Anda di halaman 1dari 3

Nama: Muhammad Fahrio Ramadan

NIM: 122370049 (Teknik Pertambangan)

TUGAS ASPEK SOSIAL


Link: - https://www.mongabay.co.id/2022/08/15/sungai-anahoni-tercemari-sianida-tambang-
emas-peneliti-bakal-merusak-ekosistem-laut/

Deskripsi (singkat):

Air Sungai Anahoni di kawasan Tambang Emas Gunung Botak, Kabupaten Pulau
Buru, Maluku, tiba-tiba berubah warnanya menjadi biru, berbeda dari biasanya.

Dr. Yusthinus Thobias Male, Peneliti Ekotoksikologi Lingkungan, Jurusan Kimia


FMIPA Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon menduga, perubahan warna sungai menjadi
biru lantaran reaksi antara sianida dan ion besi di tanah.

Dari sampel penelitian tahun 2014 yang diuji di laboratorium di Australia,


memperlihatkan, berbagai biota laut di Teluk Kayeli sudah tercemar merkuri dengan tingkat
konsentrat atau kadar pencemaran lebih 3%.

Aparat Kepolisian dibantu TNI telah berkali-kali melakukan razia dan menangkap
para Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) di kawasan Gunung Botak. Namun penertiban itu
tidak membuat para penambang jera dengan menggunakan jalur tikus. Tercatat ada tujuh
kasus dengan sembilan tersangka yang diungkap pada 2021 dan empat kasus dengan empat
tersangka pada 2022.

Opini:
Sebelum kita menelisik lebih lanjut ke kasus tersebut, saya akan menjelaskan terlebih
dahulu beberapa frasa yang sedikit asing guna sebagai pendahuluan. Sianida, merupakan
senyawa kimia yang umumnya digunakan sebagai pembasmi serangga dan hama juga
digunakan dalam bidang industry kertas, tekstil, plastic dan pertambangan. Sedangkan
merkuri (raksa) adalah salah satu unsur kimia pada table periodik dan merupakan satu-
satunya logam berbentuk cair pada suhu kamar. Kedua bahan ini sangat amat berbahaya
apabila masuk kedalam tubuh manusia ataupun bercampur di alam bebas karena dapat
menyebabkan berbagai permasalahan seperti keracunan, rusaknya habitat dan ekosistem, sulit
bernafas, kejang, hilangnya kesadaran bahkan kematian apabila terus menerus terdampak
dalam jangka panjang.

Kasus yang terjadi di Sungai Anahoni di kawasan Tambang Emas Gunung Botak,
Kabupaten Pulau Buru, Maluku, murni merupakan ulah manusia. Pelaku-pelaku usaha
tambang emas yang tidak bertanggung jawab atas limbah dan keamanan kerja yang rendah
berakibat fatal pada lingkungan sekitar wilayah tersebut. Para pelaku sudah terlalu nyaman
karena sudah bekerja selama beberapa decade dan pekerjaan tersebut pula merupakan mata
pencaharian utama dari warga sekitar. Walaupun pihak kepolisian sudah merapihkan dan
menindak oknum-oknum penambang emas tanpa izin tersebut, para pelaku tetap saja lolos
dari jangkauan polisi dengan berpindah tempat atau mencari jalan tikus lainnya.

Berbagai upaya telah dilakukan bahkan para ahli dari berbagai negara juga sudah
menelitin kandungan sianida dan merkuri yang ada di Sungai Anahoni sudah melewati indeks
batas dan bersifat membahayakan (3%). Namun dari pihak pemerintah Kabupaten maupun
pemerintah pusat tidak ada Tindakan lebih lanjut dan terkesan menyepelekan laporan yang
masuk. Sudah seharusnya pemerintah pusat cepat tanggap dalam menyelesaikan
permasalahan ini karena masalah yang ditimbulkan sudsh terlalu krusial.

Pada 2018 lalu Sungai Anahoni juga sempat tercemar limbah merkuri dampak dari
aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI). Namun pihak apparat setempat langsung
melakukan normalisasi sehingga biota laut dan sungi dikawasan tersebut masih aman
terkendali. Dalam proses pengolahan emas tanah yang akan ditambang dan dicari emasnya
terlebih dahulu dilarutkan pada cairan sianida, cairan sianida inilah yang apabila tidak diolah
dan dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan sekitar.

Beberapa alasan logisnya adalah karena curah hujan cukup tinggi sehingga
tampungan cairan sianida tersebut meluap dan tercampur dengan air sungai. Ataupun karena
proses pengelolaan limbah tidak mematuhi aturan keselamatan kerja seperti karpet yang
digunakan untuk menampung limbah tersebut merupakan terpal biasa dan bukan terpal
industri. Diperparah dengan penggunaan limbah yang cukup massif dalam proses
pengolahannya sehingga pencemaran ini tidak dapat dihindarkan.

Bila pencemaran dibiarkan tanpa tindakan penanggulangan, maka dalam jangka


tertentu akan terjadi degradasi lingkungan, seperti menurunnya populasi ikan dan lain-lain.
Karena itu proses penambangan emas menggunakan sianida harus segera dihentikan. Selain
itu air sungai Anahoni yang tercemari sianida sudah pasti bermuara sampai ke Teluk Kayeli
dan berpotensi mencemari kawasan pesisir, ekosistem dan biota laut. Sedangkan protein yang
mereka dapatkan sebagian besar berasal dari ikan yang ada dilaut dan sungai. Maka dari itu
masyarakat meminta pemerintah setempat dapat menegluarkan larangan dan aturan yang jelas
soal suplai sianida besar-besaran ke Kawasan Gunung Botak.

Aparat Kepolisian sudah berkali-kali melakukan razia atau penertiban terhadap para
Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) di kawasan Gunung Botak. Ohoirat mengatakan lokasi
pertambangan emas di Gunung Botak terbentang luas. Banyak jalur tikus yang digunakan
para penambang sehingga membuat aparat kesulitan melakukan pengawasan 1×24 jam.Sejak
ditutup tahun 2015, lokasi tambang emas dijaga ketat aparat gabungan TNI dan Polri.
Sejumlah pos pengamanan dibangun pada setiap jalur atau pintu masuk lokasi pertambangan.
Namun di tahun 2019, anggaran operasional pengamanan kawasan pertambangan emas di
Gunung Botak mulai dihentikan Pemerintah Daerah. Para apparat dari TNI maupun Polri
telah bekerja keras bertahun-tahun menyelesaikan masalah ini namun apabila dari
pemerintahnya sendiri tidak melakukan Tindakan apapun, bukan tidak mungkin di tahun-
tahun berikutnya sumber air masyarakat setempat sudah tidak dapat digunakan sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai