Anda di halaman 1dari 8

NAMA : FARHAN MAUALANA RAHMADANI

NIM : 200203110029

KELAS : HUKUM TATA NEGARA A

UJIAN AKHIR SEMESTER

POLITIK HUKUM

1. Hukum Responsif

Model atau teroi yang digagas oleh Nonet-Selznick yang bersifat sociologi Cal

jurisprudence, yaitu pendekatan filosofis terhadap hukum yang menekankan pada upaya

rancang-bangun hukum yang relevan secara sosial. Dengan kata lain, sociological

jurisprudence merupakan ilmu hukum yang menggunakan pendekatan sosisologi. Aliran

ini memeberi perhatian pada dampak sosisal yang nyata dari institusi, doktrin, dan

praktik hukum. Sebuah aturan hukum dikatakan responsif apabila hhukum bertindak

sebagai sarana respons terhadap ketentuan-ketentuan sosisal aspirasi publik. Dan tipe

hukum ini mengedepankan akomodasi untuk menerima perubahan-perubahan sosial

demi mencapai keadilan dan emansipasi publik. Oleh karna itu kompetensi berfungi

sebagai norma kritik, maka tatanan hukum responsif menekankan pada

a) Keadilan substansi sebagai dasar legitimasi hukum

b) Peraturan merupakan sub-ordinasi dari prinsip dan kebijakan

c) Pertimbanagan hukum harus berorientasi pada tujuan dan akibat bagi kemaslahatan

masyarakat

d) Penggunaan diskresi sangat ianjurkan dalam pengembangan keputusan hukum

e) Mempuk sistem kewajiban sebagai ganti sistem paksaan

f) Moralitas kerjasama sebagai prinsip moral


g) Kekuasaan didayagunakan untuk vasilitas hukum

h) Penolakan terhadap huku harus dilihat sebagai gugatan

i) Akses partisipasi publik dibuka lebar

Hukum Konservatif

Produk hukum konservatif/ortodoks/elitis adalah produk hukum yang dilahirkan oleh

konfigurasi politik otoriter. Produk hukum konservatif ialah pembuatan suatu keputusan

bersifat sentralistik-dominatif yaitu hanya kaum penguasa yang membentuk produk

hukum tersebut tanpa ada partisipasi rakyat, muatannya positivist-instrumentalistik, dan

rincian isinya open interpretative yaitu memberikan kebebasan pada penegak hukum

(Hakim) untuk menginterpretasi ketentuan hukum tersebut.

Hukum konservatif lebih tertutup terhadap tuntutan-tuntutan kelompok maupun individu-

individu didalam masyarakat. Dalam pembuatannya peranan dan partisipasi masyarakat

lebih kecil. Hukum konservatif salah satu contohnya adalah Undang-Undang Pemilihan

Umum. Dilihat dari arah kebijakannya, Pemilihan Umum merupakan insterumen penting

dalam Negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan. Pemilu berfungsi sebagai

alat penyaring bagi “politikus-politikus” yang akan mewakili dan membawa suara rakyat

di dalam lembaga perwakilan. Kemampuan berbicara maupun memperjuangkan aspirasi

rakyat haruslah terwadahi dalam suatu Partai Politik. Oleh sebab itu, adanya partai

politik marupakan keharusan dalam kehidupan politik modern yang demokrasi. Hal ini

agar mengaktifkan dan memobiliasasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu,

memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang berlawanan, serta menyediakan sarana

suksesi kepemimpinan politik secara sah dan damai

2. Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk menyusun sebuah

Undang-undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengalan segala arti da fungsinya.


Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945,

konstitusi Indonesia. Dalam sejarah perkembanganya ketatanegaraan Indonesia ada

empat macam yang mempengaruhi politik hukum pada masa itu

a. Masa Demokrasi Liberal ( 1945 – 1959 )

Bangsa Indonesia dibentuk oleh pendiri bangsa yang berasaskan demokrasi,

sehingga dalam setiap keputusan plitik harus diambil berdasarkan aspirasi dan

kehendak masyarakat secara keseluruahn tanpa memperhatikan kelompok atau

golongan tertentu. Sehubunngan dengan hal ini, berlangsungnya kemerdekaan

selama lebih tiga bulan, menculah gerakan parlementarisme yang menginginkan

sistem pemerintahan negara yang lebih cenderung pada presidential menjadi

parlementer. Dengan alasan ketidaksetujuan terhadapa peletakan kekuasaan di

tangan Soekarna yang pemerintahanya didominasi oleh orang-orang pada zaman

pendudukan jepang mempunyai jabatn-jabatn penting. Sehingga dalam sistem

presidential memungkinkan dibuatnya produk darurat legilasi yang berarti negara

terlalu kauat dan tidak mencerminkan demokrasi. Sehubungan dengan demokrasi

liberal yang terjadi pada masa UUDS 1950 dan menimbulkan instabilitas politik,

maka system politik liberal harus berakhir pada tahun 1959 ketika Presiden

Soekarno mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di

samping membubarkan konstituante yang dianggap gagal melaksanakan tugasnya

memebentuk UUD, juga memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai pengganti

UUDS 1950.

b. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 – 1966 )

Dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka berakhirlah langgam system

politik liberal dan digantikan oleh system demokrasi yang menurut Soekarno lebih

berwarna Indonesia, yakni demokrasi terpimpin, yang seklaigus melahirkan


konfigurasi politik baru yang lebih bersifat otoriter. Konfigurasi politik pada era

demokrasi terpimpin ditandai oleh tarik tambang antara tiga kekuatan politik utama,

yaitu Soekarno, Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia (PKI), dan di antara

ketiganya sekaligus saling memanfaatkan. Soekarno memerlukan PKI untuk

menghadapi kekuatan Angkatan Darat yang gigih menyainginya, PKI memerlukan

Soekarno untuk mendapatkan perlindungan dari presiden dalam melawan Angkatan

Darat, sedangkan Angkatan Darat membutuhkan Soekarno untuk mendapatkan

legitimasi bagi keterlibatannya di dalam politik. Di sini terlihat bahwa konfigurasi

politik yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sangat tidak sesuai dengan

bingkai negara hukum, yang senantiasa memberikan perlindungan kepada

masyarakat secara keseluruhan, malahan dilaksanakan sebaliknya, bahwa roda

kenegaraan dijalankan untuk melindungi kepentingan individu atau kelompok

tertentu. Dari kenyataan ini terlihat bahwa produk hukum yang dihasilkan pada masa

demokrasi terpimpin yang otoriter, dapat menghasilkan hukum yang resporatif

karena memang ketentuan mengenai hukum, dengan keluarnya ketentuan ini

setidktidaknya masyarakat telah membrikan ruang gerak yang luas bagi masyarakat

dalam memanfaatkannya.

c. Masa Orde Baru ( 1966 -1998 )

Orde Baru dimulai sejak tanggal 12 Maret1966 bersamaan dengan pembubaran

Partai Komunis Indonesia (PKI), sehari setelah keluarnya Surat Perintah Sebelas

Maret (Supersemar). Apabila dilihat dari keseluruhan roda pemerintahan yang

dilaksanakan pada masa orde baru, memang benar-benar telah melanggar asas dan

sendi negara hukum, sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan dan Penjelasan

Undang-Undang Dasar 1945


3. Sebelum menjadi Negara Kesatuan Republik Indoneisa, indonesia yang sebelumya

bernama Nusantara memliki banyak kerjaan-kerajaan, setelah islam masuk ke nusantara,

singkat cerita kerjaan menjadi suatu wilayah yang berlandaskan hukum islam dalam segi

politik ekonmi dan sosial dengan memegang prinsip budaya yang ada dalam daerah

tersebut. Hal ini terbukti keteika penjajah menyerang indonesia para pahlwan dengan

semnagatnya melawan penjajah. Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran penting

agama Islam dalam mendirikan negara Indonesia. Setelah mengalami persidangan dan

rapat secara tertutup Indonesia ditetapkan sebagai negara Pancasila, dimana semua

Agama bebeas menlakukan semua kegitan meraka selama tidak menganggu Konstitusi

negara, sebaliknya juga Konstitusi (Hukum) negara tidak boleh ada yang bertentangan

pada dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Agama. Sehingga tertuang dalam sila

nomer satu yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sembhoyang Bhineka

Tunggal Ika yang berarti Berbeda tetap satun juga.]

Indeonesia bukan negara Agama, akan tetapi masyarakat Indonesia wajib memeluk salah

satu agama yang ada di Indonesia, diamana masyarakt diwajibkan mantaati kaedah-

kaedah Agama dan mengimplementasikan dalam kegiatan sehari-sehari meraka, dan

wajib tunduk pada Pancasila dan Undang0undang Dasar 1945 dalam aturan

ketatanegaraan. Dengan begitu Agama dan Negara tidak dapat dibenturkan dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Ketetapan TAP MPR No. X/MPR/1998

“ Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat republik indonesia tentang

penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber

daya nasional yang berkeadilan; serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam

kerangka negara kesatuan republik indonesia.”


Dalam peridode masa kepemerintahan Bapak presiden Jokowi, pembangunan dalam

setiap daerah terbilang cukup rata dan mengalami perkembangan pesat dibanding

dengan era masa presiden sebelumya, hal ini terbukti dengan perimbangan keuangan

pusat yang diberikan pada daerah guna membangun dan menifrastruktur dearah

tersebut dalam rangka disentralisai, sehingga dengan adanya program ini

pembangunan daerah menumbuhkan dampak positif bagi masyarakat Indonesia secara

tidak langusung, baik dalam masalah sosial ataupun ekonomi. Akan tetepi dampak

negatif dari pembangunan yang dilakukan pada masa kepemirintahan jokowi, banyak

sekali pengelapan uang, korupsi, dan nepotisme yang terjadi antar para oknum

penguasa memeanfaatkan proyek tersebut, sehingga besarnya rasa kecurigaan

masyarakat indonesia dan meletusnya demonstrasi yang melatarbelakangi dengan

kebijakan-kebijakan pemerintah daerah tersebut.

5. Program Legislasi Nasional

a. Program Legilasi Nasional merupakan politik hukum indonesia yang berisi

rencana pembangunan peraturan perundang-undangan dalam periode tertentu.

Perencanaan prorgram pembentukan undang-undang yang berencana, terpadu dan

sistematis ini memuat skala prioritas program legilasi nasional jangka menegah

( 5 tahun ) dan program legilasi nasional, dan perkembangan kebutuhan dalam

masyarakat. Dalam tataran konkrit, sasaran politik hukum nasinal harus mengacu

pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) sebagai arah dan

prioritas pembangunan secara menyeluruh yang dilakukan secara bertahap untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana di amanatkan oleh

Undang-Undang Dassar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


b. Diakrnakan Program Legilasi Nasional (Prolegnas) merupakan instrumen

perencanna proses pembentukan undng-undang di Indonesia. Hal itu ditegaskan

dalam Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (UU 12/2011). Dalam pasal itu disebutkan pula

bahwa Prolengas disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. Dokumen

Prolengnas pun memiliki legitimasi yang kuat karena disepakati oleh dua

pemegang kekuasaan negara, yaitu eksekutif dan legislatif. Pasal 22 ayat (1) uu

12/2011 menyebutkan bahwa hasil penyusunan Prolengas anatara DPR dan

pemerintah disepakati menjadi Prolengas dan ditetapkan dalam rapat Paripurna

DPR.

c. Dibukanya pembahasan RUU di luar Prolengas menjadikan perencanaan

Prolengas yang tealah tersusun menjaadi tidak terukur. Semestinya perencanaan

Prolengas berkasca dari perencanaa pembuatan Peraturan Pemerintah (PP) dan

Peraturan Presiden. Dalam Pasal 23 UU No. 15 Tahun 2019 pasal 2 menyebutkan

“Dalam keadaan tertuentu, DPR atau Presiden dapat mengajukan Rancangan

Undang-undang di luar Prolengas mencakup a. Untuk mengatasi keadaan luar

biasa, keadaan konflik, atau bencana alam. b. Keadaan tertentunya lainya yang

memeastikan adanya urgensi nasional atas suatu Rancangan Undang-undang yang

dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani

bidang legislasi dan menteri atau kepala lembaga yang menyelengarakan urusan

pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai