Anda di halaman 1dari 7

Muthia Ayu Savitri

201910110311357
Kelas B Hukum Ketatanegaraan
Dosen : Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum
BAB 5
Dasar-Dasar Demokrasi Di Indonesia
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan saya kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat waktu.
Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak akan mampu menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “BAB 5 Dasar – Dasar Demokrasi Di Indonesia (a. Pengertian dan
sejarah pertumbuhan demokrasi, b. hubungan demikrasi dengan negara hukum, c.
hubungan demokrasi dan HAM ) ” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Tata Negara. Penulis berharap makalah tentang
mengetahui dan memahami isi dari materi tersebut.
Saya menyadari makalah bertema Negara Hukum Indonesia ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. saya terbuka terhadap kritik dan
saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surabaya , 9 oktober 2020


Penulis

1
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.
a. Pengertian dan sejarah pertumbuhan demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara
langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia, itu menurut dari Wikipedia. Demokrasi =
demos – cratein atau demos – cratos = pemerintahan rakyat.
Demokrasi adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan rakyat
(Trianto Cs, 2007 : 219). Demokrasi dapat dikatakan pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat yaitu adanya tuntutan atau dukungan dari rakyat
sebagai masukan , kemudian tuntutan itu dipertimbangkan dan dimusyawarahkan
oleh rakyat yang duduk di lembaga legislatif sebagai proses konversi dan hasilnya
berupa kebijaksanaan atau aturan untuk rakyat sebagi keluaran. (Bakry, 2009 :
179). Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberipengertian bahwa negara
demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat. ( Supriatnoko, 2008 : 99 ) Demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (Government of the people, by the people
and for the people Abraham Lincoln dalam Winarno, 2009 : 92). Jadi demokrasi
adalah suatu sistem pemerintahan yang selalu melibatkan warga negaranya dalam
pengambilan keputusan pemerintahan yang sangat penting dalam rangka
kemajuan negara kedepannya. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan,
Indonesia sering mengalami perubahan berlakunya Undang-Undang Dasar. Mulai
dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUD 1950, kembalinya UUD 1945 dan sampai
dengan UUD 1945 setelah diamandemen pada tahun 2002. Secara konsepsional,
masingmasing UUD merumuskan pengertian dan pengaturan hakekat demokrasi
menurut v isi penyusunkonstitusiyang bersangkutan.
Pada awal kemerdekaan ketika UUD 1945 menjadi hukum dasar tertulis bagi
segenap bangsa Indonesia, muncul pergeseran gagasan ketatanegaraan yang
mendominasi pemikiran segenap pemimpin bangsa. Semula gagasan tentang
peranan negara dan peranan masyarakat dalam ketatanegaraan lebih
dikedepankan. Gagasan itu disebut gagasan pluralisme. Selanjutnya dengan
melihat realita belum mungkin dibentuknya lembaga-lembaga negara seperti
dikehendaki UUD 1945 sebagai aparatur demokrasi yang pluralistik, muncullah
gagasan organisme. Gagasan tersebut memberikan legitimasi bagi tampilnya
2
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.
lembaga MPR, DPR, DPA untuk sementara dilaksanakan Presiden 7 dengan
bantuan Komite Nasional . Anehnya tindakan darurat yang bersifat sementara dan
pragmatis tersebut dirumuskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945.
Jangka waktu yang membatasi kekuasaan Presiden dan Komite Nasional dalam
menjalankan fungsi-fungsi lembaga negara itu adalah sampai dengan masa enam
bulan setelah berakhirnya Perang Asia Timur Raya. Kemudian MPR yang
terbentuk berdasar hasil pemilihan umum oleh konstitusi diperintahkanbersi dan
guntuk menetapkan UUD yang berlaku tetap. Tindakan tersebut wajib dilakukan
MPR dalam enam bulan setelah lembaga yang bersangkutan terbentuk. Kita tahu
bahwa UUD 1945 pada awal kemerdekaan disusun oleh sebuah panitia yakni
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Secara konstitusional seharusnya UUD ditetapkan oleh MPR dan bukan oleh
PPKI. Patut apabila berdasarkansejarah penyusunannya dan redaksi Pasal II
Aturan Peralihan, dikatakan bahwa UUD 1945 adalah UUD yang bersifat
sementara. Kenyataan tersebut senada dengan ucapan mantan Presiden Soekarno
ketika berpidato di depan BPUPKI dan PPKI. Rupa-rupanya gagasan pluralisme
demikian dominan dikalangan elite politik Indonesia. Terbukti ketika tanpa
menunggu enam bulan setelah Perang Pasifik muncullah pemikiran untuk segera
mengakhiri pemusatan kekuasaan yang dimiliki Presiden berdasarkan pelimpahan
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Perkembangan demokrasi di Indonesia
dapat dibagi dalam empat periode:
- Masa demokrasi parlementer
Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan demokrasi
parlemen serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer
member peluang untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya
perstuan yang digalang selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi
kendor dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah
kemerdekaan.
- Masa Dmokrasi Terpimpin
Periode 1966-1965, masa Dmokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa
aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini di tandai dengan dominasi presiden,
terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis, dan peran
ABRI sebagai unsure sosial-politik semakin meluas.
- Masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan system presidensial. Landasan
formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan MPRS/MPR dalam
3
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.
rangka meluruskan kembali penyelewangan terhadap UUD 1945 yaitu terjadi di
masa DEmokrasi terpimpin. Namun dalam perkembangannya peran presiden
semakin dominan terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain. Melihat praktek
demokrasi pada masa ini , nama Pancasila hanya digunakan sebagai legitimilasi
politis penguasaan saat itu, sebab kenyataanya yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan nilai-nilai pancasila.
- Masa demokrasi Pancasila era Reformasi
Periode 1999- sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakat
pada kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan
multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antara lembaga
Negara, aksekutif, legeslatif dan yudikatif. Pada masa ini peran partai politik
kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru. Jikalau
esensi demokrasi adalah kekuasaan di tangan rakyat, maka praktek demokrasi
tatkala Pemilu memang demikian, namun dalam pelaksanaanya setelah pemilu
banyak kebijakan tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih
kea rah pembagian kekuasaan antara preside dan partai politik dalam DPR.
Dengan lain perkataan model demokrasi era reformasi dewasa ini kurang
mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (walfare state).
b. Hubungan Demokrasi dengan Negara Hukum
Dalam perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari
paham kerakyatan, sebab pada akhirnya hukum yang mengatur dan membatasi
kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar
kekuasaan atau kedaulatan rakyat. Begitu eratnya paham negara hukum dan
kerakyatan, sehingga ada sebutan negara hukum yang demokratis. Atau
democratische rechtstaat.1 Scheltema, memandang kedaulatan rakyat (democratie
beginsel) sebagai salah satu dari empat asas negara hukum disamping
rechtszekerheidbeginsel dan het beginsel van de dienendeoverheid. Dalam
kaitannya negar hukum dan kedaulatan rakyat merupakan unsur material negara
hukum, disamping masalah kesejahtaraan.2 Dinegara-negara Eropa Kontinental
konsepsi negara hukum mengalami perkembangan yang cukup pesat, utamanya
perkembang terhadap asas legalitas yang semula diartikan sebagai pemerintahan
berdasarkan undang-undang (wetmantigheid van bestuur).
Kemudian berkembang menjadi pemerintahan berdasarkan atas hukum
(rechtmatigheid van bestuur). Terjadi perkembangan konsepsi tersebut merupakan
konsekuensi dari perkembangan konsepsi negara hukum materil, sehingga kepada
pemerintah diserahi tugas dan dan tanggung jawab yang semakin berat dan besar
untuk meningkatkan kesejahtaraan warganya. Akhirnya, kepada pemerintah
diberikan juga ruang gerak yang semakin longgar yang cenderung melahirkan
pemerintahan bebas (vrij bestuur) dengan disertai ruang kebijaksaan longgar

4
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.
berupa freies ermessen. Guna menghindari agar pennggunaan kewengan yang
bebas (Vrij bestuur ) dan wewenang kebijaksanaan (freies ermessen ) tersebut
tidak disalah gunakan dan tetap berada dalam batas-batas hukum, maka kehadiran
dan peranan hukum administrasi menjadi semakin penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu asas penting negara hukum adalah asas
legalitas. Subtansi dari asas legalitas tersebut adalah menghendaki agar setiap
tindakan badan/pejabat administrassi berdasarkan Undang-Undang.
Tanpa dasar undang-undang, badan/pejabat administrasi negara tidak
berwenang melakukan suatu tindakan yang dapat merubah atau mempengaruhi
keadaan suatu hukum dalam warga masyarakat. Asas legalitas berkaitan erat
dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum ( het democrattish ideal en
het rechtsstaats ideal). Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk undang-
undang dan berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari wakil-wakil rakyat
dan sebanyak munkin memperhatikan kepentingan rakyat. Gagasan negara hukum
menuntut agar penyelengaraan kenegaraan dan pemerintahan harus didasarkan
pada undangundang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat yang
tertuang dalam undang-undang.3

c. Hubungan Demokrasi dan HAM


hubungan demokrasi dan HAM di Indonesia dapat ditinjau melalui Undang-
Undang Dasar 1945 (yang sudah berkali-kali mengalami proses amandemen
hingga sekarang), diantaranya:
- Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan
kehidupannya dan memiliki hak dan kewajiban warga negara. Mulai dari
membentuk keluarga, meneruskan keturunan melalui pernikahan yang sah
secara hukum serta menerima perlindungan dalam kelangsungan hidupnya
termasuk perlindungan terhadap perlukaan yang bersifat diskriminatif seperti
perbudakan. Dalam artian semua warga negara bebas menjalankan
kehidupannya masing-masing dan menerima hak-haknya sebagai warga sipil
Negara Indonesia.

- Setiap orang bebas untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
keyakinannya masing-masing, memilih pekerjaan, pendidikan dan
pembelajaran, dan juga tempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ini juga merupakan hak asasi yang mencakup hak-hak sipil dan
ekonomi sebagai warga Negara Indonesia. Di samping itu, warga Negara juga
bebas untuk pindah status kewarganegaraannya ke negara lain dan berhak
pula kembali untuk menjadi warga Negara Indonesia lagi di kemudian
hari.Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dengan siapapun, memperoleh

5
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.
informasi dari siapapun termasuk mengolah, memiliki, dan menyimpannya
untuk pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu
semua orang bebas untuk berserikat, berkumpul serta mengelurkan
pendapatnya. Hal ini juga merupakan hak-haknya di bidang politik, sosial, dan
budaya.

- Setiap orang berhak untuk memperoleh jaminan sosial yang memungkinkan


untuk pengembangan dirinya, kesehatan dirinya, dan lainnya sebagai manusia
yang memiliki martabat. Hal ini dilakukan selain agar terjaminnya hak-hak
sipil dan sosialnya, juga memastikan bahwa setiap warga Negara memiliki
kesejahteraan sosial yang sama dan adil.
- Setiap warga Negara yang menyandang masalah sosial seperti masyarkat yang
tinggal di daerah-daerah terpencil berhak memperoleh kemudahan dan
perlakuan khusus untuk mendapatkan kesempatan yang sama termasuk dalam
hal pembangunan, di mana biasanya pada dearah terpencil sering tertinggal
proses pembangunannya. Hak-hak ini sesuai dengan hak-hak khusus dan ha
katas pembangunan yang menjadi landasan dalam HAM (Hak Asasi Manusia)
di Indonesia agar tidak penyebab terjadinya penyalahgunaan kewenangan.

- Semua kebebasan dan hak yang memang menjadi hak-hak dari setiap warga
Negara Indonesia tentunya juga diatur dalam suatu Undang-Undang untuk
memenuhi tuntutan serta mencapai keadilan dengan mempertimbangkan nilai-
nilai moral, agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam sebuah
masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu, semua warga Negara wajib
menghormati dan tunduk pada hukum undang-undang yang berlaku dan selalu
mendapat bimbingan bagaimana cara menanamkan kesadaran hukum pada
masyarakat.

- Disamping itu, Negara juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan
moral kemanusiaan yang diajarkan dari segi agama serta menjamin
kemerdekaan semua penduduknya untuk bebas memeluk, menjalankan
(mengamalkan), dan menyebarkan agamanya.

- Ditambah lagi, meskipun semua warga Negara diberi kebabasan dan hak-hak
yang berhak diterimanya, namun mereka juga harus menaruh rasa hormat
kepada kebebasan dan hak-hak orang lain dalam kehidupan bersama sebagai
masyarakat sekaligus warga Negara. Hal ini sesuai dengan hak asasi sipil dan
sosial sebagai warga Negara Indonesia.

6
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.
- Terakhir ialah kebebasan dan hak warga Negara untuk terjun langsung dalam
dunia pemerintahan. Dalam artian ikut ambil bagian untuk menjadi badan
Negara yang memegang kendali sistem pemerintahan Negara Indonesia.

7
1
Ni’matul Huda., op. cit., hlm. 19.
2
Ibid., hlm 19.
3
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,Cetakan pertama (Yogyakarta: UII Press,
2002), hlm 68-69.

Anda mungkin juga menyukai