Anda di halaman 1dari 4

Nama : Naufal Ramadhan

NIM : 210200018

Kelas :A

Mata Kuliah : Hukum Dan HAM

1. Kasus Terkait KOMNAS HAM Sebagai Mediator

KASUS WADAS

Konflik terjadi antara aparat kepolisian dan warga di Desa Wadas, Bener, Purworejo,
Jawa Tengah, pada Selasa, 8 Februari 2022. Keributan ini pecah imbas dari adanya penolakan
penambangan di Desa Wadas.

Peristiwa ini berakhir dengan penangkapan sejumlah warga, saat ada pengukuran lahan,
yang rencananya akan ditambang untuk material Bendungan Bener.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan akan


berupaya menjadi mediator dalam permasalahan penambangan batu andesit di Desa Wadas,
Kecamatan Bener, Purworejo.

Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara mengungkapkan pihaknya


akan mengundang para pihak untuk berdialog.Sehingga dia meminta semua pihak yang terkait
untuk menyiapkan alternatif solusi soal konflik lahan tersebut.

“Gubernur Jawa Tengah (Ganjar Pranowo), Balai Besar Wilayah Sungai


Serayu Opak (BBWS SO) dan pihak terkait menyiapkan alternatif-alternatif solusi terkait
permasalahan penambangan batu andesit di Desa Wadas untuk disampaikan dalam dialog yang
akan difasilitasi oleh Komnas HAM RI," kata Beka dalam siaran persnya Pada Hari Rabu,
Februari 2022.

Beka juga mengimbau kepada kepada semua pihak untuk menahan diri,
menghormati hak orang lain dan menciptakan suasana yang kondusif bagi terbangunnya dialog
berbasis prinsip hak asasi manusia.
Sementara terkait adanya kekerasan dalam proses pengukuran lahan warga
untuk penambangan Batu Andesit di Desa Wadas ini, Beka menegaskan Komnas HAM
mengecam tindakan tersebut.

"Komnas HAM RI mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat


kepolisian kepada warga termasuk pendamping hukum warga Wadas yang menolak desanya
dijadikan lokasi penambangan quarry," tegasnya.

Komnas HAM, mengatakan menyesalkan adanya penangkapan terhadap


sejumlah warga yang sampai rilis ini dikeluarkan masih ditahan di Polres Purworejo.

Sebab itu, Beka meminta untuk BBWS SO dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
menunda pengukuran lahan milik warga Desa Wadas yang sudah setuju untuk pengukuran.

Kemudian Polda Jawa Tengah juga diminta untuk menarik aparat yang
bertugas di Desa Wadas, dan melakukan evaluasi penuh pendekatan yang dilakukan serta
memberi sanksi kepada petugas yang terbukti melakukan kekerasan kepada warga.

"Polres Purworejo segera melepaskan warga yang ditahan di Kantor Polres


Purworejo," ungkapnya.

Diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, ratusan aparat kepolisian mendatangi


Desa Wadas, Pada Selasa tanggal 8 Februari. Kedatangan aparat kepolisian ini, dalam rangka
pembebasan dan pengukuran lahan penambangan material andesit untuk Bandungan Bener.
Aparat yang datang ke Desa Wadas berujung pada penangkapan sejumlah warga.

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol M Iqbal Alqudusy mengatakan


mereka yang diamankan adalah warga Desa Wadas yang kontra dengan rencana pembangunan
proyek Bendungan Bener di wilayah tersebut.

"Adu mulut dan ancaman kepada warga yang pro. Aparat kemudian
mengamankan warga yang membawa senjata tajam dan parang ke Polsek Bener," paparnya.

Namun, terkait sejumlah warga Desa Wadas yang ditangkap terdapat beberapa
versi. Menurut keterangan pihak kepolisian yang ditangkap berjumlah 23 orang. Sementara
koalisi advokasi untuk Desa Wadas menyatakan ada sekitar 40-an warga yang ditangkap.
2. Kasus Yang Termasuk Pengadilan HAM Berat Di Indonesia (Permanen)

PERISTIWA WAMENA

Kota Wamena, Kota Jayapura Provinsi Papua. Terjadinya pembakaran dan


suara tembakan beruntun terdengar di sana. Berdasarkan kronologi yang terhimpun, kekacauan
ini dipicu hoax yang beredar di masyarakat pada minggu sebelumnya. Hoax itu menyebut ada
seorang guru yang mengeluarkan kata-kata rasis kepada muridnya, sehingga memicu kemarahan
sejumlah warga. Untuk menunjukkan solidaritas melawan ujaran berbau rasis yang beredar,
sekumpulan siswa SMA PGRI dan masyarakat kurang lebih berjumlah 200 orang berjalan
menuju sebuah sekolah di Wamena, Senin (23/9/2019) pukul 09.00 waktu setempat. Namun
dalam perjalanannya, jumlah massa bertambah hingga akhirnya kericuhan pecah di beberapa titik
seperti Kantor Bupati Jayawijaya dan sepanjang Jalan Sudirman.

Aksi lempar batu, pembakaran bangunan, mulai dari rumah warga hingga
kantor-kantor institusi, dan tembakan dari kepolisian sebagai upaya memukul mundur massa tak
bisa dihindarkan. Sebanyak 16 warga tewas dan 65 lainnya terluka berdasarkan keterangan
Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto. Atas kekacauan yang terjadi,
masyarakat lain pun ketakutan dan memutuskan mengungsi ke kantor kepolisian juga kodim
terdekat.

Dilaporkan sekitar 1.500 warga menjadi pengungsi pada hari ini, rasa takut
sekaligus kehilangan menyelimuti hati dan pikiran mereka. Para pengungsi pun mulai dilanda
kelaparan dan kekurangan bahan makanan, hal itu dikarenakan tidak adanya toko yang buka di
tengah situasi mencekam seperti itu.

Tak hanya kelaparan, para pengungsi pun membutuhkan bantuan pakaian


karena mereka tidak membawa pakaian lain selain yang menempel di badan. Pemerintah melalui
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memberlakukan pembatasan
jaringan untuk mencegah hoaks dan provokasi tersebar lebih luas melalui internet. Dua operator
yang melakukan pembatasan itu adalah Telkomsel dan Indosat.

Mengatasi kericuhan ini TNI dan Polri disiagakan untuk mengembalikan


kondisi menjadi kondusif. Namun demikian, Presiden Joko Widodo meminta upaya penanganan
konflik itu dilakukan dengan proporsional dan professional.

Anda mungkin juga menyukai