Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PENAMBANGAN BAUKSIT

DI PULAU BINTAN

Oleh :

Reny Rosida 14.05.0.047

Mata Kuliah : Pengetahuan Lingkungan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN KOTA BATAM
TAHUN 2017
A. Pendahuluan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan
galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Bauksit merupakan biji utama
alumunium yang terdiri dari alumunium hidroksida dan alumunium oksida.
Bauksit ini pertama di temukan di tahun 1821 di les baux, oleh karena itu
penamaannya adalah bauxite atau bauksit. Mineral bauksit merupakan mineral
yang tersusun dari mineral anorganik dimana merupakan senyawa kimia yang
terbentuk secara alami. Bauksit mudah di temukan di daerah-daerah tropis yang
dekat dengan garis khatulistiwa. Di Indonesia sendiri, potensi dan cadangan dari
endapan bauksit ini cukup melimpah. Terdapat di Sumatra Utara kota Pinang, di
Riau terdapat di pulau bulan dan pulau bintan, untuk daerah Kalimantan Barat
terdapat di Sandai, tayang Mebukung, balai berkuah, Pantus, Kndawangan,
Munggu besar, terakhir di propinsi Bangka Belitung bisa di temui di daerah
Sigembir. Namun sampai saat ini proses penambangan bauksit di Pulau Bintan
merupakan satu-satunya penambangan yang terbesar di Indonesia. Dari
kekayaan alam yang dimiliki oleh Provinsi Kepri tidak serta merta membawa
keberkahan bagi masyarakat Kepri khususnya Pulau Bintan. Dengan adanya
kegiatan penambangan tersebut menyebabkan berkurangnya hasil tangkapan
nelayan, rusaknya ekosistem laut dan sungai, debu yang menyebar kemana-
mana, serta lahan yang di gunakan oleh perusahaan tersebut menimbulkan
konflik masyarakat Pulau Bintan.

A. Pembahasan

Kepulauan riau, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya


akan sumber daya alam. Dan disalah satu pulaunya terdapat potensi yang sangat
menjanjikan, yaitu pulau Bintan dan Tanjungpinang dengan potensi bauksit
terbesar di Indonesia. Bauksit yang melimpah tersebut dijadikan kesempatan
untuk mengeksplor sebanyak-banyaknya bauksit yang ada didaerah bintan,
karena bauksit sangat berharga sekali bagi mereka para pengusaha karena bisa
menghasilkan uang yang besar. Maka dari itu para pengusaha menambang
bauksit dengan merajalela tanpa memikirkan apa dampak buruk terhadap
lingkungan apabila dieksplorasi secara besar-besaran dengan tidak melihat
kaidah yang telah ditetapkan.

Bauksit merupakan campuran koloidal oksida Al dan Fe yang


mengandung air. Kata bauksit digunakan untuk bijih yang mengandung oksida
alumunium monohidrat atau trihidrat.  Bijih bauksit jika diproses dengan proses
bayer, maka akan menghasilkan alumina. Dari alumina inilah logam alumunium
dibuat. Alumunium yang dielekrtolisa akan menghasilkan logam alumunium.
Alumina yang berasal dari bauksit memiliki banyak kegunaan. Alumina juga
digunakan untuk ampelas, sebagai bahan tahan api, juga digunakan untuk bahan
pada industri kimia. Sekitar 65% alumina digunakan sebagai bahan untuk
membuat logam. Oleh karena itu diperlukan penangan khusus dalam hal
pengambilan mineral tersebut (eksplorasi).

Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali


dengan land clearing. Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan bulldozer,
dengan alat yang sama diadakan pengupasan tanah penutup. Lapisan bijih
bauksit kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus memuat bijih
bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi pencucian.
Dari penambangan inilah terjadi banyak sekali pencemaran lingkungan, seperti
kerusakan hutan yang sangat parah karena hutan terus menerus dibabat habis
untuk mencari dan menambang bauksit. Tidak hanya itu, dampak lingkungan
lainnya juga terjadi. Seperti pencemaran udara yang bersumber dari debu.
Banyaknya tanah yang jatuh dari truk ke jalan juga bisa mengakibatkan banjir
jika turun hujan. Karena tidak ada lagi untuk air resapan serta tidak menutup
kemungkinan tercemarnya air laut. Bahkan ada seorang nelayan yang
mengatakan bahwa penghasilannya dalam mencari ikan turun sekitar 40%, ini
disebabkan oleh ikan-ikan yang meninggalkan tepi pantai menuju tengah laut
karena ditepi pantai sudah tercemar limbah bauksit.  Sebelumnya, terkait dengan
penambangan bauksit di Sei Enam darat, Bintan,  warga telah melaporkan
lahannya yang terkena dampak limbah dimana pohon buah-buahan dan pohon
durian telah mati akibat dari lumpur bauksit. Pemkot Tanjungpinang ada
program untuk penghijauan (reboisasi), tetapi tidak berpengaruh besar terhadap
lingkungan yang ada. Program reboisasi tersebut, tidak sebanding dengan
kerusakan alam akibat dari pertambangan bauksit.

Beberapa gambar kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh penambangan


bauksit :
Maka dari itu, seharusnya pemerintah setempat, pengusaha pengeksplor
bauksit, warga setempat yang lahannya tercemar, serta aktivis lingkungan hidup
harus bersama untuk menyelesaikan permasalahan ini. Karena hasil dari
penambangan bauksit ini  sangat buruk sekali dampaknya terhadap lingkungan,
pencemaran terjadi dimana-mana tanpa ada pencegahan atau penindaklanjutan
akibat limbah bauksit yang sudah terlanjur tercemar. Lahan warga yang semula
sebagai tempat mencari nafkah, sekarang menjadi tiada guna lagi karena lahan
tercemar dan tanah sudah tidak bagus lagi untuk digunakan bercocok tanam. Jika
pemerintah setempat bisa bersikap tegas, bisa saja perusahaan yang membandel
itu dicopot izin menambangnya, masalahnya ini demi lingkungan dan lahan
masyarakat untuk mencari nafkah.

Belum ada tindaklanjut lebih dari pemerintah setempat, cara yang paling
efektif yaitu dengan cara membenahi semuanya, mulai dari lingkungan hingga
perusahaan penambang bauksit. Reboisasi besar-besaran dan dibarengi dengan
penutupan lahan pertambangan bauksit dirasa cukup memberikan hasil positif
untuk mengembalikan lingkungan yang baik.

Menurut Data, ada 11 titik aktivitas pertambangan bauksit yang tersebar


di 3 daerah di daratan dan 8 di pulau-pulau kecil di Bintan. Bayangkan jika
pulau-pulau ini terus dikeruk hasil buminya, dan tidak adanya usaha untuk
memperbaiki kondisi lahan/reklamasi, maka bisa dipastikan beberapa tahun
kemudian pulau ini akan lenyap (tinggal nama).

B. Penutup
Lingkungan sangat erat kaitannya dengan keseimbangan yang tercipta di
alam. Keseimbangan itu akan menciptakan keharmonisan dalam kehidupan
manusia. Perkembangan jumlah manusia dan peradaban yang terus meningkat
dari waktu ke waktu dengan komposisi alam yang tetap menimbulkan
permasalahan baru yang kini tengah dihadapi manusia.
Masalah yang tengah dihadapi Pulau Bintan adalah kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh penambangan bauksit. Akibat  dari aktivitas
ini meliputi kondisi fisik, kimia dan biologis tanah yang menjadi buruk,
pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan
populasi mikroba tanah. Selain itu, pembuangan limbah bauksit juga
menyebabkan pencemaran laut di sekitar pantai.

Rehabilitasi di lokasi pertambangan dilakukan sebagai langkah akhir dari


aktivitas pertambangan. Hal ini bertujuan untuk penataan lingkungan yang
berkelanjutan. Salah satu kegiatan pasca tambang, yaitu reklamasi. Reklamasi
merupakan upaya mengembalikan kondisi lingkungan daerah bekas tambang
agar berfungsi seperti sedia kala. Program reklamasi tidak berarti akan
mengembalikan 100% sesuai kondisi awal, minimal lahan bekas memiliki fungsi
yang bisa digunakan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan

http://infotambang.com/bauksit-p577-151.htm

http://manfaat.co.id/10-manfaat-bauksit-bagi-kehidupan-sehari-hari

http://www.kompasiana.com/tedi_syofyan/bouksit-masalah-utama-di-
tanjungpinang_552faf086ea834d0188b457c

http://industri20tedy.blogspot.co.id/2013/07/pulau-bintan-bauksit-dan-
pencemaran.html

http://www.adlienerz.com/2013/12/melihat-kegilaan-penambangan-bauksit-
di.html

https://www.change.org/p/pemprov-kepri-pemkab-bintan-dprd-kepolisian-
hentikan-penambangan-bauksit-ilegal-di-kabupaten-bintan-kepulauan-riau

Anda mungkin juga menyukai