Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

SEJARAH KETATANEGARAAN PASCA KEMERDEKAAN

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sahrina Safiuddin, S.H., LL.M.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK

Muhammad Jafar Sidik H1A123181


Sitti Nurhasana H1A123218
Eva Jariah Saputri H1A123017
Ririn Anggraeni Putri H1A123340
Sinta Dela Puspita H1A123217
Arini Okta Ramadani H1A123262
Muhamad Salmin H1A119472UL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang

dengan izinnya saya dapat menyelesaikan makalah hukum tentang

Sejarah Ketatanegaraan Pasca Kemerdekaan.

Pada kesempatan penyampaian makalah ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sahrina Safiuddin, S.H.,

LL.M. yang telah memberi kepercayaan kepada penulis dengan

memberikan tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa hasil

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, untuk itu

penulis mengharapkan dengan selesainya makalah ini dapat

menjadi sumbangan pemikiran dan bermanfaat dalam kehidupan

bernegara secara umum dan khususmya dalam pembinaan dan

pembangunan hukum nasional.

Kendari, 31 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................1

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................4

A. Searah Perkembangan Ketatanmegaraan Indonesia Setelah

Kemerdekaan ....... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.

BAB III PENUTUP .................................................................. 10

A. Kesimpulan ........................................................................ 10

B. Saran ................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia, setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945,

memasuki era yang penuh tantangan dan perubahan yang

signifikan dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. Perjuangan

panjang dan berat untuk mencapai kemerdekaan

menggarisbawahi pentingnya membangun fondasi yang kuat bagi

negara yang baru lahir ini. Dalam konteks ini, sistem

ketatanegaraan menjadi salah satu aspek utama yang harus

diatur agar negara dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi dan keadilan.

Paska kemerdekaan, Indonesia tidak langsung memperoleh

stabilitas politik yang kokoh. Berbagai dinamika politik, termasuk

konflik internal antar kelompok politik dan tuntutan dari

berbagai golongan masyarakat, menjadi tantangan besar dalam

membangun negara yang merdeka dan berdaulat. Salah satu

langkah penting yang diambil adalah penyusunan Undang-

Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi yang

mengatur berbagai aspek kehidupan negara.

Sistem ketatanegaraan Indonesia setelah merdeka

mengalami perjalanan yang cukup kompleks. Awalnya, Indonesia

1
mengadopsi sistem parlementer dengan Presiden sebagai kepala

negara yang juga merupakan anggota kabinet. Namun,

perjalanan politik Indonesia tidak selalu mulus, dengan

pergantian presiden dan sistem pemerintahan yang mengalami

variasi sepanjang sejarah pasca-kemerdekaan.

Selain tantangan politik, Indonesia juga dihadapkan pada

beragam masalah ekonomi dan sosial. Proses pembangunan

ekonomi nasional, pemantapan kedaulatan di bidang ekonomi,

dan peningkatan kesejahteraan rakyat menjadi agenda utama

yang harus diatasi. Selain itu, Indonesia juga menghadapi

tantangan dalam membangun identitas nasional yang inklusif,

mengingat keragaman budaya, agama, dan suku bangsa yang

ada di dalamnya.

Perubahan signifikan dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia terjadi melalui proses amandemen terhadap UUD

1945. Amandemen tersebut mencerminkan upaya untuk

menyesuaikan sistem pemerintahan dengan tuntutan zaman dan

kebutuhan negara. Dengan demikian, pemahaman mendalam

tentang sejarah ketatanegaraan Indonesia pasca-merdeka

menjadi sangat penting untuk menggali akar masalah dan evolusi

sistem pemerintahan yang terjadi selama ini.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas,

maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok

pembahasan penulis untuk dibahas, yaitu:

1. Bagaimana sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia

Setelah Reformasi?.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan

makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ketatanegaraan

Indonesia Setelah Reformasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia Setelah

Reformasi

Gerakan reformasi tahunh 1998 dan Presiden Soeharto

meletakkan jabatannya tanggal 20 Mei 1998 digantikan oleh

Wakil Presiden B.J. Habibie. Reformasi menghendaki suatu

perubahan yang pada akhirnya penggantian berbagai peraturan

perundang-undangan, yang tidak sesuai dengan alam demokrasi

dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat.

Lahirnya Reformasi sebagai cermin dari sikap bangsa untuk

kembali pada sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan

konstitusi yang di konstruksikansebagai kesepakatan tertinggi

atau bahkan sebagai kontrak sosial seluruh rakyat dalam

bernegara bentuk perumusanya Undang-Undang Dasar tertulis

atau tidak tertulis secara tidak terdokumentasi dalam satu

kesatuan naskah tetapi tercatat dalam banyak naskah sejarah

seperti "Piagam Jakarta dsb.

Pada masa reformasi, Aspinall mengatakan bahwa Indonesia

sedang mengalami saat yang demokratis. Inisiatif politik yang

dimotori oleh Amien Rais mendorong reformasi terus bergulir.

Reformasi yang gegap gempita tersebut memberikan secercah

4
harapan akan munculnya tata kehidupan yang benar-benar

demokratis, yang ditandai dengan booming munculnya banyak

parpol baru, kebebasan berserikat, kemerdekaan berpendapat,

kebebasan pers, dan sebagainya yang merupakan ciri-ciri

demokrasi,

Reformasi dan tuntutan perubahan UUD 1945 merupakan

satu rangkaian ikhtiar yang dilakukan bangsa Indonesia dalam

menyongsong perubahan menuju masa depan yang lebih baik.

Salah satu konsekuensi logis tuntutan reformasi ialah perubahan

UUD 1945. Sebagai konstitusi negara, UUD 1945 dipandang

tidak sesuai lagi dengan kebutuhan rakyat Indonesia. Reformasi

dipilih sebagai upaya jalan keluar dari berbagai kebuntuan dalam

sistem sosial, politik, hukum, dan ekonomi yang dihadapi

Indonesia yang berujung pada krisis multidimensional yang

berkepanjangan. Krisis itu menyadarkan rakyat Indonesia untuk

melakukan perubahan secara damai dan konstitusional.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengembalikan Negara

Indonesia ke UUD 1945 sebagai pedoman dasar dalam

penyelenggaraan dan kehidupan bernegara pada tahun 1985

melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang

referendum, pemerintah mengubah ketentuan untuk perubahan

UUD 1945. Ketentuannya adalah untuk mengubah UUD 1945

5
harus dilakukan dengan persetujuan rakyat atas kehendak

MPR.Reformasi menjadi trend banyak pejabat dan tokoh terkenal

berlomba-lomba mengaku reformis sebagaimana dulu mereka

berlomba-lomba mengaku Pancasilais.

Harapan baru berhembus, kebebasan mulai terbuka dan

demokrasi seolah mulai kembali mendapatkan nafasnya. Pemilu

pertama pasca orde baru diikuti banyak sekali partai yang

seringkali membuat rakyat kebanyakan bingung. Dengan

demikan tepat birokrasi sebagai mesin kekuasaan yang memiliki

peran untuk menggerakkan proses administrasi negara

penyelenggaraan pemerintahan. Sedang arti pemerintah sebagai

alat kelengkapan negara yang meliputi atau mencakup semua

alat kelengkapan negara, yang pokoknya terdiri dari cabang-

cabang kekuasaan meliputi Eksekutif, Legislatif, dan dan

Yudikatif yang bertindak untuk dan atas nama Negara.

Dari segi isinya, konstitusi itu mengandung muatan nilai-

nilai fundamental dan norma-norma yang dituangkan secara

tertulis dan/atau di berlakukan secara nyata dalam praktek

penyelenggaraan negara. Janji itu tak lain para penyelenggara

akan kembali jalankan negara sesuai dengan konstitusi dasar

yaitu hidupkan kembali kehidupan berdemokrasi secara sehat

utamanya jalankan Pasal 27 dan 28 UUD 1945 yaitu

6
menghidupkan kembali wujudkan dijaminnya persamaan hak

bagi seluruh warga dan kebebasan kemukakan pendapat dan

kesepakatan untuk wujudkan janji reformasi sebagaimana

tercermin dalam UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Ketika era reformasi berkembang menyeruak dalam tatanan

kehidupan politik Indonesia, sebagian besar masyarakat

berharap akan lahirnya tatanan dan sistem perpolitikan yang

benar-benar demokratis. Namun, setelah hampir lima tahun

berjalan, praktik- praktik politik dan kehidupan berbangsa dan

bernegara yang demokratis belum menampakkan arah yang

sesuai dengan kehendak reformasi. Demokrasi pun kemudian

dipertanyakan dan digugat ketika sejumlah praktik politik yang

mengatasnamakan demokrasi seringkali justru menunjukkan

paradoks dan ironi.

Ketentuan tentang referendum jika dikaji dan dihubungkan

dengan Pasal UUD 1945 jelas menunjukan suatu penafsiran yang

berbeda. Berdasarkan pemahaman tersebut, MPR melalui

ketetapan MPR No.VII/MPR/1998 mencabut ketentuan

referendum sebagai salah satu tahap untuk mengubah UUD

1945. Sebagai negara hukum yang telah menentukan Pancasila

sebagai falsafah dan UUD 1945 sebagai dasar negara, maka

7
semua aturan kenegaraan harus bersumber atau dijiwai oleh

Pancasila dan UUD 1945. Begitu penting dan mendasamya

falsafah dan dasar Negara tersebut, harus dilakukan dengan

pemikiran yang betul-betul komprehensif, arif dan bijaksana.

Harapannya adalah falsafah dan dasar negara tersebut dapat

dijadikan landasan untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Persoalannya adalah apakah kita berani melakukan koreksi

lebih lanjut UUD 1945 (UUD kilat hanya membutuhkan waktu 81

hari mulai persiapan sampai diundangkannya. Tidak ada pilihan

dengan menggunakan pisau analisis keadilan UUD 1945 harus

ditinjau ulangtermasuk pasal yang telah diamandemen

khususnya Pasal 20 dan 21.Berbagai hal yang mendasar sesuai

perkembangan lingkungan yang strategis harus diatur dalam

konstitusi dasar.Kehidupan bangsa Indonesia saat ini sedang

menuju ke arah anomi, baik secara personal, sosial maupun

institusional. Anomi adalah suatu keadaan dimana manusia

sudah tidak tahu lagi standar prilaku yang harus diterapkan atau

sfafe normlesnes.

Sejak tahun 1999-2004, MPR telah mengamandemen

(mengubah/ menambah) UUD 1945 sebanyak empat kali.

Dengan telah ditetapkan Amandemen dan ketentuan Pasal 3 ayat

(1) bahwa MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD

8
1945. Adapun hasil perubahan UUD 1945 yang keempat terdiri

atas 21 bab, 37 pasal, 170 ayat, 3 pasal aturan peralihan, dan 2

ayat aturan tambahan. Kepastian hukum (rechtszekerhied. legal

certainty) merupakan asas penting dalam tindakan hukum

(rechtshandeling) dan penegakan hukum (rechtshandhaving, law

enforcement). Telah menjadi pengetahuan umum bahwa

peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian

hukum lebih tinggi daripada hukum kebiasaan, hukum adat atau

hukum yurisprudensi. Namun perlu diketahui pula bahwa

kepastian hukum peraturan perundang- undangan tidak

sematamatadiletakkan dalam bentuknya yangtertulis

(geschreven).

Untuk menjamin kepastian hukum suatu peraturan

perundang-undangan, selain memenuhi syarat-syarat formal,

harus pula memenuhi syarat-syarat lain yaitu: jelas dalam

perumusannya konsisten dalam perumusannya baik secara

intern maupun ekstem; penggunaan bahasa yang tepat dan

mudah dimengerti.

9
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Reformasi lahir sebagai respons bangsa Indonesia terhadap

keinginan untuk kembali pada sistem ketatanegaraan yang

sesuai dengan konstitusi, seperti yang diwujudkan dalam UUD

1945. Reformasi mewakili aspirasi untuk tata kehidupan yang

lebih demokratis dan bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Meskipun telah terjadi amandemen terhadap UUD 1945, masih

ada kebutuhan untuk terus meninjau dan memperbaiki

konstitusi sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis

dan kebutuhan masyarakat. Kepastian hukum dalam

perundang-undangan menjadi hal penting untuk menjamin

sistem yang adil dan teratur.

B. Saran

Upaya reformasi terus dilakukan dengan memperhatikan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta melakukan evaluasi

berkala terhadap konstitusi untuk menyesuaikannya dengan

perkembangan zaman dan kebutuhan bangsa. Selain itu, penting

untuk memastikan kejelasan dan konsistensi dalam perumusan

hukum serta memberikan kesempatan partisipasi yang lebih

besar bagi masyarakat dalam proses perubahan konstitusi.

10
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ridlwan, Zulkarnain. 2020. Sejarah Hukum Tata Negara

Indonesia: Pusaka Media. Bandarlampung.

11

Anda mungkin juga menyukai