Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan Politik Indonesia Pada

Masa Demokrasi Liberal

Tugas makalah sejarah, kelompok 1

Disusun oleh : Aris Fudin

1
Tahun ajaran 2022/2023

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia menerapkan berbagai macam sistem
pemerintahan dan yang paling mengemuka adalah sistem demokrasi liberal dan demokrasi
terpimpin. Indonesia memasuki masa demokrasi liberal pada awal pengakuan kedaulatan,
masa ini berlaku antara tahun 1950-1959. Masa demokrasi liberal atau parlementer ditandai
dengan tumbuh suburnya partai politik dan berlakunya kabinet parlementer. Prestasi politik
dan kemelut politik merupakan hal yang terjadi pada masa demokrasi liberal. Prestasi politik
berupa pemberlakuan sistem multipartai dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis.
Kemelut politik berupa kabinet yang silih berganti dan perdebatan berkepanjangan dalam
konstituante.
Perjalanan sejarah Indonesia pada masa demokrasi liberal diwarnai oleh
pemerintahan dengan tujuh masa kebinet yang berbeda. Sistem pemerintahan pada masa
demokrasi liberal menetapkan bahwa kabinet-kabinet ini bertanggung jawab secara langsung
kepada parlemen. Kondisi Indonesia di masa demokrasi liberal sangatlah rentan karena
dalam kurun pemerintahan ketujuh kabinet tersebut, kinerja kabinet sering mengalami
deadlock dan ditentang oleh parlemen. Hal tersebut terjadi karena adanya kelompok oposisi
yang kuat sehingga mengakibatkan timbulnya konflik kepentingan dalam proses perumusan
dan pembuatan kebijakan negara.
Demokrasi liberal mewariskan ketidakstabilan politik yang cukup parah dan
membuahkan berbagai pergolakan serta pemberontakan dalam negeri yang mengancam
persatuan bangsa. Melihat keadaan tersebut, Presiden Soekarno terdorong untuk
menerapkan sistem pemerintahan yang sentralistis yang berpusat di tangan presiden yang
dikenal dengan Demokrasi Terpimpin ditandai dengan dikeluarkannya dekrit Presiden 5 Juli
1959. Keputusan tersebut diambil atas pertimbangan menempatkan kesatuan bangsa sebagai
yang utama.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian demokrasi liberal ?
2) Bagaimana sejarah demokrasi liberal di Indonesia ?
3) Apa sajakah hal-hal positif dan negatif selama berlakunya sistem demokrasi liberal ?
4) Bagaimanakah kehidupan politik Indonesia di masa demokrasi liberal ?
5) Bagaimanakah kehidupan ekonomi Indonesia di masa demokrasi liberal ?

2
6) Apa saja kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi pada masa demokrasi
liberal ?
7) Bagaimanakah kehidupan pertahanan dan keamanan Indonesia di masa demokrasi
liberal ?
8) Bagaimana akhir masa demokrasi liberal di Indonesia ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian demokrasi liberal
2) Untuk mengetahui sejarah demokrasi liberal di Indonesia
3) Untuk mengetahui hal-hal positif dan negatif selama berlakunya sistem demokrasi liberal
4) Untuk mengetahui kehidupan politik Indonesia di masa demokrasi liberal
5) Untuk mengetahui kehidupan ekonomi Indonesia di masa demokrasi liberal
6) Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi pada masa
demokrasi liberal
7) Untuk mengetahui kehidupan pertahanan dan keamanan Indonesia di masa demokrasi
liberal
8) Untuk mengetahui akhir masa demokrasi liberal di Indonesia

D. Manfaat
1) Dapat mengetahui pengertian demokrasi liberal
2) Dapat mengetahui sejarah demokrasi liberal di Indonesia
3) Dapat mengetahui hal-hal positif dan negatif selama berlakunya sistem demokrasi liberal
4) Dapat mengetahui kehidupan politik Indonesia di masa demokrasi liberal
5) Dapat mengetahui kehidupan ekonomi Indonesia di masa demokrasi liberal
6) Dapat mengetahui kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi pada masa
demokrasi liberal
7) Dapat mengetahui kehidupan pertahanan dan keamanan Indonesia di masa demokrasi
liberal
8) Dapat mengetahui akhir masa demokrasi liberal di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Liberal


Secara etimologis kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang
berarti rakyat dan kratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sementara liberalisme adalah
sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman
bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yg utama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa demokrasi liberal adalah sistem politik yang menganut
kebebasan individu. Secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas diberlakukan pada sebagian besar
bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar
keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum
dalam konstitusi. Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada abad pencerahan oleh
penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-Jacques
Rousseau.

B. Sejarah Demokrasi Liberal di Indonesia


Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI melaksanakan demokrasi
parlementer yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut
masa demokrasi liberal. Indonesia dibagi 10 provinsi yang mempunyai otonomi dan
berdasarkan UUDS 1950 yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi
tersebut, pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem politik
pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai-partai politik, karena
dalam sistem kepartaian menganut sistem multipartai.
Demokrasi liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataannya rakyat
Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem demokrasi liberal tidak cocok dan tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengumumkan dektrit mengenai pembubaran konstituante dan berlakunya kembali UUD
1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan keadaan
ketatanegaraan Indonesia.

C. Hal-hal Positif dan Negatif Selama Berlakunya Sistem Demokrasi Liberal


Menurut Herbert Feith, selama berlakunya sistem parlementer, terdapat hal-hal
negatif yang terjadi, antara lain sebagai berikut.

4
a. Kebijakan pemerintahan jangka panjang banyak yang tidak dapat terlaksana akibat masa
kerja kabinet rata-rata pendek.
b. Meningkatnya ketegangan sosial di masyarakat akibat masa kegiatan kampanye pemilu
yang berlangsung lama, yaitu sejak tahun 1953 hingga tahun 1955.
c. Kebijaksanaan beberapa perdana menteri yang cenderung menguntungkan partainya
sendiri.

Herbert Feith juga mencatat beberapa hal positif dalam pelaksanaan demokrasi
liberal pada masa 1950-1959, antara lain sebagai berikut.

a. Pemerintah berhasil melaksanakan program-programnya seperti dalam bidang


pendidikan, peningkatan produksi, peningkatan tingkat ekspor, dan mengendalikan
inflasi.
b. Kabinet dan ABRI berhasil mengatasi pemberontakan-pemberontakan, seperti Republik
Maluku Selatan (RMS) dan DI/TII di Jawa Barat.
c. Pesatnya jumlah pertumbuhan sekolah-sekolah.
d. Indonesia mendapat nama baik di dunia internasional karena berhasil menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada April 1955.
e. Pers menikmati kebebasan yang cukup sehingga banyak variasi dalam pemberitaan,
serta hadirnya kritik dari pers, terutama dalam kolom kartun dan pojok.
f. Badan-badan pengadilan menikmati kebebasan yang besar dalam menjalankan
fungsinya.
g. Hanya terdapat sedikit ketegangan diantara umat beragama.
h. Minoritas Tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah.

D. Kehidupan Politik
Hasil Konferensi Meja Bundar pada 2 November 1949 di Den Haag melahirkan
terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Setelah itu, diangkatlah Soekarno dan
Hatta sebagai presiden dan perdana menteri yang pertama, dan dibentuk pula kabinet.
Namun, pada Agustus 1950, RIS dibubarkan karena sebagian negara-negara federal Belanda
membubarkan diri dan menginginkan kembali ke pengakuan Republik Indonesia. Kemudian
pada 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani rancangan UUD NKRI (RI dan
RIS) yang kemudian lebih dikenal dengan UUDS 1950 sehingga pada periode ini bentuk
negara Indonesia yang semula federal beralih pada bentuk negara kesatuan dimana
kekuasaannya dipegang oleh pemerintah pusat dan menganut sistem pemerintahan
parlementer.
Tetapi, praktik sistem pemerintahan parlementer yang diterapkan pada masa
berlakunya UUDS 1950 ini ternyata tidak membawa bangsa Indonesia ke arah kemakmuran,
keteraturan, dan kestabilan politik. Hal ini tercermin dari jatuh bangunnya kabinet dalam kurun
waktu antara 1950-1959, telah terjadi 7 kali pergantian kabinet, yaitu.
a. Kabinet Natsir (6 September 1950-18 April 1951)

5
Program kerja:
1) Meningkatkan keamanan dan ketertiban.
2) Menguatkan konsolidasi, penyempurnaan susunan pemerintahan.
3) Penyempurnaan angkatan perang.
4) Memperjuangkan masalah Irian Barat.
5) Meusatkan perhatian pada ekonomi rakyat sebagai fondasi ekonomi nasional.
Hasil kerja:
1) Memetakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
2) Masukknya Indonesia menjadi anggota PBB.
3) Dilaksanakannya perundingan masalah Irian Barat dengan pihak Belanda.
Kegagalan:
Gagalnya perundingan dengan Belanda tantang masalah Irian Barat, mengakibatkan
munculnya mosi tidak percaya pada kabinet Natsir di parlemen.
b. Kabinet Sukiman (26 April 1951-1952)
Program kerja:
1) Penerapan tindakan tegas untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
2) Memperjuangkan keamanan dan kesejahteraan rakyat dengan memperbarui hukum
agrarian untuk kesejahteraan petani.
3) Mempersiapkan segala usaha untuk pemilu.
4) Memperjuangkan Irian Barat dalam wilayah Indonesia.
Hasil Kerja:
Banyaknya hambatan dalam kabinet Sukiman membuat hasil kerja kabinet ini tidak
maksimal. Hambatannya, antara lain kondisi keamanan negara yang belum stabil, adanya
perseteruan antar berbagai elemen politik, dan adanya permasalah dengan politik luar negeri
Indonesia.
Kegagalan:
Kegagalan kabinet ini, yaitu dalam penanganan masalah keamanan dalam negeri,
memihaknya Indonesia kepada blok barat dengan menandatangani Mutual Security Act
dengan pemerintah Amerika Serikat.
c. Kabinet Wilopo (19 Maret 1952-2 Juni 1953)
Program kerja:
1) Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu.
2) Meningkatkan taraf kemakmuran, pendidikan, dan keamanan rakyat.
3) Berusaha menyelesaikan masalah Irian Barat, memperbaiki hubungan dengan
Belanda, dan konsisten menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif.
Hasil kerja:
Kabinet ini menghadapi banyak hambatan dalam melaksanakan tugasnya, antara
lain:
1) Munculnya sentimen kedaerahan akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah.

6
2) Adanya konflik di tubuh angkatan darat yang mengakibatkan terjadinnya peristiwa 17
Oktober 1952.
3) Adanya peristiwa Tanjung Morawa di Sumatra Utara.
Kegagalan:
Dengan adanya hambatan tersebut, kabinet ini melahirkan mosi tidak percaya dari
kelompok oposisi pemerintah bernama Sarekat tani Indonesia dan diakhiri dengan
pengembalian mandat oleh Wilopo.
d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953-24 Juli 1955)
Program kerja:
1) Mempersiapkan penyelenggaraan pemilu yang rencananya diadakan pada tengah
tahun 1955.
2) Mengatasi gangguan keamanan dan pemberontakan di daerah.
3) Melaksanakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan turut berperan dalam
menciptakan perdamaian dunia.
Hasil kerja:
1) Disusunnya kerangka panitia pelaksanaan pemilu.
2) Suksesnya pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
3) Membaiknya hubungan dengan Cina.
Kegagalan:
1) Memperjuangkan Irian Barat ke dalam negara Indonesia.
2) Munculnya pemberontakan di berbagai daerah.
3) Masih berlanjutnya konflik di tubuh Angkatan Darat, yaitu dengan mundurnya A. H.
Nasution yang digantikan oleh Bambang Sugeng.
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-3 Maret 1956)
Program kerja:
1) Memerintahkan polisi militer untuk menangkap Mr. Djody Gondokusumo atas kasus
korupsi di departemen kehakiman.
2) Melaksanakan pemilu secara baik, maksimal, dan secepat mungkin.
3) Mengangkat kembali A.H. Nasution sebagai KSAD pada 28 Oktober 1955.
Hasil kerja:
1) Diselenggarakannya pemilu tahun 1955.
2) Dibubarkannya Uni Indonesia-Belanda.
3) Berhasil menentukan sistem parlemen Indonesia.
Kegagalan:
Banyak perseteruan antara pemenang pemilu yang meyebabkan sidang parlemen
menjadi deadlock.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada akhir Desember 1949 secara
hukum internasional Indonesia memiliki prospek sebagai Negara yang dapat menentukan
masa depannya sendiri dan pada 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani
rancangan UUD NKRI yang dikenal dengan UUDS 1950 yang kemudian mulai diberlakukan
tanggal 17 Agustus 1950.
Dengan diberlakukannya UUDS 1950 Indonesia menerapkan sistem Demokrasi
Liberal sejak tahun 1950 sampai tahun 1959. Pada masa Demokrasi Liberal banyak terjadi
kemelut politik salah satunya adalah silih bergantinya kabinet selama 9 tahun. Selain itu, juga
terjadi prestasi politik yang gemilang seperti terlaksananya Konferensi Asia Afrika pada masa
kerja kabinet Ali Sastroamidjojo I dan terlaksananya pemilu yang pertama.
Namun, kekacauan politik yang terjadi pada masa Demokrasi Liberal tidak kunjung
usai hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 akibat
kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD. Dengan dikeluarkanny uji hia Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 menandakan berakhirnya masa Demokrasi Liberal dan berlakunya masa
Demokrasi Terpimpin

B. Saran
Dari sejarah berlakunya masa Demokrasi Liberal semoga kita mendapat pelajaran
dan hikmah dari apa yang telah terjadi juga bisa memperbaiki kesalahan yang ada untuk
kebaikan masa depan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Magdalia, dkk.2007.SEJARAH: untuk SMA dan MA Kelas XII Program Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta: Erlangga.

Alfian, Magdalia, dkk.2007.SEJARAH: untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta: Erlangga.

Matroji. 2007. SEJARAH: untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Hapsari, Ratna dan Adil, M. 2015. Sejarah untuk SMA/MA kelas XII Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Erlangga.

Kardiman, Yuyus, dkk.2015. Mandiri Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA dan MA
Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan Indonesia. 2015. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. Jakarta: Kemdikbud.

http://ariskaputri88.blogspot.co.id/2014/03/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-budaya.html

http://awalilmu.blogspot.co.id/2015/12/masalah-ekonomi-masa-demokrasi-liberal-terpimpin-upaya-
mengatasi.html

Nama anggota kelompok:

 Aris Fudin
 Yahya
 Risaldi rustam
 Rahmat
 Roger Wahyu louwol
 M. Auri Bambang Irawan
 Rendi mateis
 Jean feki pureng

Anda mungkin juga menyukai