Anda di halaman 1dari 33

STUDIO PERENCANAAN DESA 2021

DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun laporan Studio Perencanaan Desa 2021 yang
membahas terkait Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Ucapan terima
kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Dr. tech. Christia Meidiana, ST., M.Eng. selaku dosen
pembimbing kami selama menjalankan Studio Perencanaan Desa 2021 di Desa Patokpicis.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teaching assistant yang turut membantu kami
dalam penyusunan laporan Studio Perencanaan Desa ini.
Laporan ini disusun guna memenuhi Tugas kami dalam Studio Perencanaan Desa.
Kami berharap dengan dilakukannya penyusunan laporan ini, kami dapat memberikan banyak
manfaat, wawasan, dan pengetahuan, bukan hanya untuk diri kami sendiri, melainkan untuk
seluruh pihak yang membaca laporan ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Studio Perencanaan Desa
2021 ini masih terdapat banyak kekurangan yang tidak kami sengaja, baik dari materi maupun
sistematika penulisan dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik dan
saran dari Bapak/Ibu dosen maupun para pembaca lainnya agar kami terus dapat belajar dari
kesalahan sehingga kedepannya kami dapat melakukan penyusunan laporan yang lebih baik.

Malang, 8 September 2021

Penyusun
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

I. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa merupakan kelompok masyarakat yang tercatat secara hukum dan memiliki
batas wilayah dimana masyarakat tersebut memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa yang memiliki arti bahwa pemerintahan desa memiliki kewenangan
untuk mengatur wilayahnya sendiri dengan tujuan mensejahterakan masyarakat desa dapat
melalui pemberdayaan masyarakatnya. Dalam hal ini dibutuhkan adanya penggalian potensi
yang dimiliki desa dan pemanfaatan yang maksimal oleh masyarakat desa sendiri sebagai
modal untuk peningkatan kesejahteraan desa (Endah, 2020).
Potensi ialah kemampuan yang memungkinkan untuk ditingkatkan layaknya
kekuatan, kesanggupan, dan daya yang mampu dikembangkan lebih besar (Endah, 2020).
Terdapat dua jenis potensi, yaitu fisik berupa air, iklim, tanah, sumber daya lainnya dan non-
fisik berupa bentuk interaksi masyarakat, organisasi sosial desa, dan lembaga desa lainnya.
Potensi yang dimiliki setiap daerah berbeda-beda mengingat kondisi pedesaan di Indonesia
yang cukup beragam sehingga muncul masalah dari perdesaan dikarenakan perbedaan masalah
yang menghambat pertumbuhan pembangunan pada masing-masing desa. Dalam upaya
penyediaan air minum dan sanitasi layak di pedesaan, terdapat permasalahan yang dihadapi
yaitu kapasitas masyarakat pedesaan dalam melakukan pengelolaan dan pemeliharaan
terhadap prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang belum memadai. Di lain hal, masih
ditemukan berbagai permasalahan dalam pembangunan sumber daya air guna mendukung
tercukupinya kebutuhan air berkelanjutan yaitu menurunnya fungsi, daya dukung, dan daya
tampung sumber daya air, di mana hal tersebut berakibat terhadap kualitas air yang menurun
dan kuantitas dari air bersih (bappenas.go.id).
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Dewasa ini, Pemerintah Kabupaten Malang merencanakan pembangunan jangka


menengah tahun 2016-2021 untuk mengembangkan kawasan Agroekowisata bernama
kawasan “Poncowismojatu” dengan pusat di Kecamatan Poncokusumo dan sekitarnya seperti
Pakis, Wajak, Jabung, dan Tumpang. Tertuang dalam RPJMD Kabupaten Malang, Kecamatan
Wajak termasuk dalam daerah minapolitan dengan Desa Sukoanyar sebagai pusat kawasan
minapolitan melalui sumber daya air yang melimpah serta kemudahan akses jalan. Kecamatan
Wajak sendiri terbagi dalam 13 desa dan salah satunya adalah Desa Patokpicis yang berjarak
40 km dari Kota Malang. Sebagian besar masyarakat bekerja pada sektor peternakan,
pertanian, dan menjadi buruh tambang. Peternakan ayam petelur adalah yang mendominasi
pada sektor peternakan di Desa Patokpicis. Sedangkan, pada sektor pertanian yang paling
mendominasi adalah sayuran, tetapi jenis sayuran yang paling unggul tidak ada.
Pertambangan pasir di Desa Patokpicis sudah tidak beroperasi dan hanya tersisa
perataan perbukitan yang menghasilkan tanah uruk. Sumber daya air di Desa Patokpicis cukup
melimpah sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Adapun dua sumber air
bantuan dari pemerintah yaitu Pamsimas dan WISLIC. Terdapat WIKEN (Wisata Kampung
Enem) yang menyuguhkan keindahan hutan pinus dikelola oleh masyarakat Desa Patokpicis.
Akan tetapi, banyak masyarakat yang tidak meneruskan untuk mengelola disebabkan
kepemilikan lahan milik perhutani walaupun saat ini masih tetap berjalan. Kondisi eksisting
Desa Patokpicis antara lain masyarakat tidak memiliki tempat sampah, terdapat kandang ayam
yang jaraknya berdekatan sehingga mempengaruhi kesehatan warga. Selain itu, masih banyak
rumah di Desa Patokpicis yang tidak memiliki MCK yang mengakibatkan penggunaan sungai
sebagai tempat untuk mandi serta buang air (Survei Pendahuluan 2019).

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah yang dapat dirumuskan berkaitan dengan Studio Perencanaan
Desa 2021 dengan mempertimbangkan latar belakang yang telah diuraikan di atas adalah
sebagai berikut:
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

1. Banyak masyarakat di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak tidak memiliki tempat


pembuangan sampah, sehingga sampah tidak terkelola dengan baik (Survei
Pendahuluan, 2019).
2. Keberadaan kandang ayam yang jaraknya terlalu dekat dengan pemukiman penduduk
(Survei Pendahuluan, 2019).
3. Masih ditemukan perilaku BABs dikarenakan belum terdapat fasilitas MCK di tiap
rumah yang memadai (Survei Pendahuluan, 2019).
4. Terdapat rumah dengan MCK namun belum memiliki septictank (Survei
Pendahuluan, 2019).
5. Hasil komoditas setempat belum terkelola dan terpasarkan dengan optimal
dikarenakan Lembaga BUMDes yang ada belum aktif beroperasi (Survei
Pendahuluan, 2019).

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan agar penelitian yang akan
dilakukan fokus terhadap masalah yang dikaji. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dibentuk rumusan masalah di Desa
Patokpicis, Kecamatan Wajak yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dalam
mendukung pemanfaatan potensi desa?
2. Bagaimana potensi dan masalah Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten
Malang?
3. Bagaimana arahan rencana pengembangan Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang yang disusun oleh masyarakat dalam memanfaatkan potensi desa?

1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan Studio Perencanaan Desa 2021 ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui karakteristik, kondisi, potensi, dan permasalahan yang ada di
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

desa. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka secara khusus tujuan
yang ingin tercapai adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kondisi desa terkait pemanfaatan potensi di Desa Patokpicis,
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. (Survei Pendahuluan, 2019).
2. Mengidentifikasi potensi dan masalah di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang. (Survei Pendahuluan, 2019).
3. Menyusun arahan rencana pengembangan desa dengan bantuan masyarakat dalam
memanfaatkan potensi Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
(Survei Pendahuluan, 2019).

1.5 Manfaat
Manfaat merupakan dampak yang dihasilkan dari tercapainya tujuan penelitian.
Manfaat yang diperoleh diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa, masyarakat, serta
pemerintah. Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari Studio Perencanaan Desa 2021 di
Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak adalah sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Banyak manfaat penilitian yang dapat diperoleh untuk mahasiswa. Sangat diharapkan
bahwa manfaat ini akan berguna bagi mahasiswa ke depannya. Berikut ini merupakan manfaat
yang didapat oleh mahasiswa.
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan terkait Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Desa
Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
3. Penelitian ini dapat menjadi acuan atau dasaran dalam melaksanakan penelitian-
penelitian kedepannya terkait dengan Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten
Malang.
4. Mahasiswa dapat mengasah keterampilan dalam menyusun laporan penelitian
5. Menuntaskan mata kuliah Studio Perencanaan Desa 2019
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

1.5.2 Manfaat bagi Masyarakat


Masyarakat ialah pihak utama yang turut mendapatkan manfaat dari penelitian ini.
Manfaat yang didapat diharapkan dapat berguna untuk jangka waktu yang akan datang.
Manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang
adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat dapat mengetahui potensi dan masalah dari Desa Patokpicis, Kecamatan
Wajak, Kabupaten Malang.
2. Masyarakat dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Desa Patokpicis,
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
3. Masyarakat dapat membuat bahan pertimbangan berdasarkan arahan pengembangan
yang telah direncanakan dalam membangun Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang.
1.5.3 Manfaat bagi Pemerintah
Penelitian ini juga memberikan manfaat kepada pemerintah setempat. Manfaat ini
sekiranya dapat membantu dan berguna bagi pemerintah. Manfaat yang didapat oleh
pemerintah adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah dapat mengetahui potensi dan masalah yang dimiliki oleh Desa
Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
2. Pemerintah dapat memberikan regulasi terkait kondisi di Desa Patokpicis, Kecamatan
Wajak, Kabupaten Malang berdasarkan hasil penelitian dan arahan pengembangan.

I.6 Ruang Lingkup


Ruang lingkup merupakan batasan yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan
suatu kegiatan. Tujuan ruang lingkup ini adalah agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan
secara efektif dan efisien. Ruang lingkup meliputi ruang lingkup wilayah, ruang lingkup
wakru, dan ruang lingkup materi yang akan dipaparkan dibawah ini.
1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah
Laporan penelitian ini memiliki ruang lingkup wilayah yaitu pada Desa Patokpicis,
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Batas administratif dalam ruang lingkup wilayah
tersebut adalah sebagai berikut:
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Sebelah Utara : Desa Dawuhan, Kecamatan Poncokusumo


Sebelah Timur : Wilayah Perhutani Bambang Utara
Sebelah Selatan : Desa Dadapan, kecamatan Wajak
Sebelah Barat : Desa Blayu, Kecamatan Blayu
1.6.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi bertujuan untuk memberikan pembatasan materi penelitian
sehingga materi yang dibahas dapat terarah dan sesuai dengan ruang lingkup wilayah yaitu
mengenai Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Ruang lingkup yang
dijadikan batasan dalam laporan penelitian ini yaitu pengertian desa, karakteristik desa,
penggunaan lahan desa, pola permukiman desa, potensi desa, kebijakan perencanaan desa,
sarana dan prasarana desa, Participatory Rural Appraisal (PRA), Focus Group Discussion
(FGD), dan konsep terencana
1.6.3 Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu dalam laporan penelitian ini adalah mengenai rentang waktu
dari dimulainya kegiatan penelitian hingga selesai. Ruang lingkup waktu yang menjadi
batasan dalam laporan penelitian ini adalah dari dimulainya Studio Perencanaan Desa dengan
wilayah Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang pada 23 Agustus 2021 hingga
1 Desember 2021.

I.7 Sistematika Pembahasan


Sistematika Pembahasan ini akan berisikan uraian mengenai kerangka laporan yang
akan disusun. Uraian kerangka laporan ini nantinya akan mempermudah penyusunan
pembahasan laporan sehingga menjadi lebih sistematis. Adapun pembahasan Laporan Studio
Perencanaan Desa ini terbagi menjadi 8 bab, yaitu sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup, sistematika
pembahasan dan kerangka pemikiran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Bab II merupakan bab tinjauan pustaka. Bab ini berisi tentang sejumlah teori serta
pendapat ahli terhadap fokus penelitian yang dilakukan. Teori tersebut dapat diperoleh dari
jurnal, buku, maupun undang-undang terkait desa. Hal-hal yang akan dibahas pada bab 2 ini
meliputi pengertian desa, karakteristik desa, klasifikasi desa, pola pemukiman desa, potensi
desa, sarana dan prasarana desa, penggunaan lahan desa, participatory rural appraisal (PRA),
forum grup discussion (FGD), kebijakan perencanaan desa, dan inovasi desa.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III Metode penelitian berisi mengenai metode atau teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan dan mendapatkan data serta analisis apa yang digunakan untuk mendapatkan
informasi dalam penelitian ini. Bab ini meliputi jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, teknik analisis data, metode perencanaan, kerangka analisis, dan desain
survei.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab IV atau Gambaran umum wilayah merupakan pedoman untuk mengetahui
kondisi yang ada di dalam wilayah studi dalam penelitian ini. Yang meliputi gambaran umum
Kabupaten Malang, gambaran umum Kecamatan Wajak, dan gambaran umum Desa
Patokpicis. Gambaran umum tersebut akan membahas tentang kondisi geografis, kondisi
demografis, kondisi topografis, kondisi hidrologis, kondisi geologis, dan kondisi iklim dari
kota, kecamatan maupun desa.
BAB V RENCANA KERJA
Bab V berisikan Rencana Kerja yang menjelaskan sistematika penyusunan dan
pelaksanaan kegiatan. Bab V ini juga berisikan struktur kerja yang merupakan pembagian
tugas kepada seluruh anggota kelompok. Kemudian terdapat juga rencana kegiatan yang
merupakan susunan kegiatan yang rencananya akan dilakukan. Lalu yang terakhir pada Bab V
ini terdapat timeline yang merupakan susunan kegiatan yang akan dilakukan selama
pelaksanaan Studio Perencanaan Desa 2021.
BAB VI LAPORAN HASIL SURVEI
Bab VI berisikan Laporan Hasil survei yang merupakan pemaparan data dari survei
yang telah dilakukan. Data- data dari hasil survei ini diperlukan guna memecahkan masalah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

yang ada di Desa Patokpicis. Pada Studio Perencanaan Desa 2021 ini, data-data yang
merupakan hasil survei tersebut didapatkan melalui data sekunder dari survei primer yang
dahulunya telah dilakukan.
BAB VII FAKTA DAN ANALISIS
Bab VII berisikan Fakta dan Analisis yang merupakan pemaparan fakta mengenai
Desa Patokpicis yang di dapat dari data hasil survei dan kemudian di analisis sehingga dapat
memecahkan dan memberikan solusi terhadap masalah yang ada di Desa Patokpicis. Selain itu
setelah analisis dilakukan, potensi Desa Patokpicis juga dapat diidentifikasi. Hasil dari fakta
dan analisis ini juga diperlukan dalam mempertimbangkan rencana yang akan dibuat.
BAB VIII RENCANA
Bab VIII merupakan Bab terakhir dalam penyusunan Laporan Studio Perencanaan
Desa. Bab Rencana ini berisi mengenai pemaparan rencana yang dapat dilakukan di masa
yang akan datang. Susunan rencana tersebut digunakan untuk memberikan pemecahan
masalah yang ada di Desa Patokpicis dan menciptakan Desa Patokpicis yang lebih
berkembang.

I.8 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan gambaran umum dari tahap-tahap penelitian yang
dijadikan sebagai suatu acuan untuk melakukan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian.
Berikut ini merupakan kerangka pemikiran dalam Studio Perencanaan Desa 2021 di Desa
Patokpicis.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Llatar Belakang

Identifikasi Data Sekunder


Masalah  Jumlah dan persebaran rumah
 Jumlah dan persebaran kandang ayam
 Jumlah dan persebaran sekolah
Rumusan Masalah  Jumlah dan persebaran sarana peribadatan
 Jumlah dan persebaran sarana kesehatan
 Jumlah dan persebaran PPU
 Jumlah dan persebaran lampu jalan
 Kondisi pemanfaatan drainase
Tujuan
 Sumber air bersih
 Jaringan telekomunikasi
 Jenis kelembagaan
 Peran dan fungsi kelembagaan
 Hubungan antar lembaga
 Ketinggian desa
 Kemiringan lereng
Analisis Data  Suhu
 Curah hujan
 Jumlah KK
 Jumlah KK peternak
Output  Jenis mata pencaharian penduduk
 Jumlah penduduk
 Jumlah penduduk menurut jenis mata
pencaharian
 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Arahan
Perencanaan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Desa


Desa ialah istilah yang berasal dari India, yakni Swadesi. Swadesi berarti tempat
asal, tempat tinggal, negeri asal, ataupun tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan
hidup, dengan satu kesatuan norma, dan mempunyai batasan yang jelas (Amin, 2007).
Istilah desa ini, pula dapat diucap dengan sebutan lain pada wilayah tertentu. misalnya saja,
dusun serta marga untuk masyarakat Sumatra Selatan, dati di Maluku, nagari di Minang
maupun mauna di Minahasa. Masih banyak istilah- istilah lain dari desa di sebagian
wilayah yang jadi bagian dari wilayah Indonesia. terbentuknya perbandingan sebutan desa
tersebut tidak lain sebab dipengaruhi oleh budaya serta adat istiadat dari tiap yang
bersangkutan. pemerintah desa merupakan kepala desa ataupun yang diucap dengan nama
lain dibantu fitur desa selaku faktor penyelenggara pemerintahan desa.
Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, susunan W.J.S Poerwadarminta “Desa”
ialah istilah sastra lama yang memiliki arti “tempat, “tanah”, atau “daerah”. Selain itu, desa
juga mengandung pengertian kelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan
(Kansil, 1983). Pengertian desa menurut UU Nomor 6 tahun 2014 yaitu desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa merupakan kesatuan warga hukum yang mempunyai kewenangan untuk
mengendalikan serta mengurus kepentingan warga setempat bersumber pada asal- usul
serta adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional serta terletak
di wilayah kabupaten. Desa pula bisa dikatakan sebagai sesuatu hasil perpaduan antara
aktivitas sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu yakni
sesuatu bentuk ataupun kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur- unsur
fisiografi, sosial, ekonomi, politik serta kultural yang silih berhubungan antar faktor
tersebut serta pula dalam hubungannya dengan daerah- daerah lain (Bintarto, 1983). Desa
dalam makna
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

universal pula bisa dikatakan selaku permukiman manusia yang posisinya di luar kota serta
penduduknya bermata pencaharian dengan bertani ataupun bercocok tanam.
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa, menjelaskan wewenang yang
dimiliki oleh desa, yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang telah terdapat menurut hak asal-
usul desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/
Kota yang diserahkan pengaturannya Kepada Desa, yaitu urusan pemerintahan
yang secara langsung dapat menaikkan pelayanan publik.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah
Kabupaten/ Kota.
d. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan perundang- undangan
diserahkan kepada desa

2.1 Karakteristik Desa


Karakteristik desa secara umum dapat dilihat dari lingkungan dan keadaan alam
serta sosial masyarakatnya. Untuk tipologinya sebagian besar masih dalam bentuk
perkampungan atau perdusunan. Ada yang terletak di pegunungan, perbukitan, pesisir
pantai, maupun pinggiran kota sekalipun. Mata pencaharian masyarakatnya masih
didominasi oleh sektor pertanian, perkebunan, perternakan, dan sejenisnya. Untuk
karakteristik masyarakatnya sebagian besar masih di dasarkan oleh etika, budaya maupun
adat setempat, seperti berperilaku sederhana, kekeluargaan, lugas, tertutup dan menaruh
kecurigaan terhadap pengaruh luar, menghargai orang lain, suka bergotong-royong,
demokratis dan lain-lain (Jamaludin, 2015).
Berikut merupakan perbandingan karakteristik desa menurut S. Roucek dan L. Warren
(1984):
1. Pada perdesaan masih didominasi oleh peranan kelompok primer (mayoritas),
dibandingkan dengan wilayah perkotaan yang sudah mengenal besarnya
kelompok sekunder (minoritas)
2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentuk kelompok atau
asosiasi.
3. Hubungan antar masyarakatnya lebih bersifat intim dan awet.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

4. Masyarakat yang homogen


5. Mobilitas sosial yang masih rendah
6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi.
7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar.
Sedangkan menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1984), yang meruakan
karakteristik desa adalah:
1. Penduduknya cenderung terisolasi dengan pola cenderung berpencar (meskipun
pada saat ini mulai berubah seiring dengan revolusi desa)
2. Hubungan dan cara pandang terhadap orang lain sebagai pribadi yang utuh bukan
sekedar seseorang yang mempunyai fungsi tertentu.
3. Adat dan kebiasaan muncul karena kebutuhan sosial
4. Homogenitas dalam etnis, budaya, dan pekerjaan.
5. Ekonomi keluarga bersifat subsistem (meskipun sudah mulai komersial, yang
ditandai dengan munculnya agribisnis atau pertanian berskala besar).
Sedangkan karakteristik desa menurut Sorokin dan Zimmerman adalah sebagai
berikut:
1. Mata Pencaharian sebagian besar pada sektor pertanian dan usaha kolektif sebagai
ciri ekonomi.
2. Ukuran komunitasnya cenderung kecil, karena lahan yang ada lebih banyak
digunakan untuk bidang pertanian.
3. Tingkat kepadatan penduduknya masih cenderung rendah, berkaitan dengan
ukuran komunitas dan luas lahan yang tersedia.
4. Lingkungan perdesaan dalam aspek fisik (anorganik) dapat dimanfaatkan
langsung dan berhadapan langsung (ada didepan mata dekat dengan pemukiman),
untuk aspek biologi (organik) cenderung masih terjaga tanah atau komponen
biotik mereka, aspek sosio-kultural yaitu Physisosial bangunan fisiknya masih
homogen, untuk biososial komposisi rasnya juga masih homogen, serta
psychososial masyarakatnya masih hidup dalam kesederhanaan.
5. Deferensiasi sosial dalam hal jumlah, variasi, dan kompleksitasnya rendah karena
penduduknya homogen.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

6. Stratifikasi sosialnya sederhana, perbedaan jarak sosial dekat, mengelompok pada


lapisan menengah, dasar pembeda cenderung kaku, dan mobilitas sosial
cenderung rendah.
7. Interaksi sosial atau kontak sosialnya cenderung sedikit.
8. Solidaritas sosial masyarakatnya didasarkan pada kesamaan-kesamaan.

2.2.1 Karakteristik Fisik dan Spasial Desa


Karakteristik fisik merupakan aspek yang dapat dilihat secara langsung oleh setiap
manusia yang ada di dalam hunian maupun lingkungan di sekitarnya (Susanti &
Sukowijoyo, 2020). Dalam laporan penelitian ini akan dilakukan diidentifikasi mengenai
karakteristik fisik dasar desa dan fisik binaan desa di wilayah Desa Patokpicis, Kecamatan
Wajak, Kabupaten Malang.
A. Karakteristik Fisik Dasar Desa
Karakteristik fisik dasar Desa Patokpicis dapat diidentifikasi menjadi beberapa
bagian, taitu topografi, hidrologi, klimatologi, geologi, geografis, dan orbitasi.
1. Topografi
Topografi merupakan keragaman bentuk muka bumi yang terbentuk akibat
adanya endogen dan eksogen. Topografi di setiap wilayah memiliki kemiringan yang
berbeda dimana hal tersebut dipengaruhi oleh adanya proses erosi, gerakan tanah,
pelapukan, dan lainnya. Karakteristik topografi juga memiliki perbedaan di setiap
wilayahnya tergantung pada letak suatu daerah apakah berada di dataran tinggi ataupun di
dataran rendah (Kurniawan, Yumono, & Sabri, 2019). Topografi membahas mengenai
garis kontur, yaitu garis pembatas bidang yang merupakan tempat kedudukan titik dengan
ketinggian sama terhadap bidang referensi (Anggraini & Harjanti, 2019).
Peta topografi merupakan peta yang berisi informasi mengenai ketinggian muka
tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut yang dicitrakan dengan adanya garis-
garis kontur (Rostianingsih & Gunadi, 2004). Peta tersebut sangat diperlukan oleh seorang
perencana sebelum memulai perencanaan (Kurniawan, Yumono, & Sabri, 2019). Peta
topografi dapat menunjukan tingkat kerawanan bencana longsor yang ada di suatu daerah
sehingga dapat perencana dapat membuat rencana mitigasi terhadap wilayah yang
direncanakannya (Effendi & Hariyanto, 2016).
2. Hidrologi
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Menurut Linsley hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai air
yang ada di bumi seperti srikulasi dan penyebaran, sifat fisik dan kimiawi, serta reaksi dan
hubungannya dengan lingkungan dan kehidupan (Hijriah, 2015). Hidrologi membahas
mengenai kualitas air dan persebarannya di seluruh bumi termasuk sumber daya air serta
perubahannya seperti cair, padat, gas yang terjadi di dalam atmosfir, diatas maupun di
permukaan tanah (Firmansyah, 2016).
3. Klimatologi
Klimatologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai
kedaan atmosfer bumi dalam janga waktu lama serta memiliki cakupan ruang yang luas di
permukaan bumi seperti membahas suatu iklim yang terjadi disuatu daerah (Sasongko,
2014). Klimatologi juga membahas mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
iklim suatu wilayah seperti posisi garis lintang, ketinggian tempat, massa angin dan udara,
arus laut, dan lainnya. Klimatologi dapat dibagi menjadi beberapa cabang, yaitu (Winarno,
Harianto, & Santoso, 2019)
a. Klimatologi Fisik (Physical Climatology)
Klimatologi ini membahas mengenai perilaku dan gejala cuaca yang terjadi di
atmosfer dengan dasar ilmu fisika dan matematika.
b. Klimatografi (Climatography)
Klimatologi ini membahas Iklim menggunakan data, peta, dan gambar tetapi tidak
didasarkan dengan ilmu-ilmu fisika dan matematika.
c. Klimatologi Terapan (Applied Climatology)
Klimatologi ini membahas mengenai penerapan ilmu iklim yang nantinya akan
digunkaan sebagai penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Contoh
klimatologi ini adalah Klimatologi perkoataam, Klimatologi Kelautan, dan
Bioklimatologi.
4. Geologi
Geologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai bumi
meliputi proses dan sejarah yang terjadi hingga saat ini serta bentuk dan struktur bumi dari
masa lalu hingg masa kini. Geologi juga membahas tentang mahkluk hidup yang pernah
hidup di bumi. Ilmu geologi terdiri atas beberapa cabang diantaranya adalah Geomorfologi
dan Geokimia (Mulyo, 2007). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

20 Tahun 2007, Geologi permukiman adalah kondisi tanah atau batu yang di permukaan
yang tersebar secara vertikal maupun lateral hingga kedalam dan memiliki sifat ketektikan
tanah atau batu yang berhubungan untuk menunjang pengembangan kawasan.
5. Geografi
Menurut Yeates, Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang perkembangan rasional dan pengujian terhadap teori-teori yang dapat dijelaskan
dan diperkirakan persebaran spasial dan lokadi dari berbagai karakteristik permukaan
bumi,. Kemudian menurut Fielding (1974:5), Geografi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari berbagai lokasi dan pengaturan fenomena di muka bumi, serta proses yang
berkembang dari adanya distribusi (Effensi, 2020)
6. Orbitasi
Orbitasi adalah jarak suatu daerah terhadap ibu kotanya. Data orbitasi desa bisa
didapatkan dari pemerintah desa setempat dan dapat diperoleh melalui peta administrasi.
B. Karakteristik Fisik Binaan Desa
Karakteristik fisik binaan yang dimaksud dalam laporan penelitian ini adalah
bangunan, tata guna lahan, dan infrastrutur desa. Pengertian infrastruktur menurut
American Publik Association adalah berbagai fasilitas fisik yang dikembangkan dan
dibutuhkan oleh publik sebagai fungsi pemerintah dalam melakukan penyediaan air, tenaga
listrik, pembuangan limbah padat maupun cair, transportasi, dan pelayanan lainnya
(Kodoatie & Syarief, 2010). Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada lahan
yang dilakukan secara langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan. Menurut
Undang-undang Pokok Agraria, tata guna lahan merupkan struktur dan pola pemanfaatan
lahan, baik direncakan ataupun tidak, yang mencakup persediaan tanah, peruntukan tanah,
penggunaan tanah, hingga pemeliharaannya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah, penatagunaan tanah merupakan hal
yang sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang mencakup penguasaan,
penggunaan, dan pemanfataan tanag yang berwujud konsolidasi pemanfaatan yang
didasarkan pada pengaturan kelembagaan terkait pemanfaatan tanah sebagai kesatuan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.
Penataan lahan ini juga dapat meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Menurut Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Lindung, Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang meliputi sumber alam, sumber daya
buatan, nilai sejarah, dan budata bangsa demi terciptanya kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, wilayah yang termasuk kawasan budidaya adalah kawasan hutan produksi,
kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan pertambangan,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan industri, kawasan pendidikan,
kawasan tempat ibadah, dan kawasan pertahanan keamanan.
2.2.2 Karaktekristik Non Fisik
Karakteristik non fisik desa terdiri dari karakteristik social desa dan karakteristik
ekonomi desa. Karakteristik non fisik ini merupakan ciri-ciri perdesaan yang tidak
termasuk dalam karakteristik fisik desa dan menjadi tolak ukur apakah wilayah tersebut
adalah sebuah perdesaan.
A. Karakteristik Sosial Desa
Dalam kehidupan masyarakat di wilayah perbedaan memiliki corak kehidupan
yang masih homogen. Pekerjaan, pendapatan, sifat, dan lainnya cenderung mirip. Interaksi
yang terbentuk merupakan interaksi horizontal dimana semuanya sama rata. Hal ini tampak
dari kebiasaan atau budaya masyarakatnya yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan
mengusakan agar kesatuan social (social unity) tidak terganggu. Masyarakat desa

mewajibkan dan selalu berusaha untuk menghindari adanya konflik anta⇨⇨⇨r warga.
Prinsip tersebut tertanam dalam diri masing-masing masyarakat desa dan menjiwai
hubungan social masyarakat perdesaan. Adapun beberapa kesamaan kemasyarakatan pada
karakteristik social desa diantaranya kesamaan tujuan, kesamaan budaya, serta kesamaan
adat kebiasaan menjadi kekuatan yang mampu mempererat masyarakat desa.
B. Karakteristik Ekonomi Desa
Seperti dijelaskan pada karakteristik social bahwa masyarakat desa masih
homogen juga termasuk mata pencaharian masyarakatnya, dalam hal ini mayoritas pada
bidang pertanian. Mulai dari pertanian, peternakan, perkebunan hingga perikanan darat
yang memerlukan sumber daya alam tanah menjadi corak dalam kehidupan ekonomi desa.
Berikut karakteristik ekonomi daerah perdesaan (Bintarto, 1977)
1. Bergantung pada daerah kota untuk modal dan pemasaran
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

2. Pertanian dan pengolahan hasil pertanian menjadi mata pencaharian utama


3. Penggunaan teknologi yang masih sederhana pada skala kecil menengah,
kebutuhan modal, dan pemasaran

2.3 Klasifikasi Desa


Desa adalah wilayah yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang indentik
dengan mata pencaharian bersifat agraris. Berdasarkan klasifikasinya desa dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu perkembangan desa, aktivitas, dan jumlah penduduk. Berikut
merupakan penjelasan dari klasifikasi desa.
A. Perkembangan Desa
Seiring perkembangan waktu kehidupan masyarakat desa dapat berubah dari
kebiasan sebelumnya. Perkembangan masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor sosial,
aktivitas pembangunan, teknologi, maupun ilmu pengetahuan. Berdasarkan Permendagri
No 84 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Pemerintah Desa, klasifikasi
perkembangan desa dibagi menjadi desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada.
1. Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa dengan perkembangan rendah dan letaknya terisolir
dengan desa lainnya, tetapi memiliki potensi tertentu. Perekonomian desa bergantung
dengan agraris dan kegiatan ekonominya masih dikonsumsi sendiri. Keadaan desa dengan
aksesbilitas teknologi yang rendah serta sarana dan prasarana sangat kurang.
2. Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju desa
swasembada. Masyarakat desa sudah memiliki aksebilitas teknologi dan letaknya sudah
tidak terisolasi lagi dengan akses sarana dan prasaran yang memadai. Kegiatan
perekonomian tidak hanya dikonsumsi sendiri dan mampu didistribusikan ke daerah lain.
3. Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang sudah berlokasi di ibukota kecamatan dengan
kondisi penduduk yang padat. Perekonomian penduduk sudah memanfaatkan dan
mengembangkan sumber daya alam sesui dengan potensi dan kegiatan pembangunan
regional. Masyarakat desa sudah tidak terikat dengan adat istiadat dan berpikiran terbuka.
B. Aktivitas Desa
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Aktivitas desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat suatu daerah atau
desa, dan kegiatan ini merupakan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya
memenuhi kebutuhannya (Suyanto, 2007). Aktivitas desa dapat dipengaruhi oleh keadaan
gografis dan letak desa, Klasifikasi aktivitas desa terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu desa
agraris, desa industri, dan desa nelayan (Ayano, 2017).
1. Desa agraris
Desa agraris merupakan desa bermata pencaharian utamanya sebagai petani atau
pemilik lahan dan pengelola kebun. Sumber utama penduduk desa agraris dengan menjual
hasil sawah dan ladang dengan komoditas utama padi dan palawijaya. Desa ini dapat
ditemukan di seluruh Indonesia dan desa agraris yang paling terkenal, yakni Indramayu
atau Subang (Ayano, 2017).
2. Desa Industri
Desa industri merupakan desa bermata pencaharian utamanya sebagai pekerja
industri rumahan maupun industri besar. Perekonomian desa industri diperoleh dengan
memproduksi barang lokal berkualitas serta menghasilkan usaha sebagai potensi
pendapatan utama. Contoh dari desa industri, seperti desa penghasil sandal cibaduyut di
Bandung, atau desa meproduksi telur asin di Brebes (Ayano, 2017).
3. Desa Nelayan
Desa nelayan merupakan desa bermata pencaharian utamanya sebagai peternak
ikan atau tambak dan menghasilkan bahan utama dari hasil laut. Perekonomian desa
nelayan tidak hanya bergantung dari pejualan hasil laut, tetapi juga hasil budidaya mutiara
(Ayano, 2017). Desa ini dapat ditemukan di negara kepualauan Indonesia, seperti desa
nelayan Seliu di Belitung.
C. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi maju mundurnya sebuah desa,
selain potensi sumber daya alam. Setiap desa memiliki jumlah penduduk yang tidak sama,
sehingga dengan data jumlah penduduk dapat diperkirakan kepadatannya. Berdasarkan
klasifikasi jumlah penduduk terbagi menjadi desa terkecil, kecil, sedang, besar, dan
terbesar (Bailah, 2019).
1. Desa Terkecil
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Desa terkecil adalah desa berukuran kecil yang ditinggali oleh ratusan penduduk
dengan jumlah kurang dari 800 penduduk. Jumlah penduduk yang sedikit disebabkan oleh
terjadinya perpindahan penduduk ke tempat lain. Desa terkecil dapat di temukan di Desa
Kauman di Gresik, Jawa Timur (Bailah, 2019).
2. Desa Kecil
Desa kecil adalah desa yang berukuran lebih besar dibandingkan desa terkecil.
Desa ini ditinggali oleh ribuan penduduk dengan jumlah 800 sampai 1.600 penduduk.
Sumber daya manusia yang lebih banyak daripada desa terkecil memudahkan
perkembangannya.(Bailah, 2019).
3. Desa Sedang
Desa sedang adalah desa yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat
dengan lahan yang tidak tidak begitu luas. Desa ini ditinggali oleh ribuan penduduk dengan
jumlah 1.600 sampai 2.400 penduduk. Pertumbuhan penduduk menjadi faktor cukup
cepatnya kepadatan penduduk di desa sedang.(Bailah, 2019).
4. Desa Besar
Desa besar adalah desa yang bertempat tidak begitu jauh dari kota. Desa ini
ditinggali oleh ribuan penduduk dengan jumlah 2.400 sampai 3.200 penduduk. Keadaan
lahan desa besar cukup susah ditemukan disebabkan oleh penggunaan lahan tempat
tinggal.(Bailah, 2019).
5. Desa terbesar
Desa terbesar adalah desa yang memiliki perkembangan ekonomi dan
ketersediaan lahan seperti daerah kota. Letak desa terbesar dekat dengan kota dan memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi. Desa ini ditinggali oleh ribuan penduduk dengan jumlah
lebih dari 3.200 penduduk.

2.4 Pola Permukiman Desa


Pola sebaran permukiman menampilkan tempat bermukim manusia serta tempat
tinggal menetap dan melaksanakan aktivitas/ kegiatan tiap harinya. Secara harfiah pola
permukiman bisa dimaksud sebagai lapisan( model) tempat tinggal suatu daerah. Model
dari permukiman mencakup didalamnya susunan dari persebaran permukiman. Pola
persebaran permukiman, secara jelas dipengaruhi oleh alterasi penggunaan lahan, keadaan
topografi, ketinggian tempat serta aspek aksesibilitas wilayah keadaan sosial- ekonomi
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

penduduk ataupun sarana sosial- ekonomi, yang dalam perkembangannya akan sangat
mempengaruhi pola ataupun perserbaran permukiman di suatu daerah (Elina, dkk, 2014).
Bersumber pada uraian diatas, pola permukiman penduduk bisa berbeda satu sama lain.
Secara universal, penduduk mempunyai 3 pola permukiman ialah pola permukiman
memanjang( liniear), pola permukiman memusat, pola permukiman tersebar.

2.4.1 Pola Permukiman Linear (The Line Village)


Pola permukaan linier ini mempunyai karakteristik permukiman berbentuk
deretan memanjang sebab menjajaki jalur, sungai, rel kereta api, ataupun tepi laut
(Maychard, dkk, 2016). Biasanya pola permukiman semacam ini banyak ada di dataran
rendah yang morfologinya landai sehingga mempermudah pembangunan jalan- jalan di
permukiman, tetapi pola ini sesungguhnya tercipta secara natural untuk mendekati fasilitas
transportasi.

Gambar 2. 1 Pola Permukiman Linear


Sumber : N.Daldjoeni

2.4.2 Pola Permukiman Terpusat (The Cluster Village)


Pola permukiman memusat ataupun mengelompok biasanya ada di wilayah
pegunungan ataupun wilayah dataran tinggi yang berelief kasar, serta terkadang daerahnya
terisolir. Di daerah pegunungan pola pemukiman memusat mengitari mata air serta tanah
yang produktif. Sebaliknya wilayah pertambangan di pedalaman pemukiman memusat
mendekati posisi pertambangan (Maychard, dkk, 2016). Penduduk yang tinggal di
pemukiman terpusat umumnya masih mempunyai ikatan kekerabatan serta ikatan dalam
pekerjaan. Pola pemukiman ini terencana terbuat buat memudahkan komunikasi
antarkeluarga ataupun antarteman bekerja.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Gambar 2. 2 Pola Permukiman Terpusat


Sumber : N. Daldjoeni

2.4.3 Pola Permukiman Terpencar (The Scattered Farmstead Community)


Pola permukiman tersebar umumnya dipengaruhi oleh topografi yang agresif,
keanekaragaman kesuburan lahan, curah hujan, air permukaan yang melimpah, keamanan
waktu dulu sekali serta atmosfer kota. Pola pemukiman tersebar ada di daerah dataran
besar ataupun daerah gunung api serta daerah- daerah yang kurang produktif. Pada daerah
dataran tinggi ataupun daerah gunung api penduduk hendak mendirikan pemukiman secara
tersebar sebab mencari wilayah yang tidak terjal, morfologinya rata serta relatif nyaman
(Maychard, dkk, 2016). Sebaliknya pada wilayah kapur pemukiman penduduk hendak
tersebar mencari wilayah yang mempunyai keadaan air yang baik. Mata pencaharian
penduduk pada pola pemukiman ini sebagian besar dalam bidang pertanian, ladang,
perkebunan serta peternakan.

2.5 Potensi Desa


Potensi desa adalah kemampuan, kekuatan atau sumber daya (fisik dan non fisik)
yang dimiliki oleh suatu daerah namun belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan
secara maksimal yang terbingkai dalam suatu kesatuan masyarakat hukum berdasarkan
pada adat istiadat dan tradisi atau kebiasaan masyarakat setempat serta mempunyai hak
untuk mengatur rumah tangga sendiri (Suprayitno, 2015).
2.5.1 Potensi Fisik Desa
Potensi fisik merupakan potensi yang berupa tanah, air, iklim, binatang ternak,
dan sumber daya manusia (Abdurokhman, 2014). Berikut penjelasan lebih lengkap
mengenai potensi fisik desa.
1. Tanah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Merupakan salah satu potensi fisik yang penting di pedesaan yang dipengaruhi
oleh tingkat kesuburan tanah. Kesuburan tanah di desa pertanian menentukan jenis
tanaman yang cocok untuk ditanam. Berbagai mineral dan mineral terkandung di dalam
tanah, dapat menjadi sektor pertambangan yang potensial. Desa Patokpicis sendiri
memiliki jenis tanah latosol dan andosol, sehingga dapat menumbuhkan berbagai jenis
sayuran.
2. Air
Irigasi lahan pertanian, perikanan dan penggunaan air konsumsi keluarga. Desa
pesisir menggunakan air laut untuk mengolah garam. Di desa Patokpicis sendiri memiliki
sungai dan mata air. Sungai mengalir di bawah kaki Gunung Semeru sering disebut sebagai
Sungai Aran-Aran.
3. Iklim
Berpengaruh dalam menentukan perencanaan waktu tanam dan jenis tanaman
pertanian atau perkebunan. Iklim di Desa Patokpicis sendiri sama dengan daerah Indonesia
lainnya yaitu tropis sehingga dapat penerangan matahari sepanjang tahun dan dapat
ditanami berbagai hasil bumi.
4. Binatang Ternak
Binatang ternak dapat menjadi sumber tenaga kerja untuk pertanian (membajak
sawah), sarana transportasi, dan sumber pendapatan masyarakat. Ada beberapa jenis ternak
di desa Patokpicis yaitu sapi perah, sapi potong, kambing, domba, ayam kampung, ayam
pedaging, itik, etok, dan angsa.
5. Sumber Daya Manusia
Sebagai sumber tenaga kerja, manusia mengolah sumber daya alam menjadi salah
satu potensi fisik desa. Dampak kualitas sumber daya manusia kelangsungan hidup dan
perkembangan desa, seperti tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat untuk
menangani sumber daya alam.
2.5.2 Potensi Non Fisik Desa
Potensi non-fisik merupakan potensi yang berupa masyarakat dengan corak dan
interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan,dan organisasi sosial desa,
serta aparatur dan pamong desa (Abdurokhman, 2014). Setiap elemen didalam potensi
non-fisik berkolaborasi bersama dalam menciptakan dinamika dengan perannya masing-
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

masing. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong menjadi kekuatan
tersendiri atas dasar kerja sama. Lembaga swadaya maupun pemerintahan yang ada
menjadi pembina dan penyokong moral sosial di desa. Aparatur dan pamong desa menjadi
penjaga keamanan dan ketertiban untuk kelancaran pemerintahan desa.

2.6 Sarana dan Prasarana Desa


Sarana menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri merupakan segala sesuatu yang dapat
dipakai dalam mencapai maksud dan tujuan. Selain itu disebutkan juga dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman bahwa sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan sarana merupakan segala
sesuatu yang dibangun, dipasang, dan didirikan dengan maksud untuk mendukung aktivitas
masyarakat.
Prasarana merupakan suatu faktor potensial yang sangat penting dalam menentukan
arah dan masa depan perkembangan suatu wilayah, karena pembangunan tidak akan sukses
dan berjalan dengan baik tanpa dukungan prasarana yang memadai (Anandita, 2013).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri sarana merupakan segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Tujuan utama dengan adanya
sarana dan prasarana ini ialah mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat
menghemat waktu, meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa, hasil kerja berkalitas
dan terjamin, lebih memudahkan atau sederhana dalam gerak para pengguna atau pelaku,
ketetapan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin, meninbulkan rasa kenyamanan bagi
orang-orang yang berkepentingan mempergunakannya. 

2.7 Penggunaan Lahan Perdesaan


Penggunaan lahan merupakan tindakan campur tangan manusia yang dilakukan
baik secara permanen maupun secara siklus terhadap suatu sumber daya alam dan sumber
daya buatan yang disebut lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya baik secara
kebendaan maupun spiritual. Dalam pengguanaan lahan perdesaan terdapat beberapa faktor
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

pendorong terjadinya hal tersebut, yaitu faktor politik, ekonomi, demografi, sosial budaya
dan geografi. (Mokodompit, Kindangen, & Torore, 2019). Menurut jayadinata,
penggunaan lahan merupakan suatu bentuk usaha dalam melakukan pemanfaatan suatu
bidang tanah di waktu tertentu. Penggunaan lahan di desa memerlukan tanah yang luas
karena pada umumnya dibangun untuk dijadikan pertanian dan permukiman.
A. Klasifikasi Lahan Pedesaan
Menurut Sadyohutomo (2012), perubahan penggunaan lahan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu Permukiman, Tanah industri, Tanah jasa,
Tanah aspal, Tanah tidak ada bangunan, Perairan, dan Taman.
a. Permukiman merupkan suatu kelompok rumah yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana lingkungan
b. Jasa merupakan kegiatan pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, pemerintahan,
dan budaya.
c. Tanah tidak ada bangunan merupakan lahan yang belum dimanfaatkan.
d. Perairan merupakan aliran air yang terjadi secara alami maupun buatan.
e. Taman merupakan kawasan ruang terbuka untuk publik seperti taman kota.
f. Industri dapat berupa pabrik, pergudangan, dan lainnya.
g. Tanah aspal merupakan lahan yang dibangun dengan aspal.
Ciri perdesaan dapat dilihat dari penggunaan lahannya yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk pertambangan dan agraria. Berikut merupakan klasifikasi lahan
pedesaan menurut Sadyohutomo (2006) :
a. Perkampungan, merupakan kawasan tempat tinggal masyarakat
b. Industri, merupakan kawasan kegiatan ekonomi pengolahan barang menjadi
setengah jadi atau barang jadi
c. Pertambangan, merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk mengambil bahan
tambang
d. Persawahan, merupakan kawasan pertanian yang digenangi air dan ditanami padi.
Persawasan dibagi atas sawah irigasi, sawah non-irigasi, dan sawah pasang surut
e. Pertanian tanah kering semusim, merupakan kawasan pertanian yang tidak dialiri
air dan tanamannya berumur pendek. Contohnya kebun, perkebunan, dan padang
f. Hutan, merupakan kawasan yang ditumbuhi dan ditutupi oleh pepohonan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

g. Perairan, merupakan area tanah yang digenangi air secara permanen


h. Tanah terbuka , merupakan kawasan yang tidak ditumbuhi dan ditutupi oleh
tanaman apapun.
Menurut Mubiyarto dalam (Pratama, Samudro, & Sutomo, 2018) penggunaan
lahan pertanian desa dapat dibagi berdasarkan kegiatan mayoritas masyarakat dan basis
hasil pertanian yang dibudidayakan yang diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Desa Hutan, Pada desa ini sebagian besar lahannya merupakan hutan.
b. Desa Peternakan, Pada desa ini sebagian besar lahan dimanfaatkan menjadi
perternakan dan perikanan.
c. Desa Nelayan, Pada desa ini sebagian besar penduduk menggantungkan laut
sebagai sumber pencaharian dan aktivitasnya.
d. Desa Pertanian, Pada desa ini sebagain besar lahan dimanfaatkan menjadi lahan
pertanian seperti sawah dan kebun.
B. Pola Penggunaan Lahan Pedesaa
Pola penggunaan lahan pedesaan disesuaikan dengan ketinggian tanah suatu
daerah dengan permukaan laut. Pola tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sembilan,
yaitu :
a. Pada ketinggian 501 hingga 1000 mdpl akan banyak ditanami semak dan hutan
belukar.
b. Pada ketinggian 101 hingga 500 mdpl akan banyak ditanami oleh alang-alang.
c. Pada ketinggian 26 hingga 100 mdpl akan banyak dijumpai perkebunan, sawah,
tegal, dan kebun campuran.
d. Pada ketinggian 25 hingga 100 mdpl merupakan ketinggian dengan penggunaan
lahan yang paling intensif.
e. Pada ketinggian 8 hingga 25 mdpl umumnya akan banyak ditemui sawah
f. Pada ketinggian 1 hingga 7 mdpl akan banyak ladang atau tegal
g. Pada ketinggian 0 mdpl akan dijumpai tambak dan tanah rusak.

2.8 Participatory Rural Appraisal (PRA)


Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan metode yang efektif dan popular
yang digunakan untuk menggali informasi di perdesaan. Participatory Rural Appraisal
(PRA) adalah sebuah proses dalam menganalisis perencanaan dan tindakan (Suharyani &
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

. PRA juga didefinisikan sebagai metode penelitian aksi yang dikembangkan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang memungkinkan
masyarakat dapat mengungkapkan dan menganalisis situasi mereka sendiri. Melalui
metode PRA ini, masyarakat desa akan berperan serta dalam pemetaaan potensi dan
masalah serta penyebabnya. Dalam metode PRA, masyarakat desa tidak lagi berperan atau
diposisikan sebagai objek yang hanya menerima program atau inovasi dari atas (top-
down), melainkan menjadi subjek yang berperan aktif dalam proses merencanakan atau
merancang program yang dapat membangun desa tersebut (bottom-up). Partisipasi yang
tinggi dari masyarakat desa dalam proses pembangunan skala desa membuat program
dapat dilaksanakan dengan berbasis pada keswadayaan dan dapat lebih berhasil guna
kesejahteraan masyarakat desa tersebut (Hudayana, 2019). Berikut merupakan siklus atau
tahapan PRA :
1. Pengenalan potensi dan masalah wilayah pedesaan secara umum
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas masalah
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah
4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia
5. Penerapan gagasan
6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan dan penyempurnaan di
tingkat yang lebih besar
7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat
8. Pemantauan dan pengarahan
9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut
Secara garis besar metode PRA ini memiliki kelebihan dimana metode ini
merupakan cara alternatif untuk kemajuan atau pengembangan partisipan yang
membutuhkan metodologi yang bisa membantu masyarakat memahami lingkungan mereka
dengan cepat. Metode PRA ini juga dapat memberikan informasi secara aktual dan dengan
biaya yang minim, serta dapat pula menggerakkan masyatakat untuk dapat lebih perduli
terhadap lingkungannya (Mustanir, 2017).
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

2.9 Forum Group Discussion (FGD)


Focus Grup Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu
metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitaian kualitatif sosial, tidak
terkecuali dalam perencanaan perdesaan. Dalam metode ini, data dan informasi diperoleh
dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan hasil diskusi dalam suatu
kelompok yang terfokuskan dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Data dan
informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan metode ini berupa informasi kelompok, atau
bisa berupa pendapat atau hasil keputusan dari kelompok tersebut. Keunggulan dari
penggunaan metode ini adalah dapat memberikan data yang lebih kaya dan memberikan
lebih banyak informasi data yang tidak dapat diperoleh ketika menggunakan metode
pengumpulan data lainnya terutama dalam metode pengumpulan data mengunakan metode
penelitian kuantitatif (Alfiyati, 2008). Selain itu, keunggulan dari pengunaan metode ini
adalah dapat memperoleh informasi dengan cepat dan biaya relatif lebih murah. Selain itu,
bertemu langsung dengan informan atau narasumber dapat mempermudah peneliti dalam
mengambil keputusan melalui pertimbangan alasan-alasan yang tidak terungkap dibalik
respons peserta yang dapat dinilai dari sikap, keyakinan, ekspresi dan istilah yang biasa
digunakan oleh peserta dalam topik yang dibicarakan juga (Paramita & Kristiana, 2013).
A. Tujuan Focus Grup Discussion
Tujuan Focus Grup Discussion adalah untuk mengeksporasi masalah yang
spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Metode ini juga bertujuan untuk
menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti mengenai masalah yang diteliti. Focus
Grup Discussion ini digunakan untuk mempermudah dalam menarik kesimpulan terhadap
makna-makna intersubjektif yang sulit untuk dimaknai sendiri oleh peneliti karena masalah
kecenderungan dorongan kesubjektifan peneliti dalam menarik kesimpulan. Dalam hal lain
Focus Grup Discussion digunakan untuk mendapatkan informasi yang objektif dari
masyarakat atau kelompok tertentu (Paramita & Kristiana, 2013).
B. Karakteristik Focus Grup Discussion
Berikut ini merupakan beberapa karakteristik dari Focus Grup Discussion yang
diambil dari jurnal yang ditulis oleh Paramita dan Kristiana (2013):
1. Peserta memiliki kesamaan ciri, tidak saling mengenal
Jumlah peserta dalam kelompok cukup 7-10 orang dan bisa diperbanyak hingga
12 orang. Sehingga memungkinkan setiap individu mendapatkan kesempatan untuk
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

menyampaikan pendapatnya dan cukup untuk memperoleh pandangan secara bervariasi.


Selain itu, peserta harus mempunyai ciri yang sama atau homogen yang ditentukan sesuai
dengan tujuan atau topik diskusi dengan tetap menghormati dan memperhatikan perbedaan
ras, etnik, bahasa, kemampuan baca-tulis (tingkat pendidikan), penghasilan, dan gender.
Peserta ideal terdiri dari orang orang yang tidak saling mengenal. Jika tidak
memungkinkan, minimal tidak memasukan orang yang selalu melakukan interaksi sehari
hari. Dan juga sebaiknya fasilitator dan peserta juga tidak saling mengenal. Hal ini
dikarenakan akan ditakutkan adanya pengaruh atau ketidakobjektifan dari hasil interaksi
tersebut (Paramita & Kristiana, 2013).
2. Proses Pengumpulan data kualitatif
Dalam Focus Grup Discussion digunakan pertanyaan terbuka (open ended), yang
memungkinkan peserta untuk memberikan jawaban disertai dengan penjelasan-penjelasan.
Dikarenakan Focus Grup Discussion sendiri pada dasarnya terfokuskan untuk bertujuan
mendapatkan atau mengumpulkan data mengenai presepsi dan pandangan peserta
mengenai sesuatu, dan tidak untuk berusaha untuk mencari konsensud atau mengambil
keputusan mengenai tindakan apa yang akan diambil (Paramita & Kristiana, 2013).
3. Menggunakan topk terfokus
Topik diskusi ditentukan lebih dahulu dan diatur secara berurutan, serta
pertanyaan juga diatur sedemikian rupa untuk bisa lebih dimengerti oleh peserta. Topik
penelitian yang tidak dapat dilakukan dalam Focus Grup Discussion yaitu topik penelitian
yang mempelajari preferensi manusia (seperti bahasa, sarana diseminasi, pesan kunci, dan
sebagainya), topik yang menjelaskan bagaimana pengertian dan penerimaan kelompok
masyarakat terhadap suatu hal, serta topik penelitian yang bertujuan untuk menggali
respons individu (untuk informasi kuantitatif) (Paramita & Kristiana, 2013).
C. Proses Pelaksanaan Penerapan Focus Grup Discussion
Berdasarkan buku “Panduan Pengambilan Data dengan Metode Rapid Rural
Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA)” yang ditulis oleh Direktorat
Jenderal Kelautan Republik Indonesia (2006), menyatakan bahwa ada 2 tahapan dari
Focus Grup Discussion, yaitu: (Direktorat Jenderal Kelautan, 2006)
1. Tahap Persiapan
a. Tentukan dan diskusikan dengan masyarakat tentang tujuan diskusi
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

b. Tentukan target peserta (Misalnya: nelayan, pengumpul ikan, perempuan,


dll) dan diskusikan kepada pemimpin masyarakat (tokoh masyarakat)
tentang kriteria pemilihan peserta. Kriteria peserta dapat didasarkan atas:
umur, tingkat pendidikan, etnis / suku / ras, bahasa, wawasan, kawin / tidak
kawin, status ekonomi, agama, jenis kelamin, pengalaman kerja, ,lama
tinggal di desa dan lain-lain
c. Rencanakan jadwal kegiatan;
d. Rancang acuan diskusi
2. Tahap Selama Diskusi
a. Setelah Pendahuluan, mulai dengan topik pemanasan (topik yang tidak
kontroversial tetapi berhubungan)
b. Lanjutkan diskusi sesuai acuan diskusi (agenda)
c. Jaga alur diskusi agar tetap sesuai dengan topik yang dibicarakan
d. Pada akhir diskusi, simpulkan hasil diskusi yang dilakukan

2.10 Kebijakan Perencaan Desa


Perencanaan dan pembangunan desa perlu memperhatikan setiap kebijakan yang
berlaku guna terciptanya perencanaan desa yang baik. Dalam proses perencanaan desa,
melibatkan unsur masyrakat secara keseluruhan dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
guna mencapai tujuan pembangunan desa melalui pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya desa. Dalam membangun kemandirian desa, dimulai dari proses perencanaan desa
yang baik. Terlaksananya program dengan baik merupakan hasil dari proses perencanaan
desa yang baik sehingga meningkatkan partisipasi mayarakat untuk tergabung didalamnya
(Kessa, 2015). Perencanaan desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
mensejahterakan masyarakat desa. Perencanaan pembangunan desa dilaksanakan secara
partisipatif oleh pemerintah desa sebagaimana dalam Pasal 63 Ayat 2 PP 72/2005 tentang
Desa. Prinsip dan prasyarat dalam perencanaan pembangunan desa meliputi
pemberdayaan, partisipatif, keberpihakan pada masyarakat, efisien dan efektif, serta
berkelanjutan (Ariadi, 2019)
2.10.1 RTRW Kabupaten
RTRW kabupaten berisi kebijakan, tujuan, dan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

strategis, arah pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian


pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
untuk jangka waktu 20 tahun dan setiap 5 tahun sekali dilakukan peninjauan ulang.
Berdasarkan Undang Undang No. 26 Tahun 2007, penataan dilakukan secara berjenjang
dan komplementer pada ruang wilayah kabuapetn/kota. Wewenang pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang yaitu pengaturan, pengawasan,
dan pembinaan pelaksanaan penataan ruang wilayah dan ruang kawasan strategis.
2.10.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa berlaku dalam jangka
waktu 6 (enam) tahun. Visi dan misi Kepala Desa, arah kebijakan pembangunan desa, dan
rencana kegiatan meliputi penyelenggaraan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan dan
pemberdayaan masyrakat desa diuat dalam rancangan RPJM Desa. Dalam penyusunan
RPJM Desa perlu mempertimbangkan dua hal yaitu kondisi objektif suatu desa, prioritas
program dan kegiatan kota/kabupaten (Kessa, 2015). Beberapa bidang pelaksanaan
pembangunan desa meliputi:
1. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan infrastruktur, sarana prasarana
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, serta sarana prasarana ekonomi.
2. Pelayanan kesehatan
3. Pelestarian lingkunagn hidup
4. Bidang pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
2.10.3 Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa disusun oleh pemerintah desa sebagai
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Penyusunan RKP Desa
sesuai dengan informasi daerah kota/kabupaten setempat yan berkolerasi dengan pagu
indikatif desa dan rencana kegiatan baik pemerintah daerah provinsi maupun
kabupaten/kota. RKP Desa disusun pada bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan
peraturan Desa paling lambat pada akhir bulan September tahun berjalan. Dalam penetapan
APB Desa, RKP Desa yang telah disusun akan dijadikan dasar. Tujuan RKP desa adalah
sebagai berikut:
1. Tercapainya pemanfaatan potensi desa semaksimal mungkin, efisien, dan efektif
dalam proses pembangunan desa guna menuju desa mandiri.
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

2. Perencanaan desa tahunan dapat terwujud dalam upaya perwujudan Rencana


Pembanguna Jangka Menengah Desa.
2.11 Inovasi Desa
Inovasi desa merupakan kata kunci bagi badan pengembangan, Pendidikan dan
pelatihan, penelitian serta informasi untuk mengembagkan sumber daya unggul desa
sehingga dapar membangun desa menjadi lebih berkualitas. (Ketut Sukiyono, 2019).
Inovasi desa dibutuhkan untuk membuat desa memiliki keunggulan lainnya dengan
memanfaatkan potensi yang ada. Dalam proses pemanfaatan potensi dan keunggulan desa
dibutuhkan adanya kemauan atau kesadaran dari dalam diri masyarakat desa untuk
berkembang. Peran masing-masing warga, pemimpin desa, juga keterlibatan actor program
inovasi desa dalam merancang dan mengaplikasikan inovasi desa. Tidak dapat dipungkiri
bahwa lahirnya inovasi-inovasi desa berasal dari kemampuan serta komitmen berbagai
stakeholders hingga finalnya dapat menerapkan dalam kehidupan masyarakat juga
memudahkan akan kebutuhannya. (Kushandajani, 2015). Inovasi desa dapat berupa ide,
informasi teknologi, produk, perilaku, nilai dan praktik, kelembagaan, juga objek yang
dapat drasakan adanya perubahan dimana menghasilkan suatu hal yang baru baik oleh
individua tau masyarakat. inovasi sangat dibutuhkan ketika tidak berkembangnya suatu
desa. Potensi yang ada pada desa tersebut belum atau tidak dimanfaatkan dengan
maksimal. Program inovasi dapat digagas oleh masyarakat desa sendiri atau dari pem
erhati desa sehingga mampu memberikan perubahan pada kehidupan desa
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK

Anda mungkin juga menyukai