Anda di halaman 1dari 5

Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini

Pernah Terjadi di Indonesia

Sebagai negara majemuk dengan beragam suku, ras, agama dan golongan, Indonesia
menjadi negara paling rawan terhadap konflik SARA. Perbedaan pandangan antar kelompok
masyarakat di suatu wilayah kerap menjadi pemicu pecahnya bentrok antar mereka.

Namun, di tengah konflik itu ada saja orang yang memanfaatkan situasi itu sehingga menjadi
konflik berkepanjangan. Berikut konflik SARA paling mengerikan yang pernah terjadi di
Indonesia .

1. Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial di KARO, SUMATERA UTARA, 29-07-2016

Kerusuhan antara aparat kepolisian dengan warga di Desa Lingga, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara terjadi pada, Sabtu (30/7/2016). Kerusuhan
tersebut dipicu rencana pembangunan relokasi mandiri untuk 1.683 KK masyarakat korban
erupsi Gunung Sinabung.

Puncaknya, saat pembangunan terjadi konflik dan berujung pada kerusuhan antara aparat
dengan masyarakat pada Jumat (29/7/2016). Warga melakukan pengerusakan dan
pembakaran alat berat dan tenda pos polisi yang berada di lahan Relokasi Mandiri Tahap- II
Desa Lingga.

Satu warga, Abdi Purba meninggal dunia dan Ganepo Tarigan kritis sehingga harus dirawat
di rumah sakit Medan akibat kerusuhan tersebut. Dari kasus ini, polisi telah menetapkan satu
orang tersangka.

Selain itu, jabatan Kapolres Karo, AKBP Pangasian Sitio pun dicopot. Posisinya digantikan
AKBP Rio Nababan. Serah terima jabatan (Sertijab) dilakukan di Markas Polda Sumatera
Utara, Senin (8/8/2016)..

2. Tragedi Sampit, Suku Dayak vs Madura di Kalimantan

Tragedi Sampit adalah konflik berdarah antar suku yang paling membekas dan bikin geger
bangsa Indonesia pada tahun 2001 silam. Konflik yang melibatkan suku Dayak dengan orang
Madura ini dipicu banyak faktor, di antaranya kasus orang Dayak yang didiuga tewas
dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis Dayak.

Warga Madura sebagai pendatang di sana dianggap gagal beradaptasi dengan orang Dayak
selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini ratusan orang dikabarkan meninggal dunia.
Bahkan banyak di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh suku Dayak yang kalap
dengan ulah warga Madura saat itu. Pemenggalan kepala itu terpaksa dilakukan oleh suku
Dayak demi memertahankan wilayah mereka yang waktu itu mulai dikuasai warga Madura.
3. Tragedi Kanjuruhan di jawa timur

Sepak bola Indonesia kembali berduka. Ratusan nyawa melayang akibat kerusuhan di
pertandingan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di
Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam 1 Oktober 2022. Pertandingan Arema melawan
Persebaya Surabaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Kesal dengan kekalahan
Arema, suporter Aremania menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit.

Petugas keamanan langsung berusaha menghalau serbuan suporter ini. Untuk mengusir
suporter, ditembakan gas air mata. Kondisi justru menjadi semakin kacau.

Pada tanggal 1 Oktober 2022, sebuah insiden penghimpitan kerumunan yang fatal terjadi
pasca pertandingan di sepak bola Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menyusul kekalahan tim tuan rumah Arema dari rivalnya Persebaya Surabaya, sekitar 3.000
pendukung Arema memasuki lapangan. Pihak kepolisian mengatakan bahwa para pendukung
membuat kerusuhan dan menyerang para pemain dan ofisial tim, sehingga polisi berusaha
melindungi para pemain dan menghentikan kerusuhan tersebut, namun massa justru bentrok
dengan aparat keamanan. Sebagai tanggapan, unit polisi anti huru hara menembakkan gas air
mata, dengan beberapanya ke arah tribun selatan yang tidak terdapat gesekan, yang memicu
berlariannya para penonton untuk menghindarinya. Hal ini menimbulkan penumpukan
kerumunan. Sebuah penghimpitan kerumunan terjadi di pintu keluar, menyebabkan sejumlah
supporter mengalami asfiksia.

Sampai pada tanggal 24 Oktober, tercatat ada sebanyak 135 orang yang tewas, dan 583 orang
lainnya cedera Bencana tersebut merupakan bencana paling mematikan kedua dalam sejarah
sepak bola di seluruh dunia, setelah tragedi Estadio Nacional 1964 di Peru yang menewaskan
328 orang. Dengan demikian, bencana ini adalah yang paling mematikan di Indonesia, Asia,
dan belahan bumi bagian timur.

Pada tanggal 6 Oktober 2022, Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Listyo
Sigit Prabowo mengumumkan enam tersangka: direktur penyelenggara pertandingan PT Liga
Indonesia Baru (LIB), kepala petugas keamanan Arema, panitia pelaksana pertandingan
Arema atas kelalaian dan tiga petugas polisi atas penggunaan gas air mata Pada tanggal 16
Januari 2023, hampir tiga bulan setelah tragedi, persidangan pertama dilaksanakan di
Surabaya
4. Konflik Poso Di Sulawesi

Konflik Poso adalah sebutan untuk serangkaian kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah. Konflik ini terjadi sejak 25 Desember 1998 hingga 20 Desember 2001.
Peristiwa Konflik Poso dimulai dari sebuah bentrokan kecil antarkelompok pemuda sebelum
akhirnya menjalar menjadi kerusuhan bernuansa agama. Dari peristiwa ini, dirinci bahwa
terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 rumah hancur, dan 510 fasilitas umum
terbakar. Kerusuhan ini kemudian berakhir pada 20 Desember 2001 dengan ditandangani
Deklarasi Malino antara kedua belah pihak.
Pada malam natal, 24 Desember 1998, yang kebetulan bertepatan dengan Ramadan, seorang
pemuda asal kelurahan mayoritas Protestan di Lambogia bernama Roy Runtu Bisalemba
menikam Ahmad Ridwan, seorang Muslim. Informasi yang tersebar di pihak Kristen
menyebutkan bahwa Ridwan melarikan diri ke masjid setelah ditikam. Sedangkan versi
Muslim menggambarkan bahwa kejadian ini merupakan sebuah serangan terhadap pemuda
Muslim yang tertidur di halaman masjid. Para tokoh pemuka agama kedua belah pihak
kemudian bertemu. Keduanya sepakat bahwa sumber masalahnya terdapat pada minuman
keras. Akibatnya, Polres Poso pun mulai menyita ribuan minuman keras yang kemudian
dihancurkan. Suatu ketika, terdapat satu toko yang dijagai oleh para pemuda Kristen. Mereka
pun bertemu dengan pemuda Muslim yang berniat menyegel toko tersebut. Pertemuan ini pun
berakhir dengan bentrokan di antara keduanya. Selanjutnya pada 27 Desember 1998,
sekelompok orang Kristen besenjara yang menaiki truk dari Tentena tiba, dipimpin oleh
Herman Parimo.
5. Konflik KKB ( Kelompok Kriminal Bersenjata ) di papua.

Sepanjang 2023, ada 209 peristiwa kekerasan kriminal bersenjata dan politik di wilayah
Papua. Dari kejadian tersebut, sebanyak 79 orang tewas, terdiri dari 37 warga sipil, 20
prajurit TNI, serta 3 anggota Polri. Sementara itu, ada 19 anggota kelompok kriminal
bersenjata yang tewas.

Hal itu terungkap dalam catatan akhir tahun Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2023 yang
diterima Kompas, Senin (25/12/2023). Sepanjang tahun ini, Satgas Operasi Damai Cartenz
juga telah menduduki 42 titik markas kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan menangkap
33 anggota kelompok tersebut. Selama operasi ini, tim gabungan TNI-Polri ini berhasil
menyita 32 pucuk senjata api, 1.279 butir amunisi, 25 unit magasin, 107 alat komunikasi, 31
bilah senjata tajam, serta 334 barang lainnya.

Angka kematian akibat konflik ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selama tahun 2022, ada 53 orang tewas. Pada 2022, Satgas Operasi Damai Cartenz
mengamankan 12 anggota KKB, 1 pucuk senjata, serta 183 butir amunisi.

Anda mungkin juga menyukai