Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325310760

DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS ILLEGAL DI ALIRAN SUNGAI BATANGHARI


KABUPATEN DHARMASRAYA SUMATERA BARAT

Article · May 2018

CITATIONS READS

0 877

1 author:

Yayang aulia Nuzul


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yayang aulia Nuzul on 23 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS ILLEGAL DI ALIRAN SUNGAI
BATANGHARI KABUPATEN DHARMASRAYA SUMATERA BARAT

ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
Yayangaulianuzul124@gmail.com /
yayang.aulia.2015@fisipol.umy.ac.id

I. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah salah
satunya adalah bahan galian pertambangan. Pemanfaatan pertambangan di Indonesia sangat
berkontribusi sebagai modal pembangunan dimana pemanfaatannya diatur oleh pemerintah
dalam bentuk peraturanperundang-undangan. Dalam mewujudkan cita-cita bangsa yakni adil
dan makmur maka pemerintah memanfaatkan hasil bumi dalam berbagai sektor salah satunya
pemanfaatan bahan tambang khususya adalah emas, meskipun pertambangan emas
merupakan salah satu penyumbanh devisa terbesar di Indonesia, namun keberadaan kegiatan
pertambangan ini banyak di persoalkan dalam pelaksanaanya. Seringkali negara berada
dalam delimatis antara memanfaatkan secara optimal namun dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan.

Sejarah pertambangan di Indonesiaberawal dari masa kedatangan orang Hindu dan


Cina perantauan ratusan tahun yang lalu. Masyarkat indonesia sendiri lebih memilih
berkebun atau bertani dari pada bertambang karena dianggap beresiko dan bersifat untung-
untungan. Beberapa pengamat pertambangan di Indonesia mencatat pertambangan telah
dimulai diusahakan di Indonesia sejak tahun 700 SM.Pertambangan sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pasca tambang(Juanda, 2011).
Saat ini aktivitas pertambangan emas sangat berkembang dengan cepat, keuntungan
yang diberikanpun sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat, namun aktivitas pertambangan emas juga memberikan dampak yang merugikan
bagi ekosistem yang ada khususnya di daerah pertambangan, terlebih lagi mulai
bermunculnya pertambangan-pertambangan emas ilegal atau tanpa izin. Padahal perizinan
merupakan isntrument bagi pemerintah dalam mengatur pemanfaatan sumber daya alam yang
ada khususnya galian pertambangan, perizinan merupakan control bagi pemerintah untuk
tetap menjaga lingkungan dan sumber daya alam yang ada. Praktik usaha tambang emas
membawa banyak dampak negatif, maka dalam kegiatan ini dirasa perlu diberlakukannya
pengaturan yang mampu mencegah timbulnya kerusakan akibat tambang dan pencemaran
lingkungan di daerah tambang. Salah satu instrument hukum yang dipergunakan oleh
pemerintah adalah perizinan.

Setalah berlakunya uu otonomi daerah maka Negara memberikan hak otonomi kepada
daerah untuk mengurus, mengatur, dan mengelola rumah tangganya sendiri. Dimulai dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan diganti
dengan Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan telah
mengalami perubahan kedua dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah. Yang kemudian diganti kembali menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-Undang Pemda). Pertambangan emas
ilegal juga terjadi di Sumatera Barat. Khususnya di Kabupaten Dharmasraya. Kabupaten
dharmasraya adalah kabupaten yang cukup kaya akan sumberdaya alam, mayoritas
masyarakat menyari nafkah dengan berkebun karet dan sawit, namun 10tahun terakhir mulai
muncul nya pekerjaan mendulang emas dengan alat dumoling, pada dasarnya mendulang
emas memang sudah ada sejak dulu tetapi tidak dijadikan mata pencaharian utama dan hanya
menggunakan alat tradisional yang tidak merusak sungai.

Pertambangan emas di Sungai Batanghari Kabupaten Dharmasraya telah di lindungi


dan diatur dalam PERDA Kabupaten Dharmasraya No 19 Tahun 2007 mengenai Pengelolaan
dan Pengusahaan Pertambangan dan Energi. Semakin banyaknya praktik pertambangan emas
liar membuat Bupati Dharmasraya mengeluarkan sebuah kebijakan guna menertibkan
pertambangan di sumatera barat yaitu Keputusan Bupati Dharmasraya Nomor:
189.1/153/KPTS-BUP/2011 tentang Pembentukan Tim Penertiban Kegiatan Pertambangan
Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Dharmasraya., keputusan ini menuai pro dan kontra di
tengah masyarakat, masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pertambangan emas
tentu menolak keputusan ini, ketika aparat mulai melakukan penertiban terjadi perlawan
besar-besaran dari masyarakat, penolakan ini telah menelan korban jiwa yang membuat
masyarakat semakin murka. Memang tidak mudah menertibkan begitu saja praktik yang telah
berlangsung sejak lama ini. Pemerintah juga harus memikirkan kelangsungan hidup rakyat
ketika praktik ini diberhentikan total.

Lahan terancam rusak dari data BPS di Sumatera Barat

Lokasi/kabupaten Luasan lahan Tambang


terancam rusak
Kenagarian Simpang Tanjung Nan 222 hektar Bijih besi
IV. Solok
Kabupaten Sijunjung 548 hektar Emas
Kabupaten Pasaman Barat 11.000 hektar Emas dan bijih besi
Kabupaten Pesisir Selatan 320 hektar Biji besih
Kabupaten Solok selatan 274 hektar Emas dan Biji besi
Kabupaten Dharmasraya 22.509 hektar Emas dan Biji besi

Menuruit data dari BPS sumbar kabupaten Dharmasraya menjadi kebupaten dengan
tingkat ancaman lahan rusakan tertinggi yang di akibatkan oleh adanya Praktik
pertambangan. Praktik pertambanggan emas secara illegal di sekitar aliran Sungai Batanghari
telah terjadi hampir setiap hari. Pada aliran sungai yang melintasi nagari Siguntur, Kecamatan
Sitiung, pertambanggan dilakukan dengan cara menyedot pasir yang ada kemudian disaring
dan dipisahkan emasnya menggunakan air raksa(sari, 2016).

Penyedotan pasir di aliran sungai dengan cara menggunakan mesin dan air raksa
berdampak pada munculnya cerukan di bagian sungai. sementara daerah bagian lain sungai
ditemukan gundukan material pasir hal ini membuat sungai berubah berwarna coklat keruh.
Padahal, tak jauh dari lokasi pertambangan adalah tempat warga mencuci pakaian dan
mandinya anak-anak kecil setempat. Realitanya praktik penambangan emas liar ini
menyebabkan kerusakan daerah aliran sungai atau (DAS) dan terjadinya pencemaran air
sungai yang semakin parah, air sungai berubah menjadi keruh dan tidak layak untuk
digunakan. Seperti yang telah di paparkan, pertambangan emas ilegal di sepanjang aliran
sungai Batanghari telah berdampak buruk pada lingkungan sekitar, para. Sampai sekarang
pertambangan emas di sepanjang Sungai Batanghari belum semuanya bisa ditertibkan

Dari uraian di atas dirasa perlu adanya kajian mendalm tentang dampak dari kegiatan
pertambangan emas di sepanjang aliran sungai batanghari sumatera barat. Paper ini
dirumuskan dalam judul “Dampak Pertambangan Emas Ilegal Di Aliran Sungai Batanghari
Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat”.

II. TUJUAN PENULISAN

Penulisan paper ini bertujuan untuk memaparkan mengenai dampak dari adanya
pertambangan emas di aliran sungai Batanghari Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat baik
dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial

III. KRITERIA

Dalam paper ini menganalisi permasalahan dengan menggunakan kriteria dalam


sustainable development yakni kriteria lingkungan, ekonomi dan sosial. SD (sustainable
development) menurut Eko priyo purnomo (2007) adalah carapandang dalam meningkatkan
kesejahteraan dengan melakukan pembangunan yang berkelanjutan, berkelanjutan secara
lingkungan, ekonomi dan sosial, dengan melakukan keadilan akses terhadap individu maupun
kelompok secara sama. Dimana SD juga harus menghormati hak generasi mendatang untuk
tetap mendapatkan sumber daya alam, serta melakukan perlindungan terhadap keaneka
ragaman hayati. Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) Konsep
keberlanjutan pertama kali muncul dalam pertemuan United Nationson Human Environment
tetapi baru dideklarasikan sebagai sebuah ide internasional dalam pembangunan oleh World
Commissionon Environmentand Development(WCED) dalam deklarasi Our Common
Future. Pada tahun 1987 Didalam pertemuan ini kemudian mulai dikenal istilah sustainable
development(SD) Dalam kesepakatan forum yang dikeluarkan WCED ini lebih dikenal
sebagai Brundtland Report. Dalam report ini nampak munculnya perdebatan antara global
environmental, ekonomi dan sosial, terutama dalam melihat mana dulu yang lebih utama. SD
menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan United Nations Conferenceon Environmentand
Development(UNCED) diRioDeJaneiro, Brasil pada bulan Juni 1992. Pada pertemuan
internasional UN yang diikuti oleh lebih dari 150 anggota UN dimana banyak delegasi yang
hadir dipimpin oleh kepala negaranya.(Purnomo, 2007)
kriteria lingkungan didefinisikan sebagai elemen dari aktifitas organisasi, produk, dan
jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan. Pada aspek ini mebahas bagaimana suatu
pembangunan dapat memengaruhi lingkungan disekitarnya seperti ekosistem yang ada
(nursadi, 2017)Kriteria ekonomi membahas terkait pengaruh pembangunan terhadap
perekonomian masyarakat setempat, dan yang terakhir adalah kriteria sosial yang membahas
pengaruh suatu pembangunan terhadap keadaan sosial masyarakat.

IV. PEMBAHASAN

Kabupaten Dharmasraya atau ‘Bumi Jati Nan Tigo’adalah salah satu kabupaten di
Sumatera Barat yang memiliki potensi alam yang cukupmelimpah, tidak heran jika kabupaten
Dharmasraya dijuluki “Petro Dollar” nya Sumatera Barat. Sejak memisahkan diri dari
kabupaten Sijunjung tahun 2004 silam, saat ini pertumbuhan ekonomi di Dharmasraya terus
melejit. Menurut data BPS Kabupaten Dharmasraya rata-rata pendapatan perkapita
masyarakat untuk setiap tahunnya perorangan mencapai Rp 12,591,541.90. Angka itu terus
mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 7,96persen. Mata pencaharian
masyarakat Dharmasraya mengandalkan perkebunan, pertanian dan pertambangan. Salah satu
sumber daya alam yang melimpah di Dharmasraya adalah emas yang berada di aliran
sungai.Praktik penambangan emas di Dharmasraya sudah berlangsung sejak masa kerajaan ,
saat itu emas merupakan alat transaksi sah di tengah masyarakat, ditemukan koin emas
berlogo kerajaan Dharmasraya menjadi bukti nyata eksistensi emas kala itu. Pada masa
kerajaan masyarakat menggantung kehidupan ekonomi dari mendulang emas ketika kebun
karet mengalami penurunan produksi getah selama musim panas. Namunseiring berjalannya
waktu masyarakat satu persatu mengubah mata pencahariannya menjadi penambang emas.
Masyarakat mulai berlomba-lomba turun kesungai mendulang emas menggunakan alat
tradisional, dengan perkembangan zaman mulai muncul mesin-mesin logam yang digunakan
untuk mendulang emas yang disebut dumping, padahal jika di teliti lebih jauh penggunaan
dumping untuk mendulang emas dapat merusak ekosistem yang ada dialiran sungai, karena
merkuri yang dihasilkan, terlebih dengan alat ini sungai yang tadinya sumber air masyarakat
setempat perlahan semakin kumuh akibat kerukan yang di lakukan penambang untuk
mendapatkan emas.

Penambangan emas di Dharmasraya pada umumnya dilakukan oleh masyarakat yang


memiliki tanah ulayat di pinggir anak-anak sungai batanghari. Tidak menutup kemungkinan
ada pula yang menyewah tanah ulayat untuk ditambang, kebanyakan dari mereka adalah
pendatang dari Jawa. Para pemilik tanah ulayat yang berada di pinggiran sungai biasanya
mematok harga sewa Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per hektare. Sementara modal yang
dikeluarkan untuk penambangan dengan rakit berkisar Rp 25 juta per unit mesin dumping.
Saat ini kondisi sungai batanghari sangat keruh dengan tingkat membahayakan kesehatan
manusia, tidak ada lagi terlihat bentuk-bentuk kehidupan di dalam sungai, ikan-ikan pun
sudah sangat sulit ditemukan, ekosistem bawah sungai satu persatu punah. Hal ini tidak
terlepas dari kegiatan penambangan yang dilakukan menggunakan logam berat seperti
merkuri. Ada kemungkinan besar ikan-ikan yang dipelihara sepanjang Batanghari terpapar
logam berat, sehingga berbahaya bagi kesehatan. Menurut catatan Walhi Sumbar dalam 5
tahun terakhir praktik penambangan emas yang merusak lingkungan di kawasan sungai
batanghari meningkat tajam. Praktik pertambangan emas yang hanya mengedepankan hasil,
dan mengabaikan kelestarian alam khususnya di daerah aliran sungai menjadi aktivitas rutin
di Dharmasraya.

Menggiurkannya keuntungan yang dihasilkan dari pertambangan emas membuat


masyarakat menjadikan pratik pertambangan sebagai cara untuk meningkatkan taraf hidup.
Sebagian masyarakat Dharmasraya mulai merasa resah dengan praktik pertambangan yang
semakin marak dan merusak sungai batanghari, terlebih ketika musim kemarau tiba
masyarakat akan dibuat kesusahan mencari air bersih untuk mandi dan minum, hal ini
ditanggapi oleh pemerintah dengan mengeluarkan Keputusan Bupati Dharmasraya Nomor:
189.1/153/KPTS-BUP/2011 tentang Pembentukan Tim Penertiban Kegiatan Pertambangan
Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Dharmasraya. Penertiban ini justru malah memicu konflik
besar antara masyarakat khususnya para penambang dengan aparat hingga menelan satu jiwa
ketika penertiban di lakukan. Ketergantungan yang telah lama akan hasil emas dari
pertambangan tidak mudah untuk di berhentikan, mengingat masyarakat banyak yang
menjadikan praktik ini satu-satunya mata pencaharian mereka.

V. ANALISIS
1. Aspek Lingkungan
Kerusakan lingkungan terjadi pada kawasan penambangan emas sungai
Batanghari meningkat seiring dengan semakin intensifnya penambangan emas
dengan penggunaan alat-alat berat. Penambangan emas sudah memasuki lokasi yang
tidak sesuai peruntukannya seperti tanggul sungai, tanggul penahan lahan dan hutan
pinus milik perhutani. Penambangan yang dilakukan kekurangan lahan dan
memperluas lokasi penambangan ke daerah yang dilarang oleh pemerintah seperti
tanggul sungai, tanggul penahan lahar dan kawasan hutan lindung milik perhutani
dan apabila penambangan batu dan pasir ini terus dilakukan maka dampak yang
ditimbulkan sangat membahayakan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
penambangan.
Keberadaan pertambangan emas di sekitar aliran sungai Batanghari sangat
tidak sustainable mengingat alat yang digunakan mengandung merkuri yang mampu
mematikan dan memusnakan habitat bawah sungai. Saat ini kondisi sungai
batanghari sangat jauh dari kata layak, air yang kecoklatan dengan tingkat
membahayakan kesehatan manusia, tidak ada lagi terlihat bentuk-bentuk kehidupan
di dalam sungai, ikan-ikan pun sudah sangat sulitditemukan, ekosistem bawah
sungai satu persatu punah. Ada kemungkinan besar ikan-ikan yang dipelihara
sepanjang Batanghari terpapar logam berat, sehingga berbahaya bagi kesehatan.
Menurut catatan Walhi Sumbar dalam 5 tahun terakhir praktik penambangan emas
yang merusak lingkungan di kawasan sungai batanghari meningkat tajam. Praktik
pertambangan emas yang hanya mengedepankan hasil, dan mengabaikan kelestarian
alam khususnya di daerah aliran sungai menjadi aktivitas rutin di Dharmasraya.

Dalam buku Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL mempresentasekan


frekuensi terjadinya dampak lingkungan dari 66 kegiatan pertambangan(BAPEDAL,
2001):

Jenis dampak Persen kejadian


Pencemaran Air Permukaan 70
Pencemaran Air Tanah 65
Pencemaran Tanah 50
Kesehatan Manusia 35
Kerusakan Flora dan Fauna 25
Pencemaran Udara 20

United Nations Environment Programme (BAPEDAL, 2001)menggolongkan


dampakdampak yang timbul dari kegiatan pertambangan sebagai berikut:

• Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan


• Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan.
• Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
• Stabilisasi site dan rehabilitasi
• Limbah tambang dan pembuangan tailing
• Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
• Emisi Udara , Debu , Perubahan Iklim
• Pelumpuran dan perubahan aliran sungai
• Buangan air limbah dan air asam taminasi
• maparan bahan kimia di tempat an tan kerja

2. Aspek social
Praktik pertambang ternyata mempengaruhi dimamika dan aspek kehidupan
masyarakat di Dharmasraya. Masyarakat yang dulunya mayoritas petani saat ini beralih
sebagai penambang. Kondisi ini menyebabkan terjadi peningkatan perkenomian
masayarakat yang berdampak pada berubahnya gaya hidup yang dulu relatif miskin dan
menjadi kaya sehinga menimbul pola hidup konsumtif. Namun peningkatan ekonomi
masyarakat dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam membeli motor, mobil,
perabotan rumah tangga, merenovasi rumah, serta memiliki kemampuan melanjutkan
pendidikan anak-anak mereka ke Perguruan Tinggi.
Realitras ini mempengaruhi stratifikasi sosial dalam masyarakat. Dahulunya
stratifikasi sosial masyarakat berdasarkan luas kepemilikan lahan, namun mulai
berubah, kehadiran tambang emas di Dharmasraya orang yang menepati strata atas
adalah orang yang memiliki penghasilan besar dari hasil tambang emas. Sedangkan
bagi pekerja di lahan tambang menempati lapisan bawah. Hal ini berubah pasca
penambangan emas, dimana yang menempati strata atas adalah orang-orang yang
memeliki pekerjaan tetap seperti, wiraswata, PNS, pegawai swasta dan insvestor
bekerja sebagai penambang emas

Keberadaan pertambangan emas ilegal di kabupaten Dharmasraya dalam


konflik sosial sangat merugikan. Mulai muncul perebutan hak tanah ulayat di tengah
masyarakat. Tanah ulayat di pinggir sungai yang seharusnya milik bersama malah di
sewakan kepada pemilik modal dari pulau jawa. Banyak pertambangan di sungai
batanghari bukan merupakan milik warga setempat melainkan warga lain yang
menyewah tanah ulayat. Ketika pertambangan sudah selesai maka lokasi
pertambangan di tinggal begitu saja, masyarakat hanya mendapatkan kondisi sungai
yang sudah kumuh. Dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Dharmasraya Nomor:
189.1/153/KPTS-BUP/2011 tentang Pembentukan Tim Penertiban Kegiatan
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) guna mentertibkan pertambangan ilegal justru
mendapat pelawanan keras dari masyarakat. Bahkan ada satu orang masyarakat yang
meninggal ketika penertiban berlangsung yang kemudian membuat konfik antara
masyarakat dengan aparat semakin memanas. Masyarakat sudah telalu bergantung
pada pertambangan emas ilegal, tidak mudah memberhentikannya. Meskipum
mengetahui keberadaan tambang emas merusak lingkunan, masyarakat sudah telalu
bergantung dengan hasil yang menggiurkan dari pertamabngan emas.

3. Aspek ekonomi
Dalam aspek ekonomi keberadaan pertambangan emas di sungai batanghari
mampu mendorong perekonomian masyarakat Dharmasraya. Terlebih lagi ketika
musim kemarau dimana perkebunan dan pertanian tengah surut maka menambang
emas bisa menjadi alternatif lain bagi masyarakat untuk bertahan hidup. Emas yang
ada di bawah tanah kabupaten Dharmasraya sangat menjanjikan tidak heran jika
Kabupaten ini dijuluki petrodollarnya Sumatera Barat. Sejak mekarnya dari kabupaten
induk, perekonomian kabupaten Dharmasraya meningkat setiap tahunnya. Hal ini
tidak terlepas dari telah bebasnya masyarakat mendulang emas sendiri, karena
sebelum pemekaran masyarakat hanya bisa sembunyi-sembunyi melakukan
pendulangan. Namun dewasa ini bukan hanya masyarakat setempat saja yang
melakukan praktik penambangan, tetapi juga masyarakat dari luar pulau sumatera.
Dengan menyewa tanah ulayat pinggir pantai, mereka telah bisa merauk emas-emas
yang ada di bawahnya. Hal ini tentu tidak adil bagi masyarakat lokal karena hanya
mereka nanti yang merasakan dampak dari pertambangan, keuntungannya di ambil
masyarakat dari luar daerah. Tidak hanya itu kebanyakan pekerja yang ada di
pertambangan di bawa dari luar pulau sumatera, bukan memberi peluang bagi
masyarakat lokal.
Maraknya pertambangan emas ilegal tentu juga merugikan pemeritah daerah,
karena tidak adanya pajak yang dikeluarkan untuk daerah.
VI. KESIMPULAN
Dewasa ini aktivitas pertambangan emas sangat berkembang dengan cepat,
keuntungan yang diberikanpun sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat, namun aktivitas pertambangan emas juga memberikan dampak
yang merugikan bagi ekosistem yang ada khususnya di daerah pertambangan, terlebih
lagi mulai bermunculnya pertambangan-pertambangan emas ilegal atau tanpa izin.
Padahal perizinan merupakan isntrument bagi pemerintah dalam mengatur pemanfaatan
sumber daya alam yang ada khususnya galian pertambangan,Pertambangan emas ilegal
juga terjadi di Sumatera Barat. Khususnya di Kabupaten Dharmasraya. Pertambangan
ini dilakukan di aliran sungai Batanghari, dari segi lingkungan keberadaan tambang
emas ini sangat merusak ekosistem di sekitar sungai, mulai punahnya makhluk hidup
yang ada di sungai dan semakin keruhnya air sungai hingga mencapai tingkat bahasa
untuk manusia membuat masyarakat kesusahan mencari air bersi ketika kemarau. Dari
segi ekonomi keberadaan pertambangan ini mampu menaikkan perekonomian sebagian
masyarakat Dharmasraya khususnya yang memiliki tanah ulayat pinggir sungai.namun
keberadaan pertambangan ini justru semakin meningkatkan kesenjangan antara yang
kaya dan yang miskin karena yang di untungkan hanya pemilik modal. Yang terakhir
dari segi sosial keberadaan pertambangan memunculkan konflik berkepanjangan,
adanya perebutan tanah antar keluarga, hingga bentrok dengan aparat kepolisian ketika
adanya penertiban terhadap praktik pertambangan tanpa izin.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral danBatubara.
Surat Keputusan Bupati Dharmasraya Nomor: 189.1/153/KPTS-BUP/2011 tentangPembentukan
Tim Penertiban Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Dharmasraya

Sumber Buku
Abrar. Saleng (2004). Hukum Pertambangan. Yograkarta:UII Pres.
Gatot Supramono.(2012). Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di
Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.

M.R. Karliansyah. (2001). Aspek lingkungan dalam amdal bidang pertambangan.Jakarta:


Pusat Pengembangan Dan Penerapan Amdal Bapedal

Salim HS. (2014).Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta: Sinar Grafika.

Sumber Jurnal & skripsi

L. G. S. Astiti and T. Sugianti (2014).Dampak Penambangan Emas Tradisional pada


Lingkungan dan Pakan Ternak di Pulau Lombok. Lombok: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Juanda.(2016).Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Izin Usaha Industri,
Izin Perluasan Dan Tanda Daftar Industri Dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008
Tentang Usaha Pertambangan. Yogyakarta: UMY

Novita, Sari widya (2016). Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin (Peti)
Di Kabupaten Dharmasraya. Padang: Universitas Andalas.
Nursadi, Rizki Agus.(2017).Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan Dengan
Metode Integrated Environmental Performance Measurement System. Malang:
UMM.

Purnomo, eko priyo. (2007). Menakar Keebijakan Pemerintah Yang Sadar Ekologi.
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sari, widya novita. (2016). Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin
(Peti). Padang: Universitas andalas.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai