.5 s/d 12 .
2.3.6.1Pengukuran pH Lumpur Pemboran.
PH lumpur pemboran diukur dengan dua cara,yaitu dengan :
- pH paper
- pH electro glass
Pengukuran pH lumpur dengan pH paper adalah dengan mencelupkan pH paper
kedalam filtrat lumpur, pH paper akan menjadi berwarna. Dengan
membandingkan dengan warna untuk suatu pH maka dapat diketahui pH dari
lumpur.
Pengukuran pH lumpur dengan pH electro glass adalah dengan mencelupkan
ujung electroda ke dalam filtrat, pH lumpur dapat dibaca langsung pada pH
indicator.
Additive pH Lumpur Pemboran.
Untuk menaikkan pH lumpur digunakan caustic soda yang disebut juga dengan
soda api. Bahan ini sangat keras dan dapat merusak kulit.dan kerusakan pada
mata.
Untuk itu personel yang melakukan pencampuran caustic soda harus hati-hati dan
memakai :
- baju lengan panjang
- sarung tangan karet

111
- kaca mata
- appron
Kantong pembungkus caustic soda harus segera dimusnahkan. Jangan sampai
digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh penduduk disekitarnya.
Sand Content.
Sand content adalah kandungan pasir di dalamlumpur pemboran. Pasir tidak boleh
terlalu banyak di dalam lumpur karena akan menimbulkan hal-hal sebagai
berikut :
Berat jenis lumpur akan naik.
Mengingat pasir merupakan innert solid, dengan bertambahnya pasir di dalam
lumpur akan menaikkan berat jenis lumpur pemboran.
Peralatan sirkulasi lumpur akan terkikis.
Mengingat pasir adalah bahan yang bersifat abrassive, maka pasir dalam lumpur
akan mengikis peralatan-peralatan sirkulasi yang dilaluinya.
Untuk itu kandungan pasir di dalam lumpur hanya diperbolehkan maksimum 2%
volume lumpur.
Pengukuran Sand Content.
Sand content diukur dengan sand content set, yang mana peralatannya terdiri dari:
- corong
- saringan
- gelas ukur
Saringan berdiameter 2.5 inchi, dan berukuran 2 mesh. Gelas ukur mempunyai
skala 0 s/d 20, dan ada tanda batas pengisian lumpur dan batas airnya. Gambaran
dari sand content set dapat dilihat pada gambar 18.
Langkah-langkah pengukuran sand content adalah sebagai berikut :
- Isi gelas ukur dengan lumpur yang mau diukur sampai tanda batas lumpur.
- Tambahkan air sampai batas air.
- Tutup mulut tabung dan kocok.
- Tuangkan lumpur ke dalam saringan
- Tambahkan lagi air ke dalam gelas ukur, pasang penutup mulut tabung, dan
kocok, dan tuangkan ke dalam saringan.

112
- Cuci pasir yang tersaring pada saringan dengan membilas dengan air sampai
bersih.
- Masukkan pasir yang tersaring ke dalam gelas ukur
- Baca pada skala sebagai sand content .

Liquid dan Solid Content.


Liquid content adalah kadar cairan dalam lumpur, dan solid content adalah kadar
padatan dalam lumpur pemboran. Cairan lumpur umumnya dibagi dua. yaitu : air
dan minyak. Sedangkan padatan dalam lumpur dapat berupa material pemberat,
padatan yang berasal dari cutting, dan padatan yang berupa additive lainnya.
Pengukuran Liquid dan Solid Content Lumpur Pemboran.
Alat untuk mengukur kadar cairan dan padatan lumpur pemboran adalah Fann
Ministrill yang disebut juga dengan retort assembly.
Retort assembly terdiri dari :
- mud cup
- pemanas
- pendingin
- gelas ukur

113
Gambaran dari peralatan dapat dilihat pada gambar 19.
Langkah-langkah pengukuran liquid content dan solid content lumpur pemboran adalah

sebagai berikut :
- Masukkan lumpur kedalam mud cup
- Panaskan sampai cairan lumpur menguap
- Uap disalurkankedalam pendingin , sehingga uap berubah kembali menjadi
cairan
- Cairan ditampung dengan gelas ukur. Pada gelas ukur dapat ditentukan
volume cairan dari lumpur.
Bila dalam lumpur terdapat dua cairan ( air dan minyak ), maka cairan yang
tertampung dalam gelas ukur, bagian atas adalah minyak, dan bagian bawahnya
adalah air. Volume padatan dalam lumpur adalah volume lumpur yang diukur
dikurangi dengan volume cairan yang tertampung dalam gelas ukur
Persentase Volume Air.
Persentase volume air dalam lumpur adalah :
Volw
% Volw = x 100%
Volm
Dimana :
% Volw : Persentase volume air dalam lumpur
Volm : Volume lumpur yang diukur
Volw Volume air yang diukur pada gelas ukur

114
Persentase Padatan dalam Lumpur.
Persentase volume padatan dalam lumpur adalah :
Vols
% Vols = x 100%
Volm
Dimana :
% Vols : Persentase volume padatan dalam lumpur
Volm : Volume lumpur yang diukur
Vols : Volume padatan yang diukur
Volume padatan dalam lumpur adalah :
Vols = Volm – Voll
Dimana :
Voll : Volume liquid dari lumpur
Chloride Content.
Chloride content disebut juga dengan kadar garam atau Cl - content. Makin tinggi
kandungan garam dalam lumpur, kemampuannya untuk menghantarkan arus
listrik akan lebih baik. Konduktifitas lebih tinggi dan resistifitas lumpur lebih
rendah. Dalam penafsiran logging kandungan garam dari lumpur dipakai untuk
sebagai koreksi dari hasil rekaman electric logging.
Chloride content diukur dengan titrasi larutan perak nitrate. Bahan-bahan kimia
dan peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Larutan perak nitrate, dengan kandungan 0.1 gram/cc
- Larutan potassium chromate,dengan kandungan 0.1 gram/cc
- Asam sulfate atau asam nitrate 0.02 N
- Larutan phenol phetalline 1 garam/100cc, 50% alkohol.
- Calcium Carbonate,
- Air destilasi
- Pipet Bersekala, 1 cc dan 10 cc
- Bejana titrasi, 10 s/d 100 cc warma putih
- Batang pengaduk.
Langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut :

115
- Ambil fitrat lumpur tempatkan dalam bejana titrasi satu cc atau lebih
- Beri dua atau tiga tetes phenol phthaline. Jika timbul warna pink tetesi
dengan asam sulfat sampai warna pink hilang.
- Tambahkan calcium carbonate satu gram, dan aduk
- Tsmbshksn 25 cc air destilasi dan 5 sampai 10 tetes potassium chromate.
- Teteskan perak nitrate dengan menggunakan pipet 10 cc, sampai warna
larutan menjadi merah.
- Catat volume perak nitrat yang digunakan
Kandungan garam dari lumpur adalah :
Cc perak nitrate
Chloride content = x 100
( ppm) Cc filtrate lumpur
2.4 Jenis Lumpur Pemboran.
Lumpur pemboran dikelompokkan berdasarkan fasa cair dari lumpur, yaitu :
- Water base mud
- Oil Base Mud.
- Water base mud atau lumpur air adalah lumpur yang mempunyai fasa cair
yang dominan adalah air.Lumpur jenis ini yang paling banyak digunakan
dalam operasi pemboran.
Water base mud terdiri dari :
- natural mud
- Bentonite treated mud
- Phosphate treated mud
- Calcium treated mud
- Lignosulfonate mud
- Salt water mud
2.4.1.1 Natural Mud.
Natural mud disebut juga dengan native mud. Lumpur dibuat dengan jalan
mensirkulasikan air ke dalam lubang. Cutting bereaksi dengan air membentuk
lumpur. Natural mud bisa digunakan apabila lapisan batuan yang ditembus berupa
reactive solid, seperti clay atau lempung ( tanah liat ). Lumpur ini hampir tidak

116
menggunakan additive kecuali corrosion inhibitor untuk mencegah peralatan
pemboran berkarat..Bila batuan yang ditembus bukan reactive solid lumpur ini
tidak bisa lagi digunakan , harus ditambahkan additive-additive untuk menaikkan
viskositas lumpur.
2.4.1.2 Bentonite Treated Mud.
Bentonite treated mud adalah lumpur yang dirawat dengan menambahkan
bentonite untuk menaikkan viskositas lumpur. Bila tidak dilakukan lumpur tidak
dapat mengangkat cutting dengan baik ke permukaan, Hal ini biasanya apabila
formasi yang ditembus tidak termasuk reactive solid. Misalnya disaat menembus
formasi sand stone, dimana cutting yang dihasilkan berupa pasir, dan pasir
bukanlah reactive solid..
2.4.1.3 Phosphate Treated Mud.
Phosphate treated mud adalah lumpur yang dirawat dengan menambahkan
phosphate, seperti :
sodium acid pyro phosphate
Sodium tetra phosphate
Sodium metha hexa phosphate
Kelompok phosphate ini adalah additive untuk menurunkan viskositas lumpur
pemboran.
Hal ini dilakukan bila pemboran menembus fomasi yang reactive solid, atau
pemboran
menembus formasi gypsum dan an hydrite.
2.4.1.4 Calcium Treated Mud.
Calcium treated mud adalah lumpur yang dirawat dengan menambahkan ion
calcium ke dalam lumpur, seperti :
- lime
- gypsum
- sea water
- Ca Cl2
- Ca Br2

117
Lumpur yang dirawat dengan calcium ini apabila formasi yang ditembus adalah
formasi shale yang sangat sensitif terhadap air tawar.
Penambahan ion calcium akan menurunkan aktifitas ion natrium dari clay,
sehingga clay tidak mengisap air tawar lagi. Bila natrium montmorillonitre dari
clay mengisap air, menyebabkan ikatan antar clay melemah dan dinding lubang
akan runtuh.

118

Anda mungkin juga menyukai