Anda di halaman 1dari 10

Konfig urasi politik adalah konstelasi kekuatan politik yang

dinamis dan kemudian mengarahkan bentuk -bentuk legalitas


formal peraturan yang kemudian disebut produk hukum.
Konfig urasi politik terbagi menjadi dua yaitu konfigurasi politik
demokrasi dan konfigurasi otoriter. Secara teoritis, konfigurasi
politik yang demokratis akan membentuk produk hukum yang
responsif, sedangkan konfigurasi politik yang otoriter akan
membentuk produk hukum yang konservatif atau ortodoks.

Konsep konfigurasi politik demokratis dan konsep otoriter


ditentukan berdasarkan tiga indikator, yaitu sistem kepartaian dan
peranan lembaga perwakilan rakyat atau parlemen, dominasi
peranan eksekutif, dan kebebasan pers. Sedangkan konsep hukum
responsif/otono m diidentifikasi berdasar kan proses pembuatan
hukum, pemberian fungsi hukum, dan kewenangan menafsirkan
hukum. Untuk selanjutnya pengertian secara konseptual dirumuskan
sebagai berikut :
Pers terlibat dalam
menjalankan
fungsinya dengan
bebas tanpa ancaman
atau tindakan
kriminalisasi lainnya.

b. Konfigurasi politik
otoriter adalah
konfigurasi politik
yang menempatkan
pemerintah pada
posisi yang sangat
dominan dengan sifat
yang intervensionis
dalam penentuan dan
pelaksanaan
kebijakan negara,
sehingga potensi dan
aspirasi masyarakat
tidak teragregasi dan
c. Produk hukum responsif atau otonom adalah karakter produk hukum yang
mencerminkan pemenuhan atas aspirasi masyarakat, baik individu maupun berbagai
kelompok sosial, sehingga secara relatif lebih mampu mencerminkan rasa keadilan di
dalam masyarakat.
d. Produk hukum konservatif atau ortodoks adalah karakter produk hukum yang
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan negara yang sangat dominan, sehingga
dalam proses pembuatannya tidak akomodatif terhadap partisipasi dan aspirasi
masyarakat secara sungguh-sungguh. Prosedur pembuatan yang dilakukan biasanya
hanya bersifat formalitas.
1. Demokrasi liberal
Sistem pemerintahan dalam bidang politik yang dianut pada masa Demokrasi
Parlementer, atau yang dikenal juga dengan sebutan Demokrasi Liberal adalah
sistem kabinet parlementer. Sistem pemerintahan tersebut berlandaskan pada
UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia tahun
1950). Sistem pemerintahan ini menetapkan bahwa kabinet-kabinet atau para
menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Sistem kabinet parlementer
juga menerapkan sistem pemungutan suara (voting) yang digunakan dalam
pemilihan umum (Pemilu), mosi, dan demonstrasi sebagai bentuk rakyat dalam
mengekspresikan hak untuk ikut serta dalam berpolitik (Matroji, 2002:67).
2. Demokrasi Terpimpin
Yang menjadi ciri khas dari periode ini adalah dominasi yang kuat dari Presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh Komunis dan meluasnya
peranan ABRI sebagai unsur sosial-politik. Dalam mengemban tugasnya sebagai kepala
pemerintahan, Presiden mempunyai kuasa penuh dalam membentuk/menyusun
kabinet, kemudian melantik menteri-menteri yang ia susun untuk membantunya dalam
mengurus urusan kenegaraan. Dan pada periode ini, Soekarno memberi nama
kabinetnya dengan istilah Kabinet Gotong Royong.
3. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional,
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik
Indonesia 1945 (Cholisin,2013:101). Nilai-nilai yang terkandung dalam
Demokrasi Pancasila merupakan nilai-nilai adat dan kebudayaan dari
masyarakat Indonesia secara umum.
prinsip-prinsip demokrasi Pancasila:
1. persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
2. keseimbangan antara hak dan kewajiban
3. pelaksanaan kewajiban yang bertanggung jawab secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
4. mewujudkan rasa keadilan sosial
5. pengambilan keputusan dengan musyawarah
6. mengutamakan persatuan sosial dan kekeluargaan
7. menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
KESIMPULAN
Konfigurasi politik adalah konstelasi kekuatan politik yang dinamis dan kemudian mengarahkan
bentuk-bentuk legalitas formal peraturan yang kemudian disebut produk hukum. Konfigurasi politik
terbagi menjadi dua yaitu konfigurasi politik demokrasi dan konfigurasi otoriter.
Sejarah konfigurasi politik di Indonesia memperlihatkan pasang surut dan pasang naik secara
bergantian antaraa demokratis dan otoriter. Tarik menarik konfigurasi politik dengan karakter
produk hukum yang berkarakter responsif populistik dan produk hukum yang berkarakter ortodoks-
konservatif
Penelusuran terhadap konfigurasi politik periode demokrasi parlementer dimulai pada akhir
pendudukan jepang di Indonesia, yakni ketia pemerintah menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia yang ditindaklanjuti dengan pembentukan badan pembentuk rancangan UUD dan badan
persiapan kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai