Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Upayah Pemerintah Dalam Menegakkan HAM Di


Indonesia
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
RENDY DWI ANANDA
XI Mia 2

Tahun Ajaran 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta kita yang Muhammad
SAW yang kita nantikan sya’faatnya diakhir nanti.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada guru pengampu yang memberikan materi
dan ilmunya kepada penulis. Dengan begitu penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul UPAYAH PEMERINTAH DALAM MENEGAKKAN HAM DI INDONESIA sebagai
tugas penulis kepada guru pengampu.
Penulis menyadari banyaknya ketidak sempurnaan dalam penulisan makalah ini .
untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan pembenaran dari guru pengapu sebagai evaluasi
dan improvisasi diri penulis dalam menulis makalah di kemudian hari.

Medan, 10 September 2020


Penulis.

2
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................… ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. ..Latar Belakang Masalah......................................................................................…… 4
B. ..Rumusan Masalah........................................................................................… ......… 4
C. ..Tujuan Pembahasan......................................................................................… .....… 4
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Usaha penegakan HAM di Indonesia dari masa ke masa……………………………… ………… 5
1.2 Upayah pemerintah dalam mengatasi kasus HAM di Indonesia………………………………… . 7
1.3 Upaya yang dilakukan masyarakat dalam penegakan HAM di kehidupan sehari-hari……….……8
BAB III PENUTUP
A. ..Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 9
B. ..Saran………………………………………………………………………………… . …... 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………...……………………… 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang memegang teguh yang namanya
Kemanusiaan. Maka dari hal terseut terciptalah Ham yang di buat oleh pemerintah agar
masyarakat makmur dan tentram. Perubahan Ham pun berlangsung dari tahun ke tahun
berdasrkan kasus yang terus terjadi.
B. Rumusan Masalah
1.4 Usaha penegakan HAM di Indonesia dari masa ke masa
1.5 Upayah pemerintah dalam mengatasi kasus HAM di Indonesia
1.6 Upaya yang dilakukan masyarakat dalam penegakan HAM di kehidupan sehari-hari

C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui pebaikan atau penambahan HAM dari waktu ke waktu, dan memperlajari
bagaimana HAM di kehifupan sehari-hari.

BAB II

4
PEMBAHASAN

1.1 Usaha penegakan HAM di Indonesia dari masa ke masa

# Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )

• Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi –
petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat
kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat.
• Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib
sendiri.
• Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
• Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih
condong pada hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang berkenan
dengan alat produksi.
• Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
• Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
• Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak
untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan
berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan
Negara.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI
antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad
Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI
berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat,
hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.

# Periode 1945 – 1950 (Setelah Merdeka)

Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan
untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah
mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk
kedalam hukum dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM
pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1
November 1945.
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai
politik. Sebagaimana tertera daloam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

# Periode 1950 – 1959

5
Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang
sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi ‘.`wsemangat demokrasi
liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti
dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini
mengalami “ pasang” dan menikmati “ bulan madu “ kebebasan. Indikatornya menurut
ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai –
partai politik dengan beragam ideologinya masing – masing. Kedua, Kebebasan pers
sebagai pilar demokrasi betul – betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum
sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan
demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan
rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol
yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM
mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang
memberikan ruang kebebasan.

# Periode 1959 – 1966

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin
sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini
( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat
dari sistem demokrasi terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada
tataran supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan
dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak
politik.

# Periode 1966 – 1998

Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk
menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang
HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang
merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM,
pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada
tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak
uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam
rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV
telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak – hak Asasi
Manusia dan Hak – hak serta Kewajiban Warganegara.
Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan
HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan
ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan
dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah
tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai
dengan nilai –nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa
Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan

6
UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain
itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali
digunakan oleh Negara – Negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang
berkembang seperti Inonesia.
Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran
HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang
dimotori oleh LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan masyarakat akademisi yang
concern terhaap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui
pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang
terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di
Irian Jaya, dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak memperoleh
hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari represif
dan defensif menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan
penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan
HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM )
berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.Lembaga ini bertugas
untuk memantau dan menyeliiki pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat,
pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM.

# Periode 1998 – sekarang

Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang sangat besar
pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan
pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang beralwanan dengan
pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan
perundang – undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan
ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut
menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait
dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang
HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah
ditetapkan beberapa penentuan perundang – undangan tentang HAM seperti amandemen
konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ),
Undang – undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangam
lainnya.

1.2 Upayah pemerintah dalam mengatasi kasus HAM di Indonesia

 Melakukan peningkatan terhadap kualitas dari pelayanan publik untuk mencegah


terjadinyna pelanggaran HAM.
 Supremasi hukum yang ditegakkan.
Hal ini dilakukan berdasrkan pendekatan hukum dan juga pedekatan dialogis
yang dimana hal tersebut haruslah dikemukakan sebagaimana dalam sebuah

7
rangka yang berguna untuk melibatkan berbagai macam partisipasi masyarakat
dalam sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum
haruslah memenuhi tugas dan kewajiban mereka yang dimana untuk memberikan
sebuah pelayanan yang dimana diyakini sangatlah baik dan juga adil kepada
masyarakat. Memberikan sebuah pelindungan kepada setiap orang dari berbagai
macam perbuatan yang melanggar hukum.
 Melakukan peningkatan terhadap pengawasan dari masyarakat dan juga berbagai
macam lembaga politik terhadap berbagai macam upaya dari penegakan HAM
yang dimana dilakukan oleh pemerintah.
 Melakukan peningkatan terhadap berabgai macam prinsip HAM kepada
masyarakat luas dengan cara melalui lembaga pendidikan formal dan juga
pendidikan tidak formal.
 Melakukan peningkatan terhadap profesionalistas lembaga keamanan dan juga
lembaga pertahanan negara.
 Melakukan peningkatan terhadap kerja sama yang dimana harmonis dan terjadi
antar kelompok atau berbagai macam golongan dalam sebuah masyarakat agar
mereka dapat mampu unutuk saling memahami dan juga menghorati berbagai
macam keyakinan dan juga pendapat mereka masing-masing.

1.3 Upaya yang dilakukan masyarakat dalam penegakan HAM di kehidupan sehari-
hari

 Taat pada Aturan yang berlaku


Sebagai seorang individu anggota masyarakat, kita diharuskan untuk taat terhadap
peraturan yang berlaku. UU No. 39 tahun 1999 menyatakan bahwa setiap orang
memiliki kewajiban asasi untuk patuh terhadap aturan perundang-undangan, konvensi
atau hukum yang tak tertulis, dan hukum internasional tentang HAM. Kita juga
diharuskan untuk menghormati HAM orang lain dan dalam menjalankan HAM diri
sendiri, kita wajib tunduk terhadap batasan pelaksanaan HAM yang ditetapkan oleh
Undang-undang.

 Menjunjung Tinggi Toleransi


Mayoritas masyarakat di Indonesia terdiri atas beragam suku, agama, ras, minat,
bakat, dan sebagainya. Adanya perbedaan biasanya dapat menimbulkan pertikaian
yang sama saja dengan pelanggaran HAM. Oleh karena itu, untuk menjamin tegaknya
HAM bukan sekedar mimpi, alangkah baiknya jika kita lebih memandang kesamaan
kita sebagai satu kesatuan masyarakat Indonesia dan memberikan toleransi terhadap
apa-apa yang berbeda di antara kita. Implikasi dari kebijaksanaan kita ini adalah
tertibnya masyarakat dan tegaknya HAM.

 Mengawasi Penegakkan HAM oleh Pemerintah


Banyaknya pelanggaran HAM yang tidak terdata oleh pihak yang berwenang boleh
jadi adalah akibat kesalahan kita pula. Mungkin kita mengetahui adanya pelanggaran
HAM, namun si korban memilih diam dan kitapun ikut diam. Padahal dengan
melakukan hal semacam ini dapat membuat upaya penegakkan HAM menjadi macet,
tidak optimal. Oleh karena itu, amatlah baik apabila kita membantu pemerintah dan

8
korban dengan melapor adanya kasus pelanggaran HAM itu. Dari sini, kita bisa dapat
mengawasi tindak tanduk pemerintah dalam menegakkan HAM.

 Bergabung dalam Organisasi


Negeri ini memiliki banyak instansi dan lembaga swadaya masyarakat yang
berkaitan dengan penegakkan HAM, sebut saja Komisi Nasional HAM, Pengadilan
HAM, Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Imparsial, Perhimpunan
Bantuan Hukum dan HAM Indonesia dan lainnya. Semua lembaga ini tentunya
membutuhkan tenaga penggerak dari masyarakat untuk menegakkan HAM.

 Memberikan Masukan pada Pemerintah


Salah satu fungsi masyarakat adalah sebagai agen kontrol sosial. Segala tindakan
yang pemerintah lakukan dalam rangka menegakkan HAM tentunya memiliki
berbagai kekurangan disana sini. Maka dari itu, menjadi tugas bagi kita untuk
menemukan celah-celah tersebut sambil merumuskan solusi terhadap permasalahan
itu dan selanjutnya adalah menyampaikan pada pemerintah.

BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Berjalannya priode politik pemerintahan bertambah juga peraturan Ham
diiringinya dengan kasus-kasus yang silih berganti terus terjadi. Maka dengan
memudahkan jalannya pemerintahan menegakkan HAM tersebut, haruslah diikuti
dengan masyarakat yang patuh.

B. SARAN
Saran saya kita sebagai masyarakat harus lah patuh akan HAM yang telah
ditentukan pemerintah. Hal tersebut agar mendapatkan kemakmuran dalam bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

https://minyukie.wordpress.com/sejarah-hak-asasi-manusia-di-indonesia/
https://brainly.co.id/tugas/309631
https://guruppkn-com.cdn.ampproject.org/v/s/guruppkn.com/peran-masyarakat-dalam-
penegakkan-ham/amp?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15997334757013&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fguruppkn.com%2Fperan-masyarakat-dalam-penegakkan-ham

Anda mungkin juga menyukai