Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PKN

“Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 sampai 1949 “

Guru pembimbing : Bu Anggun

Disusun Oleh :

1. Ariel Rahmadi
2. Mega Ginanjar
3. Zihan Fahroji
4. Rizal Said
5. Agung Kristiantoko
6. Hendri
7. Abimayu

XI TKRO 1

SMK Negeri 2 Rimbo Bujang


Kabupaten Tebo
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
pada periode 1945-1949.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ..................................................................................................i

BAB 1PENDAHULUAN...................................................................................1
A.    Latar Belakang  ................................................................................................1
B.   Rumusan Masalah .............................................................................................1
C.   Tujuan    .............................................................................................................1
D.   Manfaat  ............................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................2
A.  Pembahasan Pertama...........................................................................................2

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................7
A.    Kesimpulan  .....................................................................................................7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Dewasa ini, semakin banyak jiwa-jiwa yang tak kenal lagi akan demokrasi.
Demokrasi yang mengandung begitu banyak arti, hanya digunakan untuk sebuah
kebebasan untuk bertindak. Sebaiknya kita mengambil tolak ukurnya dari pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sejak kita merdeka.
Pelaksanaan demokrasi pada masa lalu bisa kita jadikan sebagai panduan kita
untuk menjadi lebih baik lag di kemudian hari. Semga makalah ini sangat berguna
bagi para pembaca, khususnya bagi para pelajar Indonesia.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.   Bagaimana makna demokrasi?
2.   Bagaimana demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia dan pelaksanannya?
3.   Bagaimana keunggulan demokrasi?

C.   TUJUAN
1.   Untuk memberikan tolak ukur bagi para masyarakat
2.   Untuk memberi pengetahuan mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia
3.   Untuk menjadikan panduan untuk menuju masyarakat madani yang lebih baik

D.   MANFAAT
1.   Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai
demokrasi
2.   Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pertama :
“Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada periode 1945-1949”
Lama Periode    :         18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
Bentuk Negara     :         Kesatuan
Bentuk Pemerintahan  :         Republic
Sistem Pemerintahan    :         Presidensial
Konstitusi    :         UUD 1945
Presiden & Wapres   :         Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
                                                  (18 Agustus 1945 - 19 Desember 1948)
                                                  Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)
                                                  (19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)
                                                  Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
                                                  (13 Juli 1949 27 - Desember 1949)
                                                 
Demokrasi dalam Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan (periode 1945-
1949)
Periode pertama pemerintahan negara Indonesia adalah periode kemerdekaan. Para
penyelenggara negara pada awal periode kemerdekaan mempunyai komitmen yang
sangat besar dalam mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.
Pertama, polittical franchise yang menyeluruh. Para pembentuk negara, sudah
sejak semula, mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap demokrasi.
Kedua, Presiden yang secara konstitusional memiliki peluang untuk menjadi
seorang diktator, dibatasi kekuasaannya ketika Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dibentuk untuk menggantikan parlemen.
Ketiga, dengan maklumat wakil presiden, dimungkinkan terbentuknya
sejumlah partai politik, yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian
di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik di tanah
air.
Pada periode ini mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin negara
untuk membentuk pemerintahan demokratis. Namun karena Indonesia harus berjuang
untuk mempertahankan kemerdekaan maka belum bisa sepenuhnya mewujudkan
pemerintahan demokratis sesuai dengan UUD 1945. Bahkan terjadi penyimpangan
(demi kepentingan NKRI) terhadap UUD 1945 yaitu :
1.   Maklumat Pemerintah no X tanggal 16 Oktober 1945 tentang perubahan fungsi
KNIP (pembantu Pres) menjadi Fungsi parlementer (legislatif)
2.   Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 mengenai pembentukan Partai
politik (Sebelumnya hanya ada 1 partai yaitu PNI)

2
3.   Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 mengenai perubahan kabinet
presidensial menjadi parlementer
Berdasarkan UUD 1945, Bentuk negara kesatuan, bentuk pemerintahan
Republik, sistem pemerintahan Presidensial
1.   Bentuk Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan
tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan
subnasionalnya hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih
oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan
oleh banyak negara di dunia.

2.   Bentuk Pemerintahan Republik


Dalam pelaksaannya bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi republik
absolut, republik konstitusional, dan republik parlementer.
a.       Republik Absolut
Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya
digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada, namun
tidka berfungsi.
b.       Republik Konstitusional
Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara
dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di
samping itu, pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.
c.       Republik Parlementer
Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu-gugat. Sedangkan kepala pemerintahan berada di
tangan perdana menteri yang bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem ini,
kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.

3.   Bentuk Pemerintahan Presidensial


Ciri utama sebuah Negara dengan sistem pemerintahan Presidensial seperti Indonesia
adalah dimana Presiden memiliki dua wajah, yaitu sebagai Kepala Negara dan juga
sebagai Kepala pemerintahan. Sistem Pemerintahan Presidensial adalah sistem
pemerintahan dimana Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara berada di tangan
Presiden.

          Dalam perjalannya, Belanda berusaha memecah-belah bangsa indonesia


dengan cara membentuk negara Sumatera Timur, Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, & Negara Jawa Timur. Bahkan Belanda melakukan Agresi Militer I pada
tahun 1947 (pendudukan terhadap ibukota jakarta) dan Agresi Militer II atas kota
Yogyakarta pada tahun 1948. Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI,
PBB turun tangan dengan menyelenggarakann Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus -2 November 1949.

                Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst


voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda
dipimpin olah Van Harseveen.
Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan
3
persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan
pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia
Serikat (RIS).

KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu :


a. didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat
b. Penyerahan kedaulatan kpada Republik Indonesia Serikat selambat-
lambatnya pada tanggal 30    Desember  1949.
c. dididrikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda 

              Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani


Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. yang terdiri atas Mukadimah
berisi 4 alinea, Batang Tubuh yg berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah
lampiran. Piagam Konstitusi RIS ditandatangani oleh para Pimpinan Negara/Daerah
dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu :

1. Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian


Renville.
2. Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat
3. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur
4. R. A. A. Tjakraningrat dari Negara Madura
5. Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar
6. Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka
7. K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung
8. Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar
9. Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah
10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur
11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara
12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur
13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan
14. Radja Mohammad dari Riau
15. Abdul Malik dari Negara Sumatra Selatan
16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatra Timur

           Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita
Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945, karena :
1.   Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi
dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan
kenegaraan. Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1)
Konstitusi RIS yg berbunyi: 'Republik Indonesia Serikat yang
merdeka dan berdaulat adalah negara hukum yang demokratis dan berbentuk
federasi'. Dengan berubah menjadi negara serikat, maka di dalam RIS terdapat
beberapa negara bagian dan masing-masing memiliki kekuasaan pemarintahan di
wilayah negara bagiannya.
Negara bagian itu adalah :
- Republik Indonesia                   
- Negara Indonesia Timur
- Negara Jawa Timur
- Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta
- Negara Madura

4
- Negara Sumatera Timur
- Negara Sumatera Selatan
Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak
tergabung dalam federasi, yaitu:
- Jawa Tengah
- Kalimantan Barat
- Dayak Besar
- Daerah Banjar
- Kalimantan Tenggara
- Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
2.   Sistem pemerintahan yg digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS adalah
sistem parlementer, sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 & 2 Konstitusi RIS.
Pada ayat (1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak dapat diganggu gugat'. Artinya
presiden tidak dapat dimintai pertanggungb jawaban atas tugas-tugas
pemerintahan, karena presiden adalah kepala negara, bukan kepala
pemerintahan. Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa, 'Menteri-menteri
bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama
untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk dirinya sendiri'. Dengan
demikian, yang melaksanakan & bertanggung jawab terhadap tugas tugas
pemerintahan adalah menteri-menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan
dijabat oleh Perdana Menteri, dengan sistem pemerintahan parlementer, dimana
pemerintah bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR).
Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :

a. Presiden
b. Menteri – menteri
c. Senat
d. DPR
e. MA
f. Dewan Pengawas Keuangan

Selain bertindak secara khusus, sebagai bagian dari pemerintahan dalam fungsi
administratif/protokoler, presiden, menurut konstitusi, antara lain :
1. Menjalankan pemerintahan federal [pasal 117];
2. Mendengarkan pertimbangan dari Senat [pasal 123 (1) dan (4);
3. Memberi keterangan pada Senat [pasal 124];
4. Mengesahkan atau memveto UU yang telah disetujui oleh DPR dan
Senat [pasal 138 (2)];
5. Mengeluarkan peraturan darurat (UU Darurat) dalam keadaan mendesak
[pasal 139];
6. Mengeluarkan peraturan pemerintah [pasal 141];
7. Memegang urusan hubungan luar negeri [pasal 174, 176, 177];
8. Menyatakan perang dengan persetujuan DPR dan Senat [pasal 183];
9. Menyatakan keadaan bahaya [pasal 184 (1)];
10. Mengusulkan rancangan konstitusi federal kepada konstituante [pasal 187 (1)
dan (2)], dan mengumumkan konstitusi tersebut [pasal 189 (2) dan (3)] serta
mengumumkan perubahan konstitusi [pasal 191 (1) dan (2)].

5
3.   Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat
pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan
negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of
independence bangsa Indonesia, katetapan MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk
pula dalam pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari
kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran
pancasila secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala
penyelewengan didalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.

6
BAB 3
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
                   Demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan dimana rakyat
memegang suatu  peranan yang sangat menentukan.
Nilai-nilai demokrasi perlu ditanamkan pada generasi muda agar terbentuk generasi
yang demokratis.
         

Anda mungkin juga menyukai