Gambar 1
Pantai Teluk Buyat
Tailing merupakan batuan dan tanah yang tersisa dari suatu proses ekstraksi bijih
logam, seperti bijih emas dan bijih tembaga. Tailing dihasilkan dalam jumlah yang luar biasa
besar dari segi volume, mengingat dalam satu ton tanah yang mengandung bijih emas, hanya
terdapat 0,001 ton emas murni. Dapat dibayangkan, akan tersisa 0,999 ton tanah (yang
dikenal sebagai tailing), serta membutuhkan penanganan lanjut setelah kegiatan
penambangan tersebut.
Tailing tidak hanya berisi tanah dan batuan saja, namun juga mengandung unsur-unsur
logam berat lainnya yang tidak ekonomis untuk diekstraksi dari kawasan pertambangan
tersebut, seperti aluminium (Al), antimony (Sb), dan timah (Sn). Sebenarnya logam-logam ini
terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas dan rendah dalam tailing. Namun volume tailing
yang sangat besar menjadikan kuantitas yang ada akan cukup besar, serta dapat memberikan
dampak negatif jika dibuang tanpa pengolahan yang tepat sebelumnya.
Sedangkan merkuri dan arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama
proses pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan
tambahan untuk mengikat emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang
lebih tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan bijih
emas yang terikat arsen.
Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas dan terjadi reduksi
konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang hasil pemanggangan
dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali pencemaran udara wet
scrubber. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih membutuhkan
penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing yang ada.
Senyawa merkuri juga digunakan sebagai senyawa amalgam untuk emas (membantu
pengikatan emas) dalam tailing yang akan diekstraksi. Tailing yang mengandung bijih emas
akan terikat bersama merkuri. Untuk mengurangi kadar merkuri pada pengolahan tailing
tersebut, umumnya dilakukan pemerasan dengan menggunakan fabric filter.
Merkuri sisa perasan yang tersisa dalam bentuk cair tersebut, juga harus diolah lebih
lanjut. Kandungan merkuri dan arsen yang terdapat dalam tailing juga harus diperhatikan,
mengingat recovery percentage dari arsen maupun merkuri tidak akan pernah mencapai
100%.
Teknologi pembuangan tailing ke dasar laut sudah sejak lama ditinggalkan di
beberapa negara maju. Meskipun pembuangan dilakukan pada kedalaman hingga ratusan
meter dan beberapa puluh kilometer dari bibir pantai, namun dampak yang ditimbulkan dapat
memberikan efek negatif pada biota laut, yang akan menimbulkan dampak buruk pula bagi
manusia dan kesehatannya. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan, pembuangan ke
dasar laut sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju saat ini.
Sebelum tailing dibuang ke dasar laut, parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi air
laut mutlak untuk dipertimbangkan. Namun pembuangan ke laut bukan berarti tidak terdapat
suatu pengolahan pendahuluan untuk tailing. Tailing harus diolah hingga suatu tingkat yang
aman dibuang ke laut sebagai lokasi pembuangan akhir. Oleh karenanya, konsep dalam
pembuangan tailing ke dasar laut adalah melakukan pengolahan pendahuluan (pretreatment)
dengan tujuan untuk meminimalisasi dan imobilisasi logam-logam berat yang terkandung
dalam tailing.
Saat penutupan tambangnya, 31 Agustus 2004, Newmont meninggalkan lebih dari 4
juta ton limbah tailing di dasar teluk Buyat. Sekitar 70 keluarga nelayan kehilangan mata
pencaharian, 80% lebih dari mereka mengalami gangguan kesehatan serius, puluhan anak
putus sekolah, sementara konflik horizontal terjadi berkepanjangan. Akhirnya pemerintah
mengumumkan bahwa Teluk Buyat tercemar akibat limbah tailing tambang PT Newmont.
Namun dengan modal dan kekuasaannya, Newmont, perusahaan tambang emas terkaya di
dunia ini berupaya dengan licik memanipulasi informasi dengan mengemukakan fakta-fakta
yang berlawanan dan merugikan masyarakat sekitar.
Hasil penelitian selama Agustus sampai September 2004 memastikan arsen atau arsenik di
Teluk Buyat berasal dari pembuangan tailing PT Newmont Minahasa Raya. Pencemaran
teluk akibat pembuangan tailing di bawah termoklin atau lapisan di perairan di mana terjadi
perubahan suhu yang cepat pada arah kedalaman atau vertikal. Limbah tailing Newmont
dibuang ke pembuangan yang kedalamannya hanya 82 meter dari permukaan perairan.
Padahal sesuai analisa dampak lingkungan, lokasi pembuangan limbah harus sedalam 110
meter di bawah termoklin. Dampaknya, limbah mencemari biota laut dan lingkungan di
sekitar Teluk Buyat. Empat dari enam sumur milik warga Buyat mengandung arsen sebesar
0,07 mikrogram. Kandungan ini dinilai lebih dari standar baku mutu air minum sesuai
ketetapan Departemen Kesehatan, yaitu 0,01 mikrogram.
B. Dampak Limbah Tailing
Sejak 1986-2004, PT Newmont Minahasa Raya meninggalkan beban derita terhadap
warga Teluk Buyat dan kerusakan lingkungan hidup yang tergolong berat. Hal ini diperkuat
dalam Laporan Resmi Tim Teknis Penanganan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Teluk Buyat (2004). Dalam laporan itu, disebutkan:
Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air laut di Teluk Buyat dari sembilan titik sampling telah
melampaui ambang batas baku mutu, berdasarkan KEPMEN KLH. No. 51 Tahun 2004.
Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air Sungai Teluk Buyat telah melampaui baku mutu air
sungai kelas I dan II berdasarkan PP No. 28 Tahun 2001.
Konsentrasi merkuri (Hg) pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling pada Teluk
Buyat berkisar antara 52,95-883,94 (g/Kg).
Konsentrasi arsen (As) total pada air laut dari sembilan titik sampling pada Teluk Buyat
berkisar antara 5,7770-50,7028 (g/l).
Konsentrasi arsen (As) total pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling di Teluk
Buyat berkisar antara 168,00-563.02 (g/Kg).
Sampel biota yang dipancing dan ditangkap di Teluk Buyat telah terkontaminasi merkuri
(Hg) dengan kadar merkuri dalam daging antara 0,01164-0,0275 (g/g).
Kandungan merkuri (Hg) pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante
ditemukan berkisar antara 0,0705-2,050 (g/g).
Kandungan merkuri pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan
berkisar antara 0,0757-15,8536 (g/g).
Kandungan arsen pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan berkisar
antara 0,0757-15,8536 (g/g).
10 Kandungan arsen pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan
berkisar antara 0,02347-21,6186 (g/g).
Hal ini mendorong WALHI untuk menggugat PT Newmont Minahasa Raya dengan
tuduhan merusak lingkungan dan meresahkan masyarakat. Adapun indikatornya adalah
sebagai berikut:
1
Prosedur dan lokasi Sistem Pembuangan Tailing Dasar Laut (SPDTL) yang berada di lapisan
awal zona termoklin, yaitu pada kedalaman 82 meter, tidak berada di bawah lapisan termoklin
(kedalaman 150 meter). Hal ini menyebabkan tailing terdispersi dan dapat ditemukan pada
kedalaman 20 meter serta sudah tersebar pada radius 3,5 km dari mulut pipa pembuangan
tailing.
Kekeruhan pada zona euphotic, di mana pada zona tersebut terdapat lingkungan fitoplankton
(produsen) yang butuh sinar matahari untuk proses fotosintesis.
Bioakumulasi atau penumpukan terus-menerus di dalam tubuh mahkluk hidup dari sedimen
pada biota laut di daerah euphotic.
Penurunan kandungan bentos dan plankton (fitoplankton dan zooplankton) akibat tingginya
kadar arsen (As) pada sedimen di Teluk Buyat.
Kematian ikan dalam jumlah lebih dari 100 ekor di sekitar pipa pembuangan tailing di Teluk
Buyat maupun terdampar di pantai.
Kesehatan masyarakat Buyat yang menurun dan berbagai macam penyakit menyerang tubuh
mereka akibat konsumsi air minum dan ikan yang mengandung logam berat.
Tidak adanya surat ijin dari Kementerian Lingkungan HIdup dalam pembuangan limbah ke
laut maupun pengolahan limbah.
Dalam gugatan legal standing ini, WALHI menuduh PT Newmont Minahasa Raya
telah melakukan perbuatan melawan hukum atas pasal 41 (1) junto pasal 45,46,47 Undangundang No. 23 Tahun 1997 tentang Pencemaran Llingkungan, Peraturan Pemerintah No 27
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Anehnya, dalam proses
persidangan tanggal 12 Juni 2007, PT Newmont Minahasa Raya merasa tidak bersalah dan
malah menggugat balik WALHI senilai US$ 100.000. Padahal Newmont sudah menyebabkan
banyak kerugian pada lingkungan dan juga masyarakat Teluk Buyat.
Walaupun beberapa pihak mengatakan bahwa penyakit yang diderita masyarakat
Teluk Buyat bukanlah Penyakit Minamata, namun gejala-gejala yang ditunjukkan sangat
mirip dengan Penyakit Minamata. Penyakit Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf
yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan
pada kaki dan tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang, dan degradasi kemampuan
berbicara dan pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai
dengan kelumpuhan, kegilaan, koma, dan akhirnya meninggal.
Konsentrasi metil merkuri ditemukan pada ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga
nephritis, efek-efek saraf, dan jantung. Pada keracunan akut dapat menimbulkan gangguan
sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga dapat menembus blood brain
barrier dan menimbulkan kerusakan di otak.
Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat,
akibatnya terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf, dan bagian
otak yang mengatur penglihatan. Penderitanya mengalami kesemutan (paresthesia), gangguan
bicara, hilang daya ingat, ataxia, dan kelainan syaraf lainnya. Penderita kronis penyakit ini
mengalami sakit kepala, sering lelah, hilang indera perasa dan penciuman, dan menjadi
pelupa. Gejalagejala dapat berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan menelan,
kelumpuhan, kerusakan otak, dan kematian.
Diperkirakan lebih dari 100 warga Teluk Buyat menderita Penyakit Minamata. Gejala
penyakit itu diawali gatal-gatal dan kejang pada tubuh penderita, kemudian muncul benjolan.
Benjolan muncul dalam banyak varian pada sejumlah penderita, di tangan, kaki, tengkuk,
pantat, kepala, atau payudara. Rata-rata penderita mengalami gejala tersebut.
C. Langkah Penanganan
Dalam menanggulangi kasus pencemaran Teluk Buyat, Tim Teknis Penanganan Kasus
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat merekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
1
Disarankan dilakukan pemantauan Teluk Buyat oleh pihak PT. Newmont Minahasa Raya dan
juga pemerintah sampai dengan 30 tahun yang akan datang.
Masyarakat setempat yang terkena penyakit mempunyai gejala yang sama dengan gejala
yang diakibatkan terpapar oleh arsen, karena itu diperlukan penanganan medis yang lebih
lanjut.
Kondisi Teluk Buyat dikategorikan mempunyai risiko tinggi terhadap kesehatan manusia
dengan adanya ikan yang mengandung arsen dan merkuri, maka masyarakat disarankan untuk
mengurangi konsumsi ikan yang berasal dari Teluk Buyat.
Perlu dipertimbangkan untuk merelokasi penduduk Dusun Buyat Pante ke tempat lain.
KESIMPULAN