Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya kejadian
pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal tetapi kenyataan
sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang mengagungkan Tuhan sehingga
segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski itu berarti derita.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan
termasuk yang paling sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda
dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dalam
arti mudah difahami dan mudah diterima oleh mereka yang mengalami. Bayangkan saja
harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dipelihara bertahun-tahun lenyap seketika.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah – masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja jenis-jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia ?
2. Bagaimana Persebaran wilayah rawan bencana di indonesia ?
3. Apa Saja Lembaga-lembaga penangulangan bencana di indonesia ?
4. Bagaimana Lembaga-lembaga penanggulangan bencana di indonesia bekerja dalam
mengatasi ancaman bencana ?
5. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga penanggulangan
bencana di indonesia ?

1.3  Tujuan

1 Menjelaskan jenis-jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia.

2 Mengidentifikasi wilayah-wilayah yang rawan terhadap bencana di Indonesia.

3 Menjelaskan lembaga-lembaga penanggulangan bencana di Indonesia beserta tugas


dan fungsinya.

4 Menjelaskan cara kerja lembaga-lembaga penanggulangan bencana dalam mengatasi


ancaman bencana di Indonesia.

5 Menganalisis tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga


penanggulangan bencana di Indonesia dan memberikan rekomendasi untuk mengatasi
masalah tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN
MACAM MACAM BENCANA ALAM

1 Apa saja jenis-jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia :

a. Gempa Bumi
Macam-macam bencana alam yang pertama tentu saja adalah gempa bumi. Indonesia yang
berdiri pada lempeng-lempeng aktif sering kali memicu terjadinya getaran atau guncangan.
Mulai guncangan skala kecil hingga besar. Bukan hanya itu, gempa bumi di Indonesia juga
bisa disebabkan oleh aktivitas gunung api serta runtuhan batuan.Dalam sejarah Indonesia,
bencana alam gempa bumi terbesar yang memakan banyak korban jiwa adalah peristiwa
gempa bumi Aceh tahun 2004. Bencana alam ini tepatnya terjadi pada 26 Desember 2004,
dengan kekuatan 9,3 Skala Richter.Pusat gempa ini berasal dari dasar laut sebelah barat
Aceh, yang kemudian menyebabkan gelombang tsunami yang memporak-porandakan Aceh
dan sekitarnya.

b. Gunung Meletus
Selain itu, gunung meletus juga tidak luput dalam daftar macam-macam bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia. Bencana alam yang satu ini ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik
atau perut bumi yang aktif. Indonesia sendiri mempunyai beberapa gunung berapi aktif yang
sering mengeluarkan awan panas, hingga terjadi letusan berapi.Peristiwa bencana alam
gunung meletus pun pernah terjadi pada Gunung Merapi di Yogyakarta. Bencana ini terjadi
pada 26 Oktober 2010 silam. Bencana ini pun menelan sedikitnya 353 korban jiwa akibat
awan panas, termasuk di antaranya Mbah Maridjan yang disebut sebagai juru kunci Gunung
Merapi.

c. Tsunami
Macam-macam bencana alam selanjutnya adalah tsunami. Tsunami merupakan kondisi alam
yang menyebabkan serangkaian gelombang ombak laut tinggi atas terjadinya pergeseran
lempeng dasar laut.Sebelum terjadi tsunami, biasanya ditandai dengan guncangan gempa
bumi yang terasa di sekitar wilayah dekat dengan pusat guncangan. Beberapa waktu setelah
itu, gelombang air laut akan surut dan seketika muncul menjadi ombak tinggi dan dapat
memporak-porandakan wilayah sekitar.Pada tanggal 22 Desember 2018, terjadi peristiwa
tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda dan menghantam daerah
pesisir Banten dan Lampung, Indonesia.

2
d. Banjir
Banjir juga termasuk salah satu dari macam-macam bencana alam di Indonesia. Banjir adalah
gejala alam yang ditandai dengan meluapnya volume air hingga merendam suatu
daerah.Banjir ini bisa disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga bendungan air di
suatu wilayah tidak dapat menampung kemudian meluap. Bukan hanya itu, banjir juga bisa
disebabkan oleh peresapan air atau drainase di suatu wilayah yang buruk.Bencana banjir ini
kerap kali menjadi ancaman bagi kota-kota besar di Indonesia. Wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya masih menjadi salah satu kota besar yang sering terjadi banjir. Bahkan peristiwa
banjir yang cukup besar sempat terjadi di awal pergantian tahun 2020 lalu.

e. Tanah Longsor
Tanah longsor juga masuk dalam daftar macam-macam bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Bencana alam yang satu ini biasanya terjadi karena gerakan massa tanah atau
batuan yang jatuh ke bawah menuruni lereng gunung.Tanah longsor ini bisa saja menimpa
permukiman warga yang berada di kaki lereng. Pada tanggal 31 Desember 2018 lalu terjadi
longsor di Kampung Cigarehong, Dusun Cimapag, yang berada di Sirnaresmi, Cisolok,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

f. Kekeringan
Bencana alam yang sering melanda Indonesia selanjutnya adalah kekeringan. Bencana alam
yang satu ini sering kali terjadi ketika memasuki musim kemarau.Di mana ketersediaan air
mulai berkurang atau bahkan habis, sehingga warga tidak dapat mencukupi kebutuhan air
sehari-hari. Baik untuk dikonsumsi, aktivitas mandi cuci kakus, hingga untuk pengairan lahan
sawah.Beberapa waktu lalu, Indonesia juga mengalami kekeringan di beberapa wilayah
karena tidak turunnya hujan. Bahkan Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) pada agustus 2018, sejumlah kabupaten/kota di 8 provinsi mengalami
kekeringan di Indonesia yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB,Jawa Timur, DIY, Banten,
NTT, Lampung.

g. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan juga termasuk salah satu dari sekian macam-macam bencana alam yang
kerap terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi ketika musim kemarau
panjang.Cuaca panas yang ditimbulkan sering keli memicu timbulnya api di wilayah hutan
atau lahan. Sehingga api tersebut semakin lama akan besar dan membakar mampu membakar
hutan dan lahan dalam cakupan luas.Kebakaran hutan ini sering mengakibatkan kabut asap
yang mengganggu pernapasan hingga aktivitas penerbangan. Beberapa tahun lalu sempat

3
terjadi kebakaran hutan cukup parah di Riau hingga membuat kabut asap yang mengganggu
kesehatan masyarakat

h. Angin Puting Beliung


Angin puting beliung juga termasuk salah satu di antara macam-macam bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia. Bencana ala mini ditandai dengan angin kencang yang datang
secara tiba-tiba, memiliki pusat yang menyerupai spiral dengan kecepatan 40 50
km/jam.Angin kencang ini bisa menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu
singkat yaitu 3 5 menit. Pada tahun 2018 lalu, tercatat sebanyak 165 rumah rusak akibat
angin puting beliung yang menerjang Desa Panguragan Kulon, Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat.

i. Abrasi
Macam-macam bencana alam yang terjadi di Indonesia berikutnya adalah abrasi. Abrasi
merupakan proses pengikisan pantai oleh gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Bencana alam yang satu ini juga dikenal dengan sebutan erosi pantai.Kerusakan
garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Namun dapat dikatakan, bencana alam ini sering kali terjadi akibat ulah manusia

2. Persebaran Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi


Gempa bumi di Indonesia sering melanda berbagai daerah.
Daerah di Provinsi Aceh, Sumatra Barat, Pulau Jawa bagian selatan, Lombok, sampai
Maluku sering terkena gempa, Adjarain.
Beberapa tempat tersebut mempunyai getaran gempa yang kuat, sehingga dapat
menyebabkan bencana gempa bumi.
Gerakan gempa yang dirasakan terkadang hanya menggetarkan benda atau barang di sekitar.
Tetapi getaran juga sering menjatuhkan bahkan sampai meruntuhkan bangunan di berbagai
wilayah yang terkena gempa.
Nah, gempa bumi sendiri terjadi secara tiba-tiba dan bisa berdampak besar bagi daerah yang
memiliki penduduk yang padat.
Kekuatan gempa sebesar 5 atau 6 SR atau Skala Richter sering terjadi di Indonesia, tetapi
dampaknya tidak merugikan.
Kekuatan gempa yang lebih dari 7 SR bisa menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat di
Indonesia.
hal ini bisa terjadi antara dua atau tiga kali setiap tahunnya. 

4
Gempa bumi juga bisa memberikan dampak bagi aktivitas manusia sampai lingkungan hidup.
Mayoritas gempa bumi terjadi karena adanya patahan atau aktivitas tektonik.
Sebaran pusat gempa bumi tersebar pada perbatasan lempeng, yaitu divergen, transform, dan
konvergen.
Sehingga terdapat hubungan yang erat antara aktivitas tektonik dengan bencana gempa bumi.
Terlebih posisi Indonesia terletak pada perbatas lempeng, yang menyebabkan banyaknya
jumlah patahan dan ancaman gempa bumi yang tinggi.
Pulau Papua bagian utara, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian utara, dan Jawa memiliki potensi
terdampak gempa bumi yang tinggi.
Wilayah yang rawan terkena gempa bumi dengan risiko tinggi, yaitu:
1. Bagian Selatan Indonesia, yang meliputi daerah Nusa Tenggara, Sumatra, dan Jawa.
2. Sulawesi bagian utara, Papua, dan Ambon.
Ancaman gempa bumi yang terjadi di dua wilayah tersebut karena adanya lempeng-lempeng
kecil di daerah utara, yaitu lempeng Filipina.
Sementara itu, daerah Pulau Jawa bagian tengah, Sumatra bagian tengah, dan Maluku masuk
dalam zona ancaman sedang.
Pulau Kalimantan mempunyai ancaman gempa bumi yang rendah karena jauh dari pertemuan
lempeng.
Di Sumatra terdapat sesar semongko yang membenteng dari teluk semongko di selatan
Lampung sampai ke Banda Aceh.
Zona subduksi dengan sesar semongko ini membentang secara paralel akibat dari Eurasia dan
Indo-Australia.
Zona patahan dengan variasi gempa Sumatra memiliki kedalaman yang dangkal, yaitu kurang
dari 20 km dan kekuatan gempanya sedang sampai kuat.
O iya, tingginya tingkat kerusakan akibat gempa bumi bisa dilihat dari tingginya kekuatan
dan kedangkalan pusat gempa.
Selain sesar semongko, Indonesia juga memiliki sesar lainnya, seperti sesar opak, cimandiri,
dan grinduli yang ada di Jawa.
3. Lembaga yang berperan dalam penanggulangan bencana, yaitu:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) BNPB merupakan lembaga pemerintahan
non-kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Baca juga: Usaha untuk Menanggulangi Dampak dari Bencana Gunung Meletus Tugas utama
BNPB adalah memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat bencana,

5
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Dilansir dari laman resmi Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, dijelaskan fungsi-fungsinya, yaitu: Perumusan dan
penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak
cepat dan tepat secara effektif dan efisien. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Agar kinerja BNPB
dalam hal penanggulangan bencana bisa berjalan secara cepat dan maksimal, maka
dibentuklah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tugas dan fungsi BPBD sama
seperti BNPB, yang membedakan hanyalah cakupannya. Tugas BNPB mencakup
penanggulangan bencana secara nasional, sementara tugas BPBD mencakup penanggulangan
bencana secara daerah. BPBD membantu BNPB dalam hal penanggulangan bencana di
daerah. BPBD biasanya berlokasi di daerah provinsi dan kabupaten/kota. BPBD
berkoordinasi langsung dengan BNPB atau pejabat setara lainnya. Baca juga: Menghadapi
Bencana Gunung Meletus Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS) Sama
seperti BNPB, BASARNAS juga merupakan lembaga pemerintahan non-kementerian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. Tugas utama
BASARNAS adalah membantu presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pencarian dan pertolongan. Dalam hal penanggulangan bencana, BASARNAS
biasanya bertugas mengevakuasi atau memberikan pertolongan terhadap korban bencana
alam. Selain itu, BASARNAS juga bertugas mencari korban yang hilang akibat terkena
bencana alam. Dilansir dari situs resmi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan,
dijelaskan fungsi-fungsinya, yakni: Perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur,
kriteria, serta persyaratan dan prosedur perizinan dan/atau rekomendasi penyelenggaraan
operasi pencarian dan pertolongan. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan standarisasi
siaga, latihan, dan pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan. Perumusan dan penetapan
kebutuhan siaga, latihan, dan pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan. Koordinasi
pelaksanaan penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan, pembinaan tenaga dan
potensi, sarana dan prasarana dan sistem komunikasi. Pengembangan dan pelaksanaan sistem
informasi dan komunikasi pencarian dan pertolongan. Baca juga: Menghadapi Bencana
Tsunami Palang Merah Indonesia (PMI) Tidak hanya bertugas dalam hal penyelenggaraan
pelayanan transfusi darah, PMI juga bertugas dalam hal penanggulangan bencana. Peran PMI
dalam hal penaggulangan bencana terangkum dalam aktivitas pelayanan manajemen bencana.
Dilansir dari laman resmi Palang Merah Indonesia, aktivitas pelayanan manajemen bencana
yang dilakukan oleh PMI mencakup tiga hal, yaitu: Kesiapsiagaan bencana Dalam aspek ini,
PMI menjalan program Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA).

6
PERTAMA merupakan program berbasis masyarakat untuk mendorong pemberdayaan
kapasitas masyarakat agar siaga dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko
bencana yang terjadi di tempat tinggalnya. Tanggap darurat bencana Dalam aspek ini, PMI
memberikan bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak bencana. Bantuan tersebut
berupa evakuasi korban, penampungan darurat, pertolongan pertama, medis dan ambulans,
dapur umum, distribusi bantuan, serta air dan sanitasi. Baca juga: Bencana Alam: Jenis,
Penyebab dan Penanggulangannya Pemulihan bencana Dalam hal pemulihan bencana, PMI
memberikan bantuan berupa dukungan psikososial, hunian sementara, dan pemulihan
hubungan keluarga. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) PVMBG
merupakan merupakan salah satu unit di lingkungan Badan Geologi di bawah Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Tugas utama PVMBG adalah melaksanakan penelitian,
penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana
geologi. Dilansir dari situs resmi Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut: Bidang mitigasi gunung api Bidang
mitigasi gunung api memiliki tugas pengamatan, penetapan status, peringatan dini, serta
rekomendasi teknis mitigasi bencana gunung api. Baca juga: Jenis-jenis Bencana Alam,
Nonalam dan Sosial Bidang mitigasi gempa bumi dan tsunami Bidang mitigasi gempa bumi
dan tsunami memiliki tugas pelaporan, pemetaan, rekomendasi teknis mitigasi, pemodelan
bahaya, serta penyebaran informasi mengenai gempa bumi dan tsunami. Bidang mitigasi
gerakan tanah Bidang mitigasi gerakan tanah memeiliki tugas tugas pelaporan, pemetaan,
rekomendasi teknis mitigasi, pemodelan bahaya, serta penyebaran informasi mengenai
gerakan tanah.
Ada tiga pilar dalam penyelenggaraan penangggulangan bencana (PB) di Indonesia,
yaitu pemerintah, lembaga usaha, dan masyarakat. Lembaga usaha mempunyai peran penting
dalam penyelenggaraan PB. Ada cukup banyak lembaga usaha dengan spesifikasi tersendiri
yang sesuai dengan karakter asal organisasinya yang terlibat dengan PB, seperti Sampoerna
Rescue, Artha Graha Peduli, Disaster Resources Parthnership (DRP), dan lain-lain. Lembaga
usaha juga dapat menggunakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) untuk membantu kegiatan-kegiatan PB dan meringankan penderitaan
masyarakat terdampak kejadian bencana.   

7
4. Bagaimana Lembaga-lembaga penanggulangan bencana di indonesia bekerja dalam
mengatasi ancaman bencana
Keterlibatan lembaga usaha dalam PB itu diatur dengan Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 12 Tahun 2014 tentang Peran Serta Lembaga Usaha dalam
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Perka BNPB No. 12/2014). Perka BNPB No.
12/2014 ini muncul sebagai mandat dari Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU No. 24/2007). Perka BNPB No. 12/2014
ditetapkan oleh Kepala BNPB, Syamsul Maarif pada tanggal 16 Oktober 2014 di Jakarta.  
Pengertian lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan terus-
menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sementara itu, pengertian peran serta adalah proses keterlibatan
masyarakat yang terorganisasi di dalam lembaga usaha dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan PB yang dilakukannya.   Tujuan
Perka BNPB No. 12/2014 adalah  untuk mendukung penguatan kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, serta rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana secara berdaya
guna, berhasil guna, dan dapat dipertanggungjawabkan.  

Peran serta lembaga usaha dalam PB meliputi tahap prabencana, keadaan darurat, dan
pascabencana yang dilakukan secara sendiri atau bersama dengan mitra kerja.   Lembaga
usaha yang berperan serta pada tahap prabencana atau pascabencana harus menyusun nota
kesepahaman, kerangka acuan kegiatan, dan rencana kegiatan. Ketiga hal tersebut disusun
bersama antara lembaga usaha dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Penyusunan kerangka acuan kegiatan dan
rencana kegiatan didasarkan pada kapasitas sumber daya lembaga usaha dan kebijakan PB.  
Rencana kegiatan pada tahap prabencana berisi usulan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
usaha di wilayah kerja untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Kegiatan
itu antara lain:

8
1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.
2. Perencanaan partisipatif PB.
3. Pengembangan budaya sadar bencana.
4. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini.
5. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap
darurat.
6. Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana, penyiapan jalur evakuasi.
7. Kegiatan lain untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana.

  Dalam pelaksanaan rencana kegiatan di atas, lembaga usaha harus berkoordinasi dengan
BNPB atau BPBD dan mengumumkan rencana kegiatan tersebut kepada masyarakat pada
wilayah kerja. Lembaga usaha bekerja sama dengan masyarakat wilayah kerja (khususnya
masyarakat terdampak bencana sebagai penerima manfaat program kerja).   Rencana kegiatan
pascabencana berisi usulan kegiatan lembaga usaha di wilayah kerja, baik berupa perbaikan
dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
maupun pembangunan kembali prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana. Kegiatannya meliputi:

1. Pengkajian kebutuhan pascabencana serta penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan


rekonstruksi pascabencana.
2. Perbaikan lingkungan, prasarana dan sarana umum, dan pemberian bantuan perbaikan
rumah.
3. Pelayanan kesehatan, serta pemulihan sosial psikologis dan sosial ekonomi
masyarakat.
4. Pembangunan kembali prasarana dan sarana lingkungan dan sosial masyarakat.
5. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
6. Pemantauan pelaksanaan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
terhadap kelompok sasaran.
7. Kegiatan lain berupa perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai maupun pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana.

  Pada saat tanggap darurat, peran lembaga usaha dalam memberikan bantuan melalui pos
komando penanganan darurat BNPB atau BPBD yang dilakukan dengan segera pada saat

9
kejadian bencana untuk mengani dampak buruk yang ditimbulkan. Kegiatan bantuan oleh
lembaga usaha meliputi:

1. Pencarian dan penyelamatan, serta evakuasi korban dan harta benda terdampak
bencana.
2. Pemenuhan kebutuhan dasar.
3. Perlindungan dan pengurusan pengungsi dan kelompok rentan.
4. Penyelamatan dan pemulihan prasarana dan sarana vital.
5. Kegiatan lain yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana.

  Dalam rangka pemberian bantuan oleh lembaga usaha tersebut harus melaporkan identitas
lembaga usaha, serta daftar jumlah dan keahlian personil, logistik dan peralatan kepada pos
komando penanganan darurat BNPB atau BPBD. Pelaporan itu dilakukan sebelum, pada saat,
dan sesudah bantuan tiba di wilayah bencana. Berdasarkan daftar jumlah personil logistik dan
peralatan, komandan pos komando penanganan darurat BNPB atau BPBD memberikan
persetujuan sesuai dengan kebutuhan keadaan darurat di wilayah bencana.   BNPB atau
BPBD memegang komando atas pendayagunaan bantuan bagi kegiatan PB oleh lembaga
usaha.   Pelaksanaan peran serta lembaga usaha dalam kegiatan PB diawasi oleh BNPB atau
BPBD untuk menjamin daya guna, hasil guna, dan akuntabilitas. Lembaga usaha dalam
menjalankan peran sertanya di bidang PB ini wajib menyampaikan laporan secara berkala,
pada saat selesai kegiatan, atau sewaktu-waktu kepada BNPB atau BPBD. Selanjutnya,
laporan lembaga usaha itu diumumkan kepada publik oleh BNPB atau BPBD.   Kepada
lembaga usaha (yang berprestasi) berperan serta dalam kegiatan PB mendapatkan
penghargaan oleh BNPB atau BPBD. Penghargaan tersebut dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.   BNPB atau BPBD memberikan jaminan perlindungan
keamanan serta memberikan kemudahan dan fasilitas kepada lembaga usaha dalam
pelaksanaan kegiatan PB. Dalam pelaksanaan kegiatan PB lembaga usaha wajib untuk:

1. Menjalankan prinsip akuntabilitas.


2. Mematuhi asas, prinsip, tujuan, serta standar minimum layanan dan kompetensi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PB.
3. Memperhatikan standar dan norma kemanusiaan yang berlaku secara umum.
4. Menghormati latar belakang sosial, budaya, dan agama masyarakat setempat.

10
  Sementara itu lembaga usaha pada pelaksanaan kegiatan PB dilarang untuk:

1. Melakukan kegiatan berlatar belakang politik, pertahanan dan keamanan.


2. Melakukan kegiatan yang bersifat eksploatasi terhadap korban terdampak bencana.

 Dalam rangka berbagi kapasitas bersama para pihak, BNPB atau BPBD dapat menempatkan
lembaga usaha dalam organisasi pos komando penanganan darurat bencana. Upaya berbagi
kapasitas tersebut melalui antara lain:
1.    Pelibatan dalam penyusunan rencana kegiatan.
2.    Pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan.
3.    Penyampaian umpan balik.
4.    Peningkatan kapasitas bersama.
5.    Kegiatan berbagi kapasitas lain.  

Dari hasil pelaksanaan kegiatan PB oleh lembaga usaha perlu melakukan pembelajaran
bersama para pihak guna peningkatan kapasitas. Kegiatan pembelajaran bersama itu
difasilitasi oleh BNPB atau BPBD, baik melalui forum seminar, bimbingan teknis, maupun
pendidikan dan pelatihan.  
5. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga
penanggulangan bencana di indonesia

Kecenderungan kejadian bencana meningkat setiap tahun. Data Badan Nasional


Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan kejadian bencana 2016 meningkat 36%
dibandingkan kejadian bencana sebelumnya. Kecenderungan tersebut meningkat karena
banyak faktor seperti degradasi lingkungan, pembangunan yang belum berbasis kajian risiko
bencana, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan urbanisasi serta peningkatan kebutuhan
lahan untuk pemukiman dan pembangunan.
Dalam konteks ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem
Rampangilei menyampaikan lima tantangan penanggulangan bencana kini. Willem
mengatakan bahwa Bangsa Indonesia menghadapi risiko bencana yang cenderung meningkat.
Data BNPB mencatat bahwa 1.835 kejadian bencana terjadi hingga pertengahan Oktober
2017, dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 254 jiwa dan jutaan warga menderita
akibat bencana.
Tantangan kedua yaitu kerentanan sosial. Bencana dapat memperlambat proses
pembangunan. Saat ini jumlah angka kemiskinan masih menjadi permasalahan secara

11
nasional. Belum lagi kerugian negara rata-rata mencapai Rp 30 trilyun per tahun akibat
bencana.
Terkait tantangan ketiga, sebagai focal point penanggulangan bencana di setiap tingkatan,
Willem menegaskan pentingnya kapabilitas dan kapasitas baik BNPB dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta semua stakeholders yang dihadapkan pada
tuntutan tugas. Secara khusus, tugas BNPB mengacu pada Rencana Pembangunan Menengah
Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 serta berpedoman pada Nawacita.
“Koordinasi, kolaborasi dan sinergitas antar stakeholders belum maksimal,” jelas Willem
mengenai tantangan keempat yang disampaikan pada pembukaan Peringatan Bulan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Aimas Convention Center, Sorong, Papua Barat, pada
Senin (23/10).
Tantangan terakhir yang disampaikan yaitu mengenai budaya sadar bencana yang masih
belum merata. Pada tantang kelima ini, BNPB telah gencar dalam menyelenggarakan dan
mengkampanyekan budaya sadar bencana secara masif kepada masyarakat, seperti melalui
program desa tangguh bencana, sandiwara radio, pertunjukan tradisional, dan BNPB
Mengajar.Menghadapi tantangan tersebut, semua pihak, pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha diharapkan untuk menjawab tantangan tersebut. Hal ini karena penanggulangan
bencana adalah urusan setiap orang. Namun demikian, BNPB sebagai focal point
penanggulangan bencana memandang perlu untuk melakukan reformasi birokrasi. “BNPB
sedang merestrukturisasi organisasi,” kata Willem yang juga membuka Pameran PRB 2017
yang berlangsung di Alun-alun Aimas, Sorong pada hari yang sama (23/10).
Di samping itu, BNPB dengan dukungan berbagai pihak tengah menyusun Rencana Induk
Penanggulangan Bencana (RIPB) 2045. Ini dilatarbelakangi penanggulangan bencana yang
sudah masuk ke dalam prioritas pembangunan nasional.

12
Di sisi lain, Willem juga mengatakan bahwa tugas penanggulangan bencana membutuhkan
profesionalisme. Salah satu indikator kualitas pelayanan yang diberikan adalah kompetensi
yang tersertifikasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, BNPB memandang perlu dibentuknya
politeknik penanggulangan bencana dengan tiga fokus program studi, yaitu teknologi dan
industri, transportasi serta logistik.
Sementara itu, terkait dengan tantangan mengenai budaya sadar bencana, “Perubahan cara
pandang dan perilaku nasional dalam menyikapi bencana dari responsif dan penyaluran
bantuan menjadi pengurangan risiko bencana yang berbasis masyarakat.”
“Ancaman menjadi peluang, serta pengeluaran untuk pengurangan risiko bencana harus
diperhitungkan sebagai investasi ekonomi dan pembangunan,” demikian papar Willem
mengakhir arahan dalam pembukaan Peringatan Bulan PRB di Sorong, Papua Barat

13
BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Dari berbagai fakta yang ada jelas terlihat bahwa bencana besar yang terjadi tidak serta merta datang,
namun didahului oleh adanya eksploitasi lingkungan, adanya kebijakan yang tidak memenuhi
aspirasi masyarakat, serta tidak adanya manajemen bencana dari pemerintah.
Bencana-bencana tersebut seharusnya tidak perlu terjadi dan bisa diminimalisir oleh pemerintah
seandainya pemerintah berbesar hati untuk tidak mencampakkan alam dengan dalih kebijakan
pembangunan atau devisa. Sungguh bencana tersebut adalah bencana yang terencana.
3.2.       Saran
Saran yang  dapat disampaikan setelah pembahasan makalah ini adalah :
Kepada pemerintah agar meningkatkan manajemen bencana agar sedini  mungkin dapat diantisipasi
terjadinya bencana alam di Indonesia.
Kepada masyarakat agar lebih menjaga lingkungan karena bagaimanapun bencana yang terjadi tidak
terlepas dari kerusakan lingkungan.

14

Anda mungkin juga menyukai