TUGAS GAS METANA BATUBARA

APLIKASI WELL LOGGING DALAM CBM

Disusun Oleh :

Ignatius William Yudha (030201281621052)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
Pendahuluan

Metoda Well-Logging Fisika Batuan Kegiatan ini akan mempelajari perilaku sifat fisika
batubara penghasil CBM, mulai dari: gamma ray spectroscopy, density, sifat listrik, sifat sonic,
sifat hamburan neutron, sifat magnetisasi di batubara yang mendekati keadaan sesungguhnya pada
lapisan CoalBed Methane di alam serta untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungannya
dengan keadaan reservoar seperti: porositas, arah retakan, saturasi fluida dan jenis fluida pengisi
pori pada batubara penghasil gas methana. Diharapkan kegiatan ini menghasilkan persamaan-
persamaan petrofisika empiris yang bisa dipakai sebagai persamaan standard untuk memprediksi
keberadaan CBM dalam seam batubara. Kegiatan ini didukung oleh perangkat well-logging serta
perangkat spectroscopy gamma dan laboratorium rock physics.

Analasis log
Karena gas diserap ke dinding micropores batubara, log openhole tidak dapat menghitung
porositas matriks yang berguna atau nilai saturasi gas. Meskipun demikian, kayu gelondongan
masih berguna untuk menentukan lokasi dan ketebalan lapisan batubara dan memperkirakan
kualitasnya. Karena kepadatannya yang rendah, batubara diidentifikasi paling mudah dari log
kepadatan. Mereka juga dapat dikenali dengan kombinasi respons log lainnya termasuk:

-Kehadiran neutron dan sonik yang jelas

-Resistensi tinggi

-Nilai sinar gamma rendah

Mudlogging direkomendasikan terutama untuk sumur eksplorasi atau appraisal, yang mungkin
mengandung lapisan batubara yang tidak terduga atau litologi bantalan gas lainnya.

Batubara murni dicirikan oleh nilai kepadatan dan efek fotolistrik yang rendah,
sedangkan batubara kaya abu memiliki nilai yang jauh lebih tinggi. Microlog dapat memberikan
indikasi kualitatif permeabilitas batubara berdasarkan tingkat pemisahan antara kurva
mikronormal dan microinverse. Log Caliper juga dapat menunjukkan permeabilitas dengan
mendeteksi lumpur yang lebih tebal di seluruh batubara yang dapat ditembus. Sumur baru mungkin
memiliki akses ke log yang lebih canggih, seperti:

 Geochemical
 Nuclear magnetic resonance
 Borehole imaging logs

Ini mungkin harus diolah kembali dengan penekanan pada kuantifikasi lokasi dan sifat
batubara. Log pencitraan ini berguna untuk mengidentifikasi fraktur besar dan sisik resistivitas
tinggi tipis yang disisipkan dengan batu bara, tetapi alat ini tidak memiliki resolusi yang cukup
untuk mengidentifikasi cleat. Jika tersedia log suite lengkap, model komputer canggih dapat
diterapkan untuk memperkirakan beberapa karakteristik batubara.

Meskipun batang kayu berguna untuk mengidentifikasi lapisan batubara dan

memperkirakan karakter kasarnya, batubara biasanya dilaminasi pada skala yang jauh lebih halus
daripada yang dapat diselesaikan dengan kayu bulat. Akibatnya, batu bara berpola terang dengan
isi cleating dan gas tinggi yang baik dapat disisipkan dengan cakrawala kaya abu, memberikan
tampilan batubara yang relatif homogen, berkualitas buruk pada kayu gelondongan. Hal ini mirip
dengan masalah angsuran tipis di waduk klastik dan menekankan nilai penggunaan inti batubara
untuk karakterisasi reservoir. Selain itu, bara murni yang diidentifikasi dari kayu gelondongan
dapat terdiri dari makar vitrinit yang relatif kaya gas atau makeral fusinit miskin-gas. Akibatnya,
beberapa batubara dengan kerapatan rendah mungkin sangat menghasilkan gas sementara yang
lain mungkin tidak.

Well Testing
Tes buildup, tes injeksi / falloff, dan tes slug masing-masing telah berhasil digunakan
untuk menentukan parameter reservoir dan penyelesaian kritis dalam reservoir CBM. Dalam uji
penumpukan, suatu sumur yang menghasilkan pada laju yang konstan ditutup, dan tekanan
downhole diukur ketika ia bertambah. Dalam uji injeksi / falloff, sebuah sumur yang disuntikkan
pada laju konstan ditutup, dan tekanan downhole diukur saat jatuh. Dalam tes slug, diferensial
tekanan diperkenalkan secara instan di seluruh permukaan pasir, dan respon tekanan diukur. Ini
biasanya dilakukan dengan cepat mengubah tingkat cairan di dalam sumur.

Tes slug relatif mudah dijalankan dan tidak mahal dibandingkan dengan jenis uji sumur
lainnya. Namun, tes slug hanya dapat digunakan dalam reservoir yang tertekan dan tidak dapat
menyelidiki volume reservoir yang besar. Ini merupakan pertimbangan penting karena reservoir
CBM biasanya sangat heterogen, membutuhkan radius besar penyelidikan untuk mencirikan
mereka secara memadai. Hasil tes slug dapat digunakan untuk merancang tes sumur tunggal atau
ganda lainnya untuk menentukan parameter reservoir tambahan.

Fig. 1-Plot of effective permeability (from well testing) vs. expected ultimate recovery (from
material balance and simulation) for individual wells from a CBM lease in the San Juan
basin of New Mexico.

Penting untuk mendapatkan perkiraan permeabilitas yang baik dari pengujian sumur
pada awal kehidupan setiap sumur, lebih disukai sebelum stimulasi dan produksi fraktur hidraulik.
Jika sumur tidak diuji sebelum stimulasi fraktur, mungkin sulit untuk berjalan cukup lama untuk
mencapai aliran radial tak terbatas dan menentukan nilai rata-rata permeabilitas. Setelah
permeabilitas diketahui dari tes pra-uji, tes pasca-fraktur dapat digunakan untuk menentukan sifat
fraktur. Sumur harus diuji sebelum produksi untuk menghindari aliran dua fase selama pengujian.
Tes slug dan tes injeksi / falloff yang dilakukan sebelum produksi kemungkinan besar
menghasilkan aliran air fase tunggal. Data dari tes ini dapat dianalisis dengan metode konvensional.
Meskipun lebih mudah untuk menganalisis data dari tes dengan aliran fase tunggal, seringkali
penting untuk menguji sumur dengan aliran dua fase. Pengujian dengan aliran dua fase mungkin
diinginkan sebagai fungsi desorpsi tekanan dan gas sebagai reservoir CBM yang dihasilkan.

Permeabilitas efektif akan berubah selama masa produktif dari reservoir CBM karena
perubahan permeabilitas relatif sebagai perubahan saturasi cairan. Permeabilitas efektif dapat
bervariasi karena perubahan permeabilitas absolut sebagai reservoir dihasilkan. Selama produksi
awal, matriks batubara mengembang karena tekanan pori berkurang, menghasilkan penurunan
permeabilitas absolut. Dengan produksi lanjutan, kontrak matriks sebagai gas desorbs dari
batubara, menghasilkan peningkatan permeabilitas absolut. Perubahan ini dapat dilacak dari waktu
ke waktu dengan pengujian transien. Permeabilitas absolut dapat dihitung dari uji dua fase dengan
penggunaan kurva permeabilitas relatif yang berasal dari simulasi, bidang analog, atau literatur
yang dipublikasikan. Fungsi pseudopressure degasifikasi batubara yang dikembangkan oleh
Kamal dan Six [4] dapat digunakan untuk menganalisis uji sumur CBM dengan dua fase aliran.
Metode ini menggabungkan isoterm serapan dan hubungan permeabilitas relatif. Mavor [1]
menjelaskan metode alternatif untuk menganalisis tes dengan aliran dua fase.

Permeabilitas efektif akan berubah selama masa produktif dari reservoir CBM karena
perubahan permeabilitas relatif sebagai perubahan saturasi cairan. Permeabilitas efektif juga dapat
bervariasi karena perubahan permeabilitas absolut sebagai reservoir dihasilkan. Selama produksi
awal, matriks batubara mengembang karena tekanan pori berkurang, menghasilkan penurunan
permeabilitas absolut. Dengan produksi lanjutan, kontrak matriks sebagai gas desorbs dari
batubara, menghasilkan peningkatan permeabilitas absolut. Perubahan ini dapat dilacak dari waktu
ke waktu dengan pengujian tekanan-transien. Permeabilitas absolut dapat dihitung dari uji dua fase
dengan penggunaan kurva permeabilitas relatif yang berasal dari simulasi, bidang analog, atau
literatur yang dipublikasikan. Fungsi pseudopressure degasifikasi batubara yang dikembangkan
oleh Kamal dan Six [4] dapat digunakan untuk menganalisis uji sumur CBM dengan dua fase yang
mengalir. Metode ini menggabungkan isoterm serapan dan hubungan permeabilitas relatif. Mavor
[1] menjelaskan metode alternatif untuk menganalisis tes dengan aliran dua fase.

Beberapa uji sumur dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat komunikasi antara
sumur dan untuk menentukan anisotropi permeabilitas. Batubara biasanya menunjukkan
permeabilitas yang lebih besar dalam arah cleat wajah karena fraktur ini lebih kontinyu dan
memiliki aperture yang lebih lebar daripada cleat butt. Rasio permeabilitas directional setinggi 17:
1 telah dilaporkan karena anisotropi ini. Penting untuk memahami baik arah dan besarnya
anisotropi permeabilitas di awal kehidupan proyek karena dapat memiliki dampak yang signifikan
pada pilihan geometri dan orientasi pola yang baik serta jarak yang baik.

Perangkat lunak komersial atau persamaan tekanan-transien konvensional dapat

digunakan untuk merancang tes CBM dengan benar. Jika rentang permeabilitas tidak diketahui,
pengujian dapat dirancang untuk permeabilitas terendah yang dapat diterima yang akan
menghasilkan proyek yang layak, biasanya 1 hingga 5 md, tergantung pada faktor lain seperti
ketebalan batubara, kandungan gas, dan keadaan kejenuhan awal. Meskipun batubara memiliki
sifat porositas ganda, sebagian besar tes CBM dapat dianalisis dengan model homogen karena
semua aliran Darcy terjadi dalam sistem cleat. Analisis tes sumur konvensional umumnya lebih
disukai untuk menganalisis data dari uji sumur CBM karena relatif mudah. Namun dalam beberapa
kasus, kondisi reservoir dan aliran tidak mengikuti asumsi di mana metode analisis uji sumur
konvensional didasarkan. Simulator numerik berguna untuk sejarah yang cocok dengan data uji
sumur ketika analisis konvensional tidak memadai.
 DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. CBM reservoir evaluation. (online)

http://petrowiki.org/CBM_reservoir_evaluation#Log_analyses. Diakses pada tanggal 28 April
2018.

Samworth, R. 2013. The Role of well logging in Coal-bed Methane Extraction.(online).

file:///C:/Users/ignatius%20william/Downloads/cbmiom%20(1).pdf . Diakses pada tanggal 28
April 2018.

Ibrahim, Eddy.2015. Peranan Metode Geofisika dalam Eksplorasi Gas Metana Batubara. (online).
Jurnal online. (diakses pada tanggal 28 april 2018).