Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No.

2, April 2021

RESISTENSI MASYARAKAT ADAT DALAM PEMBANGUNAN


WADUK LAMBO DI DESA RENDUBUTOWE KECAMATAN
AESESA SELATAN KABUPATEN NAGEKEO1

Jacob Wadu, Primus Lake2 dan Claudia Pita3

PENDAHULUAN (bupati/walikota) (Hutagalung, 2005:153).


Ketentuan tentang pengadaan tanah untuk
Pemerintah dalam rangka meningkatkan pembangunan diatur dalam Keputusan Presiden
taraf hidup masyarakat petani, berupaya Nomor 55 tahun 1993 tentang Pengadaan
melaksanakan pembangunan di bidang Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
pengairan melalui penyediaan sarana air baku. Kepentingan Umum yang diperbaharui dengan
Penyediaan air baku ini, antara lain melalui Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006
pengembangan sumber air buatan berupa tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
bendungan atau waduk. Waduk merupakan Nomor 63 tahun 2005 tentang Pengadaan
bendungan yang sengaja dibuat oleh manusia Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
dengan maksud untuk menampung air yang Kepentingan Umum.
nantinya dimanfaatkan bagi pemenuhan Pembangunan waduk di Provinsi Nusa
kebutuhan hidup manusia. Waduk ini memiliki Tenggara Timur (NTT) ini merupakan salah satu
banyak manfaat bagi masyarakat itu sendiri program Nawacita Presiden Jokowi
yaitu (1) penyediaan air baku, (2) air irigasi dilaksanakan sejumlah daerah di tanah air.
persawahan, (3) budidaya ikan air tawar, dan Proyek-proyek pembangunan yang
(4) pembangkit listrik tenaga air ( PLTA). Untuk dilaksanakan pemerintah tak terkecuali
pembagunan waduk tersebut, membutuhkan pembangunan waduk, kadangkala menimbulkan
tanah sebagai lahan pembangunan waduknya. reaksi masyarakat dalam bentuk penolakan.
Akan tetapi, tanah-tanah ini umumnya milik Beberapa hasil penelitian tentang penolakan
masyarakat, sehingga pemerintah harus masyarakat dengan kebijakan pembangunan
melakukan pembebasan. yaitu : (1) kasus pembebasan tanah untuk
Pembebasan tanah untuk pembangunan pembangunan Bendungan Raknamo di Desa
harus dilakukan dengan cara musyawarah yang Am Abi Oefeto Kabupaten Kupang. Kasus ini
setara antara pemilik tanah dan pihak terkait dengan ganti untung pembebasan tanah
pembebas (pemerintah), pengawasan dalam yang memicu perlawanan rakyat dalam bentuk
pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah konflik sosial (Ofe : 2017). (2) perlawanan
masyarakat tentang rencana pembangunan
1
Artikel ini merupakan hasil penelitian ketiga Penulis di Desa Rendubutowe Kecamatan
Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo
2
Penulis pertama dan kedua adalah Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Undana
3
Penulis ketiga adalah mahasiswa semester IX Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
Undana

156
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan

Bendungan Nipah di Kabupaten Sampang Mbay, (b) menyediakan air bagi irigasi pertanian,
Madura. Kasus ini terkait dengan penolakan dan (c) Pembangkit Listrik Tenaga Air.
masyarakat untuk pembebasan dan pengukuran Akan tetapi, masyarakat Rendubutowe
tanah untuk lahan pembangunan waduk Nipah sebagai lokasi rencana pembangunan waduk
(Nurhajarini, dkk : 2005). Kasus-kasus di atas, Lambo menolak pembangunan tersebut di lahan
merupakan contoh-contoh prototipe dari pertanian milik mereka. Masyarakat menilai
masalah ketidaksepahaman antara pemeritah bahwa dibalik kehendak baik pemerintah,
dengan masyarakat mengenai pembebasan namun akan mengakibatkan (a) adanya
lahan bagi pembangunan umumnya dan khusus memarjinalisasi yang dapat mengancam tatanan
infrastruktur waduk. sosial budaya serta keberlangsungan hidup
Pembebasan lahan yang dilakukan mereka. (b) sebagai upaya perampasan ruang
pemerintah tak jarang justru menimbulkan hidup, karena pembangunan mega proyek
ketidakpuasan bagi masyarakat akibat infastruktur waduk ini akan menenggelamkan
hilangnya sumber-sumber pendapatan dan ruang lahan produktif dan perkampungan mereka.
hidup warga. Adanya ketidakpuasan warga Timbulnya perlawanan masyarakat terkait
inilah yang kemudian menjadi pemicu timbulnya dengan pembangunan Waduk Lambo karena
resistensi masyarakat terhadap suatu kebijakan tanah atau lahan yang digunakan dalam
pembangunan. pembangunan bendungan tersebut berstatus
Demikian pula dengan rencana tanah ulayat yang kepemilikannya secara
pembangunan Waduk Lambo di Kabupaten komunal oleh 3 suku yang berada di Desa
Nagekeo. Rencana pembangunan ini telah Rendubutowe yaitu Suku Isa, Suku Gaja, dan
dimulai tahun 2001-2003 dari masa pemerintah Suku Redu.
Kabupaten Ngada. Rencana pembangunan Bentuk-bentuk penolakan masyarakat
Waduk lambo tahun 2015 ini merupakan Adat Lambo terhadap rencana pembangunan
kelanjutan dari rencana pembangunan tahun Waduk Lambo (a) melakukan aksi demostrasi
2001 yang terhenti, karena penolakan di Kantor DPRD Nagekeo pada tanggal 28
masyarakat pada waktu itu. Rencana Oktober 2016, (b) menghadang tim survei dari
pembangunan waduk tahun 2001 tersebut Pemerintah Kabupaten Nagekeo untuk tidak
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan melakukan survei, dan (c) aksi buka dada yang
wilayah di dataran Mbay sebagai salah satu dilakukan oleh ibu-ibu dalam menghadang tim
Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) di survei. Bentuk perlawanan ini dilakukan secara
Indonesia. kolektif oleh masyarakat Desa Rendubutowe.
Luas areal calon genangan air Waduk Selain itu masyarakat juga mengirim surat
Lambo waktu itu diperkirakan mencapai penolakan pembangunan Waduk Lambo
431,92 ha. Pembangunan Waduk Lambo kepada Gubernur NTT, Kementerian PU, dan
diusulkan kembali oleh Pemerintah Daerah Presiden Republik Indonesia. Tujuannya agar
Kabupaten Nagekeo kepada Pemerintah Pusat Pemda Nagekeo segera menghentikan
pada tanggal 23 Juni 2015. Pengusulan pembangunan Waduk Lambo di Desa
pembangunan waduk ini bertujuan untuk (a) Rendubutowe.
memenuhi kebutuhan air baku di sebagian Meskipun diprotes dan ditolak oleh
Kecamatan Aesea Selatan dan Perkotaan masyarakat, pemerintah Kabupaten Nagekeo
tetap berupaya untuk melanjutkan rencana

157
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021

pembangunan ini dengan harapan bahwa sikap TINJAUAN PUSTAKA


protes dalam bentuk penolakan tersebut akan
berubah melalui negosiasi dan sosialisasi. Pembangunan sebagai sebuah perubahan
Harapan pemerintah bisa meredam protes dan yang berencana dari suatu keadaan menuju
penolakan masyarakat melalui negosiasi dan suatu kondisi yang lebih baik, dalam realitasnya
persuasi namun tidak terwujud, terbukti ketika tidak langssung diterima begitu saja oleh
setiap tahapan implementasi rencana masyarakat sasaran (target group). Sebab
pembangunan Waduk Lambo tidak dapat menurut Siagian (1983 ; 72-77) bahwa dalam
terealisasi karena direspon dengan aksi suatu masyarakat terutama di negara
perlawanan. Usaha penolakan masyarakat terus berkembang pada dasarnya terdiri atas tiga
dilakukan untuk menggagalkan mega proyek ini. golongan besar yaitu : golongan tradisionalis,
Walaupun dalam perjalanannya harus golongan modernis dan golongan ambivalents.
berhadapan dengan tindakan represif-koersif. Golongan tradisionalis ini mempunyai
Namun hal itu membuat perlawanan masyarakat kecenderungan menolak setiap yang diintrodusir
semakin masif, akibatnya mampu membuat di dalam masyarakat dan mereka lebih senang
mandeknya seluruh tahapan rencana untuk mempertahankan status quo di dalam
pembangunan Waduk Lambo. masyarakat tersebut. Golongan modernis
Untuk itu penelitian ini dimaksudkan merupakan kelompok developmentalis yang
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai pendidikan tinggi, mempunyai
menyebabkan adanya resistensi masyarakat pandangan luas, berorientasi ke masa depan,
Adat Lambo terhadap pembangunan Waduk memelopori dan memperkenalkan norma-
Lambo di Desa Rendubutowe Kec. Aesesa norma sosial yang baru, dan mereka bekerja
Selatan Kab. Nagekeo atas dasar adaptasi dan bukan adopsi.
Sedangkan golongan ambivalents merupakan
RUMUSAN MASALAH golongan yang sangat berbahaya bagi suatu
masyarakat, bagaimanapun tingkat
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembangunan dan modernitas yang dicapai.
rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: Golongan ini mempunyai jumlah yang lebih
Mengapa terjadinya resistensi masyarakat besar dari kedua golongan lainnya. Kelompok
terhadap pembangunan Waduk Lambo di Desa ini mempunyai ciri-cirinya berorientasi masa
Rendubutowe Kecamatan Aesesa Selatan sekarang, tidak mau memelopori perubahan di
Kabupaten Nagekeo ? dalam masyarakat, dan mereka mempunyai sifat
yang mudah berubah-ubah.
TUJUAN PENELITIAN Dalam proses pembangunan akan terjadi
Unutk pertarungan antara ketiga golongan ini, maka
mendeskripsikan penyebab terjadinya resistensi yang menang adalah golongan tradisionalis yang
masyarakat terhadap pelaksanan pembangunan akan menang, maka golongan ambivalent ini
Waduk Lambo di Desa Rendubutowe Kec. tidak sukar berubah menjadi golongan
Aesesa Selatan Kab. Nagekeo. tradisionalis yang mempertahankan kedudukan,
status, jabatan dan kekayaannya dalam
masyarakat.

158
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan

Kedua golongan ini mempunyai (marga) atau biasa disebut ruh suku. Suku-suku
kecenderungan untuk menolak perubahan atau yang memiliki Woe adalah suku Redu dengan
pembangunan karena dianggap upaya untuk sebutan Woe Ebutuza, Woe Ebudapa, Woe
mengganggu kedudukan dan status mereka Ebuwedho, Woe Nakanato, Woe Aupoma
yang sudah mapan. Para meze, Woe Nanggatenggi, Woe Dhiri
Ke’o, sedangkan Suku Isa terdiri dari Isa dan
METODE PENELITIAN Dhere, dan suku Gaja terdiri atas Woe Ana
Wata, Woe Dala Mere, Woe Naka Ghubu,
Pendekatan yang digunakan dalam dan Woe Tude. Di dalam Woe (marga) ada juga
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian yang disebut dengan Ulu Manu (kepala
ini dilaksanakan di Desa Rendubutowe keluarga). Sebagian besar mata pencaharian
Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo masyarakat adat dari berbagai suku-suku ini
Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini berfokus pada adalah bertani atau berladang.
analisis munculnya resistensi masyarakat Adat Pembangunan Waduk Lambo
Lambo di Desa Rendubutowe Kecamatan direncanakan seluas 431,92 ha yang mencakup
Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo dan respon wilayah Desa Labolewa, Desa Ulupulu dan
pemerintah daerah terhadap tuntutan masyarakat Desa Rendubutowe. Calon genangan air
yang menolak pembangunan Waduk Lambo di diperkirakan mencapai 309,428 ha. Wilayah
Desa Rendubutowe. yang direncanakan untuk membangun waduk
Informan dalam penelitian ini adalah berada di Desa Rendubutowe khususnya di
Kepala Bagian Pemerintahan, Ketua DPR, Dusun Malapoma.
Kadis PUPR, Kepala kantor BPN, Camat Konflik awal pembangunan waduk
Aesesa Selatan, Kades Rendubutowe, Ketua Lambo dimulai ketika tim survei melakukan
dan 4 anggota FPPWL (forum penolakan pengukuran di daerah hulu Aesesa sepanjang
pembangunan waduk lambo), dan 3 orang sungai Lowese pada tahun 2001. Masyarakat
masyarakat Desa Rendubutowe. Teknik setempat yang mengaku tidak mendapatkan
penentuan informan dalam penelitian ini adalah informasi terkait rencana pembangunan
teknik purposive sampling. tersebut, sehingga mereka melakukan aksi
Jenis dan sumber data yang digunakan penolakan dengan memblokir akses menuju ke
dalam penelitian ini adalah data primer dan titik lokasi pengukuran. Menurut ketua Forum
sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan Penolakan Pembangunan Waduk Lambo
datanya adalah observasi, wawancara dan (FPWL), penolakan ini didasarkan atas
dokumentasi. Teknik analisis data yang kekecewaan masyarakat yang tidak
digunakan adalah deskriptif-kualitatif. memperoleh informasi secara jelas terkait
rencana pembangunan waduk tersebut.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL Pemerintah Kabupaten Nagda
PENELITIAN melakukan pemaparan hasil kajian Analisis
Dampak Lingkungan (AMDAL) yang difasilitasi
1. Deskripsi Wilayah Sengketa Waduk oleh Universitas Nusa Cendana pada tahun
Lambo 2002. Dalam sosialisasi hasil kajian ini
Masyarakat adat Rendubutowe terdiri melibatkan 5 orang dari masing-masing desa
atas 3 (tiga) suku besar yaitu suku Redu, suku terdampak. Dalam kegiatan sosialisasi ini,
Isa, dan suku Gaja. Setiap suku memiliki Woe
159
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021

perwakilan yang hadir tetap menyatakan sikap 2. Faktor-faktor Penyeban Resistensi


menolak dan menawarkan alternatif lain yaitu Masyarakat Adat Terhadap Pembangunan
pembangunan small dam di 3 (tiga) titik yakni Wadu Lambo
kampung Neta Wulu di desa Rendubutowe, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kampung Kelitabu di desa Ulupulu Dan dilakukan, maka dapat diindentifikasi beberapa
Kampung Tiwu Ndora di desa Labolewa faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi
(Helenarius, 2018:46). Akan tetapi lokasi baru masyarakat adat Rendubutowe dalam
yang ditawarkan masyarakat setelah disurvei pembangunan waduk Lambo tersebut yaitu :
oleh pemerintah daerah ternyata tidak a. Kurangnya sosialisasi kepada
memenuhi syarat, sehingga tidak dilakukan masyarakat di lokasi rencana
proses selanjutnya. pembangunan
Setelah mengalami penolakan secara Setiap kegiatan pembangunan
masif pada tahun 2002, kemudian Pemerintah termasuk pembangunan waduk yang akan
Kabupaten Nagekeo kembali mengusulkan dilaksanakan perlu adanya sosialisasi
rencana pembangunan bendungan Lambo pada berulang-ulang kepada masyarakat, agar
tahun 2015 dengan lokasi yang sama dengan mereka dapat memahami maksud dan
sebelumnya. Sebagai tindak lanjutnya tujuan serta manfaat dari pembangunan
Pemerintah Kabupaten Nagekeo melaksanakan tersebut. Dalam sosialisasi tersebut perlu
pertemuan awal dengan seluruh Camat, kepala dijelaskan kepada masyarakat mengenai
desa, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh hak-hak masyarakat, seperti ganti untung
pemuda, dan tokoh agama di kantor Bupati atas lahan milik yang dibebaskan, berbagai
Nagekeo pada tanggal 23 Juni 2015. tanaman yang di atas lahan terebut, rumah-
Selanjutnya pada tanggal 19 Maret 2016, rumah masyarakat yang akan digusur,
pemerintah daerah bersama tim melakukan bagaimana dengan masyarakat yang harus
sosialisasi kepada kepala desa dan masyarakat direlokasi, tempat-tempat ritual adat, dan
terkait rencana pembangunan di desa kuburan-kuburan nenek moyang mereka.
Rendubutowe. Sosialisasi ini diwarnai dengan Kesemuanya ini belum pernah
aksi penghadangan yang dilakukan oleh dijelaskan secara baik oleh pemerintah
kelompok masyarakat adat di depan Kantor daerah kepada masyarakat tentang hak-
Desa. Dalam aksinya, kelompok masyarakat haknya, sehingga muncul penolakan
adat menuntut Bupati untuk menyampaikan terhadap rencana pembangunan waduk
kepada Gubernur dan Presiden untuk tetap tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan
tidak melaksanakan pembangunan ini. bahwa sosialisasi yang dilakukan
Kelompok masyarakat adat merasa martabat pemerintah daerah Kabupaten Nagekeo
mereka sebagai masyarakat adat yang memiliki kepada masyarakat di desa-desa yang
hak atas tanah di wilayah calon genangan waduk diperkirakan terdampak dari kegiatan
dilecehkan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pembangunan ini hanya sekali saja. Karena
daerah sebenarnya telah berulang kali itu pemerintah Desa Rendubutowe dan
melakukan pendekatan dan sosialisasi dengan masyarakatnya sebagai wilayah calon
masyarakat Desa Rendubutowe namun lokasi pembangunan merasa tidak pernah
masyarakat tetap bersikap menolak mendapat informasi yang lengkap dan detail
pembangunan tersebut. tentang rencana pembangunan waduk ini,

160
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan

kecuali hanya surat pemberitahuan bahwa Dengan demikian, maka adanya


akan dilakukan pengukuran lahan untuk resistensi masyarakat adat terhadap
pembangunan waduk Lambo oleh pembanguna Waduk Lambo, karena
pemerintah daerah Kabupaten Nagekeo kurangnya informasi yang diberikan
dan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara. pemerintah daerah Nagekeo kepada
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang diperkirakan terkena
Jene Sakeke Wea selaku Camat Aesesa dampak pembangunan tersebut. Hal-hal
Selatan 18 Agustus 2020 sebagai berikut: yang perlu dijelaskan pemerintah daerah
Pokok persoalan paling mendasar kepada masyarakat adat Rendubutowe
dalam pembangunan adalah soal adalah yang berkaitan dengan hak-hak
pendekatan dan komunikasi yang harus mereka seperti ganti untung atas lahan
dilakukan oleh pihak pemerintah. Terkait mereka, bagaimana masyarakat yang
dengan rencana pembangunan Waduk terdampak direlokasi, tempat-tempat ritual
Lambo itu hanya berpusat pada sosialisasi adat dan kuburan-kuburan nenek moyang
dalam forum formal dan cenderung kurang yang harus dipindahkan, tetapi semuannya
menghasilkan komunikasi yang efektif. Jika ini tidak pernah dijelaskan secara baik oleh
pemerintah dari awal rencana pembangunan pemerintah daerah kepada masyarakat.
menerapkan pendekatan budaya atau Hal-hal ini belum pernah dijelaskan dengan
mempertimbangkan unsur lokal, mungkin lengkap dan detail oleh pemerintah Daerah
permasalahan ini tidak akan berakhir Nagekeo kepada masyarakat Desa
dengan konflik yang berkepanjangan. Rendubutowe sebagai lokasi rencana
Hasil wawancara dengan Kepala pembangunan waduk tersebut.
Bagian Pemerintahan Ibu Mariana Dua b. Pendekatan kepada masyarakat yang
selaku Pemerintahan Daerah Kabupaten kurang tepat
Nagekeo menunjukkan bahaw : Sosialisasi saja ternyata tidak cukup
Pemerintah mau melibatkan masyarakat bagi masyarakat supaya dapat memahami
hanya persoalan utama yang tadi, yaitu tentang manfaat dari pembangunan tersebut
faktor informasi yang sudah lebih dulu yang dan berbagai hal yang berkaitan dengan
masuk kepada masyarakat yang kesannya hak-hak mereka seperti ganti untung,
bahwa masyarakat itu banyak ruginya relokasi masyarakat yang terkena dampak
darpadanya manfaatnya, sehingga telah pembangunan waduk Lambo. Akan tetapi
terjadi mis komunikasi. Pemerintah juga perlu pendekatan khusus atau
berusaha membangun komunikasi tetapi pendekatan budaya. Dalam pembangunan
masyarakat tolak, membangun komunikasi waduk Lambo ini sejak awal masyarakat
saja masyarakat tolak, itu kan lucu dan di lokasi rencana pembangunan waduk ini
bagaimana mau melibatkan mereka. Dan tidak dilibatkan secara aktif oleh pemerintah
kalau komunikasi bisa dibangun dengan daerah baik Pemerintah Daerah Ngada
baik pasti pemerintah akan melibatkan pada tahun 2001 yang lalu maupun
masyarakat. (Wawancara, Ibu Mariana pemerintah Daerah Nagekeo tahun 2015.
Dua tanggal 15 Agustus 2020). Hal ini menimbulkan ketersinggungan
masyarakat adat, sebab di lokasi ini
terdapat kuburan-kuburan nenek moyang

161
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021

dari suku-suku yang mendiami lokasi ini. mendekatkan pada orang yang salah
Selain itu, juga terdapat tempat ritual adat sehingga terjadi situasi kondisi dilapangan
yang dikeramatkan oleh suku-suku atau yang kurang kondusif.
masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian
Untuk mendukung analisis ini, Tim menunjukkan bahwa resistensi masyarakat
Penulis menyajikan hasil wawancara adat terhadap pembangunan waduk
Dominikus B. Insantuan selaku Kepala Lambo karena tidak adanya pendekatan
Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten yang bersifat budaya yang dilakukan
Nagekeo tanggal 18 Agustus 2020 bahwa : pemerintah Daerah Nagekeo terhadap
Di awal perencanaan pembangunan masyarakat adat.
Waduk Lambo memang pemerintah tidak c. Hilangnya tempat tinggal sebagai basis
melibatkan masyarakat setempat, karena kultural
pada waktu itu dari tim survei datang Rencana Pembangunan Waduk
langsung ke tempat lokasi pembangunan Lambo akan menenggelamkan seluruh
tanpa ada pendekatan dengan masyarakat wilayah Dusun Malopama di Desa
setempat. Dan berbagai gelombang Rendubutowe. Oleh karena itu, 71 kepala
penolakan pada periode awal perencanaan keluarga akan kehilangan tempat tinggal,
memang didasarkan atas kekecewaan sehingga harus direlokasi dan 47 buah
masyarakat yang merasa keberadaan pemukiman warga akan tenggelam.
mereka tidak dihargai. Dan sosialisasi yang Kemudian, juga akan kehilangan lahan
dilakukan saat itu sangat formal dan tidak produktif (sawah dan kebun); serta
mempertimbangkan kultur setempat. Bukan tanaman umur panjang seperti jambu
pemerintah sebenarnya tapi aparat mente, kemiri dan sebagaimya. Demikian
pemerintah pada saat itu menempuh juga dengan sarana dan prasarana umum
pendekatan yang keliru sedangkan (gereja/kapela, SD, SLTP, Posyandu,
masyarakat juga ingin keberadaan mereka Polindes). Perkuburan nenek moyang dari
diakui. Suku Redu 10 (sepuluh) buah perkuburan,
Menurut wawancara dengan Bernard Suku Gaja 8 (delapan) buah perkuburan
Fansiena Selaku Kepala Dinas Pekerjaan dan Suku Isa 5 (lima) buah perkuburan.
Umum dan Perumahan Rakyat Kab. Menurut pandangan masyarakat Desa
Nagekeo tanggal 19 Agustus 2020 sebagai Rendubutowe dampak utama dari rencana
berikut: pembangunan Waduk Lambo adalah akan
Hal yang pertama itu soal pendekatan hilangnya tempat tinggal sebagai basis
dan sosialisasi. Mungkin itu yang menjadi kultural dan warisan leluhur membuat
dasar karena kemarin itu dengan situasi masyarakat menolak pembangunan waduk
politik jadi banyak kepentingan masuk dan tersebut. Melihat dampak negatif tersebut
juga sosialisasi kepada masyarakat yang maka masyarakat adat menawarkan 2
tidak sedetail mungkin sehingga ada (dua) lokasi alternatif sebagai penggantinya
kesalahpahaman antara masyarakat yang kepada pemerintah yaitu Malawaka dan
tolak dan masyarakat yang menerima karen Lowopebhu. Akan tetapi setelah disurvei
masalah sosialisasi dan cara pendekatan pemerintah daerah dikedua lokasi tersebut
kita yang sedikit keliru. Kita salah tidak memenuhi sayarat, sehingga

162
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan

pemerintah menolak memindahkan lokasi d. Hilangnya lahan produktif


pembangunan waduk tersebut. Pembangunan Waduk Lambo
Hal ini didukung dengan hasil membutuhkan lahan yang sangat luas
wawancara dengan Yeremias Lele Selaku 431,92 ha, sehingga otomatis banyak lahan
Bapak Kepala Desa Rendubutowe , masyarakat yang hilang atau beralih fungsi.
tanggal 10 Agustus 2020 sebagai berikut: Banyaknya lahan masyarakat yang beralih
Sebagai pemerintah artinya secara fungsi menjadi area genangan waduk
umum sebagai aparat pemerintah desa Lambo tanpa ada kejelasan mengenai ganti
menurut saya dengan adanya pembangunan untung lahan-lahan milik masyarakat seperti
waduk ini kemungkinan terbesar sawah, kebun yang selama ini sumber
masyarakat akan kehilangan tempat tinggal, penghidupan masyarakat setempat.
basis kultural dan juga warisan leluhur jika Lahan-lahan ini merupakan bagian
dipindahkan kelingkungan baru, sekarang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
tinggal saja bagaimana pemerintah buat masyarakat setempat sebagai petani.
pendekatan-pendekatan secara langsung karena sawah dan kebun merupakan lahan
dengan masyarakat agar permasalahan yang digunakan para petani untuk
tidak berlarut-larut dan juga pembangunan menopang kehidupan mereka secara turun-
ini terlaksana. temurun. Masyarakat Desa Rendubutowe
Demikian juga sesuai hasil wawancara sebagian besar adalah petani. Oleh karena
dengan Bernadinus Gaso sebagai Ketua itu, apabila lahan produktif mereka
Forum Penolakan Pembangunan Waduk dijadikan area genangan waduk Lambo,
Lambo tanggal 11 Agustus 2020 sebagai otomatis akan mata pencaharian. Sementara
berikut: di sisi lain, pemerintah daerah belum
Jika kita dipindahkan ke lingkungan menjelaskan mengenai pergantian lahan-
baru dan berada dikawasan orang lain lahan produktif masyarakat yang
maka semua warisan leluhur seperti direncanakan menjadi area genangan
kebasan-kebiasaan melakukan upacara waduk Lambo. Demikian juga masyarakat
dan ritual pada tempat atau rumah adat kami yang kena dampak pembangunan tersebut
akan hilang. Karena kami harus tidak ada kejelasan di mana mereka
beradaptasi dengan lingkungan baru dan direlokasi oleh pemerintah daerah.
bisa saja kami akan mempelajari adat dan Hasil wawancara dengan Kepala
budaya orang lain karena kami sudah Bagian Pemerintahan Ibu Mariana Dua
berada dikawasan orang lain. selaku Pemerintahan Daerah Kabuapten
Berdasarkan hasil penelitian di atas Nagekeo tanggal, 15 Agustus 2020)
menunjukkan bahwa masyarakat adat di mengemukakan bahwa :
Desa Rendubutowe menolak Ya kalau direlokasi di sekitar waduk
pembangunan Waduk Lambo, karena akan belum tentu masyarakat akan beralih mata
memisahkan mereka dari tempat tinggal pencaharian seperti sawah dan perkebunan
(rumah) yang telah mereka diami secara mereka, kehidupan sebelumnya tidak
turun-temurun. terlalu banyak berubah, tapi mungkin
tempatnya saja yang baru. Tapi soal tentang
lahan produktif dan lain sebagainya tentu

163
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021

tidak. Dan kalau memang masyarakat mau rencana pembangunan Waduk Lambo.
dipindahkan ke tempat yang baru pasti Sosialisasi tentang rencana pembangunan
pemerintah akan siapkan. waduk hanya dilakukan sekali saja,
Sedangkan menurut Ketua DPRD sehingga masyarakat tidak pernah
Kab. Nagekeo Bapak Marselinus F. Ajo mendapatkan informasi yang jelas tentang
Bupu yang diwawancarai tanggal 15 hak-haknya sebagai konsekuensi dari
Agustus 2020 mengemukakan bahwa : pembebasan lahan untuk pembangunan
Lahan produktif merupakan tempat tersebut.
dimana mereka mengolah dan b. Pendekatan kepada masyarakat yang
mendapatkan hasil demi untuk memenuhi kurang tepat.
kebutuhan sehari-hari mereka, jika kita Dalam rangka pembangunan waduk
memaksa mereka untuk pindah dan itu bisa Lambo Pemerintah Daerah Nagekeo
membuat mereka trauma akan hampir tidak ada pendekatan secara
meninggalkan segala sesuatu yang mereka budaya kepada masyarakat Rendubutowe,
punya dan berpikir pasti akan lebih kecuali hanya berupa surat pemberitahuan
menderita kalau berada di lingkungan baru untuk pengukuran lahan bagi pembangunan
karena akan memulai hidup dari nol. waduk Lambo. Karena itu masyarakat
Berdasarkan analisis hasil penelitian di merasa tidak mendapat penghargaan
atas menunjukkan bahwa sebenarnya terhadap eksistensi mereka sebagai orang-
pemerintah Daerah Nagekeo sampai saat orang yang secara turun-menurun
dimulai kegiatan pengukuran lahan yang mendiami wilayah ini.
menjadi area pembangunan Waduk Lambo c. Hilangnya tempat tinggal sebagai basis
belum mempunyai konsep yang jelas kultural
tentang pergantian untung lahan-lahan Sebagai dampak dari rencana
masyarakat, relokasi masyarakatnya, pembangunan waduk Lambo, masyarakat
bagaimana cara memindahkan tempat- adat Lambo akan kehilangan tempat tinggal
tempat ritual masyarakat adat, dan (rumah), tempat-tempat ritual adat, dan
kuburan-kuburan nenek moyang kuburan-kuburan nenek moyangnya.
masyarakat adat Lambo. Tempat tinggal (rumah) merupakan satu
kesatuan yang terpisahkan dengan diri
PENUTUP mereka sendiri.
d. Hilangnya lahan produktif.
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang Konsekuensi lain dari rencana
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat pembangunan Waduk Lambo masyarakat
disimpulkan bahwa terdapat 4 faktor yang adat Randubutowe akan kehilangan lahan
menjadi penyebab adanya resistensi masyarakat produktif seperti sawah, lading, kebun dan
adat dalam pembanguna Waduk Lambo yaitu : tanaman-tanaman produktif seperti jambu
a. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mente, kelapa, yang selama ini sebagai
adat di Desa Rendubutowe sebagai lokasi sumber penghidupan mereka sebagai
petani.

164
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan

DAFTAR RUJUKAN
Alisjahbana. 2005. Sisi Gelap Perkembangan Kota. Yogyakarta: Laskbang Pressindo.
Gidion, Ofe D. 2017. Pembebasan Tanah dan Konflik Sosial (Studi Kasus Tentang Kebijakan
Pembangunan Bendungan Raknamo). Kupang. Universitas Nusa Cendana.
Hamin, Ferdi dan Michael Ndoy. 2003. “Pengorbanan Orang Miskin di Hulu Untuk Kemakmuran
Masyarakat Industri di Hilir” dalam Menguak Rahasia Dibalik Merabeknya Konfik-Konflik
Agraria di Flores dan Timor. VeCo Indonesia dan KPA, Denpasar.
Hidayat A. Rizal. 2007. Gerakan Sosial Sebagai Agen Perubahan Sosial, Jurnal Forum Ilmiah
Indonesia, Vol 4 No 1.
Hutagalung, Aries S. 2005. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah. Cetak 1. Lembaga
Pemberdayaan Hukum Indonesia. Jakarta.
Coleman S, James. 2011. Dasar-Dasar Teori Sosial. Bandung: Nusa Media.
Jayamartono, Mulyono. 1991. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat Dalam Pembangunan.
Samarang: IKIP Samarang Press.
Lexy J, Maleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Makmur. 2010. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Jakarta: Reflika Aditama.
Marzali, Amri. 2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Pranada Media.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: UIP.
Nurhajariri, Dwi Ratna, dkk. 2005. Kerusuhan Sosial di Madura Kasus Waduk Nipah dan Ladang
Garam. Yogyakarta: Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan.
T. Notohadiprawiro. 2000. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
R. Gandakoesoemah. 1981. Irigasi 1. Bandung: Sumur Bandung.
Scott, James. 2000. Senjata Orang-orang Kalah; Bentuk-bentuk Resistensi Sehari-hari Kaum
Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Singh, Rajerndra. 2001. Social Movements, Old and New: a Post-Modemist critique. New Delhi/
Thousand Oaks/Lodon: Sage Publiccations.
Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiolagi Edisi Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suriadi, A. 2005. Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infastruktur Pedesaan. Jurnal.
Jakarta: Universitas Indonesia, FISIP, Program Pasca Sarjana, Program Studi Sosiologi.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkat Keunggulan Bersaing. Jakarta: Andi.

165
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021

T. Notohadiprawiro. 2000. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


Usmana, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Zuraidah. 2013. “Perlawanan Perempuan Mesir Terhadap Dominasi Laki-laki Dalam Novel Lail Wa
Qudhbihi Karya Najib Al-kailanni” (http://etd.repasitori.ugm.ac.id/index.Php/Wacanan/article/
viewfile/3638/2893 )

Dokumen
Bendungan Raksasa dan Perampasan Ruang Hidup Rakyat (http://referensi.Elsam.or.id./2015/
06/bendungan-raksasa-dan-perampasan-ruang-hidup-rakyat/) diakses 5 Maret 2020.
Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1982. Pertanahan Dalam Era Pembangunan
Indonesia.
Empat Bendungan Dilelang Pada Maret 2018, Kompas, 17 Febuari 2018.
Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan Pasal 1 Ayat 2.
Proyek Strategi Nasional Sektor Bendungan (Bendungan Mbay)http://kppip.go.id/ proyek-strategi-
nasional/sektor-bendungan/bendungan-mbay/, diakses 5 Maret 2020.
Surat Keputusan Gubernur NTT No.186/KEP/HK/2019 Tentang PembentukanTim Persiapan
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bendungan di NTT.

Perundangan-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Skripsi/Tesis:
Strategi Perlawanan Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan Waduk Lambo Di Desa
Rendubutowe Kabupaten Nagekeo. Oleh Helenerius Ajo Leda, Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa (APMD) Yogyakarta. 2018.
Studi Tentang Dinamika Perlawanan PLP-KP Dalam Merespon Relasi Korparasi Swasta Dan Negara
Dalam Proyek Privatisasi “Pasir Besi Kulon Progo di Desa Garongan Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo. Oleh Sovya Mardiningrum, Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.
2010.
Proses dan Dinamika Gerakan Rakyat: Studi Tentang Gerakan Rakyat Sosial Masyarakat Adat Atoni
Meto Dalam Menutup Pertambangan Marmer Di Desa Netpala Kabupaten Timur Tengah
Selatan Nusa Tenggara Timur. Oleh Kristinawati Titik, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
2017.

166

Anda mungkin juga menyukai