Anda di halaman 1dari 3

1. A.

Konsep hak asasi manusia pra-kemerdekaan yang paling kuat di partai-partai


politik India adalah perlakuan yang sama antara hak untuk merdeka dan hak untuk
merdeka. Sejak kemerdekaan pada tahun 1945, undang-undang dasar telah
diundangkan di Indonesia selama empat periode hingga saat ini. , Itu adalah:
a. sebuah. UUD 1945 berlaku dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 27
Desember 1949.
b. Undang-Undang Dasar Indonesia berlaku sejak 27 Desember 1949 sampai dengan
17 Agustus 1950.
c. Konstitusi 1950 berlaku dari 17 Agustus hingga 5 Juli 1959. Artinya, sejak
tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang, UUD 1945 berlaku kembali.
B. Gagasan hak asasi manusia pascakemerdekaan awal masih menekankan pidato
tentang hak atas kebebasan, hak atas kebebasan berserikat melalui organisasi politik
yang mapan, dan hak atas kebebasan berbicara, khususnya di parlemen. Era pemikiran
HAM (era demokrasi parlementer) dari tahun 1950-an hingga 1959 memasuki era
yang sangat memudahkan dalam sejarah perjalanan HAM di Indonesia. Menurut
memo Bagir Manan, masa kejayaan sejarah HAM Indonesia saat itu tercermin dalam
lima indikator HAM.
 Munculnya partai-partai politik dengan ideologi yang berbeda.
 Adanya kebebasan pers.
 Menyelenggarakan pemilihan umum secara aman, bebas dan demokratis.
Kontrol parlementer atas administrasi
 Membahas hak asasi manusia secara bebas dan demokratis. Partai politik yang
berbeda dengan tren dan ideologi yang berbeda telah menyepakati isi hak asasi
manusia dunia dan pentingnya hak asasi manusia yang terkandung dalam
UUD 1945.
2. Masalah ketika penuntutan atas masalah yang ada di masyarakat tidak dapat
diselesaikan berdasarkan hati nurani dan keadilan. Rasa keadilan merupakan harapan
yang harus dipenuhi oleh aparat penegak hukum. Penegakan Hukum yang Responsif
dan Progresif Gagasan penegakan hukum yang responsif baik di Barat pada masa lalu
maupun di Indonesia saat ini dilandasi oleh keprihatinan akan nilai keadilan dan
kondisi penegakan hukum yang menindas yang bertentangan dengan dimensi
kemanusiaan. Penegakan Hukum yang Responsif menggambarkannya sebagai
“keharusan” jika hukum tetap dipandang sebagai panglima hidup dan ingin mampu
menciptakan masyarakat yang sejahtera dalam merespon nilai-nilai keadilan sosial.
tercapai.
3. - Prinsip-prinsip otonomi daerah yang dianut dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004, yaitu:
 Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi keanekaragaman daerah •
Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab
 Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
kabupaten dan daerah kota, sedangkan otonomi daerah propinsi merupakan
otonomi yang terbatas
 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga
tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah
otonom dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi
wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina
oleh pemerintah atau pihak lain, seperti badan otoritas, kawasan pelabuhan,
kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perkebunan, kawasan
pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan
pariwisata dan semacamnya, berlaku ketentuan peraturan daerah otonom
 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan
maupun fungsi anggaran dan penyelenggaraan pemerintah daerah
 Pelaksanaan tugas pembantuan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah,
tetapi juga pemerintah daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan,
sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang
menugaskan
- Perkembangan otonomi daerah di Indonesia mengalami pasang surut dengan
corak yang berbeda-beda, yang tentunya dilandasi dengan peraturan
perundang-undangan yang coraknya berbeda-beda pula, karena lahirnya
undang-undang yang mendasari Otonomi Daerah itu dilatarbelakangi oleh
kondisi politik hukum yang berkembang pada saat itu. Berikut ini akan
diuraikan peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan
Otonomi Daerah sejak tahun 1945.
- Tantangan mengenai bagaimana aparatur pemerintah memahami peraturan
perundang-undangan yang telah direview, diamandemen sebagai tuntutan
masyarakat. Jika tanpa pemahaman yang baik dari aparatur pelakunya, maka
sulit dibayangkan mempunyai makna dan tindakan di masyarakat. Situasi ini
merupakan masalah hukum yang umum di Indonesia. Banyak peraturan
perundang-undangan hanya memiliki makna simbolis karena makna sosialnya
tidak dipahami dan karenanya tidak mudah ditegakkan oleh pejabat
pemerintah.
4. Faktor penghambat otonomi daerah
Kesenjangan wilayah: Kesenjangan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dan
struktur ekonomi. Ketimpangan Sumber Daya Alam: Daerah-daerah yang kekurangan
sumber daya alam yang melimpah tetapi dengan jumlah penduduk yang besar akan
sangat menakjubkan dalam hal mencapai otonomi.
5. - Harus diakui bahwa konsep Wawasan Nusantara (baca: perkembangan tren ilmu
pengetahuan modern) merupakan perspektif empiris tentang keunikan kehidupan
masyarakat Indonesia. Konsep framing sangat penting untuk menentukan nilai
kognitif dari pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi masyarakat makro.
Berbagai contoh dibahas oleh Taleb, N.N. (2007). Memahami hal ini merupakan
tantangan mendasar bagi generasi sekarang dan memberikan standar atau acuan bagi
kehidupan berbangsa yang lebih baik untuk negara yang lebih baik di masa depan.
- Berdasarkan data yang diperoleh melalui diskusi kelompok terarah dengan
guru PPKn SMK Solo, analisis masalah keamanan nasional saat ini
dikembangkan pada lima tema: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan. Dan masalah keamanan.

Anda mungkin juga menyukai