Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Politik Indonesia pada masa Demokrasi Liberal

Nama kelompok :
1. Komang Andre Suandita (10)
2. Rifcky Aditya Warman (28)
3. Ni Kadek Sri Suciani (20)
4. Putu Rista Andriani (27)

SMA NEGERI 1 GEROKGAK


TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan YME yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber-sumber tertentu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Gerokgak, September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL…………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan ……………………………………………………… 2
D. Manfaat …………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi Liberal……………………………… 6
B. Sejarah Demokrasi Liberal ………………… ……………… 6
C. Hal-Hal Positif Dan Negatif Selama Berlakunya
Sistem Demokrasi Liberal……………………………… 7
D. Kehidupan Politik ………………………….. ……………. 8

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan............................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia menerapkan berbagai macam
sistem pemerintahan dan yang paling mengemuka adalah sistem demokrasi liberal dan
demokrasi terpimpin. Indonesia memasuki masa demokrasi liberal pada awal
pengakuan kedaulatan, masa ini berlaku antara tahun 1950-1959. Masa demokrasi
liberal atau parlementer ditandai dengan tumbuh suburnya partai politik dan
berlakunya kabinet parlementer. Prestasi politik dan kemelut politik merupakan hal
yang terjadi pada masa demokrasi liberal. Prestasi politik berupa pemberlakuan sistem
multipartai dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Kemelut politik berupa
kabinet yang silih berganti dan perdebatan berkepanjangan dalam konstituante.
Perjalanan sejarah Indonesia pada masa demokrasi liberal diwarnai oleh
pemerintahan dengan tujuh masa kebinet yang berbeda. Sistem pemerintahan pada
masa demokrasi liberal menetapkan bahwa kabinet-kabinet ini bertanggung jawab
secara langsung kepada parlemen. Kondisi Indonesia di masa demokrasi liberal
sangatlah rentan karena dalam kurun pemerintahan ketujuh kabinet tersebut, kinerja
kabinet sering mengalami deadlock dan ditentang oleh parlemen. Hal tersebut terjadi
karena adanya kelompok oposisi yang kuat sehingga mengakibatkan timbulnya
konflik kepentingan dalam proses perumusan dan pembuatan kebijakan negara.
Demokrasi liberal mewariskan ketidakstabilan politik yang cukup parah dan
membuahkan berbagai pergolakan serta pemberontakan dalam negeri yang
mengancam persatuan bangsa. Melihat keadaan tersebut, Presiden Soekarno terdorong
untuk menerapkan sistem pemerintahan yang sentralistis yang berpusat di tangan
presiden yang dikenal dengan Demokrasi Terpimpin ditandai dengan dikeluarkannya
dekrit Presiden 5 Juli 1959. Keputusan tersebut diambil atas pertimbangan
menempatkan kesatuan bangsa sebagai yang utama.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian demokrasi liberal ?
2) Bagaimana sejarah demokrasi liberal di Indonesia ?

4
3) Apa sajakah hal-hal positif dan negatif selama berlakunya sistem demokrasi
liberal ?
4) Bagaimanakah kehidupan politik Indonesia di masa demokrasi liberal ?
5) Bagaimana akhir masa demokrasi liberal di Indonesia ?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian demokrasi liberal
2) Untuk mengetahui sejarah demokrasi liberal di Indonesia
3) Untuk mengetahui hal-hal positif dan negatif selama berlakunya sistem demokrasi
liberal
4) Untuk mengetahui kehidupan politik Indonesia di masa demokrasi liberal

D. Manfaat
1) Dapat mengetahui pengertian demokrasi liberal
2) Dapat mengetahui sejarah demokrasi liberal di Indonesia
3) Dapat mengetahui hal-hal positif dan negatif selama berlakunya sistem demokrasi
liberal
4) Dapat mengetahui kehidupan politik Indonesia di masa demokrasi liberal

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Liberal


Secara etimologis kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos
yang berarti rakyat dan kratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sementara liberalisme
adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa demokrasi liberal adalah sistem politik yang
menganut kebebasan individu. Secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan
pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas diberlakukan
pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan
hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi. Demokrasi liberal pertama kali
dikemukakan pada abad pencerahan oleh penggagas teori kontrak sosial seperti
Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques Rousseau.

B. Sejarah Demokrasi Liberal di Indonesia


Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI melaksanakan demokrasi
parlementer yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini
disebut masa demokrasi liberal. Indonesia dibagi 10 provinsi yang mempunyai
otonomi dan berdasarkan UUDS 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat
pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri
(kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR). Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk
lahirnya partai-partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem
multipartai.
Demokrasi liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataannya
rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem demokrasi liberal tidak
cocok dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Pada tanggal 5 Juli 1959
Presiden Soekarno mengumumkan dektrit mengenai pembubaran konstituante dan

6
berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap
tidak cocok dengan keadaan ketatanegaraan Indonesia.

C. Hal-hal Positif dan Negatif Selama Berlakunya Sistem Demokrasi Liberal


Menurut Herbert Feith, selama berlakunya sistem parlementer, terdapat hal-hal
negatif yang terjadi, antara lain sebagai berikut.

a. Kebijakan pemerintahan jangka panjang banyak yang tidak dapat terlaksana


akibat masa kerja kabinet rata-rata pendek.
b. Meningkatnya ketegangan sosial di masyarakat akibat masa kegiatan kampanye
pemilu yang berlangsung lama, yaitu sejak tahun 1953 hingga tahun 1955.
c. Kebijaksanaan beberapa perdana menteri yang cenderung menguntungkan
partainya sendiri.

Herbert Feith juga mencatat beberapa hal positif dalam pelaksanaan demokrasi
liberal pada masa 1950-1959, antara lain sebagai berikut.

a. Pemerintah berhasil melaksanakan program-programnya seperti dalam bidang


pendidikan, peningkatan produksi, peningkatan tingkat ekspor, dan
mengendalikan inflasi.
b. Kabinet dan ABRI berhasil mengatasi pemberontakan-pemberontakan, seperti
Republik Maluku Selatan (RMS) dan DI/TII di Jawa Barat.
c. Pesatnya jumlah pertumbuhan sekolah-sekolah.
d. Indonesia mendapat nama baik di dunia internasional karena berhasil
menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada April 1955.
e. Pers menikmati kebebasan yang cukup sehingga banyak variasi dalam
pemberitaan, serta hadirnya kritik dari pers, terutama dalam kolom kartun dan
pojok.
f. Badan-badan pengadilan menikmati kebebasan yang besar dalam menjalankan
fungsinya.
g. Hanya terdapat sedikit ketegangan diantara umat beragama.
h. Minoritas Tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah.

7
D. Kehidupan Politik
Hasil Konferensi Meja Bundar pada 2 November 1949 di Den Haag
melahirkan terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Setelah itu,
diangkatlah Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan perdana menteri yang pertama,
dan dibentuk pula kabinet. Namun, pada Agustus 1950, RIS dibubarkan karena
sebagian negara-negara federal Belanda membubarkan diri dan menginginkan kembali
ke pengakuan Republik Indonesia. Kemudian pada 15 Agustus 1950, Presiden
Soekarno menandatangani rancangan UUD NKRI (RI dan RIS) yang kemudian lebih
dikenal dengan UUDS 1950 sehingga pada periode ini bentuk negara Indonesia yang
semula federal beralih pada bentuk negara kesatuan dimana kekuasaannya dipegang
oleh pemerintah pusat dan menganut sistem pemerintahan parlementer.
Tetapi, praktik sistem pemerintahan parlementer yang diterapkan pada masa
berlakunya UUDS 1950 ini ternyata tidak membawa bangsa Indonesia ke arah
kemakmuran, keteraturan, dan kestabilan politik. Hal ini tercermin dari jatuh
bangunnya kabinet dalam kurun waktu antara 1950-1959, telah terjadi 7 kali
pergantian kabinet, yaitu.
a. Kabinet Natsir (6 September 1950-18 April 1951)
Program kerja:
1) Meningkatkan keamanan dan ketertiban.
2) Menguatkan konsolidasi, penyempurnaan susunan pemerintahan.
3) Penyempurnaan angkatan perang.
4) Memperjuangkan masalah Irian Barat.
5) Meusatkan perhatian pada ekonomi rakyat sebagai fondasi ekonomi nasional.
Hasil kerja:
1) Memetakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
2) Masukknya Indonesia menjadi anggota PBB.
3) Dilaksanakannya perundingan masalah Irian Barat dengan pihak Belanda.
Kegagalan:
Gagalnya perundingan dengan Belanda tantang masalah Irian Barat,
mengakibatkan munculnya mosi tidak percaya pada kabinet Natsir di parlemen.
b. Kabinet Sukiman (26 April 1951-1952)
Program kerja:
1) Penerapan tindakan tegas untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

8
2) Memperjuangkan keamanan dan kesejahteraan rakyat dengan memperbarui
hukum agrarian untuk kesejahteraan petani.
3) Mempersiapkan segala usaha untuk pemilu.
4) Memperjuangkan Irian Barat dalam wilayah Indonesia.
Hasil Kerja:
Banyaknya hambatan dalam kabinet Sukiman membuat hasil kerja kabinet ini
tidak maksimal. Hambatannya, antara lain kondisi keamanan negara yang belum
stabil, adanya perseteruan antar berbagai elemen politik, dan adanya permasalah
dengan politik luar negeri Indonesia.
Kegagalan:
Kegagalan kabinet ini, yaitu dalam penanganan masalah keamanan dalam
negeri, memihaknya Indonesia kepada blok barat dengan menandatangani Mutual
Security Act dengan pemerintah Amerika Serikat.
c. Kabinet Wilopo (19 Maret 1952-2 Juni 1953)
Program kerja:
1) Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu.
2) Meningkatkan taraf kemakmuran, pendidikan, dan keamanan rakyat.
3) Berusaha menyelesaikan masalah Irian Barat, memperbaiki hubungan dengan
Belanda, dan konsisten menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif.
Hasil kerja:
Kabinet ini menghadapi banyak hambatan dalam melaksanakan tugasnya,
antara lain:
1) Munculnya sentimen kedaerahan akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah.
2) Adanya konflik di tubuh angkatan darat yang mengakibatkan terjadinnya
peristiwa 17 Oktober 1952.
3) Adanya peristiwa Tanjung Morawa di Sumatra Utara.
Kegagalan:
Dengan adanya hambatan tersebut, kabinet ini melahirkan mosi tidak percaya
dari kelompok oposisi pemerintah bernama Sarekat tani Indonesia dan diakhiri dengan
pengembalian mandat oleh Wilopo.
d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953-24 Juli 1955)
Program kerja:
1) Mempersiapkan penyelenggaraan pemilu yang rencananya diadakan pada
tengah tahun 1955.

9
2) Mengatasi gangguan keamanan dan pemberontakan di daerah.
3) Melaksanakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan turut berperan
dalam menciptakan perdamaian dunia.
Hasil kerja:
1) Disusunnya kerangka panitia pelaksanaan pemilu.
2) Suksesnya pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
3) Membaiknya hubungan dengan Cina.
Kegagalan:
1) Memperjuangkan Irian Barat ke dalam negara Indonesia.
2) Munculnya pemberontakan di berbagai daerah.
3) Masih berlanjutnya konflik di tubuh Angkatan Darat, yaitu dengan mundurnya
A. H. Nasution yang digantikan oleh Bambang Sugeng.
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-3 Maret 1956)
Program kerja:
1) Memerintahkan polisi militer untuk menangkap Mr. Djody Gondokusumo atas
kasus korupsi di departemen kehakiman.
2) Melaksanakan pemilu secara baik, maksimal, dan secepat mungkin.
3) Mengangkat kembali A.H. Nasution sebagai KSAD pada 28 Oktober 1955.
Hasil kerja:
1) Diselenggarakannya pemilu tahun 1955.
2) Dibubarkannya Uni Indonesia-Belanda.
3) Berhasil menentukan sistem parlemen Indonesia.
Kegagalan:
Banyak perseteruan antara pemenang pemilu yang meyebabkan sidang
parlemen menjadi deadlock.
f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956-14 Maret 1957)
Program kerja:
1) Memperjuangkan masuknya Irian Barat ke Indonesia.
2) Mempercepat proses pembentukan daerah otonom di Indonesia.
3) Meningkatkan kesejahteraan kaum buruh dan pegawai negeri serta
menyehatkan dan menyeimbangkan anggaran belanja dan keuangan negara.
4) Mengganti sistem ekonomi kolonial menjadi sitem ekonomi nasional.
Hasil kerja:
1) Ditandatanganinya undang-undang pembatalan KMB oleh Presiden Soekarno.

10
2) Beralihnya perusahaan Belanda menjadi milik warga Tionghoa.
3) Kepentingan Belanda diperlakukan sesuai dengan hukum yang berlaku di
Indonesia.
Kegagalan:
Munculnya sentimen anti-Cina dalam masyarakat, munculnya kekecewaan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, tidak stabilnya kondisi pemerintah
dengan banyaknya partai politik, dan munculnya gerakan separatis di berbagai daerah.
g. Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya (9 April 1957-10 Juli 1959)
Program kerja:
1) Pembentukan dewan nasional.
2) Normalisasi keadaan Republik.
3) Memperjuangkan lancarnya pelaksanaan pembatalan hasil KMB.
4) Memperjuangkan kembali Irian Barat ke wilayah Indonesia.
5) Mempercepat dan mengintensifkan program pembangunan.
Hasil kerja:
1) Dibentuknya dewan nasional untuk menampung aspirasi rakyat yang
tergabung dalam nonpartai.
2) Pembersihan pejabta-pejabat yang melakukan korupsi.
3) Dilaksanakannya konsolidasi dengan daerah-daerah yang melakukan
pemberontakan dengan tujuan agar dapat menormalisasi keamanan negara.
4) Ditetapkannya peraturan kelautan yang tertuang dalam Deklarasi Djuanda
tanggal 13 Desember 1957. Hal itu merupakan bukti keberhasilan diplomasi
Indonesia dalam memperjuangkan wilayah teritorial laut Indonesia.
Kegagalan:
Terjadi banyak pemberontakan separatis di daerah-daerah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada akhir Desember 1949 secara
hukum internasional Indonesia memiliki prospek sebagai Negara yang dapat
menentukan masa depannya sendiri dan pada 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno
menandatangani rancangan UUD NKRI yang dikenal dengan UUDS 1950 yang
kemudian mulai diberlakukan tanggal 17 Agustus 1950.
Dengan diberlakukannya UUDS 1950 Indonesia menerapkan sistem
Demokrasi Liberal sejak tahun 1950 sampai tahun 1959. Pada masa Demokrasi
Liberal banyak terjadi kemelut politik salah satunya adalah silih bergantinya kabinet
selama 9 tahun. Selain itu, juga terjadi prestasi politik yang gemilang seperti
terlaksananya Konferensi Asia Afrika pada masa kerja kabinet Ali Sastroamidjojo I
dan terlaksananya pemilu yang pertama.
Namun, kekacauan politik yang terjadi pada masa Demokrasi Liberal tidak
kunjung usai hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 akibat kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD. Dengan dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menandakan berakhirnya masa Demokrasi Liberal dan
berlakunya masa Demokrasi Terpimpin

B. Saran
Dari sejarah berlakunya masa Demokrasi Liberal semoga kita mendapat
pelajaran dan hikmah dari apa yang telah terjadi juga bisa memperbaiki kesalahan
yang ada untuk kebaikan masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian pendidikan dan kebudayaan Indonesia. 2015. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Jakarta: Kemdikbud.

http://ariskaputri88.blogspot.co.id/2014/03/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-budaya.html

http://awalilmu.blogspot.co.id/2015/12/masalah-ekonomi-masa-demokrasi-liberal-terpimpin-
upaya-mengatasi.html

13

Anda mungkin juga menyukai