Anda di halaman 1dari 10

KLIPING KONFLIK SOSIAL

DIMASYARAKAT

Disusun oleh:
Xl MIA 3
kelompok 3:
Desy susila darmayanti putri
Aryuda fibra rifkiana
Desty ramdhani
Ayu safitri
Wahyudin

SMAN 1 SAPE
TAHUN AJARAN
2023-2024
KONFLIK SOSIAL DIANTARANYA:

1. KONFLIK ANTAR MAHASISWA

Aksi perampasan kaset video rekaman tawuran berbuntut konflik antara


pelajar SMA Negeri 6 Jakarta dengan sejumlah wartawan. Korban luka pun
berjatuhan dari kedua belah pihak. Sebagai golongan terdidik, pelajar sudah
semestinya meninggalkan kebiasan
tawuran yang jelas barbar.

Tawuran antar mahasiswa


memberikan citra Kepala buruk
bagi dua SMA unggulan, peristiwa
tersebut juga melukai dunia jurnalistik dan pendidikan. Menyikapi hal itu,

2. KONFLIK ANTAR AGAMA

Sebuah bom yang disembunyikan dalam sebuah truk relawan keamanan


meledak di provinsi Narathiwat, mencederai tiga orang. Aksi itu terjadi sehari
setelah seorang bocah Muslim berusia dua tahun tewas akibat ditembak
ketika naik motor bersama ayahnya.
Sepasang warga Buddha juga ditembak ketika mereka naik kendaraan menuju sebuah

pasar di provinsi Pattani. Sebuah bom di Yala mencederai penjual buah-buahan.

Lebih dari 4.100 orang Buddha dan Muslim tewas dalam enam tahun aksi
kekerasan di provinsi paling selatan Thailand ketika etnik Melayu yang
Muslim berjuang bagi satu otonomi dari negara yang berpenduduk mayoritas
beragama Buddha itu.

3. PT Freeport Indonesia dan Konflik Konflik Sosial di Papua

Maret 1967, PT Freeport Indonesia Incorporate (FII) perusahaan yang


dibentuk oleh Freeport Internasional, yang diwakili oleh Forbes Wilson
menanda tangani Kontrak Karya untuk usaha penambangan di wilayah
Pegunungan Selatan Jayawijaya di Gunung Erstberg atau dalam bahasa
Amungme disebut Yelsegel Ongopsegel.

Pada 5 April 1967 Menteri Pertambangan RI Slamet Branata dan Perwakilan


Freeport menandatangani Kontrak Karya pertama selama 30 tahun untuk
pengembangan tambang Ertsberg. Kini gunung Erstberg sudah berubah
menjadi lubang raksasa yang kemudian diberi nama ”Danau Wilson.” Nama
ini diberikan sebagai penghormatan kepada tuan Forbes Wilson.
pertumpahan darah untuk mendapat sejengkal tanah. Kini masyarakat
setempat akan menanggung semua resiko baik dampak lingkungan mau
pun dampak sosial akibat perubahan
perubahan modernisasi yang keliru.

4. Pembantaian Warga di Mesuji


Lampung

Tragedi kemanusian kembali terjadi di


Mesuji dan Sodong di Lampung. Bentrokan terjadi antara warga dan polisi
yang dipicu oleh konflik lahan antara petani dan perusahaan perkebunan
serta penyerobotan lahan pada bulan November lalu. Kejadian itu dipicu
konflik sengketa lahan antara warga dan perusahaan perkebunan sawit PT.
Silva Inhutani milik warga negara Malaysia bermaksud melakukan
perluasan lahan dengan membuka lahan untuk menanam kelapa sawit dan
Foto Pembantaian Warga di Mesuji Lampung karet namun selalu ditentang
penduduk setempat.Akhirnya PT. Silva Inhutani membentuk PAM Swakarsa
yang juga dibekingi aparat kepolisian untuk mengusir penduduk. Pasca
adanya PAM Swakarsa terjadilah beberapa pembantaian sadis dari tahun
2009 hingga 2011. Akibat sengketa tanah itu akhirnya Foto Pembantaian
Warga di Mesuji Lampung memicu adanya dugaan pelanggaran HAM
terhadap warga Mesuji oleh aparat keamanan. Akhirnya warga Mesuji
Propinsi Lampung mendatangi komisi III DPR di Gedung DPR / MPR
Jakarta, pada hari Rabu 14 Desember 2011.
5. Kisruh Menjelang Pemilukada Provinsi
NAD

Massa tiba dan berkumpu l di Mesjid Agung


Darussalihin Kota Idi sekitar pukul 10:00 Wib,
mengusung sejumlah spanduk dan poster
yang berisi dukungan terhadap tahapan Pemilukada. Mereka melakukan
long march (berjalan kaki) menuju Kantor DPRK.Koordinator aksi Tgk
Muzakir Daud di halaman DPRK dalam orasinya menyebutkan, aksi itu
mereka lakukan karena DPRK Aceh Timur mencoba melawan perundang-
undangan di Indonesia. Perwakilan massa menyerahkan pernyataan sikap
bersama ke kantor dewan, yang diterima oleh pegawai skretariat
dewan.Setelah iru massa bertolak kekantor KIP Aceh Timur untuk
melakukan aksi demo meminta Kepada KIP agar menjalankan pemilukuada
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.Sementara itu, Ketua KIP Aceh
Timur, Iskandar A Gani mengatakan, pihaknya akan menjalankan tahapan
pemilukada sesuai dengan peraturan dan jadwal yang telah ditetapkan.
“KIP tidak dalam posisi menerjemahkan regulasi tetapi KIP hanya
melaksanakan regulasi yang ada
sesuai dengan perundang-
undangan
6. UU Pengadaan Tanah Mesti Diperjelas

Undang-undang (RUU) Pengadaan


Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum telah
diberlakukan, seyogianya berbagai
hal
dalam regulasi tersebut lebih
diperjelas. Dengan demikian, biaya sosial (konflik) yang berpotensi muncul
bisa diminimalkan. Ahli perencanaan kota dari Universitas Tarumanagara
(Jakarta), Suryono Herlambang, mengatakan hal tersebut di Jakarta. Hal
lain, ketentuan pengajuan keberatan dari pemilik lahan sedari Pemerintah

Provinsi sampai ke MA (Mahkamah Agung) yang maksimal 70-an hari,

bagi sebagian warga mungkin terlalu singkat. Kata Suryono, buat warga

berpenghasilan rendah yang tidak punya akses bagus ke birokrasi, waktu


tersebut tidak cukup. Saat ini, angka konflik pertanahan di Indonesia jauh lebih
besar daripada konflik rumah tangga. “Dan kalau tidak ada kejelasan
dalam Undang-undang Pengadaan Tanah itu, konflik bisa saja terus naik.”

7. Konflik Di Tanjung Priok

Priok berdarah terulang lagi. Sejumlah orang luka parah dan ringan dalam
upaya penggusuran makam Mbah Priok. Bahkan.tiga di antaranya
meregang nyawa. Bagaimana sebenarnya koordinasi aparat keamanan
sehingga upaya penertiban berubah menjadi kerusuhan massal?
Menurut catatan detikcom, Kamis (14/4/2010) pagi buta, ribuan anggota
Satpol PP telah berdatangan ke Koja, Jakarta Utara.
Hari itu mereka mantap
akan menggusur bangunan tak berizin di areal makam Habib Hasan bin
Muhammad al Haddad alias Mbah Priok. Mereka melengkapi diri dengan
helm, tameng, serta pentungan.Namun siapa nyana. Ratusan warga
setempat melakukan perlawanan. Mereka tak mundur selangkah pun
saat ribuan annggota Satpol PP Pemrov DKI merangsek. Diawali saling
teriak antara dua kubu. Tapi sesaat kemudian, perang pun pecah. Batu,
kayu serta benda-benda keras lainnya berterbangan di udara. Bom
molotov ikut dilemparkan dan senjata tajam dihunus.
Massa dan aparat Satpol PP sama-sama beringas. Saling serang, saling
gebuk satu sama lain. Korban pun satu persatu berjatuhan dari kedua
belah pihak. Ratusan orang luka ringan dan parah. Bahkan dua orang
anggota Satpol PP meregang nyawa.
Suasana mencekam berlanjut hingga malam hari. Puluhan mobil milik
Satpol PP dibakar massa. Arus lalu lintas menuju terminal peti kemas
Pelindo pun terputus untuk beberapa jam.

8. Usut Dana Kemanusiaan Poso

Konflik Poso yang telah memakan banya


korban membuat pemerintah pusat mengucurkan dana sekitar RP. 162
milyar untuk menangani bebagaikerusakan. Para pengunjuk rasa
menyatakan telah terjadi korupsi pada dana kemanusiaan tersebut. Mereka
meminta pemerintah mengusut korupsi dana
kemanusiaan untuk Poso.
9. konflik massal 1998-2001 Di Poso

Poso membara! Rentetan kekerasan


bahkan terus bergulir pasca konflik
massal 1998-2001. Peledakan bom,
perampokan bersenjata, pembunuhan
warga masyarakat dan aparat seakan
tanpa ujung. Sekian banyak peristiwa kekerasan bernuansa teror terus
terjadi tanpa dapat diungkap pelakunya.

Sabtu, 29 Oktober 2005, Poso gempar lagi. Pagi itu ditemukan tiga tubuh
siswi berseragam SMU bersimbah darah, tanpa kepala, tergeletak
mengenaskan di jalan setapak Bukit Bambu. Tak lama kemudian, tiga
kepala siswi tersebut ditemukan di dua tempat berbeda, disertai surat
ancaman untuk mencari kepala-kepala lain. Bagi warga Kabupaten Poso
khususnya, dan Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya, insiden itu
menimbulkan klimaks ketidakpercayaan terhadap pemerintah, aparat
keamanan, maupun penegak hukum. Takut dan putusasa menghinggapi
mereka. Di kancah nasional, peristiwa mutilasi 3 siswi itu merebak menjadi
isu panas di media massa, DPR, Pemerintah Pusat, Komnas HAM, bahkan
di kalangan masyarakat internasional.

Melalui Pansus Poso DPR RI meminta Menkopolhukam dan sejumlah


menteri terkait, termasuk Kapolri dan Panglima TNI, untuk
menjelaskan
situasi Poso. Sementara itu merebak isu bahwa semuanya itu hanya
`kerjaan orang-orang berseragam`. Mengingat kredibilitas Polri dan
Pemerintah RI dipertaruhkan, Kapolri menugaskan Kabareskrim untuk
mengungkap kasus ini dan menangkap pelakunya. Kabar eskrim
membentuk
Satuan Tugas Khusus. Targetnya jelas: kapan pun kasus ini harus
terungkap.

Ternyata, ini hanya awal dari investigasi penuh risiko terhadap puncak
gunung es kekerasan. Berhadapan dengan realita bongkahan gunung
es yang tersembunyi di bawah permukaan, investigasi menjadi begitu
penuh risiko. Nyawa para anggota Satgas menjadi taruhan, karena
harus berhadapan dengan jaringan yang efektif sekali menggerakkan
kaki dan tangannya untuk menebar maut. Kliping ini saya harapkan
dapat memotivasi seluruh penyidik untuk menuliskan pengalaman
tugas mereka.

10. Konflik Perbatasan Timor Leste Kembali Mencuat

Konflik di kawasan perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste


kembali mencuat di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Distrik
Ambenu, menyusul klaim dari warga Ambenu terhadap areal pertanian
seluas enam hektar.

Anggota DPD Sarah Lery Mboeik yang tengah melakukan kunjungan


ke perbatasan dengan Timor Leste ketika dikontak melalui telepon
seluler di Kefamenanu, Selasa mengatakan, perebutan lahan di garis
perbatasan antara Timor Tengah Utara dengan Distrik Ambenu agar
segera diatasi

pemerintah “Persoalan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, pemerintah


harus mengantisipasi konflik sebelum terjadi pertumpahan
darah,”katanya.Dia mengatakan, wilayah yang diklaim itu terletak di Desa
Obe, Kecamatan Bikomi Nululat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Lahan itu diklaim oleh warga dari Distrik Ambenu,
Timor Leste, sebagai milik mereka dan mendapat protes keras dari warga
Bikomi Nunulat.Traktat 1904 tersebut, kata dia, berkaitan dengan
pembagian wilayah kekuasaan antara penjajah Belanda yang menguasai
Timor bagian
barat dan penjajah Portugis yang menguasai wilayah Timor bagian timur
yang kini dikenal sebagai negara Timor Leste.Sebelumnya, Departemen
Luar Negeri Indonesia telah mengirim surat protes kepada pemerintah
Timor
Leste untuk meminta negara tetangga itu mematuhi perjanjian perbatasan
tiga wilayah yang masih dalam sengketa.“Sehubungan dengan
penyerobotan lahan oleh pemerintah Timor Leste di tiga wilayah yang
masih
disengketakan, Departemen Luar Negeri telah mengirim surat protes
kepada

pemerintah Timor Leste,” kata Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang


Kolonel Inf Dody Usodo Hargo di
Kupang.

Tiga daerah perbatasan yang masih


disengketakan itu adalah Desa
Manusasi, Kecamatan Miomafo Barat,
Kabupaten Timor Tengah Utara
seluas 100 hektare (ha), Distrik Oeccuse-Timor Leste, Desa Memo,
Kecamatan Miomafo Timur dan Desa Noelbesi, Kecamatan Amfoang Utara,
Kabupaten Kupang seluas 1.036 ha.

Wilayah yang disengketakan itu tersebut, katanya, sesuai perjanjian


antara Timor Leste dan Indonesia, tidak boleh ada aktivitas apapun
sebelum proses penyelesain berakhir.

Anda mungkin juga menyukai