0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
138 tayangan3 halaman
Agresi militer Belanda dilancarkan pada 21 Juli 1947 untuk merebut kembali kendali atas Indonesia dengan melanggar perjanjian Linggarjati. Serangan mendadak ini mengejutkan TNI sehingga pasukannya tercerai berai, namun kemudian TNI beralih ke taktik gerilya dan berhasil membatasi ruang gerak pasukan Belanda. Aksi militer Belanda ini mendapat kecaman dari komunitas internasional dan PBB akhirnya menengahi gencatan senjata pada Ag
Agresi militer Belanda dilancarkan pada 21 Juli 1947 untuk merebut kembali kendali atas Indonesia dengan melanggar perjanjian Linggarjati. Serangan mendadak ini mengejutkan TNI sehingga pasukannya tercerai berai, namun kemudian TNI beralih ke taktik gerilya dan berhasil membatasi ruang gerak pasukan Belanda. Aksi militer Belanda ini mendapat kecaman dari komunitas internasional dan PBB akhirnya menengahi gencatan senjata pada Ag
Agresi militer Belanda dilancarkan pada 21 Juli 1947 untuk merebut kembali kendali atas Indonesia dengan melanggar perjanjian Linggarjati. Serangan mendadak ini mengejutkan TNI sehingga pasukannya tercerai berai, namun kemudian TNI beralih ke taktik gerilya dan berhasil membatasi ruang gerak pasukan Belanda. Aksi militer Belanda ini mendapat kecaman dari komunitas internasional dan PBB akhirnya menengahi gencatan senjata pada Ag
direncanakan oleh Van Mook, dia merencanakan negara-negara
boneka dan ingin mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pihak Belanda melanggar perudigan linggarjati yang telah disepakati sebelumnya, bahkan mereka menyobek kertas perjanjian tersebut. Kemudian pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan aksi militer pertama dengan target utama kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra.
Pasukan TNI yang tidak pernah menyangka akan terjadinya agresi
militer Belanda itu, tidak siap untuk menghadang serangan yang datangnya secara tiba-tiba. Serangan tersebut mengakibatkan pasukan TNI tercerai-berai. Dalam keadaan seperti itu, pasukan TNI berusaha untuk menjalin koordinasi antar satuan dan membangun daerah pertahanan baru. Pasukan TNI melancarkan taktik gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda. Dengan taktik gerilya, ruang gerak pasukan Belanda berhasil dibatasi. Gerakan pasukan Belanda hanya berada pada kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan di luar kota, kekuasaan berada di tangan pasukan TNI. Agresi militer belanda ternyata menimbulkan reaksi yang hebat dari dunia internasional. Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukkan dalam daftar acara Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan penghentian dari kedua belah pihak yang mulai berlaku tanggal 4 Agustus 1947. Untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian gencatan senjata tersebut, maka dibentuk suatu Komisi Konsuler yang anggotanya adalah konsul jenderal yang berada di Indonesia.
Komisi Konsuler diketuai oleh Konsul Jenderal Amerika Serikat Dr.
Walter Foote dengan anggotanya Konsul Jenderal Cina, Belgia, Prancis, Inggris, dan Australia. Komisi Konsuler itu diperkuat dengan perwira militer Amerika Serikat dan Prancis, yaitu sebagai peninjau militer. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan, Komisi Konsuler menyatakan bahwa tanggal 30 Juli 1947 sampai dengan tanggal 4 Agustus 1947 pasukan Belanda masih mengadakan gerakan militer..