Resistensi Masyarakat Adat Dalam Pembangunan Waduk Di Desa Rendubutow Kecamatan Asesa Selatan Kabupaten Nagekeo
Resistensi Masyarakat Adat Dalam Pembangunan Waduk Di Desa Rendubutow Kecamatan Asesa Selatan Kabupaten Nagekeo
2, April 2021
156
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan
Bendungan Nipah di Kabupaten Sampang Mbay, (b) menyediakan air bagi irigasi pertanian,
Madura. Kasus ini terkait dengan penolakan dan (c) Pembangkit Listrik Tenaga Air.
masyarakat untuk pembebasan dan pengukuran Akan tetapi, masyarakat Rendubutowe
tanah untuk lahan pembangunan waduk Nipah sebagai lokasi rencana pembangunan waduk
(Nurhajarini, dkk : 2005). Kasus-kasus di atas, Lambo menolak pembangunan tersebut di lahan
merupakan contoh-contoh prototipe dari pertanian milik mereka. Masyarakat menilai
masalah ketidaksepahaman antara pemeritah bahwa dibalik kehendak baik pemerintah,
dengan masyarakat mengenai pembebasan namun akan mengakibatkan (a) adanya
lahan bagi pembangunan umumnya dan khusus memarjinalisasi yang dapat mengancam tatanan
infrastruktur waduk. sosial budaya serta keberlangsungan hidup
Pembebasan lahan yang dilakukan mereka. (b) sebagai upaya perampasan ruang
pemerintah tak jarang justru menimbulkan hidup, karena pembangunan mega proyek
ketidakpuasan bagi masyarakat akibat infastruktur waduk ini akan menenggelamkan
hilangnya sumber-sumber pendapatan dan ruang lahan produktif dan perkampungan mereka.
hidup warga. Adanya ketidakpuasan warga Timbulnya perlawanan masyarakat terkait
inilah yang kemudian menjadi pemicu timbulnya dengan pembangunan Waduk Lambo karena
resistensi masyarakat terhadap suatu kebijakan tanah atau lahan yang digunakan dalam
pembangunan. pembangunan bendungan tersebut berstatus
Demikian pula dengan rencana tanah ulayat yang kepemilikannya secara
pembangunan Waduk Lambo di Kabupaten komunal oleh 3 suku yang berada di Desa
Nagekeo. Rencana pembangunan ini telah Rendubutowe yaitu Suku Isa, Suku Gaja, dan
dimulai tahun 2001-2003 dari masa pemerintah Suku Redu.
Kabupaten Ngada. Rencana pembangunan Bentuk-bentuk penolakan masyarakat
Waduk lambo tahun 2015 ini merupakan Adat Lambo terhadap rencana pembangunan
kelanjutan dari rencana pembangunan tahun Waduk Lambo (a) melakukan aksi demostrasi
2001 yang terhenti, karena penolakan di Kantor DPRD Nagekeo pada tanggal 28
masyarakat pada waktu itu. Rencana Oktober 2016, (b) menghadang tim survei dari
pembangunan waduk tahun 2001 tersebut Pemerintah Kabupaten Nagekeo untuk tidak
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan melakukan survei, dan (c) aksi buka dada yang
wilayah di dataran Mbay sebagai salah satu dilakukan oleh ibu-ibu dalam menghadang tim
Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) di survei. Bentuk perlawanan ini dilakukan secara
Indonesia. kolektif oleh masyarakat Desa Rendubutowe.
Luas areal calon genangan air Waduk Selain itu masyarakat juga mengirim surat
Lambo waktu itu diperkirakan mencapai penolakan pembangunan Waduk Lambo
431,92 ha. Pembangunan Waduk Lambo kepada Gubernur NTT, Kementerian PU, dan
diusulkan kembali oleh Pemerintah Daerah Presiden Republik Indonesia. Tujuannya agar
Kabupaten Nagekeo kepada Pemerintah Pusat Pemda Nagekeo segera menghentikan
pada tanggal 23 Juni 2015. Pengusulan pembangunan Waduk Lambo di Desa
pembangunan waduk ini bertujuan untuk (a) Rendubutowe.
memenuhi kebutuhan air baku di sebagian Meskipun diprotes dan ditolak oleh
Kecamatan Aesea Selatan dan Perkotaan masyarakat, pemerintah Kabupaten Nagekeo
tetap berupaya untuk melanjutkan rencana
157
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021
158
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan
Kedua golongan ini mempunyai (marga) atau biasa disebut ruh suku. Suku-suku
kecenderungan untuk menolak perubahan atau yang memiliki Woe adalah suku Redu dengan
pembangunan karena dianggap upaya untuk sebutan Woe Ebutuza, Woe Ebudapa, Woe
mengganggu kedudukan dan status mereka Ebuwedho, Woe Nakanato, Woe Aupoma
yang sudah mapan. Para meze, Woe Nanggatenggi, Woe Dhiri
Ke’o, sedangkan Suku Isa terdiri dari Isa dan
METODE PENELITIAN Dhere, dan suku Gaja terdiri atas Woe Ana
Wata, Woe Dala Mere, Woe Naka Ghubu,
Pendekatan yang digunakan dalam dan Woe Tude. Di dalam Woe (marga) ada juga
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian yang disebut dengan Ulu Manu (kepala
ini dilaksanakan di Desa Rendubutowe keluarga). Sebagian besar mata pencaharian
Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo masyarakat adat dari berbagai suku-suku ini
Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini berfokus pada adalah bertani atau berladang.
analisis munculnya resistensi masyarakat Adat Pembangunan Waduk Lambo
Lambo di Desa Rendubutowe Kecamatan direncanakan seluas 431,92 ha yang mencakup
Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo dan respon wilayah Desa Labolewa, Desa Ulupulu dan
pemerintah daerah terhadap tuntutan masyarakat Desa Rendubutowe. Calon genangan air
yang menolak pembangunan Waduk Lambo di diperkirakan mencapai 309,428 ha. Wilayah
Desa Rendubutowe. yang direncanakan untuk membangun waduk
Informan dalam penelitian ini adalah berada di Desa Rendubutowe khususnya di
Kepala Bagian Pemerintahan, Ketua DPR, Dusun Malapoma.
Kadis PUPR, Kepala kantor BPN, Camat Konflik awal pembangunan waduk
Aesesa Selatan, Kades Rendubutowe, Ketua Lambo dimulai ketika tim survei melakukan
dan 4 anggota FPPWL (forum penolakan pengukuran di daerah hulu Aesesa sepanjang
pembangunan waduk lambo), dan 3 orang sungai Lowese pada tahun 2001. Masyarakat
masyarakat Desa Rendubutowe. Teknik setempat yang mengaku tidak mendapatkan
penentuan informan dalam penelitian ini adalah informasi terkait rencana pembangunan
teknik purposive sampling. tersebut, sehingga mereka melakukan aksi
Jenis dan sumber data yang digunakan penolakan dengan memblokir akses menuju ke
dalam penelitian ini adalah data primer dan titik lokasi pengukuran. Menurut ketua Forum
sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan Penolakan Pembangunan Waduk Lambo
datanya adalah observasi, wawancara dan (FPWL), penolakan ini didasarkan atas
dokumentasi. Teknik analisis data yang kekecewaan masyarakat yang tidak
digunakan adalah deskriptif-kualitatif. memperoleh informasi secara jelas terkait
rencana pembangunan waduk tersebut.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL Pemerintah Kabupaten Nagda
PENELITIAN melakukan pemaparan hasil kajian Analisis
Dampak Lingkungan (AMDAL) yang difasilitasi
1. Deskripsi Wilayah Sengketa Waduk oleh Universitas Nusa Cendana pada tahun
Lambo 2002. Dalam sosialisasi hasil kajian ini
Masyarakat adat Rendubutowe terdiri melibatkan 5 orang dari masing-masing desa
atas 3 (tiga) suku besar yaitu suku Redu, suku terdampak. Dalam kegiatan sosialisasi ini,
Isa, dan suku Gaja. Setiap suku memiliki Woe
159
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021
160
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan
161
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021
dari suku-suku yang mendiami lokasi ini. mendekatkan pada orang yang salah
Selain itu, juga terdapat tempat ritual adat sehingga terjadi situasi kondisi dilapangan
yang dikeramatkan oleh suku-suku atau yang kurang kondusif.
masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian
Untuk mendukung analisis ini, Tim menunjukkan bahwa resistensi masyarakat
Penulis menyajikan hasil wawancara adat terhadap pembangunan waduk
Dominikus B. Insantuan selaku Kepala Lambo karena tidak adanya pendekatan
Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten yang bersifat budaya yang dilakukan
Nagekeo tanggal 18 Agustus 2020 bahwa : pemerintah Daerah Nagekeo terhadap
Di awal perencanaan pembangunan masyarakat adat.
Waduk Lambo memang pemerintah tidak c. Hilangnya tempat tinggal sebagai basis
melibatkan masyarakat setempat, karena kultural
pada waktu itu dari tim survei datang Rencana Pembangunan Waduk
langsung ke tempat lokasi pembangunan Lambo akan menenggelamkan seluruh
tanpa ada pendekatan dengan masyarakat wilayah Dusun Malopama di Desa
setempat. Dan berbagai gelombang Rendubutowe. Oleh karena itu, 71 kepala
penolakan pada periode awal perencanaan keluarga akan kehilangan tempat tinggal,
memang didasarkan atas kekecewaan sehingga harus direlokasi dan 47 buah
masyarakat yang merasa keberadaan pemukiman warga akan tenggelam.
mereka tidak dihargai. Dan sosialisasi yang Kemudian, juga akan kehilangan lahan
dilakukan saat itu sangat formal dan tidak produktif (sawah dan kebun); serta
mempertimbangkan kultur setempat. Bukan tanaman umur panjang seperti jambu
pemerintah sebenarnya tapi aparat mente, kemiri dan sebagaimya. Demikian
pemerintah pada saat itu menempuh juga dengan sarana dan prasarana umum
pendekatan yang keliru sedangkan (gereja/kapela, SD, SLTP, Posyandu,
masyarakat juga ingin keberadaan mereka Polindes). Perkuburan nenek moyang dari
diakui. Suku Redu 10 (sepuluh) buah perkuburan,
Menurut wawancara dengan Bernard Suku Gaja 8 (delapan) buah perkuburan
Fansiena Selaku Kepala Dinas Pekerjaan dan Suku Isa 5 (lima) buah perkuburan.
Umum dan Perumahan Rakyat Kab. Menurut pandangan masyarakat Desa
Nagekeo tanggal 19 Agustus 2020 sebagai Rendubutowe dampak utama dari rencana
berikut: pembangunan Waduk Lambo adalah akan
Hal yang pertama itu soal pendekatan hilangnya tempat tinggal sebagai basis
dan sosialisasi. Mungkin itu yang menjadi kultural dan warisan leluhur membuat
dasar karena kemarin itu dengan situasi masyarakat menolak pembangunan waduk
politik jadi banyak kepentingan masuk dan tersebut. Melihat dampak negatif tersebut
juga sosialisasi kepada masyarakat yang maka masyarakat adat menawarkan 2
tidak sedetail mungkin sehingga ada (dua) lokasi alternatif sebagai penggantinya
kesalahpahaman antara masyarakat yang kepada pemerintah yaitu Malawaka dan
tolak dan masyarakat yang menerima karen Lowopebhu. Akan tetapi setelah disurvei
masalah sosialisasi dan cara pendekatan pemerintah daerah dikedua lokasi tersebut
kita yang sedikit keliru. Kita salah tidak memenuhi sayarat, sehingga
162
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan
163
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021
tidak. Dan kalau memang masyarakat mau rencana pembangunan Waduk Lambo.
dipindahkan ke tempat yang baru pasti Sosialisasi tentang rencana pembangunan
pemerintah akan siapkan. waduk hanya dilakukan sekali saja,
Sedangkan menurut Ketua DPRD sehingga masyarakat tidak pernah
Kab. Nagekeo Bapak Marselinus F. Ajo mendapatkan informasi yang jelas tentang
Bupu yang diwawancarai tanggal 15 hak-haknya sebagai konsekuensi dari
Agustus 2020 mengemukakan bahwa : pembebasan lahan untuk pembangunan
Lahan produktif merupakan tempat tersebut.
dimana mereka mengolah dan b. Pendekatan kepada masyarakat yang
mendapatkan hasil demi untuk memenuhi kurang tepat.
kebutuhan sehari-hari mereka, jika kita Dalam rangka pembangunan waduk
memaksa mereka untuk pindah dan itu bisa Lambo Pemerintah Daerah Nagekeo
membuat mereka trauma akan hampir tidak ada pendekatan secara
meninggalkan segala sesuatu yang mereka budaya kepada masyarakat Rendubutowe,
punya dan berpikir pasti akan lebih kecuali hanya berupa surat pemberitahuan
menderita kalau berada di lingkungan baru untuk pengukuran lahan bagi pembangunan
karena akan memulai hidup dari nol. waduk Lambo. Karena itu masyarakat
Berdasarkan analisis hasil penelitian di merasa tidak mendapat penghargaan
atas menunjukkan bahwa sebenarnya terhadap eksistensi mereka sebagai orang-
pemerintah Daerah Nagekeo sampai saat orang yang secara turun-menurun
dimulai kegiatan pengukuran lahan yang mendiami wilayah ini.
menjadi area pembangunan Waduk Lambo c. Hilangnya tempat tinggal sebagai basis
belum mempunyai konsep yang jelas kultural
tentang pergantian untung lahan-lahan Sebagai dampak dari rencana
masyarakat, relokasi masyarakatnya, pembangunan waduk Lambo, masyarakat
bagaimana cara memindahkan tempat- adat Lambo akan kehilangan tempat tinggal
tempat ritual masyarakat adat, dan (rumah), tempat-tempat ritual adat, dan
kuburan-kuburan nenek moyang kuburan-kuburan nenek moyangnya.
masyarakat adat Lambo. Tempat tinggal (rumah) merupakan satu
kesatuan yang terpisahkan dengan diri
PENUTUP mereka sendiri.
d. Hilangnya lahan produktif.
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang Konsekuensi lain dari rencana
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat pembangunan Waduk Lambo masyarakat
disimpulkan bahwa terdapat 4 faktor yang adat Randubutowe akan kehilangan lahan
menjadi penyebab adanya resistensi masyarakat produktif seperti sawah, lading, kebun dan
adat dalam pembanguna Waduk Lambo yaitu : tanaman-tanaman produktif seperti jambu
a. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mente, kelapa, yang selama ini sebagai
adat di Desa Rendubutowe sebagai lokasi sumber penghidupan mereka sebagai
petani.
164
Jacob Wadu, Primus Lake dan Claudia Pita: Resistensi masyarakat adat dalam pembangunan
DAFTAR RUJUKAN
Alisjahbana. 2005. Sisi Gelap Perkembangan Kota. Yogyakarta: Laskbang Pressindo.
Gidion, Ofe D. 2017. Pembebasan Tanah dan Konflik Sosial (Studi Kasus Tentang Kebijakan
Pembangunan Bendungan Raknamo). Kupang. Universitas Nusa Cendana.
Hamin, Ferdi dan Michael Ndoy. 2003. “Pengorbanan Orang Miskin di Hulu Untuk Kemakmuran
Masyarakat Industri di Hilir” dalam Menguak Rahasia Dibalik Merabeknya Konfik-Konflik
Agraria di Flores dan Timor. VeCo Indonesia dan KPA, Denpasar.
Hidayat A. Rizal. 2007. Gerakan Sosial Sebagai Agen Perubahan Sosial, Jurnal Forum Ilmiah
Indonesia, Vol 4 No 1.
Hutagalung, Aries S. 2005. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah. Cetak 1. Lembaga
Pemberdayaan Hukum Indonesia. Jakarta.
Coleman S, James. 2011. Dasar-Dasar Teori Sosial. Bandung: Nusa Media.
Jayamartono, Mulyono. 1991. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat Dalam Pembangunan.
Samarang: IKIP Samarang Press.
Lexy J, Maleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Makmur. 2010. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Jakarta: Reflika Aditama.
Marzali, Amri. 2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Pranada Media.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta: UIP.
Nurhajariri, Dwi Ratna, dkk. 2005. Kerusuhan Sosial di Madura Kasus Waduk Nipah dan Ladang
Garam. Yogyakarta: Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan.
T. Notohadiprawiro. 2000. Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
R. Gandakoesoemah. 1981. Irigasi 1. Bandung: Sumur Bandung.
Scott, James. 2000. Senjata Orang-orang Kalah; Bentuk-bentuk Resistensi Sehari-hari Kaum
Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Singh, Rajerndra. 2001. Social Movements, Old and New: a Post-Modemist critique. New Delhi/
Thousand Oaks/Lodon: Sage Publiccations.
Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiolagi Edisi Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suriadi, A. 2005. Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infastruktur Pedesaan. Jurnal.
Jakarta: Universitas Indonesia, FISIP, Program Pasca Sarjana, Program Studi Sosiologi.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkat Keunggulan Bersaing. Jakarta: Andi.
165
Jurnal Administrasi Publik, Volume 16. No. 2, April 2021
Dokumen
Bendungan Raksasa dan Perampasan Ruang Hidup Rakyat (http://referensi.Elsam.or.id./2015/
06/bendungan-raksasa-dan-perampasan-ruang-hidup-rakyat/) diakses 5 Maret 2020.
Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1982. Pertanahan Dalam Era Pembangunan
Indonesia.
Empat Bendungan Dilelang Pada Maret 2018, Kompas, 17 Febuari 2018.
Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan Pasal 1 Ayat 2.
Proyek Strategi Nasional Sektor Bendungan (Bendungan Mbay)http://kppip.go.id/ proyek-strategi-
nasional/sektor-bendungan/bendungan-mbay/, diakses 5 Maret 2020.
Surat Keputusan Gubernur NTT No.186/KEP/HK/2019 Tentang PembentukanTim Persiapan
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bendungan di NTT.
Perundangan-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Skripsi/Tesis:
Strategi Perlawanan Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan Waduk Lambo Di Desa
Rendubutowe Kabupaten Nagekeo. Oleh Helenerius Ajo Leda, Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa (APMD) Yogyakarta. 2018.
Studi Tentang Dinamika Perlawanan PLP-KP Dalam Merespon Relasi Korparasi Swasta Dan Negara
Dalam Proyek Privatisasi “Pasir Besi Kulon Progo di Desa Garongan Kecamatan Panjatan
Kabupaten Kulon Progo. Oleh Sovya Mardiningrum, Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.
2010.
Proses dan Dinamika Gerakan Rakyat: Studi Tentang Gerakan Rakyat Sosial Masyarakat Adat Atoni
Meto Dalam Menutup Pertambangan Marmer Di Desa Netpala Kabupaten Timur Tengah
Selatan Nusa Tenggara Timur. Oleh Kristinawati Titik, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
2017.
166