Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................1
Dafrar Isi.................................................................................................................................2
BAB I
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II
A. Demokrasi Awal Kemerdekaan...............................................................................5
B. Demokrasi Masa Demokrasi Liberal.........................................................................6
C. Demokrasi Masa Demokrasi Terpimpin..................................................................6
D. Demokrasi Masa Orde Baru....................................................................................7
E. Demokrasi Masa Reformasi.....................................................................................8
BAB III
A. Kesimpulan..........................................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari
semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat ini
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dan
tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem
domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-
bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-
masing. Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh
pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi
baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi
Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia. Selain itu yang
melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari
banyaknya agama yang masuk dan berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya suku,
budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.

1.2. Rumusan Masalah

F. Demokrasi awal kemerdekaan


G. Demokrasi masa demokrasi liberal
H. Demokrasi masa demokrasi terpimpin
I. Demokrasi masa orde baru
J. Demokrasi masa reformasi

3
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui Demokrasi awal kemerdekaan
b. Untuk mengetahui Demokrasi masa demokrasi liberal
c. Untuk mengetahui Demokrasi masa demokrasi terpimpin
d. Untuk mengetahui Demokrasi masa orde baru
e. Untuk mengetahui Demokrasi masa reformasi

4
BAB II
ISI
A. Demokrasi Awal Kemerdekaan
Penerapan demokrasi pada periode ini belum berjalan dengan baik. Hal yang
demikian itu disebabkan situasi dan kondisi yang belum memungkinkan. Selama periode ini
negara lebih banyak disibukkan dengan upaya-upaya untuk mempertahankan kemerdekaan
dari berbagai kemungkinan serangan yang dilakukan penjajah dalam merongrong
kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers yang
mendukung revolusi kemerdekaan Adapun, elemen-elemen demokrasi yang lain belum
sepenuhnya terwujud, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Hal ini
dikarenakan pemerintah harus memusatkan seluruh energinya bersama-sama rakyat untuk
mempertahankan kemerdekaan dan menjaga kedaulatan negara, agar negara kesatuan tetap
hidup Sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 adalah presidensial. Akan
tetapi dua bulan setelah penetapan UUD 1945 sebagai hukum dasar negara Indonesia,
sistem pemerintahannya mengalami pergeseran menjadi parlementer.Pada periode ini
kekuasaan pemerintahan cenderung tersentralisasi. Hal yang demikian itu dikarenakan
lembaga-lembaga legislatif seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ataupun Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) belum dapat dibentuk.Pasal
IV Aturan Peralihan UUD 1945 menyebutkan bahwa sebelum lembaga-lembaga seperti
MPR, DPR, atau DPA dibentuk, kekuasaannya dipegang oleh Presiden yang dibantu oleh
komite nasional (KNIP). Inilah yang menyebabkan kekuasaan Presiden pada saat itu sangat
besar.Oleh karena itu, demi menghindari absolutisme/kemutlakan kekuasaan presiden maka
dilahirkan kebijakan-kebijakan yang memungkinkan pelaksanaan pemerintahan negara tetap
berjalan demokratis. Kebijkan-kebijkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.Maklumat
Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi
Parlemen. Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945 mengenai Pembentukan Partai
Politik. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan dari Kabinet
Presidensial ke Kabinet Parlementer (Yuliastuti dkk, 2011:69).Irawan (2007: 58)
menggambaran pada awal kemerdekaan muncul peregeseran gagasan ketatanegaraan yaitu
gagasan pluralisme ke gagasan organisme. Gagasan pluralisme adalah gagasan yang lebih
mengedepankan peranan negara dan peranan masyarakat dalam ketatanegaraan.

5
Dengan melihat realita belum memunkingkannya dibentuk lembaga-lembaga yang
dikehendaki oleh UUD 1945 sebagai aparatur demokrasi yang pluralistik, muncullah gagasan
organisme. Gagasan tersebut memberikan legitimasi bagi tampilnya lembaga MPR, DPR,
DPA untuk sementara dilaksanakan Presiden dengan bantuan Komite
Nasional.Semangat gagasan pluralisme yang sangat dijunjung tinggi oleh elite politik
Indonesia menandai berakhirnya pemusatan kekuasaan yang dimiliki presiden. Semangat
akan gagasan pularisme ini diakomodasi dalam rapat Komite Nasional pada 16 Oktober 1945
yang mengusulkan agar komite diserahahi tanggungjawab legislatif dan menetapkan Garis-
Garis Besar Haluan Negara (GBHN).Berdasarkan rapat komite ini lahirlah Maklumat
Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi
Parlemen. Maklumat Pemerintah tersebut memuat diktum yang intinya, sebagai
berikut.Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR (hasil pemilihan umum)
diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara;Menyetujui
bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan
dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang bertanggung
jawab kepada Komite Nasional Pusat

B. Demokrasi Masa Demokrasi Liberal


Setelah Indonesia kembali dalam bentuk Negara Kesatuan atau NKRI pada 17
Agustus 1950, pemerintahan Indonesia kembali dihadapkan pada permasalahan yang cukup
rumit. Masalah tersebut adalah ketidakstabilan politik. Berbagai Peristiwa politik yang terjadi
pada demokrasi liberal diantaranya :
A. Pergantian Kabinet yang Cepat
B. Hubungan Pusat dan Daerah
 C. Pemilu I Tahun 1955
 D. Kemacetan Konstituante 

C. Demokrasi Masa Demokrasi Terpimpin


sistem Demokrasi Terpimpin sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin
adalah sebuah sistem demokrasi yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada
pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno.[butuh rujukan] Konsep sistem Demokrasi
Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan
sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.[1] Demokrasi Terpimpin menurut
ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965 yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

6
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk
mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan padaNasakom.

D. Demokrasi Masa Orde Baru


Indonesia merupakan negara demokrasi. Hal ini terbukti dari sudut pandang normatif
dan empirik yang dimiliki bangsa Indonesia.  Berdasarkan situs resmi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bukti empirik bahwa Indonesia adalah
negara demokrasi dilihat dari alur sejarahnya.  Alur sejarah yang menyatakan bahwa
Indonesia negara demokrasi sebagai berikut:  Pemerintahan masa revolusi kemerdekaan
Indonesia (1945-1949) Pemerintahan parlementer (1949-1959) Pemerintahan demokrasi
terpimpin (1959-1965) Pemerintahan Orde Baru (1965-1998) Pemerintahan Orde Reformasi
(1998-sekarang) Kali ini akan dijelaskan mengenai pelaksaan demokrasi di Indonesia masa
Orde Baru (1965-1989).  Demokrasi Indonesia periode orde baru (1965-1998) Era baru
dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu antara 1966-
1968. Ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Baca juga: Isi
Pokok Demokrasi Pancasila dan Asasnya Era pemerintahan pada masa Soeharto dikenal
sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama pemerintahan Orde Baru
ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan visi tersebut, Orde Baru memberikan
harapan bagi rakyat Indonesia. Terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan
politik. Perubahan politik dari yang bersifat otoriter pada masa demokrasi terpimpin di bawah
Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis pada Orde Baru. Rakyat percaya terhadap
pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto atas dasar beberapa hal, yaitu:
Soeharto sebagai tokoh utama Orde Baru dipandang sebagai sosok pemimpin yang mampu
mengeluarkan bangsa Indonesia dari keterpurukan. Soeharto berhasil membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi musuh Indonesia pada masa ini. Soeharto berhasil
menciptakan stabilitas keamanan Indonesia pasca pemberontakan PKI dalam waktu relatif
singkat. Baca juga: Asas Pokok Demokrasi Tetapi harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya
terwujud. Karena sebenarnya tidak ada perubahan subtantif dari kehidupan politik Indonesia.
Antara Orde Baru dan Orde lama sebenarnya sama-sama otoriter. Dalam perjalanan politik
pemerintahan Orde Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di
Indonesia. Lembaga kepresidenan adalah pengontrol utama lembaga negara lain yang bersifat
suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA) maupun infrastruktur (LSM, Partai Politik

7
dan sebagainya). Soeharto mempunyai sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapa pun
seperti Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan dan Panglima
Tertinggi ABRI. Berdasarkan kondisi tersebut, pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh
dari harapan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya dijadikan
alat politik penguasa. Kenyataan yang terjadi, pelaksanaan Demokrasi Pancasila sama dengan
kediktatoran.

E. Demokrasi Masa Reformasi


Pelaksanaan demokrasi di era reformasi (1998-sekarang) ditandai dengan lengsernya
Soeharto setelah menjadi presiden selama 32 tahun. Dikutip dari situs resmi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, kepemimpinan nasional segera beralih dari Soeharto ke BJ
Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden. Beralihnya pemerintahan ke BJ
Habibie sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia dinilai sebagai jalan baru demi terbukanya
proses demokrasi di Indonesia. Demokrasi Indonesia periode reformasi Presiden BJ Habibie
meletakkan fondasi yang kuat bagi pelaksanaan demokrasi Indonesia pada masa selanjutnya.
Habibie menghapus berbagai kekangan demokrasi yang berlaku di era Soeharto.  Dalam
masa pemerintahan Presiden BJ Habibie muncul beberapa indikator pelaksanaan demokrasi
di Indonesia. Salah satunya, pada era reformasi diberikan ruang kebebasan pers sebagai ruang
publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Di era Orde Baru,
pembredelan atau pencabutan surat izin usaha pers kerap dilakukan apabila tidak sejalan
dengan pemerintah. Kemudian di era reformasi, sistem multipartai diberlakukan. Ini terlihat
pada Pemilihan Umum 1999. Habibie sebagai Presiden RI membuka kesempatan pada rakyat
untuk berserikat dan berkumpul sesuai ideologi dan aspirasi politiknya. Baca juga: Bukti
Normatif dan Empirik Indonesia Negara Demokrasi Karakteristik demokrasi periode
reformasi Demokrasi yang diterapkan di Indonesia pada era reformasi ini adalah Demokrasi
Pancasila. Dengan karakteristik berbeda dari Orde Baru dan sedikit mirip dengan Demokrasi
Parlementer 1950-1959. Kondisi demokrasi Indonesia periode reformasi dinilai sedang
menuju sebuah kesempurnaan. Warga negara bertugas mengawal demokrasi agar dapat
teraplikasikan dalam aspek kehidupan. Berikut ini karakteristik demokrasi pada periode
reformasi: Pemilu lebih demokratis Rotasi kekuasaan dari pemerintah pusat hingga daerah
Pola rekrutmen politik terbuka Hak-hak dasar warga negara terjamin Berikut ini
penjelasannya: Baca juga: Penyebab Kegagalan Demokrasi Parlementer Pemilu lebih
demokratis Pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis dari sebelumnya. Sistem Pemilu
terus berkembang memberikan jalan bagi rakyat untuk menggunakan hak politik dalam

8
Pemilu. Puncaknya pada 2004 rakyat bisa langsung memilih wakilnya di lembaga legislatif
serta presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung. Pada 2005 kepala daerah pun
(gubernur dan bupati atau wali kota) dipilih langsung oleh rakyat. Rotasi kekuasaan dari
pemerintah pusat hingga daerah Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan
pusat sampai pada tingkat desa. Presiden dan kepala daerah hanya bisa menjabat maksimal
dua periode. Pola rekrutmen politik terbuka Rekrutmen politik untuk pengisian jabatan politik
dilakukan secara terbuka. Setiap warga negara yang mampu dan memenuhi syarat dapat
menduduki jabatan politik tanpa diskriminasi. Hak-hak dasar warga negara terjamin Sebagian
besar hak dasar rakyat bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat,
berserikat, kebebasan pers, dan sebagainya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak
dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara 2. Prinsip demokrasi
dibedakan menjadi dua yaitu Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik dan Prinsip Non-
demokrasi (Kediktatoran) 3. Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Yaitu Demokrasi menurut
cara aspirasi rakyat (Demokrasi Langsung, Demokrasi Tidak Langsung) dan Demokrasi
(Berdasarkan Prinsip Ideologi, Demokrasi Liberal, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Pancasila)

B. Saran
Demokrasi di indonesia harus di pahamin karna agar semua masyarakat Indonesia
bisa menggunakan demokrasi masing-masing dengan sebaik-baiknya.

10

Anda mungkin juga menyukai