Anda di halaman 1dari 25

TUGAS 1

KEBIJAKAN TAMBANG

Dosen Pengampuh:

Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, MS., MT

Kelompok 3:

Des Ari Sandi (03021381823076)

Daniel Alexander (03021381823098)

Farrel Ananta Budiman (03021381823106)

Muni Anjulia Mawaddah (03021281823078)

Noval Dillano (03021381722120)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
TUGAS 1

Soal :

Identifikasi permasalahan pertambangan mineral atau energy yang terjadi di


Indonesia (Minimal 20 Kasus). Dari 20 permasalahan dibidang pertambangan
tersebut coba saudara pilih satu kasus berikut penjelasan mengapa dipilih kasus
tersebut!

Jawab :

A. Permasalahan Pertambangan di Indonesia:


1. Banyaknya kegiatan penambangan illegal di Indonesia. Misalnya
penambangan batubara illegal di Waduk Samboja Kalimantan
Timur.
Bibir Wahidin seketika terlipat saat ditanya kondisi Bendungan
Samboja. Embusan napas panjang keluar dari hidung mancung pria
berkulit sawo matang itu. Kepalanya langsung menoleh ke waduk di
belakang punggungnya. Dipandanginya endapan lumpur di dasar
waduk yang terlihat dari permukaan. Warnanya airnya biru kehijauan.
Perubahan warna baru ditemuinya tiga tahunan terakhir. Mirip air bekas
galian tambang batu bara dekat permukimannya. Pikirannya
menerawang ke tahun 2015. Saat itu, air di embung berkapasitas 2 juta
liter kubik. Masih berwarna cokelat muda. Kala itu, banyak warga
meraup berkah dari fasilitas yang selesai dibangun pada 1959 ini.
Wahidin dan sejumlah warga pernah diajak meneliti kadar air oleh
petugas Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan dan Perusahaan
Daerah Air Minum. Air waduk dimanfaatkan jadi sumber air baku dan
pengairan sawah warga. "Tingkat keasaman air Ph nya 4-5. Normalnya
kan 7," kata dia merujuk penelitian beberapa bulan lalu.
Beberapa petani dan warga lain membenarkan cerita Wahidin.
Termasuk Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Wilayah Sungai (BWS)
Kalimantan 3, Sundaryanto. Pria 50-an tahun itu menduga kuat
perubahan kualitas air disebabkan pembukaan lahan sekitar bendungan.
Sejak 2017 hingga 2019, ia mendapati paling sedikit tiga aktivitas
penambangan batu bara sekitar areal waduk. Pada 2017, penambangan
berlangsung di sisi barat. Jalur tersebut perbatasan Desa Sei Seluang dan
Margomulyo, Kutai Kartanegara.
Lokasi penambangan diperkirakan lebih 3 hektare. Sedikitnya satu
lubang tambang ditinggalkan. Pada Februari 2018, aktivitas serupa
kembali berlangsung. Sekitar 500 meter dari lokasi pertama. Hingga
akhir 2018, sedikitnya empat bekas lubang galian teronggok di sisi itu.
Pada 2019, penambang semakin berani. Emas hitam yang dikeruk
semakin dekat bibir bendungan.
Itu ditunjukkan oleh foto udara yang diambil personel BWS
Kalimantan pertengahan Oktober lalu. kaltimkece.id mengunjungi
lokasi penambangan batu bara tersebut, Senin, 21 Oktober 2019.
2. Kasus Tambang Emas Ilegal di Gunung Botak, dari Jaringan
Penambang sampai Perusahaan Terjerat Hukum
Tim gabungan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri
dan Polda Maluku, menetapkan beberapa orang dan satu perusahaan
sebagai tersangka kasus kejahatan pertambangan emas ilegal dan
kerusakan lingkungan, di Gunung Botak, Kabupaten Buru, Maluku.
Polisi masih terus mengembangkan kasus dan masih memungkinkan
tersangka terus bertambah. Sejak 6 Januari 2019, tim Bareskrim Mabes
Polri, dipimpin Kombes Pol. Sulistiyono, Kasubdit II Bidang
Lingkungan Hidup, sudah berada di Polda Maluku, guna tindak lanjut
penyidikan izin operasi tiga perusahaan di Sungai Anahoni dan
penambang emas ilegal, di sekitaran Pulau Buru.
Atas proses itu, sembilan orang jadi tersangka dan ditangani Polres
Pulau Buru. Mereka ada sebagai penyandang dana, penyedia bahan
kimia berbahaya atau maupun penadah. Sembilan tersangka ini masing-
masing berinisial, BP, RS, N, ditahan sejak 12 November 2018, atas
dugaan kasus tromol. Kemudian, WT dan S delik sama, dan berkas
mereka sudah lengkap. Sedang empat orang lain dugaan kasus tong
(berisi merkuri) yakni, A, MN, AN dan SN. Selain sembilan tersangka
perorangan, polisi juga menetapkan tersangka korporat, PT. Buana
Pratama Sejahtera (BPS) dengan dugaan melanggar UU Mineral dan
Batubara. Meskipun begitu, polisi belum menetapkan sosok tersangka
perusahaan. Kombes Pol. Sulistiyono, Kasubdit II Tindak Pidana
Tertentu, mengatakan, beberapa pekan sebelum Gunung Botak, ditutup,
mereka bersama Dirkrimsus Polda Maluku, menyelidiki tiga perusahaan
di Gunung Botak, yakni BPS, Prima Indo Persada (PIP) dan Sinergi
Sahabat Setia (SSS).
Untuk BPS, lebih dulu jadi laporan polisi. Dalam penyelidikan
sampai penyidikan, petugas gunakan banyak pintu penegakan hukum,
baik dari UU Minerba, UU UU Kehutanan sampai UU Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. “Untuk tiga perusahaan ini, kami baru
menetapkan BPS sebagai tersangka,” katanya. Hingga kini, katanya,
sudah pemeriksaan terhadap 16 orang, empat dari Dinas Lingkungan
Hidup Maluku termasuk kepala dinas, dua dari KLH Buru, serta 10
orang perusahaan. “Sudah ada delapan orang sebagai tersangka. Mereka
sebagai penambang, penyumbang dana, suplai B3 dan penadah,”
katanya.
3. Kecelakaan Kerja di PT Semen Indonesia Tewaskan Satu Pekerja
Kecelakaan kerja terjadi di area tambang batu kapur PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk di Desa Karang Lo, Kecamatan Merakurak,
Tuban. Seorang operator alat pengebor batu kapur (quarry drill)
bernama Vicky Baktia Hermawan (21) tewas.
Warga Desa Sambonggede, Kecamatan Merakurak itu tewas terjepit
alat berat ketika sedang bekerja mengganti oli quarry drill. "Korban
sedang mengganti oli mesin bor, tiba-tiba ada truk di tanjakan tergelincir
ke belakang, lalu menghantam tubuh korban," jelas Kasat Reskrim
Polres Tuban AKP Wahyu Hidayat kepada wartawan, Jumat
(20/9/2013).
"Korban tergencet diantara truk dan alat berat sehingga tewas di
lokasi kejadian dengan luka parah pada bagian kepala," sambungnya
saat ditemui detikcom di Mapolres Tuban.
Truk yang menjadi penyebab utama diketahui sedang dikendarai
oleh Salahudin, warga Lasem, Jawa Tengah. Namun belum diketahui
secara pasti penyebab bagaimana truk tergelincir sehingga
mengakibatkan tewasnya korban.
"Itu (penyebab tergelincir) yang masih kita dalami. Apakah saat itu
posisi truk direm atau sedang diganjal batu," terang Kasat.
Pasca kejadian, mayat korban langsung dievakuasi menuju kamar
jenazah Rumah Sakit Umum Dokter Koesma Tuban untuk diotopsi.
Peristiwa itu kemudian dilaporkan ke polisi.
Hingga kini polisi masih mendalami penyebab utama kecelakaan
kerja tersebut. "Anggota masih di lokasi untuk olah TKP (Tempat
Lejadian Perkara)," pungasnya.
Kepala Seksi (Kasi) Hubungan Internal dan Media PT SI M. Faiq
Niyazi membenarkan adanya kejadian itu. Faiq mengatakan jika korban
adalah tenaga outsourcing dari anak perusahaan PT SI yakni PT UTSG.
"Kasus ini kami tangani dengan baik. Kami menyesalkan adanya
peristiwa ini. Kami juga akan beri santunan kepada keluarga korban,"
ujar Faiq.
4. Pelanggaran HAM dalam Kasus Lubang Tambang di Kalimantan
Timur
Di Indonesia, Kalimantan Timur adalah salah satu dari Provinsi
Utama Penghasil Batubara, terdapat 1488 izin tambang berskala IUP
seluruhnya, izin tambang IUP dikeluarkan oleh pemerintah daerah,
provinsi dan kab/kota.
Kota Samarinda merupakan salah satu wilayah yang ditetapkan
kementerian ESDM masuk dalam wilayah usaha pertambangan, dengan
itu Pemkot Samarinda mengeluarkan kebijakan pengelolaan
pertambangan batubara sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Dinas
Pertambangan dan Energi Kota Samarinda mencatat hingga tahun 2014,
ada 5 izin dalam bentuk PKP2B yang sepenuhnya dikeluarkan oleh
pemerintah pusat, 1 IUP Pemerintah Propinsi, dan 63 IUP yang sudah
dikeluarkan oleh pemerintah Kota Samarinda. Dengan luasan
masingmasing 33,48% PKP2B, 32,5% IUP Propinsi, 38,37% IUP Kota.
Total dari luas wilayah pertambangan terhadap luas wilayah Kota
Samarinda sudah mencapai angka 71%. Sebagai Ibu Kota Provinsi
Kalimantan timur, Samarinda memiliki karakteristik berbeda dengan
daerah kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Timur yang juga memiliki
potensi pertambangan batubara.
Jumlah penduduk Samarinda merupakan paling tinggi di
Kalimantan timur, hasil sensus tahun 2010, jumlah penduduk Samarinda
727.500 jiwa. Jumlah penduduk yang besar dan wilayah usaha
pertambangan yang luas, membuat ruang terbuka hijau Kota Samarinda
saat hanya sekitar 5%, sedangkan UU No 26 Tahun 2007 tentang
Pentaan Ruang mengamanatkan ruang terbuka hijau minimal 30% dari
wilayah kota. Melihat hal ini, bentang alam atau kondisi ekologis
Samarinda sudah menutup kemungkinan diterbitkannya lagi Izin usaha
pertambangan, yang secara langsung akan menambah luasan wilayah
usaha pertambangan. Dampak dari obral izin ini adalah tumpang tindih
antar kawasan, tambang di kawasan padat pemukiman salah satunya
akibatnya lubang – lubang eks tambang meninggalkan air beracun dan
logam berat dan juga sudah menelan korban anak–anak tenggelam di
lubang eks tambang batubara yang sampai Juni 2016 berjumlah 243
orang (22 diantaranya anak-anak) dengan rincian di Kota Samarinda (15
anak), Kutai Kertanegara (8 anak) dan Pasir Panajem Utara (1 orang).
5. KLHK: Endapan Sisa Tambang Freeport Meluber Hingga ke
Sungai
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meminta PT
Freeport Indonesia segera mengajukan dokumen revisi analisis
mengenai dampak lingkungan hidup (amdal). Permintaan Kementerian
kepada Freeport diajukan sejak setahun lalu tapi belum dipenuhi
hingga sekarang. “Ketika ditanya, perusahaan selalu mengatakan
belum. Kami bisa apa?” ujar Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
dan Tata Lingkungan Kementerian Kehutanan, San Afri Awang,
kepada Tempo, Selasa 2 Mei 2017. Awang mengatakan perubahan
amdal harus diajukan Freeport karena kolam penampungan
(modified ajkwa deposition area/ModADA) tidak mampu lagi
menampung endapan pasir sisa tambang (sedimen). Endapan tersebut
telah meluber hingga sungai, hutan, dan muara. Hal inilah, menurut
Awang, yang belum terangkum dalam berkas lingkungan Freeport.
“Dampaknya ke mana-mana, itu harus ada adendum amdal karena
melampaui ruang lingkup wilayah yang sudah disetujui.”
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menganggap Freeport merusak
lingkungan karena tumpahan sisa tambang tersebut. Perpanjangan
tanggul dan perubahan skema pemanfaatan limbah juga tidak memiliki
izin lingkungan. Akibatnya, potensi kerugian lingkungan yang
ditimbulkan mencapai Rp 185 triliun. “Nilai itu adalah hasil kajian dari
Institut Pertanian Bogor yang ditelaah BPK dalam konteks keuangan
negara,” kata Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Moermahadi Soerja
Djanegara. Kementerian Kehutanan tidak mematok tenggat
perusahaan harus merampungkan revisi amdal. Awang menyerahkan
penegakan aturan kepada aparat hukum. “Kan perusahaan yang
membutuhkan amdal itu. Soal penegakan itu bukan wilayah saya lagi,”
kata dia.
6. PHK Massal di PT BUMA karema Harga Batubara Tak Membaik
Perwakilan pekerja PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma) Site
Lati, Berau, untuk kedua kali maju ke hadapan Komisi II DPRD Kaltim.
Mereka mengadukan kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
disebut tidak sesuai regulasi. Rapat dengar pendapat tersebut diadakan
di Gedung E DPRD Kaltim, Samarinda, Senin, 10 Februari 2020. Selain
anggota Komisi IV, hadir pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (SPSI) PT Buma Lati serta manajemen perusahaan.
Kepada karyawan, perusahaan berkata bahwa kebijakan PHK
dilatarbelakangi efisiensi. Namun demikian, menurut serikat pekerja,
hal itu melanggar regulasi. Pasal 164 Undang-Undang 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan adalah dasar argumen mereka. Pengusaha, sebut beleid
ini, dapat mem-PHK pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang
disebabkan atau bukan karena perusahaan mengalami kerugian terus-
menerus selama dua tahun.
Dalil yang diajukan pihak buruh PT Buma Lati adalah kerugian
perusahan harus lebih dahulu dibuktikan akuntan publik. Sulhan
mengatakan, pasal yang mengatur masalah kerugian ini sudah diuji
materi di Mahkamah Konstitusi karena bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945. Putusan MK bernomor 19/PUU-IX/2011
menyatakan, pasal ini bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa
'perusahaan tutup' tidak dimaknai 'perusahan tutup permanen atau tutup
sementara waktu'. "Nyatanya, perusahaan (PT Buma Lati) masih
beroperasi," kata Sulhan. Persoalan lain yang disorot SPSI adalah PHK
mendera pekerja setingkat mandor dan mekanik. Posisi ini banyak diisi
pekerja lokal kemudian digantikan pekerja dari luar.
7. Keluhan Warga Terhadap Dampak Aktivitas Pertambangan Di
Berbagai Daerah
Perhubungan masyarakat Pegunungan Meratus dan warga
Pangkalan Susu, bukan tak beralasan. Banyak cerita tentang dampak
tambang batubara bagi lingkungan hidup dan sosial. Di Desa Taman
Dewa, Kabupaten Sarolangun, Jambi, salah satunya. Berawal sejak
masuknya tambang batubara PT. Minemex Indonesia pada 2010,
masyarakat yang semula berdaulat dengan tanaman itu sendiri, seperti
beras dan sayuran, mulai kesulitan. Tiga aliran anak sungai yang
terhubung dengan Sungai Batang Hari dialihkan. “Sungai tercemar
batubara, ikan mati, sumur kering. Satu hari tak hujan sumur langsung
kering, ”kata Wardah, warga Taman Dewa. Penggundulan hutan juga
warga Suku Anak Dalam berpindah hidup. “Mereka tak tahu lagi harus
kemana,” katanya.
Lokasi tambang dari semula tak bisa dibilang jauh dari pemukiman
warga, sekitar 500 meter, semakin lama semakin lama rumah warga.
"Dua puluh meter dari rumah warga.” Bertahun lalu, warga
memblokade jalan keluar perusahaan untuk hentikan operasi
perusahaan. Jalan ini dicapai karena kasus masyarakat tak kunjung
dipenuhi perusahaan. Masyarakat dengan rumah yang retak karena
dampak bencana, polusi debu semakin menganggu. Pengaduan kepada
pemerintah daerah dan Polda, tak dapat menjawab tanggapan.
Di Desa Gunung Karasik, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan
Tengah, warga harus berjalan tiga kilometer lebih jauh untuk
mendapatkan sungai yang masih bersih. Sungai terdekat mereka
tercemar limbah batubara. Tambang batubara masuk sejak 2004-2005,
tak hanya membuat padi dan karet menurun drastis. “Ada konflik di
masyarakat dan beberapa intimidasi dari polisi,” kata Bella, salah satu
warga. Beberapa warga ada yang hidup di hutan selama tiga bulan
karena polisi terus berkeliling desa dalam jumlah banyak. Masyarakat
lantas meminta informasi terkait Amdal perusahaan ke Dinas
Lingkungan Hidup. Dari dokumen itu, masyarakat tahu perusahaan tak
punya izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH). Ada izin pemanfaatan
kayu namun oleh perusahaan berbeda.
Upaya warga meminta informasi tentang pertambangan di
lingkungan tempat tinggal mereka juga dilakukan masyarakat Desa
Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawalunto. Warga resah karena
aktivitas CV. Tahitiko, yang menambang 500 meter dari perumahan
warga. Sebelumnya di perusahaan lain, diklaim sebagai tambang rakyat,
juga menambang di lahan tak jauh dari izin saat ini, dan meninggalkan
lubang bekas tambang. Lubang tambang jadi danau kecil untuk
masyarakat untuk mandi dan mandi. Meski masyarakat tahu air bekas
tambang berbahaya karena keasaman tinggi. Mereka tak punya pilihan.
Kabar meresahkan datang dari warga yang menginformasikan aliran
perusahaan sudah menuju rumah warga. “Kami bangun rumah kami ini
untuk anak cucu. Kami tak mau rumah ini amblas, ”kata seorang warga
yang enggan disebut namanya.
8. Pencemaran air sungai Tongo di kecamatan Sekongkang,
Kabupaten Sumbawa Barat akibat luapan air asam tambang PT
Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Kasat Reskrim Polres Sumbawa Barat, IPTU I Putu Agus Indra
Permana S.IK, kepada Kabar NTB, Selasa (7/3), menyatakan pihaknya
telah meminta keterangan dari management PTAMNT terkait kasus
tersebut pada senin (6/3). Ahli PTAMNT yang dikirim untuk mewakili
perusahaan itu dalam pemeriksaan, kata Kasat Reskrim, menyatakan PH
air saat terjadi luapan ke sungai Tongoloka dan Sungai Sejorong, Desa
Tongo, Kecamatan Sekongkang, dalam kondisi normal.
Penyidik sendiri, kata Kasat Reskrim, masih perlu mendalami lagi
terkait hal tersebut dengan menunggu hasil dari tim ekologi yang hingga
saat ini masih bekerja. “Kami belum berani mengambil kesimpulan,
sampai adanya hasil dari tim ahli ekologi, termasuk mengenai penyebab
kematian ikan dan biota lainnya yang ditemukan warga,”. “Dugaan
pencemarannya ada, tapi disini perlu kita simpulkan kembali bahwa
biota yang mati ini apakah benar karena melimpasnya air asam tambang
atau tidak,” imbuh Kasat Reskrim.
Sebelum memanggil pihak management PTAMNT, pihak penyidik
juga telah memanggil dan memintai keterangan dua orang pelapor
dalam kasus tersebut, serta beberapa warga sekitar lokasi kejadian
(warga Tongo).
Untuk diketahui, pasca meluapnya air asam tambang PTAMNT,
warga desa Tongo dan tim dari DLH KSB menemukan sejumlah ikan,
kepiting dan udang yang mati di daerah aliran sungai Tongoloka dan
pantai sekitar desa tersebut yang diduga akibat terpapar air asam
tambang. Kasus dugaan pencemaran air asam tambang itu kemudian
dilaporkan pada 17 Februari lalu ke Polres Sumbawa Barat oleh pegiat
LSM dan tokoh masyarakat Desa Labuhan Lalar.
Sementara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbawa Barat dan
Komisi III DPRD setempat, dari hasil investigasi yang dilakukan,
menyimpulkan adanya unsur kelalaian dibalik meluapnya air asam
tambang tersebut ke sungai.
9. Pencemaran udara akibat aktivitas pertambangan batubara PT
Karya Cita Nusantara (KCN), Jakarta Utara.
SUARAMERDEKA.ID – Ratusan warga yang tergabung dalam
Koalisi Masyarakat Jakarta Utara melakukan aksi demonstrasi di
pelabuhan PT. Karya Citra Nusantara (PT KCN), Marunda, Jakarta
Utara, Sabtu (31/8/2019). Mereka menuntut perusahaan swasta itu
menghentikan aktivitas bongkar muat batubara dari dari kapal tongkang
ke pelabuhan karena menyebarkan polusi yang sangat berbahaya kepada
masyarakat sekitar.
Selain menimbulkan polusi yang mencemarkan lingkungan dan
membahayakan warga sekitar, kegiatan itu juga dinilai illegal karena
tidak memiliki amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
”PT KCN harus stop beroprasi karena tidak memiliki ijin amdal atas
operasi batubara yang berdampak polusi debu ke masyarakat,” kata
Laode Kamaludin, Koordinator Lapangan aksi.
Dia menjelaskan, berdasarkan regulasi yang mengatur terkait
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dalam mendirikan
sebuah perusahaan harus memiliki dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan atau AMDAL. Itu tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH.
”Sedangkan PT KCN tidak pernah memiliki atau mendapatkan izin
AMDAL, dan Gubernur DKI Jakarta sebagai regulator telah
menegaskan bahwa PT KCN telah melanggar PERDA No. 1 Tahun
2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Zonasi. Bahkan PT KCN
telah mengabaikan beberapa surat peringatan yang dikeluarkan oleh
Pemprov DKI Jakarta untuk menghentikan pengoperasian perusahaan
tersebut,” kata Laode Kamaludin.
Oleh karena itu, lanjutnya, warga mendesak PT KCN agar segera
memberhentikan pengoperasian perusahaan karena telah melanggar
hukum yang telah diatur oleh pemerintah dan bertanggung jawab atas
kerusakan lingkungan akibat dari operasi perusahaan yang tidak
memiliki izin AMDAL.
Selanjutnya, Fachri Difinubun salah satu orator dalam aksi unjuk
rasa tersebut menegaskan akan mendesak Pemprov DKI Jakarta untuk
segera menyegel kembali perusahaan tersebut. “Kami akan mengawal
terus kasus ini ke pemerintah provinsi DKI untuk kembali mengeluarkan
surat perintah penyegelan terhadap PT. KCN” tegasnya.
Polusi Debu Batu Bara Ancam Paru-paru Warga Marunda Cilincing.
Polusi udara akibat debu batubara di Marunda diduga menyebabkan
banyak warga kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, menderita ISPA.
Debu berwarna hitam pekat itu tampak jelas menempel di dinding dan
kusen jendela rumah Sugiyanto di Kelurahan Marunda, Kecamatan
Cilincing, Jakarta Utara.
10. Tragedi Lubang Bekas Tambang di Kalimantan
Sejak 2011 hingga sekarang, sudah ada 24 anak yang meninggal di
lubang bekas tambang ini, 15 di antaranya di Kota Samarinda. Lokasi
tambang itu sudah menyalahi undang-undang, karena berada kurang
500 meter dari permukiman warga.Komnas HAM mendesak pemerintah
serius menangani persoalan ini. Komnas HAM menyatakan sesuai
amanat Pasal 71 UU No 39 tahun 1999 tentang HAM, pemerintah wajib
mengontrol perusahaan yang melanggar HAM. Dalam kasus lubang
bekas tambang ini, Komnas HAM menduga terjadi pelanggaran HAM,
karena telah ada 24 anak menjadi korban. "Sampai saat ini masih banyak
area bekas tambang yang tidak dipulihkan. Ini bukti pemerintah
melakukan pembiaran dan tidak ada penegakan hukum. Padahal proses
hukum penting untuk memberi sanksi kepada perusahaan. Selain
merampas hak untuk hidup, hak atas keadilan dan hak atas lingkungan
hidup yang sehat dan bersih, lubang bekas tambang diduga
menimbulkan pelanggaran hak atas rasa aman dan hak anak," kata Siti
Noor Laila, komisioner Komnas HAM dalam rilis medianya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur telah
membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menangani persoalan ini.
Sebanyak 12 politisi lokal dari berbagai partai diberi tugas selama 3
bulan ke depan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai pihak,
mulai masyarakat umum, LSM hingga perusahaan tambang. DPRD
nantinya akan mengeluarkan rekomendasi dan diharapkan pemerintah
setempat menindaklanjutinya.
Didit Hariadi, dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan
Timur kepada VOA mengatakan, kasus lubang bekas tambang adalah
bukti nyata bagaimana industri tambang mengabaikan hukum. Pada saat
yang bersamaan, pemerintah daerah tidak memberikan reaksi yang
cukup, bahkan cenderung melindungi korporasi tambang. Kota
Samarinda menjadi daerah dengan korban terbesar, karena 71 persen
wilayahnya menjadi area tambang. Lubang bekas tambang yang bisa
memiliki kedalaman lebih dari 100 meter ini, telah didiamkan selama
bertahun-tahun tanpa upaya pengamanan, apalagi penimbunan kembali
( reklamasi tambang ).
“Kedalaman lubangnya bermacam-macam. Ada yang mencapai 100
meter, ada yang 80 meter tetapi ada pula yang lebih dari 100 meter.
Padahal sudah diatur dalam undang-undang, bahwa 30 hari pasca
menambang itu, harus ditutup. Tetapi yang terjadi adalah, lubang tempat
anak-anak menjadi korban meninggal itu, rata-rata lubangnya sudah
ditinggalkan selama 3 atau 4 tahun, dan bahkan ada yang sudah lebih
dari 5 tahun,”.
11. Polusi Suara akibat kegiatan pemboran, peledakan, ataupun alat-
alat berat dalam kegiatan pertambangan.
Getaran yang terjadi di lingkungan dapat berdampak pada
kehidupan manusia. Dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No 49 tahun
1996 ditetapkan tingkat baku getaran berdasar tingkat kenyamanan dan
kesehatan dalam kategori menganggu, tidak nyaman dan menyakitkan.
Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal
tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan
pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup (2009) menerangkan bahwa ada beberapa
tingkat gangguan pendengaran akibat bising, yaitu: Hilang pendengaran
sementara, dan pulih kembali setelah pada waktu tertentu. Imun atau
kebal terhadap bising, biasanya hal ini karena selalu mendengar
kebisingan tertentu. Pendengaran berdengung. Kehilangan pendengaran
permanen atau tetap dan tidak akan pulih kembali.
12. Menurunnya Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar Akibat Polusi
Ataupun Pencemaran Yang Disebabkan Oleh Aktivitas
Pertambangan Di Sepanjang DAS Air Bengkulu Hingga Pesisir
Pantai Kota Bengkulu.
Kerusakan lingkungan hidup akibat limbah batubara di sepanjang
DAS Air Bengkulu hingga pesisir pantai di Kota Bengkulu dan
Bengkulu Tengah yang terjadi sejak 1980-an hingga kini adalah nyata
dan bukan kasat mata. Kendati demikian, pemerintah daerah tidak
pernah berupaya menemukan perusahaan tambang untuk dimintai
pertanggungjawaban.
“Indikasi lainnya seperti lubang bekas tambang tidak direklamasi,
kerusakan kawasan hutan, kewajiban membayar jaminan reklamasi dan
jaminan paska tambang yang tidak dipenuhi juga terkesan dibiarkan.
Bahkan, masalah izin terindikasi masuk kawasan hutan konservasi dan
lindung yang terungkap dalam surat Direktorat Jenderal Palonologi
Kementerian Kehutanan No. S.706/VII-PKH/2014 bertanggal 10 Juli
2014 pun belum ditindaklanjuti,” tambah Beni.
13. Indonesia Tidak Dapat Memnetukan Harga Komoditinya Sendiri.
Harga komoditi tambang ditentukan oleh pasar sehingga harga
komoditi sangat rentan terhadap dinamika permintaan dan penawaran
dunia. Komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah
diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk
suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk
lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual
oleh investor melalui bursa berjangka. Secara lebih umum, komoditas
adalah suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing,
instrumen keuangan dan indeks.
Karakteristik dari Komoditas yaitu harga adalah ditentukan oleh
penawaran dan permintaan pasar bukannya ditentukan oleh penyalur
ataupun penjual dan harga tersebut adalah berdasarkan perhitungan
harga masing-masing pelaku Komoditas contohnya adalah (namun tidak
terbatas pada): mineral dan produk pertanian seperti bijih besi, minyak,
ethanol, gula, kopi, aluminium, beras, gandum, emas, berlian atau perak,
tetapi juga ada yang disebut produk "commoditized" (tidak lagi
dibedakan berdasarkan merek) seperti computer.
Risiko dalam perdagangan Komoditas, selain dari gagal janji,
disebabkan oleh fluktuasi harga. Harga sangat ditentukan oleh
permintaan dan penawaran di pasar Komoditas. Permintaan ditentukan
oleh pertambahan penduduk, pertambahan penggunaan, penggunaan
baru dan karena substitusi. Penawaran berubah karena pertambahan
kapasitas produksi (luas lahan yang ditanam atau pabrik baru yang
dibangun), musim, cuaca baik atau buruk, larangan atau insentip
pemerintah, bencana alam maupun perang atau perdamaian. Jadi banyak
sekali faktor yang tidak bisa diramalkan. Hal inilah yang mendorong
timbulnya kebutuhan akan lindung nilai. Kebutuhan akan lindung nilai
dipenuhi dengan pembuatan kontrak di LUAR mau di DALAM Bursa.
Mula-mula kebutuhan akan lindung nilai ini hanya dirasakan dalam
perdagangan Komoditas pertanian, tetapi makin lama kebutuhan itu
dirasakan untuk semua macam Komoditas, termasuk Komoditas
keuangan, cuaca, ekonomi, perbankan dlsbnya. Untuk semua itu
dibuatkan kontrak. Beberapa dari kontrak itu diperdagangkan di bursa
yang terlanjur dinamakan Bursa Komoditas, meski sebenarnya
dinamakan Bursa Kontrak.
14. Menurunnya tingkat produksi tambang pada saat musim hujan
yang dapat berlangsung beberapa bulan.
Saat musim hujan tiba, air yang jatuh dan mengguyur lahan areal
tambang akan mengubah kondisi tekstur tanah yang ada. Akibatnya
kegiatan pengerukan untuk mengambil mineral yang ada di dalam tanah
bisa terganggu atau bahkan dibatalkan. Sebab kondisi tanah yang
berubah karena air hujan, bisa saja menimbulkan longsor yang
membahayakan keselamatan pekerja. Proses produksi pun akhirnya
terhambat.
Selain itu, areal pertambangan yang berada jauh di pelosok,
mayoritas infrastruktur untuk transportasinya pun seadanya. Kondisi
jalan yang hanya berupa tanah dan belum diaspal, tentu akan menjadi
sulit dilalui ketika hujan turun. Sebab, tanah yang terkena air hujan akan
berubah menjadi lumpur yang membuat kendaraan tidak dapat
melaluinya. Proses distribusi hingga produksi pada akhirnya juga
terhambat, karena kendaraan yang mengangkut karyawan atau
kebutuhan produksi tidak bisa datang tepat waktu.
15. Pembukaan lahan secara besar-besaran yang dapat
mengakibatkan terjadinya banjir atau longsor.
Sebuah lereng akan mengalami kelongsoran ketika FK 1 atau kurang
dari 1. Dalam dunia geoteknik tambang, banyak sekali faktor – faktor
uncertainty yang berkeliaran di sepanjang analisa dari hulu ke hilir.
Uncertainty ini adalah faktor ketidakpastian yang terdapat dalam sebuah
flow analisa serta pemodelan. Faktor ketidakpastian ini akan selalu
muncul dan tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diminimalisir. Salah satu
faktor uncertainty yang cukup tinggi adalah pada uji laboratorium.
Nilai properti tanah atau batuan (c’ & phi’) merupakan salah satu
komponen dalam analisa kestabilan lereng yang penuh dengan unsur
ketidakpastian. Hal tersebut disebabkan oleh standarisasi dalam
pengujian laboratorium yang dapat berbeda serta human error yang
menyebabkan pengujian memberikan nilai properti yang kurang tepat.
16. Menipisnya Cadangan Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat
Diperbaharui Di Indonesia Akibat Banyaknya Aktivitas
Pertambangan, Seperti Batubara.
Cadangan terbukti batubara Indonesia hingga Juni 2019 sebesar 41
miliar ton, disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi. Direktur Jenderal Mineral dan
Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono,
mengatakan, produksi batubara Indonesia masih dalam batas aman
hingga tahun 2100. Artinya, umur cadangan batubara Indonesia berkisar
sekitar 80 tahun lagi.
Produksi batubara perlu dikontrol setiap tahunnya agar umur
cadangan bisa dikendalikan. Pemerintah harus bijak dalam memberikan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) mengingat pemegang IUP di daerah
terus bertambah. Saat ini, eksplorasi pertambangan terutama batubara di
Indonesia masih tergolong minim. Untuk meningkatkan jumlah
cadangan terbukti batubara Indonesia, diperlukan eksplorasi yang lebih
luas di seluruh daerah Indonesia.
17. Konflik Antara Perusahaan Tambang Dengan Masyarakat Yang
Menolak Dilakukannya Aktivitas Penambangan Di Manilau,
Kalimantan Utara
Aktivitas tambang yang ada di Malinau, Kalimantan Utara sangatlah
meresahkan warga. Perusahaan tambang yang ada di Kabupaten
Malinau terdapat empat perusahaan yaitu:

PT Baradinamika Muda Sukses (BDMS)


PT Mitrabara Adiperdana (MA)
PT Kayan Putra Utama Coal (KPUC)
PT Atha Mart Naha Kramo (AMNK)

Keempat perushaan Pertambangan yang ada di Malinau bukannya


menguntungkan melainkan merugikan para masyarakat Malinau,
mengapa merugikan karena perusahaan tambang membuang limbah
yang ada ke sungai Malinau dan dimana sungai tersebut menjadi sumber
air dari masyarakat. Puncak konflik akhirnya meningkat ketika tanggal
4 Juli 2017 tanggul dari PT. Baradinamika Muda Sukses jebol dan
mencemari sungai Malinau, dan di lanjutkan lagi pada tanggal 20
September 2017 tanggul dari PT. Kayan Putra Utama Coal jebol. Seperti
yang telah dilansir oleh Prokal.co menyatakan Dari laporan yang masuk,
kondisi ini sudah sangat meresahkan. Salah satu dampaknya, PDAM di
Malinau sempat tidak beroperasi karena tidak mampu mengolah air
yang sudah tercemar. Sehingga, berdampak pada distribusi air bersih
masyarakat.Walaupun sudah tercemar dan merugikan masyarakat
perusahaan tetap berjalan seperti biasa tanpa melakukan pertanggung
jawaban akibat kerusakan yang telah dilakukan. FPPM (Forum Pemuda
Peduli Malinau) juga telah melakukan komunikasi secara langsung
dengan perusahaan dan juga telah membuat perjanjian yang telah
disepakati oleh perusahaan dan masyarakat seperti berikut:
- Perusahaan bersedia menutup kegiatan operasional pertambangan,
holling, dan pembuangan limbah terhitung mulai tanggal 5 Juli lalu.
Penutupan bersifat sementara sambil perusahaan melakukan perbaikan
sebagaimana ditetapkan dalam kesepakatan kedua, bahwa perusahaan
melakukan berbagai perbaikan sebagaimana rekomendasi DLHD.
Kegiatan pertambangan dilaksanakan kembali setelah mendapat
rekomendasi dari DLHD Malinau. Rekomendasi tersebut juga
dilaporkan kepada Forum Pemuda Peduli Malinau setelah dilakukan
pengecekan langsung dilapangan.
- Perusahaan memberikan keluasan kepada Forum Pemuda Peduli
Malinau untuk melakukan pengawasan dan pemantauan selama proses
perbaikan Amdal di seluruh wilayah konsesi perusahaan tanpa
terkecuali, dan didampingi oleh pihak perusahan.
- Perusahaan bersedia melakukan pertemuan dengan PDAM. Pertemuan
tersebut berkaitan dengan solusi masalah yang dihadapi PDAM yang
saat ini tidak dapat mendistribusikan air minum kepada masyarakat
karena baku mutu air yang buruk akibat tercemar limbah.
- Jika di kemudian hari ternyata perusahaan terbukti kembali melakukan
pencemaran lingkungan maka sebagai mana diatur dalam UU nomor 32
tahun 2009 tentang lingkungan hidup, perusahaan harus bersedia
dicabut ijin usaha pertambangannya tanpa menunggu teguran tertulis.
18. Tidak dilakukannya Reklamasi pasca penambangan oleh suatu
perusahaan tambang.
Perusahaan-perusahaan tambang skala menengah ke atas umumnya
telah mengetahui bagaimana cara mengatasi permasalahan reklamasi
yang dihadapi meskipun beberapa diantaranya belum maksimal.
Penggunaan kompos, pemupukan dengan NPK dan pemberian kapur
untuk memperbaiki kesuburan tanah, penggunaan mulsa vegetatif dan
pembuatan teras bangku atau guludan untuk mengurangi erosi,
penanganan air asam tambang (AAT) dengan kapur atau metoda lahan
basah adalah praktek-praktek dalam kegiatan reklamasi yang sudah
biasa dilaksanakan (Iskandar et al., 2011, Zipper et al., 2011).
Pada lahan bekas tambang, revegetasi merupakan sebuah usaha
yang kompleks yang meliputi banyak aspek, tetapi juga memiliki
banyak keuntungan. Beberapa keuntungan yang didapat dari revegetasi
antara lain, menjaga lahan terkena erosi dan aliran permukaan yang
deras; membangun habitat bagi satwa liar; membangun
keanekaragaman jenis-jenis lokal; memperbaiki produktivitas dan
kestabilan tanah; memperbaiki kondisi lingkungan secara biologis dan
estetika; dan menyediakan tempat perlindungan bagi jenis-jenis lokal
dan plasma nutfah (Setiadi, 2006). Namun kegiatan reklamasi dan
revegetasi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga banyak
perusahaan tambang yang sungkan untuk melakukan reklamasi ketika
cadangan di daerah pertambangan tersebut telah habis.
19. Pembuangan Limbah Pertambangan Yang Belum Diolah Terlebih
Dahulu Dan Dibuang Tidak Sesuai Tempatnya Seperti Air Asam
Tambang
Salah satu dampak dari kegiatan pertambangan adalah munculnya
air asam tambang. Air asam tambang ini merupakan air asam yang
terbentuk karena adanya kontak antara batuan yang bersifat asam
(sulfida mineral) dengan udara atau air. Pembentukan air asam tambang
ini terjadi karena adanya proses oksidasi yang terjadi pada batuan yang
mempunyai kandungan pyrite setelah mengalami kontak dengan
oksigen baik yang terdapat pada air maupun udara. Air tersebut
kemudian akan mengalami perubahan pH menjadi 2-3. Logam yang
terkena air dengan kondisi pH seperti ini bisa terlarut.
Air asam tambang yang mengadung logam berat, yang mengalir ke
sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada
disungai tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya
penurunan kualitas air. Selain itu air asam tambang dapat
mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola
aliran permukaan dan air tanah serta komposisi kimia air permukaan.
20. Kurangnya Kesadaran Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Pada Lingkungan Tambang
Pemerintah membuat aturan K3 seperti pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu : mencegah dan
mengurangi kecelakaan; mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; memberi
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya; memberikan pertolongan pada
kecelakaan; memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
Pemilik industri wajib mengatur dan memelihara ruangan, alat dan
perkakas, serta rambu-rambu peringatan di tempat kerja. Sehingga
pekerja terlindungi dari bahaya yang mengancam kesehatan badan,
kehormatan dan harta bendanya. Lahirnya tatanan baru dalam
masyarakat yang ditandai dengan menguatnya tuntutan terhadap
pelaksanaan K3 sebagai bagian dari pelaksanaan hak asasi manusia
berdasarkan nilai-nilai keadilan, keterbukaan dan demokrasi maka
pelaksanaan hukum K3 mutlak harus dilaksanakan secara fair dan
seimbang di semua tempat kerja.

B. Studi Kasus: Tambang Illegal di Indonesia


Kami memilih kasus ini karena sudah sangat banyak tambang-tambang
illegal di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup,
terdapat 8.683 titik tambang seluas 146.545 hektare (per April 2017) illegal
yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu contoh tambang illegal di
Indonesia adalah tambang emas illegal di kawasan Geopark Silokek
Sumatera Barat. Hal ini sangat disayangkan karena Geopark Silokek
merupakan salah satu destinasi parawisata yang terkenal di Indonesia.
Tetapi akibat adanya aktifitas penambangan emas illegal diwilayah tersebut
menyebabkan tercemarnya air sungai yang semulanya jernih menjadi
berwarna kecoklatan.

Secara umum pelaku penambangan illegal di Indonesia dapat dibagi


menjadi dua, yaitu masyarakat dan perusahaan. Ada beberapa hal yang
menjadi alasan kenapa penambangan illegal di Indonesia terus terjadi,
dinataranya yaitu: Adanya presepsi bahwa masyarakat yang menambang
adalah masyarakat yang mencari penghidupan yang harus dilindingi,
sehingga berhadapan dengan masyarakat bagi pemerintah adalah isu yang
tidak menguntungkan; Merupakan ranah yang sangat menguntungkan bagi
oknum-oknum aparat dan pejabat untuk mendapatkan penghasilan besar
dalam waktu singkat; Regulasi yang mengatur tentang kegiatan masyarakat
yang menambang belum implementable; Memberikan manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat dan anggapan bahwa masyarakat juga berhak
untuk memperoleh keuntungan dari SDA wilayahnya.

Adapun kentungan maupun kerugian yang ditimbulkan dengan adanya


tambang illegal ini. Beberapa keuntungannya yaitu penghasilan masyarakat
meningkat, lapangan pekerjaan tersedia lebih banyak, dan perekonomia
daerah bergerak lebih cepat. Meskipun begitu, dampak negatif yang
ditimbulkan akibat adanya tambang illegal ini jauh lebih besar dibandingkan
keuntungannya, yaitu: Pemerintah tidak memperoleh pemasukan;
Kerusakan lingkungan akibat tidak adanya pengawasan, usaha pencegahan
pencemaran, dan tidak dilakukannya reklamasi pasca tambang; Pemborosan
sumber daya tambang; Kualitas hidup masyarakat sekitar menurun karena
tercemarnya lingkungan sekitar akibat aktifitas tambang illegal; Tingginya
resiko kecelakaan kerja akibat tidak adanya alat keselamatan ataupun
prosedur keselamatan kerja dan minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai kegiatan dan teknik penambangan yang aman; Dan bergesernya
budaya masyarakat dari produktif ke konsumtif.

Berikut ini merupakan beberapa solusi yang dapat Pemerintah


lakasanakan untuk mengatasi tambang-tambang illegal di Indonesia, yaitu:
Pemerintah harus melaksanakan konsep pengelolaan SDA yang
Berkelanjutan, diikuti oleh Penegakan hkum yang tegas, konsisten dan tidak
diskriminatif; Berikan IUP kepada BUMD sebagai desainer penambangan
dimana masyarakat juga dipekerjakan dengan teknologi mereka yang sesuai
desain penambangan yang aman dan berwawasan lingkungan; Berikan IUP
kepada perusahaan dengan kesepakatan untuk memberikan porsi kepada
masyarakat dalam kegiatan penambangan, dimana masyarakat dapat
melakukan penambangan diwilayah tertentu dalam konsesi perusahaan
dengan perjanjian khusus diantara mereka; dan memperketat proses
penjualan produk tambang illegal, dimana pabrik pengolahan maupun
smelter tambang milik pemerintah maupun BUMN hanya
membeli/menggunakan produk hasil pertambangan yang legal/resmi dan
tidak membeli produk hasil tambang illegal.

TUGAS 2

Soal:

Mengapa pemerintah menerbitkan peraturan perundang-undangan tentang


perusahaan pertambangan mineral harus melakukan pengolahan dan pemurnian
(smelter)? Coba saudara diskusikan dan jelaskan !

Jawab:
Undang- Undang no.3 Tahun 2020 yang mengatur tentang pengolahan dan
pemurnian bahan gaialan di jelaskan pada pasal 102 ayat (1),(3),dan (4) dan pasal
103 (1) dan (2) yang isinya sebagai berikut:

a. Pasal 102
(1) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi wajib
meningkatkan nilai tambah Mineral dalam kegiatan Usaha
Pertambangan melaiui:
a) Pengolahan dan Pemurnian untuk komoditas tambang Mineral
logam;
b) Pengolahan untuk komoditas tambang Mineral bukan logam;
dan/atau
c) Pengolahan untuk komoditas tambang batuan.

(3) Peningkatan nilai tambah Mineral melalui kegiatan Pengolahan dan/atau


Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
batasan minimum Pengolahan dan/atau Pemurnian, dengan
mempertimbangkan antara lain:

a) peningkatan nilai ekonomi; dan/atau


b) kebutuhan pasar.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan minimum Pengolahan dan/ atau
Pemurnian diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

b. Pasal 103
(1) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi
Mineral sebagaimana dimaksud dalam Pasal l02 wajib melakukan
Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral hasil Penambangan di dalam
negeri.
(2) Dalam hal pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi
Produksi telah melakukan Pengolahan dan/atau Pemurnian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah menjamin keberlangsungan
pemanfaatan hasil Pengolahan dan/ atau Pemurnian.

Pada pasal 102 ayat (1) Pemerintah indonesia mewajibkan untuk setiap
Operasi Produksi Pertambangan mewajibkan untuk mengolah dan/ atau
memurnikan bahan galian dengan mempertimbangakan unsur ekonomis,
kebutuhan pasar sesuai dengan pasal 102 ayat (3) dan di atur oleh PP sesuai
pasal 102 ayat (4). Untuk tempat kegiatan pengolahan dan pemurnian bahan
galian di lakukan di dalam negeri sesuai pasal 103 ayat (1) dan dijamin
pemerintah sesuai pasal 103 ayat (2). Landasan tersebut pemerintah
keluarkan atas dasar dalam mensejahterahkan seluruh masyarakat indonesia
. Hal tersebut memiliki sisi positif dan sisi negatif.

Menurut pendapat kelompok kami hal tersebut merupakan hal yang sangat
baik bagi seluruh masyarakat indonesia di karenakan peraturan tersebut
dapat meningkatkan lapangan perkerjaan dan memberikan keuntungan yang
lebih besar untuk perusahaan dan negara indonesia. Dengan cara
memanfaatkan sumberdaya alam sebesar-besarnya. Dan memotivasi
seluruh masyarakat indonesia dalam mengembangkan industri
pertambangan di Indonesia. Hal ini dapat mewujudkan negara indonesia
yang lebih kokoh,kuat, dan mandiri.

Dilihat dari sisi lain,hal ini juga memiliki sisi negatif bagi pengembang
usaha baru di Indonesia dikarenakan harus memiliki modal yang cukup
besar sehingga dapat menghambat perkembangan industri pertambangan di
Indonesia

Jadi dapat kami simpulkan peraturan dalam pengolahan bahan galian harus
terus di kembangan dan di sesuaikan dengan perkembangan kondisi
Indonesia dalam memakmurkan seluruh rakyat indonesia.

Anda mungkin juga menyukai