Anda di halaman 1dari 3

Teks Berita tentang Kebakaran

Sebanyak 16 Unit Damkar Padamkan Api yang Bakar Dua Rumah di Cipete Utara

Dua rumah di Cipete Utara, Jakarta Selatan, terbakar. Kebakaran ini sempat membuat lalu
lintas di sekitar lokasi menjadi macet.

Dua rumah yang terbakar tersebut berlokasi di kawasan perkampungan Jalan Haji Jian,
Cilandak Utara, Jakarta Selatan.

"Itu lokasinya masuk perkampungan. Jadi, masuk Jalan Fatmawati Raya, kemudian masuk
Jalan Cipete, dan masuk Jalan Haji Jian," kata petugas Pemadam Kebakaran Sudin Jakarta
Selatan, Dendi.

Enam belas unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi. Mobil-mobil itu menyebar
dan berusaha menjangkau lokasi kebakaran dari segala penjuru mata angin, mencari jalan
tercepat. Akibatnya, macet tak terelakkan.

"Macet. Dari utara, barat, timur, kita kerahkan supaya mana yang lebih dulu sampai langsung
bisa menangani. Jadinya macet di Cipete, di Pos Fatmawati, dan sekitarnya," tutur Dendi.

Dendi menyatakan dua rumah yang terbakar itu berhasil dipadamkan dan sekarang sedang
dilakukan pendinginan. Beruntung tak ada korban jiwa dari kebakaran ini. Penyebab
kebakaran belum bisa dipastikan oleh petugas.
Teks Berita tentang Varian COVID-19

WHO: Omicron Lebih Cepat Menular daripada Delta, Lemahkan Vaksin

Jakarta, CNN Indonesia -- Penelitian data awal oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan Covid-19 varian Omicron lebih cepat menular ketimbang Delta dan dapat
melemahkan vaksin yang ada saat ini.

"Berdasarkan data yang ada saat ini, Omicron kemungkinan bakal mengalahkan varian Delta
di tempat di mana terjadi penularan antar-masyarakat," demikian pernyataan WHO yang
dikutip AFP, Minggu (12/12).

Merujuk pada data yang dihimpun WHO, saat ini Omicron sudah menyebar di 63 negara.
Mereka melihat Omicron cepat menyebar di Afrika Selatan, di mana varian Delta tak
mendominasi.

Namun, mereka juga mencatat penyebaran cepat Covid-19 varian Omicron di Inggris, yang
kasusnya secara keseluruhan sebenarnya masih didominasi Delta.

Meski demikian, WHO menegaskan bahwa data yang ada saat ini masih kurang. Mereka pun
belum dapat memastikan tingkat penularan Omicron tinggi karena lebih mudah menembus
respons imun atau memang lebih cepat menular.

Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa data awal menunjukkan Omicron menyebabkan
"pengurangan efikasi vaksin terjadi infeksi dan penularan [Covid-19]."

Terlepas dari temuan tersebut, WHO menekankan bahwa infeksi virus corona varian
Omicron sejauh ini hanya menyebabkan gejala ringan. Mereka masih mengumpulkan data
untuk menentukan tingkat keparahan klinis Omicron.

Penelitian ini masih terus dilakukan setelah Afrika Selatan melaporkan temuan varian baru
tersebut ke WHO pada 24 November lalu.

Sejak saat itu, banyak pakar memang menyebut Omicron lebih cepat menular dan
kemungkinan dapat melemahkan vaksin yang sudah ada saat ini.

Kendati demikian, sejumlah produsen vaksin menyatakan bahwa suntikan mereka masih
efektif melawan Omicron. Pfizer/BioNTech bahkan menyebut tiga dosis vaksin mereka
efektif menangkal varian baru itu.
Teks Berita tentang Lumpur Lapindo

Mengenang 15 Tahun Lumpur Lapindo, Penyebabnya Misterius

Sudah 15 tahun tragedi semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, berlalu.
Namun sampai ini belum diketahui penyebab semburan gas disertai lumpur tersebut.

Dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, Kamis (7/10/2021), semburan itu berasal dari
Sumur Bajarpanji 1 di Kecamatan Porong. Titik munculnya semburan berasal dari lokasi
pengeboran gas milik PT Lapindo Brantas.

Awalnya semburan lumpur bercampur gas itu muncul pada waktu subuh di tengah
persawahan desa. Warga dilaporkan keracunan akibat menghirup gas tersebut. Belakangan
diketahui bahwa gas itu mengandung zat hidrogen sulfida.

Bencana ini pun memecahkan rekor sebagai sumber metana terbesar di Bumi. Fakta tersebut
dijelaskan dalam artikel jurnal bertajuk Relevant Methane Emission to the Atmosphere from
a Geological Gas Manifestation yang dirilis Scientific Report pada 18 Februari 2021.

Para peneliti menyebutkan bahwa semburan lumpur Lapindo memecahkan rekor sejarah gas
metana tertinggi di Bumi yang menyumbang efek gas rumah kaca dan bencana
hidrometeorologi di Indonesia.

Berdasarkan penelitian tersebut, emisi gas metan dari semburan lumpur Lapindo berimbas
pada lonjakan suhu Bumi yang menyebabkan krisis iklim semakin buruk.

Seperti diketahui semburan lumpur panas itu kali pertama muncul di Dusun Balongnongo,
Desa Ronokenongo dan Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 29
Mei 2006. Lumpur panas yang terus menyembur ini menggenangi permukiman, pertanian,
dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya.

Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang
merupakan sumur eksplorasi gas milik PT Lapindo Brantas.

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab munculnya semburan gas dan lumpur
panas tersebut. Ada yang menyebut semburan muncul akibat pecahnya formasi sumur
pengeboran. Sementara beberapa ahli mengatakan semburan lumpur panas itu disebabkan
patahan, seperti terjadi di beberapa lokasi, salah satunya di Jawa Tengah, yaitu Bledug Kuwu.

Anda mungkin juga menyukai