TUGAS 4
KONFLIK DESA WADAS PURWOREJO
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 (KELAS V)
1. NI KADEK DIAH YULIANTARI 2211031409 (04)
2. NI PUTU EKA DEVI PURNAMA SARI 2211031450 (09)
3. IDA AYU EKA UPADANI SUWARI 2211031454 (11)
4. NI KADEK ERIN SEVIANI 2211031481 (16)
5. NI MADE AYU WIDYA FEBRYANTI 2211031490 (20)
6. NI NYOMAN WIDIA HANDAYANI 2211031504 (24)
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dinamika Sosial merupakan suatu perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat dari waktu ke waktu yang mana terdapat suatu interaksi yang
mendorong agar dapat terbentuknya sebuah gerak secara keseluruhan terhadap
komponen masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan adanya berbagai
perubahan di dalam masyarakat hal tersebut dapat terjadi baik secara progresif
maupun retrogresif. Konflik sosial ialah proses terjadinya dinamika dalam
kependudukan yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan di dalam kehidupan bermasyarakat. Konflik sosial bisa dalam bentuk
percecokan, saling mencacimaki, dan peperangan.
Contoh konflik sosial yang kami ambil yaitu konflik wadas. Konflik
Wadas adalah konflik yang timbul antara pihak warga Desa Wadas, Kecamatan
Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dan pihak Pemerintah Indonesia,
dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional
Indonesia yang terjadi sejak tahun 2019 hingga saat ini. Konflik ini berlatar
belakang rencana pemerintah dalam membuka penambangan terbuka batuan
andesit yang berada di wilayah desa tersebut untuk dijadikan bahan baku
pembangunan Bendungan Bener yang masih satu kecamatan dengan wilayah
desa ini. Menurut masyarakat setempat, penambangan batu ini akan merusak
lingkungan desa. Sementara, pemerintah berdalih bahwa penambangan batu ini
hanya untuk kebutuhan pembangunan bendungan saja dan akan direklamasi
Kembali Konflik di Wadas erat kaitannya dengan Proyek Strategis Nasional
(PSN) Bendungan Bener yang akan dibangun. Masyarakat Wadas sendiri
tidaklah menolak kehadiran bendungan tersebut, bahkan sebagian
mendukungnya. Namun, permasalahan timbul ketika material yang akan
digunakan untuk membangun bendungan tersebut diambil dari Desa Wadas.
Konflik di desa Wadas bukanlah mengenai konflik penolakan warga Wadas
terhadap pembangunan bendungan, melainkan konflik pengadaan tanah di Desa
Wadas untuk penambangan andesit.Penambangan andesit bertujuan sebagai
bahan material pembangunan Bendungan Bener.
1.3. Tujuan
2. Mengetahui Bagaimana Apa itu konflik wadas?
3. Mengetahui Apa yang melatar belakangi terjadinya konflik desa wadas?
4. Mengetahui Bagaimana kronologi terjadinya konflik wadas?
5. Mengetahui Bagaimana penyelesaian konflik wadas?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konflik wadas
Konflik Wadas adalah konflik yang timbul antara pihak warga Desa Wadas,
Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dan pihak Pemerintah
Indonesia, dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara
Nasional Indonesia yang terjadi sejak tahun 2019 hingga saat ini. Konflik ini
berlatar belakang rencana pemerintah dalam membuka penambangan terbuka
batuan andesit yang berada di wilayah desa tersebut untuk dijadikan bahan baku
pembangunan Bendungan Bener yang masih satu kecamatan dengan wilayah
desa ini. Menurut masyarakat setempat, penambangan batu ini akan merusak
lingkungan desa. Sementara, pemerintah berdalih bahwa penambangan batu ini
hanya untuk kebutuhan pembangunan bendungan saja dan akan direklamasi
Kembali Konflik di Wadas erat kaitannya dengan Proyek Strategis Nasional
(PSN) Bendungan Bener yang akan dibangun. Masyarakat Wadas sendiri
tidaklah menolak kehadiran bendungan tersebut, bahkan sebagian
mendukungnya. Namun, permasalahan timbul ketika material yang akan
digunakan untuk membangun bendungan tersebut diambil dari Desa Wadas.
Konflik di desa Wadas bukanlah mengenai konflik penolakan warga Wadas
terhadap pembangunan bendungan, melainkan konflik pengadaan tanah di Desa
Wadas untuk penambangan andesit.Penambangan andesit bertujuan sebagai
bahan material pembangunan Bendungan Bener. Konflik yang terjadi di Desa
Wadas merupakan konflik agrarian karena menyoal pengadaan tanah. Konflik
Wadas menjadi polemic karena beberapa pihak seperti pemerintah dan
pemangku kepentingan menganggap pengadaan ini sudah sesuai dengan aturan
dan undang-undang yang berlaku. Selain itu, tindakan gegabah pemerintah yang
mengerahkan aparat kepolisian guna merespon aksi protes warga, ditambah
aparat tersebut melakukan aksi represif turut menambah permasalahan.
2
Abipraya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, dan PT
Waskita Karya (Persero) Tbk. Proyek Bendungan Bener ini memerlukan
pasokan batuan andesit sebagai material pembangunan. Oleh pemerintah,
kebutuhan batuan ini diambil dari Desa Wadas. Menurut informasi luas lahan di
Desa Wadas yang akan dikeruk untuk penambangan andesit mencapai 145
hektare. Sebagian warga pun menolak rencana penambangan tersebut. Sebab,
hal itu dikhawatirkan akan merusak 28 titik sumber mata air warga desa.
Rusaknya sumber mata air akan berakibat pada kerusakan lahan pertanian dan
lebih lanjut warga kehilangan mata pencaharian. Penambangan tersebut juga
dikhawatirkan menyebabkan Desa Wadas semakin rawan longsor. Apalagi,
berdasarkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Purworejo 2011-2031, Kecamatan Bener, termasuk di dalamnya Desa Wadas,
merupakan bagian dari kawasan rawan bencana tanah longsor. proyek tambang
di Desa Wadas ini merupakan tambang quarry atau penambangan terbuka
(dikeruk tanpa sisa) yang rencananya berjalan selama 30 bulan. Penambangan
batu itu dilakukan dengan cara dibor, dikeruk, dan diledakkan menggunakan
5.300 ton dinamit atau 5.280.210 kilogram, hingga kedalaman 40 meter.
Tambang quarry batuan andesit di Desa Wadas menargetkan 15,53 juta meter
kubik material batuan andesit untuk pembangunan Bendungan Bener. Jika hal
itu terjadi, menurut Walhi, bentang alam di desa tersebut akan hilang dan
ekosistemnya rusak.
Konflik antara aparat dengan warga Desa Wadas sebenarnya bukan sekali ini
saja terjadi. Terbaru, ratusan aparat mendatangi Desa Wadas pada Selasa
kemarin. Warga setempat mengatakan, ada 250 petugas gabungan TNI, Polri,
dan Satpol PP. Mereka disebut mendampingi pihak pemerintah yang hendak
melakukan pengukuran tanah di desa tersebut. "Mendampingi sekitar 70 petugas
BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan Dinas Pertanian yang melaksanakan
pengukuran dan penghitungan tanaman tumbuh," kata Iqbal Alqudusy Menurut
Direktur LBH Yogyakarta Yogi Zul Fadhli, sejumlah intimidasi dialami warga
Desa Wadas terkait dengan rencana pengukuran tanah. Dia merinci upaya-upaya
intimidasi terhadap warga Desa Wadas yang menolak pengukuran tanah dan
menolak pertambangan andesit. Intimidasi ini diawali sejak Senin 7 pebruari
2022 ribuan aparat kepolisian mencoba kembali memasuki Desa Wadas. Diawali
dengan baris berbaris di Purworejo, mendirikan tenda di Lapangan Kaliboto
yang berlokasi di belakang Polsek Bener. Dimana Malam harinya, terjadi
pemadaman listrik di Desa Wadas. Sementara desa-desa lainnya tetap menyala,
Keesokan harinya, Selasa 8 februari 2022, sekitar pukul 07.00 WIB, salah satu
warga Wadas bersama istrinya yang kebetulan akan ke kota Purworejo
menyempatkan diri melihat kondisi di sekitar Polsek sambil sarapan.Tiba-tiba
mereka didatangi beberapa orang polisi. Kemudian beberapa orang polisi
tersebut membawa warga ini ke Polsek ,Menurut Yogi, sampai saat ini, warga
tersebut masih belum diketahui kabar dan keberadaannya. Di hari yang sama,
sekitar pukul 08.00 WIB, ribuan polisi bersenjata lengkap melakukan apel di
Lapangan Kaliboto. Pukul 09.00 WIB, tim pengukur dari Kantor Pertanahan
Purworejo mulai memasuki desa Wadas. Pukul 09.30 WIB, akses masuk ke
3
Desa Wadas di sekitar polsek yang sudah dipadati polisi. Sekitar pukul 10.00
WIB, beberapa mobil polisi memasuki Wadas dan mencopoti poster-poster yang
berisikan penolakan terhadap penambangan di Desa Wadas. Sekitar pukul 10.48
WIB, ribuan aparat kepolisian berhasil memasuki Desa Wadas menggunakan
motor, mobil, dan jalan kaki,.Pukul 12.00 WIB, aparat kepolisian mengepung
dan menangkap warga yang sedang mujahaddah di masjid. Sedangkan proses
pengukuran yang dilakukan di hutan tetap berjalan.Sekitar pukul 12.24 WIB,
aparat kepolisian mendatangi ibu-ibu yang sedang membuat besek di posko-
posko jaga dan merampas semua barang mereka.LBH dan warga menuntut
pemerintah menghentikan pengukuran tanah di Desa Wadas. Mereka punya
dasar pertimbangan kuat demi kelangsungan lingkungan hidup. Warga Wadas
yang sejak awal konsisten untuk menjaga kelestarian alam dan menolak
pertambangan batuan andesit di Desa Wadas, menuntut kepada Gubernur Jawa
Tengah dan Kapolda Jawa Tengah untuk menghentikan pengukuran tanah dan
rencana pertambangan di Desa Wadas, Konflik di desa Wadas sudah sampai ke
telinga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Menurutnya, konflik ini
sebenarnya tidak perlu terjadi. Pemerintah sudah mencoba melakukan
pendekatan ke masyarakat dengan melibatkan Komnas HAM. Agar lebih netral.
Namun pertemuan yang digagas Komnas HAM tidak dihadiri warga yang
menolak pertambangan.
Penyelesaian konflik desa wadas ini adalah dengan cara warga setempat
melakukan pembahasan lahan Bersama dengan Gubernur Ganjar Pranowo, yaitu
dimana Komnas HAM diminta Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk
menengahi persoalan desa Wadas. Karena itu Komnas HAM berupaya menjadi
mediator dengan menggelar dialog. Pertemuan digelar 20 Januari 2022. Selain
mengundang pihak pro dan kontra, juga mengundang Polda Jateng, DPRD
Purowrejo, BBWS dan BPN. Namun pihak warga yang menolak pertambangan,
tidak hadir dalam pertemuan, ternyata warga menolak kedatangan mereka.
Warga meminta dialog langsung dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Komnas HAM menyampaikan permintaan warga pada Ganjar. Berdasar data
yang dikantongi Komnas HAM, dari 617 warga Wadas yang tanahnya akan
dijadikan lokasi penambangan, 346 warga sudah menyetujui. Dari informasi
yang kami dapatkan, pengukuran akan dilakukan pada lahan warga yang sudah
setuju. Maka kami menyayangkan terjadi kasus seperti ini sampai ada
penangkapan sehingga komnas HAM tidak melihat adanya pelanggaran hukum
dalam rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas Purworejo. Sebab
warga kontra sudah melayangkan gugatan hukum hingga tingkat kasasi.
Hasilnya gugatan tersebut ditolak. Warga yang menolak memang sempat
mengajukan upaya hukum, mereka menggugat ke PTUN dan ditolak hakim.
Warga juga melayangkan gugatan sampai tingkat kasasi dan juga ditolak.
Artinya, karena PTUN dan kasasi sudah ditolak, berarti tidak ada proses yang
dilanggar.
4
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konflik sosial ialah proses terjadinya dinamika dalam kependudukan yang
terjadi akibat ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan di dalam kehidupan
bermasyarakat. Contoh konflik social yaitu konflik wadas. Konflik Wadas
adalah konflik yang timbul antara pihak warga Desa Wadas, Kecamatan Bener,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dan pihak Pemerintah Indonesia, dalam hal
ini Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia yang
terjadi sejak tahun 2019 hingga saat ini. Konflik ini berlatar belakang rencana
pemerintah dalam membuka penambangan terbuka batuan andesit yang berada
di wilayah desa tersebut untuk dijadikan bahan baku pembangunan Bendungan
Bener yang masih satu kecamatan dengan wilayah desa ini. Menurut
masyarakat setempat, penambangan batu ini akan merusak lingkungan desa.
Sementara, pemerintah berdalih bahwa penambangan batu ini hanya untuk
kebutuhan pembangunan bendungan saja dan akan direklamasi. Masyarakat
Wadas sendiri tidaklah menolak kehadiran bendungan tersebut, bahkan
sebagian mendukungnya. Namun, permasalahan timbul ketika material yang
akan digunakan untuk membangun bendungan tersebut diambil dari Desa
Wadas. Konflik di desa Wadas bukanlah mengenai konflik penolakan warga
Wadas terhadap pembangunan bendungan, melainkan konflik pengadaan tanah
di Desa Wadas untuk penambangan andesit.Penambangan andesit bertujuan
sebagai bahan material pembangunan Bendungan Bener. Penyelesaian konflik
desa wadas ini adalah dengan cara warga setempat melakukan pembahasan
lahan Bersama dengan Gubernur Ganjar Pranowo, yaitu dimana Komnas HAM
diminta Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk menengahi persoalan desa
Wadas. Karena itu Komnas HAM berupaya menjadi mediator dengan
menggelar dialog. Pertemuan digelar 20 Januari 2022. Selain mengundang
pihak pro dan kontra, juga mengundang Polda Jateng, DPRD Purowrejo,
BBWS dan BPN.
3.2. Saran
Dari topik yang sudah dibahas, penulis berharap materi yang telah disusun ini
bermanfaat bagi pembaca. Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna atau masih banyak ada yang kurang. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam makalah ini agar dapat
lebih baik kedepannya. Penulis menginginkan agar pembaca dapat memahami
materi ini dan dapat menambah wawasan.
5
6