Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN SUNGAI DI KARAWANG TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI

Oleh: Ewa Yudha Herdana Nur Alifah Nurul Kamalia W. Puji Nurmayanti F.

Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II

2012

ARTIKEL
Sungai di Karawang Tercemar Limbah Industri

KARAWANG -- Hampir sebagian besar sungai yang ada di Kabupaten Karawang, sudah tercemar limbah industri. Bahkan, kondisi yang paling parah, terjadi di sepanjang Sungai Cilamaya.. Akibat dari pencemaran ini, sekitar 930 hektare tambak tak bisa lagi dimanfaatkan oleh pemiliknya. Pasalnya, air yang biasa mengairi tambak itu warnanya telah berubah menjadi merah dan mengeluarkan bau yang menyengat. Kabid Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Karawang, Unang Saefudin, mengatakan, jumlah perusahaan yang membuang limbah cairnya ke sungai, sebanyak 61 perusahaan. Perusahaan tersebut, membuangnya ke Sungai Cilamaya, Cikarang Gelam, Cibeet dan Sungai Induk Tarum Barat. Sedangkan pencemaran yang terjadi di Sungai Cilamaya, saat ini kondisinya sudah sangat parah. Tapi, setelah diselidiki oleh instansinya, ternyata yang membuang limbah cair ke sungai tersebut, perusahaannya berada di Purwakarta dan Subang. ''Kami memiliki data, lima perusahaan yang mencemari Sungai Cilamaya adalah, PT Abata (Karawang), PT Sanfu dan PT BMP (Purwakarta), dan PT ABB serta PT Gede Karang (Subang),'' ujarnya, kepada Republika, Ahad (23/8). Diakuinya, pihaknya belum menindak perusahaan yang telah membuang limbahnya ke sungai. Pasalnya, pihaknya belum mendapatkan bukti yang akurat untuk menjerat perusahaan 'nakal' tersebut. Karena, saat mengambil air baku Sungai Cilamaya yang lokasinya dekat dengan PT Abata, tak ditemukan indikasi adanya pencemaran. Pencemaran itu terlihat, ketika petugas mengambil air dari hulu sungai tersebut. ''Setelah diambil, airnya terindikasi tercemar. Tapi, perusahaan yang

mencemarinya berada di kabupaten lain yang bukan wewenang kami,'' katanya beralasan. Disebutkan Unang, untuk mengatasi masalah pencemaran ini, pihaknya tak bisa berjalan sendiri. Pasalnya, sebelum memasuki Karawang, air yang mengalir dari hulu sudah tercemar. Untuk itu, supaya tak menyalahi kewenangan, seharusnya BPLH Jabar dan instansi yang mempunyai kewenangan mengenai sungai, secepatnya turun tangan.

Apalagi, petugas yang ada di BPLH Karawang saat ini sangat minim, yakni hanya 39 personil. Petugas yang khusus berada di pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup, kata Unang, hanya enam personel. Itupun yang efektif menjalankan tugasnya hanya tiga orang. Tak hanya itu, kata Unang, pihaknya juga terbentur masalah anggaran yang kecil. ''Dalam setahun anggaran yang kita peroleh hanya Rp 25 sampai Rp 30 juta,'' tuturnya. Sementara itu, Kepala UPTD Dinas Perikanan dan Kelautan Cilamaya Kab Karawang, Nurjaman, sejak tahun 2003 yang lalu, Sungai Cilamaya yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat tercemar limbah pabrik. Bahkan, dampak dari pencemaran itu seluas 930 hektare tambak yang ada di Kec Cilamaya Wetan, tak bisa digunakan oleh masyarakat. ''Bila tambak tersebut dimanfaatkan untuk budidaya udang, maka udangnya langsung stres dan mati. Sedangkan bila ditanami ikan, hailnya sulit berkembang. Jadi, para pemilik tambak ini terus merugi,'' tuturnya. Meskipun tingkat pencemaran ini sudah diatas ambang layak, kata Nurjaman, instansi terkait belum ada yang turun ke lapangan. Sehingga, kinerja petugas dari instansi terkait terkesan tidak optimal. Padahal, kasus pencemaran ini sepenuhnya ditangani oleh BPLH. ''Kalau kami turut campur, nanti menyalahi aturan. Namun, yang jelas akibat pencemaran ini budidaya tambak menjadi terpuruk,'' kata Nurjaman. Tak hanya limbah cair, limbah batu bara (B3) disinyalir telah mencemari DAS Tarum Barat. Sekertaris Koalisi Pemantau Limbah Bahan Beracun Berbahaya Indonesia (KPLB3I), Antonius Naibaho, menyebutkan kondisi pencemaran di sepanjang saluran induk Tarum Barat dinilai parah. Hal itu, terlihat dari pembuangan limbah batu bara baik berupa di titik penampungan maupun titik-titik lain di bantaran saluran induk Tarum Barat. ''Kandungan zat kimianya bisa dengan cepat menyerap tanah dan air. Itu pun bisa dengan mudah mencemari warga yang tinggal di sekitar bantaran yang memanfaatkan air tersebut,'' kata Antonius. Lebih jauh Antonius menjelaskan, bahwa pemerintah daerah baik tingkat kabupaten/kota maupun propinsi memiliki tanggung jawab pengawasan dalam pengelolaan lingkungan. Khusus soal limbah B3, lanjut Antonius, pemerintah seharusnya mengarahkan sumber penghasil limbah membuang limbah B3 seperti batu bara ke tempat pembuangan sekaligus pengolahannya yaitu Perusahaan Pengolah

Limbah Indonesia (PPLI). Pasalnya, perusahaan yang terletak di Jakarta itu, dibiayai oleh tiga negara untuk mengolah limbah B3 di Pulau Jawa. Jika ada yang dibuang sembarangan seperti di Karawang, berarti Pemkab Karawang dan Pemprov Jawa Barat lalai mengawasinya," ujar Antonius. Selain itu, kata Antonius, pemerintah juga bertanggung jawab atas pemakaian lahan tata air. Ia menyebutkan bahwa dalam aturan tentang daerah aliran sungai (DAS), tidak boleh terdapat hunian dalam radius 300 meter, apalagi pabrik. Pada kenyataannya, disepanjang DAS Tarum Barat ini, ada pabrik penampungan dan pengolahan limbah B3. Menurut Antonius, untuk masalah saluran induk Tarum Barat, seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat seperti Dirjen Pengairan, Bappenas, dan Kementrian Lingkungan Hidup. Pasalnya 80 persen air dari Tarum Barat itu dikonsumsi warga Bekasi dan Jakarta. Selain itu, air harus dipelihara dan dilindungi dari sumber pencemar seperti limbah dan solid waste (sampah). Di tingkat daerah, pemimpin daerah mesti berkomitmen memperjuangkan lingkungan karena masyarakat berhak sehat. Di Desa Muara, tingkat penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan penyakit kulit semakin bertambah. Bidan Poliklinik Desa Muara, Nina Nur Aisyah mencatat, lebih dari sepuluh orang pasiennya setiap bulan mengeluhkan sesak napas. Tim pemantau yang terdiri dari Badan Pengelolaaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Pemrov Jabar, Kepolisian Daerah (Polda) Jabar, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Subang, dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH), Kab. Karawang turun langsung melihat langsung pencemaran tersebut, Kamis (11/8). Tim tersebut, bahkan telah mengambil sampel air dari saluran pembuangan limbah sejumlah pabrik yang berada di sepanjang aliran Sungai Cilamaya. Selain itu, mereka juga mengambil sampel air sungai dari beberapa titik tertentu. Hasil pengujian air sungai yang terkena limbah belum bisa diketahui karena harus melalui uji laboratorium, ujar Kepala Bidang Pengawasan, Pengendalian, dan Pemulihan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Subang, Nano Sumpena, ketika mendatangi kantor Perwakilan PR, Jumat (12/8). Menurut dia, berdasarkan hasil verifikasi di lapangan ada beberapa industri yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap pencemaran Sungai Cilamaya. Industri dimaksud berada di wilayah Kab. Karawang, Purwakarta, dan Subang.

Dikatakan, industri di Kab. Karawang yang duduga berpotensi mencemari sungai adalah PT Assosiated British Budi (ABB) yang memproduksi frustose dan glucose, Pabrik Tahu (home industri) dan limbah rumah tangga. Sedangkan indsutri di Kab. Purwakarta adalah PT Gede Karang (GK) yang memproduksi kertas koran dan PT Sanfu juga memproduksi kertas serta pulp. Sementara di Kab. Subang pabrik yang diduga turut mencemari Sungai Cilamaya adalah insutri kerta Papertech dan PT Budi Makmur Perkasa (BMP) yakni industri tepung beras dan bihun. Republika Newsroom (Republika Online) Minggu, 23 Agustus 2009

BAB I EVALUASI DATA DAN INFORMASI


1.1 Deskripsi Lokasi dan Riwayat
1.1.1 Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 1070 02-1070 40 BT dan 50 56-60 34 LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah, mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0-1.279 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0-20, 2-150, 15-400, dan diatas 400 dengan suhu rata-rata 270 C. Ketinggian yang relatif rendah (25 m dpl) terletak pada bagian utara mencakup Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Pedes, Rengasdengklok, Kutawaluya, Tempuran, Cilamaya, Rawamerta, Telagasari, Lemahabang, Jatisari, Klari, Karawang, Tirtamulya, sebagian Telukjambe, Jayakerta, Majalaya, sebagian Cikampek dan sebagian Ciampel. Pada bagian selatan memiliki ketinggian antara 26 1.200 dpl. Memperhatikan kondisi tersebut, Kabupaten Karawang merupakan daerah dataran rendah dengan sebagian kecil dataran tinggi terutama di daerah

perbukitan/pasir. Daerah perbukitan tersebut antara lain : Gunung Pamoyanan, Dindingsari, Golosur, Jayanti, Godongan, Rungking, Gadung, Kuta, Tonjong, Seureuh, Sinalonggong, Lanjung dan Gunung Sanggabuana. Terdapat pula Pasir Gabus, Cielus, Tonjong dengan ketinggian bervariasi antara 300-1.200 m dpl dan tersebar di Kecamatan Tegalwaru, sebagian kecil Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Ciampel. Kabupaten Karawang terutama di pantai utara tertutup pasir pantai yang merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahanbahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedangkan dibagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian 1.291 m dpl, yang mengandung endapan vulkanik. Kabupaten Karawang dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di Laut Jawa. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten

Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar, yaitu : Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah, dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, luas tersebut merupakan 3,73 % dari luas Provinsi Jawa Barat dan memiliki laut seluas 4 Mil x 84,23 Km, dengan batas-ba tas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Tenggara Sebelah Selatan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Jawa : Berbatasan dengan Kabupaten Subang : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

Pengembangan industri di Kabupaten Karawang di arahkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dan daya saing produksi dengan senatiasa memperhatikan permasalahan sosial ekonomi yang mendasar. Sektor industry di Kabupaten karawang masih di dominasi oleh Industri kecil formal dan non formal di susul industri menengah besar. 1.1.2 Kecamatan Cilamaya Wetan Kecamatan Cilamaya Wetan berada di bagian Timur Laut Ibukota Kabupaten Karawang yang secara geografis masuk dataran rendah dengan kemiringan wilayah kurang lebih 5 sampai 10 derajat. Kecamatan Cilamaya Wetan berbatasan : Sebelah Utara Sebelah Timur : Laut Jawa : Kabupaten Subang

Sebelah Selatan : Kecamatan Banyusari Sebelah Barat : Kecamatan Cilamaya Kulon

Kecamatan Cilamaya Wetan mempunyai luas wilayah : 7.265 Ha, terdiri dari : Luas Sawah Luas Kolam Luas Tambak/empang : 4.835 Ha : 10 Ha : 906 Ha

Luas Pekarangan Luas Kehutanan Luas Kebun Luas lainnya

: 1.253 Ha : 77 Ha : 7 Ha : 177 Ha

Bentuk tanah wilayah Kecamatan Cilamaya Wetan merupakan dataran rendah dengan kemiringan antara 1 sampai dengan 5 meter di atas permukaan laut. Pesisir pantai utara merupakan batas alam Kecamatan Cilamaya Wetan yang terbentang dari pesisir Desa Sukakerta sampai pesisir Desa Muara merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan alluvium vulkanik. Sesuai bentuk morfologinya Kecamatan Cilamaya Wetan merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 26 sampai dengan 32 derajat celcius. Dengan curah hujan 1013 ml. Sungai Cilamaya melintasi beberapa wilayah kabupaten, sehingga

kewenangannya ada pada tingkat pemerintah provinsi. Hal tersebut berbanding terbalik karena kewenangan perijinan pendirian industri ada di tingkat pemerintah kabupaten. Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang merupakan wilayah hilir dari aliran sungai. Sehingga, wilayah ini menjadi pembuangan akhir atau akumulasi dari semua sampah yang terlarut. Sehingga, peluang untuk terkontaminasi oleh limbah di air sungai cukup besar.

1.2 Kunjungan Lapangan


Tim pemantau yang terdiri dari Badan Pengelolaaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Pemrov Jabar, Kepolisian Daerah (Polda) Jabar, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Subang, dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH), Kab. Karawang turun langsung melihat langsung pencemaran tersebut, Kamis (11/8). Tim tersebut telah mengambil sampel air dari saluran pembuangan limbah sejumlah pabrik yang berada di sepanjang aliran Sungai Cilamaya. Selain itu, mereka juga mengambil sampel air sungai dari beberapa titik tertentu. Saat tim melakukan penyusuran ke arah hilir, ternyata air sungai mulai dari permukaan hingga begian bawah terlihat berwarna hitam pekat. Pecemaran air sungai,

selain disebabkan oleh industri juga diperparah oleh buangan sampah pasar. Pada inspeksi itu, tim melihat sampah menumpuk disepanjang aliran sungai. Bahkan di wilayah Kab. Karawang terlihat ada tumpukan sampah pasar.

1.3 Demografik, Penggunaan Lahan, dan SDA


Jumlah penduduk Kabupaten Karawang sampai dengan Bulan Desember 2010 berjumlah 2.124.565* jiwa, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 2,04* % dengan komposisi penduduk sebagai berikut:

1. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Komposisi penduduk Kabupaten Karawang menurut jenis kelamin pada tahun 2010 dapat digambarkan sebagai berikut, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.094.734* jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.029.831* jiwa. Dengan demikian berdasarkan rasio jenis kelamin sebesar 106,3*%, artinya setiap 100 orang perempuan berbanding dengan 106 orang laki-laki.

Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2006-2010 Tahun No. 1. 2. Uraian 2006 Jumlah Penduduk Komposisi menurut jenis kelamin : Pria Wanita 3. 4. Pertumbuhan (LPP %) Tingkat Kepadatan (%) 996.765 996.655 11,50 1.022.479 1.039.084 1.066.648 1.094.734 992.846 1,10 11,72 1.012.219 1.015.495 1.029.831 1,79 11,95 1,50 12,17 2,04 2007 2008 2009 2010* 1.993.421 2.015.325 2.051.303 2.082.143 2.124.565

Sumber : BPS Kabupaten Karawang Keterangan : *) = angka sangat sementara

2. Komposisi penduduk berdasarkan struktur usia Komposisi penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan usia pada tahun 2010 sangat bervariasi dimana penduduk berusia 5 9 tahun berjumlah 202.586* jiwa atau sekitar 9,54 %* dan 10 14 tahun berjumlah 200.402* jiwa atau sekitar 9,43%*. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada pada usia sekolah dasar. Jumlah penduduk usia produktif atau usia 15 64 tahun berjumlah 1.428.545* jiwa atau sekitar 67,24%*. Berdasarkan komposisi penduduk juga dapat dilihat angka beban ketergantungan (dependency ratio) yaitu perbandingan antara penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Pada tahun 2010 nilai dependency ratio menunjukan angka 48,7% yang berarti bahwa dari 100 orang usia produktif menanggung beban sekitar 49* orang yang tidak produktif. Jika dibandingkan dengan angka dependency ratio pada tahun 2009 sebesar 47,53 % (100 orang menanggung beban sekitar 48 orang), sehingga memperlihatkan perubahan tingkat beban ketergantungan yang semakin baik (*=angka sementara).

Komposisi Penduduk Kabupaten Karawang Menurut Struktur Usia Tahun 20062010 Tahun No. 1. 2. 3. 4. Struktur Usia 2006 5-9 10 - 14 15 - 64 Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio %) 213.684 203.800 2007 183.704 183.140 2008 191.394 175.302 2009 182.654 202.492 2010* 202.586 200.402

1.395.633 1.366.473 1.397.654 1.446.206 1.428.545 45 50,4 49 47,53 48,7

Sumber : BPS Kabupaten Karawang Keterangan : *) = angka sangat sementara 3. Komposisi penduduk berdasarkan lapangan usaha Pada tahun 2010 jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha sebanyak 861.711* orang. Dari jumlah tersebut, sebesar 244.480* orang atau sekitar

28,37 %* bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Pada lapangan usaha perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 196.037* orang atau sekitar 22,75%*. Sedangkan pada lapangan usaha industri menyerap tenaga kerja sebesar 208.781* orang atau sekitar 24,23%. (*=angka sementara).

Komposisi dan Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Berumur 10 Tahun Ke Atas di Kabupaten Karawang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2010 2009 Jml Naker 261.770 2.972 177.514 37.340 235.592 49.064 117.394 14.994 TOTAL 896.640 % 29,19 0,33 19,80 4,16 26,27 5,47 13,09 1,67 100,00 2010* Jml Naker 244.480 2.557 208.781 3.482 36.352 196.037 51.289 106.797 11.936 861.711 % 28,37 0,30 24,23 0,40 4.22 22,75 5,95 12,39 1,39 100,00

Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Jasa Jasa 9. Lainnya

Sumber : BPS Kabupaten Karawang Keterangan : *) = angka sangat sementara

Komposisi Penduduk Kabupaten Karawang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 Tahun No. 1. 2. 3. Lapangan Usaha 2006 Pertanian dan Perikanan Perdagangan Industri 258.047 174.872 125.539 2007 245.642 164.875 154.331 2008 259.579 178.089 160.577 2009 261.770 235.592 177.514 2010* 244.480 196.037 208.781

Seluruh Lapangan Usaha

728.657

761.164

795.070

896.640

861.711

Sumber : BPS Kabupaten Karawang Keterangan : *) = angka sangat sementara 4. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Sektor pendidikan merupakan salah satu program prioritas pembangunan pada masa kepemimpinan Bupati Karawang saat ini, karena kondisi tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah. Dilain pihak kualitas SDM masyarakat merupakan faktor penentu dalam keberhasilan pembangunan. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Karawang secara umum masih relatif rendah atau masih dalam taraf pendidikan sekolah dasar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang, pada tahun 2010 jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan kurang atau setara SD berjumlah 1.053.679 orang, SMP sebanyak 305.005 orang, SMA sebanyak 309.484 orang dan Diploma sebanyak 51.790 orang.

Komposisi Penduduk Kabupaten Karawang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006-2010 Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma Tahun 2006 1.160.736 265.182 209.230 41.471 2007 1.179.863 269.551 212.677 42.154 2008 1.129.281 281.146 221.718 19.888 2009 1.178.930 287.902 251.088 42.228 2010* 1.053.679 305.005 309.484 51.790

No. 1. 2. 3. 4.

Sumber : BPS Kabupaten Karawang Keterangan : *) = angka sangat sementara

1.4 Data Outcome Kesehatan


Pada September 2009, di Desa Muara, tingkat penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan penyakit kulit semakin bertambah. Bidan Poliklinik Desa Muara, Nina Nur Aisyah mencatat, lebih dari sepuluh orang pasiennya setiap bulan

mengeluhkan sesak napas. Masyarakat juga mengeluhkan gatal-gatal namun belum di dapatkan data yang menunjang.

1.5 Teori Simpul

Simpul 1 (Sumber)
Pembuangan limbah asap dan limbah cair industri PT. Gede Karang (GK), PT Sanfu, PT Papertech, dan PT Budi Makmur Perkasa (BMP) ke Sungai Cilamaya Karawang

Simpul 2 (Media Lingkungan)


- Air permukaan, khususnya air sungai yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari -Udara

Simpul 3 (Bio Marker)


-Menghirup udara tercemar -Menggunakan air tanah yang tercemar untuk kegiatan sehari-hari

Simpul 4 (Dampak Kesehatan)


Penyakit ISPA dan gatal-gatal pada kulit

BAB II KEPEDULIAN MASYARAKAT

Sebagai wilayah hilir dari aliran sungai, wilayah ini menjadi pembuangan akhir atau akumulasi dari semua sampah yang terlarut. Sehingga, peluang untuk terkontaminasi oleh limbah di air sungai cukup besar. Meskipun tingkat pencemaran ini sudah diatas ambang layak, instansi terkait belum ada yang turun ke lapangan. Sehingga, kinerja petugas dari instansi terkait terkesan tidak optimal. Padahal, kasus pencemaran ini sepenuhnya ditangani oleh BPLH. Kepala Desa Muara dan LSM berkali-kali telah mengurusi pencemaran, membawa sampel air untuk diuji di laboratorium. Kades Muara sebenarnya sudah pesimis dan kapok mengurusi kasus pencemaran yang mendera warganya karena tidak ada dukungan dan respon dari pemerintah setempat. Berkali-kali berjuang dengan lembaga swadaya masyarakat, hasilnya selalu nihil. Bahkan, pihaknya sudah menyertakan hasil uji laboratorium yang isinya menyebutkan adanya kandungan logam berat di dalam air sungai kepada instansi terkait, tetap belum ada tanggapan. Namun pada akhirnya pemerintah melakukan tes laboratorium dengan mengambil sampel air di sungai Cilamaya, karena desakan Kepala Desa Muara dan LSM serta dukungan masyarakat setempat. Kepala Bidang Penataan Hukum Kemitraan dan Pengembangan Kapasitas BPLHD Provinsi Jawa Barat, Ratno Sadinata, telah melakukan sidak ke PT ABB dan empat perusahaan lainnya. Kelima perusahaan yang membuang limbah cair ke Sungai Cilamaya itu sebenarnya telah diingatkan berkali-kali agar memperbaiki pengolahan limbahnya. Namun, mereka membandel karena kondisi air Sungai Cilamaya tetap tidak berubah, bahkan masyarakat menganggap semakin buruk. Salah satu langkah penjeraan, adalah menyeret perusahaan pencemar lingkungan itu ke persidangan.

BAB III KONTAMINASI LINGKUNGAN DAN BAHAYA LAIN

3.1 Kontaminasi Dalam Kompleks


Pencemaran yang diakibatkan dari kegiatan industry seperti asap dan pembuangan limbah, memungkinkan terjadinya pencemaran dan timbulnya gangguan kesehatan yang diakibatkan dari hasil produksi kegiatan industry tersebut. Penyebaran penyakit Ispa dan gatal-gatal di wilayah Cilamaya Wetan, Karawang juga disebabkan oleh adanya pencemaran dari kegiatan industri di Kab. Purwakarta: PT Gede Karang (GK) yang memproduksi kertas koran dan PT Sanfu juga memproduksi kertas serta pulp, sementara di Kab. Subang pabrik yang diduga turut mencemari Sungai Cilamaya adalah insutri kerta Papertech dan PT Budi Makmur Perkasa (BMP) yakni industri tepung beras dan bihun yang menghasilkan asap dan limbah cair .

3.2 Kontaminasi Di Luar Kompleks Pencemaran yang terjadi ini tidak hanya terjadi didalam konteks sekitar wilayah pabrik PT. Gede Karang (GK), PT Sanfu, PT Papertech, dan PT Budi Makmur Perkasa (BMP) saja, tapi membawa dampak yang lebih besar pada warga Kecamatan Cilamaya Wetan karena terdapat hilir Sungai Cilamaya yang merupakan tempat mereka membuang limbah industrinya.

3.3 Gugus Kendali Mutu


Pada kasus pencemaran ini , limbah industri tersebut sudah mulai mengganggu mulai tahun 2009. Dalam hal ini, dampak dari itu, mengganggu kegiatan masyarakat yang bekerja sebagai peternak udang dan menganggu lingkungan hidup. Baku mutu limbah cair industry telah di atur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

3.4 Bahaya Fisik dan Bahaya Lain


Bahaya negatif yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah industry tanpa diolah terlebih dahulu dapat ditinjau dari berbagai aspek, seperti; 1. Lingkungan Fisik Kimia a. Udara : terjadi pencemaran udara yang terus meningkat b. Air : terjadi pencemaran pada tambak udang warga akibat Sungai Cilamaya yang tercemar pembuangan limbah pabrik, yang digunakan untuk pengairan tambak. c. Meningkatkan bau tidak sedap setiap harinya

2. Lingkungan Biologi a. Budidaya udang pada tambak udang terganggu sehingga udang yang dibudidayakan stress dan mati b. Perkembangbiakan ikan terganggu

3. Lingkungan Sosial dan Ekonomi a. Gagalnya hasil tambak udang dan ikan warga b. Berkurangnya pendapatan warga yang bergantung pada tambak udang dan ikan

4. Lingkungan Kesmas a. Tercemarnya lingkungan sehingga menimbulkan berbagai macam penyakit seperti ISPA , gatal-gatal

BAB IV ANALISIS JALUR PEMAJANAN

4.1 Jalur Pemajanan Lengkap

Tabel 1. Lima Elemen Jalur Pemajanan

1.

Sumber Pencemar

Limbah cair dan gas industri Air Sungai Cilamaya yang tercemar limbah industri

2.

Media Lingkungan dan Mekanisme Penyebaran

yang kemudian menyebar melalui arus air sungai dan industri menghasilkan limbah gas yang mencemari udara, dan kemudian sampai kepada titik-titik

pemajanan 3. Titik Pemajanan Air sungai Cilamaya, air tanah disekitar sungai dan udara di sekitar sungai Air sungai yang tercemar mencemari air tanah sebagai sumber air bersih yang digunakan penduduk sekitar 4. Cara Pemajanan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga

menyebabkan kontak langsung dengan kulit, dan udara yang tercemar limbah industri terhirup oleh penduduk sekitar melalui inhalasi

5.

Penduduk Berisiko

Penduduk di sekitar Sungai Cilamaya.

Tabel 2. Jalur Pemajanan Lengkap

Elemen Jalur Pemajanan No. Sumber 1. Limbah cair industri Media Lingkungan Air Titik Pemajanan Air sungai Cilamaya, air tanah disekitar sungai. Cara Pemajanan Air sungai yang tercemar mencemari air tanah sebagai sumber air bersih yang digunakan penduduk sekitar untuk melakukan aktivitas seharihari, sehingga menyebabkan kontak langsung dengan kulit 2. Limbah gas/asap industri Udara Udara di sekitar Udara yang sungai tercemar limbah industri terhirup oleh penduduk sekitar melalui inhalasi Penduduk di sekitar Sungai Cilamaya, Desa Muara Kecamatan Cilamaya Wetan Penduduk Terpajan Penduduk di sekitar Sungai Cilamaya, Desa Muara Kecamatan Cilamaya Wetan.

4.2 Jalur Pemajanan Potensial


Tidak terdapat jalur pemajanan potensial karena lima elemen jalur pemajanan telah terpenuhi seluruhnya, meliputi sumber pencemar, media lingkungan dan mekanisme penyebaran, titik pemajanan, cara pemajanan, dan penduduk berisiko.

BAB V DAMPAK KESEHATAN MASYARAKAT

5.1 Evaluasi Toksikologi


Terdapat toksik dalam kasus pencemaran ini, toksik tersebut menimbulkan keracunan yang disebabkan oleh asap yang dikeluarkan dari cerobong asap PT. Gede Karang (GK), PT Sanfu, PT Papertech, dan PT Budi Makmur Perkasa (BMP). Asap yang dikeluarkan menimbulkan bau menyengat dan dapat mengganggu system pernapasan.

5.2 Evaluasi Data Outcome Kesehatan


Data outcome tersebut menunjukkan angka meningkatnya Ispa pada tahun 2009. Hal itu menjukkan bahwa pemerintah masih kurang dalam melakukan pengendalian dan pemantauan masalah pencemaran ini. Hal ini juga dapat disebabkan karena pengusaha pabrik tidak mengolah dan membuang limbahnya dengan baik.

5.3 Evaluasi Kepedulian Masyarakat


Warga Kecamatan Cilamaya Wetan sudah melakukan protes terhadap limbah yang dikeluarkan pabrik-pabrik tersebut, akan tetapi teguran selalu tidak direspon oleh pihak pabrik dan pemerintah, merasa tidak digubris, warga akhirnya bosan untuk selalu menyampaikannya pada pemerintah dan pihak yang terkait, dan merasa sudah tidak peduli lagi.

Tabel 1. Baku Mutu Air Permukaan NO. A. 1 2 3 PARAMETER FISIKA Suhu (insitu) Jumlah padatan terlarut Jumlah padatan SATUAN BAKU *) MUTU Udara 30C 1.000 50 HASIL 1 HASIL 2

29,4 56 45

29,4 18 30

mg/l mg/l

B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 C. 1 2 3 4 5 6 7

tersuspensi KIMIA pH (insitu) Amonia bebas (NH3-N) Air raksa (Hg) Arsen (As) Barium (Ba) Boron (B) Besi (Fe) Oksigen terlarut (DO), insitu Fluorida (F) Fenol Fosfat total (PO4) Kadmium (Cd) Khlorida (Cl) Khromium VI (Cr 6+) Kobalt (Co) Khlorin bebas (Cl2) Mangan (Mn) Minyak Lemak Nitrat (NO3-N) Nitrit (NO2-N) Selenium (Se) Seng (Zn) Sianida (CN) Sulfat (SO4) Sulfida (H2S) Surfaktan anion (MBAS) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) BOD COD KIMIA ORGANIK Lindan (Gamma-HCH) Aldrin dan Dieldrin Heptaklor epoksida Endosulfan Endosulfan Endrin pp DDT

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l g/l g/l g/l g/l g/l g/l g/l

6-9 0,5 0,001 0,05 1 1 0,3 6 0,5 0,001 0,2 0,01 600 0,05 0,2 0,03 0,1 1 10 0,06 0,01 0,05 0,02 400 0,002 0,2 0,2 0,03 2 10 56 17 ---1 2

7,63 < 0,01 < 0,0005 < 0,005 < 0,1 < 0,01 0,14 6,2 < 0,01 < 0,001 < 0,01 < 0,003 3,9 < 0,01 < 0,02 < 0,01 < 0,01 < 0,2 1,2 < 0,002 < 0,002 0,08 < 0,005 7,4 < 0,002 0,23 < 0,02 < 0,01 1,2 8,1 < 0,01 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,04

7,88 < 0,01 < 0,0005 < 0,005 < 0,1 < 0,01 < 0,06 4,2 < 0,01 < 0,001 < 0,01 < 0,003 <1 < 0,01 < 0,02 < 0,01 < 0,01 < 0,2 0,2 < 0,002 < 0,002 0,08 < 0,005 1,4 < 0,002 < 0,05 < 0,02 < 0,01 1,0 3,8 -

8 D. 1 2

Residu Klordan MIKROBIOLOGI Faecal coliform Total coliform

g/l MPN/100 ml MPN/100 ml

< 0,03

100 1000

7.500 7.500

Sumber: PT. Unilab Perdana 2005 Keterangan: 1 = Air Sungai Cibeureum 2. = Air saluran pematang sawah

- =

Tidak dianalisis

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien BAKU *) MUTU 230 160 10.000 150 365 235 2 150 1.360 **) 28 **) 4 **) 25 **) 376 **) 32 188 434 HASIL 1 160 78 511 10,63 6,73 65,94 < 0,03 < 1,20 < 1,2 4,25 <1 <1 <1 69 0,07 0,04 < 0,02 2 70 46 343 9,56 4,55 53,58 < 0,03 < 1,20 < 1,2 9,71 <1 <1 <1 <1 < 0,02 < 0,02 < 0,02

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Debu

PARAMETER

SATUAN ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 ug/m3 mg/m3 mg/m3 mg/m3

Hidro Karbon (HC) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Dioksida (NO2) Sulfur Dioksida (SO2) Oksidan (Ox) Timah Hitam (Pb) Klorin (Cl2) Fluorida (F) Amonia (NH3) Hidrogen Sulfida (H2S) Metil Merkaptan ( CH3SH ) Metil Sulfida ( (CH3)2S) Stirena ( C5H5CHCH2 ) Benzene Toluene Xylene

Tabel 3 Baku Mutu Limbah Cair Industri Parameter Kadar Maksimum (mg/L) BOD 5 COD TSS Ph 50 100 200 6,0 9,0 Beban Pencemaran Maksimum (kg/hari.Ha) 4,3 8,6 17,2

Debit Limbah Cair Maksimum 1 L per HA lahan kawasan yang terpakai

5.4 Material Safety Data Sheet


Nitrat Umumnya tidak berbahaya dalam penanganan normal. Hindari paparan jangka panjang untuk kulit ataupun terhirup. Nitrit Substansi ini beracun jika tertelan. Beracun bagi organisme akuatik, dapat

menyebabkan efek buruk jangka panjang di lingkungan air. Seng (zinc) Berbahaya jika tertelan atau terhirup. Dapat menimbulkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Dapat membentuk konsentrasi debu mudah terbakar di air. Dapat mempengaruhi jaringan atas gum, system saraf pusat, ginjal, darah dan system reproduksi (komponen utama). Inhalasi: Tidak ada efek samping yang diharapkan tetapi debu dapat

menyebabkan iritasi mekanis. Efek dapat diharapkan mirip dengan menghirup debu yang lembam; kesulitan dalam bernapas, bersin, batuk. Ketika dipanaskan, uap sangat beracun dan dapat menyebabkan demam asam. Tertelan: Dosis oral yang sangat besar dapat menghasilkan gangguan saluran cerna, karena baik untuk efek mekanik dan kemungkinan reaksi dengan asam

lambunguntuk memproduksi seng klorida. Nyeri, kram perut dan mual dapat terjadi

dalamkasus diperburuk. Dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata jika terkena kontak.

Tembaga Paparan kronis tembaga, timah, seng dan mangan dapatmenyebabkan demam

logam asam. Gejalanya demam, kelelahan, kekeringan tenggorokan, sakit kepala dan badan, demam dan dingin. Pencahayaan untuk tembaga dan timbale dapat mengakibatkan perubahan warna kulit dan rambut. Paparan kronis dapat mempengaruhi system saraf pusat, mengakibatkan kesulitan berjalan, dan keseimbangan emosional dan kelumpuhan. Nikel dan timah telah diindentifikasi sebagai agen penyebab kanker potensial. Tidak mengiritasi kulit atau mata dalam bentuk curah. Partikulat dapat menyebabkan dermatitis akibat iritasi mekanis.

Plumbum timbale Jika dipanaskan, asap timbale di udara dapat menghasilkan racun.

Inhalasi/menelan timbale dapat menghasilkan efek kesehatan akut dan kronis. Kemungkinan bahaya kanker dan system reproduksi. Inhalasi timbale: dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, perut kejang, kelelahan, gangguan tidur, penurunan berat badan, anemia, nyeri sendi. Kontak yang terlalu lama: dapat menyebabkan kerusakan system saraf pusat, tremor, hipertensi, disfungsi ginjal, dan gangguan reproduksi, kehamilan, cacat janin,

Sulfat Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi. Hindari uap pernapasan

atau debu. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Handari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian. Cuci sampai bersih setelah menangani.

Sulfide Menyebabkan iritasi parah dan luka bakar. Berbahaya jika tertelan. Hindari

menghirup uap atau debu. Gunakan dengan ventilasi yang memadai.Hindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian. Cuci sampai bersih setelah menangani. Simpan wadah tertutup.

Sianida Dapat berakibat fatal bila terhirup, tertelan, atau terserap melalui kulit. Kontak

dengan asam melepaskan gas beracun. Dapat menyebabkan efek jangka panjang pada lingkungan air. Dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, pernapasan, dan saluran pencernaan. Sasaran Organ: sistem saraf pusat, paru-paru, mata, tiroid, kulit.

Menyebabkan iritasi mata. Menyebabkan gangguan pada kulit. Tertelan: Fatal jika tertelan. Menyebabkan jaringan anoksia, ditandai dengan kelemahan, pusing sakit kepala, kebingungan, sianosis, denyut jantung lemah dan tidak teratur, kolaps, pingsan, kejang dan kematian, kadang-kadang dalam waktu 1-

15 menit. Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Inhalasi: Menyebabkan gangguan saluran pernapasan. Inhalasi konsentrasi

tinggi uap dapat menyebabkan efek mirip dengan proses menelan. Kronis: Paparan tingkat rendah nafsu di atas jangka mual sakit waktu yang lama dapat pusing, iritasi

menyebabkanhilangnya

makan,

kepala,,

saluran pernapasan atas. Kontak kulit yang lama dapat menyebabkan dermatitis dan "sianida ruam" ditandai dengan gatal-gatal. Kontak mata yang lama dapat

menyebabkan konjungtivitis dan korosi pada kornea.

Selenium Potensi Efek Kesehatan Akut: Berbahaya jika jika terjadi kontak (iritan).

mata (iritan), menelan, inhalasi. Sedikit berbahaya

terjadi kontak kulit

Paparan berulang atau berkepanjangan tidak diketahui memperburuk kondisi medis.

Mangan

Potensi Efek Kesehatan Akut: Berbahaya jika terjadi inhalasi. Sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan),kontak mata (iritan), menelan. Substansi mungkin beracun bagi darah, paru-paru system otak saraf pusat (SSP). Paparan berulang atau berkepanjangan untuk zat dapat

menghasilkan kerusakan target organ.

Kobalt Efek kesehatan akut: berbahaya jika terjadi kontak kulit (iritan), kontak mata

(iritan), menelan, inhalasi. Efek berbahaya jika terjadi inhalasi. Substansi tersebut

beracun bagi paru-paru. Paparan berulang atau berkepanjangan dapat menghasilkan kerusakan organ target.

Khlorin bebas Sangat beracun melalui inhalasi dan tertelan. Terutama iritasi intens pernapasan

dan potensi bahaya utama pada kontak kulit dan mata. Dapat mengiritasi selaput lender menyebabkan paru edema. Khlorin cair yang kontak dengan kulit akan menyebabkan radang dingin, perih pada kulit dan luka bakar tingkat pertama pada paparan singkat, dapat menyebabkan luka bakar sekunder. Pada panjang eksposur. Uap akan mengiritasi parah mata dan tenggorokan, dapat menyebabkan cedera mata dan paru-paru. Dalam ekstrim kasus, kesulitan bernapas dapat meningkatkan ke titik dimana kematian dapat terjadi.

Chromium Menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Gejala dapat termasuk batuk,

sesak napas. Orang dengan fungsi pernafasan mungkin lebih rentan terhadap efek dari zat ini. Sedikit berbahaya jika terjadi konsumsi. Kondisi medis yang mungkin diperburuk oleh paparan: Tidak ada diantisipasi. Kontak dengan mata dapat menghasilkan iritasi. Kontak berulang atau yang perpanjangan dapat menghasilkan iritasi parah. Kondisi medis yang dapat diperburuk oleh paparan: Tidak ada diantisipasi. Dapat menyebabkan iritasi, tergantung pada durasi kontak. Orang dengan sudah ada masalah kulit mungkin lebih rentan terhadap efek dari zat ini. Efek kesehatan yang dijelaskan di atas didasarkan pada informasi ilmiah yang diterbitkan tersedia untuk diperiksa dan dievaluasi atas nama produk ini. Tanda-tanda aktual dan gejala yang dialami dapat bervariasi karena kondisi pada saat paparan.

Minyak Lemak Cairan atau uap dapat mengiritasi kulit dan mata. Terhisap: Konsentrasi pernapasan, dialami dengan nyeri dada dan

tinggi dari uap dapat

menyebabkan iritasi debit,

saluran mungkin

sebagai ketidaknyamanan hidung dan

batuk. Sakit kepala, mual, muntah, pusing, dan mengantuk dapat terjadi.

Mata: Dapat menyebabkan ringan sampai iritasi parah dialami sebagai rasa tidak nyaman atau sakit, berkedip berlebihan dan produksi air mata, mungkin

dengan kemerahan ditandai dan pembengkakan pada konjungtiva. Kulit:kontak singkat dapat menyebabkan iritasi sedikit dengan gatal dan

kemerahan setempat. Berkepanjangan kontak, terutama dengan berkonsentrasi, dapat menyebabkan iritasi yang lebih parah, dengan rasa tidak nyaman atau nyeri. Menelan: Dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, dalam koordinasi, melalui mual, muntah, diare,

dan kelemahan

umum. orang peka

kontak dengan damar dapat

mengembangkan reaksi alergi.

Surfaktan Anion Dapat menyebabkan kanker.

BAB VI PENGELOLAAN RESIKO


6.1 Rekayasa Teknis
Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna fakultatif dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal 10 hari. Apabila tidak terdapat lahan yang memadai, maka proses lumpuraktif, parit oksidasi dan trickling filter banyak digunakan dengan hasil kualitas buangan yang sama, tetapi sering membutuhkan biaya operasinya lebih tinggi. Sekarang, pemolesankapasitas yang diperbesar atau melalui pengolahan fisik atau kimia diterapkan dibeberapa tempat untuk melindungi badan air penerima

6.2 Rekayasa Administrasi


Pengendalian/penanggualangan pencemaran air di Indonesia diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air Menciptakan peraturan perundang-undangan untuk merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industry dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. (pemerintah)

6.3 Rekayasa Sosial


Dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat sekitar Sungai Cilamaya tentang bahaya dan dampak kesehatan dari penggunaan air yang tercemar logam Pemberian dana dan kompensasi kepada masyarakat sekitar yang tercemar.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


7.1 Kesimpulan
Analisis kegiatan ADKL pada pembuangan limbah PT. Gede Karang (GK), PT Sanfu, PT Papertech, dan PT Budi Makmur Perkasa (BMP) dapat disimpulkan sebagai beikut : Kegiatan tersebut memberikan dampak pada lingkungan yaitu tercemarnya lingkungan pemukiman warga sekitar pabrik dan sekitar sungai tempat pabrik membuang limbah industrinya, dan dampak pada kesehatan yaitu penyakit ISPA, dan penyakit kulit. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terasa tidak berarti karena tidak didukung oleh pemerintah selaku fasilitator masyarakat. Dengan belum adanya tindakan yang berarti dari pemerintah terhadap industry-industri yang tetap saja nakal, masyarakat merasa pemerintah kurang peduli pada mereka dan lingkungan mereka. Yang seharusnya kegiatan tersebut dapat dihentikan dan ditinjaklanjuti dengan sebaik-baiknya. Kesimpulan lain yaitu mengenai jalur pemajanan yang terjadi dalam

pembangunan tersebut adalah; Sumber pencemar: PT Gede Karang (GK) yang memproduksi kertas koran (Kab. Purwakarta) PT Sanfu yang memproduksi kertas dan pulp (Kab. Purwakarta) Industri kertas Papertech (Kab. Subang) PT Budi Makmur Perkasa (BMP) yakni industri tepung beras dan bihun (Kab. Subang) Media lingkungan Titik pemajanan Cara pemajanan adsorbsi kulit. : Air dan udara : air dan udara : melalui saluran pernafasan (inhalasi), dan

Penduduk beresiko

: lingkungan permukiman di sekitar industry dan

disekitar Sungai Cilamaya.

7.2 Rekomendasi
Menindaklanjuti industry-industri pencemar Pembangunan tempat pembuangan limbah cair pabrik yang tidak menimbulkan pencemaran Pengujian kadar pencemaran limbah cair yang dihasilkan oleh industry-industri pencemar Pengujian emisi atau polusi udara akibat aktivitas produksi pabrik

REFERENSI

1. Republika Newsroom 17:34:00 2. Radar Karawang 3. Pikiran Rakyat Online

(Republika Online) Minggu, 23 Agustus 2009 pukul

4. Koran Sindo - 26 Agustus 2009 5. www.google.com

Anda mungkin juga menyukai