Anda di halaman 1dari 4

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Sejak decentralisatie wet diterapkan pada tahun 1903, hubungan keuangan sudah

terjadi antara Pemerintah Pusat dengan daerah (gewest atau bagian-bagian dari gewest) yang

dimungkinkan dibentuk daerah otonom. Namun pada saat itu belum jelas sistem, prinsip,

bentuk dan jenis anggaran yang digunakan. Periode berlakunya suatu anggaran juga belum

ditetapkan dan didefinisikan secara jelas. Demikian juga pada saat pendudukan Jepang,

sistem keuangan menjadi semakin tidakjelas, karena Jepang merubah secara fundamental

susunan dan tata administrasi pemerintahan sipil menjadi pembagian wilayah kekuasaan

militer1

Ketika Indonesia merdeka, maka hal keuangan mulai jelas diatur dalam Pasal 23 Bab

VIII UUD 1945, dan sistem keuangan daerah juga mulai diatur dengan UU No. I Tahun

1945, yaitu pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa biaya untuk keperluan Komite Nasional

Daerah (KND) disediakan oleh Pemerintah Daerah dan apabila terdapat kekurangan akan

ditanggung oleh Pemerintah Pusat (sluit spot) dengan soft budget control dan sistem yang

dipergunakan adalah anggaran berimbang. Waktu anggarannya adalah tahunan tanpa diatur

dengan jelas formal periode waktunya. Bentuk dan jenis anggaran belum didefinisikan secara

jelas2

Pengaturan mulai jelas setelah diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1948, yaitu muJai

berlakunya periode anggaran pada I Januari sampai 31 Desember. Hubungan Keuangan yang

terjadi antara Pemerintah 4 dan Daerah' disebut dengan hard budget control, dan dengan

peJaksanaan yang masih . sluit spot, sistem yang terus dipakai sampai UU No. 5 Tahun 1974.

Pada pelaksanaannya, UU No. 18 Tahun 1965 mengatur lebih rinei mengenai

penggunaannya, yaitu, mulai dilaksanakannya dual budgeting yaitu berlakunya anggaran

rutin dana anggaran pembangunan dan periode anggaran berubah menjadi I April sampai

1
Safri Nugraha, "Hukum Administrasi Negara", (Jakarta: CLGS, 2007), hal. 257.
2
Ibid
dengan 31 Maret. Hal Jain yang juga diatur adaJah harus terjadinya keseimbangan (balance

budget) antara penerimaan dan belanja daJam suatu anggaran (baik APBN maupun APBD),

yang berJaku sampai UU No. 5 Tahun J 974.

Perubahan kembali terjadi pada tahun 1999, ketika muJai diberlakukannya UU No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah dan Daerah, yaitu Sistem soft budget control (sliut spot) diubah

kembali menjadi hard budget control' dengan masa anggaran berubah menjadi I Januari

sampai dengan 31 Desember. Bentuk lain yang berubah adalah sistem T-accounl yang

seJama ini dipakai berubah menjadi I-accounrme nyesuaikan dengan perkembangan sistem

dan standar klasifikasi anggaran internasional. Perubahan tersebut berdampak pada prinsip

anggarannya, yaitu dari balance budget berubah menjadi dificit-surplus budget.

Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah ini ditandai dengan adanya

dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pemerintah pusat yang dialokasikan

kepada pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalan rangka pelaksanaan

desentralisasi, yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi

Hasil dari pemerimaan pajak dan SDA.3

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah menagandung pokok-pokok muatan sebagai berikut :

1. Penegasan Prinsip-Prinsip Dasar Perimbangan Keuangan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah

2. Penambahan jenis Dasar Bagi Hasil (DBH) sektor Pertambangan Panas Bumi,

PPh Pasal 25/29 dan PPh Pasal 21

3. Pengelompokan Dana Reboisasi yang semula masuk dalam Komponen DAK

menjadi DBH,

3
Rahmatullah, “Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Daerah” (Universitas Hasanuddin ,Makkasar,2010)
http://digilib.unhas.ac.id/opac/
4. Penyempurnaan Prinsip pengalokasian DAU,

5. Penyempurnaan Prinsip Pengalokasian DAK.

6. Penyempurnaan persyaratan dan mekanisme Pinjaman Daerah, termasuk obligasi

Daerah

7. Pengaturan pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan

8. Penegasan Pengaturan Sistim Informasi Keuangan Daerah (SIKD)

9. Penambahan Pengaturan Hibah dan Dana Darurat

10. Prinsip Akuntabilitas dan responsibilitas Dipertegas denagn pemberian sanksi

Asas desentralisasi yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus rumah

tangganya sendiri mengindikasikan adanya dua pihak yang akan saling berhubungan. Dalam

UU No 33 tahun 2004 dirincikan bahwa dana perimbangan keuangan terbagi menjadi yaitu

bagian yaitu dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.4

a. Dana bagi hasil

Dana bagi hasil terbagi dalam dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan dibagi

dengan dengan imbalan 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah. Dana

untuk daerah yang dimaksud kemudian dibagi menjadi 16,2% untuk provinsi yang

bersangkutan, 64,8% untuk daerah yang bersangkutan, dan 9%untuk biaya

pemungutan. Kemudian dana 10% pemerintah pusat dialokasikan lagi oleh

pemerintah pusat sebesar 6,5 % keseluruh kabupaten dalam rangka pemerataan dan

3,5% kepada daerah yang mampu melebihi target.

b. Dana alokasi umum

Pada dasar nnya DAU ini merupakan bentuk alokasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat agar terjadi pemerataan fiskal antara daerah yang ada, atau untuk

menghindari lahirnya ketimpangan perekonomian anatara daerah yang satu dengan


4
Robert A. Simanjuntak, "Transfer Pusat ke Daerah: Konsep dan Praktik di Beberapa Negara," Dana Alokasi
Vmum (DAU): Konsep, Hambatan dan Prospek di Era Otonomi Daerah", (Jakarta: Penerbit Buku Kompas), hal
23,
yang lain. Dalam penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah pusat tiap tahun

dalam APBN mengharuskan adanya alokasi sebsar 26% untuk DAU ke suluruh

provinsi dan kotamadya/kabupaten di Indonesia. Dengan proporsi DAU antara

provinsi dan daerah sebesar 90% untuk daerah dan 10% untuk provinsi

c. Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus merupakan alokassi pemerintah pusat kepada daerah yang

bersifat khusus dikarenakan kegiatan daerah tersebut juga menjadi skala prioritas

pembangunan nasional dalam berbagai bidang sepertii layanan umum, pertahanan,

ketertiban, dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan, dan fasilitas

umum, kesehatan pariwisata, budaya , agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.

Anda mungkin juga menyukai