Anda di halaman 1dari 5

ata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi

pemanfaatan ruang wilayah negara.


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundangundangan.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang
pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan
kawasan di sekitarnya.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang
berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling
memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta)

jiwa.
Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan
yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan
dunia.
Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
kepentingan pertahanan.
Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang selanjutnya disebut ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan
berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang
berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya
dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya
dalam rencana rinci tata ruang.
Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang.
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
http://www.penataanruang.com/istilah-dan-definisi3.html
regional/regional/ /rgional/ a bersifat daerah; kedaerahan: dialek -- Melayu yang tidak baku pun
ada, misalnya dialek Melayu Langkat
http://kbbi.web.id/regional
Teluk Buyat merupakan teluk kecil yang terletak di pantai selatan Semenanjung Minahasa, Sulawesi
Utara, Indonesia. Secara administratif, teluk ini berada di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Teluk ini sempat terkenal dikarenakan adanya aktivitas pertambangan PT Newmont Minahasa Raya
sejak tahun 1996, dimana Newmont Mining Corporation di bawah cabangnya PT. Newmont Minahasa
Raya memanfaatkan teluk ini sebagai aliran penempatan tailing (limbah pertambangan) untuk aktivitas
pertambangan emasnya. Pada tahun 2004, terdapat kasus masalah kesehatan tak lazim yang kemudian
mengarah kepada kecurigaan bahwa Newmont melanggar peraturan kadar limbah pertambangan
sehingga mencemari wilayah itu dengan bahan berbahaya.[1] Walhi, aktivis lingkungan Indonesia,
mengklaim Newmont menimbun 2.000 ton tailing ke teluk itu setiap hari.[2]
Kasus yang mencuat di tahun 2004 ini bersamaan dengan habisnya produksi emas dan penghentian
operasi sesuai rencana yang sudah disetujui pada tahun 2002. Pada tahun 2004, akhirnya aktivitas
pertambangan ditutup dan dilanjutkan dengan pemantauan lingkungan pasca-penambangan terus
berlangsung hingga tahun 2009. Pada Juli 2011 Pemerintah Indonesia menerima secara resmi area
pinjam pakai kawasan hutan. Sedangkan penelitian mengenai kasus Buyat diteruskan hingga tahun
2013 dimana menghasilkan tidak ditemukan pencemaran dan kasus sebelumnya merupakan indikasi
akibat praktik pertambangan liar. Pada tahun 2016, genap 30 tahun beroperasi, Newmont total menutup
kegiatan di Buyat dan meninggalkan warisan Hutan wisata yang dikelola sebagai Eko Wisata oleh
pemerintah setempat.
Teluk Buyat berada di sisi tenggara lengan semenanjung Sulawesi bagian utara, menghadap Laut
Maluku. Di sekitar teluk ini tinggal sejumlah nelayan. Sejak tahun 1996, Teluk Buyat digunakan
sebagai daerah penimbunan untuk Mesel Gold Mine, dijalankan oleh PT Newmont Minahasa Raya,
perusahaan cabang Newmont Mining Corporation yang memiliki saham 80%.[3]
Kronologis PT NMR
1985
1986
1992

Berdirinya PTNMR.
Kontrak Karya Ditandatangani.
Studi Kelayakan.

1994
ANDAL, RKL/RPL disetujui.
1995
Konstruksi dimulai
1996
Produksi emas dimulai.
2001
Penambangan berakhir.
2002
Rencana Penutupan Tambang disetujui.
2004
Produksi emas Berakhir dan Penghentian Operasi
2004-2009 Pemantauan Pasca Tambang & Pemeliharaan Reklamasi
SK Menhut RI No: SK. 435/2010 tentang Pengakhiran Perjanjian Pinjam Pakai Kawasan
Juli 2010
Hutan PTNMR
Jan 2011 Penyerahan kembali Area Pinjam Pakai Kawasan Hutan kepada Pemerintah Indonesia.
2016
PT NMR Mengakhiri total kegiatannya setelah 30 tahun

Polusi
Pada pertengahan tahun 2004, tepat ketika tambang akan ditutup, tiba-tiba sekelompok nelayan
setempat memohonkan penyelidikan independen kepada Pemerintah Indonesia atas kadar limbah
tambang Newmont di Teluk Buyat. Nelayan setempat melihat jumlah ikan yang mati mendadak amat
tinggi disertai dengan pembengkakan yang tak biasa, hilangnya ikan bandeng muda dan spesies lain di
wilayah teluk. Mereka juga mengeluhkan masalah kesehatan yang tak biasa seperti penyakit kulit yang
tak dapat dijelaskan, tremor, sakit kepala, dan pembengkakan aneh di leher, betis, pergelangan tangan,
bokong, dan kepala. Penelitian itu menemukan beberapa logam berat seperti arsen, antimon, merkuri,
dan mangan yang tersebar di sana dengan kepadatan tertinggi di sekitar daerah penimbunan.[2]
Pada bulan November 2004, WALHI (LSM lingkungan) bersama dengan beberapa organisasi nirlaba
(Indonesian Mining Advocacy Network, Earth Indonesia, dan Indonesian Center for Environmental
Law) mengumpulkan laporan yang lebih menyeluruh atas keadaan Teluk Buyat, menyimpulkan teluk
itu dicemari oleh arsen dan merkuri dalam kadar yang berbahaya, sehingga berisiko tinggi bagi
masyarakat.[1] Sampel endapan dasar Teluk Buyat menunjukkan kadar arsen setinggi 666 mg/kg
(ratusan kali lebih besar daripada Kriteria Kualitas Perairan Laut ASEAN yang hanya 50 mg/kg) dan
kadar merkuri rata-rata 1000 g/kg (standar yang sama menetapkan 400 g/kg). Dibandingkan dengan
sampel kontrol alami dari tempat yang tak dipengaruhi penimbunan limbah pertambangan, studi itu
juga menyimpulkan bahwa kadar arsen dan merkuri itu tidak alami dan satu-satunya sumber yang
mungkin adalah dari penimbunan limbah pertambangan Newmont. Merkuri dan arsen tertumpuk di
berbagai organisme hidup di Teluk Buyat termasuk ikan yang dimakan setiap hari oleh penduduk
setempat. Kesehatan manusia berada dalam bahaya dan laporan itu merekomendasikan konsumsi ikan
harus dikurangi secara signifikan dan mungkin relokasi penduduk ke daerah lain.
Pada tahun 1994, AMDAL Newmont menegaskan adanya lapisan termoklin pada kedalaman 50
70 meter sebagai penghalang bagi tailing untuk bercampur dan menyebar di Teluk Buyat. WALHI,
pada saat kasus ini terjadi mengatakan tak menemukan lapisan yang dimaksud.[1] Kontroversi ini
kemudian melanjutkan kasus ke pengadilan untuk menemukan pihak mana yang benar dan apakah
kasus terjadi karena ketidakpuasan komunitas pelapor akibat rencana penutupan Newmont yang sudah
disetujui dua tahun sebelumnya.

Perkara
Pada bulan Agustus 2004, Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengajukan tuntutan
perkara sebesar US$133,6 juta terhadap Newmont, mengklaim bahwa tailing dari pertambangan NMR

telah mencemari Teluk Buyat di Sulawesi Utara, menyebabkan penduduk desa di sekitarnya sakit parah
dan kontaminasi ikan setempat. Newmont menyangkal dugaan tersebut dengan menyatakan bahwa
penyakit itu terkait pada higiene yang buruk dan kemiskinan. Pada tanggal 15 November 2005,
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menggugurkan gugatan tersebut karena alasan teknis, mengatakan
pemerintah melanggar masa kontraknya dengan Newmont pada saat mengambil tindakan hukum
sebelum mencari arbitrasi. Aktivis lingkungan meminta gugatan itu dinaikbandingkan, namun pada
tanggal 1 Desember 2005 Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar berkata bahwa
pemerintah berharap mencapai penyelesaian luar pengadilan dengan cabang setempat Newmont.
"Dengan membicarakan penyelesaian, kita berhadap dapat memberikan ganti rugi kepada penduduk
yang tinggal dekat pertambangan dengan cepat," katanya. Tim negosisasi pemerintah dipimpin oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Aburizal Bakrie. Pada tanggal 16 Februari 2006,
pemerintah Indonesia mengumumkan untuk menyelesaikan gugatan perdata sebesar US$30 juta agar
dibayarkan selama 10 tahun berikutnya. Persetujuan itu juga termasuk pemantauan ilmiah dan program
pembangunan masyarakat berkelanjutan untuk Sulawesi Utara. Newmont, dengan nilai pasar US$25
miliar, diharapkan menghasilkan US$5 miliar pada tahun 2006.
Meskipun gugatan perdata digugurkan, masih ada gugatan kriminal terhadap eksekutif tinggi Newmont
di Indonesia, Richard Ness, dengan dakwaan yang sama. Pengadilannya dimulai pada bulan Agustus
2005jika dihukum, Ness menghadapi hukuman 10 tahun penjara. Jaksa menyarankan hukuman
finansial US$110.000 untuk Newmont dan US$55.000 untuk Ness.[4]
Pada tanggal 24 April 2007, Ness dibebaskan dari segala dakwaan terkait dugaan pencemaran di Teluk
Buyat.[5]
Walau demikian, penelitian mengenai Pencemaran di Teluk Buyat tetap berjalan selama enam tahun
dari 2007-2013, dimana hasil akhir mengonfirmasi bahwa PT Newmont Minahasa Raya memang tidak
melakukan pencemaran. Pada hasil penelitian yang dipresentasikan dihadapan semua stakeholders pada
Panel Ilmiah Independen (PII) pada Sabtu, 19 Mei 2013 yang lalu di Manado, Menteri Riset dan
Teknologi pada waktu itu, Gusti Muhammad Hatta menyatakan "Semua makhluk hidup, ikan, dan
juga terumbu karang serta airnya tetap baik dan di bawah baku mutu. Penelitian akan tetap dilanjutkan
hingga 2016 untuk memastikan sepuluh tahun setelah operasi Newmont Minahasa Raya selesai.
Lima Pakar yang menyampaikan hasil penelitian yakni, Prof Dr Irene Umboh DEA (dari Universitas
Negeri Manado), Prof Dr Ineke Rumengan MSc (Universitas Sam Ratulangi Manado), Pro Dr Amin
Subandrio (UI), Prof Dr Mukhtasar Phd dari (ITS) Surabaya, dan dua dari luar negeri yakni Tohmas S
Phd dari (Colorado AS) dan Keith Wiliam Phd dari (Australia). Menurut Prof Ineke Rumengan,
masyarakat bisa makan ikan di Teluk Buyat. Karena tidak ada ikan yang tercemar, karena air memang
bersih dan tidak ada merkuri dan arsen. Hal yang sama juga dikatakan Prof Irene Umboh, yang meneliti
mengenai terumbu karang. Ia mengatakan, terumbu karang tetap bagus bahkan tetap bertambah terus.
[1]

Penggambaran media
Film dokumenter berjudul Bye Bye Buyat dibuat pada tahun 2006 dan memenangkan Festival Film
Indonesia pada tahun itu juga. Newmont Mining Corp. keberatan pada film itu dengan mengatakan film
itu ikut campur pengadilan polusi Ness yang kontroversial.[6] Padahal kasus belum selesai dan dengan
demikian mengindahkan sesuatu perkara yang belum terbukti.

Anda mungkin juga menyukai