Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DEMOKRASI REFORMASI

Disusun Oleh :
M. Sahrul Romdoni
M. Sandi
Nurtaman
Dede Suryanah
Dewi Setiawati
Diva Yustika Pratiwi
Ayu Nandani

KELAS : XI MIPA 1

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG


SMAN 20 KAB.TANGERANG
TAHUN PELAJARAN
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang era reformasi, yang merupakan periode penting
dalam sejarah Indonesia. Demokrasi reformasi dimulai pada tahun 1998 setelah
runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.
Periode ini ditandai dengan perubahan besar dalam sistem politik, ekonomi, dan
sosial budaya di Indonesia. Dalam makalah ini, kami berusaha mengulas secara
singkat dan padat tentang berbagai aspek penting dalam era reformasi, mulai dari
latar belakang, faktor penyebab, tokoh-tokoh penting, perubahan politik dan
ekonomi, hingga dampak dan evaluasi atas perkembangan yang telah terjadi
selama periode ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan demi perbaikan kualitas makalah ini. Akhir
kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang era reformasi dan berkontribusi dalam memperkaya pengetahuan kita
tentang sejarah Indonesia.

Pakuhaji, 14 Maret2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah.................................................................................................2

BAB 2 : PEMBAHASAN.......................................................................................3

1.1. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi ...................................................................3


1.2. Demokrasi Reformasi.......................................................................................7
1.3. Pemilihan Umum Pertama Setelah
Reformasi..................................................8
1.4. Kepemimpinan Presiden Pasca
Reformasi......................................................11
BAB 3 : PENUTUP ..............................................................................................19
1.1 Kesimpulan...................................................................................................19
1.2 Saran.............................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Era reformasi di Indonesia dimulai pada tahun 1998 setelah pengunduran
diri Presiden Soeharto yang memimpin rezim Orde Baru selama lebih dari 30
tahun. Perubahan signifikan terjadi di Indonesia, terutama dalam bidang
politik, sosial, dan ekonomi. Peristiwa penting yang memicu dimulainya era
reformasi adalah Tragedi 1998 yang terjadi pada bulan Mei, di mana tiga
mahasiswa yang melakukan demonstrasi di Jakarta ditembak mati oleh aparat
keamanan. Hal ini memicu aksi demonstrasi yang menuntut reformasi politik
dan sosial di seluruh Indonesia. Setelah Soeharto mundur, Indonesia
mengalami perubahan politik seperti perubahan konstitusi, pemilihan umum
yang lebih bebas dan adil, serta pembentukan lembaga-lembaga baru untuk
memantau kinerja pemerintah dan meningkatkan transparansi. Reformasi
sosial meliputi upaya untuk mengatasi korupsi, diskriminasi, dan pelanggaran
hak asasi manusia. Sedangkan reformasi ekonomi mencakup upaya untuk
mengurangi campur tangan pemerintah dalam sektor ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, Indonesia
masih dihadapkan pada tantangan dan masalah seperti korupsi dan
ketimpangan ekonomi. Demokrasi masih terus berkembang, dan beberapa
kelompok masyarakat masih belum merasa sepenuhnya terwakili dalam
proses politik. Meskipun demikian, era reformasi membuka jalan bagi
Indonesia untuk menjadi negara yang lebih demokratis, adil, dan sejahtera.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
 Apa latar belakang terjadinya Demokrasi Reformasi Indonesia?
 Apa faktor-faktor yang mendorong terjadinya Demokrasi Reformasi
Indonesia?

1
 Apa saja perubahan yang terjadi pada masa Demokrasi Reformasi
Indonesia?
1.3. Tujuan Masalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
 Memahami latar belakang terjadinya Demokrasi Reformasi Indonesia.
 Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya Demokrasi
Reformasi Indonesia.
 Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada masa Demokrasi
Reformasi Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1.1. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi


Sebelum Demokrasi Reformasi, Indonesia mengalami masa Orde Baru
yang dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun (1967-1998). Pada
masa ini, Indonesia mengalami kemajuan ekonomi yang signifikan, namun
juga diwarnai oleh praktik korupsi dan nepotisme yang merajalela. Selain itu,
kebebasan pers, hak asasi manusia, dan kebebasan berpendapat juga sangat
dibatasi.
Reformasi adalah perubahan dari kehidupan lama menuju kehidupan yang
lebih baik. Di Indonesia pada tahun 1998, gerakan Reformasi bertujuan untuk
memperbaiki tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan
sosial menuju Indonesia yang baru. Gerakan ini dipicu oleh kesulitan warga
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok, seperti sembako yang
harganya tinggi dan sulit didapatkan. Situasi politik dan kondisi ekonomi
yang tidak menentu semakin menambah ketidakpercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan Orde Baru yang dianggap tidak mampu menciptakan
kehidupan yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Orde Baru awalnya bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun,
dalam praktiknya, pemerintahan Orde Baru seringkali melakukan
penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 yang merugikan
rakyat kecil. Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan tersebut menimbulkan krisis
multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan Reformasi
di Indonesia. Adapun gerakan-gerakan yang memicu reformasi adalah
sebagai berikut :

3
a. Krisis Politik
Krisis politik ini dimulai pada tahun 1997 ketika terjadi krisis
ekonomi yang berdampak pada krisis moneter dan kemudian berlanjut
pada krisis politik yang lebih luas. Tuntutan reformasi politik semakin
meningkat akibat kebijakan otoriter dan korupsi yang terjadi di
pemerintahan Soeharto. Pada awalnya, tuntutan reformasi politik hanya
bersifat selektif dan terbatas, seperti tuntutan untuk membebaskan tahanan
politik, menghapuskan korupsi, dan memperbaiki sistem pemerintahan.
Namun, semakin lama, tuntutan reformasi semakin meluas hingga
mencakup tuntutan untuk merubah sistem politik yang otoriter dan
menghasilkan pemimpin yang lebih demokratis. Krisis politik pada era
Reformasi juga disebabkan oleh kekosongan kekuasaan yang terjadi
setelah Soeharto mengundurkan diri pada tahun 1998. Proses pemilihan
presiden baru terjadi dalam situasi yang kurang stabil dan banyak kandidat
yang tidak mendapat dukungan dari masyarakat. Selain itu, juga terjadi
konflik di beberapa daerah yang disebabkan oleh ketidakpuasan atas
pemilihan presiden yang dianggap tidak adil. Dalam upaya mengatasi
krisis politik tersebut, pemerintah Indonesia melakukan beberapa
reformasi politik seperti menghapuskan beberapa kebijakan otoriter dan
mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai upaya
pemberantasan korupsi. Namun, upaya tersebut masih belum dapat
sepenuhnya mengatasi krisis politik yang terjadi di Indonesia. Penyebab
terjadinya Krisis Politik Era Reformasi yaitu :
1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah
dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia).
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu
atau demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan
masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.

4
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap
warga negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun
Suharto dipilih menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR,
tetapipemilihan itu merupakan hasil rekayasadan tidak demokratis.

b. Krisis Hukum
Salah satu isu yang menjadi perhatian pada era Reformasi Indonesia
adalah krisis hukum. Sebelumnya, sistem hukum di Indonesia sangat
terkait dengan pemerintah dan tidak independen. Hal ini mengakibatkan
adanya kebijakan-kebijakan hukum yang tidak adil dan merugikan
masyarakat. Selain itu, pada masa Orde Baru, hukum seringkali digunakan
untuk menindas oposisi dan membungkam kritik terhadap pemerintah. Hal
ini menciptakan citra bahwa keadilan hanya berpihak pada golongan yang
berkuasa. Setelah Reformasi, upaya untuk memperbaiki sistem hukum
Indonesia dilakukan. Pada tahun 2002, Indonesia mengesahkan UU No.
22/2002 tentang Sistem Peradilan Pidana, yang mengatur prosedur hukum
dan menjamin hak asasi manusia. UU ini memberikan mandat pada sistem
peradilan pidana Indonesia untuk menjadi lebih independen dan
transparan. Namun, meskipun adanya perubahan dalam sistem hukum,
masih terdapat berbagai masalah hukum yang dihadapi oleh Indonesia saat
ini. Beberapa contoh masalah tersebut adalah:
1. Korupsi: Korupsi masih menjadi masalah serius di Indonesia dan
seringkali pengadilan tidak memberikan hukuman yang sepadan
dengan kejahatan yang dilakukan.
2. Hak Asasi Manusia: Meskipun ada undang-undang yang melindungi
hak asasi manusia, masih terdapat pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan oleh aparat keamanan, seperti tindakan kekerasan dan
penangkapan sewenang-wenang.
3. Hukuman Mati: Indonesia masih menerapkan hukuman mati sebagai
hukuman bagi pelaku kejahatan tertentu. Meskipun dibatalkan

5
sementara pada beberapa tahun lalu, tetapi penerapan hukuman mati
masih menjadi polemik dalam masyarakat.

Dalam hal ini, upaya untuk terus memperbaiki sistem hukum Indonesia
harus terus dilakukan. Reformasi sistem hukum harus menjadi salah satu
prioritas untuk membangun keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.

c. Krisis Ekonomi
Perkembangan ekonomi Indonesia terdampak oleh krisis moneter yang
menyebar di negara-negara Asia Tenggara pada Juli 1996. Krisis ini
menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis
global yang terjadi di dunia. Krisis ekonomi Indonesia dimulai dengan
penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tanggal
1 Agustus 1997, dimana nilai tukar rupiah turun dari Rp 2.575,00 menjadi
Rp 2.603,00 per dolar AS. Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah
semakin turun menjadi Rp 5.000,00 per dolar AS. Pada bulan Maret 1998,
nilai tukar rupiah mencapai titik terendahnya yaitu Rp 16.000,00 per dolar
AS. Krisis ekonomi Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi
yang mempengaruhinya, seperti :
1. Penyebab utama terjadinya krisis ekonomi adalah hutang luar negeri
Indonesia yang sangat besar. Walaupun hutang tersebut tidak
sepenuhnya merupakan hutang negara, namun memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam upaya-upaya untuk menangani krisis ekonomi.
2. Pemerintah Orde Baru berambisi untuk mengubah Indonesia menjadi
negara industri melalui industrialisasi. Namun, hal tersebut tidak
sejalan dengan realitas keadaan masyarakat Indonesia yang mayoritas
merupakan masyarakat petani dengan tingkat pendidikan yang sangat
minim.
3. Pemerintah Orde Baru memiliki ciri sentralistik yang kuat, dimana
seluruh keputusan penting dibuat di Jakarta. Sebagai hasilnya, peran

6
pemerintah pusat memiliki pengaruh yang besar dan pemerintah
daerah dianggap sebagai alat pelaksana kebijakan pemerintah pusat.

d. Krisis Sosial
Krisis sosial di Indonesia pada era reformasi terjadi karena berbagai faktor.
Beberapa faktor penyebabnya antara lain kebijakan ekonomi yang tidak
efektif dan berpihak pada kalangan tertentu, korupsi yang merajalela di
berbagai lapisan masyarakat, perbedaan sosial dan ekonomi yang semakin
tajam antara kota dan desa, serta lemahnya sistem pendidikan dan
kesehatan. Krisis sosial ini berdampak pada meningkatnya angka
kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan sosial. Oleh karena itu,
diperlukan upaya bersama untuk mengatasi krisis sosial ini melalui
reformasi yang menyeluruh di berbagai sektor dan tingkat masyarakat.

e. Krisis Kepercayaan
Krisis kepercayaan di era reformasi Indonesia terjadi akibat berbagai
faktor, seperti korupsi yang merajalela di berbagai lapisan masyarakat,
ketidakadilan sosial dan ekonomi, lemahnya sistem pendidikan dan
kesehatan, serta kebijakan ekonomi yang tidak efektif dan berpihak pada
kelompok tertentu. Hal ini mengakibatkan turunnya kepercayaan
masyarakat pada pemerintah dan institusi negara, termasuk kehilangan
kepercayaan pada sistem politik yang ada. Krisis kepercayaan ini
memerlukan upaya bersama untuk memperbaiki sistem dan meningkatkan
integritas di berbagai sektor agar masyarakat kembali mempercayai
pemerintah dan lembaga negara.

1.2. Era Reformasi Awal


Era awal Reformasi Indonesia dimulai pada akhir tahun 1990-an setelah
pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto selama tiga puluh
tahun. Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 setelah
mendapat tekanan dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa dan aktivis

7
yang menuntut reformasi politik dan ekonomi di Indonesia. Pada saat itu,
Indonesia menghadapi banyak masalah, termasuk krisis ekonomi yang
memburuk, ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan otoriter dan
korupsi yang merajalela. Protes-protes masyarakat semakin meluas, dan
pada bulan Mei 1998 terjadi kerusuhan yang merusak di Jakarta dan
beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Setelah Soeharto mengundurkan
diri, Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Indonesia ke-3
pada tanggal 21 Mei 1998 dan mengambil langkah awal untuk melakukan
reformasi politik. Pemerintahan Habibie membuka ruang untuk munculnya
partai politik baru dan memberikan kebebasan berpendapat. Salah satu
langkah penting yang diambil Habibie adalah pembentukan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang bertanggung jawab untuk mengatur dan
melaksanakan pemilihan umum. Pada tahun 1999, Indonesia mengadakan
Pemilihan Umum Pertama (Pemilu) pasca-Soeharto dengan mengadopsi
sistem proporsional terbuka. Pemilu ini diikuti oleh lebih dari 48 juta
pemilih dan menghasilkan 48 partai politik. Era awal Reformasi Indonesia
juga ditandai dengan munculnya banyak gerakan dan organisasi masyarakat
sipil yang aktif memperjuangkan hak-hak demokrasi dan kebebasan
berpendapat. Gerakan mahasiswa dan aktivis memainkan peran penting
dalam mengawal proses reformasi dan memperjuangkan hak-hak rakyat.
Namun, proses reformasi Indonesia tidak berjalan dengan mudah. Terjadi
konflik politik dan kekerasan di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh,
Papua, dan Maluku. Selain itu, reformasi ekonomi yang dilakukan juga
mengalami tantangan, termasuk upaya mengatasi masalah korupsi dan
menarik investasi asing ke Indonesia. Meskipun begitu, era awal Reformasi
Indonesia telah membuka ruang untuk terjadinya demokratisasi dan
reformasi kelembagaan di Indonesia. Hal ini mengarah pada pembentukan
konstitusi baru pada tahun 2002, yang memberikan dasar hukum bagi negara
demokratis yang berlandaskan hak asasi manusia. Reformasi politik dan
ekonomi terus berlanjut, meskipun masih banyak tantangan yang harus
dihadapi.

8
1.3. Pemilihan Umum Pertama Setelah Reformasi
1. Pemilihan Umum Tahun 1999
Pemilihan Umum 1999 merupakan pemilihan umum pertama yang
dilaksanakan di Indonesia setelah tiga puluh tahun masa pemerintahan
Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Pemilihan umum ini
merupakan salah satu tonggak penting dalam proses reformasi politik di
Indonesia. Pemilu 1999 diikuti oleh lebih dari 48 juta pemilih dan
melibatkan 48 partai politik yang memperebutkan 462 kursi di DPR.
Sistem pemilihan yang digunakan adalah sistem proporsional terbuka, di
mana pemilih dapat memilih partai politik dan juga calon-calon anggota
DPR dari partai politik yang dipilih. Pemilihan umum ini juga
merupakan yang pertama kali menggunakan KPU (Komisi Pemilihan
Umum) sebagai badan independen yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemilihan umum. Sebelumnya, penyelenggaraan
pemilu dikendalikan oleh Departemen Dalam Negeri yang terkait erat
dengan pemerintah. Selama masa kampanye dan pemilihan umum,
terjadi beberapa kejadian yang menarik perhatian publik, antara lain:
1. Munculnya partai politik baru dan kembalinya partai politik lama
yang terlarang selama masa pemerintahan Orde Baru.
2. Pemilihan umum pertama di mana pemilih dapat memberikan
suaranya langsung kepada calon anggota DPR, sehingga lebih
memperkuat partai politik daripada individualisme.
3. Keterlibatan masyarakat sipil yang lebih besar dalam proses pemilu,
seperti organisasi pengawas pemilu, LSM, dan media massa.
4. Adanya tindakan kekerasan dan intimidasi oleh kelompok-kelompok
tertentu selama kampanye dan pemilihan umum, termasuk
pembakaran dan penyerangan kantor partai politik dan dukungan
mereka.

Setelah pemilihan umum, terbentuklah DPR yang terdiri dari berbagai


partai politik. Meskipun demikian, kekuasaan politik tetap terpusat pada
partai politik yang mendukung Presiden B.J. Habibie. Pemilihan umum

9
1999 dianggap sebagai awal dari proses demokratisasi yang sedang
berlangsung di Indonesia dan telah memberikan peluang bagi munculnya
partai-partai politik baru dan meningkatkan partisipasi politik
masyarakat.

2. Pemilihan Umum 2004


Pemilihan Umum 2004 adalah pemilihan umum yang dilakukan di
Indonesia pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini adalah pemilihan umum
kedua setelah era Reformasi dimulai dan dianggap sebagai pemilu paling
bebas dan demokratis di Indonesia sejak era Soekarno. Pada Pemilu
2004, lebih dari 150 juta warga Indonesia terdaftar sebagai pemilih.
Mereka memilih 550 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), 128
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan juga presiden dan wakil
presiden. Pemilihan umum ini diikuti oleh 24 partai politik, dengan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai politik
terbesar yang memperoleh 18,5% suara. Sedangkan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) dari Partai Demokrat dan Partai
Golkar memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden. Pemilu
2004 dianggap sukses dalam hal transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik. Selain itu, pemilu ini juga ditandai oleh pertumbuhan
partisipasi pemilih yang signifikan, dengan tingkat partisipasi pemilih
mencapai 83,57%, naik dari tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu
1999 sebesar 93,17%. Meskipun Pemilu 2004 dianggap sebagai
keberhasilan dalam demokratisasi di Indonesia, tetapi juga terjadi
beberapa masalah, seperti penghitungan suara yang lambat, kecurangan,
serta penindasan terhadap pemilih dan petugas pemilu oleh kelompok
tertentu. Secara keseluruhan, Pemilihan Umum 2004 merupakan momen
penting dalam sejarah politik Indonesia, karena berhasil menunjukkan
bahwa Indonesia telah mampu melakukan pemilihan umum yang bebas,
transparan, dan demokratis. Hal ini membuktikan bahwa reformasi
politik di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan sejak era
Reformasi dimulai pada tahun 1998.

10
3. Pemilihan Umum 2009-2014
Untuk membahas pemilihan umum 2009-2014, berikut ini adalah
beberapa poin yang bisa diangkat:
Konteks Pemilu 2009-2014 Latar belakang politik Indonesia pada masa
itu Perkembangan sistem politik Indonesia setelah era reformasi Pemilu
sebelumnya dan dampaknya pada Pemilu 2009-2014 Persiapan Pemilu
Proses penyusunan regulasi dan regulasi yang mengatur Pemilu 2009-
2014 Peran dan keterlibatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam
Pemilu 2009-2014 Teknologi dan metode yang digunakan dalam Pemilu
2009-2014 Pelaksanaan Pemilu Jumlah partai politik yang ikut serta
dalam Pemilu 2009-2014 Pemilih dan partisipasi masyarakat dalam
Pemilu 2009-2014 Kepastian hasil Pemilu 2009-2014 dan isu-isu yang
muncul Hasil Pemilu Analisis hasil Pemilu 2009-2014: partai politik
yang menang dan kalah Kepastian dan validitas hasil Pemilu 2009-2014
Isu-isu dan tantangan pasca-Pemilu 2009-2014 Dampak Pemilu Dampak
politik, sosial, dan ekonomi hasil Pemilu 2009-2014 Perubahan dalam
sistem politik Indonesia pasca-Pemilu 2009-2014 Peluang dan
tantangan.

1.4. Kepemimpinan Presiden Pasca Reformasi


A. Presiden B.J Habibie
B.J. Habibie adalah Presiden Indonesia ke-3, yang menjabat dari
tahun 1998 hingga 1999. Ia memimpin Indonesia di tengah-tengah
periode reformasi, yaitu periode peralihan dari rezim otoriter Orde Baru
ke pemerintahan demokratis yang lebih terbuka.
Berikut adalah beberapa hal penting tentang kepemimpinan B.J.
Habibie di era reformasi:
a) Pemilihan Presiden yang Kontroversial
B.J. Habibie menjadi presiden setelah pengunduran diri Presiden Soeharto
pada Mei 1998. Namun, pemilihan Habibie sebagai presiden dianggap

11
kontroversial karena banyak yang meragukan keterlibatan Habibie dalam
kebijakan-kebijakan otoriter Soeharto selama puluhan tahun.
b) Reformasi Demokrasi
Di bawah kepemimpinan Habibie, Indonesia memasuki periode reformasi
demokrasi. Beberapa langkah besar yang diambil termasuk dibentuknya
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Independen Pemilihan
(KIPP), yang bertujuan untuk menjamin keadilan dalam pemilihan.
c) Pembebasan Tahanan Politik
Habibie juga membebaskan sejumlah besar tahanan politik yang ditahan
oleh rezim Soeharto. Langkah ini membuka jalan bagi pemulihan
kebebasan berekspresi di Indonesia.
d) Pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Tragedi Mei 1998
Habibie membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk
menyelidiki kekerasan yang terjadi pada protes mahasiswa pada Mei 1998.
TGPF menemukan bahwa sejumlah aparat keamanan bertanggung jawab
atas kekerasan tersebut.
e) Penyelesaian Konflik Aceh dan Timor Timur
Habibie juga berhasil menyelesaikan konflik di Aceh dan Timor Timur. Ia
mengeluarkan kebijakan otonomi khusus bagi Aceh, dan menyerahkan
Timor Timur kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjadi
negara merdeka.
f) Kebijakan Ekonomi
Di bidang ekonomi, Habibie memperkenalkan kebijakan deregulasi dan
privatisasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun,
banyak yang mengkritik kebijakan ekonomi Habibie karena dianggap
hanya menguntungkan segelintir orang kaya, dan tidak memperhatikan
masyarakat kecil.
g) Keterlibatan dalam Kasus Bank Bali
Habibie juga terlibat dalam kontroversi terkait kasus Bank Bali, di mana
sejumlah pejabat pemerintah dituduh melakukan korupsi. Ia dianggap

12
telah melakukan intervensi dalam investigasi kasus tersebut, yang memicu
kritik dari banyak pihak.

Meskipun terdapat pro dan kontra atas kepemimpinan Habibie di era


reformasi, namun tindakan dan kebijakannya berhasil membawa Indonesia
keluar dari masa otoriter dan mengarah pada jalur demokrasi yang lebih
terbuka.

B. Presiden Abdurrahman wahid


Abdurrahman Wahid, atau lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah Presiden
Indonesia ke-4 yang menjabat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia memimpin
Indonesia di masa reformasi setelah era pemerintahan Soeharto yang
otoriter. Berikut adalah beberapa hal tentang kepemimpinan Gus Dur di
era reformasi:
a) Kepemimpinan yang Inklusif
Gus Dur dikenal sebagai seorang pemimpin yang inklusif, yaitu
memperhatikan hak dan kepentingan semua kelompok dalam
masyarakat. Ia memimpin Indonesia dengan mengedepankan
kerukunan antarumat beragama dan budaya.
b) Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Gus Dur memperkuat lembaga perlindungan hak asasi manusia
dengan membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) pada tahun 1999. Komnas HAM bertujuan untuk
memperjuangkan dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia.
c) Penyelesaian Konflik Maluku dan Papua
Gus Dur berhasil menyelesaikan konflik di Maluku dan Papua melalui
jalur dialog dan negosiasi. Ia membentuk Tim Penyelesaian Konflik di
kedua daerah tersebut dan berhasil menandatangani perjanjian damai
yang mengakhiri konflik.
d) Kebijakan Ekonomi

13
Di bidang ekonomi, Gus Dur memperkenalkan kebijakan deregulasi
dan privatisasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun,
kebijakan ini mengundang kontroversi dan kritik karena dianggap
hanya menguntungkan segelintir orang kaya, dan tidak
memperhatikan masyarakat kecil.
e) Keterlibatan dalam Kasus Bulog Gate
Gus Dur juga terlibat dalam kasus korupsi Bulog Gate, di mana
dirinya dituduh menerima suap terkait pembelian beras oleh Bulog. Ia
kemudian dicopot dari jabatannya sebagai presiden oleh DPR melalui
mekanisme impeachment pada tahun 2001.

Meskipun masa kepemimpinan Gus Dur terbilang singkat, namun banyak


tindakan dan kebijakannya yang memberikan dampak positif bagi
Indonesia, terutama dalam upaya menjaga kerukunan antarumat beragama
dan menyelesaikan konflik di beberapa daerah. Selain itu, Gus Dur juga
mengambil langkah penting dalam memperkuat perlindungan hak asasi
manusia dan memperkenalkan kebijakan ekonomi yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

C. Presiden Megawati SoekarnoPutri


Megawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke-5 yang menjabat
dari tahun 2001 hingga 2004. Ia adalah putri dari Presiden pertama
Indonesia, Soekarno, dan memimpin Indonesia di masa reformasi setelah
era pemerintahan Soeharto yang otoriter. Berikut adalah beberapa hal
tentang kepemimpinan Megawati Soekarnoputri di era reformasi:

a) Kepemimpinan yang Populis


Megawati dikenal sebagai pemimpin yang populis dan berpihak pada
rakyat kecil. Ia memimpin Indonesia dengan mengedepankan kepentingan
rakyat dan memperjuangkan hak-hak mereka.
b) Pemulihan Kebebasan Pers

14
Megawati memulihkan kebebasan pers di Indonesia yang sempat dibatasi
selama era Soeharto. Ia menghapus beberapa undang-undang yang
membatasi kebebasan pers dan membebaskan beberapa wartawan yang
ditahan karena kritik terhadap pemerintah.
c) Penanggulangan Krisis Ekonomi
Megawati menghadapi krisis ekonomi yang parah pada awal masa
pemerintahannya. Ia melakukan reformasi ekonomi dengan
mengedepankan penghematan anggaran, menekan inflasi, dan mengurangi
beban hutang luar negeri. Kebijakan ini berhasil mengembalikan stabilitas
ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
d) Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Megawati membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) pada tahun 2002 untuk memerangi terorisme di Indonesia. BNPT
menjadi lembaga kunci dalam mengatasi ancaman terorisme di Indonesia.
e) Konflik Aceh dan Papua
Megawati berhasil menyelesaikan konflik di Aceh dan Papua melalui jalur
dialog dan negosiasi. Ia membentuk Tim Penyelesaian Konflik di kedua
daerah tersebut dan berhasil menandatangani perjanjian damai yang
mengakhiri konflik.
f) Kontroversi Pemecatan Wiranto
Pada tahun 2001, Megawati memecat Wiranto dari jabatannya sebagai
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan karena dianggap
bertanggung jawab atas kerusuhan di Maluku dan Papua. Keputusan ini
mengundang kontroversi dan kritik dari kalangan militer dan politik.

Meskipun masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri terbilang singkat,


namun banyak tindakan dan kebijakannya yang memberikan dampak positif
bagi Indonesia, terutama dalam upaya memulihkan kebebasan pers,
menanggulangi krisis ekonomi, dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.
Selain itu, Megawati juga mengambil langkah penting dalam menyelesaikan
konflik di beberapa daerah dan memerangi terorisme di Indonesia.

15
D. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono, atau lebih dikenal sebagai SBY, adalah
Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat dari tahun 2004 hingga 2014. Ia
memimpin Indonesia di masa reformasi, setelah era pemerintahan Soeharto
yang otoriter. Berikut adalah beberapa hal tentang kepemimpinan SBY di era
reformasi:

a) Kebijakan Ekonomi
SBY mengedepankan kebijakan ekonomi yang pro-investasi dan pro-
pertumbuhan. Ia berhasil menurunkan inflasi dan menguatkan rupiah,
serta membawa Indonesia keluar dari resesi ekonomi. Selain itu, ia juga
meluncurkan program pemberian bantuan langsung tunai (BLT) dan
program keluarga harapan (PKH) yang bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan.
b) Reformasi Birokrasi
SBY juga melakukan reformasi birokrasi dengan mengurangi birokrasi
yang berbelit-belit dan mengembangkan sistem elektronik pemerintahan
(e-government). Ia juga meluncurkan program "One Day Service" yang
mempercepat proses administrasi publik.
c) Pendidikan
SBY memperhatikan sektor pendidikan dengan meluncurkan program
"Gerakan Nasional Literasi Sekolah" yang bertujuan untuk meningkatkan
tingkat literasi di Indonesia. Selain itu, ia juga menaikkan anggaran
pendidikan dan melakukan reformasi sistem pendidikan dengan
meluncurkan program "Mandiri" dan "Smart School".
d) Infrastruktur
SBY memprioritaskan pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama
di sektor transportasi dan energi. Beberapa proyek infrastruktur besar
yang dilakukan selama pemerintahannya antara lain pembangunan Jalan

16
Tol Trans-Jawa, pembangunan jaringan kereta api cepat, dan proyek
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
e) Penanggulangan Terorisme
SBY menghadapi serangkaian serangan terorisme selama masa
pemerintahannya. Ia memperkuat keamanan nasional dengan membentuk
Badan Intelijen Negara (BIN) dan memperkuat penegakan hukum dalam
menghadapi ancaman terorisme.
f) Konflik di Aceh
SBY berhasil menyelesaikan konflik di Aceh dengan menandatangani
kesepakatan damai antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
pada tahun 2005. Kesepakatan ini mengakhiri konflik yang telah
berlangsung selama 30 tahun di Aceh.

Meskipun tidak semua kebijakan dan tindakan SBY selama


kepemimpinannya mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan pihak
oposisi, namun banyak kebijakan dan tindakannya yang memberikan dampak
positif bagi Indonesia, terutama dalam hal pemulihan ekonomi, reformasi
birokrasi, peningkatan sektor pendidikan, pembangunan infrastruktur, dan
penanggulangan terorisme. Selain itu, SBY juga berhasil menyelesaikan
konflik di Aceh dan menciptakan kondisi yang relatif stabil dan damai selama
masa pemerintahannya.

E. Presiden Joko Widodo


Joko Widodo atau yang akrab dipanggil Jokowi adalah Presiden Indonesia
ke-7 yang menjabat sejak tahun 2014 hingga saat ini. Ia memimpin Indonesia
di masa reformasi setelah era pemerintahan Soeharto yang otoriter. Berikut
adalah beberapa hal tentang kepemimpinan Jokowi di era reformasi:
a) Kebijakan Ekonomi
Jokowi memfokuskan kebijakan ekonominya pada investasi,
pembangunan infrastruktur, dan reformasi sektor keuangan. Beberapa
proyek besar yang dilaksanakan antara lain proyek pembangunan

17
infrastruktur transportasi seperti Tol Trans-Jawa dan kereta cepat Jakarta-
Bandung, serta proyek pembangunan infrastruktur energi seperti
pembangunan PLTU dan PLTN. Selain itu, ia juga mengimplementasikan
kebijakan "Nawacita" yang bertujuan untuk membangun Indonesia dari
segi ekonomi, sosial, dan politik.
b) Reformasi Birokrasi
Jokowi juga memprioritaskan reformasi birokrasi dengan mengurangi
birokrasi yang berbelit-belit dan mengefektifkan sistem elektronik
pemerintahan (e-government). Ia juga meluncurkan program "Online
Single Submission" (OSS) untuk mempercepat proses perizinan investasi.
c) Pendidikan
Jokowi memperhatikan sektor pendidikan dengan meluncurkan program
"Mendidik Indonesia" yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Selain itu, ia juga menaikkan anggaran
pendidikan dan melakukan reformasi sistem pendidikan dengan
memperkenalkan kurikulum 2013 dan program "Merdeka Belajar".
d) Kesehatan
Jokowi memperhatikan sektor kesehatan dengan meluncurkan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bertujuan untuk memperluas
akses kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, ia juga
melakukan peningkatan infrastruktur kesehatan, termasuk pembangunan
rumah sakit dan puskesmas.
e) Pemberantasan Korupsi
Jokowi mengutamakan pemberantasan korupsi dengan membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menunjuk pimpinan KPK
yang independen dan profesional. Ia juga mengesahkan Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) yang memberikan
sanksi tegas bagi pelaku korupsi.
f) Lingkungan Hidup
Jokowi memperhatikan isu lingkungan hidup dengan meluncurkan
program "Indonesia Hijau" yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan

18
dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Ia juga memperkuat penegakan
hukum terhadap pelanggaran lingkungan dan memperkenalkan program
"Satu Milyar Pohon" untuk meningkatkan penanaman pohon di Indonesia.

Meskipun tidak semua kebijakan dan tindakan Jokowi selama


kepemimpinannya mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan pihak
oposisi, namun banyak kebijakan dan tindakannya yang memberikan dampak
positif kepada rakyat Indonesia.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam makalah ini, telah dibahas tentang era reformasi Indonesia yang
dimulai setelah lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998. Empat
Presiden telah memimpin Indonesia pada era reformasi ini, yaitu B.J
Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY), serta Presiden saat ini, Joko Widodo atau
Jokowi.
Setiap kepemimpinan memiliki kebijakan dan tindakan yang berbeda
dalam menghadapi tantangan yang dihadapi pada saat itu, seperti masalah
ekonomi, politik, dan sosial. Namun, setiap presiden juga berusaha untuk
memperbaiki keadaan Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
Era reformasi Indonesia telah memberikan dampak besar bagi bangsa
Indonesia, di antaranya adalah peningkatan demokrasi, kebebasan pers,
pengakuan hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, serta reformasi
keuangan dan birokrasi. Meskipun masih banyak tantangan dan
permasalahan yang dihadapi, namun Indonesia terus berusaha untuk
berkembang dan memajukan bangsa ini.
Dalam era reformasi Indonesia, masyarakat juga berperan penting dalam
memperjuangkan hak-haknya dan melakukan perubahan melalui aksi-aksi
massa dan gerakan-gerakan sosial. Oleh karena itu, partisipasi aktif
masyarakat dalam menjaga demokrasi dan mengawasi pemerintah juga
menjadi hal yang penting untuk terus memperbaiki Indonesia.
Dengan demikian, era reformasi Indonesia menjadi tonggak sejarah
penting dalam perjalanan bangsa Indonesia menuju ke arah yang lebih baik
dan lebih demokratis. Perjuangan dan kerja keras dalam mengatasi berbagai

20
tantangan dan permasalahan harus terus dilakukan, agar Indonesia dapat
mencapai cita-cita untuk menjadi negara yang maju, sejahtera, dan
bermartabat.

3.2. Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyususan
makalahini. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak sekali
kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini di karenakan masih minimnya
pengetahuan kami.
Oleh karena itu kami butuh saran dan kritik yang membangun agar
kedepannya kami bisa lebih mengembangkan evaluasi kedepannya.
Sehingga kami bisa menghasilkan karya tulis yang bermanfaat untuk orang
banyak.

21

Anda mungkin juga menyukai