Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DINAMIKA POLITIK Di INDONESIA


Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Politik
Dosen Pengampu: Ahmad Yani Fathur Rohman, S.

Disusun oleh:
1. Nabilla Meyvi Istoni (23105033)
2. Nur Anisah Zakiyah (23105034)
3. Muhamad Dafa Afriliansyah (23105041)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
PRODI SOSIOLOGI AGAMA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah kami
yang berjudul “Dampak perubahan politik di Indonesia dari masa ke masa” ini dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah ilmu politik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, Oleh
karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi
perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Makalah ini dapat penyusun selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Akhirnya, semoga tulisan yang
jauh dari sempurna ini ada manfaatnya.

Kediri, 19 Februari 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
1

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….


2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
3

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 4
C. Tujuan………………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………… 5

A. Politik Di Indonesia Era Perjuangan Kemerdekaan………………………………… 5


B. Dinamika Politik Indonesia Era Demokrasi Parlementer (1950-1959)........................ 7
C. Dinamika Politik Indonesia Era Demokrasi Terpimpin (1959-1966)........................... 8
D. Dinamika Politik Indonesia Era Orde Baru (1966-1998)............................................. 9
E. Dinamika Politik Indonesia Era Reformasi (1999-Masa Sekarang).......................... 10

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….


12

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 12
B. Saran………………………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 13

2
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia yang begitu melelahkan pada akhirnya
membuahkan kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17
Agustus 1945. Setelah itu, gagasan demokrasi dalam kehidupan politik mendapat tempat
yang sangat utama. Bangsa Indonesia pun masuk dalam babak kehidupan baru sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh. Dinamika politik Indonesia didorong oleh
berbagai faktor, antara lain sejarah pergerakan sosial yang panjang, geografi dengan
beragam pulau dan bahasa, serta struktur sosial yang mempengaruhi budaya, agama, dan
pola politik. Saat ini, dinamika politik Indonesia didominasi oleh fenomena seperti
kekecewaan masyarakat terhadap partai politik, sentimen de-hiper diferencia si, golput,
dan upaya partai politik untuk memenangkan pemilu legislatif.
Banyaknya isu-isu yang timbul dan harus dihadapi oleh UU akibat berbagai faktor,
termasuk konflik internal antara elit politik, aspirasi individu untuk berkekuasaan, dan
masalah yang mendorong perubahan dalam struktur pemerintahan harus memilikin solusi
atau penanganan. Dinamika politik merupakan konsep yang menggambarkan pergerakan
politik dalam pemerintahan yang secara langsung memengaruhi masyarakat, termasuk
pertumbuhan, adaptasi, dan beradaptasi sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Dinamika politik terkait dengan persoalan partisipasi dan demokrasi, dan
mempengaruhi pergeseran dalam politik antara lembaga atau badan pemerintahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika politik meliputi seni dan budaya lokal,
sensitivitas terhadap informalitas masyarakat, dan money politics (politik uang).
Dinamika politik memberi pandangan bahwa seni dan budaya lokal merupakan medium
untuk mengekspresikan aspirasi dan kepentingan politik yang sangat penting bagi
komunitas lokal.

3
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan politik di Indonesia?
2. Bagaimana politik di Indonesia dari masa ke masa?

c. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Politik. Selain itu dengan adanya makalah ini penyusun berharap agar dapat bermanfaat
bagi pembaca dan menambah wawasan pembaca mengenai dinamika perpolitikan di
Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Politik Di Indonesia Era Perjuangan Kemerdekaan


Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia yang begitu panjang pada
akhirnya membuahkan kemerdekaan yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada
tanggal 17 Agustus 1945. Setelah itu, gagasan demokrasi dalam kehidupan politik
mendapat tempat yang sangat utama. Bangsa Indonesia pun masuk dalam babak
kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh. Meskipun sistern
pemerintahan yang diterapkan masih belum sesuai seperti yang diharapkan akan tetapi
sistem pemerintahan tersebut dapat membawa Indonesia sampai kepada pengakuan
kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 desember 1949.
Pemerintah berusaha untuk melengkapi struktur pemerintahan yang mana pada
awal kemerdekaan indonesia antara legislative, eksekutif, dan yudikatif masih belum
terbentuk sempurna dan juga lembaga dan kelengkapan negara yang mana pada saat
itu. Indonesia juga terutama dalam sistem pertahanan maka karena itu dalam
perjalanannya lembaga dan alat kelengkapan negara menjadi tugas bagi pemerintahan
yang baru terbentuk.
Setelah sidang PPKI yakni pada tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia
menerapkan sistem presidensial yaitu dengan diangkatnya Ir. Soekarno diangkat
sebagai presiden dengan wakilnya Mohammad Hatta. Namun sistem ini berubah pada
tanggal 16 Oktober 1945 karena keluar maklumat Wakil presiden nomor 10 tentang
perubahan tugas dari KNIP (Komite Nasional Pusat). Tujuan dibentuknya KNIP
adalah bertugas untuk membantu presiden dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Namun setelah keluarnya maklumat wakil presiden nomor 10 pada tanggal 16 oktober
1945 maka KNIP berubah fungsi menjadi DPR sementara selain dari pada
melaksanakan tugas-tugasnya untuk membantu presiden. Sejak saat itu maka
Indonesia menerapkan sistem parlementer di Indonesia.
Pada tanggal 14 November 1945 sekutu membonceng NICA di Indonesia.
Kabinet syahrir yang sudah terbentuk berupaya untuk melakukan diplomasi dengan
belanda untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan belanda melalui perundingan
linggajati. Pada tanggal 3 november 1945 keluar lagi maklumat Wakil Presiden nomor
10 tentang pembentukan partai politik, tujuan dari maklumat ini adalah untuk
menghindari PNI yang sebelumnya menjadi partai tunggal dalam pemerintahan akan

5
tetapi ada dampak dari keluarnya maklumat Wakil Presiden nomor 10 tanggal 3
November 1945, maka Indonesia menerapkan sistem multipartai di dalam parlemen.
Sistem multipartai menimbulkan rivalitas politik antar partai satu dengan
partai lain yang memiliki perbedaan ideology atau pandangan sehingga menimpulkan
gejolak persaingan partai politik dan juga menyebabkan kehidupan politik Indonesia
menjadi semakin tidak stabil. Pada tanggal 21 juli 1947 belanda melancarkan agresi
militernya yang pertama, akibat dari agresi militer yang pertama ini maka kabinet
Syahrir pun jatuh dan digantikan oleh kabinet Amir Syariffudin yang berhaluan
komunis.
Kabinet Amir Syariffudin pun melaksanakan tugasnya itu dengan melakukan
diplomasi dengan belanda, agresi militer pertama pun diakhiri dengan
dilaksanakannya perjanjian renfil, akan tetapi perjanjian renfill ini ternyata
memberikan keuntungan bagi belanda dan membawa kerugian bagi Indonesia
akibatnya tumbuh permasalahan baru dan kabinet Amir Syarifudin pun terjatuh dan
digantikan oleh kabinet Hatta yg mulai bertugas pada 29 januari 1948, pada masa
kabinet Hatta terjadi lagi agresi militer belanda yang kedua yang mana belanda
berusaha untuk mendapatkan lagi wilayah Indonesia pasca proklamasi pada tanggal
17 Agustus 1945.
Pada tanggal 19 desember 1948 belanda melancarkan agresi militernya yang
kedua dengan menangkap sejumlah petinggi-petinggi dan menangkap sejumlah tokoh
negara Indonesia, diantaranya adalah Soekarno Hatta, mereka di asingkan. Kabinet
hatta bertahan hingga terlaksananya konferensi meja bundar dan pengakuan
kedaulatan Indonesia pada tnggl 27 desember 1949. Sistem parlementer ini bertahan
hingga keluarnya dekrit presiden 5 Juli 1959. BPUPKI menunjukkan besarnya
komitmen pendiri bangsa untuk mewujudkan demokrasi politik di Indonesia.
Mohammad Yamin memasukkan asas peri kerakyatan dalam usulan dasar negara
Indonesia merdeka. Soekarno memasukkan. asas mufukat atau demokrasi dalam
usulan tentang dasar negara Indonesia merdeka yang kemudian diberi nama Pancasila.

6
B. Dinamika Politik Indonesia Era Demokrasi Parlementer (1950-1959)
Era Demokrasi Parlementer merupakan era dimana perjuangan kemerdekaan
Indonesia telah berhasil melalui serangkaian permasalahan eksternal dan internal yang
selama ini menjadi ancaman utama terhadap eksistensi RI. Latar belakang demokrasi
parlementer di Indonesia, yang juga dikenal sebagai demokrasi liberal, adalah
jatuhnya Kabinet Presidensial Pertama pada 14 November 1945. Pada masa
selanjutnya, sistem NKRI dibangun dengan dasar konstitusi Undang- Undang Dasar
Sementara 1950 yang terus disempurnakan sebagai peralihan dari Konstitusi RIS yang
berlaku pada masa sebelumnya.
Sistem pemerintahan pada era ini merupakan pemerintahan parlementer
seperti yang telah diinisiasi pada saat pembentukan parlemen pertama kali di bawah
pimpinan Bapak Sutan Syahrir. Salah satu pencapaian dalam proses politik pada masa
ini adalah diselenggarakannya Pemilihan Umum Tahun 1955. Pemilihan Umum
Tahun 1955 yang berdasarkan asas multipartai ini memilih anggota Konstituante
secara demokratis. Konstituante inilah yang kemudian diberikan mandat untuk
menyempurnakan UUDS 1950 ke dalam platform UUD yang sempurna.
Masa Demokrasi Parlementer adalah masa ketika pemerintah Indonesia
menggunakan UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara) sebagai
undang-undang negara dan sistem pemerintahan parlementer. Artinya, kabinet
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) bukan kepada presiden. Kabinet dipimpin
oleh seorang perdana menteri, sementara itu presiden hanya berfungsi sebagai kepala
negara saja.
Sistem politik pada era ini berfokus pada upaya-upaya melakukan rekonsiliasi
nasional dan pembangunan bertahap yang diperuntukkan sebagai landasan sistem
politik nasional secara keseluruhan. Pemberlakuan sistem parlementer memberikan
keseimbangan pada tata pemerintahan, selain itu fokus pokok pokok perhatian
pemerintah relatif bisa tercurahkan kepada dinamika internal dan aspek-aspek
kehidupan masyarakat setelah fase pemulihan kedaulatan yang terjadi di awal era
demokrasi parlementer, selanjutnya Indonesia dihadapi pada tantangan pembangunan
politik dan tata kepemerintahan internal yang masih menjadi buntut dari kegagalan
membentuk UUD yang baru.

7
C. Dinamika Politik Indonesia Era Demokrasi Terpimpin ( 1959-1966)
Demokrasi terpimpin dikenal dengan pemerintahan terkelola dengan
peningkatan otokrasi, dalam artian lain negara yang menganut sistem demokrasi
terpimpin adalah di bawah pemerintahan penguasa tunggal. Indonesia era demokrasi
terpimpin adalah sebuah periode dalam sejarah peradaban Indonesia modern. Praktik
secara resmi demokrasi terpimpin berlangsung di Indonesia dari tanggal 5 Juli 1959
hingga 11 Maret 1966, periode ini juga disebut dengan istilah Orde Lama.
Pada era demokrasi terpimpin, kekuasaan Presiden selaku pemimpin. eksekutif
dan kepala negara menjadi jauh lebih dominatif. Hal ini dapat dilihat dari
pembentukan berbagai negara serta keputusan-keputusan penting lainnya yang
mempengaruhi sistem politik dan pemerintahan RI. Tidak berhenti pada aspek
kewenangan Presiden yang cenderung dominan, Presiden turut aktif dalam
mencetuskan gagasan gagasan politik yang diperuntukkan menggalang massa internal
untuk meneruskan perjuangan kemerdekaan yang berdasarkan pada latar temporal.
Tumbuh suburnya partai partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah
tanggal 3 November 1945. Persaingan antar elit partai politik besar. Telah membawa
negara pada instabilitas politik, sehingga mandeknya ekonomi dan rawannya
keamanan. Akibat konflik berkepanjangan pada Badan Konstituante (merumuskan
UUD), mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin. Sistem politik poda masa demokrasi
terpimpin memberikan pandangan luas terhadap suatu fenomena politik sebagai
bagian dari interaksi sosial yang sangat luas.
Pertarungan ideologi pada tingkat domestik serta percaturan politik pada level
regional mengalihkan perhatian pemerintah dari tugas-tugas pembangunan ekonomi
yang terukur. Struktur politik yang tidak mampu menjalankan konsep pembagian
kekuasaan dan bertumpu pada salah satu instansi saja membuat pemerintahan tidak
berimbang, upaya-upaya untuk melakukan penilaian dan penyeimbangan
kebijakan-kebijakan pemerintah tidak. dapat berjalan dengan maksimal. Interksi
antara aspek politik dan aspek ekonomi mempengaruhi satu sama lain. Kebebasan
berpendapat juga dikekang di bawah Demokrasi Terpimpin, termasuk dengan
pelarangan terbit harian Abadi milik Masyumi dan harian Pedoman yang berafiliasi
dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Di Era Demokrasi Terpimpin kekuasaan
politik berpusat pada tiga pihak, yakni Presiden Sukarno, tentara dan PKI (Lev 2009:
11), bereda dengan sistem sebelumnya di mana kekuasaan terdistribusikan ke

8
berbagai partai politik dan parlemen memiliki otoritas. Demokrasi Terpimpin
bercorak otoriter. Sebagai konsekuensinya, tentara memasuki panggung politik
sementara Islam politik, yang diwakili oleh Masyumi, terpinggirkan.
Beberapa kemunduran politik yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin
antara lain mencakup melemahnya fungsi partai politik dan parlemen, tidak
diadakannya pemilihan umum, pembagian kekuasaan kepada beberapa pihak saja,
dalam hal ini antara Presiden Sukarno dan tentara (PKI baru mulai berpengaruh kuat
di politik Indonesia pada tahun 1964). Dalam Demokrasi Terpimpin, Sukarno
menekankan tentang revolusi yang masih belum selesai.
Harapan untuk menjadikan demokrasi terpimpin lebih baik dari demokrasi
parlementer mengalami kegagalan. Hal itu dikarenakan sistem demokrasi terpimpin
bukan hanya tidak demokratis, melainkan juga dinilai cenderung mengarah pada
sistem otoriterianisme. Kekuasaan presiden lebih dominan dibandingkan dengan
kekuasaan parlemen, dalam hal ini adalah aspirasi rakyat. Oleh karena itu, aspirasi
anggota parlemen menjadi lemah, sampai akhirnya terjadi gejolak politik yang tidak
dapat diatasi dengan baik oleh Presiden Soekarno.

D. Dinamika Politik Indonesia Era Orde Baru (1966-1998)


Berakhirnya pemerintahan Soekarno (Orde Lama) pada tahun 1965 dan
diangkatnya Soeharto sebagai presiden baru mengisyaratkan berakhirnya regulasi
birokrasi ala Orde Lama. Orde Baru menerapkan negara organis dengan sifat pluralis
dalam suatu pemerintahan. Sebagai negara organik, Indonesia mempunyai
kemandirian yang cukup besar dan bukan merupakan cerminan dari tuntutan dan
kepentingan dalam masyarakat. Dengan demikian, negara berperan aktif dalam
mengambil keputusan meskipun tidak demokratis. Konsep negara model ini tidak
memberlakukan slogan; "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Selanjutnya,
negara model ini dalam perkembangannya akan berubah menjadi negara yang
totalitarisme.
Sebagaimana diungkapkan Soeharto tentang makna Orde Baru, "Orde Baru
adalah peraturan seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita
letakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 45." Hal itu
dikarenakan sebelum Orde Baru lahir, terjadi berbagai gejolak politik sehingga
pemerintahan tidak berjalan dengan baik. Pada awalnya, Orde Baru tampil ke pentas
politik dengan membawa gaya politik yang berbeda, semacam menghidupkan kembali

9
demokrasi liberal yang dianut dalam bidang politik, dan berusaha memberikan
kepuasan di bidang ekonomi. Akan tetapi, langkah tersebut hanya pada masa-masa
awal kekuasaan sebab semakin lama seperti yang terjadi pada kemudian hari, Orde
Baru ternyata semakin menunjukkan dirinya sebagai negara yang kuat dan berperan
aktif dalam mengelola negara yang mengabaikan aspirasi rakyat.
Dengan demikian, nyata bahwa pada awal perjalanannya Orde Baru
dihadapkan pada masalah penciptaan mekanisme politik yang baru dan berusaha
memuaskan pendukung- pendukungnya. Perekonomian Indonesia yang melaju pesat
dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat di masa Orde Baru
diikuti dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.,Hal ini menyebabkan
kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo
mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah
menaikkan harga bahan bakar di tanggal 4 Mei 1998. Terjadi juga Tragedi Trisakti
yaitu tertembaknya empat mahasiswa di depan Universitas Trisakti yang semakin
mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah.
Tahun 1997-1998 merupakan periode Orde Baru yang menjadi masa kelam
bagi rakyat Indonesia. Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami
penurunan disusul dengan berakhirnya rezim Orde Baru. Setelah tiga dasawarsa lebih
menjabat, Orde Baru ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda sejak tahun 1997.
Ditambah besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah membuat Presiden
Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.

E. Dinamika Politik Indonesia Era Reformasi (1999-Masa Sekarang)


Dinamika politik di Indonesia masa reformasi masih diwarnai oleh berbagai
konflik. Padahal, sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, konflik
seharusnya dapat dihindari. Turunnya pemerintahan Soeharto merupakan awal
dimulainya tahapan baru bagi masyarakat Indonesia, yang kemudian dikenal dengan
era reformasi, yaitu suatu proses untuk membuka ruang- ruang politik, hukum,
ekonomi, sosial yang selama hampir 32 tahun tertutup.
Reformasi merupakan perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang
sosial, bidang politik atau agama. Pada era reformasi sistem pemerintahan
menerapkan sistem demokrasi pancasila diterapkan dengan asa demokrasi yang
berdasarkan UU No. 3/1999, partai-partai politik di Indonesia diberikan kesempatan
hidup kembali mengikuti pemilu multi partai (dukuti 48 parpol).

10
1. Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya akan
sangat tergantung pada sistem kepartaian yang diterapkan dalam suatu
negara. Jenis-jenis kelompok kepentingan diantaranya:
● Kelompok Anomik (kelompok spontan dan tidak memiliki nilai/norma),
● Kelompok Asosiasional (biasanya jarang terorganisir dan kegiatannya
kadang-kadang).
● Kelompok Institusional (merupakan kelompok pendukung kepentingan
institusional seperti partai politik, korporasi bisnis, dll.),
● Kelompok Asosiasional (merupakan kelompok yang terorganisir yang
menyatakan kepentingan dari suatu kelompok dan memiliki prosedur teratur).
2. Kelompok penekan (pressure group), merupakan salah satu institusi politik
yang dapat dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan.
kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi bahkan
membentuk kebijakan pemerintah. Contoh institusi Kelompok penekan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi sosial keagamaan,
Organisasi Kepemudaan, Organisasi Lingkungan Hidup, Organisasi
pembela Hukum dan HAM, Yayasan atau Badan hukum lainnya.
3. Media komunikasi politik (political communication media), merupakan.
salah satu instrumen politik yang dapat berfungsi untuk menyampaikan
informasi dan persuasi mengenai politik. Contoh media komunikasi surat
kabar, telefon, faximile, internet, televisi, radio, film, dan sebagainya.
4. Tokoh politik (political figure), pengangkatan tokoh-tokoh politik
merupakan proses transformasi seleksi terhadap anggota-anggota
masyarakat dari berbagai subkultur.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamika politik merupakan konsep yang menggambarkan pergerakan politik
dalam pemerintahan yang secara langsung mempengaruhi masyarakat, termasuk
pertumbuhan, adaptasi, dan beradaptasi sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Perpolitikan di Indonesia dapat berubah-ubah karena berbagai macam faktor.
Perubahan politik juga dapat terjadi akibat pergeseran ideologi atau orientasi
politik di masyarakat. Perubahan dalam pandangan politik, misalnya dari ideologi
nasionalis ke ideologi liberal atau sebaliknya, dapat mempengaruhi arah kebijakan
dan tatanan politik negara.

B. Saran
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus bangga Negara kita menganut
sistem politik demokrasi pancasila yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Oleh
karena itu mari kita membantu pemerintah untuk menjalankan sistem politik di
Indonesia dengan cara apapun, bisa dengan mengeluarkan pendapat yang membangun
tapi tidak dengan bentuk anarkis.

12
DAFTAR PUSTAKA

A.Kamaluddin. 2015. Dinamika Politik Indonesia Politik Sejak Orde Lama Hingga
Reformasi. Bandung : Pustaka Setia.

(Yuliasman,2021)https://www.studocu.com/id/document/universitas-jambi/skripsi/makalah-di
namika-politik-di-indonesia/36334522

13

Anda mungkin juga menyukai