Anda di halaman 1dari 6

BENCANA ALAM DI INDONESIA

Di
S
U
S
U
N

Oleh :

Nama : Shania Bahri


Kelas : VI – A
Sekolah : SD IT Al-Khair
Kata Pengantar

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal
kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada
tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu
kejadian.
BENCANA ALAM DI INDONESIA

Letusan Gunung Berapi di Indonesia

Indonesia adalah negara yang memiliki paling banyak gunung berapi aktif di seluruh dunia.
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik beserta Lempeng Indo-Australia adalah tiga lempeng
tektonik aktif yang menyebabkan terjadinya zona-zona tumbukan yang kemudian
membentuk gunung-gunung berapi ini. Indonesia diperkirakan memiliki 129 gunung
berapi, semuanya diawasi dengan hati-hati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi. Hal ini dilakukan karena sejumlah gunung berapi di Indonesia terus menunjukkan
aktivitas. Apalagi, diperkirakan lebih dari lima juta orang tinggal (dan/atau kerja) di "zona
bahaya" sebuah gunung berapi (yang harus segera dievakuasi kalau gunungnya
menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan). Setidaknya ada satu letusan gunung
berapi yang signifikan di Indonesia setiap tahun. Namun, biasanya hal ini tidak
menyebabkan kerusakan yang besar bagi lingkungan atau menewaskan korban jiwa karena
gunung-gunung berapi yang paling aktif terletaknya biasanya di tempat-tempat terpencil.
Beberapa peristiwa letusan gunung berapi yang berdampak berat dalam sejarah Indonesia
disebutkan di tabel di bawah. Daftar ini hanya mencakup letusan yang berskala besar dan
menewaskan paling sedikit 20 orang.
Selain mengakibatkan korban jiwa, letusan gunung berapi bisa menyebabkan kerusakan
yang berarti bagi ekonomi lokal dengan merugikan perusahaan-perusahaan kecil dan
menengah yang terlibat di industri pariwisata, kuliner, akomodasi komersil, pertanian,
perkebunan, dan peternakan.

Gempa Bumi di Indonesia

Gempa bumi mungkin adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia karena terjadi
tiba-tiba dan bisa menyerang wilayah padat penduduk, seperti kota-kota besar. Gempa
bumi dengan kekuatan sekitar 5 skala Richter terjadi hampir setiap hari di Indonesia namun
biasanya tidak menyebabkan - atau hanya sedikit menyebabkan - kerusakan. Kalau
kekuatan gempa melewati 6 skala Richter, sebuah gempa bisa menyebabkan banyak
kerusakan. Rata-rata, setiap tahunnya terjadinya satu gempa bumi dengan 6 skala Richter
(atau lebih) di Indonesia dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan
infrastruktur maupun lingkungan hidup. Di bawah ini terdapat daftar gempa bumi-gempa
bumi yang terjadi dalam sejarah baru-baru ini dan menyebabkan kerusakan parah beserta
korban jiwa paling tidak 20 orang:
Gempa bumi merupakan ancaman konstan di Indonesia karena pertemuan lempeng
tektonik dan aktivitas vulkanik di wilayah ini. Beberapa ilmuwan bumi saat ini sedang
menunggu "gempa besar" berikutnya di Indonesia karena adanya tekanan berat pada salah
satu batas lempeng besar bumi di sebelah barat Sumatra (yaitu "tabrakan" antara lempeng
samudra India dan lempeng Asia), yang mirip dengan gempa berskala 9,2 yang terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004 dan menyebabkan tsunami yang parah (lebih banyak informasi
tentang tsunami ini disediakan di bawah). Namun, ilmuwan tidak tahu kapan, atau di mana,
gempa besar berikutnya akan terjadi.

Tsunami di Indonesia

Sebuah gempa bumi atau letusan gunung berapi dalam laut bisa menyebabkan gelombang
tsunami yang memiliki dampak mengerikan bagi manusia dan semua objek di dekat laut.
Pada tahun 2004, sejumlah negara di dunia diguncang oleh gempa bumi di Samudera
Hindia dan tsunami yang menyusul kemudian, menewaskan 167.000 orang di Indonesia
(terutama Aceh) dan mengakibatkan perpindahan lebih dari setengah juta orang karena
ribuan rumah disingkirkan oleh air lautnya. Meskipun sebuah tsunami yang sangat besar
seperti yang terjadi pada akhir tahun 2004 sangat jarang, wilayah Sumatra sering
dikejutkan dengan gempa bumi di bawah laut yang berpotensi menyebabkan tsunami.

Dengan peristiwa tsunami 2004 masih segar di dalam ingatan, tingkat kekuatiran
masyarakat sangat tinggi. Masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di desa-desa atau
kota-kota dekat pantai sering melarikan diri ke wilayah perbukitan (yang terletak lebih ke
tengah daratan) setelah sebuah gempa bumi terjadi karena mereka takut menjadi korban
tsunami (walau biasanya alarm palsu karena tidak terjadinya tsunami). Rata-rata, setiap
lima tahun sekali sebuah tsunami besar terjadi di Indonesia, biasanya di pulau Sumatra dan
pulau Jawa. Pada umumnya, kerusakan pada infrastruktur melebihi jumlah korban jiwa.
Ada alat-alat sistem peringatan yang dipasang di banyak area pantai namun ada laporan-
laporan bahwa tidak semua peralatan itu berfungsi dengan baik.

Banjir di Indonesia

Musim hujan di Indonesia (yang terjadi dari Desember sampai Maret) biasanya
menyebabkan curah hujan yang tinggi. Dikombinasikan dengan pengundulan hutan dan
saluran-saluran air yang tersumbat oleh sampah, ini bisa menyebabkan sungai-sungai
meluap dan terjadi banjir. Banjir dan tanah longsor terjadi di banyak wilayah di Indonesia
dan bisa menyebabkan jatuhnya ratusan korban, hancurnya rumah-rumah dan infrastruktur
lain, dan kerugian bagi bisnis-bisnis lokal. Bahkan di megapolitan seperti Jakarta, banjir
terjadi secara reguler (setiap tahun) karena lemahnya manajemen air dikombinasikan
dengan curah hujan yang tinggi. Misalnya pada Januari 2013, sebuah wilayah yang sangat
luas dari Jakarta terkena banjir. Hal ini membawa dampak pada lebih dari 100.000 rumah
dan menyebabkan hilangnya nyawa lebih dari 20 orang. Juga pada bulan Februari 2017
Jakarta diganggu oleh banjir besar yang menyebabkan ribuan rumah dibanjiri air keruh
warna cokelat, kadang-kadang sedalam 1,5 meter.

Pada musim hujan banjir biasanya mengganggu saluran distribusi dan karena itu Indonesia
cenderung mengalami tekanan inflasi selama bulan Januari dan Februari ketika musim
hujan cenderung memuncak. Kondisi basah dapat diperburuk oleh fenomena cuaca La
Nina. La Nina (pada dasarnya lawannya El Nino), adalah fenomena yang rata-rata terjadi
sekali setiap lima tahun, membawa suhu laut lebih dingin dari rata-rata di daerah tropis
Samudera Pasifik tengah dan timur. Oleh karena itu menyebabkan cuaca yang lebih basah
dari biasanya di Asia Tenggara, biasanya dari bulan November sampai Februari.

Kebakaran Hutan Buatan Manusia di Indonesia

Secara umum, orang Indonesia memiliki kesadaran rendah akan praktik lingkungan yang
berkelanjutan. Hal ini tercermin dari penggunaan praktik tebang-dan-bakar oleh petani dan
perusahaan (sebuah strategi untuk membersihkan lahan demi perkembangan perkebunan,
biasanya untuk perluasan perkebunan kelapa sawit atau industri pulp dan kertas), terutama
di pulau Sumatra dan Kalimantan. Strategi tebang-dan-bakar adalah pilihan yang paling
murah makanya sering digunakan. Meski praktik ini sebenarnya tidak diijinkan oleh hukum
Indonesia, penegakan hukum yang lemah dan adanya korupsi memungkinkannya. Namun,
praktik tersebut mengimplikasikan risiko dan dampak besar untuk lingkungannya.

Kebakaran hutan pada tahun 2015 menjadi sangat di luar kendali karena cuaca kering yang
luar biasa. Fenomena cuaca El Nino, yang terkuat sejak tahun 1997, membawa cuaca
kering yang parah ke Asia Tenggara dan oleh karena itu petugas pemadam kebakaran tidak
bisa mengandalkan dukungan dari hujan. El Nino, yang (rata-rata) datang sekali setiap lima
tahun, menyebabkan perubahan iklim di Samudera Pasifik kemudian menyebabkan
kekeringan di Asia Tenggara dan karena itu juga mempunyai dampak besar terhadap panen
komoditas pertanian.
Penutup

Berlokasi di Cincin Api Pasifik (wilayah dengan banyak aktivitas tektonik), Indonesia
harus terus menghadapi resiko letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir dan tsunami.
Pada beberapa peristiwa selama 20 tahun terakhir, Indonesia menjadi headline di media
dunia karena bencana-bencana alam yang mengerikan dan menyebabkan kematian ratusan
ribu manusia dan hewan, serta menghancurkan wilayah daratannya (termasuk banyak
infrastruktur sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi).

Apalagi, musim hujan atau kemarau yang ekstrim (fenomena El Nino dan La Nina) bisa
menghancurkan panen bahan makanan, memicu terjadinya inflasi dan menyebabkan
tekanan finansial yang berat bagi kalangan kurang mampu di masyarakat Indonesia.
Terakhir, bencana-bencana alam akibat ulah manusia (seperti kebakaran hutan yang
disebabkan karena kebudayaan pembakaran ladang, biasanya di pulau Sumatra dan
Kalimantan) bisa menyebabkan dampak-dampak yang sangat besar bagi lingkungan hidup.

Salah satu catatan penting adalah kenyataan bahwa keadaan infrastruktur dan properti di
Indonesia terkenal lemah - akibat manajemen yang salah, kekurangan dana, kurangnya
keahlian atau korupsi. Keadaan ini memperparah dampak-dampak buruk yang terjadi
setelah bencana alam. Sementara itu di wilayah perkotaan, terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Yogyakarta, ada kepadatan penduduk yang sangat
tinggi. Maka kombinasinya kurangnya kualitas infrastruktur/properti dan padatnya
penduduk di daerah perkotaan berarti sebuah bencana alam bisa menewaskan lebih banyak
korban dari yang seharusnya terjadi karena akan membutuhkan tenaga yang lebih kecil
untuk membuat bangunan runtuh di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai