net/publication/325310760
CITATIONS READS
0 877
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Yayang aulia Nuzul on 23 May 2018.
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
Yayangaulianuzul124@gmail.com /
yayang.aulia.2015@fisipol.umy.ac.id
I. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah salah
satunya adalah bahan galian pertambangan. Pemanfaatan pertambangan di Indonesia sangat
berkontribusi sebagai modal pembangunan dimana pemanfaatannya diatur oleh pemerintah
dalam bentuk peraturanperundang-undangan. Dalam mewujudkan cita-cita bangsa yakni adil
dan makmur maka pemerintah memanfaatkan hasil bumi dalam berbagai sektor salah satunya
pemanfaatan bahan tambang khususya adalah emas, meskipun pertambangan emas
merupakan salah satu penyumbanh devisa terbesar di Indonesia, namun keberadaan kegiatan
pertambangan ini banyak di persoalkan dalam pelaksanaanya. Seringkali negara berada
dalam delimatis antara memanfaatkan secara optimal namun dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan.
Setalah berlakunya uu otonomi daerah maka Negara memberikan hak otonomi kepada
daerah untuk mengurus, mengatur, dan mengelola rumah tangganya sendiri. Dimulai dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan diganti
dengan Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan telah
mengalami perubahan kedua dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah. Yang kemudian diganti kembali menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-Undang Pemda). Pertambangan emas
ilegal juga terjadi di Sumatera Barat. Khususnya di Kabupaten Dharmasraya. Kabupaten
dharmasraya adalah kabupaten yang cukup kaya akan sumberdaya alam, mayoritas
masyarakat menyari nafkah dengan berkebun karet dan sawit, namun 10tahun terakhir mulai
muncul nya pekerjaan mendulang emas dengan alat dumoling, pada dasarnya mendulang
emas memang sudah ada sejak dulu tetapi tidak dijadikan mata pencaharian utama dan hanya
menggunakan alat tradisional yang tidak merusak sungai.
Menuruit data dari BPS sumbar kabupaten Dharmasraya menjadi kebupaten dengan
tingkat ancaman lahan rusakan tertinggi yang di akibatkan oleh adanya Praktik
pertambangan. Praktik pertambanggan emas secara illegal di sekitar aliran Sungai Batanghari
telah terjadi hampir setiap hari. Pada aliran sungai yang melintasi nagari Siguntur, Kecamatan
Sitiung, pertambanggan dilakukan dengan cara menyedot pasir yang ada kemudian disaring
dan dipisahkan emasnya menggunakan air raksa(sari, 2016).
Penyedotan pasir di aliran sungai dengan cara menggunakan mesin dan air raksa
berdampak pada munculnya cerukan di bagian sungai. sementara daerah bagian lain sungai
ditemukan gundukan material pasir hal ini membuat sungai berubah berwarna coklat keruh.
Padahal, tak jauh dari lokasi pertambangan adalah tempat warga mencuci pakaian dan
mandinya anak-anak kecil setempat. Realitanya praktik penambangan emas liar ini
menyebabkan kerusakan daerah aliran sungai atau (DAS) dan terjadinya pencemaran air
sungai yang semakin parah, air sungai berubah menjadi keruh dan tidak layak untuk
digunakan. Seperti yang telah di paparkan, pertambangan emas ilegal di sepanjang aliran
sungai Batanghari telah berdampak buruk pada lingkungan sekitar, para. Sampai sekarang
pertambangan emas di sepanjang Sungai Batanghari belum semuanya bisa ditertibkan
Dari uraian di atas dirasa perlu adanya kajian mendalm tentang dampak dari kegiatan
pertambangan emas di sepanjang aliran sungai batanghari sumatera barat. Paper ini
dirumuskan dalam judul “Dampak Pertambangan Emas Ilegal Di Aliran Sungai Batanghari
Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat”.
Penulisan paper ini bertujuan untuk memaparkan mengenai dampak dari adanya
pertambangan emas di aliran sungai Batanghari Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat baik
dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial
III. KRITERIA
IV. PEMBAHASAN
Kabupaten Dharmasraya atau ‘Bumi Jati Nan Tigo’adalah salah satu kabupaten di
Sumatera Barat yang memiliki potensi alam yang cukupmelimpah, tidak heran jika kabupaten
Dharmasraya dijuluki “Petro Dollar” nya Sumatera Barat. Sejak memisahkan diri dari
kabupaten Sijunjung tahun 2004 silam, saat ini pertumbuhan ekonomi di Dharmasraya terus
melejit. Menurut data BPS Kabupaten Dharmasraya rata-rata pendapatan perkapita
masyarakat untuk setiap tahunnya perorangan mencapai Rp 12,591,541.90. Angka itu terus
mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 7,96persen. Mata pencaharian
masyarakat Dharmasraya mengandalkan perkebunan, pertanian dan pertambangan. Salah satu
sumber daya alam yang melimpah di Dharmasraya adalah emas yang berada di aliran
sungai.Praktik penambangan emas di Dharmasraya sudah berlangsung sejak masa kerajaan ,
saat itu emas merupakan alat transaksi sah di tengah masyarakat, ditemukan koin emas
berlogo kerajaan Dharmasraya menjadi bukti nyata eksistensi emas kala itu. Pada masa
kerajaan masyarakat menggantung kehidupan ekonomi dari mendulang emas ketika kebun
karet mengalami penurunan produksi getah selama musim panas. Namunseiring berjalannya
waktu masyarakat satu persatu mengubah mata pencahariannya menjadi penambang emas.
Masyarakat mulai berlomba-lomba turun kesungai mendulang emas menggunakan alat
tradisional, dengan perkembangan zaman mulai muncul mesin-mesin logam yang digunakan
untuk mendulang emas yang disebut dumping, padahal jika di teliti lebih jauh penggunaan
dumping untuk mendulang emas dapat merusak ekosistem yang ada dialiran sungai, karena
merkuri yang dihasilkan, terlebih dengan alat ini sungai yang tadinya sumber air masyarakat
setempat perlahan semakin kumuh akibat kerukan yang di lakukan penambang untuk
mendapatkan emas.
V. ANALISIS
1. Aspek Lingkungan
Kerusakan lingkungan terjadi pada kawasan penambangan emas sungai
Batanghari meningkat seiring dengan semakin intensifnya penambangan emas
dengan penggunaan alat-alat berat. Penambangan emas sudah memasuki lokasi yang
tidak sesuai peruntukannya seperti tanggul sungai, tanggul penahan lahan dan hutan
pinus milik perhutani. Penambangan yang dilakukan kekurangan lahan dan
memperluas lokasi penambangan ke daerah yang dilarang oleh pemerintah seperti
tanggul sungai, tanggul penahan lahar dan kawasan hutan lindung milik perhutani
dan apabila penambangan batu dan pasir ini terus dilakukan maka dampak yang
ditimbulkan sangat membahayakan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
penambangan.
Keberadaan pertambangan emas di sekitar aliran sungai Batanghari sangat
tidak sustainable mengingat alat yang digunakan mengandung merkuri yang mampu
mematikan dan memusnakan habitat bawah sungai. Saat ini kondisi sungai
batanghari sangat jauh dari kata layak, air yang kecoklatan dengan tingkat
membahayakan kesehatan manusia, tidak ada lagi terlihat bentuk-bentuk kehidupan
di dalam sungai, ikan-ikan pun sudah sangat sulitditemukan, ekosistem bawah
sungai satu persatu punah. Ada kemungkinan besar ikan-ikan yang dipelihara
sepanjang Batanghari terpapar logam berat, sehingga berbahaya bagi kesehatan.
Menurut catatan Walhi Sumbar dalam 5 tahun terakhir praktik penambangan emas
yang merusak lingkungan di kawasan sungai batanghari meningkat tajam. Praktik
pertambangan emas yang hanya mengedepankan hasil, dan mengabaikan kelestarian
alam khususnya di daerah aliran sungai menjadi aktivitas rutin di Dharmasraya.
2. Aspek social
Praktik pertambang ternyata mempengaruhi dimamika dan aspek kehidupan
masyarakat di Dharmasraya. Masyarakat yang dulunya mayoritas petani saat ini beralih
sebagai penambang. Kondisi ini menyebabkan terjadi peningkatan perkenomian
masayarakat yang berdampak pada berubahnya gaya hidup yang dulu relatif miskin dan
menjadi kaya sehinga menimbul pola hidup konsumtif. Namun peningkatan ekonomi
masyarakat dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam membeli motor, mobil,
perabotan rumah tangga, merenovasi rumah, serta memiliki kemampuan melanjutkan
pendidikan anak-anak mereka ke Perguruan Tinggi.
Realitras ini mempengaruhi stratifikasi sosial dalam masyarakat. Dahulunya
stratifikasi sosial masyarakat berdasarkan luas kepemilikan lahan, namun mulai
berubah, kehadiran tambang emas di Dharmasraya orang yang menepati strata atas
adalah orang yang memiliki penghasilan besar dari hasil tambang emas. Sedangkan
bagi pekerja di lahan tambang menempati lapisan bawah. Hal ini berubah pasca
penambangan emas, dimana yang menempati strata atas adalah orang-orang yang
memeliki pekerjaan tetap seperti, wiraswata, PNS, pegawai swasta dan insvestor
bekerja sebagai penambang emas
3. Aspek ekonomi
Dalam aspek ekonomi keberadaan pertambangan emas di sungai batanghari
mampu mendorong perekonomian masyarakat Dharmasraya. Terlebih lagi ketika
musim kemarau dimana perkebunan dan pertanian tengah surut maka menambang
emas bisa menjadi alternatif lain bagi masyarakat untuk bertahan hidup. Emas yang
ada di bawah tanah kabupaten Dharmasraya sangat menjanjikan tidak heran jika
Kabupaten ini dijuluki petrodollarnya Sumatera Barat. Sejak mekarnya dari kabupaten
induk, perekonomian kabupaten Dharmasraya meningkat setiap tahunnya. Hal ini
tidak terlepas dari telah bebasnya masyarakat mendulang emas sendiri, karena
sebelum pemekaran masyarakat hanya bisa sembunyi-sembunyi melakukan
pendulangan. Namun dewasa ini bukan hanya masyarakat setempat saja yang
melakukan praktik penambangan, tetapi juga masyarakat dari luar pulau sumatera.
Dengan menyewa tanah ulayat pinggir pantai, mereka telah bisa merauk emas-emas
yang ada di bawahnya. Hal ini tentu tidak adil bagi masyarakat lokal karena hanya
mereka nanti yang merasakan dampak dari pertambangan, keuntungannya di ambil
masyarakat dari luar daerah. Tidak hanya itu kebanyakan pekerja yang ada di
pertambangan di bawa dari luar pulau sumatera, bukan memberi peluang bagi
masyarakat lokal.
Maraknya pertambangan emas ilegal tentu juga merugikan pemeritah daerah,
karena tidak adanya pajak yang dikeluarkan untuk daerah.
VI. KESIMPULAN
Dewasa ini aktivitas pertambangan emas sangat berkembang dengan cepat,
keuntungan yang diberikanpun sangat menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat, namun aktivitas pertambangan emas juga memberikan dampak
yang merugikan bagi ekosistem yang ada khususnya di daerah pertambangan, terlebih
lagi mulai bermunculnya pertambangan-pertambangan emas ilegal atau tanpa izin.
Padahal perizinan merupakan isntrument bagi pemerintah dalam mengatur pemanfaatan
sumber daya alam yang ada khususnya galian pertambangan,Pertambangan emas ilegal
juga terjadi di Sumatera Barat. Khususnya di Kabupaten Dharmasraya. Pertambangan
ini dilakukan di aliran sungai Batanghari, dari segi lingkungan keberadaan tambang
emas ini sangat merusak ekosistem di sekitar sungai, mulai punahnya makhluk hidup
yang ada di sungai dan semakin keruhnya air sungai hingga mencapai tingkat bahasa
untuk manusia membuat masyarakat kesusahan mencari air bersi ketika kemarau. Dari
segi ekonomi keberadaan pertambangan ini mampu menaikkan perekonomian sebagian
masyarakat Dharmasraya khususnya yang memiliki tanah ulayat pinggir sungai.namun
keberadaan pertambangan ini justru semakin meningkatkan kesenjangan antara yang
kaya dan yang miskin karena yang di untungkan hanya pemilik modal. Yang terakhir
dari segi sosial keberadaan pertambangan memunculkan konflik berkepanjangan,
adanya perebutan tanah antar keluarga, hingga bentrok dengan aparat kepolisian ketika
adanya penertiban terhadap praktik pertambangan tanpa izin.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abrar. Saleng (2004). Hukum Pertambangan. Yograkarta:UII Pres.
Gatot Supramono.(2012). Hukum Pertambangan Mineral Dan Batu Bara Di
Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.
Salim HS. (2014).Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta: Sinar Grafika.
Juanda.(2016).Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Izin Usaha Industri,
Izin Perluasan Dan Tanda Daftar Industri Dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008
Tentang Usaha Pertambangan. Yogyakarta: UMY
Novita, Sari widya (2016). Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin (Peti)
Di Kabupaten Dharmasraya. Padang: Universitas Andalas.
Nursadi, Rizki Agus.(2017).Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Lingkungan Dengan
Metode Integrated Environmental Performance Measurement System. Malang:
UMM.
Purnomo, eko priyo. (2007). Menakar Keebijakan Pemerintah Yang Sadar Ekologi.
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Sari, widya novita. (2016). Penertiban Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin
(Peti). Padang: Universitas andalas.