Anda di halaman 1dari 4

Contoh Kiamat Sugra

1. Meninggalnya seseorang

Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian dan akan kembali ke
sisi Allah SWT. Terkadang, kematian seseorang akan menimbulkan kesedihan atau
musibah bagi diri sendiri maupun orang lain. Namun, kejadian tersebut merupakan
ketetapan dari Allah SWT dan sudah sepatutnya kita berserah diri kepadanya serta
berdoa agar tetap diberi ketabahan.
2. Bencana alam
Bumi merupakan tempat tinggal yang sangat nyaman bagi manusia. Namun, Allah
juga dapat memberikan petunjuk kepada manusia dengan perantara bumi dan salah
satu diantaranya adalah bencana alam. Bagi manusia, bencana alam merupakan
sebuah musibah yang datang kepada bumi seisinya dan mengakibatkan dampak yang
cukup besar bagi manusia sendiri.
Contoh dari bencana alam adalah banjir, tanah longsor, meletusnya gunung, gempa
bumi, tsunami, badai, wabah penyakit dan masih banyak contoh lainnya. Bencana
datang atas kehendak Allah SWT sehingga sebagai manusia hendaknya kita tabah
karena bencana tersebut akan memberi hikmah bagi kita serta berdoa agar selalu
diberi keselamatan.
1. Banjir
Banjir bandang Tangse, Aceh (2011)

Banjir akibat Siklon di Aceh Utara. (Foto: Rahmad/Antara)

Setidaknya 24 orang meninggal dunia saat terjadi banjir bandang yang menerjang
10 desa di kecamatan Tangse, Aceh. Kesepuluh desa tersebut yakni Desa Blang
Pandak, Desa Blang Dalam, Desa Layan, Desa Peunalom 1, Desa Peunalom 2,
Desa Kuala Krueng, Desa Krueng Meriam, Desa Pucuk Sa, Desa Pucuk Dua,
Desa Blang Bungong, Desa Blang Me, dan Desa Rantau Panjang.

Letusan gunung berapi


Gunung Merapi

Gunung Merapi (Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA)


Gunung Merapi adalah gunung berapi yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Gunung ini merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Erupsi terjadi dalam
kurun waktu 2-5 tahun sekali. Letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun dan yang lebih besar terjadi 10 -15
tahun sekali. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November Tahun 2010 merupakan letusan
terbesar sejak letusan tahun 1872 yang memakan korban jiwa sebanyak 273 orang.

Gempa bumi

Gempa Meulaboh, Aceh (2004): Magnitudo 9,1

Minggu pagi 26 Desember 2004, sebuah peristiwa alam besar terjadi di dasar Samudera Hindia,
lepas pantai Sumatera. Di dasar Bumi, di kedalaman 30 kilometer, lempeng Hindia disubduksi
oleh lempeng Burma.
Tepat pukul 07.58 WIB, gempa berkekuatan 9,1 skala Richter terjadi, mengguncang hebat Pulau
Sumatera, khususnya Aceh. Gempa tersebut menimbulkan gelombang tsunami dengan
ketinggian mencapai 30 meter.

Dari Aceh, gelombang memantul ke 12 pantai di pesisir Samudera Hindia. Tidak hanya
berdampak di Indonesia, tetapi juga di sejumlah negara yaitu Thailand, Sri Lanka, India,
Maladewa, Thailand, Myanmar, Malaysia, Somalia, Tanzania, Seychelles, Bangladesh, dan
Kenya. Ada total lebih dari 230 ribu nyawa berjatuhan.

Tanah longsor ( Bencana tanah longsor Sukabumi )

Bencana yang menimbun 107 orang dalam 30 rumah sejauh ini menyebabkan
setidaknya 15 orang meninggal, sekitar 20 masih dicari dan 60 selamat, menurut juru
bicara adan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Kekeringan

Pada pekan kedua Agustus tahun ini, kekeringan terus melanda di sejumlah
wilayah di Indonesia. Sejumlah daerah telah mengalami hari tanpa hujan
ekstrem atau lebih dari 60 hari sehingga daerah-daerah tersebut perlu
mewaspadai terjadinya kekeringan.
Di Jawa Timur, ada 442 desa yang mengalami kekeringan. Di antara desa
yang mengalami kekeringan itu, 199 desa di antaranya mengalami kekeringan
kritis yang berarti tidak ada potensi air.
Beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta juga
mengalami kekeringan. Ribuan hektare sawah berpotensi gagal panen karena
kurangnya pasokan air.
Kekeringan pun melanda sejumlah wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Sulawesi.

Akibat kekeringan, masyarakat sulit memperoleh air bersih untuk kebutuhan


sehari-hari karena air di sumur-sumur warga mulai mengering.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksikan


puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus dan September 2018.

Saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau
yang diperkirakan normal dan tidak dipengaruhi El Nino yang menyebabkan
kekeringan parah seperti pada 2015.

Anda mungkin juga menyukai