Anda di halaman 1dari 8

Tugas artikel pertambangan

BAB 1
LATAR BE;AKANG PERTAMBANGAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia mempunyai hutan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman hayati ketiga
setelah Brazil, Zaire. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI
tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas hutan dunia
(Suhendang, 2002). Fungsi hutan yaitu mengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi,
serta memelihara kesuburan tanah; menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada
umumnya dan khususnya untuk keperluan pembangunan industri dan ekspor sehingga
menunjang pembangunan ekonomi; melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang
baik; memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam,
suaka margasatwa, taman perburuan, dan taman wisata, serta sebagai laboratorium untuk ilmu
pengetahuan, pendidikan, dan pariwisata; serta merupakan salah satu unsur strategi
pembangunan nasional (Suparmoko, 1997). Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi
pada hutan alam tetapi juga telah terjadi pada hutan lindung. hutan lindung memiliki fungsi yang
spesifik terutama berkaitan dengan ketersediaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang
sangat penting terhadap keberlanjutan kehidupan bagi semua mahluk hidup.
Sumber energi penting bagi kelangsungan hidup manusia yang ada di bumi, karena
merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber energi yang terdapat
dibumi yaitu seperti batubara, emas, mineral, timah, bauksit, besi, dan sumber energi lainnya.
Mengacu pada dunia perindustrian batubar merupakan bahan tambang yang sangat diperlukan
oleh suatu industri untuk bahan bakar mesin yang digunakan untuk proses produksi maupun
sebagai bahan bakar untuk kereta. Bahan tambang ini diperoleh dengan melakukan penggalian
kedalam perut bumi karena letak bahan baku batubara yang berada pada lapisan tanah dalam
dimana proses yang terjadi selama ribuan tahun. Penambangan batubara menimbulkan dampak
yang sangat besar terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya pertambangan yang ada di
kabupaten Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang dikelola oleh PT Adaro Energy Tbk. Lokasi
hutan ditebang untuk memperluas penambangan agar mempermudah eksploitasi di area
tambang. Hutan yang ditebang dapat menimbulkan dampak yang besar bagi ekosistem alam dan
kehidupan masyarakat yang tinggal dikawasan hilir sungai dekat penambangan batubara
tersebut. Oleh sebab itu, dampak kerusakan yang terjadi terhadap ketersediaan air dan ekositem
yang menjadi sumber utama air bersih bagi masyarakat sekitar, agar dapat mengetahui tindakan
penanggulangan yang tepat dan cepat.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah digunakan untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam
penambangan adalah Bagaimana kegiatan penambangan batubara dapat menimbulkan dampak
pada ketersediaan air yang digunakan masyarakat sekitar area tambang sebagai sumber utama air
bersih, Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang
rusak akibat penambangan batubara di Kabupaten Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan digunakan sebagai penacapaian yang akan dibahas pada artikel ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan penambangan batubara terhadap ketersediaan
sumber air tanah yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal pada bagian hilir sungai lokasi
penambangan batubara, sehingga dapat melakukan tindakan penanggulangan untuk mengurangi
dampak dari penambangan tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Batu Bara


Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang terperangkap dalam
sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan
mengalami perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan
diagenesa (www.digilib.itb.ac.id).
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa yang
dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi
pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu
(Jtl) adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif. Batubara adalah salah satu bahan
bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga
adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk (www.digilib.itb.ac.id).
Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di pulau kalimantan
dan pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang
digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dari pada solar dengan
perbandingan sebagai berikut: solar Rp. 0,74/kilokalori sedangkan batubara Rp. 0.09/kilokalori.
Dari segi kuantitas, batubara merupakan cadangan energi fosil terpenting di Indonesia,
Jumlahnya sangat melimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup untuk memasok
kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun kedepan.
Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga menimbulkan dampak terhadap
lingkungan sekitar. Aktivitas pertambangan mencemari lingkungan di
sekitar penambangan. Pencemaran tersebut antara lain (www.citation.itb.ac.id):

1. Pencemaran Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian
tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan
pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara
setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang
dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit (Arsjad, 2000).
2. Pencemaran Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami pencemaran akibat pertambangan
batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang
menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan
tersebut mengadung zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak
bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik.
SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat pencemaran tanah tersebut
maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati (Arsjad, 2000)..
3. Pencemaran Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari pembakaran
batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang
membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat
membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan, yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka
panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir
cacat (Arsjad, 2000).

2.2 Hutan
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-ragaman hayati
yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI tahun 2000 bahwa luas hutan Indonesia
adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas hutan dunia. Seiring dengan berjalannya waktu dan
tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik secara individu
maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak memperhatikan
kelestariannya. Eksploitasi hasil hutan tersebut biasanya dilakukan secara ilegal seperti
melakukan pembalakan liar, perambahan, pencurian yang mengakibatkan kerusakan hutan di
Indonesia tidak terkendali (laju kerusakan hutan Indonesia 2,8 juta hektar per tahun). Akibatnya,
kerusakan hutan atau lingkungan tak terkendali tersebut mengakibatkan luas hutan semakin
menurun, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya (Suhendang, 2002).
Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan alam tetapi juga telah terjadi
pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi yang spesifik terutama berkaitan
dengan ketersediaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting terhadap
keberlanjutan kehidupan bagi semua mahluk hidup. Hal ini seperti telah tertuang dalam Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan yang menjelaskan bahwa
hutan lindung merupakan kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna
pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kerusakan
Hutan Akibat Pertambangan Batubara bahan tambang merupakan bahan yang berada didalam
bumi sehingga untuk mengambilnya perlu dilakukan penggalian. Batubara merupakan salah satu
bahan tambang yang banyak ditemukan dikawasan hutan yang tua karena proses terbentuknya
batubara merupakan sedimentasi dari tanaman pada zaman purba yang mengalami proses
penimbunan hingga ribuan tahun. Dalam upaya eksploitasi bahan tambang batubara ini, perlu
dilakukan perluasan area tambang untuk memudahkan mobilitas pengangkutan dan pengambilan
batubara tersebut. Kawasan hutan yang memiliki potensi batubara harus disingkirkan atau
ditebang untuk dilakukan penggalian. Karena besarnya sumber daya batubara pada suatu lokasi
maka luas area hutan yang disingkirkan untuk kegiatan tersebut semakin luas (Suhendang, 2002).

Letak Geografis Kabupaten Banjarmasin yang dekat dengan garis katulistiwa menjadikan
daerah ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi dan hari hujan merata sepanjang
tahun. Intensitas penyinaran matahari yang tinggi menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang
tahun dengan kelembaban udara yang tinggi pula. Sebagai daerah dengan iklim tropis.
Kabupaten Banjarmasin memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Kedua musim tersebut diselingi dengan masa peralihan dengan curah hujan masih relatif banyak.
Namun demikian kondisi alam Kabupaten Banjarmasin yang masih dikelilingi oleh hutan tropis
yang masih lebat menjadikan daerah ini berkarakter hutan hujan tropis dengan curah hujan yang
relatif merata sepanjang tahun (Koran Sindo, 2013).
Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi batubara konsesi PT. Adaro
Energy Tbk adalah Formasi Banjarmasin dan Formasi Lati. Formasi ini terdiri dari satuan
batupasir, mudstone ,batulanau, batulempung, batubara dan batugamping. Ketebalan Formasi
Banjarmasin atau Formasi Lati berkisar 600 meter hingga 1.600 meter, umur Miosen Tengah
hingga Miosen Atas dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut dangkal. Formasi ini jari
jemari dengan Formasi Sterile di bagian bawahnya dan tidak selaras dengan Formasi Labanan di
bagian atasnya (Koran Sindo, 2013).
Metode penambangan yang dilakukan pada PT. Adaro Energy
Tbk menggunakan pola penambangan box-cut contour mining. Pola penambangan box cut
contour mining dilakukan pada areal-areal yang memiliki kemiringan lapisan relatif landai dan
dengan luas areal timbunan di luar areal tambang yang relatif sangat terbatas. Pemakaian pola
penambangan ini salah satunya adalah bertujuan agar luas areal yang terganggu oleh kegiatan
penambangan tidak terlalu luas. Areal untuk penimbunan tanah penutup diusahakan tidak terlalu
jauh dari areal bukaan dan sedapat mungkin dengan memanfaatkan kembali bekas areal bukaan
(Koran Sindo, 2013).

2.3 Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan Batubara


Aktivitas pertambangan batubara yang dilakukan dikawasan Banjarmasin, Kalimantan
Timur tidak hanya mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan sekitar berupa
pencemaran. Pengrusakan hutan dari kegiatan pertambangan tersebut juga mempengaruhi siklus
hidrologi dan kehidupan ekosistem didalam kawasan tersebut. Selain itu, kegiatan tersebut juga
memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal dibagian hilir. Hutan yang
ditebang untuk kegiatan pertambangan batubara memiliki fungsi dan pengaruh terhadap
ketersediaan air tanah yang memiliki peran penting dalam ketersediaan air bersih pada
masyarakat. Hutan tersebut memiliki fungsi sebagai penangkap tanah agar lapisan permukaan
tanah yang dapat menyerap air tidak lari atau berpindah.Tingginya kemampuan penyerapan air
oleh permukaan tanah yang berada di kawasan hutan, maka air hujan yang turun di sana tidak
seluruhnya menjadi air limpasan (run off). Sebagian besar meresap ke dalam tanah, hanya sedikit
yang menjadi air larian. Run off atau air limpasam adalah air yang tidak mampu diserap oleh
permukaan tanah. Air ini akan turun ke kawasan yang lebih rendah. Jika air limpasan ini
melebihi daya dukung sungai maka dapat menimbulkan banjir. Sebagian besar air hujan yang
turun di kawasan hutan akan diserap oleh tanah (infiltrasi) dan tersimpan di aquifer. Selanjutnya,
air yang tersimpan di aquifer akan mengalir melalui celah-celah atau pori tanah yang akhirnya
terkumpul atau mengalir menjadi air tanah yang digunakan masyarakat sebagai air sumur. Selain
melalui sumur, air tanah tersebut juga dapat keluar sebagai mata air. Mata air tersebut mengalir
melalui sungai yang berada dikawasan hutan tersebut menuju hilir (Suhendang, 2002).

2.4 Upaya Penanggulangan Akibat Kegiatan Pertambangan Batubara


Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi lahan/hutan yang telah rusak akibat
penambangan batubara, diantaranya yaitu:
· Menanam kembali lahan yang ditebang dengan vegetasi yang dapat mengembalikan kondisi
ekosistem dengan cepat.
· Membuat terasering pada lahan yang rusak untuk mencegah erosi yang lebih besar.
· Menanam tanaman yang dapat menyimpan air tanah lebih banyak.
· Menggunakan lahan kosong tersebut sebagai lahan perkebunan sehingga dapat memiliki
fungsi ganda.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Penelitian dilakukan di PT. Adaro Energy Tbk yang bergerak indutri tambang batubara.

3.2 Tahap Persiapan


1. Identifikasi dan perumusan masalah
Pada tahap ini peneliti menentukan topik penelitian serta masalah yang akan dibahas pada PT.
Adaro Energy Tbk terhadap dampak linkungan sekitar.

2. Penentuan tujuan penelitian


Pada tahap ini ditentukan tujuan atau arah dari penelitian yang dilakukan sehubungan dengan
permasalahan yang telah dibahas, yaitu mengenai dampak lingkungan sekitar.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Adapun data yang digunakan pada penelitian adalah data primer yang diperoleh dari pengamatan
secara langsung yang dilakukan oleh peneliti Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa
metode yaitu :
a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dan
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap lingkungan sekitar.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya jawab secara
langsung masyrakat sekitar pertambangan.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka salah satu metode yang dilakukan dengan cara mengambil bahan-bahan dari kajian
literatur untuk mendapatkan informasi yang mendukung dengan permasalahan yang dibahas.
Dari studi pustaka ini peneliti memperoleh data apa saja yang diperlukan dalam penelitian yang
dilakukan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengambil gambar lingkungan sekitar pertambangan batubara di
PT. Adaro Energy Tbk.

BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dampak penambangan batubara yaitu rusaknya hutan yang menjadi tempat menyerapnya air
kedalam tanah ketika hujan terjadi sehingga jumlah air tanah akan berkurang karena infiltrasi
yang terjadi sangat kecil.
2. Kerusakan hutan menyebabkan terjadinya erosi yang mengakibatkan berkurangnya populasi
ikan dan tanaman hutan disekitar lokasi penambangan batubara di kabupaten Banjarmasin,
Kalimantan Selatan.
 Penanggulangan hutan yang telah rusak tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
reboisasi dan pembuatan terasering untuk memperkecil erosi yang terjadi. Selain itu penutupan
kembali lahan bekas pertambangan juga perlu dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan
vegetasi.
4.2 Saran
Kegiatan penambangan batubara memiliki dampak pencemaran terhadap air, udara dan
tanah. Dampak pencemaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat yang
tinggal dibagian hilir dimana masyarakat menggunakan sumber air bersih yang berasal dari mata
air pegunungan di kawasan penambangan batubara. oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya
perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai dampak pencemaran terhadap air tanah yang
disebabkan oleh penambangan batubara.

Anda mungkin juga menyukai