KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun laporan Studio Perencanaan Desa 2021 yang
membahas terkait Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Ucapan terima
kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Dr. tech. Christia Meidiana, ST., M.Eng. selaku dosen
pembimbing kami selama menjalankan Studio Perencanaan Desa 2021 di Desa Patokpicis.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teaching assistant yang turut membantu kami
dalam penyusunan laporan Studio Perencanaan Desa ini.
Laporan ini disusun guna memenuhi Tugas kami dalam Studio Perencanaan Desa.
Kami berharap dengan dilakukannya penyusunan laporan ini, kami dapat memberikan banyak
manfaat, wawasan, dan pengetahuan, bukan hanya untuk diri kami sendiri, melainkan untuk
seluruh pihak yang membaca laporan ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Studio Perencanaan Desa
2021 ini masih terdapat banyak kekurangan yang tidak kami sengaja, baik dari materi maupun
sistematika penulisan dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik dan
saran dari Bapak/Ibu dosen maupun para pembaca lainnya agar kami terus dapat belajar dari
kesalahan sehingga kedepannya kami dapat melakukan penyusunan laporan yang lebih baik.
Penyusun
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
I. BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan Studio Perencanaan Desa 2021 ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui karakteristik, kondisi, potensi, dan permasalahan yang ada di
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
desa. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka secara khusus tujuan
yang ingin tercapai adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kondisi desa terkait pemanfaatan potensi di Desa Patokpicis,
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. (Survei Pendahuluan, 2019).
2. Mengidentifikasi potensi dan masalah di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang. (Survei Pendahuluan, 2019).
3. Menyusun arahan rencana pengembangan desa dengan bantuan masyarakat dalam
memanfaatkan potensi Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
(Survei Pendahuluan, 2019).
1.5 Manfaat
Manfaat merupakan dampak yang dihasilkan dari tercapainya tujuan penelitian.
Manfaat yang diperoleh diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa, masyarakat, serta
pemerintah. Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari Studio Perencanaan Desa 2021 di
Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak adalah sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Banyak manfaat penilitian yang dapat diperoleh untuk mahasiswa. Sangat diharapkan
bahwa manfaat ini akan berguna bagi mahasiswa ke depannya. Berikut ini merupakan manfaat
yang didapat oleh mahasiswa.
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan terkait Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Desa
Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
3. Penelitian ini dapat menjadi acuan atau dasaran dalam melaksanakan penelitian-
penelitian kedepannya terkait dengan Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten
Malang.
4. Mahasiswa dapat mengasah keterampilan dalam menyusun laporan penelitian
5. Menuntaskan mata kuliah Studio Perencanaan Desa 2019
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
Bab II merupakan bab tinjauan pustaka. Bab ini berisi tentang sejumlah teori serta
pendapat ahli terhadap fokus penelitian yang dilakukan. Teori tersebut dapat diperoleh dari
jurnal, buku, maupun undang-undang terkait desa. Hal-hal yang akan dibahas pada bab 2 ini
meliputi pengertian desa, karakteristik desa, klasifikasi desa, pola pemukiman desa, potensi
desa, sarana dan prasarana desa, penggunaan lahan desa, participatory rural appraisal (PRA),
forum grup discussion (FGD), kebijakan perencanaan desa, dan inovasi desa.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III Metode penelitian berisi mengenai metode atau teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan dan mendapatkan data serta analisis apa yang digunakan untuk mendapatkan
informasi dalam penelitian ini. Bab ini meliputi jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, teknik analisis data, metode perencanaan, kerangka analisis, dan desain
survei.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab IV atau Gambaran umum wilayah merupakan pedoman untuk mengetahui
kondisi yang ada di dalam wilayah studi dalam penelitian ini. Yang meliputi gambaran umum
Kabupaten Malang, gambaran umum Kecamatan Wajak, dan gambaran umum Desa
Patokpicis. Gambaran umum tersebut akan membahas tentang kondisi geografis, kondisi
demografis, kondisi topografis, kondisi hidrologis, kondisi geologis, dan kondisi iklim dari
kota, kecamatan maupun desa.
BAB V RENCANA KERJA
Bab V berisikan Rencana Kerja yang menjelaskan sistematika penyusunan dan
pelaksanaan kegiatan. Bab V ini juga berisikan struktur kerja yang merupakan pembagian
tugas kepada seluruh anggota kelompok. Kemudian terdapat juga rencana kegiatan yang
merupakan susunan kegiatan yang rencananya akan dilakukan. Lalu yang terakhir pada Bab V
ini terdapat timeline yang merupakan susunan kegiatan yang akan dilakukan selama
pelaksanaan Studio Perencanaan Desa 2021.
BAB VI LAPORAN HASIL SURVEI
Bab VI berisikan Laporan Hasil survei yang merupakan pemaparan data dari survei
yang telah dilakukan. Data- data dari hasil survei ini diperlukan guna memecahkan masalah
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
yang ada di Desa Patokpicis. Pada Studio Perencanaan Desa 2021 ini, data-data yang
merupakan hasil survei tersebut didapatkan melalui data sekunder dari survei primer yang
dahulunya telah dilakukan.
BAB VII FAKTA DAN ANALISIS
Bab VII berisikan Fakta dan Analisis yang merupakan pemaparan fakta mengenai
Desa Patokpicis yang di dapat dari data hasil survei dan kemudian di analisis sehingga dapat
memecahkan dan memberikan solusi terhadap masalah yang ada di Desa Patokpicis. Selain itu
setelah analisis dilakukan, potensi Desa Patokpicis juga dapat diidentifikasi. Hasil dari fakta
dan analisis ini juga diperlukan dalam mempertimbangkan rencana yang akan dibuat.
BAB VIII RENCANA
Bab VIII merupakan Bab terakhir dalam penyusunan Laporan Studio Perencanaan
Desa. Bab Rencana ini berisi mengenai pemaparan rencana yang dapat dilakukan di masa
yang akan datang. Susunan rencana tersebut digunakan untuk memberikan pemecahan
masalah yang ada di Desa Patokpicis dan menciptakan Desa Patokpicis yang lebih
berkembang.
Llatar Belakang
II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
universal pula bisa dikatakan selaku permukiman manusia yang posisinya di luar kota serta
penduduknya bermata pencaharian dengan bertani ataupun bercocok tanam.
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa, menjelaskan wewenang yang
dimiliki oleh desa, yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang telah terdapat menurut hak asal-
usul desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/
Kota yang diserahkan pengaturannya Kepada Desa, yaitu urusan pemerintahan
yang secara langsung dapat menaikkan pelayanan publik.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah
Kabupaten/ Kota.
d. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan perundang- undangan
diserahkan kepada desa
Menurut Linsley hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai air
yang ada di bumi seperti srikulasi dan penyebaran, sifat fisik dan kimiawi, serta reaksi dan
hubungannya dengan lingkungan dan kehidupan (Hijriah, 2015). Hidrologi membahas
mengenai kualitas air dan persebarannya di seluruh bumi termasuk sumber daya air serta
perubahannya seperti cair, padat, gas yang terjadi di dalam atmosfir, diatas maupun di
permukaan tanah (Firmansyah, 2016).
3. Klimatologi
Klimatologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai
kedaan atmosfer bumi dalam janga waktu lama serta memiliki cakupan ruang yang luas di
permukaan bumi seperti membahas suatu iklim yang terjadi disuatu daerah (Sasongko,
2014). Klimatologi juga membahas mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
iklim suatu wilayah seperti posisi garis lintang, ketinggian tempat, massa angin dan udara,
arus laut, dan lainnya. Klimatologi dapat dibagi menjadi beberapa cabang, yaitu (Winarno,
Harianto, & Santoso, 2019)
a. Klimatologi Fisik (Physical Climatology)
Klimatologi ini membahas mengenai perilaku dan gejala cuaca yang terjadi di
atmosfer dengan dasar ilmu fisika dan matematika.
b. Klimatografi (Climatography)
Klimatologi ini membahas Iklim menggunakan data, peta, dan gambar tetapi tidak
didasarkan dengan ilmu-ilmu fisika dan matematika.
c. Klimatologi Terapan (Applied Climatology)
Klimatologi ini membahas mengenai penerapan ilmu iklim yang nantinya akan
digunkaan sebagai penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Contoh
klimatologi ini adalah Klimatologi perkoataam, Klimatologi Kelautan, dan
Bioklimatologi.
4. Geologi
Geologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai bumi
meliputi proses dan sejarah yang terjadi hingga saat ini serta bentuk dan struktur bumi dari
masa lalu hingg masa kini. Geologi juga membahas tentang mahkluk hidup yang pernah
hidup di bumi. Ilmu geologi terdiri atas beberapa cabang diantaranya adalah Geomorfologi
dan Geokimia (Mulyo, 2007). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
20 Tahun 2007, Geologi permukiman adalah kondisi tanah atau batu yang di permukaan
yang tersebar secara vertikal maupun lateral hingga kedalam dan memiliki sifat ketektikan
tanah atau batu yang berhubungan untuk menunjang pengembangan kawasan.
5. Geografi
Menurut Yeates, Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang perkembangan rasional dan pengujian terhadap teori-teori yang dapat dijelaskan
dan diperkirakan persebaran spasial dan lokadi dari berbagai karakteristik permukaan
bumi,. Kemudian menurut Fielding (1974:5), Geografi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari berbagai lokasi dan pengaturan fenomena di muka bumi, serta proses yang
berkembang dari adanya distribusi (Effensi, 2020)
6. Orbitasi
Orbitasi adalah jarak suatu daerah terhadap ibu kotanya. Data orbitasi desa bisa
didapatkan dari pemerintah desa setempat dan dapat diperoleh melalui peta administrasi.
B. Karakteristik Fisik Binaan Desa
Karakteristik fisik binaan yang dimaksud dalam laporan penelitian ini adalah
bangunan, tata guna lahan, dan infrastrutur desa. Pengertian infrastruktur menurut
American Publik Association adalah berbagai fasilitas fisik yang dikembangkan dan
dibutuhkan oleh publik sebagai fungsi pemerintah dalam melakukan penyediaan air, tenaga
listrik, pembuangan limbah padat maupun cair, transportasi, dan pelayanan lainnya
(Kodoatie & Syarief, 2010). Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada lahan
yang dilakukan secara langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan. Menurut
Undang-undang Pokok Agraria, tata guna lahan merupkan struktur dan pola pemanfaatan
lahan, baik direncakan ataupun tidak, yang mencakup persediaan tanah, peruntukan tanah,
penggunaan tanah, hingga pemeliharaannya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah, penatagunaan tanah merupakan hal
yang sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang mencakup penguasaan,
penggunaan, dan pemanfataan tanag yang berwujud konsolidasi pemanfaatan yang
didasarkan pada pengaturan kelembagaan terkait pemanfaatan tanah sebagai kesatuan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.
Penataan lahan ini juga dapat meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Menurut Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
Lindung, Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang meliputi sumber alam, sumber daya
buatan, nilai sejarah, dan budata bangsa demi terciptanya kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, wilayah yang termasuk kawasan budidaya adalah kawasan hutan produksi,
kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan pertambangan,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan industri, kawasan pendidikan,
kawasan tempat ibadah, dan kawasan pertahanan keamanan.
2.2.2 Karaktekristik Non Fisik
Karakteristik non fisik desa terdiri dari karakteristik social desa dan karakteristik
ekonomi desa. Karakteristik non fisik ini merupakan ciri-ciri perdesaan yang tidak
termasuk dalam karakteristik fisik desa dan menjadi tolak ukur apakah wilayah tersebut
adalah sebuah perdesaan.
A. Karakteristik Sosial Desa
Dalam kehidupan masyarakat di wilayah perbedaan memiliki corak kehidupan
yang masih homogen. Pekerjaan, pendapatan, sifat, dan lainnya cenderung mirip. Interaksi
yang terbentuk merupakan interaksi horizontal dimana semuanya sama rata. Hal ini tampak
dari kebiasaan atau budaya masyarakatnya yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan
mengusakan agar kesatuan social (social unity) tidak terganggu. Masyarakat desa
mewajibkan dan selalu berusaha untuk menghindari adanya konflik anta⇨⇨⇨r warga.
Prinsip tersebut tertanam dalam diri masing-masing masyarakat desa dan menjiwai
hubungan social masyarakat perdesaan. Adapun beberapa kesamaan kemasyarakatan pada
karakteristik social desa diantaranya kesamaan tujuan, kesamaan budaya, serta kesamaan
adat kebiasaan menjadi kekuatan yang mampu mempererat masyarakat desa.
B. Karakteristik Ekonomi Desa
Seperti dijelaskan pada karakteristik social bahwa masyarakat desa masih
homogen juga termasuk mata pencaharian masyarakatnya, dalam hal ini mayoritas pada
bidang pertanian. Mulai dari pertanian, peternakan, perkebunan hingga perikanan darat
yang memerlukan sumber daya alam tanah menjadi corak dalam kehidupan ekonomi desa.
Berikut karakteristik ekonomi daerah perdesaan (Bintarto, 1977)
1. Bergantung pada daerah kota untuk modal dan pemasaran
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
Aktivitas desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat suatu daerah atau
desa, dan kegiatan ini merupakan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya
memenuhi kebutuhannya (Suyanto, 2007). Aktivitas desa dapat dipengaruhi oleh keadaan
gografis dan letak desa, Klasifikasi aktivitas desa terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu desa
agraris, desa industri, dan desa nelayan (Ayano, 2017).
1. Desa agraris
Desa agraris merupakan desa bermata pencaharian utamanya sebagai petani atau
pemilik lahan dan pengelola kebun. Sumber utama penduduk desa agraris dengan menjual
hasil sawah dan ladang dengan komoditas utama padi dan palawijaya. Desa ini dapat
ditemukan di seluruh Indonesia dan desa agraris yang paling terkenal, yakni Indramayu
atau Subang (Ayano, 2017).
2. Desa Industri
Desa industri merupakan desa bermata pencaharian utamanya sebagai pekerja
industri rumahan maupun industri besar. Perekonomian desa industri diperoleh dengan
memproduksi barang lokal berkualitas serta menghasilkan usaha sebagai potensi
pendapatan utama. Contoh dari desa industri, seperti desa penghasil sandal cibaduyut di
Bandung, atau desa meproduksi telur asin di Brebes (Ayano, 2017).
3. Desa Nelayan
Desa nelayan merupakan desa bermata pencaharian utamanya sebagai peternak
ikan atau tambak dan menghasilkan bahan utama dari hasil laut. Perekonomian desa
nelayan tidak hanya bergantung dari pejualan hasil laut, tetapi juga hasil budidaya mutiara
(Ayano, 2017). Desa ini dapat ditemukan di negara kepualauan Indonesia, seperti desa
nelayan Seliu di Belitung.
C. Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi maju mundurnya sebuah desa,
selain potensi sumber daya alam. Setiap desa memiliki jumlah penduduk yang tidak sama,
sehingga dengan data jumlah penduduk dapat diperkirakan kepadatannya. Berdasarkan
klasifikasi jumlah penduduk terbagi menjadi desa terkecil, kecil, sedang, besar, dan
terbesar (Bailah, 2019).
1. Desa Terkecil
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
Desa terkecil adalah desa berukuran kecil yang ditinggali oleh ratusan penduduk
dengan jumlah kurang dari 800 penduduk. Jumlah penduduk yang sedikit disebabkan oleh
terjadinya perpindahan penduduk ke tempat lain. Desa terkecil dapat di temukan di Desa
Kauman di Gresik, Jawa Timur (Bailah, 2019).
2. Desa Kecil
Desa kecil adalah desa yang berukuran lebih besar dibandingkan desa terkecil.
Desa ini ditinggali oleh ribuan penduduk dengan jumlah 800 sampai 1.600 penduduk.
Sumber daya manusia yang lebih banyak daripada desa terkecil memudahkan
perkembangannya.(Bailah, 2019).
3. Desa Sedang
Desa sedang adalah desa yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat
dengan lahan yang tidak tidak begitu luas. Desa ini ditinggali oleh ribuan penduduk dengan
jumlah 1.600 sampai 2.400 penduduk. Pertumbuhan penduduk menjadi faktor cukup
cepatnya kepadatan penduduk di desa sedang.(Bailah, 2019).
4. Desa Besar
Desa besar adalah desa yang bertempat tidak begitu jauh dari kota. Desa ini
ditinggali oleh ribuan penduduk dengan jumlah 2.400 sampai 3.200 penduduk. Keadaan
lahan desa besar cukup susah ditemukan disebabkan oleh penggunaan lahan tempat
tinggal.(Bailah, 2019).
5. Desa terbesar
Desa terbesar adalah desa yang memiliki perkembangan ekonomi dan
ketersediaan lahan seperti daerah kota. Letak desa terbesar dekat dengan kota dan memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi. Desa ini ditinggali oleh ribuan penduduk dengan jumlah
lebih dari 3.200 penduduk.
penduduk ataupun sarana sosial- ekonomi, yang dalam perkembangannya akan sangat
mempengaruhi pola ataupun perserbaran permukiman di suatu daerah (Elina, dkk, 2014).
Bersumber pada uraian diatas, pola permukiman penduduk bisa berbeda satu sama lain.
Secara universal, penduduk mempunyai 3 pola permukiman ialah pola permukiman
memanjang( liniear), pola permukiman memusat, pola permukiman tersebar.
Merupakan salah satu potensi fisik yang penting di pedesaan yang dipengaruhi
oleh tingkat kesuburan tanah. Kesuburan tanah di desa pertanian menentukan jenis
tanaman yang cocok untuk ditanam. Berbagai mineral dan mineral terkandung di dalam
tanah, dapat menjadi sektor pertambangan yang potensial. Desa Patokpicis sendiri
memiliki jenis tanah latosol dan andosol, sehingga dapat menumbuhkan berbagai jenis
sayuran.
2. Air
Irigasi lahan pertanian, perikanan dan penggunaan air konsumsi keluarga. Desa
pesisir menggunakan air laut untuk mengolah garam. Di desa Patokpicis sendiri memiliki
sungai dan mata air. Sungai mengalir di bawah kaki Gunung Semeru sering disebut sebagai
Sungai Aran-Aran.
3. Iklim
Berpengaruh dalam menentukan perencanaan waktu tanam dan jenis tanaman
pertanian atau perkebunan. Iklim di Desa Patokpicis sendiri sama dengan daerah Indonesia
lainnya yaitu tropis sehingga dapat penerangan matahari sepanjang tahun dan dapat
ditanami berbagai hasil bumi.
4. Binatang Ternak
Binatang ternak dapat menjadi sumber tenaga kerja untuk pertanian (membajak
sawah), sarana transportasi, dan sumber pendapatan masyarakat. Ada beberapa jenis ternak
di desa Patokpicis yaitu sapi perah, sapi potong, kambing, domba, ayam kampung, ayam
pedaging, itik, etok, dan angsa.
5. Sumber Daya Manusia
Sebagai sumber tenaga kerja, manusia mengolah sumber daya alam menjadi salah
satu potensi fisik desa. Dampak kualitas sumber daya manusia kelangsungan hidup dan
perkembangan desa, seperti tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat untuk
menangani sumber daya alam.
2.5.2 Potensi Non Fisik Desa
Potensi non-fisik merupakan potensi yang berupa masyarakat dengan corak dan
interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan,dan organisasi sosial desa,
serta aparatur dan pamong desa (Abdurokhman, 2014). Setiap elemen didalam potensi
non-fisik berkolaborasi bersama dalam menciptakan dinamika dengan perannya masing-
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
masing. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong menjadi kekuatan
tersendiri atas dasar kerja sama. Lembaga swadaya maupun pemerintahan yang ada
menjadi pembina dan penyokong moral sosial di desa. Aparatur dan pamong desa menjadi
penjaga keamanan dan ketertiban untuk kelancaran pemerintahan desa.
pendorong terjadinya hal tersebut, yaitu faktor politik, ekonomi, demografi, sosial budaya
dan geografi. (Mokodompit, Kindangen, & Torore, 2019). Menurut jayadinata,
penggunaan lahan merupakan suatu bentuk usaha dalam melakukan pemanfaatan suatu
bidang tanah di waktu tertentu. Penggunaan lahan di desa memerlukan tanah yang luas
karena pada umumnya dibangun untuk dijadikan pertanian dan permukiman.
A. Klasifikasi Lahan Pedesaan
Menurut Sadyohutomo (2012), perubahan penggunaan lahan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu Permukiman, Tanah industri, Tanah jasa,
Tanah aspal, Tanah tidak ada bangunan, Perairan, dan Taman.
a. Permukiman merupkan suatu kelompok rumah yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana lingkungan
b. Jasa merupakan kegiatan pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, pemerintahan,
dan budaya.
c. Tanah tidak ada bangunan merupakan lahan yang belum dimanfaatkan.
d. Perairan merupakan aliran air yang terjadi secara alami maupun buatan.
e. Taman merupakan kawasan ruang terbuka untuk publik seperti taman kota.
f. Industri dapat berupa pabrik, pergudangan, dan lainnya.
g. Tanah aspal merupakan lahan yang dibangun dengan aspal.
Ciri perdesaan dapat dilihat dari penggunaan lahannya yang sebagian besar
dimanfaatkan untuk pertambangan dan agraria. Berikut merupakan klasifikasi lahan
pedesaan menurut Sadyohutomo (2006) :
a. Perkampungan, merupakan kawasan tempat tinggal masyarakat
b. Industri, merupakan kawasan kegiatan ekonomi pengolahan barang menjadi
setengah jadi atau barang jadi
c. Pertambangan, merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk mengambil bahan
tambang
d. Persawahan, merupakan kawasan pertanian yang digenangi air dan ditanami padi.
Persawasan dibagi atas sawah irigasi, sawah non-irigasi, dan sawah pasang surut
e. Pertanian tanah kering semusim, merupakan kawasan pertanian yang tidak dialiri
air dan tanamannya berumur pendek. Contohnya kebun, perkebunan, dan padang
f. Hutan, merupakan kawasan yang ditumbuhi dan ditutupi oleh pepohonan
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK
. PRA juga didefinisikan sebagai metode penelitian aksi yang dikembangkan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang memungkinkan
masyarakat dapat mengungkapkan dan menganalisis situasi mereka sendiri. Melalui
metode PRA ini, masyarakat desa akan berperan serta dalam pemetaaan potensi dan
masalah serta penyebabnya. Dalam metode PRA, masyarakat desa tidak lagi berperan atau
diposisikan sebagai objek yang hanya menerima program atau inovasi dari atas (top-
down), melainkan menjadi subjek yang berperan aktif dalam proses merencanakan atau
merancang program yang dapat membangun desa tersebut (bottom-up). Partisipasi yang
tinggi dari masyarakat desa dalam proses pembangunan skala desa membuat program
dapat dilaksanakan dengan berbasis pada keswadayaan dan dapat lebih berhasil guna
kesejahteraan masyarakat desa tersebut (Hudayana, 2019). Berikut merupakan siklus atau
tahapan PRA :
1. Pengenalan potensi dan masalah wilayah pedesaan secara umum
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas masalah
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah
4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumberdaya yang tersedia
5. Penerapan gagasan
6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan dan penyempurnaan di
tingkat yang lebih besar
7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat
8. Pemantauan dan pengarahan
9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut
Secara garis besar metode PRA ini memiliki kelebihan dimana metode ini
merupakan cara alternatif untuk kemajuan atau pengembangan partisipan yang
membutuhkan metodologi yang bisa membantu masyarakat memahami lingkungan mereka
dengan cepat. Metode PRA ini juga dapat memberikan informasi secara aktual dan dengan
biaya yang minim, serta dapat pula menggerakkan masyatakat untuk dapat lebih perduli
terhadap lingkungannya (Mustanir, 2017).
STUDIO PERENCANAAN DESA 2021
DESA PATOKPICIS, KECAMATAN WAJAK