Anda di halaman 1dari 12

1.

Judul
SISTEM PENGELOLAAN AIR BUKAAN TAMBANG (PIT 5) DI DESA
PENGARON KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.

2. Latar Belakang
Keberadaan air di sekitar bukaan tambang sangat tidak diinginkan. Air dapat
mengganggu keberlangsungan kegiatan pertambangan. Untuk menanggulangi hal
tersebut perlu dilakukan sistem pengelolaan air yang direncanakan dengan sebaik
mungkin. Sistem penyaliran dapat berupa pengeluaran air yang telah masuk ke area
tambang atau pencegahan air masuk ke lokasi tambang. Kedua sistem ini dapat diambil
salah satu sistemnya saja atau diterapkan secara simultan. Dalam penelitian ini, penulis
lebih berfokus pada sistem pencegahan air masuk ke dalam tambang.

3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana curah hujan maksimum dan periode ulang hujan rencana di PIT 5
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan?
2. Bagaimana luas catchment area dan volume total air masuk ke dalam tambang di
PIT 5 Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan?
3. Bagaimana perencanaan desain sump dan pompa yang sesuai?
4. Bagaimana perencanaan desain saluran terbuka?

4. Dasar Teori
4.1 Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam
kita ini,yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahan-perubahannya
antara keadaan cair, padat dan gas dalam atmosfir diatas dan dibawah permukaan tanah
(Harto S., 1993) .
Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan
tanah lagi sebagai hujan dan akhirnya kembali mengalir ke laut, waduk, anak – anak
sungai, dan danau. Dalam siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling
terkait, yaitu antara proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi,
infiltrasi, perkolasi, aliran limpasan (run off), dan aliran bawah tanah. Siklus hidrologi
memainkan peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi, sehingga
keberadaan siklus hidrologi sangat signifikan dalam kehidupan di bumi.
1. Proses Hujan (presipation)
Menurut Soewarno (1991), hujan merupakan masukan yang paling penting dalam
proses analisis hidrologi, karena kedalaman curah hujan (rainfall) yang turun dalam
suatu DAS akan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface
runoff ), alira antara (interflow sub-surface runoff ), maupun sebagai aliran air tanah
(groundwater flow). Data curah hujan dapat digunakan untuk mengetahui nilai debit
sungai, disamping menggunakan data pengaliran sungai. Pengukuran hujan di stasiun
– stasiun hujan merupakan titik (point rainfall), sedangkan informasi yang dibutuhkan
dalam analisa adalah hujan yang terjadi dalam suatu DAS tertentu (catchment rainfall).
2. Penguapan (Evapotranspirasi)
Evapotranspirasi adalah gabungan dari proses penguapan air (evaporasi) dan
penguapan melalui tanaman (transpirasi). Evapotranspirasi sangat erat kaitannya
dengan kebutuhan air tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang
dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan.
Evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan ini
disebut evapotranspirasi potensial. Evapotranspirasi tetap terjadi dalam kondisi air yang
tidak berlebihan meskipun tidak sebesar evapotransirasi potensial disebut
evapotranspirasi aktual.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi diantaranya yaitu :
a. Penyinaran matahari
Semakin lama penyinaran matahari maka akan mempercepat terjadinya
evapotranspirasi
b. Angin
Kecepatan angina memegang peran penting dalam proses evapotranspirasi
c. Kelembapan relatif
Jika kelembapan relatif naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan
berkurang sehingga laju evapotranspirasi menurun
d. Suhu
Suhu atau temperature udara adalah satu variable yang mempengaruhi
evapotranspirasi.
Evapotranspirasi ini diperlukan untuk melakukan analisis debit air. Ada beberapa
persamaan empiris yang telah dikembangkan antara lain adalah:
1) Metode Thornthwaite
Metode Thornthwaite adalah suatu metode yang dikembangkan untuk memperkirakan
besarnya evapotran. Evapotrabspirasi potensial dari data klimatologi. Metode ini
memiliki rumus:

10 𝑥 𝑇
𝐸𝑇𝑜 = 1,6 ( ) 𝑎 ....................................................................... (Pers. 1)
𝐼

Keterangan:
ETo = Evapotranspirasi potensial
T = Temperatur udara (oC)
a = Koefisien tergantung tempat
I = Indeks panas tahunan

2) Metode Penman
Metode penman ini adalah suatu metode dimana tidak dilakukan panning evaporation
atau tidak ada studi neraca air atau water balance study. Metode ini menghitung nilai
evapotranspirasi dengan memasukan factor-faktor energi.
a. Evapotranspirasi potensial (ETo) dipengaruhi iklim dan bergantung pada letak
lintang. Perhitungan perkiraan evapotranspirasi potensial dapat dihitung
menggunakan rumus modifikasi Penmann berikut menurut Sri Harto (1993):

𝜀𝑑 = 𝜀𝑎 𝑥 𝑅𝐻................................................................................... (Pers. 2)
Keterangan:
d = Tekanan uap sebenarnya
a = Perbedaan tekanan uap jenuh
RH = Kelembapan relatif rata-rata (%)

𝑓(d) = 0,34 − (0,044d0,5 ).......................................................... (Pers.3)


Keterangan:
f(d) = Fungsi tekanan uap
d = Tekanan uap sebenarnya

𝑛
𝑅𝑠 = {0,25 + 0,54 𝑁} 𝑅𝛾 ................................................................ (Pers. 4)
Keterangan:
Rs = Jumlah radiasi gelombang pendek (mm/hr)
𝑛
= Penyinaran matahari (%)
𝑁

R = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (mm/hr)


berhubungan dengan letak lintang daerah bisa dilihat pada tabel 2

𝑛 𝑛
𝑓 (𝑁) = 0,1 + 0,9 𝑁 ....................................................................... (Pers.5)

Keterangan:
𝑛
𝑓 (𝑁) = Fungsi kecerahan matahari

𝑓(𝑈) = 0,27 {1 + 𝑈/100)}............................................................. (Pers. 6)


Keterangan:
U = Kecepatan angina rata-rata

𝑛
𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡) 𝑥 f(d)𝑥 𝑓 (𝑁) ............................................................. (Pers.7)

Keterangan:
Rn1 = Radiasi bersih gelombang Panjang (mm/hr)
F(t) = fungsi suhu (Tabel 1)

𝐸𝑇𝑜 = 0,75 [{𝑊𝑥(𝑅𝑠 − 𝑅𝑛1)} + {(1 − 𝑊) 𝑥 𝑓(𝑢)𝑥 (𝜀𝛾 − 𝜀𝑑)}]


......................................................................................... (Pers.8)
Keterangan:
ETo* = Evapotranspirasi potensial
W = Faktor penimbangan untuk suhu dan elevasi daerah

𝐸𝑇𝑜 = 𝑐 𝑥 𝐸𝑇𝑜 ∗.............................................................................. (Pers. 9)


Keterangan:
C = Faktor koreksi Penman (Tabel 3)
Tabel 1. Hubungan t dengan 𝜀𝛾, 𝑤, 𝑓(𝑡)
Suhu 𝜀𝛾
w F(t)
(oC) Mbar

24 29.85 0.735 15.4


24.2 30.21 0.737 15.45
24.4 30.57 0.739 15.5
24.8 31.31 0.741 16
25 31.69 0.745 15.65
25.2 32.06 0.757 15.7
25.4 32.45 0.749 15.75
25.6 32.83 0.751 15.8
25.8 33.22 0.753 15.85
26.2 34.02 0.757 15.94
26.4 34.42 0.759 15.98
26.8 35.25 0.763 16.06
27 35.66 0.765 16.1
27.2 36.09 0.767 16.14
27.4 36.5 0.769 16.18
27.8 37.37 0.773 16.26
28 37.81 0.775 16.3
28.2 38.25 0.777 16.34
28.4 38.7 0.779 16.38
28.6 39.14 0.781 16.42
28.8 39.61 0.783 16.46
29 40.06 0.785 16.5

Tabel 2. Angka koreksi untuk rumus penman


Bula Jan Feb Ma Ap Me Ju
n r r i n
C 1.1 1.1 1.1 0.9 0.9 0.9
0 0 0 0 0 0

Bula Jul Ag Se Ok No De
n us p t v s
C 0.9 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1
0 0 0 0 0 0
Tabel 3. Harga R untuk Indonesia

LU LS
Bulan 0
5 4 2 2 4 6 8 10
Jan 13.0 14.3 14.7 15.0 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1
Feb 14.0 15.0 15.3 15.5 15.7 15.8 16.0 16.1 16.0
Mar 15.0 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.1 15.3
Apr 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.1 14.0
Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6
Jun 15.0 14.4 14.2 13.9 13.9 13.2 12.8 13.4 1.26
Jul 15.1 14.6 14.3 14.1 14.1 13.4 13.1 12.7 11.8
Ags 15.3 15.1 14.9 14.8 14.8 14.3 14.0 13.7 12.2
Sep 15.1 15.3 15.3 15.3 15.3 15.1 15.0 14.9 13.1
Okt 15.7 15.1 15.3 15.4 15.4 15.6 15.7 15.8 14.6
Nov 14.8 14.5 14.8 15.1 15.1 15.5 15.8 16.0 15.6
Des 14.6 14.1 14.4 14.8 14.8 15.4 15.7 16.0 16.0

b. Evapotranspirasi terbatas(Et) atau Evapotranspirasi actual (Ea)


Evapotranspirasi aktual dihitung dari evapotranspirasi potensial metode penman (ET)
dipengaruhi oleh kondisi penutup lahan (m). Terdapat perbedaan nilai m untuk tiap
lahan yang berbeda, perbedaan nilai m dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. Perbedaan nilai m


m Daerah
0% Lahan dengan hutan lebat dan hutan sekunder
pada akhir musim hujan dan bertambah 10%
setiap bulan kering berikutnya
10-40% Lahan yang tererosi
30-50% Lahan Pertanian yang diolah

Hubungan antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi actual dihitungan


dengan menggunakan rumus:
𝑚 18
𝐸 = 𝐸𝑇 𝑥 (20) 𝑥 ( 𝑛 ) ................................................................. (Pers. 10)

Keterangan:
Ea =Evapotranspirasi aktual (mm/hari)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm/hari)
ETo = Evapotranspirasi metode penman (mm/hari)
∆𝐸 = Selisi antara evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual
m = Presentase penutup lahan, ditaksir dari peta tata guna lahan
n = Jumlah hari hujan dalam sebulan

4.2 Metode Gumbell


Distribusi Gumbell digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk
analisis frekwensi banjir. Distribusi Gumbel mempunyai koefisien kemencengan
(coeficient of skwennes) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis (coefficient curtosis)
atau CK < 4,002. Pada metode ini biasanya menggunakan distribusi dan nilai ekstrim
dengan distribusi dobel eksponensial.
Langkah-Langkah perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Gumbel adalah
sebagai berikut:
1. Hitung standar deviasi

∑𝑛
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋𝑟)
2
𝑆𝑥 = √ ....................................................................(Pers. 11)
𝑛−1

Keterangan:
Sx = Standar deviasi
Xi = Curah hujan rata-rata
Xr = Harga rata-rata
n = Jumlah data

2. Hitung Reduce Mean (Yn)


Untul mengihitung reduce mean digunakna rumus sebagai berikut:

((𝑛+1)−𝑚)
𝑌𝑛 = −𝑙𝑛[−ln{ }] .............................................................. (Pers. 12)
𝑛+1
Keterangan:
n = Jumlah sampel
m = Urutan sampel
Nilai Yn dapat dilihat pada tabel.

3. Hitung Reduce Standard Deviation (Sn)

 (𝑌𝑛−𝑌𝑛‾)2
𝑆𝑛 = √ ........................................................................ (Pers. 13)
𝑛−1

Keterangan:
Yn = Reduce mean
Yn- = Rata-rata reduce mean
n = Jumlah sampel

4. Hitung Reduce Variate

 T  1
Yt   ln  ln  ............................................................... (Pers. 14)
 T 

Keterangan:
Yt = Koreksi Variansi
T = Periode ulang tahun

5. Hitung Nilai Frekuensi (K)

𝑌𝑡−𝑌𝑛
𝐾= ............................................................................... (Pers. 15)
𝑆𝑛

Keterangan:
K = Faktor frekuensi
Yn = Harga rata-rata reduce variate
Sn = reduced standard deviatiom
Yt = Reduced variated
6. Hitung hujan dalam periode ulang T tahun

𝑋𝑡 = 𝑋𝑟 + (𝐾. 𝑆𝑥) .................................................................. (Pers. 16)

Keterangan:
Xt = Hujan dalam periode ulang tahun
Xr = Harga rata-rata
K = Faktor frekuensi
Sx = Standar Deviasi

4.3 Catchment Area


Catchment Area atau area tangkapan hujan adalah suatu area ataupun daerah
tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi
tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup, yang mana polanya
disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti arah aliran air. Aliran air
tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir di dalam alur sungai, tetapi
termasuk juga aliran di lereng-lereng bukit yang mengalir menuju alur sungai sehingga
daerah tersebut dinamakan daerah aliran sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh
batas topografi, yang berarti ditetapkan berdasarkan air permukaan. Batas ini tidak
ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah
sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian (Sri Harto, 1993).
Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (recharge area) dan daerah
yang lebih rendah merupakan daerah buangan (discharge area), yang merupakan daerah
pantai maupun lembah dengan suatu sistem aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah
tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment
area) dimana aliran air tanah (yang saturated) menjauhi muka air tanah. Biasanya di
daerah tangkapan, muka air tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu.
Air hujan yang mempengaruhi secara langsung suatu sistem drainase tambang
adalah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah atau air permukaan (run off) di
tambah sejumlah pengaruh air tanah. Air hujan atau air permukaan yang mengalir ke
area penambangan tergantung pada kondisi daerah tangkapan hujan yang dipengaruhi
oleh daerah disekitarnya. Luas daerah tangkapan hujan dapat ditentukan berdasarkan
analisa peta topografi. Berdasarkan kondisi daerahnya seperti adanya daerah hutan,
lokasi penimbunan, kepadatan alur drainase, serta kondisi kemiringan (gride).
Sumber utama air limpasan permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air
hujan, jika curah hujan yang relatif tinggi pada daerah tambang maka perlu penanganan
air hujan yang baik (sistem drainase) yang tujuannya produktivitas tidak menurun.
Data curah hujan dan debit merupakan data yang paling fundamental dalam
perencanaan pembuatan embung. Ketetapan dalam memilih lokasi dan peralatan baik
curah hujan maupun debit merupakan faktor yang menentukan kualitas data yang
diperoleh. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan
dan analisis statistik yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana. Data
curah hujan yang dipakai untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang terjadi
pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Curah hujan yang diperlukan untuk
penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan area dan dinyatakan dalam
mm (Sosrodarsono, 2003).
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat
bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar
hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan
hujan area yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar
hujan yang ada di dalam dan atau di sekitar kawasan tersebut (Suripin, 2004).

4.4 Debit Air yang Masuk ke Lokasi Tambang


1. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan didapat dengan menggunakan persamaan mononobe Tujuan
menghutung intensitas curah hujan ini adalah untuk menghitung debit air limpasan
yang masuk setiap bulan ke lokasi penambangan.

2
R24 24 3
I= x ( t ) ............................................................................. (Pers. 17)
24

Keterangan:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan perhari (mm/hari)
t = waktu konsentrasi (jam)
2. Debit Air Limpasan
Debit air limpasan diperoleh dari air hujan yang sampai dipermukaan tidak
mengalami infiltrasi karena kondisi tanah yang gundul dan miring. Perhitungan debit
air limpasan yang masuk kedalam pit ditentukan oleh intensitas hujan, luas catchment
area, dan koefisien limpasan untuk berbagai jenis tanah. Debit limpasan dapat dihitung
dengan persamaan rasional berikut :

𝑄 = 0,278 𝑥 𝐶 𝑋 𝐼 𝑋 𝐴 ................................................................. (Pers. 18)

Keterangan:
Q = Debit limpasan (m3/detik)
C = Koefisien limpasan (Tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas Catchment area

4.5 Perhitungan Rencana Pompa


Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan
dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus
menerus
Julang (head) total pompa adalah jumlah energi yang harus disediakan pompa untuk
dapat mengalirkan air seperti yang direncanakan. Julang total dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Hp = Hs + Hf1 + Hf2 + Hf3 + Hf4........................................ (Pers. 19)

Keterangan:
Hp = Julang total pompa (m)
Hs = Julang statis (m)
Hf1 = Julang gesekan pipa (m)
Hf2 = Julang belokan pipa (m)
Hf3 = Julang kecepatan (m)
Hf4 = Julang kerugian pada katup isap (m)
5. Pola Pemikiran

SISTEM PENGELOLAAN AIR BUKAAN


TAMBANG (PIT 5) DI DESA PENGARON
KABUPATEN BANJAR PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN

IDENTIFIKASI MASALAH

DATA SEKUNDER

1. DATA CURAH HUJAN


PENGUMPULAN DATA
2. DATA KLIMATOLOGI
3. PETA TOPOGRAFI
4. CATCHMENT AREA PENGOLAHAN DATA

1. PERHITUNGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM


2. PERHITUNGAN PERIODE ULANG HUJAN
MENGGUNAKAN METODE GUMBELL
3. PERHITUNGAN LUAS CATCHMENT AREA
MENGGUNAKAN APLIKASI
4. PERHITUNGAN TOTAL VOLUME AIR YANG MASUK
KE TAMBANG
5. PENENTUAN SUMP RENCANA DAN POMPA YANG
SESUAI
6. PENENTUAN RENCANA SALURAN TERBUKA

ANALISIS DATA

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai