Anda di halaman 1dari 9

Pencemaran Lingkungan Akibat Tambang Batu Bara di Desa Serongga

Kabupaten Kotabaru
Ahmad Habibi
e-mail: 2110128110003@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak

Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya memiliki potensi besar dengan kekayaan alam khususnya
pertambangan. Indonesia merupakan salah satu penghasil tambang terbesar di dunia, khususnya
tambang batu bara. Banyaknya hasil penambangan tidak mengikuti keserasian ekosistem di lingkungan,
sehingga banyak terjadi pencemaran lingkungan dari limbah batubara. Sekitar 70% kerusakan
lingkungan di Indonesia disebabkan oleh pertambangan. Sekitar 3,97 juta hektar kawasan lindung di
Indonesia terancam oleh pertambangan.Keadaan semakin parah dengan adanya perusahaan dengan
10.235 izin pertambangan mineral dan batubara, hampir 34% di daratan Indonesia. Kalimantan Selatan,
sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia, diuntungkan dari hasil penambangan batubara. Sekitar
60 persen dari nilai ekspor nonmigas provinsi itu, atau sekitar 1,5 miliar per tahun, berasal dari ekspor
pertambangan batu bara, menurut catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Kalimantan Selatan. Seperti yang bisa Anda bayangkan, tingkat kerusakan tambang batu bara di
Kalimantan Selatan adalah .Faktanya, sekitar 45% air di sungai-sungai Kalimantan Selatan tercemar
limbah tambang batu bara. Hal ini menjadi masalah serius karena sebagian besar masyarakat Kalsel
melakukan aktivitas sehari-hari bahkan mandi di sungai. Beberapa sungai sudah berwarna kehitaman
akibat pencemaran limbah pertambangan. Selain itu, kualitas udara juga menurun. akibat aktivitas
PLTU Batubara di Desa Asam-asam, Kabupaten Tanah. Aktivitas pertambangan seperti truk yang lewat
juga berkontribusi terhadap kualitas yang buruk karena debu yang sangat tebal.Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan yang memadai tentang dampak dan solusi untuk memperbaiki lingkungan yang
rusak akibat penambangan agar tercipta keharmonisan antara manusia dan lingkungan, khususnya di
wilayah pertambangan.

Keywords: pencemaran, tambang batubara, limbah

Abstract

Indonesia with its biodiversity has great potential with natural wealth, especially mining. Indonesia is
one of the largest mining producers in the world, especially coal mines. The number of mining products
does not follow the harmony of the ecosystem in the environment, so there is a lot of environmental
pollution from coal waste. Around 70% of environmental damage in Indonesia is caused by mining.
Around 3.97 million hectares of protected areas in Indonesia are threatened by mining. The situation
is made worse by the presence of companies with 10,235 mineral and coal mining permits, almost 34%
in mainland Indonesia. South Kalimantan, as the largest coal producer in Indonesia, benefits from coal
mining. Around 60 percent of the province's non-oil and gas export value, or around 1.5 billion per
year, comes from coal mining exports, according to records from the South Kalimantan Department of
Industry and Trade (Disperindag). As you can imagine, the level of damage to coal mines in South
Kalimantan is .In fact, about 45% of the water in South Kalimantan's rivers is polluted by coal mine

1
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

waste. This is a serious problem because most of the people of South Kalimantan do their daily activities
and even bathe in the river. Some rivers have turned black due to pollution from mining waste. In
addition, air quality is also declining. due to the activities of the Coal PLTU in Asam-asam Village,
Tanah District. Mining activities such as passing trucks also contribute to poor quality due to very thick
dust. Therefore, it is necessary to have adequate knowledge about the impacts and solutions to repair
the environment damaged by mining in order to create harmony between humans and the environment,
especially in mining areas.

Keywords: pollution, coal mine, waste

Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia. Salah satu
daerah di Indonesia yang menghasilkan tambang batubara terbesar adalah Kalimantan Selatan.
Di Kalsel sendiri, perusahaan tambang batubara berada di wilayah seperti Kecamatan Satui dan
Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu, di Pegaron, Kabupaten Banjar, Kabupaten Balangan,
Jorong di Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten
Tabalong tersebar luas.
Majunya pertambangan batu bara telah meningkatkan jumlah perusahaan swasta yang
mengeksplorasi dan menambang batu bara di wilayah Kalimantan Selatan ini. Berbagai
perusahaan pertambangan di Kalimantan Selatan yaitu PT.Adaro Indonesia, PT Arutmin
Indonesia, PT Bantala Coal Mining, dll. Kemajuan sektor ini justru berdampak negatif terhadap
lingkungan karena tidak diimbangi dengan pengelolaan tailing bekas tambang dan penggalian
bekas tambang batu bara yang baik. Hal ini akan merusak rantai ekosistem di kawasan
tersebut.Menurut catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel, sekitar
60% nilai ekspor nonmigas Kalsel atau sekitar US$1,5 miliar per tahun berasal dari ekspor
pertambangan batu bara. Bisa dibayangkan betapa parahnya kerusakan akibat tambang batu
bara di Kalimantan Selatan.
Masih kurangnya kesadaran akan kerusakan ekosistem di sekitar bekas tambang
batubara dari banyaknya lubang tambang yang tidak mereka eksploitasi, dan penambangan
puing-puing batuan yang hanya limbah dan bahan kimia tertinggal yang terdapat di areal
penambangan “danau buatan” bekas galian tambang. Hal ini berdampak negatif terhadap
masyarakat di daerah tersebut dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
Hal ini dikarenakan debu yang tebal akibat aktivitas penambangan dan banyaknya lubang
penambangan yang sangat dalam.
Sebab itu, bekas-bekas galian tambang ini harus diperbaiki untuk melestarikan
lingkungan. Limbah pertambangan sendiri termasuk dalam limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) sesuai PP No.85 tahun 1999, sehingga berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya dan juga bagi lingkungan.

Metode

2
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Ahmad Habibi

Pada penulisan Aritikel ini memakai penelitian kualitatif. dimana artikel di sajikan
secara deskriptif dan penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan penelitian yang
berdasarkan studi literatur. penelitian kualitatif ini dengan mencari studi perpustakan
mengumpulkan jurnal, dokumen, serta skripsi yang berkaitan yang berdasarkan pada penulisan
artikel ini, kemudian dikaitkan dengan Penelitian ini mendeskripsikan hasil paparan dari jurnal,
buku serta refrensi lainnya, untuk mengetahui Tujuan dan rumusan pada kaitannya.

Hasil dan Pembahasan


Sebagai salah satu daerah penghasil tambang batubara terbesar, tentunya banyak sisa
tailing bekas tambang yang tertinggal, sehingga perusahaan tambang perlu mengetahui cara
pengelolaan tailing tambang yang baik agar masyarakat sadar. tidak terpengaruh. dirugikan.
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba, pertambangan
meliputi sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam lingkup eksplorasi, pengelolaan, dan
pengusahaan mineral atau batubara secara umum. penyelidikan, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang. Batubara adalah deposit alami senyawa organik berkarbon dari sisa-
sisa tanaman.Pertambangan batubara adalah penambangan deposit karbon di bumi, termasuk
bitumen padat, gambut dan batuan aspal. Oleh karena itu, penambangan batubara mencakup
semua kegiatan eksplorasi dan ekstraksi mineral atau batubara. termasuk bitumen padat,
gambut, dan batuan aspal.
Sebagai daerah penghasil pertambangan terbesar di Indonesia, Kalimantan Selatan
memiliki beberapa perusahaan pertambangan besar antara lain PT Adaro Indonesia, PT
Arutmin Indonesia dan PT pertambangan batubara Bantala. Perusahaan tambang batubara
besar di Kalimantan Selatan ini berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pengembangan
Pertambangan Batubara (PKP2KB).
A. Dampak Pertambangan Batubara di Kalimantan Selatan
Dengan menggunakan teori United Nations Environment Programme, Anda dapat
melihat apa saja parameter dampak pertambangan. Beberapa dampak kegiatan pertambangan
(Sofyan, 2009):
1. Lubang tambang. Di area pertambangan PT Adaro terdapat beberapa lubang besar atau
kawah bekas tambang tua, menyebabkan lahan terbuka sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin untuk direklamasi
2. Air asam tambang: mengandung logam berat yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan jangka panjang
3. Tailing:Teiling mengandung tingkat berat yang mengkhawatirkan logam seperti tembaga,
timbal, merkuri, seng, arsenik, yang berbahaya bagi makhluk hidup.
4. Sludge: Residu pencucian batubara disimpan dalam tangki pengumpul yang juga
mengandung logam berbahaya seperti boron, selenium dan nikel, dll.
Pencemaran udara: akibat dari debu yang mempengaruhi kesehatan masyarakat dan
menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Logikanya, udara kotor pasti mempengaruhi kerja
paru-paru, polutan berperan memicu penyakit pernapasan seperti flu, bronkitis dan pneumonia,
tetapi juga penyakit kronis seperti asma dan bronkitis kronis.

3
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

1. Dampak terhadap Lingkungan


a. Pencemaran Air
Menurut studi Greenpeace Indonesia, sekitar 3.000 kilometer atau sekitar 45% sungai
di Kalimantan Selatan mengalir melalui area pertambangan batu bara dan berpotensi tercemar
limbah berbahaya tambang batu bara. Dari 29 sampel yang dianalisis oleh Greenpeace, 22
sampel dari kolam tailing dan bekas lubang tambang dari lima konsesi pertambangan batubara
Kalimantan Selatan memiliki tingkat keasaman (pH) yang sangat rendah, jauh di bawah standar
yang ditetapkan pemerintah sebesar. Dari semua sampel dari kolam penyimpanan tailing dan
ekstraksi sumur 18 memiliki pH di bawah empat dan hampir semuanya mengandung logam
dengan konsentrasi tinggi.
Salah satu dampak yang dirasakan masyarakat di desa Serongga, Kabupaten
Kotabaru adalah sungai yang tercemar limbah pertambangan batu bara. Air sungainya
berwarna hitam dan keruh, sehingga menyulitkan masyarakat di sana untuk bertahan hidup.
Karena merupakan salah satu daerah penghasil pertanian dan hasil laut yang melimpah, hal itu
menyebabkan penurunan produksi pertanian. Perusahaan tambang WITA diketahui membuang
sampah ke hulu sungai sejak pukul 02.00 WIB dimana masyarakat melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mandi di sungai setiap pagi.

Sungai di Serongga Kabupaten Kotabaru ,Kalsel yang tercemar limbah tambang

Untuk air seperti sungai yang telah tercemar limbah pertambangan dengan pencemar
logam berat bagi lingkungan, didefinisikan sebagai racun yang bercampur dengan pemanfaatan
kembali limbah (Ir. Sulistyoweni W, Dipl.SE, SKM dalam buku Teknologi Lingkungan
Volume 1: Hal V-11).
Kualitas udara yang baik dapat ditentukan dengan menggunakan kualitas udara dan
standar emisi Udara dan Indeks Kualitas Udara atau ISPU. Di bawah ini adalah dampak
kesehatan menurut PSI (Pollutant Standards Index) yang menggambarkan nilai ambang batas
untuk lima polutan teratas.(Quelle: Buku Teknik Lingkungan Jilid I, Ir.Sulistyoweni
W,Dipl.SE,SKM)

4
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Ahmad Habibi

b. Pencemaran Udara
Di Kalimantan Selatan sendiri terdapat PLTU batubara yaitu PLTU Asam-asam yang
terletak di Desa Asam-asam, kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah laut. Batubara yang dibakar
di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan
SO3, kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM2.5. Ahli ilmiah dan
medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat partikel halus berdiameter kurang dari 2.5
mm atau PM2.5 dari emisi udara tersebut. PLTU Batubara juga memancarkan bahan kimia
berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen. (sumber : data riset Greenpeace)

Polusi Udara akibat tambang batubara

c. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat menyebabkan rusaknya vegetasi tanah di lingkungan
tersebut, seperti menghancurkan profil tanah genetik, serta menghancurkan habitat hewan dan
ekosistemnya. Penambangangan ini menyebabkan berubahnya pemanfaatan lahan menjadi
area pertambangan. Di Kalimantan Selatan sendiri lubang-lubang bekas galian tambang
batubara sangat besar dan dalam ini merupakan salah satu pencemaran tanah karena lubang-
lubang galian tersebut tidak mungkin ditutup kembali . Hal ini menyebabkan lubang-lubang
tersebut berubah menjadi danau-danau buatan yang mengandung asam yang sangat tinggi dan
sangat berbahaya. Tambang batubara juga dapat menghasilkan gas metana yang mempunyai
potensi sebagai gas rumah kaca. Selain itu erosi merupakan dampak yang sangat signifikan
dari aktivitas penambangan batubara karena penambangan mengakibatkan peningkatan laju
erosi tanah pada muara sungai.

Pencemaran tanah dan terbentuknya kubangan dari galian tambang Batubara.

5
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

B. Pengendalian Dampak Pertambangan Batubara


Tailing pertambangan batubara seringkali terkontaminasi asam sulfat dan senyawa besi
yang dapat mengalir keluar dari area pertambangan. Air yang mengandung asam sulfat dan
senyawa besi dapat menjadi asam. Air asam yang mengalir melalui daerah batugamping
melarutkan senyawa Ca dan Mg pada batuan tersebut. Kemudian senyawa Ca dan Mg terlarut
yang dibawa oleh air bertindak seperti air sadah. Tailing penambangan asam dapat
menyebabkan korosi dan melarutkan logam, membuat air yang terkontaminasi menjadi racun.
Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan memerlukan upaya
pengelolaan yang terencana. Pengelolaan lingkungan di pertambangan umumnya mengikuti
prinsip-prinsip praktik pengelolaan terbaik. Menurut Environmental Protection Agency/US
EPA (1995), langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengendalikan dampak kegiatan
pertambangan terhadap sumber daya air, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar adalah:
- Gunakan struktur penahan sedimen untuk meminimalkan jumlah sedimen yang keluar dari
lokasi kerja
- Kembangkan rencana sistem kontrol overflow untuk mencegah intrusi untuk
meminimalkan zat berbahaya di badan air
- Hindari aktivitas konstruksi dalam fase kritis
- Mengurangi kemungkinan keracunan oleh Sianida untuk burung dan satwa liar dengan
menetralkan sianida di kolam tailing atau mendirikan pagar dan jaring untuk mencegah
satwa liar memasuki kolam tailing
- Meminimalkan penggunaan pagar atau penghalang lain yang menghalangi jalur migrasi
satwa liar. Jika pagar tidak dapat dihindari, gunakan terowongan, gerbang, dan jalan layang
satwa liar.
- Membatasi dampak yang disebabkan oleh fragmentasi habitat, meminimalkan jumlah jalan
akses dan penutupan, serta merehabilitasi jalan yang tidak digunakan.
Perburuan hewan liar dilarang di area pertambangan.

Untuk lingkungan itu sendiri, perusahaan harus melakukan pengelolaan lingkungan


sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pasal 1 Minerba, yaitu
Remediasi Properti. Remediasi adalah kegiatan yang dilakukan pada seluruh tahapan operasi
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan meningkatkan kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kegiatan Reklamasi sendiri terdapat 2 tahap, yaitu pertama perusahaan harus
memulihkan lahan bekas tambang batubara karena lingkungan ekologis telah rusak. Kedua,
perusahaan harus mengolah lahan bekas tambang batu bara di tempat yang stabil, aman dan
tidak mudah terpengaruh oleh kondisi erosi sehingga dapat digunakan sesuai
peruntukannya.Perusahaan pertambangan harus menanam tanaman pionir di lahan reklamasi.
Salah satu tanaman pionir adalah rumput isyarat (Brachiaria decumbens), yang tumbuh pada
tanah yang miskin unsur hara seperti lahan daerah pertambangan, memiliki sifat cepat tumbuh
dan dapat mengendalikan erosi.

6
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Ahmad Habibi

Signal Grass (Sumber foto : feedipedia)

C. Pengelolaan Limbah Tambang Batubara


Mengenai Undang-Undang 32 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (2) merupakan upaya
sistematis dan terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi Perencanaan, pengusahaan,
pengendalian, pemeliharaan, pemantauan dan penerapan hukum, semua perusahaan
pertambangan harus melakukan pengelolaan limbah yang baik untuk menghindari kerusakan
lingkungan. Salah satu residu dari penambangan batubara adalah limbah cair, baik dari proses
produksi maupun kegiatan domestik. Limbah cair ini menyebabkan terjadinya reaksi AMD
(Acid Mine Drainage) yang mengakibatkan penurunan kualitas air sehingga menyebabkan pH
turun. Salah satu metode pengelolaan limbah tambang adalah dengan bioremediasi.
Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
Di mana mikroorganisme ini dapat menangani air yang terkontaminasi dengan baik.
Untuk mengurangi AMD, beberapa aplikasi dapat diterapkan, seperti: B. kimia,
fabrikasi saluran anoksik dan teknik remediasi biologis. Dengan menggunakan teknik
berdasarkan prinsip kimia, seperti pengapuran. Namun, biaya pengapuran cukup tinggi, tetapi
dapat meningkatkan pH dan bersifat sementara. Teknik pembuatan saluran anoxic sangat
mahal. Melalui teknik bioremediasi, penggunaan bakteri pereduksi sulfat telah terbukti
meningkatkan pH air yang terkontaminasi hingga .Menurut Alexander (1977) dalam Anonim
(2010) dikatakan bahwa bakteri pereduksi sulfat (SRBs) terdiri dari 2 genera yaitu
Desulfovibrio dan Desulfotomaculum. Desulfovibrio hidup pada kisaran pH 6 hingga netral
sedangkan Desulfotomaculum adalah kelompok BPS termofilik (suka suhu tinggi).
Hal ini dapat diterapkan oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Selatan untuk
mengukur pengukur sungai menjadi lebih rendah . Pencemaran air dari limbah pertambangan
batubara. Dimana sekitar 45% sungai di Kalsel mengalir melalui jalur pertambangan dan
menimbulkan pencemaran. Bahkan, tidak sedikit sungai di Kalimantan Selatan yang
tercemar.Jadi, dengan menggunakan metode bioremediasi dengan bakteri pereduksi sulfat,
pencemaran sungai dapat dicegah, sehingga masyarakat tidak terkena dampak penambangan
batubara ini.

7
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol. 1 No. 1 (2022) : Pendidikan Lingkungan Hidup-AKBK3308

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penambangan batubara di
Kalimantan Selatan telah menimbulkan dampak lingkungan, khususnya pencemaran air, tanah
dan udara. Pencemaran air di Kalimantan Selatan adalah pencemaran air sungai oleh sisa-sisa
penambangan batubara yang membuat air sungai menjadi hitam dan keruh. Peristiwa ini terjadi
di Desa Serongga, Kabupaten Kotabaru. Bahkan bisa menyebabkan pH turun drastis. Selain
itu, pencemaran udara dihasilkan dari penambangan batubara, baik dari proses kegiatan
penambangan batubara maupun dari pembangkit listrik tenaga batubara, seperti pembangkit
listrik tenaga batubara Asam-Asam.Tempat pembangkit listrik tenaga batu bara melepaskan
bahan kimia berbahaya seperti arsenik dan merkuri.
Dampak penambangan batubara diharapkan dapat meminimalkan kerusakan paling
serius yang disebabkan oleh penambangan batubara. Seluruh perusahaan tambang batu bara di
Kalsel wajib melakukan reklamasi terhadap seluruh areal bekas tambang agar keseimbangan
ekologi tetap terjaga. Selain itu, perusahaan tambang diharapkan dapat membuang limbah
tambang yang mencemari air sungai di Kalimantan Selatan dengan baik dengan menggunakan
metode bioremediasi.

Daftar Pustaka
ABBAS, E. W. (2020). Menulis Mudah, Menulis Ala Ersis Writing Theory. Program Studi
Pendidikan IPS FKIP Universitas Lambung Mangkurat. https://repo-
dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/17292
Abbas, E. W., Jumriani, J., Handy, M. R. N., Syaharuddin, S., & Izmi, N. (2021).
Actualization of Religious Values through Religious Tourism on the River As a
Source of Social Studies Learning. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3), 1663–
1669. https://doi.org/10.35445/alishlah.v13i3.1013
Abbas, E. W., Jumriani, J., Syaharuddin, S., Subiyakto, B., & Rusmaniah, R. (2021). Portrait
of Tourism Based on River Tourism in Banjarmasin. The Kalimantan Social Studies
Journal, 3(1), 18–26. https://doi.org/10.20527/kss.v3i1.4145
Abbas, E. W., Rusmaniah, R., Rival, M., Yusup, Y., & Maulana, M. (2021). Training in
Making Learning Media in The Form of Attractive Photos for Teachers to Increase
Student Learning Motivation At SMPN 7 Banjarmasin. The Kalimantan Social
Studies Journal, 3(1), 27-35.
Istika, M., Subiyakto, B., Rusmaniah, R., Handy, M. R. N., & Ilhami, M. R. (2022).
Economic Activities of Tanggui Craftsmen on the Riverbanks of South Alalak
Village. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 101-109.
Lasdya, D., Pebriana, P. H., Rizal, M. S., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022). Improving
Beginning Reading Skills Using Word Card Media for Grade 1 Students at SDN 004
SALO. The Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 83-91.

8
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Ahmad Habibi

Nadia, N., Syaharuddin, S., Jumriani, J., Putra, M. A. H., & Rusmaniah, R. (2022).
Identification of The Process for Establishing Tourism Awareness Group (Pokdarwis)
Kampung Banjar. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 116-125.
Niliyani, N., Subiyakto, B., Mutiani, M., Rusmaniah, R., & Ilhami, M. R. (2022). River
Utilization for Communities in Kampung Hijau in Fulfilling Primary Needs. The
Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 126-133.
Putro, H. P. N., Rusmaniah, E. W. A., Subiyakto, B., & Putra, M. A. H. (2022). PERAN
MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN UMKM KERAJINAN DI
KAMPUNG PURUN. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN
LAHAN BASAH (Vol. 7, No. 3).
Putro, H. P. N., Rusmaniah, R., & Mutiani, M. (2022). The Relevance of Social Capital in
Efforts to Develop Entrepreneurship Education. Journal of Education and Learning
(EduLearn), 16(2).
Putro, H. P. N., Rusmaniah, R., Jumriani, J., Handy, M. R. N., & Mutiani, M. (2021).
Business Development Strategies for Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM)
in Kampung Purun. The Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 23-32.
Putro, H. P. N., Rusmaniah, R., Mutiani, M., Abbas, E. W., Jumriani, J., & Ilhami, M. R.
(2022). Social Capital of Micro, Small and Medium Enterprises in Kampung Purun
for Improving Entrepreneurship Education. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 14(2),
1669-1680.
Riswan, R., Rajiani, I., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022). The Role of
Economic in Social Studies Education. The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2),
144-151.
Rusmaniah, R. (2017). PEMBINAAN MORAL REMAJA PUTUS SEKOLAH PADA PSBR
BUDI SATRIA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Socius, 6(02).
Rusmaniah, R. SOCIAL CAPITAL CONTRIBUTION IN THE CONTINUOUS
STRATEGY OF JENGKOL MANUFACTURERS IN THE COVID-19
PANDEMIC. JURNAL SOCIUS, 11(1), 1-11.
Rusmaniah, R., Herman, H., Indriyani, P. D., Sari, R. M., & Nugroho, D. A. (2022).
PELESTARIAN KULINER LOKAL JENGKOL TAHILALA SEBAGAI WARISAN
DAN PERWUJUDAN NILAI BUDAYA BANJAR DI DESA PINGARAN. Anterior
Jurnal, 21(3), 57-61.
Rusmaniah, R., Mardiani, F., Handy, M. R. N., Putra, M. A. H., & Jumriani, J. (2021). Social
Services Based on Institutional for Youth Discontinued School. The Innovation of
Social Studies Journal, 2(2), 151-158.
Sari, L., Putro, H. P. N., Putra, M. A. H., Syaharuddin, S., & Rusmaniah, R. (2022). Culinary
Distribution in Minggu Raya Banjarbaru as a Learning Resource on Social
Studies. The Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 128-134.
Syaharuddin, S., Mutiani, M., Handy, M. R. N., Abbas, E. W., & Rusmaniah, R. (2022).
Building Linking Capital Through Religious Activity to Improve Educational
Character. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 14(1), 367-374.

9
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM

Anda mungkin juga menyukai